Lampiran 1. Lembar Observasi
HYGIENE SANITASI PENGOLAHANMIE ACEH YANG DIJUAL DI
PASAR TRADISIONAL KOTA SIGLI PROVINSI ACEH
TAHUN 2015
(Sumber: Keputusan Kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003)
Data Responden Penjamah Makanan No. Sampel : ...
o Nama : ... o Umur : ...(Tahun)
o Jenis Kelamin : (Laki-laki/Perempuan) o Tingkat Pendidikan :
a. Tidak Sekolah
b. SD/Sederajat
c. SMP/Sederajat
d. SMA/Sederajat
e. Diploma/Sarjana
o Jumlah Produksi/hari : ... o Lama Berproduksi :... o Jumlah Tenaga Kerja : ... o Pernah Mengikuti Kursus Mengolah Makanan : (Ya)/(Tidak) o Lokasi : ...
No. Objek Pengamatan Kategori
A Pemilihan Bahan Makanan Ya Tidak
1 Tepung terigu dan tepung kanji yang digunakan dalam kondisi baik/utuh, tidak berbau apek, bewarna normal, bersih, bebas jamur dan serangga
116
2 Tepung terigu dan tepung kanji diperoleh dari tempat penjualan yang memperoleh izin dari pemerintah
3 Bahan makanan kemasan terdaftar pada Depkes misal zat pewarna
B Penyimpanan Bahan Makanan
4 Tempat penyimpanan bahan makanan bersih dan tertutup
5 Tempat penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi
6 Tempat penyimpanan bahan baku makanan mie aceh kedap air
7 Tempat penyimpanan bahan baku mie aceh tidak menjadi tempat bersarang vektor
C Pengolahan Makanan
8 Penjamah makanan tidak menderita penyakit menular, misalnya batuk, influenza, diare, penyakit perut dan sejenisnya
9 Memakai celemek, tutup kepala dan sarung tangan
10 Mencuci tangan setiap kali hendak menjamah makanan
11 Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian
12 Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (hidung, telinga, mulut dan bagian lainnya) pada waktu melakukan pengolahan mie aceh
12 Menjamah makanan harus memakai alat perlengkapan atau dengan alas tangan
13 Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan danatau tanpa menutup mulut atau hidung
14 Tidak menggunakan perhiasan (emas, dll)
15 Tidak bercakap-cakap saat menangani makanan 16 Memiliki pengetahuan tentang bahaya bahan
tambahan pangan, misal zat pewarna
17 Menggunakan air yang bersih dalam setiap pengolahan
19 Peralatan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahan
20 Peralatan harus selalu dibersihkan setelah digunakan
21 Peralatan tidak gompel atau retak
22 Tempat pengolahan memiliki ventilasi yang baik 23 Lantai harus dalam keadaan bersih, kering, tidak
lembab, licin
24 Kondisi dinding dalam keadaan baik 25 Penerangan dalam ruangan cukup
26 Langit-langit rata dan bersih, tidak terdapat lubang-lubang
27 Ruangan bebas vektor (lalat, tikus, dll)
28 Tersedia tempat mencuci tangan dan air yang cukup
29 Sumber air yang dugunakan dari PAM / sumur 30 Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup
dan kedap air
D Penyimpanan Makanan Jadi
31 Tersedia wadah khusus untuk menyimpan makanan jadi
32 Wadah harus dalam keadaan bersih
118
33 Wadah tertutup dengan baik
34 Terhindar dari sinar matahari atau gangguan panas
35 Terhindar dari pencemaran dan binatang pengganggu
36 Tempat penyimpanan mie yang sudah jadi harus
dalam keadaan bersih
37 Tempat penyimpanan mie yang sudah jadi jauh dari sumber pencemaran
38 Tersedia lemari/gudang khusus untuk peenyimpan
mie yang sudah jadi
E Pengangkutan Makanan
39 Tersedia tempat khusus untuk mengangkut makanan jadi
40 Tempat dalam keadaan bersih
41 Makanan diangkut dalam keadaan tertutup
42 Pengangkutan mie tidak melewati daerah kotor
F Penyajian / Pengemasan Makanan
43 Penyaji berpakaian bersih
44 Menggunakan APD yaitu sarung tangan
45 Plastik untuk membungkus mie aceh dalam keadaan baik dan bersih
46 Peralatan/pembungkus untuk pengemasan dalam keadaan bersih.
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
PEMERIKSAAN ZAT PEWARNA METANIL YELLOW PADA MIE
ACEH YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL
KOTA SIGLI PROVINSI ACEH
TAHUN 2015
• Berapa kali dalam seminggu anda makan/mengkonsumsi mie aceh? ... II. Tingkat Pengetahuan
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang menurut
anda paling benar !
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan BTM (bahan tambahan
makanan)?
a. Bahan tambahan yang ditambahkan dalam makanan dengan tujuan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk makanan
120
b. Bahan tambahan makanan yang sengaja ditambahkan kedalam makanan
c. Tidak Tahu
2. Apakah manfaat dari penggunaan BTM (bahan tambahan
makanan)?
a. Untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik serta rasa dan teksturnya lebih sempurna
b. Untuk untuk mengawetkan makanan c. Tidak tahu
3. Menurut anda, apakah BTM (bahan tambahan makanan) memiliki dampak buruk bagi kesehatan?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
4. Apakah jenis-jenis BTM (bahan tambahan makanan) yang anda ketahui?
a. Bahan pengawet makanan, pewarna makanan, bahan pemanis makanan, penyedap rasa dan aroma makanan, anti kempal pada makanan, antioksidan, pengemulsi, pengatur keasaman
b. Bahan pewangi, pelicin serta pelembut c. Tidak tahu
5. Bagaimanakah ciri-ciri makanan yang mengandung BTM (bahan
tambahan makanan) berupa zat pewarna?
a. Bewarna lebih cerah/mencolokserta memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik, sehingga warnanya tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan
b. Bewarna pudar c. Tidak tahu
6. Apakah anda mengetahui tentang metanil yellow (pewarna kuning)?
a. Ya
b. Tidak c. Tidak tahu
7. Apakah metanil yellow merupakan bahan tambahan makanan yang diizinkan oleh pemerintah?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
8. Apakah kegunaan dari metanil yellow(pewarna kuning)sebenarnya?
a. Pewarna makanan b. Pewarna tekstil dan cat c. Tidak tahu
9. Pernahkah anda mendapatkan informasi bahwa pada mi aceh/mie basah menggunakan zat pewarna seperti metanil yellow (pewarna kuning)?
a. Pernah b. Tidak pernah c. Tidak tahu
10.Apakah anda mengetahui ciri-ciri mie aceh/mie basah yang mengandung metanil yellow?
a. Warnanya cendrung lebih cerah/mencolok b. Warna pudar/pucat
c. Tidak tahu
11.Menurut anda apa pengaruh metanil yellow terhadap kesehatan jika terkonsumsi?
a. Berupa iritasi pada tenggorokan, iritasi kulit, mata, saluran pernapasan serta bahaya lebih lanjut yakni menyebabkan kanker saluran kemih
b. Tidak ada c. tidak tahu
122
Lampiran 3. Master Data Karakteristik Responden Penjamah Makanan Serta Lembar Observasi Pada Industri Pengolahan Mie Aceh
No Nama Umur JK Pend Produksi Lama Tenaga Kursus Lokasi p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15
1 Halimah 55 2 2 300 40 3 2 Jl. Pasar Baru 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
2 Aminah 40 2 3 200 15 2 2 Jl. Pasar Baru 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
3 Firman 36 1 4 200 20 3 2 Jl. Pasar Baru 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1
4 Fatimah 60 2 2 400 50 6 2 Jl. Peukan Pidie 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
5
Abdullah 49 1 4 500 34 4 2
Jl.
Muhammadiyah 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
6
Rizal 32 1 3 115 19 2 2
Jl.
Muhammadiyah 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1
7 Jamaluddin 45 1 3 150 12 4 2 Jl. Pasar Baru 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
8 Mirnawati 30 2 3 200 17 5 2 Jl. Perdagangan 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1
9 Syamsul 42 1 2 320 27 6 2 Jl. Perdagangan 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
10
Amir 25 1 4 100 10 2 2
Jl. Pante
Teungah 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
124
Lampiran 4. Master Data Tingkat Pengetahuan Pedagang Tentang Mie Aceh
1 Nama Jk Umur Pendidikan Konsumsi p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 Total Kategori Kategori Umur
2 Hanafiah 1 51 2 4 0 1 1 2 0 0 0 0 0 2 0 6 3 3
3 Mala 2 30 3 5 1 1 0 0 2 1 0 0 2 2 0 9 3 1
4 Hasan 1 42 4 5 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 0 18 1 3
4 karimah 2 44 2 4 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 3 3 3
5 Husin 1 36 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 21 1 2
6 Hasnah 2 41 3 4 1 1 0 2 2 2 0 2 2 2 0 14 2 3
7 Yuli 2 39 3 4 0 0 0 2 2 0 0 0 2 2 1 9 3 2
8 Adi 1 28 4 5 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 19 1 1
9 Amrah 2 39 3 6 0 1 1 2 2 1 0 2 2 2 1 22 1 2
10 Bahar 1 48 4 7 1 2 1 2 2 0 2 0 2 2 0 14 2 3
11 Amir 1 25 4 4 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 20 1 1
12 Syamsul 1 42 2 6 0 1 2 2 0 1 2 0 1 0 1 10 2 3
13 Jamal 1 43 3 5 2 1 2 2 2 1 0 2 2 2 0 16 1 3
14 Mirna 2 30 3 5 1 2 1 2 2 2 0 2 2 2 1 17 1 1
15 Fatimah 2 33 4 4 2 2 1 2 2 1 0 0 2 2 1 15 2 2
17 Rizal 1 32 3 5 1 2 0 0 2 1 0 2 2 2 1 13 2 2
18 Firman 1 36 4 3 2 1 0 2 2 2 2 2 2 0 0 15 2 2
19 Aminah 2 40 3 4 0 1 1 2 2 1 1 2 2 2 0 14 2 2
20 Halima 2 55 2 5 1 0 1 0 2 0 0 0 0 1 1 6 3 3
126
Lampiran 5. Master Data Tingkat Pengetahuan Konsumen Tentang Mie Aceh
1 Nama Jk Umur Pendidikan Konsumsi p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 Total Kategori Kategori Umur
2 Hanafiah 1 51 2 4 0 1 1 2 0 0 0 0 0 2 0 6 3 3
3 Mala 2 30 3 5 1 1 0 0 2 1 0 0 2 2 0 9 3 1
4 Hasan 1 42 4 5 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 0 18 1 3
4 karimah 2 44 2 4 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 3 3 3
5 Husin 1 36 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 21 1 2
6 Hasnah 2 41 3 4 1 1 0 2 2 2 0 2 2 2 0 14 2 3
7 Yuli 2 39 3 4 0 0 0 2 2 0 0 0 2 2 1 9 3 2
8 Adi 1 28 4 5 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 19 1 1
9 Amrah 2 39 3 6 0 1 1 2 2 1 0 2 2 2 1 22 1 2
10 Bahar 1 48 4 7 1 2 1 2 2 0 2 0 2 2 0 14 2 3
11 Amir 1 25 4 4 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 20 1 1
12 Syamsul 1 42 2 6 0 1 2 2 0 1 2 0 1 0 1 10 2 3
13 Jamal 1 43 3 5 2 1 2 2 2 1 0 2 2 2 0 16 1 3
14 Mirna 2 30 3 5 1 2 1 2 2 2 0 2 2 2 1 17 1 1
15 Fatimah 2 33 4 4 2 2 1 2 2 1 0 0 2 2 1 15 2 2
17 Rizal 1 32 3 5 1 2 0 0 2 1 0 2 2 2 1 13 2 2
18 firman 1 36 4 3 2 1 0 2 2 2 2 2 2 0 0 15 2 2
19 Aminah 2 40 3 4 0 1 1 2 2 1 1 2 2 2 0 14 2 2
20 Halima 2 55 2 5 1 0 1 0 2 0 0 0 0 1 1 6 3 3
21 Ahmad
Saiful 1 24 5 2 2 1 2 2 2 2 0 2 2 2 2 19 1 2
22 Hamzah 1 21 4 4 1 1 2 2 2 0 0 0 0 0 1 9 3 2
23 Lena 2 32 4 3 2 1 1 2 2 2 0 2 1 0 0 13 2 3
24 Rani 2 30 4 3 2 1 0 2 2 1 0 2 0 2 1 13 2 2
25 Santi 2 22 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 0 18 1 2
26 Reza 1 24 4 3 1 1 2 2 2 1 2 0 0 0 0 11 2 2
27 Jamilah 2 30 5 2 2 1 2 2 2 0 0 2 0 0 1 12 2 2
28 Widia 2 26 5 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 0 19 1 2
29 Muhaimin 1 40 3 2 0 1 0 2 0 1 0 0 1 0 0 5 3 3
30 Rizki
Amalia 1 23 4 2 2 1 2 2 2 2 0 0 1 0 0 12 2 2
183
Lampiran 6. Output SPSS Karakteristik Responden Penjamah Makanan
Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
1. Umur Responden Observasi
Frequency Percent
2. Jenis Kelamin Responden Observasi(Tahun)
Frequency Percent
3. Tingkat Pendidikan Responden Observasi
4. Jumlah Produksi Observasi
6. Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
Valid 2 3 30.0 30.0 30.0
7. Objek Pengamatan Pernah Mengikuti Kursus Mengolah Makanan
5. Lama Produksi Observasi (Tahun)
185
Lampiran 7.Output SPSS Lembar Observasi Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
1. Tepung terigu dan tepung kanji yang digunakan dalam kondisis baik/utuh, tidak apek, warna normal, bersih dan bebas jamur dan serangga
Frequency Percent
2. Tepung terigu dan kanji diperoleh dari tempat penjualan yang memperoleh izin dari pemerintah
Frequency Percent
3. Bahan makanan kemasan terdaftar pada Depkes misal zat pewarna
5. Tempat penyimpanan bahan baku makanan terpisah
6. Tempat penyimpanan bhan baku makanan mie aceh kedap air
7. Tempat penyimpanan bahan baku mie aceh tidak menjadi tempat bersarang vektor
Frequency Percent
8. Penjamah makanan tidak menderita penyakit menular, batuk, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
9. Memakai celemek, tutup kepala dan sarung tangan
187
10.Mencuci tangan setiap kali hendak menjamah makanan
11.Menjaga kebersihan tangan , rambut, kuku, dan pakaian
12.Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan
Frequency Percent
13.Menjamah makanan harus memakai alat perlengkapan / alas tangan
14.Tidak batuk/bersin dihadapan makanan atau tanpa
15.Tidak menggunakan perhiasan (emas dll)
Frequency Percent
16.Tidak bercakap-cakap saat menangani makanan
Frequency Percent
17.Memiliki pengetahuan tentang bahaya bahan tambahan pangan, misalnya zat pewarna
Frequency Percent
18.Menggunakan air bersih dalam setiap pengolahan
189
19.Peralatan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahannya
20.Peralatan harus selalu dibersihkan setelah digunakan
Frequency Percent
21.Peralatan tidak gompel/retak
Frequency Percent
22.Tempat pengolahan memiliki ventilasi yang baik
Frequency Percent
24.Kondisi dinding dalam keadaan baik
25.Penerangan dalam ruangan cukup
Frequency Percent
26.langit-langit rata dan bersih tidak terdapat lubang-lubang
27.Ruangan bebas vektor (lalat, tikus, dll)
Frequency Percent
28.Tersedia tempat mencuci tangan dan air yang cukup
191
29.sumber air yang digunakan dari PAM/ Sumur
Frequency Percent
30.Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup dan kedap air
31.Tersedia wadah khusus untuk menyimpan makanan jadi
32.Wadah harus dalam keadaan bersih
Frequency Percent
33.Wadah tertutup dengan baik
34.Terhindar dari pencemaran atau gangguan panas
35.Terhindar dari pencemaran dan binatang pengganggu
Frequency Percent
36.Tempat penyimpanan mie yang sudah jadi harus dalam keadaan bersih
193
38.Tersedia lemari/gudang khusus untuk penyimpanan mie yang sudah jadi
Frequency Percent
39.Tersedia tempat khusus untuk mengangkut makanan jadi
40.Tempat dalam keadaan bersih
Frequency Percent
41.Makanan diangkut dalam keadaan tertutup
Frequency Percent
42.Pengangkutan mie tidak melewati daerah kotor
43.Penyaji berpakaian bersih
44.Menggunakan APD yaitu sarung tangan
Frequency Percent
45.Plastik untuk membungkus mie aceh dalam keadaan bersih dan baik
195
Lampiran 8. Output SPSS Karakteristik Konsumen Mie Aceh di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
1. Jenis Kelamin Konsumen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
4. Konsumen Mengonsumsi Mi Aceh dalam Seminggu
Frequency Percent Valid Percent
Lampiran 9. Output SPSS Karakteristik Pedagang Mie Aceh di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
1. Jenis Kelamin Pedagang
197
4. Berapa kali pedagang dalam seminggu mengonsumsi mie aceh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 2 10.0 10.0 10.0
4 7 35.0 35.0 45.0
5 7 35.0 35.0 80.0
6 3 15.0 15.0 95.0
7 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Lampiran 10. Output SPSS Hasil Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Mie Aceh di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
1. Pengetahuan Konsumen tentang Metanil Yellow
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tingkat Pengtahuan
Baik 13 43.3 43.3 43.3
2. Pengetahuan Pedagang tentang Metanil Yellow
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid Tingkat Pengetahuan
199
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Salah Satu Industri Tempat Pengolahan Mie Aceh
Gambar 2. Tempat Penyimpanan Bahan Baku Mie Aceh
Gambar 3. Proses Penggilingan Adonan Mie Aceh
Gambar 4. Proses Pencetakan Mie Aceh dengan Menggunakan Mesin Ampia
201
Gambar 5. Proses Perebusan Mie Aceh
Gambar 6. Proses Pengangkutan Mie Aceh Setelah Perebusan
Gambar 7. Proses Pendinginan Mie Aceh Setelah Perebusan
Gambar : Tempat Penyimpanan Mie Aceh Jadi
203
Gambar 9. Pedagang Penjualan Mie Aceh/Mie Basah
Gambar 10. Konsumen Pembeli Mie Aceh Jadi
Gambar 11. Proses Pengambilan Sampel Mie Aceh
Gambar 12. Pengemasan Sampel Mie Aceh untuk Dilakukan Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow
205
Lampiran 12. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian
207
Lampiran 14. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 15.Sertifikat Laporan Hasil Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow pada Mie Aceh
209
211
213
215
217
Lampiran 14. Permenkes RI No. 722/MENKES/PER/IX/1988
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
111
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2009.Bahaya Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Makanan.www. Kaskus.us/showthread.php. Diakses tanggal 24 Agustus 2015.
Anwar, 1997.Sanitasi Makanan Dan Minuman Pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi,Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Dpekses RI, Jakarta.
BPOM, 2003.Panduan Pengolahan Pangan Yang Baik Bagi Industri Rumah Tangga.Deput Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.Direktotat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan.
Cahyadi, W., 2009.Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
Chandra, Budiman, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Depkes RI., dan dirjen POM. 1988.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan makanan, Jakarta.
_______, dan Dirjen POM. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1186/Menkes/Per/X/1999 Tentang Perubahan atas 722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan, Jakarta.
_______, 2000.Prinsip-prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan, Jakarta.
_______, 2003.Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, Jakarta.
_______, 2003, Kepmenkes RI No. 942/Menkes/ SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, Jakarta.
_______, 2004.Tentang Bakteri Pencemaran Makanan dan Penyakit Bawaan Makanan, Modul 4. Jakarta.
Deviyanti, 2010. Teknik Analisa Pewarna Makanan, Catatan Kimia.
Denfer, A., 2004. Bahan Makanan Tambahan
Entjang, I., 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fitriah, 2005.Analisis Jenis dan Kadar Zat Pewarna Kuning Pada Mie Kuning yang Dijajakan di Beberapa Pasar di Kota Banda Aceh.Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fitriani, E., 2011. Hygiene Sanitasi Pengolaha dan Analisi Kandungan Zat Pewarna Merah Pada Makanan Kipang Pulut di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal.Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hamdani, Syarief, 2011. Bahan pewarna makanan.http://catatan kimia.com/catatan/bhan-pewarna-makanan/ html.di askes pada tanggal 24 Agustus 2015.
Irianto, Kus & Waluyo, 2007.Gizi & Pola Hidup Sehat. Yrama Widya, Bandung.
Jana, J., 2007. Studi Penggunaan Pewarna Sintetis (Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B) Pada Beberapa Produk Pangan di Kabupaten Sukabumi.FMIPA, UMMI.
Kristanti, H., 2010. Penyakit Akibat kelebihan & Kekurangan Vitamin, mineral & Elektrolit. Citra Pustaka, Yogyakarta.
Lu, Frank, C., 2009. Toksikologi Dasar, UI-Press, Jakarta.
Medikasari, 2003.Bahan Tambahan Makanan : Fungsi dan Pen.gunannya Dalam Makanan
Mubarak, Wahid, dan Chayatin, Nurul, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori & Aplikasi. Penerbit : Salemba Medika, Jakarta.
Mudjajanto, Setyo, Eddy, 2005. Tahu,Makanan Favorit yang Perlu Diwaspadai
Mukono, H, J., 2010. Toksikologi Lingkungan. Airlangga University Press, Surabaya.
Mulia, Ricki, M., 2005, Kesehatan Lingkungan.Graha Ilmu, Yogyakarta.
Notoadmodjo, S., 2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
113
_______, 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta. Nur’an, 2011.Amankah Makanan Yang Anda Konsumsi?. Arya Pustaka. Purnawijayanti, H. A., 2001. Sanitasi Higiene & Keselamatan Kerja Dalam
Pengolahan Makanan. Kanisius: Yogyakarta.
Ratnani, R, D., 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan. Jurnal Fakultas Teknik Kimia Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi, Hygiene dan K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja). Rekayasa Sains, Bandung.
Sediaoetama, Achmad, D., 2010. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Propesi. Dian Rakyat, Jakarta.
Sitorus, E., 2007. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Supir angkutan Kota pada Trayek Medan Bus Martubung-Amplas tentang Pencemaran Udara di Kota Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.
Sirait, E. 2009.Hygiene Sanitasi Pengolahan dan Pemeriksaan Escherichia coli dalam Susu Kedelai pada Usaha Kecil di Kota Medan 2009.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Sumantri, E., 2010. Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam.Kharisma Putra
Utama, Jakarta.
Suyono, dan Budiman, 2010.Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.EGC, Jakarta.
Syah,dkk., 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan.Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Wahyuni, Sunarsih, Tri, 2003. Identifikasi Zat Warna Sintesis Dalam Saos Tomat yang Beredar di Pasar Johar Kota Semarang.Undergraduate thesis, Diponogora University tanggal 24 Agustus 2015.
Walford, John, 1984. Developments In Food Colours-2, Elsevier Applied Science Publisher Ltd, New York.
Winarno, F.G., & Rahayu Sulistyawati.1997. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminasi.PenerbitPustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi, Cetakan Ke-11.PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yuliarti, N., 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Andi, Yogyakarta.
54 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan survey yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran pelaksanaan hygiene sanitasi pengolahan mie aceh dan analisis laboratorium dengan melakukan pemeriksaan zat pewarna metanil yellow pada hasil industri pengolahan mie aceh yang menjual hasil produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada industri pengolahan mie aceh yang menjual hasil produksi di pasar tradisional Kota Sigli dan penelitian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan zat pewarna metanil yellow pada mie aceh di Balai POM.
Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian yaitu :
a. Pasar Tradisional Kota Sigli tersebut merupakan salah satu Pasar Tradisional yang mudah di jangkau oleh masyarakat.
b. Pasar Tradisional tersebut banyak memproduksi mie aceh dan juga selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat serta pedagang mie kuning. Selain itu, pasar tradisional tersebut mulai dibuka oleh penjual antara pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB, sehingga memudahkan penulis dalam pengambilan sampel dan tidak membutuhkan waktu yang lama. c. Belum pernah diakukan penelitian tentang pelaksanaan hygiene sanitasi
dan pemeriksaan zat pewarna metanil yellow di Pasar Tradisional tersebut.
d. Adanya kemudahan dari pemilik industri pengolahan mie aceh yang dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli dalam pengambilan data untuk keperluan penelitian yang penulis lakukan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember s/d selesai tahun 2016. 3.3 Obyek Penelitian
Obyek pada penelitian ini adalah mie aceh yang dihasilkan oleh industri pengolahan mie aceh yang dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli yaitu sebanyak 10 (Sepuluh) industri yang masing-masing berada di jalan pasar baru terdapat 4 industri, jalan muhamadiyah 2 industri, jalan perdagangan 2 industri, jalan peukan pidie 1 industri dan jalan pante teungoh 1 industri. Kemudian, cara pengambilan sampel mie aceh sebelum dibawa ke Laboratorium BPOMAceh masing-masingmie dimasukkan kedalam plastik bersih secara terpisah kemudian diberi label.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi konsumen dan populasi produsen.Populasi konsumen yaitu masyarakat yang membeli mie aceh di Pasar Tradisional Kota Siglisedangkan populasi pedagangadalah seluruh pedagang mie aceh yang menjual hasil pengolahan mie aceh tersebut di Pasar Tradisional Kota Sigli.
56
3.4.2 Sampel
Pengambilan sampel konsumen sebagai responden yaitu dengan metodeaccidental sampling yang artinya sampel konsumen yang menjadi responden adalah konsumen yang membeli mie aceh di Pasar Tradisional Kota Sigli yang dilakukan secara acak yaitu sebanyak 30 orang. Sedangkan pengambilan sampel pedagang sebagai responden yaitudengan menggunakan metode total sampling yang artinya sampel pedagang yangmenjadi responden adalah seluruh populasi pedagang mie aceh yang ada di PasarTradisional Kota Sigli yaitu sebanyak 20 orang.
3.5Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer
1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan zat pewarna metanil yellow di Badan POM Aceh.
2. Pengambilan data pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap mie aceh yang dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli dilaksanakan dengan menggunakankuesioner.
3.5.2 Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian.
3.6Defenisi Operasional
1. Mie aceh adalah salah satu makanan khas aceh yang dibuat dari tepung terigu, air, air abu, pewarna, garam, tepung kanji atau tepung pulut dan minyak makan dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan
bahan tambah pangan yang diizinkan, berbentuk khas mie yang tidak dikeringkan.Mie aceh tersebut berasal dari setiap produsen yang mengolah mie aceh yaitu dari hasil industri pengolahan mie atau IRTP(Industri Rumah Tangga Pangan), dan hasil pengolahan mie aceh/mie basah tesebut dijual di pasaran dengam harga terjangkan.Nantinya mie aceh tersebut diolah dan dimasak kembali oleh konsumen dengan ditambahkan rempah-rempah atau bumbu masakan,sehinggamie aceh tersebut menjadi makanan yg siap untuk dikonsumsi.
2. Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Memenuhi syarat apabila seluruh prinsip higiene sanitasi makananterpenuhi dan tidak memenuhi syarat kesehatanapabila tidak memenuhi prinsip hygiene sanitasi makanan. 3. Pemilihan bahan makanan adalah proses menentukan bahan-bahan dengan
kondisi segar, masih utuh dan diperoleh dari sumber yang resmi untuk digunakan dalam proses pengolahan mie.
4. Penyimpanan bahan makanan adalah menaruh bahan pada tempat yang aman sehingga tidak terjangkau tikus, serangga, serta binatang pengganggu lainnya.
5. Pengolahan bahan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan tepung terigu dan bahan lainnya menjadi mie.
58
6. Penyimpanan mie adalah menaruh mie yang sudah jadi pada tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau tikus, serangga dan binatang pengganggu lainnya.
7. Pengangkutan mie adalah mengangkut mie aceh dari tempat produksi ke tempat-tempat penjualan untuk diedarkan ke masyarakat.
8. Penyajian mie adalah bahan yang digunakan untuk menyajikan mie bagi konsumen dengan wadah/tempat tertentu.
9. Memenuhi syarat apabila pernyataan dari observasi pada enam prinsip hygiene sanitasi sesuai dengan Keperaturan Menteri Kesehatan RI No.942/Menkes/SK/VII/2003. Sedangkan tidak memenuhi syarat apabila salah satu dari pernyataan observasi pada enam prinsip hygiene sanitasi tidak sesuai dengan Keperaturan Mentri Kesehatan RI No.942/Menkes/SK/VII/2003.
10.Zat pewarna metanil yellow adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan cat berbentuk serbuk atau padat yang berwarna kuning kecoklatan yang tidak diizinkan oleh pemerintah untuk digunakan sebagai penggunaan bahan tambahan makanan.
11.Uji secara kualitatif adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya zat pewarna metanil yellow pada mie aceh.
3.7 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah melihat gambaran hygiene sanitasi industri pengolahan mie aceh yang dijual di pasar Tradisional Kota Sigli yang meliputi
pemilihan bahan mie aceh, penyimpanan bahan mie aceh, pengolahan mie aceh, penyimpanan mie aceh, pengangkutan mie aceh, penyajian mie aceh. Jika salah satu pernyataan dari observasi pada enam prinsip hygiene sanitasi tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan, maka tahap tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi berupa pernyataan yang menyajikan 2 (dua) kategori jawaban yaitu “ya” dikatakan memenuhi syarat dan “tidak” dikatakan tidak memenuhi syarat.
3.7.1 Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Produsen
Tingkat pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap mie aceh diukurdengan menggunakan jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan di dalam kuesioner.Menurut Pratomo (1986) dalam Sitorus (2007), tingkat pengetahuan dibagimenjadi 3 kategori, yaitu :
1. Baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi. 2. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi. 3. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi.
Tingkat pengetahuan responden konsumen dan pedagang terhadap mie aceh masing masing diukur melalui 10 pertanyaan yang diajukan dengan total skor 20. Untuk pertanyaan memiliki 3 pilihan jawabanyaitu :
1. Jika responden menjawab ‘a” artinya responden tahu, diberi skor 2
2. Jika responden menjawab “b” artinya responden kurang tahu, diberi skor 1 3. Jika responden menjawab “c” artinya responden tidak tahu, diberi skor 0
60
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh responden, maka pengetahuanresponden dapat dikategorikan atas tiga kategori :
1. Tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh > 75% dari total skor atau memperolehskor lebih dari 15.
2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh 45 – 75% dari total skor ataumemperoleh skor 9 sampai 15.
3. Tingkat pengetahuan buruk, apabila skor yang diperoleh < 45% dari total skor atau memperolehskor kurang dari 9.
3.8Observasi
Untuk pengamatan dikategorikan dengan dua penilaian yaitu “Ya” dan “Tidak” sesuai dengan Keperaturan Menteri kesehatam RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 yaitu :
1. Dikatakan memenuhi syarat, apabila semua jawaban pertanyaandengan pilihan“Ya”.
2. Dikatakan tidak memenuhi syarat, apabila semua jawaban pertanyaandengan pilihan “Tidak”.
3.9 Pemeriksaan Sampel di Laboratorium
3.9.1 Pemeriksaan Sampel Secara Kualitatif
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Kertas.Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase tetap
(stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile), pemisahan-pemisahan
tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini (Sastrohamidjojo 1991) dalam (Deviyanti, 2010).
Kromatografi kertas prinsip kerjanya adalah kromatografi kertas dengan pelarut air (PAM, destilata, atau air sumur). Setelah zat pewarna diteteskan di ujung kertas rembesan (elusi), air dari bawah akan mampu menyeret zat-zat pewarna yang larut dalam air (zat pewarna makanan) lebih jauh dibandingkan dengan zat pewarna tekstil.Sejumlah cuplikan 30-50 gr ditimbang dalam gelas kimia 100 ml, ditambahkan asam asetat encer kemudian dimasukan benang wolbebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan di atas nyala api kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang woldipanaskan dari larutan dan dicuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wol dengan penambahan ammonia 10% di atas penangas air hingga bebas ammonia.
Totolkan pada kertas kromatografi, juga totolkan zat warna pembanding yang cocok (larutan pekatan yang berwarna merah gunakan pewarna zat warna merah).Jarak rambatan elusi 12 cm dari tepi bawah kertas. Elusi dengan eluen 1 (etilmetalketon : aseton : air = 70 : 30 : 30) dan eluen II (2 gr NaCl dalam 100 ml etanol 50%). Keringkan kertas kromatografi di udara pada suhu kamar.Amati bercak-bercak yang timbul.Perhitungan/penentuan zat warna dengan cara mengukur nilai Rf dari masing-masing bercak tersebut, dengan cara membagi jarak gerak zat terlarut oleh jarak zat pelarut (Deviyanti, 2010).
3.9.2 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan
Gelas piala 10 ml, 100 ml, 250 ml
62
Pengaduk kaca Kertas saring
Bejana kromatografi Penangas air
Benang wol bebas lemak Kertas saring biasa
Kertas saring whatman no.1 b. Bahan atau Pereaksi
Asam asetat glasial Larutan asam asetat 6 % Amonia NH4 OH, Bj. 0,88 Larutan baku zat warna makanan Larutan elusi.
c. Cara Kerja
Pemeriksaan metanil yellow dilakukan dengan menggunakan pelarut air yaitu:
1. Persiapan benang wol bebas lemak ekstrak/rendam benang wol dengan eter atau petroleum.
2. Masukkan benang wol secukupnya ke dalam sampel mie yang sudah dipersiapkan sekitar 30 – 50 gram. Panaskan di atas api sambil diaduk-aduk selama 10 menit. Ambil benang wol, cuci berulang-ulang dengan air hingga bersih.
3. Masukkan benang wol ke dalam gelas piala 100 ml. Tambahkan larutan amonia encer. Panaskan diatas penangas air hingga zat warna pada benang wol luntur. Ambil benang wolnya saring larutan berwarna tersebut dan pekatkan diatas penangas air.
4. Pekatan totolkan pada kertas kromotografi, juga totolkan zat warna pembanding yang cocok.
5. Masukkan kertas tersebut ke dalam bejana kromatografi yang terlebih dahulu sudah dijenuhkan dengan uap elusi.
6. Setelah kering bandingkan ratio faktor sampel dengan ratio faktor standar.
3.10 Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi hygiene sanitasi pengolahan mie aceh akan di analisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan dan disesuaikan dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 dan data pemeriksaan zat pewarna metanil yellow yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium. Apabila terdapat Zat pewarna metanil yellow dalam mie aceh maka dikatakan tidak memenuhi syarat.Data yang diperoleh dari kuesioner mengenai pengetahuan konsumen dan pedagang terhadap mie aceh juga disesuaikan dengan aspek pengukuran yang ditentukan.
64 BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara administrasi Sigli adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Pidie.Sigli juga merupakan Ibukota Kabupaten Pidie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Terletak 112 km di sebelah timur Banda Aceh, Sigli termasuk kota strategis yang dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Wilayah ini dulunya merupakan stasiun kereta api terbesar di Aceh pada tahun 1960-1970, tetapi sekarang sudah tidak beroperasi lagi.
Kabupaten Pidie terletak pada posisi antara 04,300 - 04,600 lintang utara dan 95,750 - 96, 200 bujur timur. Luas wilayah Kabupaten Pidie berdasarkan aspek administrasi mencakup wilayah daratan seluas 317.706,05 Ha, wilayah laut kewenangan sejauh 4 mil sejauh garis pangkal seluar 39.845,37 Ha, wilayah udara di atas daratan dan laut kewenangan, serta termasuk ruang di dalam bumi di bawah wilayah daratan dan laut kewenangan, dengan batas-batas wilayah Kabupaten Pidie, meliputi :
− Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Barat dan Aceh Tengah.
− Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya. − Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Malaka, Pidie Jaya dan Bireuen. − Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Jaya dan
Aceh Besar.
Dari posisi tersebut, wilayah ini membuka ke arah Selat Malaka dimana 6 Kecamatan dari 23 Kecamatan yang ada memiliki garis pantai menghadap ke selat
Malaka tersebut.Kecamaan yang menghadap ke Selat Malaka adalah Kecamatan Muara Tiga, Batee, Pidie, Kota Sigli, Simpang Tiga dan Kembang Tanjong.Secara administrasi Kabupaten Pidie terbagi menjadi 23 Kecamatan, 94 Kemukiman dan 731 Gampong atau Desa.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Mie Aceh
Gambar 3. Karakteristik Mie Aceh Pada Setiap Industri Pengolahan Mie
Berdasarkan gambar diatas,dari 10 sampel yg diambil pada setiap industri pengolahan mie acehmenunjukkan sampel 01 dan 02pada mie aceh tersebut bewarna kuning standar, pada sampel 03, 05, 06 dan 09 menuunjukkan mie aceh tersebut bewarna kuning pucat, pada sampel 04, 08 dan 10 menunjukkan mie aceh tersebut bewarna kuning, sedangkan pada sampel 07 menunjukkan mie aceh tersebut bewarna sangat kuning dan agak mencolok.Dalam hal ini, terlihat jelas perbedaan mie aceh karena penggunaan zat pewarna, sehingga warnanya berbeda.
66
4.2.2 Karakteristik Penjamah Makanan
Karakteristik penjamah makanan mie aceh dalam penelitian ini dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama berproduksi, jumlah tenaga kerja, pernah mengikuti kursus mengolah makanan (mie aceh) atau tidak. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Penjamah Makanan Mie Aceh Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Tingkat Pendidikan Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Karakteristik Penjamah Jumlah Persentase % 1 Jenis Kelamin
3 Tingkat Pendidikan
SD/Srderajat 3 30,0
SMP/Sederajat 4 40,0
SMA/Sederajat 3 30,0
Total 10 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa penjamah makanan mie aceh berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu sebanyak (60%) dibandingkan dengan berjenis kelamin perempuan sebanyak (40%).Penjamah makanan mie aceh pada kelompok umur 35-50 tahun lebih banyak yaitu sebesar (50%) dan paling sedikit pada kelompok umur >50 tahun sebesar (20%).Tingkat pendidikan penjamah makanan mie aceh lebih banyak pada pendidikan SMP sebesar (40%),
dan yang paling sedikit pada tingkat pendidikan SD dan SMA yaitu sebesar (30%).
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Produksi/Hari Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Jumlah Produksi Kg/Hari Jumlah Persentase %
1 <200 6 60,0
2 200-400 3 30,0
3 >400 1 10,0
Total 10 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa jumlah produksi/hari mie aceh pada suatu industri paling banyak adalah >400 kg/hari dengan persentase (10%) dan jumlah produksi/hari mie aceh pada suatu industri paling sedikit diproduksi adalah <200 kg/hari dengan persentase (60%).
Tabel 4.3 Distribusi Lama Berproduksi Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Lama Produksi (Tahun) Jumlah Persentase %
1 <15 Tahun 3 30,0
2 15-20 Tahun 3 30,0
3 >20 Tahun 4 40,0
Total 10 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa industri pengolahan mie aceh yang paling lama berproduksi adalah >20 tahun dengan persentase (40%) dan yang paling rendah berproduksi adalah <15 tahun dengan persentase (30%.)
68
Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Jumlah Persentase %
1 2 Orang 3 30,0
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan mie aceh paling banyak adalah sebanyak 6 orang dengan persentase (20%) dan yang paling sedikit tenaga kerjanya adalah sebanyak 2 orang dengan persentase (30%).
4.2.2.1 Pernah/Tidak Produsen Mie Aceh Mengikuti Kursus Pengolahan Makanan Tahun 2016
Diketahui bahwa tidak ada satupun responden penjamah makanan pada industri pengolahan mie aceh yang pernah mengikuti kursus mengolah makanan sebelum mereka memproduksi mie aceh.
4.2.3 Enam Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap 10 industri pengolahan mie aceh, diperoleh gambaran pelaksanaan 6 (enam) prinsip higiene sanitasi pengolahan mie aceh yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi. 4.2.3.1 Pemilihan Bahan Baku Mie Aceh
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap 10 industri pengolahan mie aceh, berdasarkan pemilihan bahan baku mie aceh disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Pemilihan Bahan Baku Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Tepung terigu dan tepung kanji yang
digunakan dalam kondisi baik/utuh, tidak berbau apek, bewarna normal, bersih, bebas jamur dan serangga
7 70,0 3 30,0
2 Tepung terigu dan tepung kanji diperoleh dari tempat penjualan yang memperoleh izin dari pemerintah
5 50,0 5 50.0
3 Bahan makanan kemasan terdaftar pada Depkes misal zat pewarna
2 20,0 8 80.0
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diperoleh bahwa kriteria penilaian dalam pemilihan bahan bakumie aceh, tepung terigu dan tepung kanji yang digunakan dalam kondisi baik/utuh yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebanyak 70%. Sedangkan tepung terigu dan tepung kanji diperoleh dari tempat penjualan yang memperoleh izin dari pemerintah yang memenuhi syarat adalah sebanyak 50% dan sebanyak 20% bahan makanan kemasan yang memenuhi syarat terdaftar pada Departemen kesehatan misalnya zat pewarna.
4.2.3.2 Penyimpanan Bahan Baku Mie Aceh
Hasil observasi yang peneliti lakukan pada 10 industri pengolahan mie aceh berdasarkan penyimpanan bahan baku mie aceh disajikan dalam tabel distribusi berikut :
70
Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Tempat Penyimpanan Bahan Baku Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Tempat penyimpanan bahan
makanan bersih dan tertutup
7 70,0 3 30,0
2 Tempat penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi
10 100,0 0 0,0
3 Tempat penyimpanan bahan baku makanan mie aceh kedap air
7 70,0 3 30,0
4 Tempat penyimpanan bahan baku mie aceh tidak menjadi tempat bersarang vektor
6 60,0 4 40,0
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, diketahui bahwa penilaian berdasarkan prinsip tempat penyimpanan bahan baku makanan yang memenuhi syarat adalah sebanyak 70% tempat penyimpanan bahan makanan dalam keadaan bersih dan tertutup. Sedangkan kriteria tempat penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadiseluruhnya telah memenuhi syarat kesehatan, tempat penyimpanan bahan baku makanan mie aceh kedap air yang memenuhi syarat 70% dan sebanyak 60% tempat penyimpanan bahan baku mie aceh tidak menjadi tempat bersarang vektor.
4.2.3.3 Pengolahan Mie Aceh
Hasil observasiberdasarkanpengolahan mie aceh termasuk tenaga penjamah makanan, cara pengolahan makanan dan tempat pengolahan makanan disajikan ke dalam tabel berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan Tenaga Penjamah Makanan Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Penjamah makanan tidak menderita
penyakit menular, misalnya batuk, influenza, diare, penyakit perut dan sejenisnya
10 100,0 0 0,0
2 Memakai celemek, tutup kepala dan sarung tangan
0 0,0 10 100,0
3 Mencuci tangan setiap kali hendak menjamah makanan
2 20,0 8 80,0
4 Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian
7 70,0 3 30,0
5 Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (hidung, telinga, mulut dan bagian lainnya) pada waktu melakukan pengolahan mie aceh
5 50,0 5 50,0
6 Menjamah makanan harus
memakai alat perlengkapan atau dengan alas tangan
3 30,0 7 70,0
7 Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan danatau tanpa menutup mulut atau hidung
7 70,0 3 30,0
8 Tidak menggunakan perhiasan (emas, dll)
8 80,0 2 20,0
9 Tidak bercakap-cakap saat menangani makanan
10 100,0 0 0,0
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas diketahui bahwa kriteria penilaian pengolahan makanan berdasarkan tenaga penjamah makanan mie aceh yang memenuhi syarat adalah seluruh industri pengolahan mie aceh yaitutenaga penjamah makanan tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut dan sejenisnya. Sebanyak 2 industri pengolahan mie aceh (20%) tenaga penjamah makanan/pengolah yang mencuci tangan setiap kali hendak menjamah makanan. Terdapat sebanyak (70%) tenaga penjamah
72
makanan/pengolah mie aceh yang menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian dan sebanyak (30%) tenaga penjamah makanan yang memakai alat perlengkapan atau dengan alas tangan. Kriteria peniliaan tenaga penjamah tidak bercakap-cakap pada saat menangani makanan seluruhnya telah memenuhi syarat.
Sedangkan untuk kriteria yang tidak memenuhi syarat adalah tidak ada satupun industri pengolahan mie aceh yang menggunakan celemek, tutup kepala dan sarung tangan. Dari hasil observasi ditemui 5 industri pengolah mie aceh (50%) tenaga penjamah makanan merokok, menggaruk anggota badan (hidung, telinga, mulut dan bagian lainnya) pada waktu melakukan pengolahan mie aceh. Dilihat dari tenaga penjamah pada saat menjamah makanan harus memakai alat perlengkapan atau dengan alas tangan sebanyak (30%) yang tidak memenuhi syarat dan terdapat (20%) yang menggunakan perhiasan seperti (emas,dll).
Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Cara Pengolahan Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Memiliki pengetahuan tentang bahaya
bahan tambahan pangan, misal zat pewarna seperti metanil yellow
3 30,0 7 70,0
2 Menggunakan air yang bersih dalam setiap pengolahan
8 80,0 2 20,0
3 Peralatan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahan
6 60,0 4 40,0
4 Peralatan harus selalu dibersihkan setelah digunakan
5 50,0 5 50,0
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan cara pengolahan mie aceh dari 10 industri pengolahan mie aceh yaitu (30%) yang memiliki
pengetahuan tentang bahaya bahan tambahan pangan, misal zat pewarna seperti metanil yellow.Berdasarkan hasil observasi (80%) yang menggunakan air yang bersih dalam setiap pengolahan, juga dilihat dari peralatan dicuci dahulu sebelum digunakan dalam setiap pengolahan (60%) yang memenuhi syarat dan 5 industri pengolahan mie aceh (50%) yang menggunakan peralatan harus selalu dibersihkan setelah digunakan.
Tabel 4.9Distribusi Berdasarkan Tempat Pengolahan Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Peralatan tidak gompel atau retak 6 60,0 4 40,0 2 Tempat pengolahan memiliki ventilasi
yang baik
10 100, 0
0 0,0 3 Lantai harus dalam keadaan bersih,
kering, tidak lembab, licin
1 10,0 9 90,0
4 Kondisi dinding dalam keadaan baik 4 40,0 6 60,0 5 Penerangan dalam ruangan cukup 9 90,0 1 10,0 6 Langit-langit rata dan bersih, tidak
terdapat lubang-lubang
5 50,0 5 50,0
7 Ruangan bebas vektor (lalat, tikus, dll) 2 20,0 8 80,0 8 Tersedia tempat mencuci tangan dan
air yang cukup
10 100, 0
0 0,0 9 Sumber air yang digunakan dari PAM /
sumur
5 50,0 5 50,0
10 Tersedia tempat pembuangan sampah tertutup dan kedap air
1 10,0 9 90,0
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan makanan yang memenuhi syarat berdasarkan tempat pengolahan dari 10 industri pengolahan mie aceh yaitu 6 industri pengolahan mie aceh (60%)tidak menggunakan peralatan tidak gompel atau retak, semua industri pengolahan mie aceh tempat pengolahannya memiliki ventilasi yang baik, sebanyak 1 industri pengolahan mie aceh (10%)lantai dalam keadaan bersih,
74
kering, tidak lembab, licin. Dari hasil observasi diperoleh (40%) industri pengolahan mie aceh terdapat kondisi dinding dalam keadaan baik dan penerangan dalam ruangan cukup yaitu (90%), sebanyak 5 industri pengolahan mie aceh (50%) memiliki langit-langit rata dan bersih, tidak terdapat lubang-lubang dan juga sebanyak yang memenuhi syarat kesehatan (20%) ruangan bebas vektor (lalat, tikus, dll). Semua industri pengolahan mie aceh tersedia tempat mencuci tangan dan air yang cukup, 5 industri pengolahan mie aceh (50%) memiliki sumber air yang digunakan dari PAM/sumur dan dari hasil observasi juga diperoleh 1 industri pengolahan mie aceh (10%) memiliki tersedia tempat pembuangan sampah tertutup dan kedap air.
4.2.3.4 Penyimpanan Mie Aceh Yang Sudah Jadi
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada 10 industri pengolahan mie aceh yang menjual hasil produksi di pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016 berdasarkan prinsip penyimpanan makanan jadi disajikan dalam bentuk tabel distribusi berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Berdasarkan Tempat Penyimpanan Makanan Jadi Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Tersedia wadah khusus untuk
menyimpan makanan jadi
10 100,0 0 0,0
2 Wadah harus dalam keadaan bersih 9 90,0 1 10,0 3 Wadah tertutup dengan baik 2 20,0 8 80,0 4 Terhindar dari sinar matahari atau
gangguan panas
7 70,0 3 30,0
5 Terhindar dari pencemaran dan binatang pengganggu
2 20,0 8 80,0
6 Tempat penyimpanan mie yang sudah jadi harus dalam keadaan bersih
9 90,0 1 10,0
7 Tempat penyimpanan mie yang sudah jadi jauh dari sumber pencemaran
5 50,0 5 50,0
9 Tersedia lemari/gudang khusus untuk menyimpan mie yang sudah jadi
3 30,0 7 70,0
Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan tempat penyimpanan makanan jadi mie aceh dari 10 industri pengolahan mie aceh yaitu (100%) memiliki wadah khusus untuk menyimpan makanan jadi. Berdasarkan hasil observasi 9 industri pengolahan mie aceh (90%) memiliki wadah dalam keadaan bersih dan sebanyak (20%) wadah tertutup dengan baik serta sebanyak(70%) tempat pengolahan mie aceh terhindar dari sinar matahari atau gangguan panas.
Selain itu diperoleh bahwa masih terdapat 8 industri pengolahan mie aceh (80%) tidak terhindar dari pencemaran dan binatang pengganggu, juga terdapat (10%) tempat penyimpanan mie yang sudah jadi tidak dalam keadaan bersih. Berdasarkan hasil observasi terdapat sebanyak(50%) tempat penyimpanan mie yang sudah jadi dekat dengan sumber pencemaran dan 7 industri sebanyak (70%) tidak mempunyai lemari/gudang khusus untuk menyimpan mie yang sudah jadi. 4.2.3.5 Pengangkutan Mie Aceh
Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap 10 industri pengolahan mie aceh yang menjual hasil produksi di pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016 berdasarkan tempat pengangkutan mie aceh disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi berikut :
76
Tabel 4.11 Distribusi Berdasarkan Tempat Pengangkutan Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Tersedia tempat/wadah khusus untuk
mengangkut makanan jadi
10 100,0 0 0,0
2 Tempat dalam keadaan bersih 10 100,0 0 0,0 3 Makanan diangkut dalam keadaan
tertutup
1 10,0 9 90,0
4 Pengangkutan mie tidak melewati daerah kotor
6 60,0 4 40,0
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan pengangkutan mie aceh dari 10 industri pengolahan mie aceh seluruhnya memiliki tempat/wadah khusus untuk mengangkut mie aceh yang sudah jadi dan juga terdapat tempat/wadah mengangkut mie aceh dalam keadaan bersih, terdapat(10%) makanan mie aceh diangkut dalam keadaan tertutupSelain itu, berdasarkan hasil observasi (60%) pengangkutan mie tidak melewati daerah kotor.
4.2.3.6 Penyajian dan Pengemasan Mie Aceh
Hasil observasi yang peneliti telah lakukan pada sepuluh industri pengolahan mie aceh yang menjual hasil produksi di pasar Tradisional Kota Sigli tahun 2016 berdasarkan proses pengemasan mie aceh disajikan dalam bentuk tabel distribusi berikut:
Tabel 4.12 Distribusi Berdasarkan Proses Pengemasan Pada Industri
Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Kriteria Penilaian Ya Tidak
Jumlah % Jumlah % 1 Penyaji berpakaian bersih 7 70,0 3 30,0 2 Menggunakan APD yaitu sarung
tangan
4 40,0 6 60,0
3 Plastik untuk membungkus mie aceh dalam keadaan baik dan bersih
10 100,0 0 0,0
4 Peralatan atau pembungkus untuk pengemasan dalam keadaan bersih.
10 100,0 0 0,0
Berdasarkan Tabel 4.12 diatas dapat diperoleh bahwa untuk kriteria penilaian pengolahan yang memenuhi syarat berdasarkan pengemasan mie aceh dari 10 industri pengolahan mie aceh yaitu 7 industri pengolahan mie aceh (70%) penyaji berpakaian bersih dan 4 industri pengolahan mie aceh terdapat sebanyak (40%) yang menggunakan APD yaitu sarung tangan.Berdasarkan hasil observasi diperoleh 10 industri pengolahan mie aceh semuanya menggunakan plastik untuk membungkus mie aceh dalam keadaan baik dan bersih dan dari 10 industri pengolahan mie aceh semuanya menggunakan peralatan atau pembungkus untuk pengemasan dalam keadaan bersih.
4.2.4 Hasil Rekapitulasi Penilaian Observasi 6 Prinsip Hygiene Sanitasi Pada Setiap Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan pada 10 industri pengolahan mie aceh yang menjual hasil produksi di pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
78
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel diatas hygiene sanitasi pemilihan bahan baku pada 10 industri pengolahan mie aceh secara rata-rata memenuhi syarat. Dimana bahan baku dalam kondisi baik segar dan tidak busuk. Tepung terigu yang digunakan tidak berbau, bewarna normal dan diperoleh dari tempat penjualan yang di awasi pemerintah. Penyimpanan bahan baku pada 10 industri pengolahan mie aceh belum memenuhi syarat, dimana tempat penyimpanan tersebut dalam keadaan tidak bersih, tempat penyimpanan bahan baku tidak tertutup dan menjadi tempat bersarang vektor seperti serangga dan tikus.
Hygiene sanitasi pengolahan pada 10 industri mie aceh belum memenuhi syarat, dimana tenaga penjamah makanan belum melaksanakan sepenuhnya kriteria hygiene sanitasi. Begitu juga cara pengolahan dan tempat pengolahan mie aceh. Tetapi untuk tempat penyimpanan mie aceh ada 4 industri pengolahan mie
aceh yang sudah memenuhi syarat yaitu industri pengolahan mie aceh 02, 03, 05 dan 08. Pengangkutan mie aceh pada 10 industri pengolahan mie aceh hanya dua industri yang memenuhi syarat selebihnya belum memenuhi syarat kesehatan karena masih terdapat makan diangkut dalam keadaan terbuka dan melewati daerah kotor. Penyajian dan pengemasan pada 10 industri pengolahan mie aceh terdapat tiga industri yang memenuhi syarat selebihnya belum memenuhi syaratkesehatan karena penyaji tidak berpakaian bersih dan tidak menggunakan APD yaitu sarung tangan.
4.2.5Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
4.2.5.1 Uji Kualitatif
Pemeriksaan sampel mie aceh di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh Provinsi Aceh selama 10 hari.Waktu pengambilan sampel mie aceh adalah pukul 08.00-12.00 WIB.Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium, dari 10 sampel masing-masing mie aceh diperoleh bahwa tidak ada satupun (0%) sampel yang mengandung zat pewarna Metanil Yellow.Hasil pemeriksaan zat pewarna Metanil Yellow yang peneliti lakukan terhadap 10 sampel untuk masing-masing mie aceh diperoleh dari Badan Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh, dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut :
80
Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Industri Pengolahan Mie Aceh yang Menjual Hasil Produksinya di Pasar Tradisional Kota Sigli
Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukkan hasil pemeriksaan zat pewarna Metanil Yellow yang dilakukan peneliti pada 10 sampel mie aceh pada industri pengolahan mie aceh yang menjual hasil produksi di Pasar Tradisional Kota Sigli tahun 2016, diperoleh bahwa tidak ada satupun sampel yang diuji yang memiliki kandungan zat pewarna Metanil Yellow.
4.2.6 Karakteristik Responden Konsumen dan Pedagang Mie Aceh
4.2.6.1 Jenis Kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin konsumen dan pedagang di pasarTradisional Kota Sigli tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.14berikut :
Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Konsumen dan Pedagang di Pasar Trasdisional Kota Sigli Tahun 2016
No Jenis Kelamin Konsumen Pedagang
Jumlah % Jumlah %
1 Laki-laki 11 36.7 11 55.0
2 Perempuan 19 63.3 9 45.0
Total 30 100.0 20 100.0
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa responden konsumen lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) danyang paling sedikit respondenyang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (36,7%). Sedangkan responden pedagang menunjukkan yang lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (55,0%) danyang paling sedikit responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 9 orang (45,0%). 4.2.6.2 Umur
Distribusi responden berdasarkan umur konsumen dan pedagang di pasarTradisional Kota Sigli tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.15berikut :
Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Konsumen dan Pedagang di Pasar Trasdisional Kota Sigli Tahun 2016
No Umur Konsumen Pedagang
Jumlah % Jumlah %
1 <20 Tahun 6 20.0 4 20.0
2 20-35 Tahun 16 53.3 7 35.0
3 >35 Tahun 8 26.7 9 45.0
Total 30 100.0 20 100.0
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa responden konsumen lebih banyak berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 16 orang (53,3%), responden yang berumur>35 tahun sebanyak 8 orang (26,7%), dan responden yang paling sedikit berumur <20 tahun yaitu sebanyak 6 orang (20,0%). Sedangkan responden pedagang lebih banyak berumur>35 tahun yaitu sebanyak 9 orang (45,0%), responden berumur 20-35 tahun sebanyak 7 orang (35,0%), dan responden paling sedikit berumur <20 tahun yaitu sebanyak 4 orang (20,0%).
82
4.2.6.3 Pendidikan
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir konsumendan pedagang di pasar Tradisional Kota Sigli tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.16berikut :
Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Konsumen dan Pedagang di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
No Tingkat Pendidikan Konsumen Pedagang
Jumlah % Jumlah %
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa responden konsumen lebih banyakmemiliki tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 16 orang (53,3%),responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir Diploma/Sarjana sebanyak 8 orang (26,7%), responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 4 orang (13,3%), dan responden yang paling sedikit memiliki tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 2 orang (6,7%). Sedangkan responden pedagang lebih banyakmemiliki tingkat pendidikan terakhir SMP dan SMA yaitu masing-masing sebanyak 8 orang (40,0%), dan paling sedikit yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 4 orang (20,0%).
4.2.6.4 Banyaknya Mengkonsumsi Mie Aceh Dalam Seminggu
Distribusi responden konsumen dan pedagang berdasarkan banyaknya mengkonsumsi mie aceh dalam seminggu tahun 2016, dapat dilihat pada tabel 4.17berikut :
Tabel 4.17Distribusi Responden Konsumen Dan Pedagang BerdasarkanBanyaknya Mengkonsumsi Mie Aceh Dalam Seminggu Tahun 2016
No Banyaknya mengkonsumsi mie aceh dalam seminggu
Konsumen Pedagang
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa responden konsumen lebih banyak yang mengkonsumsi mie aceh dalam seminggu yaitu sebanyak 2 kali 16 orang (53,3%), dan responden konsumen yang paling sedikit mengkonsumsi mie aceh sebanyak 1 dan 4 kali yaitu 3 orang (10,0%), sedangkan responden pedagang lebih banyak yang mengkonsumsi mie aceh dalam seminggu yaitusebanyak 4 dan 5 kaliyaitu 7 orang (35,0%), dan responden pedagang yangpaling sedikit mengkonsumsi mie aceh sebanyak 7 kali yaitu 1 orang (5,0%).
4.2.6.5 Hasil Pengukuran Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Tentang Mie Aceh di Pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016
Distribusi responden berdasarkan hasil pengukuran pengetahuankonsumen dan pedagang tentang mie aceh di pasar Tradisional Kota Sigli Tahun 2016, dapat dilihatpada tabel 4.18 berikut :