• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Disolusi Kapsul Kloramfenikol Yang Diproduksi Oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Disolusi Kapsul Kloramfenikol Yang Diproduksi Oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DISOLUSI KAPSUL KLORAMFENIKOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh :

GUSTI TRI MUSTIKA RATIH NIM 082410037

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

UJI DISOLUSI KAPSUL KLORAMFENIKOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

GUSTI TRI MUSTIKA RATIH NIM 082410037 Medan, Mei 2011

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing, Pembimbing Lapangan,

Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt. Drs. Zulfadli, Apt. NIP 194809041974122001

Disahkan Oleh:

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan, kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta sholawat beriring salam untuk Rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan dalam kehidupan.

Adapun tugas akhir ini berjudul ”UJI DISOLUSI KAPSUL KLORAMFENIKOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT. KIMIA FARMA Tbk. PLANT MEDAN”. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala ketulusan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda H. Edy Supratno, S.E. dan Ibunda Hj. Sakdiah Iskandar yang telah mencurahkan perhatian serta memberikan dukungan baik moril maupun materi dan segenap doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si, Apt., sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan waktu untuk penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Zulfadli, sebagai Koordinator Pembimbing Praktik Kerja Lapangan di

industri PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmu dan arahan pada saat Praktik Kerja Lapangan.

5. Bapak Drs. Syafruddin Ms., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal akademis setiap semester.

6. Bapak Kepala Manager industri PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. PLANT MEDAN beserta stafnya yang telah membantu dan menyediakan fasilitas kepada penulis selama Praktik Kerja Lapangan.

(5)

8. Sahabat – sahabat penulis yang selalu bersama dengan penulis dalam suka dan duka, Ayah (Johan Perdana Fadillah), Hcoirunnisah Lubis, Desy Ermayanti Hasibuan, Oktriza Witi, Ahmad Syahnan Lubis.

9. Keluarga Besar penulis, adik penulis (Fitria Putri Afriyanti, M. Khairil Hasnan Habib), Bre Isna, Vanny bebep, Lia bebep, Bang Azlan, Mas Bayu, Guruh, Om Affan, Om Zein, Om Vai, Uwo Fauziah, Uwo Zonni Aroma, Om Zarrie, Om Nudi, Pak Sarjo terima kasih selama ini telah mendukung dan membantu penulis.

10. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2008 (Ayu Sari, Rosy, Fara, Vina, Lurey, Melya, Sonanda, Armand, semua tanpa terkecuali), anak – anak Sofyandix (Kiki, Putri, Agun, Kak Lia, Kak Hafni, Bang Riza), antipaters (Friska, Dyan, Henny) terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

11. Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum namanya.

(6)

Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia–Nya kepada kita dan harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita. Amin.

Medan, Mei 2011 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul ... 3

2.2 Syarat Kapsul ... 3

2.3 Antibiotik ... 4

2.4 Kloramfenikol ... 5

2.4.1 Farmakologi ... 6

2.5 Uji Disolusi ... 7

2.5.1 Alat Uji Disolusi ... 8

2.5.2 Media Disolusi ... 9

2.5.3 Pengaruh Bentuk Sediaan Terhadap Laju Disolusi ... 10

2.5.4 Penetapan Kadar ... 11

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Tempat Pelaksanaan Pengujian ... 13

(8)

3.2.1 Alat – alat ... 13

3.2.2 Bahan - Bahan ... 13

3.2.3 Cara Penetapan ... 13

3.3 Prosedur ... 14

3.3.1 Pembuatan Pereaksi ... 14

3.3.1.1 Pembuatan Pereaksi HCl 0,1 N ... 14

3.3.1.2 Pembuatan Larutan Standar Kloramfenikol ... 14

3.3.2 Prosedur Kerja ... 14

3.4 Persyaratan ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 17

4.2 Pembahasan ... 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan Uji Disolusi Kloramfenikol ... 22

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ilustrasi Skema Proses Disolusi Sediaan Padat ... 7

Gambar 2 Pengaduk Bentuk Basket (Keranjang) ... 25

Gambar 3 Pengaduk Bentuk Dayung ... 26

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Obat merupakan suatu zat yang dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. (Ansel, 1989)

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul mempunyai ukuran yang beragam, tergantung pada jumlah obat yang akan diberikan, dan mempunyai bentuk serta warna yang berbeda bila dibuat untuk perdagangan. Biasanya bahan-bahan obat dilepaskan dari kapsul lebih cepat dari tablet. Kapsul dari gelatin, suatu protein yang segera rusak dalam saluran cerna dan memungkinkan getah lambung masuk serta mencapai isinya. (Syamsuni, 2007)

Kapsul harus memenuhi persyaratan uji. Serangkaian uji itu adalah keseragaman bobot, keseragaman kandungan, uji waktu hancur, dan uji disolusi. (Anief, 1984)

(12)

Obat yang diproduksi haruslah memenuhi persyaratan diatas, yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memilih judul tentang uji disolusi kapsul kloramfenikol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan. Adapun pengujian dilakukan di laboratorium PT. Kimia Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan.

1.2Tujuan

Untuk mengetahui apakah kapsul kloramfenikol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan telah memenuhi syarat uji disolusi dalam Farmakope Indonesia Edisi IV.

1.3Manfaat

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul dari gelatin keras dan juga gelatin lunak. (Ansel, 1989)

2.2 Syarat Kapsul

Syarat-syarat kapsul adalah sebagai berikut :

1. Keseragaman Kandungan

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kandungan bahan aktif dari kapsul satu dan kapsul lainnya. Jika bahan aktif tidak kurang dari 50% dari bobot tablet atau kapsul dan lebih besar dari 50 mg persyaratannya harus berada pada rentang 85% - 115% dengan simpangan relatif kurang atau sama dengan 6%.

2. Waktu Hancur

(14)

masalah dalam hal kualitas produk obat. Waktu hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi waktu (dalam 15 menit). 3. Disolusi

Disolusi adalah larutnya zat berkhasiat dalam suatu media disolusi. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa persentasi zat aktif dalam obat yang dapat terlarut dan terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi pada tubuh.

4. Kadar Zat Berkhasiat

Pengujian ini merupakan versi kuantitatif dari pengujian identifikasi. 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan. Umumnya rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan pada etiket. (Agoes, 2008)

2.3 Antibiotik

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini dibuat secara semi-sintetis.

(15)

1. Antibiotik dengan kegiatan sempit (Narrow spectrum) Antibiotik yang aktif terhadap beberapa jenis bakteri. 2. Antibiotik dengan kegiatan luas (Broad spectrum)

Antibiotik yang berkhasiat terhadap banyak jenis bakteri gram positif maupun gram negatif. Virus-virus tertentu dan protozoa. (Tjay,2007)

2.4 Kloramfenikol

Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5

Nama Umum : Kloramfenikol

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.

(16)

Persyaratan : Kapsul kloramfenikol mengandung kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Indikasi : Sebagai antibiotik

(Ditjen POM, 1995)

2.4.1 Farmakologi

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik broad spectrum yang aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Antibiotik ini dihasilkan oleh

Streptomyces venezuela dan merupakan antibiotik yang digunakan sebagai obat

penyakit tifus. Berbagai turunan kloramfenikol berhasil disintesis akan tetapi tidak ada senyawa yang khasiatnya melampaui khasiat kloramfenikol. Karena amat pahit biasanya kloramfenikol digunakan dalam bentuk kapsul. (Widjajanti,1998)

Mekanisme kerja antibiotik kloramfenikol ialah menghambat sintesis protein yang dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel bakteri sehingga kloramfenikol menghambat fungsi RNA dari bakteri. (Wattimena, 1991)

(17)

belakang sehingga pembuatan sel-sel darah merah menjadi terganggu. Karenanya penggunaannya ditujukan hanya untuk penyakit tifus dan penyakit berat saja.(Tjay, 2007)

2.5 Uji Disolusi

Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan pada suatu medium.

Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan pada setiap produksi tablet atau kapsul. Disolusi menggambarkan efek obat terhadap tubuh, jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat pada tubuh. (Syukri, 2002).

(18)

disolusi disolusi

absorpsi

Gambar 1. Ilustrasi skema proses disolusi sediaan padat

Kecepatan disolusi obat merupakan tahap pembatas kecepatan sebelum obat berada dalam darah. Obat yang larut di dalam air akan melarut cepat, obat akan berdifusi secara pasif. Sebaliknya kecepatan obat yang kelarutannya kecil akan dibatasi karena kecepatan disolusi dari obat tidak larut atau disintegrasi sediaan relatif pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif. (Syukri, 2002)

2.5.1 Alat Uji Disolusi

Uji disolusi dapat dilakukan dengan menggunakan dua tipe alat, yaitu :

1. Alat 1 (Metode Basket)

Alat terdiri atas wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak. Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat mempertahankan suhu Tablet atau

kapsul

Granul atau

agregat

Partikel Halus

Obat dalam larutan

(19)

dalam wadah 37° ± 0,5° C selama pengujian berlangsung. Bagian dari alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan, atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Wadah disolusi dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160-175 mm, diameter dalam 98-106 mm, dengan volume sampai 1000 ml. Batang logam berada pada posisi tertentu sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur mempertahankan kecepatan alat.

2. Alat 2 (Metode Dayung)

Sama seperti alat 1, tetapi pada alat ini digunakan dayung yang terdiri atas daun dan batang sebagai pengaduk. Batang dari dayung tersebut sumbunya tidak lebih dari 2 mm dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Jarak antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. (Ditjen POM, 1995)

2.5.2Media Disolusi 1. Air Suling

(20)

dengan cairan fisiologik, terutama untuk senyawa ionik yang sangat dipengaruhi oleh pH.

2. Larutan Ionik

Larutan ionik banyak digunakan untuk menyesuaikan pH organ tubuh :

i. Larutan asam (pH 1,2) dibuat dari asam klorida encer baik ditambah atau tidak ditambah dengan larutan natrium atau kalium klorida, sehingga pH cairan mendekati komposisi cairan lambung.

ii. Larutan dapar alkali (pH 7-8) paling sering digunakan untuk meniru pH usus dalam pengujian sediaan dengan aksi diperpanjang atau aksi terjaga setelah melewati cairan yang asam.

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi

Faktor yang mempengaruhi laju disolusi dari bentuk sediaan biasanya diklasifikasikan atas tiga kategori yaitu:

1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat

Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi kelarutan, bentuk kristal, serta ukuran partikel. Sifat-sifat fisikokimia lain seperti kekentalan berperan terhadap munculnya permasalahan dalam disolusi.

2. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan

(21)

pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung di dalamnya. Cara pengolahan dari bahan baku, bahan tambahan dan prosedur yang dilakukan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan berpengaruh terhadap laju disolusi. Perubahan lama waktu pengadukan pada granulasi basah dapat menghasilkan granul-granul besar, keras dan padat sehingga pada proses pencetakan dihasilkan tablet dengan waktu hancur dan disolusi yang lama. Faktor formulasi yang dapat mempengaruhi laju disolusi di antaranya kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien, kekerasan dan porositas.

(22)

disolusi yang sama atau berbeda tergantung pada metode uji yang digunakan. (Syukri, 2002).

2.5.4Penetapan Kadar

Setelah pengambilan sampel, kemudian dilanjutkan dengan proses analisis penetapan kadar zat aktif dalam sampel tersebut. (Siregar,2008)

Penetapan kadar dipilih berdasarkan fungsi sifat senyawa dan prosedur penetapan kadar senyawa dalam cairan. Untuk penetapan kadar dapat dilakukan dengan metode fisikokimia yaitu spektrofotometri ultraviolet – visibel, fluorometri, dan konduktometri. (Devissaquest, 1993)

(23)

terdisolusi 75% dalam 45 menit dengan menggunakan alat 1 pada 100 rpm atau alat 2 pada 50 rpm.

Tabel 1. Tabel Penerimaan Hasil Uji Disolusi

Keterangan :

S1 : Tahap pertama

S2 : Tahap kedua

S3 : Tahap ketiga

Q : Jumlah zat aktif yang terlarut yang tertera dalam masing-masing monografi Tahap

Jumlah Sediaan yang

diuji

Kriteria Penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%

S2 6

Rata – rata dari 12 unit (S1+ S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari

Q – 15%

S3 12

(24)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1Tempat Pelaksanaan Pengujian

Pengujian dilakukan di laboratorium kimia, PT. Kimia Farma (PERSERO) Tbk. Plant Medan, Jln. SM. Raja Km. 9 No. 59 Medan.

3.2Uji Disolusi Kapsul Kloramfenikol 3.2.1Alat – alat

Alat – alat yang digunakan dalam pengujian ini yaitu dissolution tester merk Hason type SR-2, spektrofotometri UV-Vismerk Agilent, neraca analitik,

ultrasonic bath digitals, mat pipet, bola karet, gelas ukur, labu tentukur,

beaker glass, pipet tetes. 3.2.2Bahan – bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu kapsul Kloramfenikol 250 mg; HCl 0,1 N; aquades.

3.2.3Cara Penetapan

Larutan yang sudah disiapkan ditetapkan kadarnya menggunakan Spektrofotometer Ultraviolet pada panjang gelombang 278 nm.

(25)

3.3 Prosedur

3.3.1Pembuatan Pereaksi

3.3.1.1Pembuatan Pereaksi HCl 0,1 N

Dipipet sebanyak 8,5 ml larutan HCl (p), kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur. Kemudian diaddkan dengan aquades sampai 1000 ml. Dibuat sampai 6 kali.

3.3.1.2Pembuatan Larutan Standar Kloramfenikol

Ditimbang sebanyak 69,4 mg Kloramfenikol baku, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diaddkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kocok sampai larut dan saring (Larutan Baku Induk I). Kemudian pipet 2 ml dari Larutan Baku Induk I , masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diaddkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kocok (Larutan Baku Induk II). Kemudian diukur dengan spektrofotometer UV pada λ 278 nm.

3.3.2Prosedur Kerja

(26)

diaddkan dengan larutan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kocok. Kemudian diukur dengan spektrofotometer UV pada λ 278 nm.

3.4 Persyaratan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, untuk uji disolusi kapsul kloramfenikol bahwa dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q).

Perhitungan kadar zat berkhasiat dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

K = x Kb

Keterangan :

(27)

Tabel 2. Penerimaan Hasil Uji Disolusi

Pengujian akan dilakukan sampai tiga tahap, bila pengujian tahap pertama tidak memenuhi persyaratan maka akan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap S2. Namun jika pada tahap ini juga masih belum memenuhi persyaratan, maka pengujian dilanjutkan ke tahap ketiga yaitu tahap S3 sesuai dengan tabel diatas. (Lachman, 1994)

Tahap

Jumlah Sediaan yang

diuji

Kriteria Penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%

S2 6

Rata – rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari

Q – 15%

S3 12

(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari pengujian yang dilakukan didapat hasil yaitu :

- Absorbansi Larutan Baku Induk : 0,40494.

- Absorbansi dari Larutan Uji : 0,39135 ; 0,38478 ; 0,38367 ; 0,38451 ; 0,38790 ; 0,38549.

- Kadar Zat Terlarut dari larutan uji : 97,17% ; 95,53% ; 95,26% ; 95,47% ; 96,31% ; 95,71%.

Perhitungan kadar Zat Terlarut dari uji disolusi kapsul kloramfenikol secara spektrofotometri UV dapat dilihat pada lembar lampiran.

4.2 Pembahasan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, kadar zat terlarut untuk hasil uji disolusi kapsul kloramfenikol yaitu dalam 30 menit harus larut tidak kurang dari Q + 5% dengan nilai Q sebesar 85%.

(29)

Artinya, pengujian untuk kapsul kloramfenikol telah memenuhi syarat untuk tahap S1, dimana tidak satu kapsulpun yang mempunyai kadar kurang dari Q + 5% yaitu 90%. Jadi, pengujian ini hanya dilakukan sampai pada tahap S1 saja.

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil uji disolusi pada keenam kapsul kloramfenikol diperoleh kadar zat terlarut masing – masing kapsul yaitu 97,17% ; 95,53% ; 95,26% ; 95,47% ; 96,31% ; 95,71%. Dari kadar tersebut, ditarik kesimpulan bahwa Kapsul kloramfenikol memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV yaitu dalam waktu 30 menit kadar zat aktif yang larut harus tidak kurang dari 90% ( Q + 5%) pada tahap S1.

5.2 Saran

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB. Hal: 316-335, 376-384.

Anief, Moh. (1984). Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: 59-60.

Anief, Moh. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 49-50.

Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Iniversitas Indonesia Press. Hal: 97, 118-120, 153, 217, 235.

Devissaquest, J. (1993). Farmasetika 2 Biofarmasi. Surabaya: Airlangga University Press. Hal: 385.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Ke IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal: 2, 190, 1083-1085.

Lachman, Leon. (1994). Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Hal: 795, 822-826.

Syamsuni, A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal: 54-62.

Syukri, Yandi. (2002). Biofarmasetika. Yogyakarta: UII Press. Hal: 31-41.

(32)

Tjay, Tan Hoan. (2007). Obat - Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal: 85-86.

Wattimena, Joke R. (1991). Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 183-194.

(33)

Lampiran 1 Perhitungan Uji Disolusi Kapsul Kloramfenikol Nama Sediaan : Kapsul Kloramfenikol

Zat Berkhasiat : 250 mg Kloramfenikol dalam tiap kapsul No. Bets : 021 058 T

Media Disolusi : 900 ml HCl 0,1 N Tipe Alat : Tipe 1 Basket

Waktu : 30 menit

Panjang Gelombang : ± 278 nm

Persyaratan (Q) : Tidak kurang dari 85% dari jumlah yang tertera pada etiket Berat Baku (Bb) : 69,4 mg

Faktor Pengenceran Larutan Baku (Fb) : 100 ml Faktor Pengenceran Larutan Uji (Fu) : 100 ml Absorbansi Larutan Baku (Ab) : 0,40494 Kadar Larutan Baku (Kb) : 100,54% Tabel 3. Data Uji Disolusi

No. Berat Kapsul (mg) Absorbansi Larutan Uji

Kadar Zat Terlarut (%)

1. 294 0,39135 97,17%

2. 299 0,38478 95,53%

3. 292 0,38367 95,26%

4. 290 0,38451 95,47%

5. 297 0,38790 96,31%

6. 298 0,38549 95,71%

Perhitungan :

(34)

Keterangan :

K : Kadar Zat Terlarut

Au : Absorbansi Larutan Uji

Ab : Absorbansi Larutan Baku

Kb : Kadar Larutan Baku

Perhitungan:

K1 = x Kb

= x 100,54% = 97,17%

K2 = x Kb

= x 100,54% = 95,53%

K3 = x Kb

= x 100,54% = 95,26%

K4 = x Kb

(35)

K5 = x Kb

= x 100,54% = 96,31%

K6 = x Kb

(36)
[image:36.612.117.514.150.648.2]

Lampiran 2 Gambar Alat Uji Disolusi

(37)
[image:37.612.118.512.110.654.2]
(38)
[image:38.612.115.509.113.441.2]

Gambar

Tabel 1. Tabel Penerimaan Hasil Uji Disolusi
Tabel 2. Penerimaan Hasil Uji Disolusi
Gambar 2. Pengaduk bentuk basket (keranjang)
Gambar 3. Pengaduk bentuk dayung
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik spektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Penentuan kadar parasetamol dilakukan menurut metode spektrofotometri sinar uv sesuai dengan prosedur dan alat spektrofotometer UV-Vis merk Agilent yang digunakan

Tablet adalah sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih. zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan dan kesehatan kepada

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik spektrum luas yang aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat

yang terkandung di dalam kapsul memenuhi syarat seperti yang tertera pada. Farmakope Indonesia

Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang