• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Metode Ceramah dengan Media Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI

IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH

TESIS

Oleh

MUNAWAR MUCHTAR 087032015/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN DENGAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI

IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

MUNAWAR MUCHTAR 087032015/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Nama Mahasiswa : Munawar Muchtar

Nomor Induk Mahasiswa : 087032015

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si)

Ketua

(Dra. Jumirah, Apt, M.Kes)

Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Maret 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI

IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2011

(6)

ABSTRAK

Pemantauan Status Gizi tahun 2009, di Kecamatan Jeunieb Kabupaten Biruen Provinsi Aceh prevalensi menunjukkan balita gizi kurang 20,4% dan 6,1% gizi buruk, Kecamatan Juli balita gizi kurang 20,4% dan 6,4% gizi buruk, dan Kecamatan Jeumpa balita gizi kurang 27,8% dan 6,0% gizi buruk. Target Millenium Development Goals (MDGs) menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10% pada tahun 2015.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan rancangan pre-and post-test, dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Bireuen yaitu Jeunieb, Jeumpa, dan Juli. Populasi adalah ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah sampel penelitian adalah 15 ibu per kelompok. Penyuluhan dilakukan melalui ceramah dengan metode audio visual pada kelompok pertama dan poster kalender pada kelompok kedua, serta kelompok kontrol. Hasil ceramah diukur berdasarkan hasil test yang diperoleh dari responden terhadap perilaku. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual.

Disarankan kepada 1) Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen agar memilih metode ceramah dengan poster kalender untuk meningkatkan perilaku gizi ibu balita gizi kurangdan gizi buruk di Kabupaten Bireuen, 2) Petugas kesehatan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan gizi masyarakat.

(7)

ABSTRACT

Monitoring of Nutritional Status in Jeunieb Sub-district Bireuen district Aceh Province in 2009 showed the prevalence of underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.1%, in Juli Sub-district underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.4% in Jeumpa Sub-district underweight children under five as 27.8% and severe underweight as 6.0%, Target Millenium Development Goals (MDGs) reduces number of underweight children under five become 10% in 2015.

The objective of the study was to analyze influence of lecturing method with audio visual media and calendar poster on the nutritional behavior of mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District Aceh Province. This research was quasi-experimental study with pre-and post-test design conducted in three Sub-districts Bireuen District, namely Jeunieb, Jeumpa and Juli. The populations of this study were the mothers having underweight and severe underweight children under five. The sample for this study consisted of 15 mothers per group. The counseling was given to first group through lecturing with audio visual method and calendar poster method to the second group and control group. The result of lecturing was measured based on the result of the behavior test obtained from the respondents. Data analysis was done through Kruskal Wallis and Mann Whitney tests.

The result of study showed that there was influence of lecturing with audio visual and calendar poster on the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five. It was found that lecturing method was more effective than audio visual method.

It is suggested to 1) Bireuen District Health Office to choose lecturing with calendar poster in enchancing the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District, 2) Health Officers to increase their through training in implementing community nutritional health education.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT,

yang telah memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Metode Ceramah dengan Media

Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen” ini.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi

dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H.,

M.Sc (CTM)., Sp.A, (K),

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya

Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara,

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

(9)

Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si yang telah membimbing penulis

dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini,

4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Anggota

Komisi Pembimbing Dra. Jumirah, Apt, M.Kes atas segala ketulusannya dalam

menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian

selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai,

5. Tim Penguji Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dra. Syarifah, M.Si yang telah

banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

6. Kepala Dinas Kabupaten Bireuen, Kepala Puskesmas Jeunieb, Kepala Puskesmas

Jeumpa dan Kepala Puskesmas Juli yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan

pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara Medan,

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi

Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

8. Keluarga besar Almarhumah ibunda Cut Murniati Umar dan ayahanda Tgk.

Muchtar Yusuf, keluarga besar ibu mertua Muchlisyah dan Almarhumah ayah

Wanuddin, Abang, Kak Na, Om Dek, yang telah memberikan dukungan moril

(10)

9. Isteri saya yang tercinta dan tersayang Dina Yuwansa serta ananda Muhammad

Fadhillah dan Fauqia Zilla Shaleha, yang penuh pengertian, kesabaran,

pengorbanan dan doa serta motivasi dan memberikan dukungan moril, dan

10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam

penyusunan tesis.

Akhirnya penulis menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran

dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini,

dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang

kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2011

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Munawar Muchtar, dilahirkan pada tanggal 19 Agustus 1978 di Gandapura

Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh, beragama Islam, bertempat tinggal di Desa

Geurugok Kecamatan Gandapura Provinsi Aceh. Munawar menikah dengan Dina

Yuwansa pada tanggal 14 Februari 2005 dan dikarunia 1 orang putra dan 1 orang

putri, yaitu Muhammad Fadhillah dan Fauqia Zilla Shaleha.

Munawar menyelesaikan pendidikan, SDN Inpres Bukit Pala pada tahun

1991, SMPN Rantau Panjang pada tahun 1994, SMA 1 Langsa pada tahun 1997,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh Banda Aceh pada

tahun 2003.

Saat ini, Munawar bekerja sebagai Staf Pengajar Diploma-III Kebidanan

Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen, Pekerjaan itu sudah ditekuni sejak tahun

(12)

DAFTAR ISI

2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan ... 8

2.2. Komunikasi dan Faktor Efektivitas Penyuluhan... 11

2.3. Media Audio Visual ... 19

2.4. Media Poster Kalender... 24

2.5. Perilaku ... 26

2.6. Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk... 30

2.7. Landasan Teori... 33

3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

(13)

4.1.3 Sarana Kesehatan... 47

4.2. Analisis Univariat ... 47

4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden ... 47

4.2.2 Gambaran Umur dan Status Gizi Balita ... 49

4.2.3 Hasil kategori Perilaku Tes Awal, Kedua dan Akhir pada Kelompok ... 50

4.3. Analisis Bivariat... 54

4.3.1 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol.. 54

4.3.2 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 56

4.3.3 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Tindakan pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 58

4.3.4 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah Dengan Audio Visual dan Kontrol .. 60

4.3.5 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol 62

4.3.6 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah Dengan Audio Visual dan Poster Kalender... 64

BAB 5. PEMBAHASAN... 67

5.1. Efektifitas Metode Ceramah dengan Audio Visual terhadap Perilaku Responden ... 68

5.1. Efektifitas Metode Ceramah dengan Poster Kalender terhadap Perilaku Ibu Balita ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan ... 12

4.1. Sumber Daya Tenaga Kesehatan Kabupaten Bireuen ... 46

4.2. Sarana Kesehatan Kabupaten Bireuen... 47

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan... 48

4.4. Hasil Kategori Perilaku Tes Awal, Tes Kedua dan Tes Akhir ... 51

4.5. Hasil Pengetahuan pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 52

4.6. Hasil Sikap pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 53

4.7. Hasil Tindakan pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 54

4.8. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 55

4.9. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 55

4.10. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 56

4.11. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 57

4.12. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Sikap Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 57

4.13. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 58

(15)

4.15. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Tindakan pada Kelompok

Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 59

4.16. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Tindakan pada Kelompok

Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 59

4.17. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Kontrol terhadap

Pengetahuan Responden... 60

4.18. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Kontrol terhadap Sikap

Responden ... 61

4.19. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual dan Kontrol terhadap

Tindakan Responden ... 61

4.20. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap

Pengetahuan Responden... 62

4.21. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap

Sikap Responden ... 63

4.22. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap

Tindakan Responden ... 64

4.23. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender

terhadap Pengetahuan Responden... 65

4.24. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender

terhadap Sikap Responden ... 65

4.25. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi ... 12

2. Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi... 13

3. Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan dengan Keberhasilan Penyuluhan... 15

4. Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan ... 17

5. Kerucut Edgar Dale... 21

6. Konsekuensi Masalah Kurang Gizi ... 31

7. Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR ... 33

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul \\\Halaman

1. Pengantar Penelitian ... 12

2. Pernyataan kesediaan menjadi responden ... 46

3. Kuesioner... 46

4. Media Poster Kalender ... 46

5. Media Audio Visual... 46

6. Frekuensi Tabel ... 46

7. Master Data... 46

8. NormalitasData dan Explore... 46

9. Uji Statistik Kruskal Wallis... 46

10. Uji Statistik Mann Whitney... 46

11. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara... 46

(18)

ABSTRAK

Pemantauan Status Gizi tahun 2009, di Kecamatan Jeunieb Kabupaten Biruen Provinsi Aceh prevalensi menunjukkan balita gizi kurang 20,4% dan 6,1% gizi buruk, Kecamatan Juli balita gizi kurang 20,4% dan 6,4% gizi buruk, dan Kecamatan Jeumpa balita gizi kurang 27,8% dan 6,0% gizi buruk. Target Millenium Development Goals (MDGs) menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10% pada tahun 2015.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan rancangan pre-and post-test, dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Bireuen yaitu Jeunieb, Jeumpa, dan Juli. Populasi adalah ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah sampel penelitian adalah 15 ibu per kelompok. Penyuluhan dilakukan melalui ceramah dengan metode audio visual pada kelompok pertama dan poster kalender pada kelompok kedua, serta kelompok kontrol. Hasil ceramah diukur berdasarkan hasil test yang diperoleh dari responden terhadap perilaku. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual.

Disarankan kepada 1) Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen agar memilih metode ceramah dengan poster kalender untuk meningkatkan perilaku gizi ibu balita gizi kurangdan gizi buruk di Kabupaten Bireuen, 2) Petugas kesehatan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan gizi masyarakat.

(19)

ABSTRACT

Monitoring of Nutritional Status in Jeunieb Sub-district Bireuen district Aceh Province in 2009 showed the prevalence of underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.1%, in Juli Sub-district underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.4% in Jeumpa Sub-district underweight children under five as 27.8% and severe underweight as 6.0%, Target Millenium Development Goals (MDGs) reduces number of underweight children under five become 10% in 2015.

The objective of the study was to analyze influence of lecturing method with audio visual media and calendar poster on the nutritional behavior of mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District Aceh Province. This research was quasi-experimental study with pre-and post-test design conducted in three Sub-districts Bireuen District, namely Jeunieb, Jeumpa and Juli. The populations of this study were the mothers having underweight and severe underweight children under five. The sample for this study consisted of 15 mothers per group. The counseling was given to first group through lecturing with audio visual method and calendar poster method to the second group and control group. The result of lecturing was measured based on the result of the behavior test obtained from the respondents. Data analysis was done through Kruskal Wallis and Mann Whitney tests.

The result of study showed that there was influence of lecturing with audio visual and calendar poster on the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five. It was found that lecturing method was more effective than audio visual method.

It is suggested to 1) Bireuen District Health Office to choose lecturing with calendar poster in enchancing the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District, 2) Health Officers to increase their through training in implementing community nutritional health education.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masih tingginya prevalensi gizi kurang merupakan bukti belum

terselenggaranya secara optimal penanggulangan gizi pada masyarakat. Berbagai

upaya mengatasi masalah gizi tidak terlepas dari kebijakan dan strategi pemerintah

dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan melalui

penyuluhan merupakan salah satu program yang diselenggarakan pemerintah dalam

meningkatkan kesadaran gizi dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat

terutama pada ibu, bayi dan balita, serta usia produktif.

Penyuluhan kesehatan bertujuan mengembangkan pengertian yang benar dan

sikap positif individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien agar yang bersangkutan

menerapkan cara hidup sehat dalam hidupnya sehari-hari atas kesadaran dan

kemauannya sendiri. Sementara penyuluhan gizi merupakan usaha atau kegiatan

untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan perilaku mereka agar status gizi mereka tercapai secara optimal (Depkes

RI, 2009).

Penyuluhan gizi juga merupakan proses pendidikan, proses tersebut

mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Dalam suatu proses penyuluhan

gizi yang menuju pada tercapainya tujuan pendidikan gizi yaitu terjadinya perubahan

(21)

proses penyuluhan termasuk metode, materi atau pesannya, penyuluh atau petugas

yang melakukannya, dan alat-alat bantu/ alat peraga penyuluh. Agar tercapai secara

suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara

optimal. Hal ini berarti untuk sasaran penyuluhan tertentu, harus menggunakan cara

tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga dengan alat

bantu juga harus disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metode harus berbeda dengan

sasaran massa dan sasaran individu (Depkes RI, 2009).

Pada indikator derajat kesehatan Indonesia dalam meningkatkan status gizi

masyarakat sasaran yang hendak dicapai adalah menurunkan prevalensi balita dengan

gizi kurang menjadi 15% dan persentase kecamatan bebas rawan gizi menjadi 80%.

Berdasarkan hasil pemantauan Status gizi tahun 2004 hingga tahun 2006 prevalensi

gizi kurang dan buruk di Indonesia sebesar 28,6% dengan persentase gizi kurang

20,8% dan gizi buruk 7,8%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2007 dilaporkan dari 25 juta balita 4,6 juta diantaranya menderita gizi kurang dengan

berat badan tidak memenuhi berat normal menurut usianya. Sementara sebesar 3,4

juta balita tergolong kurus dengan berat badan kurang proporsional terhadap tinggi

badan dan 3,1 juta balita kegemukan. Sementara target Millenium Development Goals

(MDGs) yaitu menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10% pada tahun 2015.

Walaupun target nasional sudah terlampaui, namun pencapaian tersebut belum merata

di 33 provinsi (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008, Provinsi Nanggroe Aceh

(22)

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan propinsi yang terbesar memiliki persentase

tertinggi prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dari 33 propinsi yang ada di Indonesia

(Depkes RI, 2009).

Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki yang

berada di wilayah Provinsi Aceh, diketahui dari hasil survei Pemantauan Status Gizi

(PSG) tahun 2009 menunjukkan prevalensi balita yang mengalami gizi kurang

sebesar 23,1% dan gizi buruk sebesar 20,3%. Pada laporan PSG juga diketahui

terdapat 3 kecamatan dari 17 kecamatan di wilayah kabupaten Bireuen yang memiliki

prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi yaitu kecamatan Jeunieb dengan

prevalensi gizi kurang dan gizi buruk 26,5%, kecamatan Jeumpa dengan prevalensi

gizi kurang dan gizi buruk 33,8% dan Kecamatan Juli dengan prevalensi gizi kurang

dan gizi buruk 30,3%. Berdasarkan data Bappeda tahun 2008, diketahui ketiga daerah

tersebut memiliki karakteristik tingkat pengetahuan masih rendah, kurang memahami

pentingnya nilai gizi dan kesehatan bagi keluarga, serta kurang mengetahui cara

mengkombinasikan bahan makanan bergizi dan seimbang.

Kenyataan semenjak Kabupaten Bireuen berdiri pada tahun 2004, ada

beberapa program gizi yang dilaksanakan pemerintah daerah melalui Dinas

Kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama

mendorong proses pemberdayaan keluarga balita gizi kurang dan gizi buruk untuk

meningkatkan status gizi balita keluarga seperti penyuluhan gizi, keluarga sadar gizi,

(23)

itu perlu sebuah strategi upaya pencegahan balita gizi buruk melalui peningkatan

pengetahuan, sikap dan tindakan gizi keluarga agar balita tetap sehat.

Banyak metode yang dilakukan dalam meningkatkan perilaku gizi. Walaupun

program PMT pemulihan tetap menjadi program unggulan untuk mengentaskan

masalah gizi balita, tapi masih diperlukan metode lain dalam meningkatkan status

gizi balita. Salah satunya metode penyuluhan dengan bantuan alat peraga terhadap

ibu balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.

Menurut Mahfoedz, dkk (2005) melalui penyuluhan dengan alat bantu peraga

dalam menyampaikan pesan dan informasi akan lebih mudah diterima dan dipahami

sesuai dengan maksud informasi tersebut. Sementara menurut Lucie (2005),

intervensi penyuluhan dengan media audio visual dapat dilakukan sebagai upaya

untuk merangsang masyarakat terutama kelurga (ibu rumah tangga) agar mampu

menjadi inisiator dalam rumah tangganya. Sama halnya menurut Sadiman (2003)

dalam Junita (2009), media poster dan leaflet merupakan media yang lazim dipakai

dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Taufik (2007) menjelaskan bahwa

media poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam

kegiatan promosi kesehatan masyarakat.

Menurut Arsyad (2006), pengetahuan yang ada pada seseorang diterima

melalui indera. Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan

pengetahuan ke dalam otak adalah indera pandang. Kurang lebih 75% sampai 87%

(24)

13% melalui indera dengar dan 12% lainnya disalurkan melalui indera lain seperti

indera raba.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Feby, dkk (2004), menunjukkan

pada post-test terjadi peningkatan rerata pengetahuan kelompok intervensi lebih

tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok kontrol (20,35). Promosi kesehatan

melalui penyuluhan dengan ceramah dibantu media VCD dan leaflet ternyata lebih

meningkatkan pengetahuan guru penjaskes tentang GAKI dibandingkan kelompok

yang hanya mendapatkan promosi melalui ceramah dibantu media VCD.

Berdasarkan laporan PSG dan keterangan di atas, peneliti menyimpulkan

melalui penyuluhan dengan ceramah disertai media audio visual dan poster kalender

merupakan jawaban terhadap permasalahan di Kabupaten Bireuen. Agar penyuluhan

lebih efektif diperlukan metode penyuluhan yang digunakan sesuai dengan sasaran

masyarakat.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Bagaimana pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster

kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten

Bireuen Provinsi Aceh.

1.3. Tujuan Penelitian

(25)

a. Menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster

kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk

b. Menganalisis perbedaan efektifitas metode ceramah dengan media audio visual

dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

1.4. Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Ada pengaruh metode ceramah dengan media audio visual terhadap perilaku gizi

ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

b. Ada pengaruh metode ceramah dengan media poster kalender terhadap perilaku

gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

c. Ada perbedaan efektivitas antara metode ceramah dengan media audio visual dan

poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis

a. Memberikan masukan terhadap kebijakan pelayanan kesehatan dalam

meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.

b. Bermanfaat bagi pengembangan dalam ilmu pengetahuan yang berhubungan

(26)

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam rangka meningkatkan upaya

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan

Menurut Blum dalam Soekidjo (2003) upaya meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan

buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yaitu melalui :

1. Tekanan (enforcement)

Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik

adalah dengan cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam

bentuk undang-undang, peraturan-peraturan, intruksi-intruksi, tekanan-tekanan dan

sanksi- sanksi

2. Edukasi (education)

Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar

dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan .

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan

dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja

sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan. Sehingga petugas penyuluhan kesehatan harus

menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap tentang

(28)

Penyuluhan merupakan jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari

bimbingan. Atau merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang individu,

di mana yang seseorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien)

untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan

masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Di sini terlihat klien atau

masyarakat yang bermasalah, dengan perilaku yang tidak sehat, setelah mengikuti

penyuluhan diharapkan klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri

dalam memperbaiki perilaku pada saat ini dan mungkin pada saat yang akan datang

( Sukardi & Ketut, 1995).

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan. Sehingga

pendidikan kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang

menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat, pendidikan

kesehatan mendorong perilaku yang menunjang kesehatan, mencegah penyakit,

mengobati penyakit dan membantu pemulihan. Pendidikan kesehatan adalah suatu

kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, persepsi

dan perilaku seseorang atau masyarakat dalam pengambilan tindakan yang

berhubungan dengan kesehatan (WHO, 1992). Sedangkan Glanz, dkk., (1997)

mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan alat untuk merubah perilaku

dan kombinasi dari berbagai pengalaman belajar seseorang untuk memberikan

fasilitas/sarana menuju perilaku sehat.

(29)

menyangkut tiga hal, yaitu peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap

(attitude), dan ketrampilan atau tingkah laku (practice), yang berhubungan dengan

masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1997). Menurut Sarwono (1997),

pendidikan kesehatan adalah proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka

dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. Beragam teknik pendidikan

meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstransi,

perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial.

Sasaran pendidikan kesehatan disetiap tingkatan masyarakat berbeda antara

satu dengan lainnya. Menurut Simons-Morton, dkk., (1995), ada empat tingkatan

yang dapat dijadikan sasaran pendidikan kesehatan. Keempat tingkatan tersebut

adalah :

1. Tingkatan individu Sasarannya yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan

filosofi dari individu yang menjadi target sasaran.

2. Tingkatan organisasi Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan

program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya pendukung.

3. Tingkatan kelompok masyarakat Sasarannya yaitu kebijakan,

praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya

yang tersedia.

4. Tingkatan pemerintahan Sasarannya yaitu kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan dibidang kesehatan, program kesehatan, fasilitas sebagai

sarana pendidikan kesehatan, sumber daya, peraturan-peraturan yang

(30)

Menurut Pelto, dkk., (2004), adanya training konseling nutrisi yang memiliki

beberapa karakteristik dapat menerangkan efek positif atas perubahan perilaku.

Material konseling nutrisi pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dibangun

atas dua dasar yaitu : 1) dapat menyediakan pengetahuan tentang kombinasi makanan

dan praktek asupan makanan terhadap usia anak; 2) sebagai alat pengembangan skill

untuk meningkatkan hubungan dan komunikasi yang lebih efektif.

Pendidikan masyarakat mengandung pengertian usaha manusia untuk

meningkatkan kepribadian, ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku agar dapat

diserap atau dipraktekkan oleh masyarakat. Dengan mengacu pada pengertian

tersebut, penyuluhan adalah usaha mengubah perilaku masyarakat, keluarga, terutama

kepala dan ibu rumah tangga, agar mereka mengetahui, menyadari, mempunyai

kemampuan dan kemauan, serta tanggung jawab untuk memecahkan masalah dalam

kehidupannya (Kartasapoetra, 1994).

2.2. Komunikasi dan faktor Efektifitas Penyuluhan

Secara umum, komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara

perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan

lambang-lambang tertentu yang berarti. Dalam kerangka penyuluhan, maka ilmu

komunikasi jelas sangat diperlukan sebagai dasar dalam mentransfer pesan yang akan

disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Sasaran komunikasi dalam penyuluhan

kesehatan adalah masyarakat yang pada umumnya adalah kepala dan ibu rumah

tangga, Wanita Usia Subur (WUS), Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil, ibu nifas,

(31)

bidang kesehatan secara umum, maka komunikasi penyuluhan di bidang kesehatan

dapat diartikan sebagai pernyataan antara manusia, baik secara individu maupun

kelompok berkaitan dengan kegiatan penyuluhan di bidang kesehatan yang sifatnya

khusus, menyangkut bidang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dengan

menggunakan lambang-lambang tertentu (Lucie, 2005)

Upaya seseorang atau sekelompok orang untuk dapat memperoleh informasi

sekaligus teknologi yang tepat guna dan sesuai dengan kondisi sasaran, hanya dapat

dilakukan jika sasaran memperoleh penyuluhan dengan benar. Pemahaman yang

mendalam tentang peran penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi,

penerangan, perubahan perilaku, sampai proses transformasi sosial (Suriatna, 1988).

Menurut Widjaja (1986), komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan,

maka perlu diketahui apakah pesan yang disampaikan telah efektif sampai kepada

sasaran komunikasi. Untuk hal tersebut, maka seorang komunikator perlu melakukan

evaluasi dalam bentuk umpan balik atau Feedback. Umpan balik dari komunikator ke

komunikan dapat bersifat langsung (Direct Feed-Back) maupun tidak langsung

(Indirect Feed-Back).

Dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

KOMUNIKATOR PESAN

UMPAN BALIK

KOMUNIKAN

Gambar 1 : Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi

(32)

Gambar 1 menunjukkan bahwa seorang komunikator perlu mengetahui secara

langsung pesan yang disampaikan kepada komunikan, apakah telah dapat diterima

dengan baik dan jelas dalam bentuk umpan balik, sehingga pesan yang disampaikan

selanjutnya dapat lebih diperjelas informasinya.

KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN

PIHAK LAIN III

UMPAN BALIK PIHAK LAIN II PIHAK LAIN I

Gambar 2 : Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi

Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005).

Gambar 2 menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan

apakah pesan tersebut telah mengena pada sasaran, dapat diketahui melalui adanya

pihak lain yang memberikan umpan balik pada komunikator, adanya umpan balik

memberikan kesempatan atau peluang komunikator untuk melanjutkan pesan atau

memperbaiki pesan yang disampaikan sehingga tercapai tujuan (Soekartawi, 1988).

Menurut Lucie (2005), didalam membahas faktor efektivitas penyuluhan,

maka banyak unsur-unsur yang sangat berperanan dalam tercapainya efektifitas suatu

penyuluhan, ada empat unsur yaitu :

(33)

1. Metode penyuluhan

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1996), pilihan seseorang terhadap satu

metode/tekhnik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin

dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang

dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan

metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan

pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode ada tiga, dapat

dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel. 2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan.

Metode Keuntungan/kebaikan Kekurangan

1. Penyuluhan Massal

• Tidak terlalu resmi, kesehatan massal • Penuh kepercayaan

• Memakan waktu lebih banyak • Biaya lebih besar • Bersifat kurang

efisien pengaruhnya 2. Penyuluhan

Kelompok

• Relatif lebih efisien, kesehatan kelompok

• Komunikator tidak tersamar

• Masalah

pengorganisasian • Pendekatan aktifitas

pembentukan kelompok bersama • Kesulitan dalam

pengorganisasian aktifitas diskusi • Memerlukan

pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis 3. Penyuluhan

Perorangan

• Waktu lebih efisien

• Adanya persiapan yang mantap • Langsung dapat dirasakan

• Komunikator tersamar • Sifatnya lebih

formal • Pengaruhnya

relative sukar • Relatif lebih mudah

diukur

(34)

Banyak cara dalam menyampaikan informasi melalui pendidikan kesehatan,

salah satunya adalah dengan ceramah. Menurut Maulana (2009), ceramah adalah

pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pengunjung

atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut :

a. Waktu penyampaian informasi terbatas

b. Orang yang mendengarkan sudah termotivasi

c. Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata

d. Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain

e. Ingin menambahkan atau menekankan apa-apa yang sudah dipelajari

f. Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan apa yang sudah dicapai.

g. Sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan.

Metode Pendekatan

Massal

Metode Pendekatan

Perorangan

Kurang efektif, tidak intensif, kemampuan penyuluhan agar mengetahui dan menaruh perhatian

Kurang efektif, agak intensif, kemampuan penyuluhan mendorong masyarakat agar menilai dan mencoba

Gambar 3 : Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan dengan Keberhasilan Penyuluhan

(35)

2. Media penyuluhan

Yaitu alat bantu penyuluhan, yang dalam peranannya berfungsi sebagai perantara

yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga

pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Menurut Mardikanto (1993),

media adalah alat bantu atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau

dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau

menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah

diterima dan dipahami. Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas

juga dapat berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan

perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah;

2) Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah

untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama

jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak. Dapat dilihat pada

(36)

Gambar Diproyeksikan

or the summary of

m Lambang Grafik

the

Bendathe summary of

an Bendag point. You

can

• Sampel, model, Specimen (benda yang diawetkan), pamphlet, leaflet, folder,

brosur/booklet

Placard, poster, flipchard, photo, flannelgraph, transparency, sheet

Slide-film, movie-film,

filmstrip, video-film, film televisi/TV

Alat Peraga Penyuluhan

• Grafik (garis, batang), diagram, schema, dan peta

Gambar 4 : Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan

(37)

3. Materi penyuluhan

Yaitu segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik yang

menyangkut ilmu atau teknologi. Materi yang baik dalam penyuluhan adalah

yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik karena dapat memperbaiki

produktivitas sumber daya manusia, yang lebih penting lagi dapat memecahkan

masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. Kartasaputra (1994)

mengemukakan bahwa, materi penyuluhan agar dapat diterima, dimanfaatkan dan

diaplikasikan oleh sasaran penyuluhan dengan baik, harus : a) sesuai dengan

kemampuan sasaran penyuluhan; b) tidak bertentangan atau sesuai/selaras dengan

adat/kepercayaan yang berkembang di daerah setempat; c) mampu mendatangkan

keuntungan; d) bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan sesuai tingkat

pengetahuan; e) mengesankan, dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan dapat

dinikmati.

4. Waktu dan tempat penyuluhan

Seorang penyuluh harus mengetahui kapan sasaran ada di lapangan, di rumah

dalam keadaan santai, di kantor, ketika berada dalam kegiatan kelompok,

sosialisasi masyarakat, dan sebagainya.

Komunikasi akan lebih efektif apabila disampaikan secara langsung

berhadapan. Menurut penelitian, teknik komunikasi yang efektif adalah dengan

mengemukakan kesimpulan komunikasi secara eksplisit kepada subyek yang

sikapnya hendak diubah, dan dengan mengulang-ulangargumentasi yang mendukung

sikap yang dituju (Middlebrook, 1974). Akan tetapi pengulangan pesan yang terlalu

sering justru dapat mendatangkan penolakan dari individu yang dijadikan target.

(38)

2003) ditemukan bahwa pengulangan akan menaikkan perubahan sikap, tetapi apabila

diteruskan maka pengulangan itu justru akan menurun efeknya. Ternyata banyaknya

pengulangan yang optimal adalah tiga kali, sedangkan kalau lebih dari tiga kali

individu akan mengalami kebosanan dan dapat malah menolak pesan yang

disampaikan (Watson, dkk., 1984).

2.3. Media Audio Visual

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius, yang secara harfiah berarti

”tengah”, ”perantara atau pengatur”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2006). Sedangkan

menurut Gerlach & Ely (1971), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara

garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam

pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan merupakan media. Secara lebih

khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai

alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan

menyusun kembali informasi visual/verbal.

Alat-alat audio visual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengar

dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual gunanya untuk

membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Sasaran komunikasinya yaitu berupa

pengajaran, penerangan dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk

gambar, foto, slide, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi.

Pendidikan visual artinya penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau

(39)

menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu

yang dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, dkk., 2005).

Media audio dan audio-visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah

dan terjangkau. Disamping itu menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari

materi lebih banyak, menurut Arsyad (2006).

Menurut beberapa faktor dalam filsafat dan sejarah pendidikan, pengetahuan

disalurkan ke otak melalui satu indera atau lebih. Para ahli indera berpendapat, bahwa

75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya

melalui pendengaran dan inderaindera yang lain. Alat-alat audio visual dapat

menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih

nyata daripada yang disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis.

Oleh karena itu alat-alat audio visual membuat suatu pengertian atau informasi

menjadi lebih berarti (Lucie, 2005).

Salah satu penyebab yang utama dari tidak efisiennya cara belajar dan

berkomunikasi adalah bahwa manusia adalah pelupa. Kalau sekiranya anak-anak atau

orang dewasa mengekalkan 25% saja lebih banyak dari yang mereka ketahui,

keadaan lingkungan kita pasti lebih baik dari sekarang (Suleiman, 1988).

Media audio visual mempunyai karakteristik yang melekat padanya, meliputi

sifat positif dan negatif; disebut positif karena dapat memperoleh manfaat yang lebih

maksimal, jangkauan luas, seketika (serentak), menarik, kontak relatif mudah, efek

dramatisasi, penentuan waktu penayangan mudah, gabungan (gambar, suara, gerak,

warna, juga tulisan). Sedangkan sifat negatif, sekilas pandang dan dengar, frekuensi

harus tinggi, mahal, tidak ada segmentasi, terbatas (harus pendek), membutuhkan

(40)

Menurut Machfoedz, dkk., (2005), alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang

digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Alat

bantu ini disebut “alat peraga” karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan

sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Semakin banyak indra yang digunakan

untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan

yang diperoleh. Dale (1969), membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan

sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu

kerucut pada gambar 5 berikut yaitu :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Keterangan : 1) Kata-kata; 2) Tulisan; 3) Rekaman/Radio; 4) Film; 5) Televisi; 6) Pameran; 7) Field Trip 8) Demonstrasi; 9) Sandiwara; 10) Benda

Tiruan; 11) Benda Asli.

Gambar 5 : Kerucut Edgar Dale

Sumber : Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan Oleh Machfoedz (2005a), Halaman 84

Gambar kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah

benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses

(41)

mempersepsikan bahan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan

yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling

rendah. Jelas bahwa dalam penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses

pendidikan.

Penulisan skenario yang perlu diperhatikan antara lain : pemikiran tentang

cerita penyuluhan kesehatan, topik atau tema penyuluhan, jalan cerita dan esensi,

pengembangan gagasan, penyatuan gagasan dalam urutan yang sesuai,

pengembangan cerita dan sebagainya sehingga menarik untuk ditonton. Bahasa yang

digunakan untuk pesan penyuluhan kesehatan melalui media audio visual harus

menarik, sederhana dan mudah dimengerti, cukup jelas sesuai dengan pesan yang

akan disampaikan, sehingga mampu menggambarkan apa yang menjadi maksud yang

sebenarnya, juga harus disesuaikan tampilan jenis gambar. Pengaturan audio visual

dengan baik dapat memberi berbagai makna dalam suatu arus informasi yang

berkualitas sehingga bisa diterima dalam belajar dan memungkinkan keadaan lebih

baik (Norfolk, 2004).

Pengaruh media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu

propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan, misalnya

perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi tahap bertahan,

menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi perspektif psikologis.

Mengkonstruksi pendengar untuk membentuk pandangan mereka sendiri tentang

kenyataan sosial di tempat mereka berinteraksi dengan simbol yang ditawarkan media

(Boyd, dkk., 1987).

Alat visual untuk mengkonkritkan suatu ajaran dilengkapi dengan

(42)

Aids (AVA). Video sistem dalam penggunaannya sebagai peralatan putar ulang dari

suatu program (rekaman), terdiri dari minimal satu buah video tape recorder (video

cassette recorder/VCR) dan satu buah monitor atau lebih. Berbagai jenis VCR yang

ada di pasaran dibuat dengan berbagai tujuan penggunaannya. Ada yang untuk

keperluan broadcast, untuk keperluan pendidikan, pengajaran, penyuluhan, keperluan

industri dan keperluan rumah tangga atau hiburan (Sadiman, dkk., 2003).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara

penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Mahfoedz, dkk.,

2005).

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Feby. Dkk., (2004) pada post-test

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata pengetahuan pada kelompok

intervensi lebih tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok control (20,35).

Promosi kesehatan melalui ceramah dibantu VCD dan Leaflet ternyata lebih

meningkatkan pengetahuan guru penjakes tentang GAKI dibandingkan kelompok

yang hanya mendapat promosi melalui ceramah dibantu media VCD.

Hasil penelitian dilakukan oleh Pelto, dkk. (2004) menunjukkan bahwa

dengan intervensi training konseling nutrisi merubah perilaku dokter dan

memperbaiki pengetahuan pemberi perawatan, hasilnya ibu yang menerima nasehat

dari perawat yang terlatih memiliki tingkat pengingatan pesan tinggi terhadap

makanan khusus yaitu dari 27% menjadi 95%, praktek asupan dan rekomendasi

penyajian makanan dari 20% menjadi 90% serta proporsi pesan yang diingat

mengenai pentingnya ibu menyusui anak dari 30% menjadi 60%. Audio visual

merupakan alat bantu yang paling tepat saat ini. Seiring perkembangan teknologi

(43)

mahal lagi. Sebagian besar masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan

memiliki sarana Audio visual dirumah masing-masing (Arsyad, 2006).

2.4. Media Poster Kalender

Menurut Angkowo dkk (2007), Sutikno (2009), yang membagi media

berdasarkan jenisnya, media poster dan leafleat merupakan media gambar. Raharjo

(1991) dalam Junita (2009) berdasarkan jenis media, poster dan leafleat merupakan

media visual. Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan

penggunaan media, poster dan leafleat merupakan alat peraga yang sederhana, mudah

dibuat sendiri dan dapat dipergunakan di berbagai tempat. Menurut Sadiman (2003)

dalam Junita (2009) media poster dan leafleat merupakan media yang lazim dipakai

dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Menurut Smaldiono (2005) dalam

Herliana (2007) mengemukakan bahwa media poster dan leafleat merupakan media

yang dapat disajikan dalam berbagai format. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media

poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan

promosi kesehatan masyarakat.

Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan

kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu

atau kelompok agar tertarik pada suatu objek materi yang diinformasikan.

Munir (2000), meneliti tentang pengaruh model pelatihan jarak jauh dan

klasikal terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tata laksana

infeksi saluran pernafasan akut balita bagi paramedis di Kabupaten Karanganyar.

Media yang dipakai adalah media film. Hasilnya menunjukkan bahwa model

(44)

balita dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan bagi paramedis. Dewi

(2004), meneliti upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada ibu

balita dalam pemberian makanan sumber vitamin A alami. Metode yang dipakai

adalah ceramah dengan media modul, subyek penelitian ibu balita. Hasilnya

menunjukkan bahwa pelatihan metode ceramah dengan media modul dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kemudian Sulistyanto (2006),

meneliti tentang pengaruh pelatihan kader dengan media audio visual terhadap

pengetahuan, sikap serta perilaku kader posyandu di Kecamatan Sintang Propinsi

Kalimantan Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan dengan media audio

visual dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kader Posyandu.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan

media pembelajaran perlu dipertimbangkan secara mendasar karena tidak satupun

media pembelajaran yang cocok untuk semua individu, segala keadaan, segala

macam karakteristik peserta didik dan segala tujuan yang ingin dicapai, media

pembelajaran dapat dianggap sebagai salah satu komponen penting pada kegiatan

pembelajaran dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang

dipakai seorang pendidik merupakan hal yang paling esensial dalam menyajikan

materi pembelajaran kepada peserta didik.

Tiap orang yang dididik memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik

pendengaran maupun penglihatan, kemampuan dan minat membaca. Dengan variasi

di dalam pendidikan kelemahan indera yang dimiliki peserta didik dapat dikurangi.

Untuk mendapat perhatian peserta pendidik dapat memulai dengan berbicara terlebih

(45)

dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus

terhadap indera peserta (Sutikno, 2009).

2.5. Perilaku

Menurut Blum (1974), dalam Maulana (2009), perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu,

kelompok, atau masyarakat. Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan

kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku

sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam

Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif

(pengetahuan), afektif ( sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan).

Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini

mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan

maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, dari guru, orang tua,

teman, buku dan media massa (WHO, 1992).

Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu :

1) tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2)

memahami, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar; 3) aplikasi,

(46)

situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

subyek kendala komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya;

5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan

6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi (Green & Lewis, 1986).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar,

2003). Sedangkan menurut Simon-Morton, dkk., (1995), pengetahuan merupakan

hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari

berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian,

membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup.

Menurut Widayatun (1999), sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak.

Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang

diatur melalui pengalaman yang memberi pengaruh dinamika atau terarah terhadap

respons individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut

Van den Ban dan Hawkins (1996), sikap dapat pula didefinisikan sebagai perasaan,

pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanent mengenai

aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen sikap adalah pengetahuan,

(47)

Sikap mempunyai fungsi yang berbeda bagi setiap orang yaitu :

1) pengetahuan; dengan sikapnya, seseorang akan mampu mengorganisasikan dan

menginterpretasikan berbagai macam informasi yang diterima, 2) ekspresi diri;

sehingga individu dapat menyatakan nilai-nilai atau keyakinannya, 3) sarana

peningkatan harga diri; dengan mengetahui fungsi sikap bagi seseorang maka

komunikator dapat menentukan strategi komunikasi yang tepat dengan memberikan

pesan persuasi yang berisi informasi yang relevan bagi fungsi sikap yang

bersangkutan (Azwar, 2003).

Menurut Walgito (2003), ada beberapa faktor determinan sikap yang dianggap

penting, yaitu : 1) Faktor fisiologis, seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap

seseorang. Berkaitan dengan ini adalah faktor umur dan kesehatan. Pada umunya

orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan

pada orang dewasa sikapnya lebih moderat; 2) Faktor pengalaman langsung terhadap

obyek sikap akan dipengaruhi langsung oleh pengalaman orang yang bersangkutan

dengan obyek tersebut; 3) Faktor kerangka acuan, merupakan faktor penting dalam

sikap seseorang, karena kerangka acuan ini berperan terhadap obyek sikap; dan 4)

Faktor komunikasi sosial yang berwujud informasi seseorang kepada orang lain.

Menurut Mantra (1997), perilaku manusia adalah respons individu terhadap

stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku manusia itu

sesuatu yang unik dan khusus, artinya dia tidak sama antar dan inter manusia baik

dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian (Widayatun, 1999).

Tindakan manusia ada tiga jenis yaitu : 1) tindakan ideal, artinya tindakan

yang dapat diamati yang dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi

(48)

dilaksanakan saat ini, dan 3) tindakan yang diharapkan, yakni tindakan yang

diharapkan dilaksanakan oleh sasaran (Azwar, 2003).

Kurt Lewin dalam Brigham (1991), merumuskan suatu model hubungan

tindakan yang mengatakan bahwa tindakan (B) adalah fungsi karakteristik individu

(P) dan lingkungan (E) yaitu :

B=f (P.E)

Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai,

biografik, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan

kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan

tindakan. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan tindakan,

bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal

inilah yang menjadikan prediksi tindakan lebih kompleks.

Menurut Sutarlinah (1983), perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan

merupakan proses belajar yang ditujukan untuk peningkatan, pemeliharaan,

pengurangan, dan penghilangan serta perkembangan dari tingkah laku lama. Menurut

Mantra (1997), ada beberapa rangsangan yang dapat menyebabkan orang berubah

pengetahuan, sikap dan tindakan, yaitu : 1) rangsangan fisik; 2) rangsangan rasional;

3) rangsangan emosional; 4) ketrampilan; 5) jaringan perorangan dan keluarga;

6) struktur sosial; 7) biaya; dan 8) perilaku yang bersaing.

Pendidikan bukanlah satu-satunya cara merubah pengetahuan, sikap dan

tindakan individu atau kelompok, namun secara umum ada tiga macam cara untuk

merubah individu atau kelompok yaitu menggunakan kekuasaan atau kekuatan,

(49)

Menurut Rukminto (2001), merencanakan perubahan pengetahuan, sikap, dan

tindakan pada individu atau pada sekelompok masyarakat melalui intervensi

komunitas tidak mudah. Pada kenyataan di lapangan, ada berbagai kendala yang

sering ditemui, kendala tersebut meliputi kendala yang berasal dari kepribadian

individu dan kendala yang berasal dari sistem sosial yang berkembang dilingkungan

kelompok masyarakat tersebut. Kendala individu antara lain adalah kestabilan,

kebiasaan, hal-hal utama yang diyakini, seleksi ingatan dan persepsi, ketergantungan,

superego, rasa tidak percaya serta rasa tidak aman. Kendala sistem sosial antara lain

meliputi kesepakatan terhadap norma tertentu, kesatuan dan kepatuhan terhadap

sistem dan budaya, hal-hal yang bersifat sakral, kelompok kepentingan, penolakan

terhadap orang luar yang datang ke dalam komunitas tersebut.

2.6 Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk

Menurut Arisman (2004), gizi buruk adalah keadaan yang terjadi akibat

kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga

mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, pada akhirnya berdampak

pada kondisi status gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada

semua golongan umur (anak dan orang dewasa). Kondisi kurang gizi disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi atau protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga

tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), cara menghitungnya yaitu :

1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan, bila

perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standart

(50)

2. Dengan mengukur tinggi badan dan lingkar lengan atas bila tidak sesuai

dengan standart anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.

Menurut Budiarso (1986), penyebab utama dari gizi kurang dan buruk adalah

tidak sesuainya zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Akan

tetapi kejadiannya bukanlah akibat satu sebab saja, melainkan juga ada

penyebab-penyebab lain yang mendorong terjadinya, antara lain adanya berbagai penyakit

infeksi pada anak seperti campak, diare yang hebat. Konsekuensi masalah kurang gizi

dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut :

GIZI KURANG &

GIZI BURUK DADAFAFAan interesting

Kecerdasan terhambat

Resiko kematian meningkat pada balita gizi buruk Perkembangan

terganggu Pertumbuhan

terganggu

Rentan terhadap penyakit

Penyakit infeksi

Asupan Energi, protein dan zat gizi mikro kurang

Gambar 6 : Konsekuensi Masalah Kurang Gizi

(51)

Menurut hasil penelitian Butte, dkk., (2001), bahwa peran Air Susu Ibu (ASI)

menunjang pertumbuhan anak sampai usia 4 bulan di Texas. Pertumbuhan bayi yang

diamati ternyata sesuai dengan standart NCHS. Ditunjukkan pula hubungan antara

asupan ASI dengan pertumbuhan. Pada penelitian yang dikerjakan oleh peneliti lain

menunjukkan rasio berat badan 10-30% lebih tinggi pada bayi yang mendapatkan

ASI dibandingkan dengan yang mendapat susu formula. Ini menunjukkan bahwa bayi

yang mendapatkan ASI lebih efisien menggunakan energi. Penelitian lain yang

dilakukan di Washington DC-Baltimore oleh Ahn dan MacLean (2001), bahwa pada

kelompok sosial ekonomi tinggi, kurva berat badan dan panjang badan anak

bertambah dengan lama pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan akan

menjamin pertumbuhan normal anak.

Indonesia sebagai negara sedang berkembang lainnya mempunyai masalah

gizi cukup besar, ditandai masih banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita dan

anak usia sekolah. Anak yang menderita kurang gizi akan berdampak pada

pertumbuhan, kecerdasan, dan rentan penyakit terlebih lagi apabila kekurangan gizi

terjadi sejak masa janin dalam kandungan, kemungkinan besar terjadi Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2500 gram. Hubungan ini dapat dilihat pada

(52)

Gizi Buruk pada Bayi dan Balita

Kematian Ibu dan Bayi Gizi Buruk pada Ibu Hamil

Menurunnya Kualitas SDM Indonesia Bahkan “Lost Generation

Gambar 7 : Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR

Sumber : Penanggulangan Masalah Gizi Buruk, Revitalisasi Puskesmas Dan Posyandu oleh Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (2005).

2.7. Landasan Teori

Menurut Blum (1974) dalam Soekijo (2003) rangka meningkatkan kesehatan

masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan

buruk, memerlukan intervensi salah satunya dengan upaya edukasi(education) yaitu

upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan

cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan

kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan .

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam

Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif

(53)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan

dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja

sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar,

1983).

Media audio visual adalah sasaran komunikasi berupa pengajaran, penerangan

dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk gambar, foto, slide,

model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi. Pendidikan visual artinya

penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau suatu metode untuk

menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang menyatakan bahwa

seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat daripada

sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, 2009).

Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan

kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu

Gambar

Gambar 1 : Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi
Gambar 2 : Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi
Tabel. 2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan.
Gambar 3 : Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menu mencari arti istilah komputer, istilah yang diinginkan langsung dapat diinput yang selanjutnya akan ditampilkan arti dari istilah yang dicari bila istilah tersebut

Quraish Shihab tentang mukjizat, ia mengatakan bahwa mukjizat sebagaimana yang didefinisikan oleh para ulama, ialah peristiwa “luar biasa” yang terjadi dari

Tojo Una-Una´ Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut ³$SDNDK dengan penerapan media alat peraga

Sampel yang akan diteliti yaitu berupa urin sewaktu perempuan usia lanjut menggunakan metode mikroskopis sedimen urin yang diperiksa jumlah leukosit dalam urin dan yang

Pada umumnya wirausaha baru menghadapi masalah yang sama, yaitu permodalan/keuangan perusahaan yang terbatas. INWUB Universitas Muria Kudus telah menjalin

Distributor Alat Penetas Telor Ayam Untuk Pemesanan Silakan SMS : 081 945

 Anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang konstruktif, bertindak lebih ramah dan saling percaya satu sama lain, dan

Upaya untuk melakukan perbaikan terhadap produktivitas kerja dengan pendekatan ergonomic dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan perancangan fasilitas