PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI
IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN
PROVINSI ACEH
TESIS
Oleh
MUNAWAR MUCHTAR 087032015/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN DENGAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI
IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN
PROVINSI ACEH
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
OLEH
MUNAWAR MUCHTAR 087032015/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Nama Mahasiswa : Munawar Muchtar
Nomor Induk Mahasiswa : 087032015
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si)
Ketua
(Dra. Jumirah, Apt, M.Kes)
Anggota
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji pada
Tanggal : 31 Maret 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
PERNYATAAN
PENGARUH METODE CERAMAH DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DAN POSTER KALENDER TERHADAP PERILAKU GIZI
IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI BURUK DI KABUPATEN BIREUEN
PROVINSI ACEH
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Mei 2011
ABSTRAK
Pemantauan Status Gizi tahun 2009, di Kecamatan Jeunieb Kabupaten Biruen Provinsi Aceh prevalensi menunjukkan balita gizi kurang 20,4% dan 6,1% gizi buruk, Kecamatan Juli balita gizi kurang 20,4% dan 6,4% gizi buruk, dan Kecamatan Jeumpa balita gizi kurang 27,8% dan 6,0% gizi buruk. Target Millenium Development Goals (MDGs) menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10% pada tahun 2015.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan rancangan pre-and post-test, dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Bireuen yaitu Jeunieb, Jeumpa, dan Juli. Populasi adalah ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah sampel penelitian adalah 15 ibu per kelompok. Penyuluhan dilakukan melalui ceramah dengan metode audio visual pada kelompok pertama dan poster kalender pada kelompok kedua, serta kelompok kontrol. Hasil ceramah diukur berdasarkan hasil test yang diperoleh dari responden terhadap perilaku. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual.
Disarankan kepada 1) Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen agar memilih metode ceramah dengan poster kalender untuk meningkatkan perilaku gizi ibu balita gizi kurangdan gizi buruk di Kabupaten Bireuen, 2) Petugas kesehatan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan gizi masyarakat.
ABSTRACT
Monitoring of Nutritional Status in Jeunieb Sub-district Bireuen district Aceh Province in 2009 showed the prevalence of underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.1%, in Juli Sub-district underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.4% in Jeumpa Sub-district underweight children under five as 27.8% and severe underweight as 6.0%, Target Millenium Development Goals (MDGs) reduces number of underweight children under five become 10% in 2015.
The objective of the study was to analyze influence of lecturing method with audio visual media and calendar poster on the nutritional behavior of mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District Aceh Province. This research was quasi-experimental study with pre-and post-test design conducted in three Sub-districts Bireuen District, namely Jeunieb, Jeumpa and Juli. The populations of this study were the mothers having underweight and severe underweight children under five. The sample for this study consisted of 15 mothers per group. The counseling was given to first group through lecturing with audio visual method and calendar poster method to the second group and control group. The result of lecturing was measured based on the result of the behavior test obtained from the respondents. Data analysis was done through Kruskal Wallis and Mann Whitney tests.
The result of study showed that there was influence of lecturing with audio visual and calendar poster on the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five. It was found that lecturing method was more effective than audio visual method.
It is suggested to 1) Bireuen District Health Office to choose lecturing with calendar poster in enchancing the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District, 2) Health Officers to increase their through training in implementing community nutritional health education.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT,
yang telah memberi rahmat dan hidayat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul ”Pengaruh Metode Ceramah dengan Media
Audio Visual dan Poster Kalender terhadap Perilaku Gizi Ibu Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Bireuen” ini.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi
dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H.,
M.Sc (CTM)., Sp.A, (K),
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya
Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara,
3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si yang telah membimbing penulis
dan memberikan masukan serta saran dalam penyelesaian tesis ini,
4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Anggota
Komisi Pembimbing Dra. Jumirah, Apt, M.Kes atas segala ketulusannya dalam
menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian
selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai,
5. Tim Penguji Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dra. Syarifah, M.Si yang telah
banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.
6. Kepala Dinas Kabupaten Bireuen, Kepala Puskesmas Jeunieb, Kepala Puskesmas
Jeumpa dan Kepala Puskesmas Juli yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan pendidikan
pada sekolah Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Medan,
7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi
Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
8. Keluarga besar Almarhumah ibunda Cut Murniati Umar dan ayahanda Tgk.
Muchtar Yusuf, keluarga besar ibu mertua Muchlisyah dan Almarhumah ayah
Wanuddin, Abang, Kak Na, Om Dek, yang telah memberikan dukungan moril
9. Isteri saya yang tercinta dan tersayang Dina Yuwansa serta ananda Muhammad
Fadhillah dan Fauqia Zilla Shaleha, yang penuh pengertian, kesabaran,
pengorbanan dan doa serta motivasi dan memberikan dukungan moril, dan
10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam
penyusunan tesis.
Akhirnya penulis menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini,
dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Mei 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Munawar Muchtar, dilahirkan pada tanggal 19 Agustus 1978 di Gandapura
Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh, beragama Islam, bertempat tinggal di Desa
Geurugok Kecamatan Gandapura Provinsi Aceh. Munawar menikah dengan Dina
Yuwansa pada tanggal 14 Februari 2005 dan dikarunia 1 orang putra dan 1 orang
putri, yaitu Muhammad Fadhillah dan Fauqia Zilla Shaleha.
Munawar menyelesaikan pendidikan, SDN Inpres Bukit Pala pada tahun
1991, SMPN Rantau Panjang pada tahun 1994, SMA 1 Langsa pada tahun 1997,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh Banda Aceh pada
tahun 2003.
Saat ini, Munawar bekerja sebagai Staf Pengajar Diploma-III Kebidanan
Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen, Pekerjaan itu sudah ditekuni sejak tahun
DAFTAR ISI
2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan ... 8
2.2. Komunikasi dan Faktor Efektivitas Penyuluhan... 11
2.3. Media Audio Visual ... 19
2.4. Media Poster Kalender... 24
2.5. Perilaku ... 26
2.6. Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk... 30
2.7. Landasan Teori... 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 41
3.6. Metode Pengukuran ... 42
3.7. Metode Analisis Data... 43
BAB 4. HASIL PENELITIAN... 45
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45
4.1.3 Sarana Kesehatan... 47
4.2. Analisis Univariat ... 47
4.2.1 Gambaran Karakteristik Responden ... 47
4.2.2 Gambaran Umur dan Status Gizi Balita ... 49
4.2.3 Hasil kategori Perilaku Tes Awal, Kedua dan Akhir pada Kelompok ... 50
4.3. Analisis Bivariat... 54
4.3.1 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol.. 54
4.3.2 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 56
4.3.3 Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal, Kedua, Ketiga Tindakan pada Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 58
4.3.4 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah Dengan Audio Visual dan Kontrol .. 60
4.3.5 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol 62
4.3.6 Hasil Uji Mann Whitney untuk Efektifitas Kelompok Metode Ceramah Dengan Audio Visual dan Poster Kalender... 64
BAB 5. PEMBAHASAN... 67
5.1. Efektifitas Metode Ceramah dengan Audio Visual terhadap Perilaku Responden ... 68
5.1. Efektifitas Metode Ceramah dengan Poster Kalender terhadap Perilaku Ibu Balita ... 70
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan ... 12
4.1. Sumber Daya Tenaga Kesehatan Kabupaten Bireuen ... 46
4.2. Sarana Kesehatan Kabupaten Bireuen... 47
4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan... 48
4.4. Hasil Kategori Perilaku Tes Awal, Tes Kedua dan Tes Akhir ... 51
4.5. Hasil Pengetahuan pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 52
4.6. Hasil Sikap pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 53
4.7. Hasil Tindakan pada Tes Awal, Kedua dan Akhir ... 54
4.8. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 55
4.9. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 55
4.10. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Pengetahuan pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 56
4.11. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Awal Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 57
4.12. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Sikap Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 57
4.13. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Sikap pada Kelompok Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol ... 58
4.15. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Kedua Tindakan pada Kelompok
Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 59
4.16. Hasil Uji Kruskal Wallis Tes Ketiga Tindakan pada Kelompok
Ceramah dengan Audio Visual, Poster Kalender dan Kontrol... 59
4.17. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Kontrol terhadap
Pengetahuan Responden... 60
4.18. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Kontrol terhadap Sikap
Responden ... 61
4.19. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Ceramah dengan Metode Audio Visual dan Kontrol terhadap
Tindakan Responden ... 61
4.20. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap
Pengetahuan Responden... 62
4.21. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap
Sikap Responden ... 63
4.22. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Poster Kalender dan Kontrol terhadap
Tindakan Responden ... 64
4.23. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender
terhadap Pengetahuan Responden... 65
4.24. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender
terhadap Sikap Responden ... 65
4.25. Hasil Uji Mann Whitney untuk Perbedaan Efektivitas Kelompok Metode Ceramah dengan Audio Visual dan Poster Kalender
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi ... 12
2. Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi... 13
3. Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan dengan Keberhasilan Penyuluhan... 15
4. Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan ... 17
5. Kerucut Edgar Dale... 21
6. Konsekuensi Masalah Kurang Gizi ... 31
7. Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul \\\Halaman
1. Pengantar Penelitian ... 12
2. Pernyataan kesediaan menjadi responden ... 46
3. Kuesioner... 46
4. Media Poster Kalender ... 46
5. Media Audio Visual... 46
6. Frekuensi Tabel ... 46
7. Master Data... 46
8. NormalitasData dan Explore... 46
9. Uji Statistik Kruskal Wallis... 46
10. Uji Statistik Mann Whitney... 46
11. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara... 46
ABSTRAK
Pemantauan Status Gizi tahun 2009, di Kecamatan Jeunieb Kabupaten Biruen Provinsi Aceh prevalensi menunjukkan balita gizi kurang 20,4% dan 6,1% gizi buruk, Kecamatan Juli balita gizi kurang 20,4% dan 6,4% gizi buruk, dan Kecamatan Jeumpa balita gizi kurang 27,8% dan 6,0% gizi buruk. Target Millenium Development Goals (MDGs) menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10% pada tahun 2015.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Jenis penelitian ini adalah eksperimen quasi dengan rancangan pre-and post-test, dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Bireuen yaitu Jeunieb, Jeumpa, dan Juli. Populasi adalah ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Jumlah sampel penelitian adalah 15 ibu per kelompok. Penyuluhan dilakukan melalui ceramah dengan metode audio visual pada kelompok pertama dan poster kalender pada kelompok kedua, serta kelompok kontrol. Hasil ceramah diukur berdasarkan hasil test yang diperoleh dari responden terhadap perilaku. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual.
Disarankan kepada 1) Dinas kesehatan Kabupaten Bireuen agar memilih metode ceramah dengan poster kalender untuk meningkatkan perilaku gizi ibu balita gizi kurangdan gizi buruk di Kabupaten Bireuen, 2) Petugas kesehatan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan gizi masyarakat.
ABSTRACT
Monitoring of Nutritional Status in Jeunieb Sub-district Bireuen district Aceh Province in 2009 showed the prevalence of underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.1%, in Juli Sub-district underweight children under five as 20.4% and severe underweight as 6.4% in Jeumpa Sub-district underweight children under five as 27.8% and severe underweight as 6.0%, Target Millenium Development Goals (MDGs) reduces number of underweight children under five become 10% in 2015.
The objective of the study was to analyze influence of lecturing method with audio visual media and calendar poster on the nutritional behavior of mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District Aceh Province. This research was quasi-experimental study with pre-and post-test design conducted in three Sub-districts Bireuen District, namely Jeunieb, Jeumpa and Juli. The populations of this study were the mothers having underweight and severe underweight children under five. The sample for this study consisted of 15 mothers per group. The counseling was given to first group through lecturing with audio visual method and calendar poster method to the second group and control group. The result of lecturing was measured based on the result of the behavior test obtained from the respondents. Data analysis was done through Kruskal Wallis and Mann Whitney tests.
The result of study showed that there was influence of lecturing with audio visual and calendar poster on the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five. It was found that lecturing method was more effective than audio visual method.
It is suggested to 1) Bireuen District Health Office to choose lecturing with calendar poster in enchancing the behavior of the mothers having underweight and severe underweight children under five in Bireuen District, 2) Health Officers to increase their through training in implementing community nutritional health education.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masih tingginya prevalensi gizi kurang merupakan bukti belum
terselenggaranya secara optimal penanggulangan gizi pada masyarakat. Berbagai
upaya mengatasi masalah gizi tidak terlepas dari kebijakan dan strategi pemerintah
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan melalui
penyuluhan merupakan salah satu program yang diselenggarakan pemerintah dalam
meningkatkan kesadaran gizi dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat
terutama pada ibu, bayi dan balita, serta usia produktif.
Penyuluhan kesehatan bertujuan mengembangkan pengertian yang benar dan
sikap positif individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien agar yang bersangkutan
menerapkan cara hidup sehat dalam hidupnya sehari-hari atas kesadaran dan
kemauannya sendiri. Sementara penyuluhan gizi merupakan usaha atau kegiatan
untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan perilaku mereka agar status gizi mereka tercapai secara optimal (Depkes
RI, 2009).
Penyuluhan gizi juga merupakan proses pendidikan, proses tersebut
mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Dalam suatu proses penyuluhan
gizi yang menuju pada tercapainya tujuan pendidikan gizi yaitu terjadinya perubahan
proses penyuluhan termasuk metode, materi atau pesannya, penyuluh atau petugas
yang melakukannya, dan alat-alat bantu/ alat peraga penyuluh. Agar tercapai secara
suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara
optimal. Hal ini berarti untuk sasaran penyuluhan tertentu, harus menggunakan cara
tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga dengan alat
bantu juga harus disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metode harus berbeda dengan
sasaran massa dan sasaran individu (Depkes RI, 2009).
Pada indikator derajat kesehatan Indonesia dalam meningkatkan status gizi
masyarakat sasaran yang hendak dicapai adalah menurunkan prevalensi balita dengan
gizi kurang menjadi 15% dan persentase kecamatan bebas rawan gizi menjadi 80%.
Berdasarkan hasil pemantauan Status gizi tahun 2004 hingga tahun 2006 prevalensi
gizi kurang dan buruk di Indonesia sebesar 28,6% dengan persentase gizi kurang
20,8% dan gizi buruk 7,8%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 dilaporkan dari 25 juta balita 4,6 juta diantaranya menderita gizi kurang dengan
berat badan tidak memenuhi berat normal menurut usianya. Sementara sebesar 3,4
juta balita tergolong kurus dengan berat badan kurang proporsional terhadap tinggi
badan dan 3,1 juta balita kegemukan. Sementara target Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu menurunkan jumlah balita gizi kurang menjadi 10% pada tahun 2015.
Walaupun target nasional sudah terlampaui, namun pencapaian tersebut belum merata
di 33 provinsi (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008, Provinsi Nanggroe Aceh
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan propinsi yang terbesar memiliki persentase
tertinggi prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dari 33 propinsi yang ada di Indonesia
(Depkes RI, 2009).
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki yang
berada di wilayah Provinsi Aceh, diketahui dari hasil survei Pemantauan Status Gizi
(PSG) tahun 2009 menunjukkan prevalensi balita yang mengalami gizi kurang
sebesar 23,1% dan gizi buruk sebesar 20,3%. Pada laporan PSG juga diketahui
terdapat 3 kecamatan dari 17 kecamatan di wilayah kabupaten Bireuen yang memiliki
prevalensi gizi kurang dan gizi buruk tinggi yaitu kecamatan Jeunieb dengan
prevalensi gizi kurang dan gizi buruk 26,5%, kecamatan Jeumpa dengan prevalensi
gizi kurang dan gizi buruk 33,8% dan Kecamatan Juli dengan prevalensi gizi kurang
dan gizi buruk 30,3%. Berdasarkan data Bappeda tahun 2008, diketahui ketiga daerah
tersebut memiliki karakteristik tingkat pengetahuan masih rendah, kurang memahami
pentingnya nilai gizi dan kesehatan bagi keluarga, serta kurang mengetahui cara
mengkombinasikan bahan makanan bergizi dan seimbang.
Kenyataan semenjak Kabupaten Bireuen berdiri pada tahun 2004, ada
beberapa program gizi yang dilaksanakan pemerintah daerah melalui Dinas
Kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama
mendorong proses pemberdayaan keluarga balita gizi kurang dan gizi buruk untuk
meningkatkan status gizi balita keluarga seperti penyuluhan gizi, keluarga sadar gizi,
itu perlu sebuah strategi upaya pencegahan balita gizi buruk melalui peningkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan gizi keluarga agar balita tetap sehat.
Banyak metode yang dilakukan dalam meningkatkan perilaku gizi. Walaupun
program PMT pemulihan tetap menjadi program unggulan untuk mengentaskan
masalah gizi balita, tapi masih diperlukan metode lain dalam meningkatkan status
gizi balita. Salah satunya metode penyuluhan dengan bantuan alat peraga terhadap
ibu balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
Menurut Mahfoedz, dkk (2005) melalui penyuluhan dengan alat bantu peraga
dalam menyampaikan pesan dan informasi akan lebih mudah diterima dan dipahami
sesuai dengan maksud informasi tersebut. Sementara menurut Lucie (2005),
intervensi penyuluhan dengan media audio visual dapat dilakukan sebagai upaya
untuk merangsang masyarakat terutama kelurga (ibu rumah tangga) agar mampu
menjadi inisiator dalam rumah tangganya. Sama halnya menurut Sadiman (2003)
dalam Junita (2009), media poster dan leaflet merupakan media yang lazim dipakai
dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Taufik (2007) menjelaskan bahwa
media poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam
kegiatan promosi kesehatan masyarakat.
Menurut Arsyad (2006), pengetahuan yang ada pada seseorang diterima
melalui indera. Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke dalam otak adalah indera pandang. Kurang lebih 75% sampai 87%
13% melalui indera dengar dan 12% lainnya disalurkan melalui indera lain seperti
indera raba.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Feby, dkk (2004), menunjukkan
pada post-test terjadi peningkatan rerata pengetahuan kelompok intervensi lebih
tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok kontrol (20,35). Promosi kesehatan
melalui penyuluhan dengan ceramah dibantu media VCD dan leaflet ternyata lebih
meningkatkan pengetahuan guru penjaskes tentang GAKI dibandingkan kelompok
yang hanya mendapatkan promosi melalui ceramah dibantu media VCD.
Berdasarkan laporan PSG dan keterangan di atas, peneliti menyimpulkan
melalui penyuluhan dengan ceramah disertai media audio visual dan poster kalender
merupakan jawaban terhadap permasalahan di Kabupaten Bireuen. Agar penyuluhan
lebih efektif diperlukan metode penyuluhan yang digunakan sesuai dengan sasaran
masyarakat.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster
kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten
Bireuen Provinsi Aceh.
1.3. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis pengaruh metode ceramah dengan media audio visual dan poster
kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk
b. Menganalisis perbedaan efektifitas metode ceramah dengan media audio visual
dan poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.
1.4. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Ada pengaruh metode ceramah dengan media audio visual terhadap perilaku gizi
ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.
b. Ada pengaruh metode ceramah dengan media poster kalender terhadap perilaku
gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.
c. Ada perbedaan efektivitas antara metode ceramah dengan media audio visual dan
poster kalender terhadap perilaku gizi ibu balita gizi kurang dan gizi buruk.
1.5. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis
a. Memberikan masukan terhadap kebijakan pelayanan kesehatan dalam
meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.
b. Bermanfaat bagi pengembangan dalam ilmu pengetahuan yang berhubungan
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam rangka meningkatkan upaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan
Menurut Blum dalam Soekidjo (2003) upaya meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan
buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yaitu melalui :
1. Tekanan (enforcement)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik
adalah dengan cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam
bentuk undang-undang, peraturan-peraturan, intruksi-intruksi, tekanan-tekanan dan
sanksi- sanksi
2. Edukasi (education)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar
dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan .
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan. Sehingga petugas penyuluhan kesehatan harus
menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap tentang
Penyuluhan merupakan jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari
bimbingan. Atau merupakan suatu hubungan timbal balik antara dua orang individu,
di mana yang seseorang (yaitu penyuluh) berusaha membantu yang lain (yaitu klien)
untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Di sini terlihat klien atau
masyarakat yang bermasalah, dengan perilaku yang tidak sehat, setelah mengikuti
penyuluhan diharapkan klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri
dalam memperbaiki perilaku pada saat ini dan mungkin pada saat yang akan datang
( Sukardi & Ketut, 1995).
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan. Sehingga
pendidikan kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang
menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat, pendidikan
kesehatan mendorong perilaku yang menunjang kesehatan, mencegah penyakit,
mengobati penyakit dan membantu pemulihan. Pendidikan kesehatan adalah suatu
kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, persepsi
dan perilaku seseorang atau masyarakat dalam pengambilan tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan (WHO, 1992). Sedangkan Glanz, dkk., (1997)
mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan alat untuk merubah perilaku
dan kombinasi dari berbagai pengalaman belajar seseorang untuk memberikan
fasilitas/sarana menuju perilaku sehat.
menyangkut tiga hal, yaitu peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap
(attitude), dan ketrampilan atau tingkah laku (practice), yang berhubungan dengan
masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1997). Menurut Sarwono (1997),
pendidikan kesehatan adalah proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka
dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. Beragam teknik pendidikan
meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstransi,
perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial.
Sasaran pendidikan kesehatan disetiap tingkatan masyarakat berbeda antara
satu dengan lainnya. Menurut Simons-Morton, dkk., (1995), ada empat tingkatan
yang dapat dijadikan sasaran pendidikan kesehatan. Keempat tingkatan tersebut
adalah :
1. Tingkatan individu Sasarannya yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan
filosofi dari individu yang menjadi target sasaran.
2. Tingkatan organisasi Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan
program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya pendukung.
3. Tingkatan kelompok masyarakat Sasarannya yaitu kebijakan,
praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya
yang tersedia.
4. Tingkatan pemerintahan Sasarannya yaitu kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan dibidang kesehatan, program kesehatan, fasilitas sebagai
sarana pendidikan kesehatan, sumber daya, peraturan-peraturan yang
Menurut Pelto, dkk., (2004), adanya training konseling nutrisi yang memiliki
beberapa karakteristik dapat menerangkan efek positif atas perubahan perilaku.
Material konseling nutrisi pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dibangun
atas dua dasar yaitu : 1) dapat menyediakan pengetahuan tentang kombinasi makanan
dan praktek asupan makanan terhadap usia anak; 2) sebagai alat pengembangan skill
untuk meningkatkan hubungan dan komunikasi yang lebih efektif.
Pendidikan masyarakat mengandung pengertian usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadian, ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku agar dapat
diserap atau dipraktekkan oleh masyarakat. Dengan mengacu pada pengertian
tersebut, penyuluhan adalah usaha mengubah perilaku masyarakat, keluarga, terutama
kepala dan ibu rumah tangga, agar mereka mengetahui, menyadari, mempunyai
kemampuan dan kemauan, serta tanggung jawab untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya (Kartasapoetra, 1994).
2.2. Komunikasi dan faktor Efektifitas Penyuluhan
Secara umum, komunikasi adalah suatu pernyataan antar manusia, baik secara
perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan
lambang-lambang tertentu yang berarti. Dalam kerangka penyuluhan, maka ilmu
komunikasi jelas sangat diperlukan sebagai dasar dalam mentransfer pesan yang akan
disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Sasaran komunikasi dalam penyuluhan
kesehatan adalah masyarakat yang pada umumnya adalah kepala dan ibu rumah
tangga, Wanita Usia Subur (WUS), Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil, ibu nifas,
bidang kesehatan secara umum, maka komunikasi penyuluhan di bidang kesehatan
dapat diartikan sebagai pernyataan antara manusia, baik secara individu maupun
kelompok berkaitan dengan kegiatan penyuluhan di bidang kesehatan yang sifatnya
khusus, menyangkut bidang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan lambang-lambang tertentu (Lucie, 2005)
Upaya seseorang atau sekelompok orang untuk dapat memperoleh informasi
sekaligus teknologi yang tepat guna dan sesuai dengan kondisi sasaran, hanya dapat
dilakukan jika sasaran memperoleh penyuluhan dengan benar. Pemahaman yang
mendalam tentang peran penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi,
penerangan, perubahan perilaku, sampai proses transformasi sosial (Suriatna, 1988).
Menurut Widjaja (1986), komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan,
maka perlu diketahui apakah pesan yang disampaikan telah efektif sampai kepada
sasaran komunikasi. Untuk hal tersebut, maka seorang komunikator perlu melakukan
evaluasi dalam bentuk umpan balik atau Feedback. Umpan balik dari komunikator ke
komunikan dapat bersifat langsung (Direct Feed-Back) maupun tidak langsung
(Indirect Feed-Back).
Dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :
KOMUNIKATOR PESAN
UMPAN BALIK
KOMUNIKAN
Gambar 1 : Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi
Gambar 1 menunjukkan bahwa seorang komunikator perlu mengetahui secara
langsung pesan yang disampaikan kepada komunikan, apakah telah dapat diterima
dengan baik dan jelas dalam bentuk umpan balik, sehingga pesan yang disampaikan
selanjutnya dapat lebih diperjelas informasinya.
KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN
PIHAK LAIN III
UMPAN BALIK PIHAK LAIN II PIHAK LAIN I
Gambar 2 : Umpan Balik Tidak Langsung dari Proses Komunikasi
Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005).
Gambar 2 menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan
apakah pesan tersebut telah mengena pada sasaran, dapat diketahui melalui adanya
pihak lain yang memberikan umpan balik pada komunikator, adanya umpan balik
memberikan kesempatan atau peluang komunikator untuk melanjutkan pesan atau
memperbaiki pesan yang disampaikan sehingga tercapai tujuan (Soekartawi, 1988).
Menurut Lucie (2005), didalam membahas faktor efektivitas penyuluhan,
maka banyak unsur-unsur yang sangat berperanan dalam tercapainya efektifitas suatu
penyuluhan, ada empat unsur yaitu :
1. Metode penyuluhan
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1996), pilihan seseorang terhadap satu
metode/tekhnik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin
dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang
dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan
metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan
pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode ada tiga, dapat
dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel. 2.1. Beberapa Keuntungan dan Kerugian dari Tiga Metode Penyuluhan.
Metode Keuntungan/kebaikan Kekurangan
1. Penyuluhan Massal
• Tidak terlalu resmi, kesehatan massal • Penuh kepercayaan
• Memakan waktu lebih banyak • Biaya lebih besar • Bersifat kurang
efisien pengaruhnya 2. Penyuluhan
Kelompok
• Relatif lebih efisien, kesehatan kelompok
• Komunikator tidak tersamar
• Masalah
pengorganisasian • Pendekatan aktifitas
pembentukan kelompok bersama • Kesulitan dalam
pengorganisasian aktifitas diskusi • Memerlukan
pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis 3. Penyuluhan
Perorangan
• Waktu lebih efisien
• Adanya persiapan yang mantap • Langsung dapat dirasakan
• Komunikator tersamar • Sifatnya lebih
formal • Pengaruhnya
relative sukar • Relatif lebih mudah
diukur
Banyak cara dalam menyampaikan informasi melalui pendidikan kesehatan,
salah satunya adalah dengan ceramah. Menurut Maulana (2009), ceramah adalah
pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pengunjung
atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut :
a. Waktu penyampaian informasi terbatas
b. Orang yang mendengarkan sudah termotivasi
c. Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata
d. Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain
e. Ingin menambahkan atau menekankan apa-apa yang sudah dipelajari
f. Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan apa yang sudah dicapai.
g. Sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan.
Metode Pendekatan
Massal
Metode Pendekatan
Perorangan
Kurang efektif, tidak intensif, kemampuan penyuluhan agar mengetahui dan menaruh perhatian
Kurang efektif, agak intensif, kemampuan penyuluhan mendorong masyarakat agar menilai dan mencoba
Gambar 3 : Keterkaitan Metode Massal, Kelompok, dan Perorangan dengan Keberhasilan Penyuluhan
2. Media penyuluhan
Yaitu alat bantu penyuluhan, yang dalam peranannya berfungsi sebagai perantara
yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga
pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Menurut Mardikanto (1993),
media adalah alat bantu atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau
dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau
menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah
diterima dan dipahami. Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas
juga dapat berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan
perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah;
2) Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah
untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama
jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak. Dapat dilihat pada
Gambar Diproyeksikan
or the summary of
m Lambang Grafik
the
Bendathe summary of
an Bendag point. You
can
• Sampel, model, Specimen (benda yang diawetkan), pamphlet, leaflet, folder,
brosur/booklet
• Placard, poster, flipchard, photo, flannelgraph, transparency, sheet
• Slide-film, movie-film,
filmstrip, video-film, film televisi/TV
Alat Peraga Penyuluhan
• Grafik (garis, batang), diagram, schema, dan peta
Gambar 4 : Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan
3. Materi penyuluhan
Yaitu segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik yang
menyangkut ilmu atau teknologi. Materi yang baik dalam penyuluhan adalah
yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik karena dapat memperbaiki
produktivitas sumber daya manusia, yang lebih penting lagi dapat memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. Kartasaputra (1994)
mengemukakan bahwa, materi penyuluhan agar dapat diterima, dimanfaatkan dan
diaplikasikan oleh sasaran penyuluhan dengan baik, harus : a) sesuai dengan
kemampuan sasaran penyuluhan; b) tidak bertentangan atau sesuai/selaras dengan
adat/kepercayaan yang berkembang di daerah setempat; c) mampu mendatangkan
keuntungan; d) bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan sesuai tingkat
pengetahuan; e) mengesankan, dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan dapat
dinikmati.
4. Waktu dan tempat penyuluhan
Seorang penyuluh harus mengetahui kapan sasaran ada di lapangan, di rumah
dalam keadaan santai, di kantor, ketika berada dalam kegiatan kelompok,
sosialisasi masyarakat, dan sebagainya.
Komunikasi akan lebih efektif apabila disampaikan secara langsung
berhadapan. Menurut penelitian, teknik komunikasi yang efektif adalah dengan
mengemukakan kesimpulan komunikasi secara eksplisit kepada subyek yang
sikapnya hendak diubah, dan dengan mengulang-ulangargumentasi yang mendukung
sikap yang dituju (Middlebrook, 1974). Akan tetapi pengulangan pesan yang terlalu
sering justru dapat mendatangkan penolakan dari individu yang dijadikan target.
2003) ditemukan bahwa pengulangan akan menaikkan perubahan sikap, tetapi apabila
diteruskan maka pengulangan itu justru akan menurun efeknya. Ternyata banyaknya
pengulangan yang optimal adalah tiga kali, sedangkan kalau lebih dari tiga kali
individu akan mengalami kebosanan dan dapat malah menolak pesan yang
disampaikan (Watson, dkk., 1984).
2.3. Media Audio Visual
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius, yang secara harfiah berarti
”tengah”, ”perantara atau pengatur”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2006). Sedangkan
menurut Gerlach & Ely (1971), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual/verbal.
Alat-alat audio visual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengar
dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual gunanya untuk
membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Sasaran komunikasinya yaitu berupa
pengajaran, penerangan dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk
gambar, foto, slide, model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi.
Pendidikan visual artinya penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau
menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu
yang dilihat daripada sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, dkk., 2005).
Media audio dan audio-visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah
dan terjangkau. Disamping itu menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari
materi lebih banyak, menurut Arsyad (2006).
Menurut beberapa faktor dalam filsafat dan sejarah pendidikan, pengetahuan
disalurkan ke otak melalui satu indera atau lebih. Para ahli indera berpendapat, bahwa
75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya
melalui pendengaran dan inderaindera yang lain. Alat-alat audio visual dapat
menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih
nyata daripada yang disampaikan oleh kata-kata yang diucapkan, dicetak atau ditulis.
Oleh karena itu alat-alat audio visual membuat suatu pengertian atau informasi
menjadi lebih berarti (Lucie, 2005).
Salah satu penyebab yang utama dari tidak efisiennya cara belajar dan
berkomunikasi adalah bahwa manusia adalah pelupa. Kalau sekiranya anak-anak atau
orang dewasa mengekalkan 25% saja lebih banyak dari yang mereka ketahui,
keadaan lingkungan kita pasti lebih baik dari sekarang (Suleiman, 1988).
Media audio visual mempunyai karakteristik yang melekat padanya, meliputi
sifat positif dan negatif; disebut positif karena dapat memperoleh manfaat yang lebih
maksimal, jangkauan luas, seketika (serentak), menarik, kontak relatif mudah, efek
dramatisasi, penentuan waktu penayangan mudah, gabungan (gambar, suara, gerak,
warna, juga tulisan). Sedangkan sifat negatif, sekilas pandang dan dengar, frekuensi
harus tinggi, mahal, tidak ada segmentasi, terbatas (harus pendek), membutuhkan
Menurut Machfoedz, dkk., (2005), alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Alat
bantu ini disebut “alat peraga” karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan
sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Semakin banyak indra yang digunakan
untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan
yang diperoleh. Dale (1969), membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan
sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu
kerucut pada gambar 5 berikut yaitu :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Keterangan : 1) Kata-kata; 2) Tulisan; 3) Rekaman/Radio; 4) Film; 5) Televisi; 6) Pameran; 7) Field Trip 8) Demonstrasi; 9) Sandiwara; 10) Benda
Tiruan; 11) Benda Asli.
Gambar 5 : Kerucut Edgar Dale
Sumber : Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan Oleh Machfoedz (2005a), Halaman 84
Gambar kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah
benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses
mempersepsikan bahan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan
yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling
rendah. Jelas bahwa dalam penggunaan alat peraga adalah salah satu prinsip proses
pendidikan.
Penulisan skenario yang perlu diperhatikan antara lain : pemikiran tentang
cerita penyuluhan kesehatan, topik atau tema penyuluhan, jalan cerita dan esensi,
pengembangan gagasan, penyatuan gagasan dalam urutan yang sesuai,
pengembangan cerita dan sebagainya sehingga menarik untuk ditonton. Bahasa yang
digunakan untuk pesan penyuluhan kesehatan melalui media audio visual harus
menarik, sederhana dan mudah dimengerti, cukup jelas sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan, sehingga mampu menggambarkan apa yang menjadi maksud yang
sebenarnya, juga harus disesuaikan tampilan jenis gambar. Pengaturan audio visual
dengan baik dapat memberi berbagai makna dalam suatu arus informasi yang
berkualitas sehingga bisa diterima dalam belajar dan memungkinkan keadaan lebih
baik (Norfolk, 2004).
Pengaruh media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu
propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan, misalnya
perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi tahap bertahan,
menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi perspektif psikologis.
Mengkonstruksi pendengar untuk membentuk pandangan mereka sendiri tentang
kenyataan sosial di tempat mereka berinteraksi dengan simbol yang ditawarkan media
(Boyd, dkk., 1987).
Alat visual untuk mengkonkritkan suatu ajaran dilengkapi dengan
Aids (AVA). Video sistem dalam penggunaannya sebagai peralatan putar ulang dari
suatu program (rekaman), terdiri dari minimal satu buah video tape recorder (video
cassette recorder/VCR) dan satu buah monitor atau lebih. Berbagai jenis VCR yang
ada di pasaran dibuat dengan berbagai tujuan penggunaannya. Ada yang untuk
keperluan broadcast, untuk keperluan pendidikan, pengajaran, penyuluhan, keperluan
industri dan keperluan rumah tangga atau hiburan (Sadiman, dkk., 2003).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara
penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Mahfoedz, dkk.,
2005).
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Feby. Dkk., (2004) pada post-test
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata pengetahuan pada kelompok
intervensi lebih tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok control (20,35).
Promosi kesehatan melalui ceramah dibantu VCD dan Leaflet ternyata lebih
meningkatkan pengetahuan guru penjakes tentang GAKI dibandingkan kelompok
yang hanya mendapat promosi melalui ceramah dibantu media VCD.
Hasil penelitian dilakukan oleh Pelto, dkk. (2004) menunjukkan bahwa
dengan intervensi training konseling nutrisi merubah perilaku dokter dan
memperbaiki pengetahuan pemberi perawatan, hasilnya ibu yang menerima nasehat
dari perawat yang terlatih memiliki tingkat pengingatan pesan tinggi terhadap
makanan khusus yaitu dari 27% menjadi 95%, praktek asupan dan rekomendasi
penyajian makanan dari 20% menjadi 90% serta proporsi pesan yang diingat
mengenai pentingnya ibu menyusui anak dari 30% menjadi 60%. Audio visual
merupakan alat bantu yang paling tepat saat ini. Seiring perkembangan teknologi
mahal lagi. Sebagian besar masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan
memiliki sarana Audio visual dirumah masing-masing (Arsyad, 2006).
2.4. Media Poster Kalender
Menurut Angkowo dkk (2007), Sutikno (2009), yang membagi media
berdasarkan jenisnya, media poster dan leafleat merupakan media gambar. Raharjo
(1991) dalam Junita (2009) berdasarkan jenis media, poster dan leafleat merupakan
media visual. Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan
penggunaan media, poster dan leafleat merupakan alat peraga yang sederhana, mudah
dibuat sendiri dan dapat dipergunakan di berbagai tempat. Menurut Sadiman (2003)
dalam Junita (2009) media poster dan leafleat merupakan media yang lazim dipakai
dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Menurut Smaldiono (2005) dalam
Herliana (2007) mengemukakan bahwa media poster dan leafleat merupakan media
yang dapat disajikan dalam berbagai format. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media
poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan
promosi kesehatan masyarakat.
Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan
kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu
atau kelompok agar tertarik pada suatu objek materi yang diinformasikan.
Munir (2000), meneliti tentang pengaruh model pelatihan jarak jauh dan
klasikal terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan tata laksana
infeksi saluran pernafasan akut balita bagi paramedis di Kabupaten Karanganyar.
Media yang dipakai adalah media film. Hasilnya menunjukkan bahwa model
balita dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan bagi paramedis. Dewi
(2004), meneliti upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada ibu
balita dalam pemberian makanan sumber vitamin A alami. Metode yang dipakai
adalah ceramah dengan media modul, subyek penelitian ibu balita. Hasilnya
menunjukkan bahwa pelatihan metode ceramah dengan media modul dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kemudian Sulistyanto (2006),
meneliti tentang pengaruh pelatihan kader dengan media audio visual terhadap
pengetahuan, sikap serta perilaku kader posyandu di Kecamatan Sintang Propinsi
Kalimantan Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan dengan media audio
visual dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kader Posyandu.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media pembelajaran perlu dipertimbangkan secara mendasar karena tidak satupun
media pembelajaran yang cocok untuk semua individu, segala keadaan, segala
macam karakteristik peserta didik dan segala tujuan yang ingin dicapai, media
pembelajaran dapat dianggap sebagai salah satu komponen penting pada kegiatan
pembelajaran dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang
dipakai seorang pendidik merupakan hal yang paling esensial dalam menyajikan
materi pembelajaran kepada peserta didik.
Tiap orang yang dididik memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik
pendengaran maupun penglihatan, kemampuan dan minat membaca. Dengan variasi
di dalam pendidikan kelemahan indera yang dimiliki peserta didik dapat dikurangi.
Untuk mendapat perhatian peserta pendidik dapat memulai dengan berbicara terlebih
dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus
terhadap indera peserta (Sutikno, 2009).
2.5. Perilaku
Menurut Blum (1974), dalam Maulana (2009), perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu,
kelompok, atau masyarakat. Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan
kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku
sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya.
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam
Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif
(pengetahuan), afektif ( sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan).
Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini
mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan
maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, dari guru, orang tua,
teman, buku dan media massa (WHO, 1992).
Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu :
1) tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2)
memahami, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar; 3) aplikasi,
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
subyek kendala komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya;
5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan
6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi (Green & Lewis, 1986).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar,
2003). Sedangkan menurut Simon-Morton, dkk., (1995), pengetahuan merupakan
hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari
berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian,
membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup.
Menurut Widayatun (1999), sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak.
Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang
diatur melalui pengalaman yang memberi pengaruh dinamika atau terarah terhadap
respons individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Menurut
Van den Ban dan Hawkins (1996), sikap dapat pula didefinisikan sebagai perasaan,
pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanent mengenai
aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen sikap adalah pengetahuan,
Sikap mempunyai fungsi yang berbeda bagi setiap orang yaitu :
1) pengetahuan; dengan sikapnya, seseorang akan mampu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan berbagai macam informasi yang diterima, 2) ekspresi diri;
sehingga individu dapat menyatakan nilai-nilai atau keyakinannya, 3) sarana
peningkatan harga diri; dengan mengetahui fungsi sikap bagi seseorang maka
komunikator dapat menentukan strategi komunikasi yang tepat dengan memberikan
pesan persuasi yang berisi informasi yang relevan bagi fungsi sikap yang
bersangkutan (Azwar, 2003).
Menurut Walgito (2003), ada beberapa faktor determinan sikap yang dianggap
penting, yaitu : 1) Faktor fisiologis, seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap
seseorang. Berkaitan dengan ini adalah faktor umur dan kesehatan. Pada umunya
orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan
pada orang dewasa sikapnya lebih moderat; 2) Faktor pengalaman langsung terhadap
obyek sikap akan dipengaruhi langsung oleh pengalaman orang yang bersangkutan
dengan obyek tersebut; 3) Faktor kerangka acuan, merupakan faktor penting dalam
sikap seseorang, karena kerangka acuan ini berperan terhadap obyek sikap; dan 4)
Faktor komunikasi sosial yang berwujud informasi seseorang kepada orang lain.
Menurut Mantra (1997), perilaku manusia adalah respons individu terhadap
stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku manusia itu
sesuatu yang unik dan khusus, artinya dia tidak sama antar dan inter manusia baik
dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian (Widayatun, 1999).
Tindakan manusia ada tiga jenis yaitu : 1) tindakan ideal, artinya tindakan
yang dapat diamati yang dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi
dilaksanakan saat ini, dan 3) tindakan yang diharapkan, yakni tindakan yang
diharapkan dilaksanakan oleh sasaran (Azwar, 2003).
Kurt Lewin dalam Brigham (1991), merumuskan suatu model hubungan
tindakan yang mengatakan bahwa tindakan (B) adalah fungsi karakteristik individu
(P) dan lingkungan (E) yaitu :
B=f (P.E)
Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai,
biografik, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan
kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan
tindakan. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan tindakan,
bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal
inilah yang menjadikan prediksi tindakan lebih kompleks.
Menurut Sutarlinah (1983), perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan
merupakan proses belajar yang ditujukan untuk peningkatan, pemeliharaan,
pengurangan, dan penghilangan serta perkembangan dari tingkah laku lama. Menurut
Mantra (1997), ada beberapa rangsangan yang dapat menyebabkan orang berubah
pengetahuan, sikap dan tindakan, yaitu : 1) rangsangan fisik; 2) rangsangan rasional;
3) rangsangan emosional; 4) ketrampilan; 5) jaringan perorangan dan keluarga;
6) struktur sosial; 7) biaya; dan 8) perilaku yang bersaing.
Pendidikan bukanlah satu-satunya cara merubah pengetahuan, sikap dan
tindakan individu atau kelompok, namun secara umum ada tiga macam cara untuk
merubah individu atau kelompok yaitu menggunakan kekuasaan atau kekuatan,
Menurut Rukminto (2001), merencanakan perubahan pengetahuan, sikap, dan
tindakan pada individu atau pada sekelompok masyarakat melalui intervensi
komunitas tidak mudah. Pada kenyataan di lapangan, ada berbagai kendala yang
sering ditemui, kendala tersebut meliputi kendala yang berasal dari kepribadian
individu dan kendala yang berasal dari sistem sosial yang berkembang dilingkungan
kelompok masyarakat tersebut. Kendala individu antara lain adalah kestabilan,
kebiasaan, hal-hal utama yang diyakini, seleksi ingatan dan persepsi, ketergantungan,
superego, rasa tidak percaya serta rasa tidak aman. Kendala sistem sosial antara lain
meliputi kesepakatan terhadap norma tertentu, kesatuan dan kepatuhan terhadap
sistem dan budaya, hal-hal yang bersifat sakral, kelompok kepentingan, penolakan
terhadap orang luar yang datang ke dalam komunitas tersebut.
2.6 Pengertian dan Tanda-tanda Gizi Buruk
Menurut Arisman (2004), gizi buruk adalah keadaan yang terjadi akibat
kekurangan pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga
mengakibatkan kurangnya asupan zat gizi yang diperlukan, pada akhirnya berdampak
pada kondisi status gizi menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada
semua golongan umur (anak dan orang dewasa). Kondisi kurang gizi disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi atau protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), cara menghitungnya yaitu :
1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan, bila
perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standart
2. Dengan mengukur tinggi badan dan lingkar lengan atas bila tidak sesuai
dengan standart anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.
Menurut Budiarso (1986), penyebab utama dari gizi kurang dan buruk adalah
tidak sesuainya zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Akan
tetapi kejadiannya bukanlah akibat satu sebab saja, melainkan juga ada
penyebab-penyebab lain yang mendorong terjadinya, antara lain adanya berbagai penyakit
infeksi pada anak seperti campak, diare yang hebat. Konsekuensi masalah kurang gizi
dapat dilihat pada gambar 6 sebagai berikut :
GIZI KURANG &
GIZI BURUK DADAFAFAan interesting
Kecerdasan terhambat
Resiko kematian meningkat pada balita gizi buruk Perkembangan
terganggu Pertumbuhan
terganggu
Rentan terhadap penyakit
Penyakit infeksi
Asupan Energi, protein dan zat gizi mikro kurang
Gambar 6 : Konsekuensi Masalah Kurang Gizi
Menurut hasil penelitian Butte, dkk., (2001), bahwa peran Air Susu Ibu (ASI)
menunjang pertumbuhan anak sampai usia 4 bulan di Texas. Pertumbuhan bayi yang
diamati ternyata sesuai dengan standart NCHS. Ditunjukkan pula hubungan antara
asupan ASI dengan pertumbuhan. Pada penelitian yang dikerjakan oleh peneliti lain
menunjukkan rasio berat badan 10-30% lebih tinggi pada bayi yang mendapatkan
ASI dibandingkan dengan yang mendapat susu formula. Ini menunjukkan bahwa bayi
yang mendapatkan ASI lebih efisien menggunakan energi. Penelitian lain yang
dilakukan di Washington DC-Baltimore oleh Ahn dan MacLean (2001), bahwa pada
kelompok sosial ekonomi tinggi, kurva berat badan dan panjang badan anak
bertambah dengan lama pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan akan
menjamin pertumbuhan normal anak.
Indonesia sebagai negara sedang berkembang lainnya mempunyai masalah
gizi cukup besar, ditandai masih banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita dan
anak usia sekolah. Anak yang menderita kurang gizi akan berdampak pada
pertumbuhan, kecerdasan, dan rentan penyakit terlebih lagi apabila kekurangan gizi
terjadi sejak masa janin dalam kandungan, kemungkinan besar terjadi Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) kurang dari 2500 gram. Hubungan ini dapat dilihat pada
Gizi Buruk pada Bayi dan Balita
Kematian Ibu dan Bayi Gizi Buruk pada Ibu Hamil
Menurunnya Kualitas SDM Indonesia Bahkan “Lost Generation”
Gambar 7 : Hubungan Penderita Kurang Gizi dengan terjadinya BBLR
Sumber : Penanggulangan Masalah Gizi Buruk, Revitalisasi Puskesmas Dan Posyandu oleh Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (2005).
2.7. Landasan Teori
Menurut Blum (1974) dalam Soekijo (2003) rangka meningkatkan kesehatan
masyarakat termasuk kepada orangtua yang anaknya mengalami gizi kurang dan
buruk, memerlukan intervensi salah satunya dengan upaya edukasi(education) yaitu
upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan
cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan
kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan .
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam
Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar,
1983).
Media audio visual adalah sasaran komunikasi berupa pengajaran, penerangan
dan penyuluhan. Alat-alat audio-visual antara lain termasuk gambar, foto, slide,
model, pita kaset tape recorder, film bersuara dan televisi. Pendidikan visual artinya
penyajian pengetahuan melalui pengalaman melihat, atau suatu metode untuk
menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang menyatakan bahwa
seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat daripada
sesuatu yang didengar atau dibacanya (Machfoedz, 2009).
Poster Kalender adalah pesan singkat dalam bentuk gambar, pesan-pesan
kesehatan dan Kalender selama 1 tahun, dengan tujuan untuk mempengaruhi individu