• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROBLEM POSING BERBASIS COOPERATIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN SISTEM PERNAPASAN DI SMP 1 WELERI KABUPATEN KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PROBLEM POSING BERBASIS COOPERATIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN SISTEM PERNAPASAN DI SMP 1 WELERI KABUPATEN KENDAL"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN

PROBLEM POSING

BERBASIS

COOPERATIVE LEARNING

PADA PEMBELAJARAN

SISTEM PERNAPASAN DI SMP 1 WELERI KABUPATEN

KENDAL

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Zulfikar Ali Akbar Baladraf 4401406013

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang

berjudul ”Penerapan Problem Posing Berbasis Cooperative Learning pada

Pembelajaran Sistem Pernapasan di SMP 1 Weleri Kabupaten Kendal” disusun

berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi

atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi

ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan

tinggi manapun.

Semarang,28 Agustus 2013

(3)

iii Skripsi yang berjudul :

Penerapan Problem Posing Berbasis Cooperative Learning pada

Pembelajaran Sistem Pernapasan di SMP 1 Weleri Kabupaten Kendal

disusun oleh

Nama : Zulfikar Ali Akbar Baladraf

NIM : 44014066013

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes

pada tanggal 28 Agustus 2013.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Andin Irsadi, S.Pd, M.Si

NIP. 19631012 1988031 001 NIP. 19740310 2000031 001

Penguji Utama

Drs. Supriyanto, M. Si.

NIP. 195109191979031005

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Lisdiana, M. Si. Sri Sukaesih, S.Pd. M.Pd.

(4)

iv

Learning Pada Pembelajaran Sistem Pernapasan di SMP 1 Weleri Kabupaten Kendal. Skipsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Lisdiana, M.Si. dan Sri Sukaesih S.Pd M.Pd

Pada pembelajaran Biologi sering kali siswa merasa kesulitan memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran Biologi. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi. Problem Posing adalah perumusan masalah (soal), dimana siswa diarahkan untuk membuat soalnya sendiri. Problem Posing ini merupakan pendekatan pembelajaran yang melatih peserta didik untuk aktif belajar dan menekankan untuk merumuskan permasalahan berdasarkan informasi yang telah diberikan serta sekaligus menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan dipadukannya pembelajaran Problem Posing berbasis Cooperative Learning diharapkan dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh Problem Posing berbasis Cooperative Learning terhadap hasil belajar dan minat siswa pada materi sistem pernapasan di SMP 1 Weleri.

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimental design dengan desain penelitian Posttest-only Control Grup Design using Matched Subject. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP 1 Weleri dengan sampel penelitian yaitu siswa kelas VIII F dan VIII G yang diambil menggunakan teknik Purposif Sampling. Variabel bebas berupa model pembelajaran Problem Posing berbasis Cooperative Learning, sedangkan variabel terikat berupa hasil belajar dan minat siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai hasil belajar siswa pada kelas VIII-F sebesar 62,6 dan VIII-G sebesar 54,3. Setelah dilakukan pengujian dengan t-test dapat diketahui bahwa perbedaan pada kedua kelas tersebut berbeda secara signifikan. Minat siswa yang teramati menggunakan lembar observasi dan kuesioner menunjukkan bahwa siswa kelas VIII F memiliki taraf minat lebih tinggi dibandingkan pada kelas VIII G.

Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan Problem Posing berbasis Cooperative Learning pada materi sistem pernapasan berpengaruh pada hasil belajar dan minat siswa di SMP 1 Weleri Kabupaten Kendal.

(5)

v

Alhamdulillah. Puji syukur hanya bagi Allah SWT atas limpahan rahmat,

hidayah, inayah, dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ”Penerapan Problem Posing Berbasis Cooperative Learning Pada

Pembelajaran Sistem Pernapasan di SMP 1 Weleri Kabupaten Kendal”. Segala

hambatan, tantangan, dan kemudahan merupakan nikmat tersendiri sebagai pengalaman

batin yang tidak akan terlupakan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk melengkapi

syarat mengikuti ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi di

FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menyelesaikan studi di UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan

administrasi dalam penyusunan skripsi ini

3. Ketua Jurusan Biologi yang telah membantu kelancaran administrasi untuk

menyelesaikan skripsi.

4. Dr. Lisdiana, M. Si dan Sri Sukesih S.Pd M.Pd. sebagai dosen pembimbing I dan II

yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, kritik dan dorongan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Supriyanto, M.Si. sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan arahan,

masukan, saran, dan petunjuk sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah SMP 1 Weleri Drs. Himam S.Pd M.Pd dan Bapak Tukiran S.Pd

M.Pd sebagai guru mitra pada saat penelitian yang telah memberikan kemudahan,

bantuan, dan kerjasama kepada penulis ketika mengadakan penelitian di SMP 1

Weleri.

7. Ibunda tercinta Sulistyawati yang kasih sayangnya masih saya rasakan sampai saat

ini dan ayahanda tercinta Almarhum Abdul Chamid yang jasa beliau selalu

terkenang sehingga saya dapat mencapai jenjang saat ini, serta tak lupa kepada

(6)

vi

tenaganya, serta Ariesta, Botok, Yosi, Dwi Kurniasari, Nelly dan teman-teman kost

gang Pete yang selalu memberikan semangat dan motivasi sehingga penulisan

skripsi ini bisa terselesaikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan dan dorongan baik materiil maupun spiritual sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca

yang budiman.

Semarang, 28 Agustus 2013

(7)

vii

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Penegasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka... 7

B. Kerangka Berpikir ... 16

C. Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

B. Populasi dan Sampel ... 18

C. Variabel Penelitian. ... 18

D. Rancangan Penelitian ... 19

E. Prosedur Penelitian ... 19

F. Data dan Cara Pengambilan Data ... 21

G. Metode Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

(8)

viii

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(9)

ix

Tabel Halaman

1. Data dan cara pengumpulan data ... ...21

2. Hasil analisis validitas butir soal uji coba ... ...23

3. Hasil analisis daya pembeda soal ... .. 25

4. Hasil perhitungan taraf kesukaran soal ... ..26

5. Rekapitulasi hasil analisis soal ... ..26

6. Uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol ... ..27

7. Uji kesamaan dua varians ... ..28

8. Rekapitulasi hasil belajar siswa ... ..31

9. Uji beda dua rerata t-test ... ...32

10. Minat siswa berdasarkan observasi ... ..33

(10)

x

1. Kerangka berpikir ... ....16

2. Daerah distribusi t-test ... ... 32

3. Persentase klasikal minat siswa berdasarkan observasi ... .. 32

(11)

xi

1. Silabus ... ..46

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran ... ..49

3. Lembar diskusi siswa (LDS) ... ..63

4. Kisi-kisi soal uji coba soal ... ..65

5. Soal uji coba ... ..66

6. Analisis hasil uji coba ... ..75

7. Lembar observasi minat siswa ... ..77

8. Kuesioner penilaian minat siswa ... ..79

9. Soal evaluasi ... ..81

10.Uji normalitas ... ..87

11. Uji homogenitas ... ..88

12.Rekapitulasi evaluasi hasil belajar ... ..89

13.Uji t (t-test) ... ..91

14.Rekapitulasi data lembar observasi ... ..92

15.Rekapitulasi data kuesioner minat siswa ... ..94

16.Contoh soal yang disusun oleh siswa siswa... ..96

17.Contoh hasil jawaban post test siswa ... ..99

18.Contoh hasil penskoran lembar observasi terhadap minat siswa ... 101

19.Contoh hasil penskoran kuesioner terhadap minat siswa ... 104

20.Surat keterangan penetapan dosen pembimbing ... 106

21.Surat ijin penelitian ... 107

22.Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 108

(12)

A. Latar Belakang

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan

mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang

peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,

kepribadian, dan bahkan persepsi manusia (Anni et al 2006). Sedangkan kegiatan

pembelajaran tidak lain ialah pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu suatu

proses menerjemahkan dan menstransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam

kurikulum kepada para peserta didik melalui interaksi belajar mengajar.

Pada pembelajaran Biologi sering kali siswa merasa kesulitan memahami

pembelajaran yang diberikan oleh guru, kurang antusias dalam mengikuti

pembelajaran Biologi. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru

menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi, hanya

terbatas guru membacakan atau memberikan bahan yang disiapkannya sedangkan

siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal

sebagaimana yang dicontohkan oleh guru. Hal tersebut menjadikan siswa menjadi

pasif dalam kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran Biologi seharusnya siswa

didorong untuk aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami pembelajaran dan

terampil dalam menyelesaikan permasalahan Biologi. Oleh sebab itu, guru

hendaknya mampu memilih dan menerapkan strategi dan model pembelajaran

yang mampu merangsang siswa dalam memahami pembelajaran biologi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMP N 1 Weleri, dapat

diketahui bahwa pembelajaran yang biasa dilakukan masih sering mengunakan

metode ceramah dan diskusi sederhana yang masih berpusat kepada guru. Guru

lebih banyak membahas tentang konsep. Pada pembelajaran yang demikian,

komunikasi cenderung berjalan satu arah sehingga kemampuan dan keberanian

siswa dalam berpendapat dan mengemukakan pertanyaan kurang tergali serta

rendahnya daya kreatifitas siswa. Disamping itu, dirasakan bahwa dengan

menggunakan cara pembelajaran yang dilakukan saat ini minat belajar siswa pada

(13)

mata pelajaran biologi masih kurang, dan hal ini bisa menjadi merupakan faktor

yang mempengaruhi rendahnya nilai ketuntasan siswa pada mata pelajaran

biologi.

Masih rendahnya partisipasi dan peran aktif siswa serta minat belajar pada

mata pelajaran biologi mendorong peneliti untuk mencoba pendekatan

pembelajaran yang baru yang belum pernah diterapkan di SMP 1 Weleri, yaitu

Problem Posing berbasis Cooperative Learning. Penerapan pendekatan ini,

diharapkan dapat menjadi alternatif strategi pembelajaran yang lain untuk

meningkatkan kualitas proses pembelajaran di SMP N 1 Weleri.

Problem Posing adalah perumusan masalah (soal), dimana siswa

diarahkan untuk membuat soalnya sendiri. Problem Posing ini merupakan

pendekatan pembelajaran yang melatih peserta didik untuk aktif belajar dan

menekankan untuk merumuskan permasalahan berdasarkan informasi yang telah

diberikan serta sekaligus menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan demikian

diharapkan strategi ini dapat membantu guru untuk memecahkan masalah

pembelajaran yang dihadapi.

Problem Posing diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengemukakan

pendapat serta membuat siswa lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Didapatnya konsep-konsep yang berasal dari daya keingintahuan siswa sendiri

diharapkan memori akan tertanam lebih lama dan membuat pembelajaran lebih

bermakna. Selain itu, dipadukannya Problem Posing dengan Cooperative

Learning, tidak hanya bertujuan mendorong siswa untuk bertanya tetapi juga

melatih siswa untuk bisa berkerja sama dalam kelompok.

Materi sistem pernapasan merupakan materi pembelajaran pada mata

pelajaran Biologi yang cenderung disampaikan guru dengan metode ceramah dan

diskusi sederhana, sehingga siswa cenderung lebih pasif dalam kegiatan

pembelajaran. Demikian juga yang terjadi di SMP 1 Weleri, pembelajaran pada

materi sistem pernapasan masih menggunakan metode ceramah dan diskusi

sederhana yang berpusat pada guru, sehingga peneliti berusaha untuk mencoba

alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran Problem Posing adalah suatu pembelajaran yang sering

(14)

pembelajaran dengan pendekatan ini jarang diterapkan pada mata pelajaran

Biologi. Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan peneliti, sedikit penelitian

yang mengkaji Problem Posing untuk diterapakan pada mata pelajaran Biologi

dan juga diperkuat oleh hasil obervasi terhadap guru Biologi pada beberapa

sekolah, bahwa pendekatan Problem Posing jarang diterapkan.

Menurut penelitian yang dilakukan Ningrum (2011), penerapan Problem

Posing pada mata pelajaran Fisika, dapat meningkatkan hasil belajar dan

kreativitas siswa. Melalui peningkatan kreatifitas siswa dalam kegiatan

pembelajan, pencapain prestasi akademik siswa pun dapat meningkat (Sihana

2010) Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Trihapsari (2009) pada mata

pelajaran kimia, Problem Posing memiliki kelebihan, dapat memberikan

kebebasan siswa untuk belajar mandiri dan dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah melalui soal yang dibuat sendiri, sehingga

dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut,

peneliti terdorong untuk melakukan penelitian Problem Posing pada mata

pelajaran Biologi.

Pendekatan inovatif perlu diterapkan, salah satunya dengan pendekatan

Problem Posing berbasis Cooperative Learning. Diharapkan dengan

diterapkannya pendekatan Problem Posing berbasis Cooperative Learning siswa

dapat lebih aktif belajar dan berani berpendapat, sehingga konsep yang nantinya

didapat oleh siswa dapat tertanam lebih baik dan menjadi pengetahuan yang lebih

bermakna, karena bersumber dari rasa keingintahuan siswa itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : Apakah Problem Posing berbasis Cooperative Learning berpengaruh

terhadap hasil belajar dan minat siswa pada pembelajaran sistem pernapasan di

SMP 1 Weleri?

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang digunakan dalam penelitian, maka diperlukan adanya penegasan istilah

(15)

1. Problem posing

Problem Posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan

syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif

pemecahan lain (Silver 1996).

Problem Posing merupakan pendekatan pembelajaran yang melatih siswa

untuk aktif belajar dan menekankan untuk merumuskan permasalahan

berdasarkan informasi yang telah diberikan serta sekaligus menyelesaikan

permasalahan tersebut.

2. Cooperative learning

Cooperative Learning adalah aktivitas pembelajaran kelompok yang di

organisir oleh suatu prinsip bahwa pelajaran harus di dasarkan pada perubahan

informasi secara sosial yang di dalamnya setiap anggota bertanggung jawab atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota

lain (Roger 1992). Sesuai dengan prinsip Cooperatif Learning menurut Hamruni

(2012), terlebih dahulu siswa harus memiliki gambaran umum materi

pembelajaran. Pada penelitian ini siswa akan diminta untuk mencari sumber

belajar secara mandiri. Selanjutnya siswa akan dibagi dalam kelompok yang

heterogen agar dapat terjadi saling mengajar (peer teaching) juga saling relasi dan

interaksi antar siswa.

Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Berkirim Salam dan Soal. Menurut Lie (2005), model pembelajaran

Berkirim Salam dan Soal merupakan model pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan. Siswa

membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar

dan menjawab pertanyaan yang dibuat teman-teman sekelasnya.

3. Materi sistem pernapasan

Materi Sistem Pernapasan Manusia merupakan konsep dalam materi

pembelajaran Biologi SMP/MTs kelas VIII yang mempelajari fungsi

macam-macam alat pernapasan dan hubungannya dengan kesehatan.

Standar Kompetensi yang akan dicapai adalah memahami berbagai sistem dalam

kehidupan manusia, dengan kompetensi dasar yaitu mendiskripsikan sistem

(16)

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan,

dikembangkan Indikator sebagai berikut,

a. Membandingkan macam organ penyusun sistem pernapasan pada manusia

b. Menjelaskan fungsi setiap organ pernapasan pada mnusia

c. Membandingkan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan

d. Mendata kelainan/penyakit pada sistem pernapasan yang biasa di jumpai di

kehidupan sehari-hari

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh Problem

Posing berbasis Cooperative Learning terhadap hasil belajar dan minat siswa pada

materi sistem pernapasan di SMP 1 Weleri.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat

memberikan manfaat:

1. Bagi siswa

a. Memberikan suatu strategi pembelajaran yang memudahkan siswa dalam

mempelajari materi-materi dalam mata pelajaran biologi

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya dan menjawab melalui

proses belajar mengajar yang akomodatif.

2. Bagi guru

a. Mendapatkan suatu pendekatan pembelajaran biologi yaitu Problem

Posing berbasis Cooperative Learning sebagai alternatif strategi

pembelajaran yang menarik dalam upaya mengaktifkan siswa dalam

belajar.

b. Sebagai motivasi bagi guru untuk menerapkan strategi pembelajaran

alternatif yang aktif, efektif dan inovatif.

3. Bagi sekolah

Memberi sumbangan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas proses

(17)

4. Manfaat teoritis

Memberi gambaran penerapan Problem Posing dan Cooperative Learning

pada pembelajaran Biologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk penelitian

(18)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar, pembelajaran, dan hasil belajar

Belajar adalah proses berpikir. Belajar berpikir menekankan pada proses

mencari dan mengemukakan pengetahuan melalui proses individu dengan

lingkungan. Proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan pada

akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah

kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (Sanjaya 2007).

Belajar itu sendiri pada manusia adalah suatu aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai

sikap.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai nilai

edukataif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi

yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah di rumuskan sebelum

pembelajaran dilakukan (Djamarah dan Zain 2006).

Proses belajar mengajar merupakan proses yang sistematis yang dilakukan

guru dan siswa di tempat belajar yang melibatkan komponen-komponen yang

saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (Yamin 2007) . Dalam kegiatan

belajar-mengajar diharapkan akan berlangsung interaksi yang dinamis dimana siswa aktif

dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru ataupun siswa yang lain, bukan

proses interaksi yang satu arah dimana siswa hanya mendengarkan apa yang di

sampaikan guru. Untuk dapat menciptakan interaksi yang dinamis diperlukan

proses pembelajaran yang akomodatif.

Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar (Anni et al 2006). Dalam pembelajaran

perubahan prilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas

belajar durumuskan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar dapat dijadikan

(19)

mencakup tiga ranah yaitu rahnah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam setiap

pembelajaran terkandung ketiga ranah tersebut akan tetapi penekanannya berbeda

pada setiap materi (Haryati 2007).

Pada kegiatan belajar belajar mengajar tentu terdapat beberapa faktor yang

yang memepengaruhi pencapaian proses pembelajaran. Menurut Darsono (2000)

faktor-faktor yang mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar serta hasilnya

adalah

a. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi

kesiapan belajar, perhatian siswa, keaktifan siswa, minat dan motivasi, mengalami

sendiri, dan pengulangan untuk meningkatankan pemahaman materi.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi

faktor keluarga, faktor lingkungan sekitar, faktor sekolah serta kualitas belajar.

Zamri (2006) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran seseorang tidak

hanya dipengaruhi oleh teknik pembelajaran. Kesuksesan atau kegagalan suatu

pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lain termasuk kecerdasannya dan

mutu pengajaran gurunya. Namun Zamri (2006) menegaskan bahwa antara dua

orang pelajar yang hampir sama pandai dan diajar oleh guru yang sama, pelajar

yang menggunakan berbagai strategi belajar sudah tentu akan memperoleh hasil

yang cemerlang dalam pelajaran. Hal ini menggambarkan bahawa strategi belajar

mempunyai kesan yang besar terhadap pencapaian peserta didik.

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar

untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

Sedangkan metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru, yang

dalam menjalankan fungsinya yang merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran (Uno 2007). Sedangkan pendekatandapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

(20)

Selain strategi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2007) sebagai berikut :

a. Faktor guru

Guru merupakan komponen yang sangat menentukan implementasi suatu

strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus dan idealnya strategi,

maka strategi itu tidak dapat di aplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu

strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam mengunakan

metode, teknik dan taktik pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelajaran dari aspek guru seperti jenis kelamin dan semua pengalaman hidup,

pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas latar belakang latar

belakang pendidikan guru dan sifat yang dimiliki guru, misal sifat terhadap

keprofesionalannya.

b. Faktor siswa

Siswa adalah organisme unik yang berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek

kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak

yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dari aspek siswa meliputi

jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi dan

lain-lain. Sedangkan dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar,

pengetahuan dan sikap.

c. Faktor sarana prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap

kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat

pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah

segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses

pembelajaran. Dengan demikian sarana prasarana merupakan komponen penting

yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

d. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran. Dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi

(21)

Pertama , faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa

merupakan hal yang bisa mempengaruhi pembelajaran. Organisasi kelas yang

terlalu besar kurang efektif dalam pembelajaran.

Kedua, iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara

orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misal iklim sosial antar siswa,

siswa dengan guru, guru dengan guru dan keharmonisan hubungan sekolah

dengan dunia luar, misalnya orang tua siswa dan lembaga–lembaga luar.

Proses belajar nantinya akan menghasilkan output yaitu hasil belajar. Pada

penelitian ini hasil belajar siswa diperoleh dari hasil nilai post-test di akhir

pembelajaran, kinerja dalam diskusi kelompok dan nilai tugas yang di berikan

guru. Aktivitas dalam penelitian ini dapat berupa kinerja dan kemampuan siswa.

2. Minat belajar siswa

Menurut Slameto (2003), minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

mengenang beberapa kegiatan. Hal ini tidak jauh berbeda seperti yang

diungkapkan Mulyasa (2008) bahwa, minat (interest) yaitu kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan

menurut Winkel, (2007), minat adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk

merasa tertarik pada suatu bidang studi atau pokok bahasan tertentu, serta merasa

senang untuk mempelajari materi itu. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut,

minat belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk belajar.

Minat termasuk faktor intrinsik yang dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran, maka akan

cenderung bersungguh-sungguh dalam mempelajari pelajaran tersebut.

Sebaliknya, sesorang yang kurang berminat terhadap suatu pelajaran, maka siswa

tersebut cenderung enggan mempelajari materi tersebut (Slameto 2003). Minat

siswa terhadap suatu pelajaran mungkin akan mempengaruhi kemampuan siswa

dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran. Selain itu dengan prestasi

yang baik juga akan menambah minatnya teradap materi dan proses pembelajaran

dan hal ini berjalan terus menerus (Sulistyowati 2009).

3. Hakikat pembelajaran Biologi

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

(22)

pengetahuanyang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

dan berbuat sehingga dapat membantupeserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP 2006).

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman

belajar memahami konsep dan proses sains. Ketrampilan proses ini meliputi

ketrampilan mengamati, mengajukan hipotesis menggunakan alat dan bahan

secara baik dan benar dan selalu mempertimbangkan kemanan dan keselamatan

kerja, mengajukan pertanyaaan, menggolongkan dan menafsirkan data serta

mengkomunikasikan hasil temuan lisan atau tertulis, menggali dan memilah

informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan

masalah-masalah sehari-hari (BSNP 2006).

4. Problem Posing dan Cooperative Learning a. Problem Possing

Problem Posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, Problem Posing

ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan

beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka

memecahkan soal yang rumit. Kedua, Problem Posing ialah perumusan soal yang

berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka

mencari alternatif pemecahan lain (Silver 1996).

Menurut Herawati (2010), pembelajaran dengan pendekatan Problem

Posing adalah pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk

membentuk/mengajukan soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan.

Informasi yang ada diolah dalam pikiran dan setelah dipahami maka peserta didik

akan bisa mengajukan pertanyaan. Sedangakan menurut Pittalis et al (2004),

dengan adanya tugas pengajuan soal (Problem Posing) akan menyebabkan

(23)

materi yang telah diberikan. Kegiatan itu akan membuat siswa lebih aktif dan

kreatif dalam membentuk pengetahuannya. Walaupun begitu problem posing

sendiri lebih jarang digunakan sebagai alat uji kognitif, karena akan lebih

memakan waktu.

b. Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara

berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau

kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas

yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara

terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota

kelompok. Pada metode pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama

dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang untuk menguasai materi yang di

sampaikan oleh guru. Anggota tim heterogen-yang terdiri dari siswa yang

berprestasi tinggi, sedang dan rendah, laki-laki dan perempuan (Slavin 2010).

Pembelajaran kooperatif disusun untuk meningkatkan partisipasi siswa,

melalui pemberian pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam

kelompok, serta mamberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar.

Pembelajaran kooperatif membimbing siswa bekerja secara berkolaboratif untuk

mencapai tujuan bersama, sehingga dapat mengembangkan keterampilan

berhubungan dengan sesama manusia. Keterampilan dalam berhubungan dengan

sesama manusia tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa di luar sekolah

(Arianti 2011).

Belajar kooperatif tidak hanya bertujuan memahamkan siswa terhadap

materi yang akan dipelajari namun lebih menekankan pada melatih siswa untuk

mempunyai kemampuan sosial. Selain itu, dalam belajar kooperatif tidak hanya

dituntut keberhasilan individu namun juga keberhasilan kelompok (Hobri dan

Susanto 2006). Dengan belajar secara berkelompok diharapkan akan

meningkatkan minat belajar siswa, sebab siswa tidak akan merasa terbebani

karena tugas dikerjakan secara berkelompok.

c. Problem Posing berbasis Cooperative Learning

Penerapan pendekatan Problem Posing berbasis Cooperative Learning

siswa diajak untuk lebih aktif kegiatan pembelajaran. Siswa akan diminta

(24)

pada siswa tentang materi yang akan dipelajari sehingga dapat memudahkan siswa

dalam menyusun pertanyaan nantinya. Untuk mengetahui apakah siswa telah

mempelajari materi tersebut maka guru akan melakukan tanya jawab interaktif.

Selain itu juga di berikan beberapa tugas kepada siswa untuk membuat

rangkuman, dan membuat daftar pertanyaan sehingga dapat diketahui antara siswa

yang belajar dan tidak belajar sebelumnya.

Pada penerapan Problem Posing berbasis Cooperative Learning, siswa

akan dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang dengan kemampuan

akademik yang heterogen dengan model pembelajaran kooperatif Berkirim Salam

dan Soal (Lie 2005). Menurut Lie (2005), teknik belajar mengajar Berkirim Salam

dan Soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan

mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri akan merasa lebih terdorong untuk

belajar dan memjawab pertanyaan yang dibuat teman-teman sekelasnya.

Selanjutnya akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Menurut Abdussakir (2006), langkah-langkah pembelajaran Problem Posing

yaitu:

1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk

belajar.

2) guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab, selanjutnya

memberi contoh cara pembuatan soal.

3) guru membentuk kelompok belajar yang bersifat heterogen baik kemampuan,

ras, dan jenis kelamin.

4) siswa diminta untuk merumuskan soal yang menantang untuk dikerjakan oleh

kelompok lainnya

5) guru membimbing dan mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

dipelajari dengan cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

pekerjaannya.

Menurut Shidiq (2009), pembelajaran melalui pendekatan Problem Posing

mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan Problem Posing antara

lain yaitu kegiatan belajar tidak berpusat pada guru, karena siswalah yang lebih

aktif belajar dengan membuat soal dan mengerjakanya sendiri. Selain itu minat

(25)

Penemuan konsep dengan merumuskan masalah sendiri, menimbulkan dampak

terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Adapun kelemahan

Problem Posing adalah persiapan guru yang lebih lama dikarenakan harus

menyiapkan informasi yang akan disampaikan. Selain itu juga waktu akan banyak

terpakai untuk membuat soal dan penyelesaiannya.

Hamruni (2012) juga mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan

dari Cooperative Learning. Keunggulan dari Cooperative Learning di antaranya

sebagai berikut:

1) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan dengan kata-kata

verbal dan membandingkan dengan orang lain.

2) Menumbuhkan respek pada orang lain, menyadari segala keterbatasan, dan

bersedia menerima segala perbedaaan.

3) Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, termasuk

mengembangkan rasa percaya diri

4) Mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahaman siswa sendiri

serta menerima umpan balik, siswa dapat menerapkan teknik pemecahan

masalah tanpa takut membuat kesalahan karena keputusan yang di buat

adalah tanggung jawab kelompoknya.

5) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan informasi.

6) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir dan hal

ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

Disamping keunggulan juga terdapat beberapa kelemahan dari

pembelajaran Cooperative Learning, diantaranya untuk memahami prinsip dasar

Cooperative Learning memang membutuhkan waktu. Ciri utama Cooperative

Learning adalah saling membelajarkan. Karena itu, tanpa adanya peer teaching

yang efektif dapat membuat siswa tidak memahami apa yang seharusnya harus

dipahami.

Selain itu guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan untuk mengemas kegiatan belajar mengajar menjadi menarik

sehingga pembelajaran biologi tidak hanya dianggap sebagai “pelajaran hafalan”,

tetapi juga pembelajaran yang menarik dan aplikatif di kehidupan sehari-hari.

(26)

Materi sistem pernapasan adalah materi pada mata pelajaran biologi yang

diajarkan pada kelas VIII semester gasal. Standar Kompetensi dari materi ini

adalah memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia, dan Kompetensi

Dasarnya adalah mendeskripsikan sistem Pernapasan pada manusia dan

hubungannya dengan kesehatan (BSNP 2006).

Materi ini mempelajari tentang macam-macam organ penyusun sistem

pernapsan pada manusia, proses inspirasi dan ekspirasi yang terjadi pada organ

pernapasan dan contoh-contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan

manusia.

Indikator dari materi sistem pernapasan ini adalah:

a. Menjelaskan pengertian dari sistem pernapasan pada manusia

b. Membandingkan macam organ penyusun sistem pernapasan pada manusia

c. Menjelaskan fungsi setiap organ pernapasan pada mnusia

d. Membandingkan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan

e. Mendata kelainan/penyakit pada sistem pernapasan yang biasa di jumpai di

kehidupan sehari-hari

f. Menjelaskan kelainan/penyakit pada sistem pernapasan yang biasa di jumpai

(27)

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan

kerangka berpikir penelitian yang dapat dijabarkan pada skema di bawah ini:

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Pembelajaran Problem Posing berbasis

Cooperative learning

 Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Shidiq 2009).

 Dapat meningkatkan minat siswa (Shidiq 2009).

 Siswa lebih aktif dan kreatif dalam menemukan konsepnya (Pittalis et al

2004).

 Mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan dan percaya diri (Hamruni 2012).

Materi Sistem Pernapasan

 Materi yang abstrak namun berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

 Diperlukan pendekatan yang lebih melibatkan siswa

Diterapkan Pembelajaran

Problem Posing berbasis

Cooperative learning Pada Materi Sistem

Pernapasan

Problem Posing berbasis Cooperative learning

berpengaruh terhadap hasil belajar dan minat siswa

(28)

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah

penerapan Problem Posing berbasis Cooperative Learning berpengaruh terhadap

hasil belajar dan minat siswa pada pembelajaran materi sistem pernapasan di SMP

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP 1 Weleri pada semester genap tahun ajaran

2012/2013.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 1 Weleri semester genap tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 7 kelas. Karakteristik

dari keenam kelas ini antara lain:

a. Mempunyai jumlah jam pelajaran yang sama

b. Materi biologi yang diajarkan pada masing-masing kelas dalam

populasi tersebut mempunyai alokasi waktu yang sama

c. Pembagian kelas tidak membedakan kemampuan akademik tiap siswa.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dengan teknik purposive

sampling. Teknik ini adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 2009), yaitu pertimbangan, kesetaraan kemampuan belajar siswa. Dari

teknik sampling tersebut, satu kelas mendapatkan perlakuan dengan menerapkan

pendekatan Problem Posing berbasis Cooperative Learning, yaitu kelas VIII F.

Sedangkan satu kelas yang lain menjadi kelompok kontrol yaitu kelas VIII G,

diajar dengan pembelajaran yang biasa dilakukan, yaitu pembelajaran dengan

metode ceramah dan diskusi sederhana. Jumalah siswa pada tiap kelas adalah 29

siswa.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi :

1. Variabel bebas

Penerapan pendekatan Problem Posing berbasis Cooperative Learning

pada materi sistem pernapasan.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

(30)

a. Hasil belajar materi sistem pernapasan yang diperoleh dari nilai post test kelas kontrol dan kelas ekspermen.

b. Minat siswa dalam belajar biologi yang didapat dari kuesioner dan lembar

observasi minat siswa. D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan pendekatan

Posttest-only Control Grup Design using Matched Subject (Syamsudin dan

Damaianti 2009).

Keterangan:

M : Matching (penjodohan kelompok kontrol dan eksperimen)

X1 : pembelajaran dengan mengunakan strategi yang biasa dilakukan di sekolah (kontrol)

X2 : pemberikan perlakuan dengan menerapkan problem posing berbasis cooperative learning

O1 : Hasil belajar kelas kontrol O2 : Hasil belajar kelas eksperiman

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini dilaksanakan observasi awal dan wawancara

dengan guru IPA di SMP 1 Weleri. Dari hasil observasi langsung terlihat bahwa

siswa kurang antusias terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Sebagian besar

siswa berbicara sendiri atau sekedar mencari perhatian guru.

Hasil dari wawancara terhadap guru, diketahui bahwa pembelajaran yang

di lakukan di kelas masih sering menggunakan metode ceramah dan sesekali

menggunakan diskusi sederhana, dimana siswa hanya dibagi dalam beberapa

kelompok untuk mengerjakan tugas

M X1 O1

(31)

2. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan terdiri dari :

a. Menentukan subyek penelitian.

b. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LDS.

c. Menyusun instrumen penelitian yang berupa soal pilihan ganda, lembar

observasi dan kuesioner.

d. Uji coba dan analisis hasil uji coba.

3. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan hal sebagai berikut,

a. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi pertanyaan pada siswa

sebagai apersepsi.

b. Guru membagi kelompok siswa menjadi kelompok – kelompok yang terdiri

dari empat siswa.

c. Guru membagikan LDS model pembelajaran Problem Posing berbasis

Cooperative Learning pada masing–masing kelompok siswa.

d. Siswa mendiskusikan LDS secara berkelompok dan mulai merumuskan

pertanyaan-pertanyaan seperti yang dicontohkan guru.

e. Setelah selesai setiap kelompok mengirimkan pertanyaan yang telah

dirumuskan kepada kelompok lain untuk dijawab.

f. Setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk presentasi hasil diskusi

LDS Problem Posing berbasis Cooperative Learning untuk ditanggapi

kemlopok perumus soal dan siswa lain sehingga tercipta suasana aktif dan

tanya jawab antar kelompok.

g. Selama proses pembelajaran diambil data minat siswa menggunakan lembar

observasi.

h. Guru meluruskan dan menguatkan konsep dengan menggunakan media

slide presentation.

i. Memberikan evaluasi pada siswa di akhir pembelajaran

j. Siswa mengisi kuesioner tentang minat siswa terhadap pembelajaran yang

(32)

Sedangkan kegiatan pembelajaran yang diterapkan kepada kelas kontrol

adalah pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas yaitu dengan mengunakan

metode diskusi sederhana dengan menggunakan LDS dipadukan dengan metode

ceramah yang diberikan penguatan menggunakan media slide presentation.

F. Data dan Cara Pengambilan Data 1. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari hasil belajar siswa dan minat

siswa SMP 1 Weleri Semarang kelas VIII semester genap.

2. Jenis dan data penelitian

Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif yaitu data hasil belajar yang diperoleh dari tes hasil belajar. Data

kualitatif yaitu data minat siswa yang diperoleh dari lembar observasi yang di

ambil saat proses pembelajaran dan kuesioner yang didapatkan saat akhir

pembelajaran.

Tabel 1. Data dan Cara Pengumpulan Data.

Target Metode Instrumen Subyek Waktu

1 Hasil

belajar

Tes Soal Pilihan

Ganda

Siswa Akhir Pemb.

2 Minat

Siswa

Non Tes Lembar Observasi Siswa Saat Pemb.

3 Minat

Siswa

Non Tes Kuesioner Siswa Akhir Pemb.

3. Cara pengambilan data

a. Data tentang hasil belajar berdasarkan kognitif diambil dengan

melaksanakan tes tertulis. Tes yang diberikan berupa soal multiple choice

dengan 4 option.

b. Data minat siswa diambil saat proses pembelajaran berlangsung melalui

kegiatan pengamatan. Data tersebut diambil dengan menggunakan lembar

observasi yang diisi oleh observer dikelas.

c. Selain itu data minat siswa juga diambil menggunakan koesioner yang

(33)

4. Teknik pengumpulan data

a. Metode dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto 2006).

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data

mengenai nama-nama siswa anggota sampel.

b. Metode tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto 2006). Metode

tes digunakan untuk mendapatkan skor kemampuan pemahaman materi sistem

pernapasan setelah diadakan perlakuan.

c. Metode observasi

Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek

dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode observasi digunakan untuk

menilai minat siswa pada proses pembelajaran biologi.

d. Metode angket atau kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto 2006). Angket ini berguna untuk

mengetahui ketertarikan dan minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar

(34)

5. Analisis hasil uji coba instrumen.

a. Validitas Butir Soal

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya dapat dipercaya

atau sahih. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah

dengan teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan

oleh Pearson (Arikunto 2002).

= jumlah perkalian skor butir soal dengan skor total

Berdasarkan hitungan rxy hitung , kemudian dikonsultasikan dengan rtabel

dengan taraf signifikan 5%. Jika harga

r

hitung

> r

tabel, maka item soal yang diuji

bersifat valid (Arikunto 2006).

Tabel 2. Hasil analisis validitas butir soal uji coba

Kriteria Jumlah Nomor Soal

Valid 29 1,3,4,5. 8,9,11,12,13,15,17,18,20,22,

23,25,26,27,28,2933,35,36,38,39,40,

* Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 6

(35)

b. Reliabilitas

Suatu soal dapat dikatakan reliabel jika test tersebut dapat memberikan

hasil tetap. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas soal adalah K –

R.20 (Arikunto 2005), yaitu :

r11 : Reliabilitas instrument

n : Banyaknya butir pertanyaan M : Skor rata-rata butir pertanyaan

St : Varians total

Berdasarkan perhitungan diperoleh r11 hitung, yang kemudian

dikonsultasiakan dengan r tabel dengan α (taraf signifikan) = 5 %. Instrument

dikatakan reliabel jika r11 hitung > r tabel dan jika sebaliknya hitung r11hirung <

r tabel maka soal tersebut dikatakan tidak reliabel (Rudyatmi 2012), maka hasil

analisis diperoleh r11 hitung sebesar 0,989 > r tabel sebesar 0,754. Jadi soal

tersebut reliabel, sehingga dapat digunakan semua (lampiran).

c. Daya pembeda

Daya Pembeda Soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa

yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya beda

tiap soal dapat menghitungnya dengan menggunakan rumus :

D = A B

JA : Banyak peserta kelompok atas

J B : Banyak peserta kelompok bawah

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB : banyak peserta kelompok atas yang menjawab salah

(36)

Setelah perhitungan daya beda telah diketahui kemudian dimasukkan dalam

klasifikasi daya pembeda, dimana daya beda dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

D : 0,71 – 1,00 : baik sekali D : 0,41 – 0,70 : baik D : 0,21 – 0,40 : cukup D : 0,00 – 0,20 : jelek.

Tabel 3. Hasil analisis daya beda soal

N Kriteria Nomor soal Jumlah %

Jelek 7,14,16,34,37,41,44 7 15

Cukup 1,2,3,5,6,8,10,11,12,13,17,19,21,23,24 15 33

3 Baik 4,9,15,18,20,22,25,26,29,33,38,40,42,43 14 31

4 Baik sekali - 0 0

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 6

Berdasarkan analisis uji coba soal tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa 30 soal yang layak digunakan untuk instrumen penelitian. Soal tersebut

adalah soal dengan nomor 1, 3, 4, 5, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 22, 23, 25, 26

,27 ,28, 29, 33, 35, 36, 38, 39, 40, 42, 43, 45.

d. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sulit. Soal yang terlalu mudah menyebabkan siswa tidak tertarik untuk

memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa

menjadi putus asa dan tidak semangat untuk mencoba lagi. Dalam penelitian

ini digunakan soal dengan berbagai tingkat kesukaran. Untuk mengetahui soal

tersebut mudah atau sukar digunakan indeks tingkat kesukaran soal, yaitu

dengan rumus :

P = JS B

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

(37)

Dengan klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut : Skor 0,00 – 0,30 : sukar

Skor 0,31 – 0,70 : sedang Skor 0,71 - 1,00 : mudah

Tabel 4. Hasil perhitungan taraf kesukaran soal uji coba

Kriteria Jumlah Nomor Soal

Mudah 4 3,4,26,37

Sedang 31 1,2,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, 22,23,24,25,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,38,39, 40,41,42,44,

Sukar 6 43,45

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 6

Berdasarkan hasil analisis, soal yang digunakan berjumlah 28 soal. Soal

tersebut terdiri dari soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah sebanyak 3 soal,

tingkat kesukaran sedang sebanyak 23 soal dan tingkat kesukaran sukar sebanyak

2 soal, dengan rekap sebagai berikut,

Tabel 5. Rekapitulasi hasil analisis soal

Item Lama

Item Baru

Validitas Daya Pembeda Tk .Kesukaran Ket

Skor kriteria skor kriteria skor kriteria 1

Dipakai dgn revisi Dipakai

(38)

G. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan langkah penting dalam penelitian, karena dalam

analisis data akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang diajukan. 1. Uji normalitas dan Uji homogenitas

Dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai prasyarat yang digunakan untuk mengukur kondisi awal data yang akan diolah.

a. Uji normalitas

Uji normalitas di gunakan untuk mengetahui sampel yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat untuk menetukan apakah data yang didapatkan akan dianalisis menggunakan uji parametrik atau non-parametrik. Uji normalitas dihitung dari hasil belajar dengan

menggunkan uji Chi-Squere dengan rumus sebagai berikut:

Dimana,

X2 = nilai Chi-Squere

Oi = frekuensi yang diperoleh K = banyaknya kelas interval E1 = frekwensi yang diharapkan

dengan taraf signifikan (α) = 0,05 (Sudjana, 2005)

Dengan hipotesis:

H0 : kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal

Ha : Kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujian, H0 diterima jika X2 hitung < X2 tabel

Tabel 6. Uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol

Kelas X2 hitung X2 tabel Kriteria

Eksperimen 4,1987

7,81 Berdistribusi normal

Kontrol 7,1019

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 10

Diperoleh X2hitung <X2tabel pada taraf signifikan 5%, maka dapat di

(39)

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas sebenarnya tidak wajib dilakukan untuk penelitian dengan desain Quasi Eksperimental. Akan tetapi di sini peneliti ingin lebih menekankan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian adalah homogen. Uji homogenitas diambil dari hasil post tes siswa.

Untuk menguji homogenitas varian yang normal, digunakan uji kesamaan dua varians dengan rumus:

Dimana = Varians terbesar = Varians terkecil

Kriterian pengujian, kedua kelas dikatakan homogen jika F hitung < F tabel dengan taraf nyata = 0,05 (Sudjana 2005)

Tabel 7. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)

Kelas Rerata Varians Dk F hitung F tabel Kriteria

Eksperimen 63 150,682297 27

1,024127 1,8975 Homogen

Kontrol `54 154,31788 28

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 11

Pada pengujian tersebut diperoleh Fhitung 1,024, sedangankan Ftabel untuk untuk dk pembilang 28 dan dan dk penyebut 27 adalah 1,897. Berdasarkan hasil

tersebut dapat dilihat bahwa F hitung < F tabel,sehingga disimpulkan bahwa pada

kedua kelas yang digunakan sebagai sampel dapat dikatakan homogen.

2. Analisis hasil belajar siswa

Analisis data hasil belajar siswa menggunakan t-test untuk membuktikan

apakah ada perbedaaan yang signifikan antara penerapan problem posing berbasis

cooperative learning dengan pembelajaran dengan metode biasa. Pengujian

dengan analsis t-test dilakukan apabila data yang didapatkan berdistribusi normal.

Rumus yang digunakan untuk mekakukan t-test adalah :

̅ ̅

(40)

keterangan:

̅ = rata rata kelas eksperimen

̅ = rata rata kelas kontrol

= jumlah anggota kelas eksperimen = jumlah anggota kelas kontrol = varians kelas eksperiment = varians kelas kontrol = simpangan baku

Derajat kebebasan untuk tabel distribusi t adalah ( ) dengan peluang

(1- α), α= 5% taraf signifikan (Sudjana 2005).

Hipotesis dari t-test ini adalah:

H0 : Tidak ada perbedaaan yang signifikan antara nilai hasil belajar kelas

eksperimen dan kelas kontrol

Ha : Ada perbedaaan yang signifikan antara nilai hasil belajar kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Dimana:

H0 diterima jika t hitung < t tabel, artinya tidak ada perbedaaan nilai hasil belajar

yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha diterima jika t hitung > t tabel, artinya ada perbedaaan nilai hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Analisis lembar observasi dan kuesioner minat siswa

a. Lembar observasi

Pada lembar observasi terdapat lima indikator yang digunakan untuk mengamati minat siswa. Indikator yang digunakan untuk menentukan pensekoran saat proses pembelajaran yaitu menyimak penjelasan materi, keterlibatan dalam pembangkitan pengetahuan, keterlibatan dalam kelompok, bekerjasama secara kooperatif dan menaggapi evaluasi guru

Setiap indikator terdapat empat kegiatan siswa yang diamati dengan rentang skor 1-5. Skor 5 adakan diberikan jika keempat kegiatan siswa teramati dan skor 1 akan diberikan jika tidak ada satupun kegiatan siswa yang teramati.

(41)

Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan. Setiap pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa terbagi dalam rentang skor 1-4. Skala yang digunakan adalah skala Likert dangan 4 pilihan, yaitu:

SL (selalu) : skor 4

SR (sering) : skor 3

KD (kadang-kadang) : skor 2

TP (tidak pernah) : skor 1

Hasil skor yang diperoleh dari lembar observasi dan kuesioner dianalisis

secara deskriptif persentase dengan rumus:

Persentase Nilai Rata-Rata (NR) :

dengan kriteria taraf minat :

Sangat baik : 86% - NR ≤ 100% Baik : 76% - NR < 85% Cukup : 66% - NR < 75%

Kurang : 56% - NR < 65%

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Juni 2013 di SMP

1 Weleri pada kelas VIII F dan VIII G. Data penelitian ini meliputi data kuantitatif

yakni hasil belajar dan data kualitatif yakni data minat siswa yang didapatkan

menggunakan lembar observasi dan kuesioner.

1. Hasil belajar siswa

Hasil balajar diukur berdasarkan tes evaluasi yang berupa tes tertulis. Tes

tertulis yang diberikan yaitu sebanyak 28 butir soal pilihan ganda yang diberikan

setelah proses pembelajaran materi sitem pernapasan selesai. Jumlah siswa yang

mengikuti tes adalah 57 siswa yang terdiri dari 28 siswa kelas eksperimen (1

siswa tidak hadir) dan 29 siswa kelas kontrol. Hasil belajar materi sistem

pernapasan dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Rekapitulasi hasil belajar siswa

Variasi Kelas

VIII F (ekperimen) VIII G (kontrol)

Jumlah siswa 28 29

Rata-rata 62,6 54,3

Nilai tertinggi 86 75

Nilai terendah 39 36

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 12

Tabel 8 rekapitulasi hasil belajar siswa menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan signifikan pada jumlah nilai tertinggi antara siswa kelas eksperimen

dimana nilai siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol,

namum pada nilai tersendah perbedaan hanya memiliki selisih yang kecil.

Perbedaan yang signifikan juga terdapat pada jumlah rata-rata nilai kelas.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan Problem Posing

berbasis Cooperative Learning terhadap hasil belajar siswa, maka dilakukan Uji

Beda Dua Rerata dengan menggunakan t-test. Pengujian dilakukan setelah

sebelumnya dilaksanakan Uji Normalitas sebagai prasyarat dilakukannya t-test

yang merupakan salah satu uji parametrik, yang mensyaratkan data harus

berdistribusi normal. Dari t-test yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

(43)

Tabel 9. Uji beda dua rerata t-test

Sumber Variasi Kelas

VIII F (ekperimen) VIII G (kontrol)

Jumlah nilai (Σ) 1754 1575

Jumlah siswa (n) 28 29

Rata-rata ( ̅) 62,63 54,31

Varians ( ) 150,6823 154,3179

Standar deviasi (S) 12,28 12,42

thitung 2,542

ttabel α=5% dk =55 2,004

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 13

Gambar 2. Daerah distribusi t-test

Hasil perhitungan yang dilakukan, didapat thitung sebesar 2,542, sedangkan

ttabel dengan α=5% dan derajat kebebasan sebesar 55 yaitu sebesar 2,004. Dari

hasil tersebut maka thitung > ttabel , sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol,

dimana hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.

2. Minat siswa

a. Data minat siswa berdasarkan observasi

Minat siswa yang diamati terdiri atas lima indikator, dimana pada setiap

indikator dicirikan dalam empat kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan

analisis data observasi minat siswa, dapat disajikan hasil seperti pada Gambar 2.

(44)

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa siswa yang teramati memiliki taraf

minat Sangat Berminat pada kelas eksperimen berjumlah 38%, sedangkan pada

kelas kontrol tidak ada satupun siswa yang memiliki taraf minat sangat baik.

Persentase minta pada kelas eksperimen didominasi oleh siswa bertaraf minat baik

dengan 41% berselisih tipis dengan siswa bertaraf minat sangat baik dengan 38%,

sedangkan pada kelas kontrol didominasi sisw`a bertaraf minat cukup dengan

jumlah 48% dan kurang dengan jumlah 38%.

Tabel 10. Minat siswa berdasarkan observasi pada tiap indikator

Indikator yang diamati Skor Semua Siswa Skor Maksimal

Persentase

kontrol eksperimen kontrol Eksperimen

Menyimak penjelasan materi 84 98

145

57,9% 67,6%

Keterlibatan dalam

pembangkitan pengetahuan 85 103 58,6% 71,0%

Keterlibatan dalam

kelompok 116 136 80% 93,8%

Bekerja secara kooperatif 105 137 72,4% 94,4%

Menanggapi evaluasi guru 96 112 66,2% 77,2%

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 14

Tabel 10 menunjukkan minat siswa yang tercermin pada setiap indikator.

Pada seluruh indikator yang digunakan untuk menilai, terlihat minat siswa pada

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Terutama pada

indikator bekerja secara kooperatif, terlihat perbedaan yang sangat besar yaitu

berselisih 22%. Sedangkan untuk indikator yang lain rata-rata hanya berselisih

11%.

b. Data minat siswa berdasarkan kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui minat siswa berdasarkan asumsi

bahwa aspek minat merupakan hal yang lebih diketahui dan dirasakan oleh subjek

penelitian. kusioner minat siswa berisi 14 pernyataan yang di dalamnya

mencakup tujuh indikator minat dalam diri siswa. Pemberian angket dilakukan

pada akhir pembelajaran pertemuan akhir (setelah evaluasi). Data yang didapatkan

(45)

Gambar 4. Persentase klasikal minat siswa berdasarkan hasil kuesioner

Gambar 4 menunjukkan pada kelas eksperimen tidak terdapat siswa yang sangat

kurang berminat sedangkan pada kelas kontrol terdapat 7% siswa. Persentase

minat pada kelas eksperimen didominasi oles siswa berminat dengan 36%,

sedangkan pada kelas kontrol didominasi siswa bertaraf minat cukup dengan

jumlah 38% dan kurang dengan jumlah 38%.

Tabel 11. Minat siswa berdasarkan kuesioner pada tiap indikator

Indikator Jumlah Pertanyaan

Skor siswa Skor Max Persentase

Kontrol Eksp Kontrol Eksp Kontrol Eksp

*Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 15

Tabel 11 menunjukkan minat siswa pada setiap indikator. Terdapat

perbedaan skor maksimal pada kelas eskperimen dan kontrol. Hal tersebut terjadi

karena pada saat pemberian kuesioner terdapat siswa yang tidak hadir untuk

mengisi sehingga jumlah siswa yang mengisi kuesioner berbeda.

Pada Tabel 11 terlihat bahwa dari tujuh indikator yang digunakan untuk

menilai, persentase minat siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol. Akan tetapi pada indikator waktu siswa kelas kontrol lebih tinggi

dibandingkan kelas eksperimen. Minat siswa pada indikator ketrampilan lebih

rendah dibandingkan indikator lain, baik di kelas kontrol maupun eksperimen.

Gambar

Tabel   Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 1. Data dan Cara Pengumpulan Data.
Tabel 2. Hasil analisis validitas butir soal uji coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Restrukturisasi harus lah sesuai dengan tuntutan dan perkembangan saat ini baik dalam hal komposisi Dewan Keamanan yang tidak representatif sampai pada Hak Veto

Dampak penting yang diperkirakan akan timbul setelah pelaksanaan proyek reklamasi pantai untuk kawasan wisata pantai ini dapat terjadi pada berbagai komponen

Menurut penafsiran anda, Apakah bahasa yang digunakan dalam film kartun Upin dan Ipin di MNCTV sudah sesuai dengan yang anda harapkana.

Dengan adanya penjualan kredit maka timbul masalah yaitu banyaknya dana yang tertanam pada piutang yang disebabkan karena perusahaan belum menjalankan atau

Konsentrasi 20% PEG 6000 dapat digunakan untuk mendeteksi varietas yang toleran ceka man ke keringan terhadap bobot kering plu mula, bobot kering aka r, ratio

Ardy Widoseno: “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Demonstrasi Pada Pokok Bahasan Dinamika Rotasi untuk Melatihkan Keaktifan

yang memiliki pasien skizofrenia seperti Pendamping utama akan mengalami adanya informasi atau psikoedukasi tentang kesulitan untuk menentukan dengan tepat skizofrenia

Misalkan fungsi f terde…nisi pada interval terbuka I yang memuat a, kecuali mungkin di a... Misalkan fungsi f terde…nisi pada interval terbuka I yang memuat a, kecuali mungkin