• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar Timbal pada Sayuran Bayam yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Kadar Timbal pada Sayuran Bayam yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KADAR TIMBAL PADA SAYURAN BAYAM YANG

DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN

Oleh :

ANN DIANA JAIMIN

080100428

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERBANDINGAN KADAR TIMBAL PADA SAYURAN BAYAM YANG

DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Sarjana

Kedokteran

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ANN DIANA JAIMIN

080100428

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Perbandingan Kadar Timbal pada Sayuran Bayam yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Nama : Ann Diana Jaimin NIM : 080100428

___________________________________________________________________________

Pembimbing,

(dr. Almaycano Ginting M.Kes) NIP : 197505242003121001

Penguji I,

(dr. Surjit Singh Sp.F DFM) NIP : 19691107 199903 2 002

Penguji II,

(dr. Muhammad Ali Sp.A (K)) NIP : 19690524 1999031 001

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul :

PERBANDINGAN KADAR TIMBAL PADA SAYURAN BAYAM YANG

DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN

Yang dipersiapkan oleh:

ANN DIANA JAIMIN

080100428

Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk

dilanjutkan ke Lahan Penelitian.

Medan, 15 Desember 2011

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(dr. Almaycano Ginting M.Kes)

(5)

Abstrak

Banyak jenis sayuran yang beredar di masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam-logam berat. Sayuran berdaun mengakumulasi logam berat paling tinggi. Logam berat timbal merupakan penyebab tertinggi kontaminasi timbal pada sayuran berdaun. Bayam mencatat kadar logam berat timbal tertinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kadar timbal pada sayuran bayam yang dijual di pasar tradisional dan di pasar modern.

Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik. Sampel sayur bayam diperoleh dari 3 pasar tradisional dan 6 pasar modern yang kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom, lampu katoda Pb dengan panjang gelombang 283.3 nm, kalibrasi standar Pb dengan 5 titik konsentrasi. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.

Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur bayam dari pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi timbal yaitu melebihi batas maksimal kadar cemaran logam timbal menurut Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.03725/B/SK/VII/1989, masing-masing 5 sampel positif (83.3%) dan 3 sampel positif (50.0%).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar logam timbal antara bayam yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.

(6)

Abstract

There are a lot of types of vegetables in the community that are not safe to consume because suspected to be contaminated with heavy metals. Leafy vegetables accumulate the highest heavy metals. Lead is a leading cause of lead contamination in leafy vegetables. Spinach recorded the highest lead levels of heavy metals. The research was conducted to determine the levels of lead in spinach sold in traditional markets and in the modern market.

This research was conducted using cross sectional analytic. Spinach samples obtained from three traditional markets and six modern markets which is then examined in the laboratory using atomic absorption spectrophotometry, Pb cathode lamp with a wavelength of 283.3 nm, Pb calibration standard with a 5 point concentration. Data processed with SPSS version 17.0.

From this research we know that spinach from traditional markets and modern markets showed positive results of lead contamination that exceeded the maximum levels of metal contamination of lead by the Director General of Drug and Food No.03725/B/SK/VII/1989, where in traditional markets are 5 positive samples (83.3%) and in modern markets are 3 positive samples (50.0%).

Based on the results of this study we can conclude that there was no difference between the levels of lead metal in spinach sold in traditional markets and modern markets.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Perbandingan Kadar Timbal pada Sayuran yang dijual di Pasar Modern dan Pasar Tradisional”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar,Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. Dr. Almaycano Ginting, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terutamanya dari Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan. 4. Kedua orang tua penulis, Jaimin B. Bangong dan Helen Gojulai, juga

kepada Eddy Jay Jaimin, Ann Debra Jaimin, Adlee Jay Jaimin, Ann Davinna Jaimin, dan Edclifford Jay Jaimin serta Yeoh Shu Ting yang tiada bosan mendoakan dan memberikan semangat dan merupakan sumber inspirasi dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah serta pendidikan kedokteran di Universitas Sumatera Utara.

5. Teman sejawat Indah Puspita Sari Pane atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan data dan perbaikan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman sejawat Ratna Tri Riskiana atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

(8)

8. Teman seperjuangan Shalini Shanmugalingam, Shamini Shanmugalingam, Gunachitra Devarajoo atas dukungan kemasukan dan info terkini mengenai penulisan karya tulis ilmiah.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 15 Desember 2011 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

2.1. Dampak Timbal Terhadap Kesehatan ... 11

2.1.1. Pengertian Bayam ... 11

2.1.3. Dampak Timbal Terhadap Kesehatan ... 18

B A B 3 K E R A N G K A K O N S E P D A N D E F I N I S I OPERASIONAL ... 22

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 22

3.2. Definisi Operasional ... 22

3.3. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel ... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2. Deskripsi Sampel ... 30

5.1.3. Hasil Analisa Data ... 30

5.1.3.1. Analisis Kuantitatif ... 30

a. Penetapan Kadar Timbal dalam Sampel ... 30

b. Kurva Kalibrasi Timbal ... 31

5.1.3.2 Analisis Data Secara Statistik ... 33

(10)

5.2. Pembahasan ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Daftar Nutrisi Bayam 11

3.1 Variabel dan Definisi Operasional Perbandingan Kadar Timbal Pada Sayuran Bayam yang Dijual di Pasar Modern dan di Pasar Tradisional

22

5.1 Data Absorbansi dan Kadar Timbal 31

5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Adanya Kandungan Logam Timbal

32

5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Kandungan Logam Timbal pada Jenis Pasar

32

5.4 Data Hasil Uji T Independen Antara Bayam yang Dijual di Pasar Tradisional dan di Pasar Modern

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep 22

5.1 Kurva Kalibrasi Logam Timbal pada Panjang Gelombang 283.3nm

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Master Data

(14)

Abstrak

Banyak jenis sayuran yang beredar di masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam-logam berat. Sayuran berdaun mengakumulasi logam berat paling tinggi. Logam berat timbal merupakan penyebab tertinggi kontaminasi timbal pada sayuran berdaun. Bayam mencatat kadar logam berat timbal tertinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kadar timbal pada sayuran bayam yang dijual di pasar tradisional dan di pasar modern.

Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik. Sampel sayur bayam diperoleh dari 3 pasar tradisional dan 6 pasar modern yang kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom, lampu katoda Pb dengan panjang gelombang 283.3 nm, kalibrasi standar Pb dengan 5 titik konsentrasi. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.

Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur bayam dari pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi timbal yaitu melebihi batas maksimal kadar cemaran logam timbal menurut Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.03725/B/SK/VII/1989, masing-masing 5 sampel positif (83.3%) dan 3 sampel positif (50.0%).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kadar logam timbal antara bayam yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.

(15)

Abstract

There are a lot of types of vegetables in the community that are not safe to consume because suspected to be contaminated with heavy metals. Leafy vegetables accumulate the highest heavy metals. Lead is a leading cause of lead contamination in leafy vegetables. Spinach recorded the highest lead levels of heavy metals. The research was conducted to determine the levels of lead in spinach sold in traditional markets and in the modern market.

This research was conducted using cross sectional analytic. Spinach samples obtained from three traditional markets and six modern markets which is then examined in the laboratory using atomic absorption spectrophotometry, Pb cathode lamp with a wavelength of 283.3 nm, Pb calibration standard with a 5 point concentration. Data processed with SPSS version 17.0.

From this research we know that spinach from traditional markets and modern markets showed positive results of lead contamination that exceeded the maximum levels of metal contamination of lead by the Director General of Drug and Food No.03725/B/SK/VII/1989, where in traditional markets are 5 positive samples (83.3%) and in modern markets are 3 positive samples (50.0%).

Based on the results of this study we can conclude that there was no difference between the levels of lead metal in spinach sold in traditional markets and modern markets.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Thomson dan Kelly (1990) dalam Chove, et al (2006) sayuran merupakan bagian dari diet sehari-hari di banyak rumah tangga yang merupakan sumber penting dari vitamin dan mineral dibutuhkan untuk kesehatan manusia. Oleh karena itu, higienitas dan keamanan sayuran yang dikonsumsi menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan (Widaningrum, et al., 2007). Seiring dengan peningkatan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan, terutama dengan penerapan teknologi modern, polusi dan pencemaran rantai makanan manusia menjadi tidak terhindarkan lagi (Chove, et al., 2006).

Kontaminasi kimia dari sumber seperti industri, kenderaan dan pestisida dapat mempengaruhi keamanan pangan. Logam berat adalah salah satu dari berbagai jenis kontaminan terpenting yang dapat ditemukan di permukaan dan di dalam jaringan sayuran segar (Marshall, et al., 2003). Banyak jenis sayuran yang beredar di masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam-logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), atau merkuri (Hg) (Widaningrum, et al., 2007).

Menurut Mapanda, et al (2005) dalam Kudirat dan Funmilayo (2011) logam berat merupakan penyebab tertinggi di antara kontaminan utama sayuran berdaun. Sementara menurut Edem, et al., (2009) dalam Asdeo dan Loonker (2011) sayuran berdaun mengakumulasi kandungan logam berat lebih tinggi daripada yang lain.

Berdasarkan beberapa penelitian, timbal merupakan penyebab tertinggi kontaminasi timbal pada sayuran berdaun (Marshall, et al, 2003; Bigdeli, et al, 2008; Jawad, 2010). Timbal adalah bahan kimia beracun klasik yang kronis. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan ginjal, sistem kardiovaskular, kekebalan tubuh, hematopoietik, pusat saraf dan reproduksi. Menurut FAO/WHO (2004) dalam Al Othman (2010) paparan jangka pendek ke tingkat tinggi timbal dapat menyebabkan kesulitan pencernaan, anemia, ensefalopati dan kematian.

Pada penelitian ini penulis berfokus pada bayam. Menurut Audu dan Lawal (2006) dalam A. Sani, et al (2011) dan Marshall (2003) bayam mencatat kadar Pb tertinggi.

(17)

Di Indonesia, selama 20 tahun terakhir hanya sedikit sahaja artikel yang mempelajari adanya unsur timbal dalam makanan, terutama pada bayam. Sejumlah laporan tentang konsentrasi logam berat dalam sayuran yang dijual di pasar negara-negara yang berbeda ada tersedia (Bucker et al., 1991; Hussain et al., 1995; Sharma, et al., 2009, Zahir, et al., 2009 dalam Banarjee et al., 2011) tetapi hanya beberapa laporan sahaja yang diterbitkan tentang kandungan logam berat dalam sayuran yang dijual di pasar Indonesia, khususnya Medan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan kadar timbal pada sayuran bayam yang dijual di pasar modern dan di pasar tradisional.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada kandungan logam Pb pada sayuran bayam yang dijual di pasar modern dan pasar tradisional?

2. Apakah terdapat perbedaan kandungan logam Pb pada sayuran bayam yang dijual di pasar modern dan di pasar tradisional?

3. Bagaimana perbandingan hasil kandungan logam Pb yang diperoleh dengan standar S.K Dirjen BPOM No. 03725/B/SK/VII/89?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui adanya kandungan logam Pb pada sayuran bayam. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui adanya perbedaan kandungan logam Pb pada sayuran bayam yang dijual di pasar modern dan di pasar tradisional.

2. Mengetahui kadar logam Pb pada sayuran bayam yang dijual di pasar modern. 3. Mengetahui kadar logam Pb pada sayuran bayam yang dijual di pasar tradisional. 4. Mengetahui perbandingan hasil kandungan logam Pb yang diperoleh dengan

standar S.K Dirjen BPOM No. 03725/B/SK/VII/89.

1.4Manfaat Penelitian

(18)

2. Memberi informasi kepada dunia pendidikan tentang kadar logam yang ada pada sayuran bayam yang dijual di pasar modern dan di pasar tradisional.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayam

2.1.1 Pengertian Bayam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bayam berarti tumbuhan sayuran daun, bentuk daunnya bulat telur dengan ujung meruncing dan urat-urat yang jelas, bunganya berbentuk malai yang tegak (banyak macamnya, ada yang dibuat sayur, ada yang untuk obat); Amarantus.

2.1.2 Nutrisi pada Bayam

(20)
(21)
(22)

2.1.3 Manfaat Kesehatan Bayam

a) Jantung

Asam folat sangat kaya di bayam. Asam folat ini diketahui dapat mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi. Asam folat juga dapat mengurangi risiko terjadinya tekanan darah tinggi. Asam folat terbukti dapat menurunkan kadar homosistein, yaitu komponen darah dan penanda peradangan yang dapat merusak pembuluh darah. Selain itu, asam folat juga dapat meningkatkan aliran darah. (American Heart Association’s 58th Annual Blood Pressure Research Conference, 2004 dalam Johnson).

Ko-enzim Q10 yang juga ada pada bayam memainkan peranan sebagai antioksidan. Ia memiliki potensi untuk mencegah dan mengobati penyakit kardiovaskular, terutama hipertensi, hiperlipidemia, penyakit arteri koroner, dan gagal jantung. (Coenzyme Q10 and

Cardiovascular Disease : A Review. J Cardiovasc Nurs. 2002 Jul; 16 : 9-20 dalam Johnson).

Lutein, yang merupakan antioksidan karotenoid juga kaya di bayam, mencegah atau mengurangi aterosklerosis, atau pengerasan arteri. (“Oxygenated Carotenoid Lutein and Progression of Early Athresclerosis. The Los Angeles Athreslerosis Study” Circulation, 2001 Vol. 103 No. 24 dalam Johnson).

Betaine yang kaya pada bayam dapat mengurangi risiko kardiovaskular melalui aksi metabolisme homosistein. (Effects of Betaine Intake on Plasma Homocysteine Concentrations and Consequences for Health. Current Drug Metabolism, Vol. 6, No. 1, 2005 dalam Johnson).

b) Otak

Bayam memainkan peranan yang luar biasa dalam menjaga kesehatan otak manusia. Studi-studi ilmiah telah menunjukkan hubungan yang jelas antara diet asam folat tinggi dengan pengurangan risiko stroke (Journal of American Heart Association, 2002 dalam Johnson). Studi lain oleh Sekolah Kedokteran Keck dari Universitas California Selatan dan UCLA School of Medicine telah menunjukkan bahwa lutein membantu untuk mencegah penyakit jantung dan stroke di otak (Circualtion Journal, 2001 dalam Johnson).

c) Kesehatan dan Perkembangan bagi Maternal dan Fetal

(23)

rata-rata penduduk dan mencegah cacat lahir yang serius. Hasil mandat ini telah melebihi ekspektasi yang diharapkan (Journal of Nutrition, 2001 dalam Johnson).

Vitamin A merupakan nutrisi penting untuk perkembangan janin selama kehamilan dan juga selama menyusui. Bayam merupakan salah satu sumber alami yang paling ampuh bagi beta karoten, yaitu prekursor bagi vitamin A, yang mudah dikonversi menjadi vitamin A. (The Importance of Beta Carotenen as a source of Vitamin A with Special Regard to Pregnant and Breastfeeding Women. European Journal of Nutrition Vol. 46, 2007 dalam Johnson).

d) Mata dan Penglihatan

Lutein dan zeaxanthin yang terdapat pada bayam membentuk zat berminyak kekuning-kuningan yang dikenal sebagai pigmen makula. Seiring bertambahnya usia, tingkat pigmen makula umumnya menurun dan mengarah ke Age-related Macula Degeneration (AMD). Penyakit ini semakin mengganggu penglihatan dan akhirnya dapat menyebabkan kebutaan. Bayam yang tinggi lutein dan zeaxanthin merupakan langkah yang paling penting dalam pencegahan Age-related Macula Degeneration (University of Manchester, 2006 dalam Johnson).

Bayam juga membantu untuk mencegah katarak mata. Lutein dan zeaxanthin yang ada pada bayam adalah antioksidan kuat yang melindungi mata dari rusak akibat radiasi UV, terutama dari paparan sinar matahari, yang merupakan salah satu penyebab utama katarak (Journal of Nutrition, 2004 dalan Johnson).

e) Tulang

(24)

2.2 Timbal

2.2.1 Pengertian Timbal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, plumbum atau timbal adalah logam lunak berwarna abu-abu, terdiri atas isotop dengan nomor massa 203-210; timbel; unsur dengan nomor atom 82, lambang Pb, dan bobot atom 207,22.

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Apabila timbal terhirup atau tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh, ia akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi (Winarno, 2008 dalam M. Amir, 2011).

Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO3, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan (Winarno, 2008 dalam M. Amir, 2011).

Sumber pencemaran timbal. Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu/partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95 persen timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Sedangkan dalam air minum, timbal dapat berasal dari kontaminasi pipa, solder dan kran air (Winarno, 2008 dalam M. Amir, 2011).

Kandungan timbal dalam air sebesar 15mg/l dianggap sebagai konsentrasi yang aman untuk dikonsumsi. Dalam makanan, timbal berasal dari kontaminasi kaleng makanan dan minuman dan solder yang bertimbal. Kandungan timbal yang tinggi ditemukan dalam sayuran terutama sayuran hijau (Winarno, 2008 dalam M. Amir, 2011).

2.2.2 Kegunaan Timbal

Dibalik sifat toksiknya yang kuat, Timbal juga mempunyai seragam manfaat bagi kehidupan.

(25)

ruangan ketika terkontak dengan air. Lebih dari setengah dari produksi timah dunia (setidaknya 1,15 juta metrik ton) digunakan untuk mobil, sebagian besar sebagai elektroda dalam baterai timbal-asam, digunakan secara luas sebagai baterai mobil (Gearhart et al., 2003). Timbal ditambahkan ke loyang untuk mengurangi keausan mesin perkakas. Timbal, dalam bentuk strip, atau tape, digunakan untuk kustomisasi raket tenis. Raket tenis dari masa lalu kadang-kadang mengarah ditambahkan kepada mereka oleh produsen untuk menambahkan berat (Hong dan Bartlett, 2008). Dalam bidang kedokteran, timbal digunakan sebagai perisai dari radiasi (misalnya, ruang sinar-X) (Bethesda, 2004). Timbal yang dicairkan pula digunakan sebagai pendingin (misalnya, untuk reaktor cepat berpendingin timbal) (Tucek et al., 2005). Timbal digunakan untuk membentuk bar kaca untuk kaca patri atau multi-jendela menyala. Praktek ini telah menjadi kurang umum, bukan untuk bahaya tetapi untuk alasan gaya. Timbal, atau lembaran timbal, digunakan sebagai lapisan mematikan suara di beberapa daerah di dinding, lantai dan langit-langit di studio desain suara di mana tingkat suara mekanis yang dihasilkan udara dan ditargetkan untuk pengurangan atau penghapusan virtual (Landsdown dan Yule, 1986). Timbal adalah logam dasar tradisional pipa organ, dicampur dengan berbagai jumlah timah untuk mengontrol nada pipa.

2.2.3 Dampak Timbal terhadap Kesehatan

Manusia senantiasa dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya sehari-hari. Dilingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air dan udara dapat menyebabkan keracunan.

(26)

Timbal dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, pemaparan maupun saluran pencernaan. Lebih kurang 90 % partikel timbal dalam asap atau debu halus di udara dihisap melalui saluran pernafasan.

Penyerapan di usus mencapai 5 – 15% pada orang dewasa. Pada anak-anak lebih tinggi yaitu 40% dan akan menjadi lebih tinggi lagi apabila si anak kekurangan kalsium, zat besi dan zinc dalam tubuhnya. Laporan yang dikeluarkan Poison Center Amerika Serikat menyatakan anak-anak merupakan korban utama ketoksikan timbal; dengan 49% dari kasus yang dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Yang lebih menghawatirkan adalah efeknya terhadap kecerdasan (IQ) anak – anak, sehingga menurunkan prestasi belajar mereka, walaupun kadar timbal di dalam darah mereka tidak dianggap toksik.

Timbal (Plumbum) beracun baik dalam bentuk logam maupun garamnya. Garamnya yang beracun adalah : timbal karbonat (timbal putih); timbal tetraoksida (timbal merah); timbal monoksida; timbal sulfida; timbale asetat (merupakan penyebab keracunan yang paling sering terjadi). Ada beberapa bentuk keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut dan kronis. Nilai ambang toksisitas timbal (total limit values atau TLV ) adalah 0,2 miligram/m3.

a) Keracunan akut

(27)

b) Keracunan subakut

Keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali terpapar racun dalam dosis kecil, misalnya timbal asetat yang menyebabkan gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih menonjol, seperti rasa kebas, kaku otot, vertigo dan paralisis flaksid pada tungkai. Keadaan ini kemudian akan diikuti dengan kejang-kejang dan koma. Gejala umum meliputi penampilan yang gelisah, lemas dan depresi. Penderita sering mengalami gangguan system pencernaan, pengeluaran urin sangat sedikit, berwarna merah. Dosis fatal : 20 - 30 gram. Periode fatal : 1-3 hari.

c) Keracunan kronis

Keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi dibandingkan keracunan akut. Keracunan timbal kronis lebih sering dialami para pekerja yang terpapar timbal dalam bentuk garam pada berbagai industri, karena itu keracunan ini dianggap sebagai penyakit industri. seperti penyusun huruf pada percetakan, pengatur komposisi media cetak, pembuat huruf mesin cetak, pabrik cat yang menggunakan timbal, petugas pemasang pipa gas. Bahaya dan resiko pekerjaan itu ditandai dengan TLV 0,15 mikrogram/m3 , atau 0,007 mikrogram/m3 bila sebagai aerosol. Keracunan kronis juga dapat terjadi pada orang yang minum air yang dialirkan melalui pipa timbal, juga pada orang yang mempunyai kebiasaan menyimpan Ghee (sejenis makanan di India) dalam bungkusan timbal.

Keracunan kronis dapat mempengaruhi system syaraf dan ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik, mempengaruhi fertilitas, menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif yang dapat muncul kemudian.

Gejala-gejala

(28)

urine (jumlah koproporfirin III meningkat). Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling dianjurkan sebagai screening test pada keracunan timbal. Kadar timbal dalam urin juga bisa membantu menegakkan diagnosis, ketika kadarnya diatas 0,2 mikrogram/liter, dianggap sudah cukup bermakna untuk diagnosis keracunan timbal.

Pemeriksaan sinar-x pada anak-anak untuk melihat garis yang radio-opak pada metafisis tulang-tulang panjang bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis keracunan timbal.

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep tentang kadar timbal pada sayuran yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern dengan menggunakan spektofotometer serapan atom.

Skema 3.1 : Kerangka Konsep Perbandingan Kadar Timbal pada Sayuran Bayam yang

dijual di Pasar Modern dan di Pasar Tradisional

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1: Variabel dan Definisi Operasional Perbandingan Kadar Timbal pada

Sayuran Bayam yang dijual di Pasar Modern dan di Pasar Tradisional

Variabel Definisi Operasional

Skala

(30)
(31)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan metode cross sectional untuk melihat perbandingan kadar timbal pada sayuran yang dijual di pasar modern dan di pasar tradisional dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium secara kuantitatif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai bulan Desember 2011. Waktu pengambilan sampel dan eksperimen dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober 2011. Manakala waktu pengolahan dan analisis data dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2011.

4.2.2. Tempat Penelitian

Lokasi pengambilan sampel bagi penelitian ini adalah pasar tradisional dan pasar modern yang menjual sayur bayam di sekitar Kota Medan yang terjangkau oleh peneliti (pasar tradisional : Pajak Sore Padang Bulan, Pasar Tiga Padang Bulan, Pajak Setiabudi; pasar modern : Carrefour Padang Bulan, Carrefour Plaza Medan Fair, Hypermart Sun Plaza, Hypermart Grand Palladium, Brastagi Supermarket Cambridge, Brastagi Supermarket Jl. Gatot Subroto). Lokasi eksperimen bagi penelitian ini adalah Laboratorium Penelitian Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah sayuran bayam yang dijual di pasar modern dan di pasar tradisional pada bulan September sampai bulan Oktober 2011.

4.3.2. Sampel

Teknik pemilihan sampel sayuran digunakan cluster sampling, dilakukan pemilihan sayuran berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Kriteria inklusi :

(32)

• Sayuran bayam yang masih dalam keadaan bagus dan segar.

Kriteria eksklusi :

• Sayuran bayam yang organik.

Ethical Clearance:

Proposal ini sudah mendapat persetujuan dari Komisi Etik USU

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kadar timbal pada sayuran yang dijual di pasar modern dan pasar tradisional.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang menjadi bahan masukan bagi penulisan dan studi kepustakaan.

4.4.3. Teknik Analisa Data

a) Alat

Spektofotometri Serapan Atom, lampu katoda timbal, neraca listrik, tanur, lemari asam, hot plate, dan alat-alat gelas.

b) Bahan

Sayuran bayam, larutan standar timbal 1000 mcg/ml, ammonium hidroksida, dithizon, Kristal kalium sianida, asam nitrat, kloroform, dan air suling.

4.4.4 Pembuatan Pereaksi

a) Larutan HNO3 5N v/v

Larutan HNO3 65% v/v sebanyak 350 ml diencerkan dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1979).

(33)

Dithizon sebanyak 5 mg dilarutkan dalam 100 ml kloroform (Vogel,1990). diarangkan di atas hot plate hingga tidak mengeluarkan asap lagi. Kemudian dipindahkan ke dalam tanur dan diabukan pada suhu 450°C selama 16 jam. Abu yang dihasilkan dibiarkan

Ke dalam hasil destruksi ditambahkan 10 ml HNO3 5N, kemudian dipanaskan hingga setengah dari volume sebelumnya lalu di pindahkan kedalam labu tentukur 25 ml kemudian ditambahkan masing-masing 2,5 ml larutan standar timbal (konsentrasi 50 mcg/ml) lalu dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan air suling. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman nomor 42 dengan membuang beberapa mililiter filtrat pertama untuk membasahi kertas saring. Larutan hasil penyaringan digunakan untuk uji kuantitatif logam timbal (Bratu dan Georgescu, 2005; SNI 01-2896-1998).

b) Pembuatan Kurva Kalibrasi Timbal

(34)

c) Penetapan Kadar Timbal Dalam Sampel

Larutan sampel hasil destruksi diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 283,3 nm untuk timbal. Konsentrasi setelah ditambah timbal standar ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi masing-masing logam, sehingga konsentrasi timbal dalam sampel (Csampel) dapat diketahui yakni:

Csampel = C2 – C1

Keterangan: C2 = Konsentrasi setelah ditambah standar (mcg/ml) C1 = Konsentrasi yang ditambahkan (mcg/ml)

Selanjutnya kadar timbal sebenarnya dapat dihitung dengan rumus berikut: Kadar(mg/kg) = Konsentrasi (mcg/ml) × Volume (ml)

Berat sampel (g)

(Harmita 2004)

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu, yakni:

(i) Editing

Editing dilakukan untutk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewancarai ulang responden.

(ii) Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

(iii) Entri

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

(iv) Cleaning data

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

(v) Saving

(35)

(vi) Analisis data

(Arlinda, 2007)

Data diinterpretasikan dengan menguji hipotesis menggunakan program komputer SPSS dilakukan pada masing-masing variabel untuk mengetahui karakteristik masing-masing variabel. Variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi.

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel bagi penelitian ini adalah pasar tradisional dan pasar modern yang menjual sayur bayam di sekitar Kota Medan yang terjangkau oleh peneliti (pasar tradisional : Pajak Sore Padang Bulan, Pasar Tiga Padang Bulan, Pajak Setiabudi; pasar modern : Carrefour Padang Bulan, Carrefour Plaza Medan Fair, Hypermart Sun Plaza, Hypermart Grand Palladium, Brastagi Supermarket Cambridge, Brastagi Supermarket Jl. Gatot Subroto). Sampel bagi penelitian ini dipilih berdasarkan metode cluster sampling. Sebanyak 3 pasar tradisional (6 pedagang) dan 6 pasar modern (6 pedagang) telah mengikuti penelitian ini. Lokasi eksperimen bagi penelitian ini adalah Laboratorium Penelitian Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel bagi penelitian ini adalah sayur bayam yang dibeli dari pasar tradisional dan pasar modern. Sebanyak 12 sampel sayur bayam telah mengikuti penelitian ini yaitu 6 sampel dari pasar tradisional dan 6 sampel dari pasar modern. Sayur bayam yang diperiksa mempuyai karakteristik segar dan tidak kotor secara fisik.

5.1.3. Hasil Analisa Data

Jenis pasar yang mengikuti penelitian ini serta jumlahnya dapat dilihat pada tabel dibawah yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Sampel sayur bayam diambil dari 6 pasar tradisional (50%) dan 6 pasar modern (50%).

5.1.3.1. Analisis Kuantitatif

a. Penetapan Kadar Timbal pada Sampel

(37)

berdasarkan persamaan garis regresi. Data absorbansi dan kadar timbal dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Data Absorbansi dan Kadar Timbal

No. Sampel Absorbansi

Kurva kalibrasi timbal yang diperoleh dengan cara mengukur absorbansi larutan standar timbal pada konsentrasi yang berbeda-beda pada panjang gelombang 283.3nm. Hasil pengukuran kurva kalibrasi logam timbal seperti pada Gambar 5.1 berikut :

Gambar 5.1. Kurva Kalibrasi Logam Timbal pada Panjang Gelombang

(38)

Berdasarkan data pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi Y = 0.03145X + 0.00083, dengan koefisien korelasi 0.9999.

Harga r yang diperoleh dari logam timbal (r=0.9999) telah memenuhi harga r yang sebenarnya. Nilai r 0.800 - 1.000 menunjukkan bukti adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan yang sangat kuat antara X dan Y. Kurva ini menunjukkan korelasi positif antara konsentrasi (X) dan absorbansi (Y) yang artinya, peningkatan konsentrasi sebanding dengan naiknya absorbansi (Wahyuni, 2007).

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Adanya Kandungan Logam

Timbal

No. Kandungan Logam

Timbal

Bayam (Keseluruhan

Sampel)

1 Ada timbal 66.7%

2 Tidak ada timbal 33.3%

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kandungan Logam Timbal pada

Jenis Pasar

No. Kandungan Logam Timbal Pasar Tradisional Pasar Modern

1 Ada timbal 83.3% 50%

2 Tidak ada timbal 16.7% 50%

Tabel-tabel diatas menunjukkan bahwa sampel mengandung timbal dengan kadar yang berbeda-beda untuk pasar tradisional dan pasar modern. Secara langsung dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada pengaruh tempat penjualan terhadap kadar timbal pada sayur bayam yang dijual di pasar tradisional dan di pasar modern.

(39)

5.1.3.2. Analisis Data Secara Statistik

Analisis dengan Uji T Independen

Analisis data secara statistik menurut uji T independen dilakukan terhadap bayam yang dijual di pasar tradisional dan bayam yang dijual di pasar modern. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Data Hasil Uji T Independen antara Bayam yang dijual di pasar

tradisional dan di pasar modern kritis penolakan t0 < -.3003152 dan t0 > 3.3703819 untuk df = 10. Harga t0 yang didapat adalah < 3.3703819 serta nilai p = 0.092 (< 0.05) sehingga hipotesa H0 diterima. Harga H0 diterima, berarti tidak terdapat perbedaan signifikan kadar logam timbal antara bayam yang dijual di pasar tradisional dan di pasar modern.

5.2. Pembahasan

(40)

bervariasi di masing-masing pasar. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Kumar, 2006; Farooq et al., 2008; Makokha et al., 2008, di mana pada penelitian mereka juga dijumpai adanya logam timbal pada sayuran bayam.

Adanya kandungan logam timbal pada bayam tersebut boleh dari berbagai sumber. Menurut Doherty et al, 2011, deposisi logam berat berhubungan dengan berbagai sumber seperti industri skala kecil (termasuk produksi baterai, produk logam, logam peleburan dan industri pelapisan kabel), bata kiln, emisi kendaraan, debu jalan dan genset diesel. Ini semua boleh menjadi kontributor penting bagi kontaminasi logam berat yang ditemukan dalam sayuran. Sumber potensial logam berat tambahan yang lain di daerah perkotaan termasuk air irigasi yang tercemar oleh limbah industri yang boleh mengkontaminasi tanah dan sayuran. Selain itu, sayuran dapat menyerap logam berat dari deposito pada bagian sayuran yang terkena udara tercemar dan terkontaminasi tanah (T. Khairiah et al., 2004, M.S. Jassir et al., 2005, A.C. Kachenko et al., 2006, Singh dan Kumar., 2006, R.K. Sharma et al., 2008, dalam Banarjee et al., 2011).

Pada penelitian ini, kadar rata-rata logam berat timbal pada bayam yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern tersebut, masing-masing dengan nilai 3.7691 ppm dan 2.2341 ppm, sudah melebihi batas maksimum kadar logam berat timbal dalam sayuran yang ditetapkan oleh BPOM No. 03725/B/SK/VII/89 yaitu 2ppm. Ini menunjukkan bahwa bayam yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern tersebut sudah tidak aman lagi untuk dikonsumsi oleh masyarakat kota Medan sebagai bahan pangan karena mengandung logam berat timbal yang tinggi. Kandungan logam berat yang tinggi dalam tubuh manusia boleh menyebabkan gangguan kesehatan (Long et al., 2003 dalam Doherty et al., 2011, WHO, 1992, 1995, Steenland dan Bifetta, 2000, Jarup, 2003 dalam Doherty et al., 2011, Bello et al., 2010, Singh et al., 2010, Hardiyanto et al., 2008). Ini karena begitu makanan yang terkontaminasi oleh logam berat timbal dimakan, timbal dapat terakumulasi dalam jaringan hewan dan manusia sampai ke tingkat toksik (Bello et al., 2010). Bahkan konsentrasi rendah dari logam berat juga boleh memberi efek yang buruk ke manusia dan hewan karena tidak ada mekanisme yang baik untuk mengeliminasi logam berat keluar dari tubuh (Suruchi dan Khanna, 2011).

(41)

dari 6 pasar tradisional pada penelitian ini terletak berhampiran dengan jalan raya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Makokha et al., 2008 bahwa sampel sayuran yang diperoleh dari pinggir jalan (bayam) secara signifikan lebih tinggi (p<0,05) konsentrasi timbal dari yang diperoleh dari pasar modern. Dari hasil penelitiannya didapat nilai kadar timbal berkisar antara 1.9 – 2.9 ppm lebih rendah dari hasil penelitian ini. Kadar logam berat timbal yang tinggi pada pasar tradisional dapat dikaitkan dengan emisi mobil sebagai hasil dari kedekatannya dengan sisi jalan (Lawal dan Audu, 2011). Selain itu, selain dari faktor jarak, kepadatan lalu lintas juga dapat mempengaruhi akumulasi timbal pada sayuran (Atayese et al., 2008, Hardiyanto dan Guzman, 2008). Manakala 1 dari 6 pasar tradisional ini didapat nilai kadar timbalnya adalah 1.3877 ppm, tidak melebihi batas maksimal yang ditetapkan oleh BPOM No. 03725/B/SK/VII/89, yaitu 2 ppm. Ini karena lokasi pasar tradisional tersebut agak jauh dari sisi jalan. Ini sejalan dengan hasil yang didapat dari penelitian Atayese et al., 2008 di mana adanya penurunan konsentrasi logam timbal seiring dengan peningkatan jarak pada setiap situs.

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar logam timbal antara bayam yang dijual di pasar tradisional dan di pasar modern.

2. Bayam yang dijual di pasar tradisional dan di pasar modern di Kota Medan mengandung logam timbal.

3. Kadar rata-rata logam timbal pada bayam yang dijual di pasar tradisional adalah lebih tinggi sebanyak 1.7 kali lipat berbanding pada bayam yang dijual di pasar modern.

4. Kadar rata-rata logam timbal pada bayam yang dijual di pasar tradisional dan di pasar modern masing-masing 2 kali lipat dan 1.1 kali lipat lebih tinggi dari batas maksimal yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/89.

6.2 Saran

1. Bensin bertimbal merupakan penyumbang utama untuk timbal di atmosfer. Otoritas nasional harus mempertimbangkan mengurangi atau menghilangkan penggunaan bensin bertimbal di daerah pertanian.

2. Petani harus menghindari menggunakan tanah yang telah diperlakukan dengan pestisida arsenate timah untuk menanam tanaman yang dapat mengakumulasi timbal pada permukaannya seperti pada sayuran berdaun.

3. Petani harus menghindari menanam tanaman di lahan yang telah dicemari dengan kotoran limbah yang tidak mematuhi maksimum kadar timbal yang diijinkan ditetapkan oleh otoritas nasional.

(43)

5. Tanaman harus dilindungi dari kontaminasi timbal (misalnya, paparan timbal di atmosfer, tanah dan debu) selama pengangkutan ke fasilitas pengolahan.

6. Air untuk irigasi pertanian harus dilindungi dari sumber kontaminasi timbal dan dimonitor untuk kadar timbal untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi timbal tanaman.

7. Otoritas lokal dan nasional harus membuat petani menyadari praktek-praktek yang tepat untuk mencegah kontaminasi timbal lahan pertanian. 8. Kantong plastik atau kotak dengan eksteriornya yang dicetak dengan

tinta berbasis timbal tidak boleh digunakan untuk kemasan makanan. 9. Konsumen harus benar-benar mencuci sayuran untuk menghilangkan

debu dan tanah yang mungkin mengandung timbal. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan juga akan membantu menghilangkan debu timbal atau tanah yang tercemar dari tangan.

10. Penelitian yang lebih lanjut untuk melihat kadar timbal pada bayam

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Al Othman Z.A, 2010. Lead Contamination in Selected Foods from Riyadh City Market and Estimation of The Daily Intake. Molecules. ISSN : 1420-3049. 15: 7482-7497

Arlinda S.W, 2007. Statistika Kedokteran. Bamboedoea Communication. Jakarta: 8-9

Asdeo. A dan Loonker. S, 2011. A Comparative Analysis of Trace Metals in Vegetables. Research Journal of Environmental Toxicology. ISSN 1819-342- / DOI: 10.3923/rjet.2011

Atayese M.O., Eigbadon A.I., Oluwa K.A. dan Adesodun J.K., 2008, Heavy Metal Contamination Of Amaranthus Grown Along Major Highways In Lagos, Nigeria, African Crop Science Journal, Vol. 16, No. 4, ISSN 1021-9730/2008 : 225 - 235

Banarjee, D., Kuila. P., Ganguli. A., Das. D., Mukherjee. S. Ray. L., 2011. Heavy Metal Contamination in Vegetables Collectes from Market Sites of Kolkata, India. Electric Journal of Environmental, Agricultural and Food Chemistry. ISSN : 1579-4377: 2160-2165

B.E. Chove, W.R. Ballegu & L.M. Chove, 2006. Copper and Lead Levels in Two Popular Leafy Vegetables Grown around Morogoro Municipality, Tanzania. Tanzania Health Research Bulletin, Vol. 8, No.1: 37-40

Bello O.A, Aiyeloja A.A. dan Adetayo F.A, 2010, Concentration Of Heavy Metals From Traffic Emissions On Plant Produce Sold Along Ife – Ibadan Express Way: Health Implications , Journal of Agriculture and Social Research (JASR) VOL. 10, No. 2, 2010 : 127-131

(45)

Bratu, J., dan Georgescu, C., 2005. Chemical Contamination of Bee Honey-Identifying Sensor of The Environment Pollution. Journal Central European of Agriculture March 12: Vol 6 (1): 467-470

Chiroma T.M, Abdulkarim B.I, Kefas H.M., 2007, The Impact of Pesticide Application on Heavy Metal (Cd, Pb and Cu) Levels in Spinach, Leonardo, Electronic Journal of Practices and Technologies, 11th Issues, ISSN 1583-1078 : 117-122

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Doherty V.F., Kanife U.C., Ladipo M.K., dan Akinfemi A., 2011, Heavy Metal Levels In Vegetables From Selected Markets In Lagos, Nigeria, Electronic Journal of Environmental, Agricultural and Food Chemistry 10 (2), ISSN: 1579-4377 : 1887-1891

Farooq M., Farooq A., dan Rashid U., 2008, Appraisal Of Heavy Metal Contents In Different Vegetables Grown In The Vicinity Of An Industrial Area, Pak. J. Bot., 40(5) : 2099-2106

Gearhart J, Menke D, Griffith C, Mills K, Getting The Lead Out – Impacts of and Alternatives for Automobiles Lead Uses, Environmental Defense, Ecology Center, Clean Car Campaign : iv

Hardiyanto dan Constancio C. De Guzman, 2008, Identification Of Lead And Cadmium Levels In White Cabbage (Brassica Rapa L.), Soil, And Irrigation Water Of Urban Agricultural Sites In The Philippines, Indonesian Journal of Agricultural Science 9(1), 2008: 1-6

Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol 1 (3): 117-135

Hong, Youlian and Bartlett, Roger, ed (2008). Routledge Handbook of Biomechanics and Human Movement Science. London: Routledge. ISBN 9780415408813 : 250

(46)

Johnson T., 2005-2011. Spinach Words. Nutrition facts and recipes from one of nature’s best superfoods. http://www.spinachwords.com/ [Accessed on 1 May 2011]

Kudirat L.M dan Funmilayo D.V , 2011. Heavy Metal Levels in Vegetables from Selected Markets in Lagos, Nigeria. African Journal of Food Science and Technology. ISSN : 2141-5455. Vol.2 (1): 018-021

Lawal A.O. dan Audu A.A, 2011, Analysis of heavy metals found in vegetables from some cultivated irrigated gardens in the Kano metropolis, Nigeria, Journal of Environmental Chemistry and Ecotoxicology Vol. 3(6), ISSN-2141-226X : 142-148

Lansdown R dan Yule W , ed (1986). The Lead debate : the environment, toxicology, and child health. London: Croom Helm. ISBN 9780709916536 : 240

M. Amir S, 2011, Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis Hepar Mencit Akibat Pemberian Pb dan Rosella, USU Repository, http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23431 [Last Accessed on 3 Juni 2011]

Makokha A.O, Mghweno L.R, Magoha H.S, Nakajugo A., dan Wekesa J.M, 2008. Environmental Lead Pollution and Contamination in Food around Lake Victoria, Kisumu, Kenya. African Journal of Environmental Science and Technology Vol. 2 (10): 349-353

Marshall F., Agarwal R., Dolf te Lintelo, Dr. D.S. Bhupal, Dr. Rana P.B. Singh, Dr. Mukherjee N., Dr. Sen. C, Dr. Poole N., Dr. Agrawal M.. Dr. S.D. Singh, 2003. Heavy Metal Contamination of Vegetables in Delhi. Executive Summary of Technical Report: 1-10

POM www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/Timbal.pdf [Last Accessed on 1 May 2011]

Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar Universitas Islam Indonesia.

(47)

Sharma, R.K., Agrawal M. dan Marshall F.M., 2009, Heavy Metals in VegetablesCollected from Production and Market Sites of A Tropical Urban Area of India, Food Chem Toxicol., 47 : 583-591

Singh A., Sharma R.K., Agrawal M. dan Marshall F.M., 2010, Risk assessment of heavy metal toxicity through contaminated vegetables from waste water irrigated area of Varanasi, India, Tropical Ecology 51(2S), ISSN 0564-3295 : 375-387

Singh S. dan Kumar M., 2006, Heavy Metal Load Of Soil,Water And Vegetables In Peri-Urban Delhi, Environmental Monitoring and Assessment 120: 79-91 DOI: 10.1007/s10661-005-9050-3

Sobukola O. P., Adeniran O. M., Odedairo A. A. and Kajihausa O. E., 2010, Heavy metal levels of some fruits and leafy vegetables from selected markets in Lagos, Nigeria, African Journal of Food Science Vol. 4(2), ISSN 1996-0794 : 389 – 393

Suruchi dan Khanna P., 2011, Assessment of Heavy Metal Contamination in Different Vegetables Grown in and Around Urban Areas, Research Journal of Environmental Toxicology 5 (3) , ISSN 1819-3420 / DOI: 10.3923/rjet.2011.162.179 : 162-179

Tuček, Kamil; Carlsson, Johan; Wider, Hartmut (2006). Comparison of sodium and lead-cooled fast reactors regarding reactor physics aspects, severe safety and economical issues. Nuclear Engineering and Design doi:10.1016/j.nucengdes.2006.04.019 : 236 U.S. Department of Agriculture, Agricultural Research Service, USDA Nutrient Data

Laboratory, 2010. Composition of Foods Raw, Processed, Prepared USDA National Nutrient Database for Standard Reference. http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi-bin/list_nut_edit.pl [Accessed on 12 May 2011]

(48)

Widaningrum, Miskiyah dan Suismono, 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3: 16-27

(49)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ann Diana Jaimin

Tempat / Tinggal Lahir : Malaysia / 12 Maret 1988

Agama : Kristen (SIB)

Alamat : Peti Surat 984, 89308 Ranau, Sabah : Jl. Dr. Mansur No.4, 20154 Medan

: 7. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan : 1. Seminar and Workshop A – CPR (Advanced Cardiopulmonary Resuscitation), Medan, 7 November 2010 3. Ahli PKPMI-CM (2008 – sekarang)

4. Ahli Christian Fellowship (2008 – sekarang)

5. Panitia Hadiah Majlis Makan Malam Kelab Kebudayaan Cina Malaysia (KKCM) tahun 2009 6. Panitia SCORE tahun 2009

7. Panitia Acara Majlis Makan Malam Kelab Kebudayaan Cina Malaysia (KKCM) tahun 2010

8. Panitia Basket Porseni tahun 2010

(50)

10. Ahli BEM PEMA Divisi Mahasiswa Asing tahun 2011

Kegiatan : 1. Wakil Setambuk 2008 dalam acara Basketball Porseni tahun 2009

2. Wakil Setambuk 2008 dalam acara Basketball Porseni tahun 2010

3. Wakil Setambuk 2008 dalam acara Basketball Porseni tahun 2011

4. Wakil Fakultas Kedokteran USU dalam Liga Basket tahun 2010

5. Wakil Fakultas Kedokteran USU dalam Liga Basket tahun 2011

(51)

DATA INDUK

Sampel Absorbansi Timbal

Konsentrasi Timbal

(ppb) Kadar Timbal (mg/kg)

PT1 0.0082 0.2343 5.5213

PT2 0.0027 0.0595 1.3877

PT3 0.0042 0.1072 2.4754

PT4 0.0079 0.2248 5.3240

PT5 0.0085 0.2439 5.6623

PT6 0.0039 0.0976 2.2438

PM1 0.0031 0.0722 1.7111

PM2 0.0043 0.1103 2.6415

PM3 0.0044 0.1135 2.7711

PM4 0.0030 0.0690 1.6362

PM5 0.0032 0.0754 1.8168

(52)

Gambar

Tabel  2.1: Daftar Nutrisi Bayam. (Sumber : USDA Nutrient Database)
Tabel  3.1: Variabel dan Definisi Operasional Perbandingan Kadar Timbal pada
Tabel 5.1. Data Absorbansi dan Kadar Timbal
Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kandungan Logam Timbal pada Jenis Pasar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal-hal diatas, maka dilakukan penelitian tentang analisis residupestisida pada sayuran selada, kubis, dan kacang panjang yang dijual di berbagai pasar

Data diatas menunjukan bahwa sayuran yang beredar di Pasar Sunter, Jakarta Utara, untuk sampel daun bayam hijau, daun bayam merah, dan batang kangkung belum

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat

Masih tingginya prevalensi angka pencemaran telur STH pada sayuran yang dijual di pasar modern maupun pasar tradisional dan bila diikuti dengan pemakaian pupuk kotoran

Distribusi Frekuensi Soil Transmitted Helminth pada Sayuran Selada (Lactuca sativa) yang Dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Padang.. Parasites – soil

Adapun tempat pembelian sayuran tersebut tidak menutup kemungkinan sayuran tersebut terbebas dari kontaminasi cacing Soil Transmitted Helmints baik di pasar tradisional maupun

timbal pada sayuran selada dan kol yang dijual di pasar Kampung Lalang Medan. Mengetahui kandungan timbal (Pb) dalam sayuran selada dan

Jenis dan Kandungan Residu Pestisida pada Sayuran Kubis Putih yang Dijual Di Berbagai Pasar Tradisional Malang Raya .... Jenis dan Kandungan Residu Pestisida pada Sayuran Kubis