I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat
kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing
di era global. Upaya yang paling tepat untuk menyiapkan dan membangun SDM
yang berkualitas adalah perbaikan di bidang pendidikan. Untuk mencapai tujuan
tersebut pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan mutu pendidikan pada
berbagai jenis dan jenjang pendidikan dengan meningkatkan kualitas
pembelajar-an di sekolah.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan diberlakukannya kurikulum tingkat
satu-an pendidiksatu-an (KTSP) ysatu-ang menuntut perubahsatu-an paradigma dalam pendidiksatu-an
dan pembelajaran. Peru-bahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi
pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi
berpusat pada siswa (student centered), kemudian metodologi yang semula
dido-minasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang lebih banyak
ber-sifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut
dimaksud-kan untuk memperbaiki mutu pendididimaksud-kan, baik dari segi proses maupun hasil
KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya
mempelajari tentang konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Begitu pula ilmu kimia yang merupakan cabang dari IPA yang lahir
dari pengalaman para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan
“apa” dan “mengapa” tentang sifat dan materi yang ada di alam melalui s
erang-kaian proses menggunakan sikap ilmah dan masing-masing akan meng-hasilkan
fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan
dengan logika matematika. Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata (visible),
artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat
abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta
konkrit-nya (Depdiknas, 2003). Dalam pembelajarankonkrit-nya juga harus memperhatikan
karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk itu guru harus
bijak-sana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi
dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia yang
dalam proses pembelajarannya siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena
kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan diajak untuk melakukan
praktikum sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung mengenai materi
kesetimbangan kimia. Namun fakta yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa
pembelajaran kimia khususnya pada materi kesetimbangan kimia cenderung text
book, dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran,
aktivitas siswa lebih banyak pada kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan
student centered. Kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang
memperhati-kan kemampuan berpikir siswa dan lebih sering menggunamemperhati-kan metode ceramah
dalam menyampaikan materi. Hal inilah yang mengakibatkan pola belajar siswa
cenderung menghafal, serta kemampuan berpikir dan daya analisis siswa kurang
berkembang.
Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran maupun media pendukung
yang menarik untuk membantu menjelaskan konsep kesetimbangan kimia agar
siswa dapat lebih menguasai serta mampu mengaplikasikan konsep tersebut.
Model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran kimia adalah model
pem-belajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena
tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu model tertentu.
Mustaji & Sugiarso (2005) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme
meru-pakan suatu pendekatan yang memberi peluang terjadinya proses aktif siswa
mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, memanfaatkan sumber
belajar secara beragam, dan memberi peluang siswa untuk berkolaborasi dengan
yang lain. Problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang
berlandaskan pandangan konstruktivisme yang dapat merangsang kemampuan
berpikir siswa serta menuntut siswa berperan aktif dalam proses pemecahan
masalah dan melatih siswa untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan
sitematis. Model pembelajaran problem solving terdiri dari lima tahapan yaitu
adanya masa-lah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan,
menetapkan jawaban sementara, menarik kesimpulan. Pada tahap yang pertama,
siswa diharapkan aktif dalam mencari informasi yang terkait dengan masalah
yang ada sehingga siswa dapat memahami masalah tersebut. Tahap yang
selanjutnya yaitu menetapkan jawaban sementara atau hipotesis, dalam tahap ini
siswa diharapkan mampu menghubungkan masalah yang ada dengan pengetahuan
yang telah didapat sebelumnya. Kemudian tahap pengujian hipotesis, pada tahap
ini siswa bersama dengan kelompok diskusinya melakukan percobaan, dan
menganalisis data hasil pengamatan serta mencari informasi dari berbagai sumber
yang terkait dengan masalah yang dihadapi sehingga siswa secara langsung
terlibat dalam pemecahan masalah. Tahap yang terakhir yaitu menarik
kesimpulan, dimana siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan ide atau
gagasan setiap kelompok berdasarkan hasil diskusi. Setelah menarik kesimpulan
diharapkan siswa mampu menguasai konsep atau teori yang telah mereka
dapat-kan dengan baik, serta mampu mengaplikasidapat-kannya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Boujaode dan Barakat
(2003), yang berjudul “ Students’ Problem Solving Strategies in Stoichiometry
and their Relationship to Conceptual Understanding and Learning Approaches”
dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang menunjukkan
adanya hubungan yang positif antara strategi problem solving dengan penguasaan
konsep stokiometri pada siswa SMA.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, untuk mendeskripsikan
peningkat-an penguasapeningkat-an konsep melalui penerappeningkat-an model pembelajarpeningkat-an problem solving,
Problem solving dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Kesetimbangan Kimia
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem solving dalam
meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 7 Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :
Efektivitas model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan
penguasa-an konsep kesetimbpenguasa-angpenguasa-an kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bpenguasa-andar
Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa
dan guru khususnya SMA Negeri 7 Bandar Lampung yaitu :
1. Guru mata pelajaran kimia
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model
pembe-lajaran dan media pembepembe-lajaran yang sesuai dengan materi pembepembe-lajaran
kimia, terutama pada materi pokok kesetimbangan kimia.
2. Siswa
Siswa dapat menggunakan pola pikir yang sistematis dan terstruktur, serta
memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan/gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan
penelitian model pembelajaran problem solving dengan ruang lingkup yang
lebih luas.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, maka
ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester ganjil yang
berjumlah empat kelas di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, Tahun Pelajaran
2011-2012.
2. Efektivitas pembelajaran pada penelitian ini ditinjau dari nilai rata-rata
n-Gain pada kedua kelas sampel. Model pembelajaran dikatakan efektif
meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan
pemahaman setelah pembelajaran.
3. Problem solving adalah proses mental dan intelektual dalam menemukan
masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat
sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994).
4. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah nilai siswa pada materi pokok
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Jean Piaget
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar
tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar
merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi
terus-menerus sepanjang hayatnya. Teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah
hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses
memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yg sudah ada(asimilasi)
dan menyesuaikan diri dengan infomasi yg baru (akomodasi).
Menurut Jean Piaget dalam Bell (1994), belajar adalah:
Interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan. Artinya, pengetahuan itu suatu proses, bukannya suatu “barang”. Karena itu untuk memahami pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran Jean Piaget dalam Bell (1994), menyarankan:
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar
tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar
merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi
terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognitif merupakan pusat penggerak berbagai
kegiatan kita, seperti mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, mengana-
lisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Vygotsky berpendapat seperti piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan
sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky
berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis
menentukan fungus-fungsi elementer memori, atensi, persepsi dan
stimulus-respon, faktor social sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental
lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan
keputusan. Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. Menurut Vigotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika
anak bekerja atau menangani tugas yang belum dipelajari, namun
tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of
proximal development,yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah
perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang
lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan kerja sama antar-individu
sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah scaffolding yakni pemberian bantuan
kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya.
Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan
tugas-tugas kompleks, sulit dan realistiks dan kemudian diberikan bantuan
secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa
diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang
pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk
menyelesaikan tugas kompleks tersebut. (Nur & Wikandari. 2000)
B. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri.
Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan
Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua
pengeta-huan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil
kemung-kinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.
Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar
siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inter-aksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan
membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan
mengkonstruksi pengeta-huannya.
tukan pengetahuannya.
Menurut Trianto (2007):
Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pe-ngetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pepe-ngetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan ke-pada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru ber-maksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar;
(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;
(6) guru adalah fasilitator.
Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran konstruktivisme adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai
penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan
suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran
yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.
C. Problem Solving
Salah satu pembelajaran kontruktivisme adalah pembelajaran problem solving.
Pembelajaran problem solving adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar
untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh
karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah
yang dilaksanakan dengan cara siswa mencari kebenaran pengetahuan dan
informasi tentang konsep, hukum, prinsip, kaidah, dan sejenisnya, mengadakan
percobaan, bertanya secara tepat serta mencari jawaban masalah berdasarkan
pemahaman konsep, prinsip dan kaidah yang telah dipelajari.
Hamalik (1994) mengemukakan bahwa problem solving adalah proses mental dan
intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan
informasi yang akurat sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.
Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identification untuk
ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga
mencapai tahap aplikasi selanjutnya comprehension untuk mendapatkan solution
dalam penyelesaian masalah tersebut.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh G. Polya (1973) sebagai usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan secara cepat
dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas
intelektual yang tinggi. Jenis belajar ini merupakan suatu prosespsikologis yang
melibatkan tidak hanya sekedar aplikasi dalil-dalil atau hukum-hukum atau
teorema-teorema yang dipelajari, melainkan juga harus didasarkan atas struktur
kognitif siswa agar masalah yang bermakna dapat dipecahkan.
Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan
suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat,
sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan
masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari,
teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut
kemam-puan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu. (Hidayati, 2006)
Langkah-langkah problem solving menurut Depdiknas (2008) dalam Nessinta
(2010) sebagai berikut :
a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode –metode seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Nasution (2006) menyatakan, :
“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kom-binasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus dilalui berbagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala langkah perlu ia berpikir”.
Menurut Nasution (2006) mempelajari aturan perlu terutama untuk memecahkan
masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar
atur-an. Dalam pemecahan masalah prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel
dari luar hanya berupa instruksi verbal yang membantu atau membimbing siswa
untuk memecahkan masalah itu. Namun memecahkan masalah tidak sekedar
pelajaran baru. Newell dan Simon (Docktor, 2006) menyatakan bahwa setiap
orang dihadapkan dengan masalah. Saat dia ingin mengetahui sesuatu dan tidak
mengetahui dengan segera bagaimana urutan tindakan yang harus dia ambil, maka
pada saat itulah orang tersebut memiliki masalah.
Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks
daripada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir
yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi,
menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik
kesimpulan, dan membuat generalisasi berdasrkan informasi yang dikumpulkan
dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi,
menampilkannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari
hubungan, pola, atau pilihan baru. Ada pula proses pemecahan masalah yang
dikemukakan oleh Karl Albrecht yang terdiri dari enam langkah yang dapat
digolongkan dalam dua fase utama yang disebutkannya (1) fase perluasan atau
ekspansi yang pada pokoknya bersifat divergen dan (2) fase penyelesaian yang
bersifat konvergen.
1. Kelebihan model pembelajaran problem solving
a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa
2. Kekurangan model pembelajaran problem solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain
c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
D. Penguasaan Konsep
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
ber-pikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak
pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
apli-kasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
se-hingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung
kon-sep tersebut. Jika belajar tanpa konkon-sep, proses belajar mengajar tidak akan
ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan
lebih maksimal.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat
dipenga-ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru
dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus
dilaku-kan siswa sebagai usaha untuk meningkatdilaku-kan penguasaan materi. Penguasaan
terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak meakukan belajar
karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar
materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah
terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang,
semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
E. Kerangka Pemikiran
Salah satu model pembelajaran sesuai untuk pembelajaran kimia adalah strategi
problem solving. Problem solving merupakan pembelajaran yang menuntut
siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok.
Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru. Problem solving memiliki ciri-ciri seperti
pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah
yang diberikan memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok
kecil aktif mengidentifikasi yang ada, mempelajari dan mencari sendiri materi
yang terkait dan kemudian mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan guru
Materi kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang
berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan
sekitar. Materi ini merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang
peris-tiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran problem
solving, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka temui
dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kesetimbangan kimia dan
juga menuntun siswa untuk menemukan konsep secara sistematis, sehingga
pe-mahaman siswa terhadap materi kesetimbangan kimia akan lebih mendalam dan
siswa dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pemikiran tersebut, pembelajaran problem solving akan efektif dalam
meningkat-kan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7
Bandar Lampung.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep
materi kesetimbangan kimia siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung
tahun pelajaran 2011/2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin
sehingga dapat diabaikan.
2. Perbedaan penguasaan konsep kesetimbangan kimia pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses
G. Hipotesis Umum
Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum
dengan perumusan sebagai berikut:
Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan penguasaan
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 158 siswa dan tersebar
dalam empat kelas, yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 dan XI IPA 4.
2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
pertimbang-an tertentu ypertimbang-ang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkpertimbang-an ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh satu kelas
sebagai kelompok eksperimen yang menerapkan pembelajaran problem solving,
sedangkan kelas berikutnya adalah kelompok kontrol yang menggunakan
pembe-lajaran konvensional. Berdasarkan teknik tersebut maka diperoleh kelas XI IPA4
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil
tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest).
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Di dalam penelitian
ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.
Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut
postest. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:
a. Pelaksanaan pretest untuk mengukur penguasaan konsep awal siswa. Soal
pre-test terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 essay.
b. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan
dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.
c. Pelaksanaan postest untuk melihat perbedaan penguasaan konsep antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Soal postest terdiri dari 20 soal pilihan
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti
ditunjukkan pada alur berikut:
Gambar 1. Alur Penelitian
2. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Pretest-Postest Control Group Design
(Sugiyono, 2002) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu
urutan kegiatan penelitian yaitu:
Tabel 1. Desain penelitian
O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah postest
yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan berupa penerapan
pembelajaran problem solving. – adalah perlakuan berupa pembelajaran
konvensional. Soal pada pretest dan posttest berbeda.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran problem solving dan pembelajaran
konvensional. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep kesetimbangan
kimia dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen
Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a. LKS Kimia yang berbasis problem solving dan LKS kimia yang biasa digunakan
pada materi pokok kesetimbangan kimia.
b. Soal pretes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay dan posttes terdiri
dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay.
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan
standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara
judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah
kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).
Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini
pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan
penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara
unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap
valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang
bersangkutan.
Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai,
maka diminta seorang ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu
Dr. Ratu Beta R, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Observasi pendahuluan
a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 7 Bandar lampung untuk
melaksanakan penelitian.
c. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai
kimia Tahun Pelajaran 2011-2012 yang cukup rendah.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
instrumen tes.
b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran.
1) Memberikan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
3) Membimbing siswa menemukan konsep kimia yang akan dicapai dengan
menggunakan media LKS berbasis strategi problem solving pada kelas
eksperimen dan mejelaskan konsep kimia yang akan dicapai pada kelas kontrol.
4) Membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
5) Memberikan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
3. Tabulasi dan analisis data
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di
Gambar 2. Bagan Prosedur Pelaksanaan Penelitian
G. Analisis Data
1. Hipotesis statistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi
pembelajaran menggunakan strategi problem solving lebih rendah atau
sama dengan rata-rata gain penguasaan konsep yang diberi pembelajaran
konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
H0 : µ1x≤ µ2x
H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi
pembelajaran menggunakan strategi problem solving lebih tinggi daripada
yang diberi pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar
Lampung.
Keterangan :
µ1 : Rata-rata n-Gain (x) dengan pembelajaran problem solving.
µ2 : Rata-rata n-Gain (x) dengan pembelajaran konvensional.
x : Penguasan konsep kesetimbangan kimia
2. Teknik analisis data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:
Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis
menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians.
a. Gain ternormalisasi
Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil pretest
dan posttest, dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan penguasaan konsep
kesetimbangan kimia siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer
besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi ( normalized gain),
yaitu :
Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya
b. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam
mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan
statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas data sampel
yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji
normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:
a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan
rumus: Z=
dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel
f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan
tabel.
g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)
= Chi–kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat de-ngan taraf
signifikan 5%
i) Menarik kesimpulan, jika maka databerdistribusi normal
atau terima H0
c. Uji homogenitas dua varians
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian
homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua
sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam
uji homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 = 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)
H1 = 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)
Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2002)
digunakan rumus sebagai berikut:
Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka Fhitung
dikon-sultasikan dengan Ftabel. Menggunakan α = 5 % dengan dk pembilang = banyaknya
data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil
diku-rangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok
d. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa pengaruh
per-lakuan terhadap sampel dengan melihat gain ternormalisasi penguasaan konsep
kesetimbangan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran problem solving dengan
pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
Rumusan hipotesis
H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi
pembelajaran problem solving lebih rendah dibandingkan dengan yang
diberi pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 7 Bandar
Lampung.
H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep konsep kesetimbangan kimia yang
diberi pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan
yang diberi pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 7 Bandar
Lampung.
Oleh karena data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian
menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2002):
2
thitung = Kesamaan dua rata-rata
1
X = Gain rata-rata kelas eksperimen
2
s = Standar Deviasi
s2 = Varians
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
2 1
s = varians kelas eksperimen
2 2
s = varians kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika –ttabel < thitung < ttabeldengan derajat
ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untukharga t lainnya. Dengan menentukan
taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
R1 = peringkat (rank) kelas eksperimen
R2 = peringkat (rank) kelas kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika –Utabel < Uhitung < Utabeldengan derajat
ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untukharga t lainnya. Dengan menentukan
taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).
Kriteria pengujian hipotesis nol untuk uji-t adalah sebagi berikut:
Terima H0 jika thitung < ttabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam penelitian
ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan penguasaan
konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
2. Pembelajaran problem solving pada materi kesetimbangan kimia efektif dalam
me-ningkatkan penguasaan konsep siswa, karena setiap tahap pembelajarannya dapat
melatih siswa menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis sehingga
mampu mengkombinasikan konsep-konsep yang telah didapat sebelumnya dalam
memecahkan suatu masalah yang lebih sulit.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1. Pembelajaran problem solving hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia,
terutama pada materi kesetimbangan kimia karena terbukti efektif dalam
2. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan efektif, hendaknya guru
menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki
kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
3. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan maksimal, hendaknya guru
mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang
akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Jurnal. Tanggal akses 28 Juni 2011. http://www.docstoc.com/docs/ 68059517/normalitas-homogenitasuji-t-validitas-reliabilitasgain
Anonim. 2007. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Depdiknas. Jakarta.
Arikunto, S. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.
Arikunto,S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.
Bell, M.B.G. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
BouJaoude, S dan Barakat, H. 2003. Students' Problem Solving Strategies in Stoichiometry and their Relationships to Conceptual Understanding and Learning Approaches.
American University. Beirut.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Djsastra, Y.D. 1985. Metode-Metode Mengajar 2. Bina Aksara. Bandung.
Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Nessinta, Nina. 2009. Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Asam Basa. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Nickerson, R, et al. 1985. Teaching of Thinking. New Jersey : Lewrence : Erlboun Association.
Panen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Polya, G. 1973. How to Solve it. Princeton, New Jersey. Princeton Univercity Press.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Group. Jakarta.
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Septiekosari. 2009. Skripsi. Universitas Muhamadiyah surakarta. Tanggal akses: 12 Maret 2011. http://etd.eprints.ums.ac.id/4826/.
Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN
KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG
Oleh Eti Nurmayanti
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
problem solving dalam meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Penelitian ini
menggu-nakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Pretest-Postest Control
Group Design. Besarnya peningkatan penguasaan konsep dalam pembelajaran ini
diukur berdasarkan rumus gain ternormalisasi (n-Gain) yang dikemukakan oleh
Meltzer. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata n-Gain penguasaan konsep
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, masing-masing sebesar 0,20 dan 0,35.
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t dapat disimpulkan bah-wa rata-rata
peningkatan penguasaan konsep kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan
pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan kelas dengan
Kata kunci : Pembelajaran problem solving, pembelajaran konvensional,
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Penelitian ... 20
2. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian ... 24
3. Rata-rata perolehan nilai pretes dan postes penguasaan konsep siswa
di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 32
4. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep di kelas kontrol dan kelas
DAFTAR ISI
A. Teori Belajar Perkembangan Kognitif Jean Piaget ... 7
B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9
C. Problem Solving ... 10
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18
B. Jenis dan Sumber Data ... 19
C. Metode dan Desain Penelitian ... 19
D. Variabel Penelitian ... 21
E. Instrumen Penelitian ... 21
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
16.Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan ... 269
17.Surat Keterangan Izin Penelitian ... 270
18.Daftar Hadir Seminar Proposal ... 271
19.Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Pendahuluan ... 272
20.Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 273
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Desain Penelitian ... 20
2. Perolehan nilai pretes, postes dan n-Gain penguasaan konsep di kelas
MOTTO
“Ketulusan hati mengatakan kepadaku tentang kebenaran dan
kejujuran mengatakan kebenaran kepada orang lain”.
(Spancer Johnson)
“Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat,
sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang
adalah kenyataan yang sedang terjadi”
(Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)
Kesuksesan terbesar bukanlah saat kita mengerti apa yang orang lain tak mengerti, menang saat orang lain kalah
Tetapi, kesuksesan terbesar adalah saat kita mampu memberi apa yang orang lain tak miliki .
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAM PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN
KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG
Oleh
ETI NURMAYANTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa : Eti Nurmayanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023017 Program Studi :Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ratu Betta Rudhibyani, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.
NIP 19570201 198103 2 001 NIP 19660824 199111 2 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ratu Betta Rudhibyani, M.Si. ____________
Sekretaris: : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. _____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eti Nurmayanti
NPM : 0743023017
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di
ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati
kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:
Teristimewa untuk Ibundaku (alm), doaku
Semoga segala amal ibadah ibu selama masih hidup Diterima Allah S.W.T dan diberi tempat
Yang mulia di sisi-NYA
dan ayahandaku tercinta... Terimakasih atas doa,
kasih sayang, materi dan harapan yang telah ayah berikan . Jerih payah dan kerja keras Ibu dan ayah
tidak akan terlupakan
dan semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.
kakakku lisma dan adikku eza tersayang,...
Terima kasih atas keceriaan dan semangat yang telah kalian berikan.
Untuk seseorang yang menjadi motivatorku,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Punggur pada tanggal 05 November 1989, anak kedua dari
tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muksan dan Ibu Welas Asih (Alm).
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi yang diselesaikan pada
tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 01 Totokaton yang diselesaikan
pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 1 Punggur yang
diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 1 Punggur yang
diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas
Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA
Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur non SPMB.
Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi asisten pada praktikum Kimia
Dasar 1, dan Kimia Larutan. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja
Lapangan ke Jakarta-Jogja-Bandung pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA YP Unila Bandar Lampung.
Selain itu, penulis juga pernah mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirraahiem
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridha-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model
Pembelajaran Problem solving dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep
Kesetimbanngan Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis
ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat
memban-tu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis
mengu-capkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP universitas Lampung.
2. Bapak Dr.Caswita, M.Si., sebagai Ketua Jurusan PMIPA.
3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia.
4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudhibyani M.Si., sebagai pembimbing I dan Pembimbing
Akademik yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., sebagai Pembimbing II atas segala
keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun
7. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, kakak-adikku (Lisma dan Eza
tersayang), dan Uwo, yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat
hidupku. Terima kasih untuk segala doa serta dukungan kalian untuk harapan
dan keberhasilanku.
8. Untuk seseorang yang selama 3 tahun telah senantiasa setia menemani keluh
kesahku, terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan dan dorongan semangat
yang tak pernah lelah kau berikan setiap waktu.
9. Cinta-cintaku : Yanti, Nita, Esti, Dian, Pepin, serta Cule, Made dan Rosa atas
arti persahabatan dan perhatian yang telah terjalin semenjak kita berada di
P. Kimia semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin.
10.Teman-temanku di P. Kimia’07 : Berti, Nina, Kiki, Rere, Wayan, Rosita, Eliska, Iis, Pazar, Ralek, Dian, Adis, dan semua angkatan ’07 yang tidak dapat
disebut satu persatu, atas persaudaraan dan kebersamaannya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, April 2012