• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat

kompleks dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

di era global. Upaya yang paling tepat untuk menyiapkan dan membangun SDM

yang berkualitas adalah perbaikan di bidang pendidikan. Untuk mencapai tujuan

tersebut pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan mutu pendidikan pada

berbagai jenis dan jenjang pendidikan dengan meningkatkan kualitas

pembelajar-an di sekolah.

Salah satu upaya tersebut adalah dengan diberlakukannya kurikulum tingkat

satu-an pendidiksatu-an (KTSP) ysatu-ang menuntut perubahsatu-an paradigma dalam pendidiksatu-an

dan pembelajaran. Peru-bahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi

pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi

berpusat pada siswa (student centered), kemudian metodologi yang semula

dido-minasi ekspositori berganti ke partisipatori dan pendekatan yang lebih banyak

ber-sifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut

dimaksud-kan untuk memperbaiki mutu pendididimaksud-kan, baik dari segi proses maupun hasil

(2)

KTSP juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya

mempelajari tentang konsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasi dalam kehidupan

sehari-hari. Begitu pula ilmu kimia yang merupakan cabang dari IPA yang lahir

dari pengalaman para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan

“apa” dan “mengapa” tentang sifat dan materi yang ada di alam melalui s

erang-kaian proses menggunakan sikap ilmah dan masing-masing akan meng-hasilkan

fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan

dengan logika matematika. Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata (visible),

artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat

abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta

konkrit-nya (Depdiknas, 2003). Dalam pembelajarankonkrit-nya juga harus memperhatikan

karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk itu guru harus

bijak-sana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi

dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung

sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi dalam pelajaran kimia yang

dalam proses pembelajarannya siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena

kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-hari dan diajak untuk melakukan

praktikum sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung mengenai materi

kesetimbangan kimia. Namun fakta yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa

pembelajaran kimia khususnya pada materi kesetimbangan kimia cenderung text

book, dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran,

aktivitas siswa lebih banyak pada kegiatan mendengarkan penjelasan guru dan

(3)

student centered. Kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang

memperhati-kan kemampuan berpikir siswa dan lebih sering menggunamemperhati-kan metode ceramah

dalam menyampaikan materi. Hal inilah yang mengakibatkan pola belajar siswa

cenderung menghafal, serta kemampuan berpikir dan daya analisis siswa kurang

berkembang.

Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran maupun media pendukung

yang menarik untuk membantu menjelaskan konsep kesetimbangan kimia agar

siswa dapat lebih menguasai serta mampu mengaplikasikan konsep tersebut.

Model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran kimia adalah model

pem-belajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena

tidak semua tujuan dapat tercapai hanya dengan satu model tertentu.

Mustaji & Sugiarso (2005) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivisme

meru-pakan suatu pendekatan yang memberi peluang terjadinya proses aktif siswa

mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, memanfaatkan sumber

belajar secara beragam, dan memberi peluang siswa untuk berkolaborasi dengan

yang lain. Problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang

berlandaskan pandangan konstruktivisme yang dapat merangsang kemampuan

berpikir siswa serta menuntut siswa berperan aktif dalam proses pemecahan

masalah dan melatih siswa untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan

sitematis. Model pembelajaran problem solving terdiri dari lima tahapan yaitu

adanya masa-lah yang jelas untuk dipecahkan, mencari data atau keterangan,

menetapkan jawaban sementara, menarik kesimpulan. Pada tahap yang pertama,

(4)

siswa diharapkan aktif dalam mencari informasi yang terkait dengan masalah

yang ada sehingga siswa dapat memahami masalah tersebut. Tahap yang

selanjutnya yaitu menetapkan jawaban sementara atau hipotesis, dalam tahap ini

siswa diharapkan mampu menghubungkan masalah yang ada dengan pengetahuan

yang telah didapat sebelumnya. Kemudian tahap pengujian hipotesis, pada tahap

ini siswa bersama dengan kelompok diskusinya melakukan percobaan, dan

menganalisis data hasil pengamatan serta mencari informasi dari berbagai sumber

yang terkait dengan masalah yang dihadapi sehingga siswa secara langsung

terlibat dalam pemecahan masalah. Tahap yang terakhir yaitu menarik

kesimpulan, dimana siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan ide atau

gagasan setiap kelompok berdasarkan hasil diskusi. Setelah menarik kesimpulan

diharapkan siswa mampu menguasai konsep atau teori yang telah mereka

dapat-kan dengan baik, serta mampu mengaplikasidapat-kannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Boujaode dan Barakat

(2003), yang berjudul “ Students’ Problem Solving Strategies in Stoichiometry

and their Relationship to Conceptual Understanding and Learning Approaches

dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang menunjukkan

adanya hubungan yang positif antara strategi problem solving dengan penguasaan

konsep stokiometri pada siswa SMA.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, untuk mendeskripsikan

peningkat-an penguasapeningkat-an konsep melalui penerappeningkat-an model pembelajarpeningkat-an problem solving,

(5)

Problem solving dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Kesetimbangan Kimia

Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem solving dalam

meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA

Negeri 7 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

Efektivitas model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan

penguasa-an konsep kesetimbpenguasa-angpenguasa-an kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bpenguasa-andar

Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa

dan guru khususnya SMA Negeri 7 Bandar Lampung yaitu :

1. Guru mata pelajaran kimia

Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model

pembe-lajaran dan media pembepembe-lajaran yang sesuai dengan materi pembepembe-lajaran

kimia, terutama pada materi pokok kesetimbangan kimia.

(6)

2. Siswa

Siswa dapat menggunakan pola pikir yang sistematis dan terstruktur, serta

memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan/gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan

penelitian model pembelajaran problem solving dengan ruang lingkup yang

lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, maka

ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester ganjil yang

berjumlah empat kelas di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, Tahun Pelajaran

2011-2012.

2. Efektivitas pembelajaran pada penelitian ini ditinjau dari nilai rata-rata

n-Gain pada kedua kelas sampel. Model pembelajaran dikatakan efektif

meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan

pemahaman setelah pembelajaran.

3. Problem solving adalah proses mental dan intelektual dalam menemukan

masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat

sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994).

4. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah nilai siswa pada materi pokok

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Jean Piaget

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar

tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi

terus-menerus sepanjang hayatnya. Teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah

hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses

memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yg sudah ada(asimilasi)

dan menyesuaikan diri dengan infomasi yg baru (akomodasi).

Menurut Jean Piaget dalam Bell (1994), belajar adalah:

Interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan. Artinya, pengetahuan itu suatu proses, bukannya suatu “barang”. Karena itu untuk memahami pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Dalam proses pembelajaran Jean Piaget dalam Bell (1994), menyarankan:

(8)

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar

tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi

terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognitif merupakan pusat penggerak berbagai

kegiatan kita, seperti mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, mengana-

lisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.

Vygotsky berpendapat seperti piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan

sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky

berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis

menentukan fungus-fungsi elementer memori, atensi, persepsi dan

stimulus-respon, faktor social sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental

lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan

keputusan. Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari

pembelajaran. Menurut Vigotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika

anak bekerja atau menangani tugas yang belum dipelajari, namun

tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of

proximal development,yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah

perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang

lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan kerja sama antar-individu

sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.

Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah scaffolding yakni pemberian bantuan

kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan

(9)

tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya.

Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan

tugas-tugas kompleks, sulit dan realistiks dan kemudian diberikan bantuan

secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa

diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang

pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk

menyelesaikan tugas kompleks tersebut. (Nur & Wikandari. 2000)

B. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang

menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri.

Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan

Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua

pengeta-huan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil

kemung-kinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar

siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan inter-aksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan

membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaan-nya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan

mengkonstruksi pengeta-huannya.

(10)

tukan pengetahuannya.

Menurut Trianto (2007):

Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer pe-ngetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pepe-ngetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan ke-pada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru ber-maksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

(1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar;

(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;

(6) guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran konstruktivisme adalah

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai

penghubung yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan

suatu masalah dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran

yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.

C. Problem Solving

Salah satu pembelajaran kontruktivisme adalah pembelajaran problem solving.

Pembelajaran problem solving adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar

untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh

karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah

(11)

yang dilaksanakan dengan cara siswa mencari kebenaran pengetahuan dan

informasi tentang konsep, hukum, prinsip, kaidah, dan sejenisnya, mengadakan

percobaan, bertanya secara tepat serta mencari jawaban masalah berdasarkan

pemahaman konsep, prinsip dan kaidah yang telah dipelajari.

Hamalik (1994) mengemukakan bahwa problem solving adalah proses mental dan

intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan

informasi yang akurat sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.

Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identification untuk

ketahap syntesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga

mencapai tahap aplikasi selanjutnya comprehension untuk mendapatkan solution

dalam penyelesaian masalah tersebut.

Pemecahan masalah didefinisikan oleh G. Polya (1973) sebagai usaha mencari

jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan secara cepat

dicapai. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas

intelektual yang tinggi. Jenis belajar ini merupakan suatu prosespsikologis yang

melibatkan tidak hanya sekedar aplikasi dalil-dalil atau hukum-hukum atau

teorema-teorema yang dipelajari, melainkan juga harus didasarkan atas struktur

kognitif siswa agar masalah yang bermakna dapat dipecahkan.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat,

sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan

masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari,

(12)

teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut

kemam-puan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu. (Hidayati, 2006)

Langkah-langkah problem solving menurut Depdiknas (2008) dalam Nessinta

(2010) sebagai berikut :

a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode –metode seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Nasution (2006) menyatakan, :

“memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang telah kita kenal menurut kom-binasi yang berlainan. Dalam memecahkan masalah sering harus dilalui berbagai langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan dalam segala langkah perlu ia berpikir”.

Menurut Nasution (2006) mempelajari aturan perlu terutama untuk memecahkan

masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan yang wajar dari belajar

atur-an. Dalam pemecahan masalah prosesnya terletak dalam diri siswa. Variabel

dari luar hanya berupa instruksi verbal yang membantu atau membimbing siswa

untuk memecahkan masalah itu. Namun memecahkan masalah tidak sekedar

(13)

pelajaran baru. Newell dan Simon (Docktor, 2006) menyatakan bahwa setiap

orang dihadapkan dengan masalah. Saat dia ingin mengetahui sesuatu dan tidak

mengetahui dengan segera bagaimana urutan tindakan yang harus dia ambil, maka

pada saat itulah orang tersebut memiliki masalah.

Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks

daripada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berpikir

yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi,

menganalisis, mengklasifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramalkan, menarik

kesimpulan, dan membuat generalisasi berdasrkan informasi yang dikumpulkan

dan diolah. Untuk memecahkan masalah kita harus melokasi informasi,

menampilkannya dari ingatan lalu memprosesnya dengan maksud untuk mencari

hubungan, pola, atau pilihan baru. Ada pula proses pemecahan masalah yang

dikemukakan oleh Karl Albrecht yang terdiri dari enam langkah yang dapat

digolongkan dalam dua fase utama yang disebutkannya (1) fase perluasan atau

ekspansi yang pada pokoknya bersifat divergen dan (2) fase penyelesaian yang

bersifat konvergen.

1. Kelebihan model pembelajaran problem solving

a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa

(14)

2. Kekurangan model pembelajaran problem solving

a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain

c. mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

D. Penguasaan Konsep

Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil

ber-pikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak

pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu

apli-kasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik

se-hingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung

kon-sep tersebut. Jika belajar tanpa konkon-sep, proses belajar mengajar tidak akan

ber-hasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan

lebih maksimal.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu

proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau

mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini

(15)

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat

dipenga-ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru

dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus

dilaku-kan siswa sebagai usaha untuk meningkatdilaku-kan penguasaan materi. Penguasaan

terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak meakukan belajar

karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar

materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah

terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang,

semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapinya.

E. Kerangka Pemikiran

Salah satu model pembelajaran sesuai untuk pembelajaran kimia adalah strategi

problem solving. Problem solving merupakan pembelajaran yang menuntut

siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok.

Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan

masalah yang diberikan oleh guru. Problem solving memiliki ciri-ciri seperti

pembelajaran dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah

yang diberikan memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok

kecil aktif mengidentifikasi yang ada, mempelajari dan mencari sendiri materi

yang terkait dan kemudian mencari solusi dari masalah tersebut, sedangkan guru

(16)

Materi kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang

berkaitan langsung dengan pengetahuan alam yang sering dijumpai di lingkungan

sekitar. Materi ini merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang

peris-tiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran problem

solving, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mereka temui

dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan kesetimbangan kimia dan

juga menuntun siswa untuk menemukan konsep secara sistematis, sehingga

pe-mahaman siswa terhadap materi kesetimbangan kimia akan lebih mendalam dan

siswa dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

pemikiran tersebut, pembelajaran problem solving akan efektif dalam

meningkat-kan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7

Bandar Lampung.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep

materi kesetimbangan kimia siswa kelas XI SMA Negeri 7 Bandar Lampung

tahun pelajaran 2011/2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin

sehingga dapat diabaikan.

2. Perbedaan penguasaan konsep kesetimbangan kimia pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses

(17)

G. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum

dengan perumusan sebagai berikut:

Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan penguasaan

(18)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 158 siswa dan tersebar

dalam empat kelas, yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3 dan XI IPA 4.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu

pertimbang-an tertentu ypertimbang-ang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkpertimbang-an ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh satu kelas

sebagai kelompok eksperimen yang menerapkan pembelajaran problem solving,

sedangkan kelas berikutnya adalah kelompok kontrol yang menggunakan

pembe-lajaran konvensional. Berdasarkan teknik tersebut maka diperoleh kelas XI IPA4

(19)

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat

kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil

tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest).

Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Di dalam penelitian

ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.

Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut

postest. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:

a. Pelaksanaan pretest untuk mengukur penguasaan konsep awal siswa. Soal

pre-test terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 essay.

b. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan

dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.

c. Pelaksanaan postest untuk melihat perbedaan penguasaan konsep antara kelas

eksperimen dengan kelas kontrol. Soal postest terdiri dari 20 soal pilihan

(20)

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti

ditunjukkan pada alur berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian

2. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Pretest-Postest Control Group Design

(Sugiyono, 2002) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu

urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 1. Desain penelitian

(21)

O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah postest

yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan berupa penerapan

pembelajaran problem solving. – adalah perlakuan berupa pembelajaran

konvensional. Soal pada pretest dan posttest berbeda.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

Sebagai variabel bebas adalah pembelajaran problem solving dan pembelajaran

konvensional. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep kesetimbangan

kimia dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :

a. LKS Kimia yang berbasis problem solving dan LKS kimia yang biasa digunakan

pada materi pokok kesetimbangan kimia.

b. Soal pretes terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay dan posttes terdiri

dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan

standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

(22)

pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara

judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah

kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).

Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini

pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan

penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara

unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap

valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang

bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai,

maka diminta seorang ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu

Dr. Ratu Beta R, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

1. Observasi pendahuluan

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 7 Bandar lampung untuk

melaksanakan penelitian.

c. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai

kimia Tahun Pelajaran 2011-2012 yang cukup rendah.

(23)

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

instrumen tes.

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran.

1) Memberikan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

2) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.

3) Membimbing siswa menemukan konsep kimia yang akan dicapai dengan

menggunakan media LKS berbasis strategi problem solving pada kelas

eksperimen dan mejelaskan konsep kimia yang akan dicapai pada kelas kontrol.

4) Membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

5) Memberikan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

3. Tabulasi dan analisis data

(24)

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan di

Gambar 2. Bagan Prosedur Pelaksanaan Penelitian

G. Analisis Data

1. Hipotesis statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis

dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi

pembelajaran menggunakan strategi problem solving lebih rendah atau

sama dengan rata-rata gain penguasaan konsep yang diberi pembelajaran

konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

H0 : µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi

pembelajaran menggunakan strategi problem solving lebih tinggi daripada

yang diberi pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar

Lampung.

(25)

Keterangan :

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) dengan pembelajaran problem solving.

µ2 : Rata-rata n-Gain (x) dengan pembelajaran konvensional.

x : Penguasan konsep kesetimbangan kimia

2. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti

yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,

tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretest dan postest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis

menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians.

a. Gain ternormalisasi

Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil pretest

dan posttest, dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan penguasaan konsep

kesetimbangan kimia siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer

besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi ( normalized gain),

yaitu :

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya

(26)

b. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam

mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan

statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas data sampel

yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji

normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:

a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan

rumus: Z=

dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel

f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan

tabel.

g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)

(27)

= Chi–kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat de-ngan taraf

signifikan 5%

i) Menarik kesimpulan, jika maka databerdistribusi normal

atau terima H0

c. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian

homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam

pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua

sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam

uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 = 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)

H1 = 12 22 (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2002)

digunakan rumus sebagai berikut:

Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka Fhitung

dikon-sultasikan dengan Ftabel. Menggunakan α = 5 % dengan dk pembilang = banyaknya

data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut = banyaknya data yang terkecil

diku-rangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok

(28)

d. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa pengaruh

per-lakuan terhadap sampel dengan melihat gain ternormalisasi penguasaan konsep

kesetimbangan kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran problem solving dengan

pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

Rumusan hipotesis

H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diberi

pembelajaran problem solving lebih rendah dibandingkan dengan yang

diberi pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 7 Bandar

Lampung.

H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep konsep kesetimbangan kimia yang

diberi pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan

yang diberi pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 7 Bandar

Lampung.

Oleh karena data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian

menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2002):

2

thitung = Kesamaan dua rata-rata

1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen

2

(29)

s = Standar Deviasi

s2 = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = varians kelas eksperimen

2 2

s = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika –ttabel < thitung < ttabeldengan derajat

ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untukharga t lainnya. Dengan menentukan

taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

R1 = peringkat (rank) kelas eksperimen

R2 = peringkat (rank) kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika –Utabel < Uhitung < Utabeldengan derajat

ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0 untukharga t lainnya. Dengan menentukan

taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).

Kriteria pengujian hipotesis nol untuk uji-t adalah sebagi berikut:

Terima H0 jika thitung < ttabeldengan derajat ke-bebasan d(k) = n1 + n2– 2 dan tolak H0

(30)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan dalam penelitian

ini, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran problem solving efektif dalam meningkatkan penguasaan

konsep kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

2. Pembelajaran problem solving pada materi kesetimbangan kimia efektif dalam

me-ningkatkan penguasaan konsep siswa, karena setiap tahap pembelajarannya dapat

melatih siswa menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis sehingga

mampu mengkombinasikan konsep-konsep yang telah didapat sebelumnya dalam

memecahkan suatu masalah yang lebih sulit.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pembelajaran problem solving hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia,

terutama pada materi kesetimbangan kimia karena terbukti efektif dalam

(31)

2. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan efektif, hendaknya guru

menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki

kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

3. Agar penerapan pembelajaran problem solving berjalan maksimal, hendaknya guru

mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang

akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam proses

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Jurnal. Tanggal akses 28 Juni 2011. http://www.docstoc.com/docs/ 68059517/normalitas-homogenitasuji-t-validitas-reliabilitasgain

Anonim. 2007. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Depdiknas. Jakarta.

Arikunto, S. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto,S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Bell, M.B.G. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

BouJaoude, S dan Barakat, H. 2003. Students' Problem Solving Strategies in Stoichiometry and their Relationships to Conceptual Understanding and Learning Approaches.

American University. Beirut.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djsastra, Y.D. 1985. Metode-Metode Mengajar 2. Bina Aksara. Bandung.

Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nessinta, Nina. 2009. Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Asam Basa. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Nickerson, R, et al. 1985. Teaching of Thinking. New Jersey : Lewrence : Erlboun Association.

Panen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Polya, G. 1973. How to Solve it. Princeton, New Jersey. Princeton Univercity Press.

(33)

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Group. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Septiekosari. 2009. Skripsi. Universitas Muhamadiyah surakarta. Tanggal akses: 12 Maret 2011. http://etd.eprints.ums.ac.id/4826/.

Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

(34)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN

KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG

Oleh Eti Nurmayanti

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran

problem solving dalam meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung. Pengambilan sampel pada

penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Penelitian ini

menggu-nakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Pretest-Postest Control

Group Design. Besarnya peningkatan penguasaan konsep dalam pembelajaran ini

diukur berdasarkan rumus gain ternormalisasi (n-Gain) yang dikemukakan oleh

Meltzer. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata n-Gain penguasaan konsep

pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, masing-masing sebesar 0,20 dan 0,35.

Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t dapat disimpulkan bah-wa rata-rata

peningkatan penguasaan konsep kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan

pembelajaran problem solving lebih tinggi dibandingkan kelas dengan

(35)

Kata kunci : Pembelajaran problem solving, pembelajaran konvensional,

(36)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian ... 20

2. Bagan prosedur pelaksanaan penelitian ... 24

3. Rata-rata perolehan nilai pretes dan postes penguasaan konsep siswa

di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 32

4. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep di kelas kontrol dan kelas

(37)

DAFTAR ISI

A. Teori Belajar Perkembangan Kognitif Jean Piaget ... 7

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

C. Problem Solving ... 10

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

B. Jenis dan Sumber Data ... 19

C. Metode dan Desain Penelitian ... 19

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 21

(38)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

16.Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan ... 269

17.Surat Keterangan Izin Penelitian ... 270

18.Daftar Hadir Seminar Proposal ... 271

19.Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Pendahuluan ... 272

20.Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 273

(39)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Desain Penelitian ... 20

2. Perolehan nilai pretes, postes dan n-Gain penguasaan konsep di kelas

(40)

MOTTO

“Ketulusan hati mengatakan kepadaku tentang kebenaran dan

kejujuran mengatakan kebenaran kepada orang lain”.

(Spancer Johnson)

“Sesungguhnya kemarin adalah impian yang telah lewat,

sementara esok adalah cita-cita yang indah dan sekarang

adalah kenyataan yang sedang terjadi”

(Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni)

Kesuksesan terbesar bukanlah saat kita mengerti apa yang orang lain tak mengerti, menang saat orang lain kalah

Tetapi, kesuksesan terbesar adalah saat kita mampu memberi apa yang orang lain tak miliki .

(41)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAM PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN

KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG

Oleh

ETI NURMAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(42)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa : Eti Nurmayanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023017 Program Studi :Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ratu Betta Rudhibyani, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.

NIP 19570201 198103 2 001 NIP 19660824 199111 2 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(43)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ratu Betta Rudhibyani, M.Si. ____________

Sekretaris: : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(44)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eti Nurmayanti

NPM : 0743023017

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di

ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,

(45)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk Ibundaku (alm), doaku

Semoga segala amal ibadah ibu selama masih hidup Diterima Allah S.W.T dan diberi tempat

Yang mulia di sisi-NYA

dan ayahandaku tercinta... Terimakasih atas doa,

kasih sayang, materi dan harapan yang telah ayah berikan . Jerih payah dan kerja keras Ibu dan ayah

tidak akan terlupakan

dan semoga Allah SWT berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.

kakakku lisma dan adikku eza tersayang,...

Terima kasih atas keceriaan dan semangat yang telah kalian berikan.

Untuk seseorang yang menjadi motivatorku,

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Punggur pada tanggal 05 November 1989, anak kedua dari

tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Muksan dan Ibu Welas Asih (Alm).

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi yang diselesaikan pada

tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 01 Totokaton yang diselesaikan

pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 1 Punggur yang

diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 1 Punggur yang

diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas

Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA

Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur non SPMB.

Dalam bidang akademik, penulis pernah menjadi asisten pada praktikum Kimia

Dasar 1, dan Kimia Larutan. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja

Lapangan ke Jakarta-Jogja-Bandung pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA YP Unila Bandar Lampung.

Selain itu, penulis juga pernah mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan

(47)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirraahiem

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridha-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model

Pembelajaran Problem solving dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep

Kesetimbanngan Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis

ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat

memban-tu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

mengu-capkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP universitas Lampung.

2. Bapak Dr.Caswita, M.Si., sebagai Ketua Jurusan PMIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudhibyani M.Si., sebagai pembimbing I dan Pembimbing

Akademik yang telah memberikan masukan, semangat, bimbingan dan

membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., sebagai Pembimbing II atas segala

keikhlasan dan kesabarannya untuk membantu penulis dalam menyusun

(48)

7. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, kakak-adikku (Lisma dan Eza

tersayang), dan Uwo, yang sudah menjadi sumber inspirasi dan semangat

hidupku. Terima kasih untuk segala doa serta dukungan kalian untuk harapan

dan keberhasilanku.

8. Untuk seseorang yang selama 3 tahun telah senantiasa setia menemani keluh

kesahku, terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan dan dorongan semangat

yang tak pernah lelah kau berikan setiap waktu.

9. Cinta-cintaku : Yanti, Nita, Esti, Dian, Pepin, serta Cule, Made dan Rosa atas

arti persahabatan dan perhatian yang telah terjalin semenjak kita berada di

P. Kimia semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin.

10.Teman-temanku di P. Kimia’07 : Berti, Nina, Kiki, Rere, Wayan, Rosita, Eliska, Iis, Pazar, Ralek, Dian, Adis, dan semua angkatan ’07 yang tidak dapat

disebut satu persatu, atas persaudaraan dan kebersamaannya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta

berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, April 2012

Gambar

Tabel 1.   Desain penelitian
Gambar 2.  Bagan Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi kuasi Eksperimen Kelas XI IPA SMA Negeri 07.. Bandar Lampung Tahun

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran siklus belajar PDEODE yang efektif dalam penguasaan konsep pada

Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Untuk Meningkatkan Keterampilan Inferensi Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Reaksi Redoks.

proses sains siswa, (2) Peningkatan penguasaan konsep laju reaksi siswa, (3) Peningkatan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar kimia pada materi pokok laju

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Buku Petunjuk Eksperimen Berbasis Pedagogical Chemistry Knowledge (PChK) dalam Representasi Konsep Kesetimbangan Kimia

skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ) terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia”.. Shalawat serta

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan penguasaan konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik non eksperimen pada materi kesetimbangan kimia kelas XI IPA SMA N 8 Muaro Jambi yang layak menurut