• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya dan Konsentrasi Gula terhadap Mutu Permen(Hard Candy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya dan Konsentrasi Gula terhadap Mutu Permen(Hard Candy)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBANDINGAN SARI BUAH MARKISA

DENGAN PEPAYA DAN KONSENTRASI GULA

TERHADAP MUTU PERMEN (

Hard Candy

)

SKRIPSI

Oleh: TRY WAHYUNI

090305010/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PERBANDINGAN SARI BUAH MARKISA

DENGAN PEPAYA DAN KONSENTRASI GULA

TERHADAP MUTU PERMEN (

Hard Candy

)

SKRIPSI

Oleh: TRY WAHYUNI

090305010/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya dan Konsentrasi Gula terhadap Mutu Permen (Hard Candy)

Nama : Try Wahyuni

NIM : 090305010

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Tanggal Lulus : 10 Januari 2014 Linda Masniary Lubis, STP. M.Si

Ketua

Ir. Sentosa Ginting, MP Anggota

Mengetahui:

(4)

ABSTRAK

TRY WAHYUNI : Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya dan Konsentrasi Gula Terhadap Mutu Permen (Hard Candy), dibimbing oleh Linda Masniary Lubis dan Sentosa Ginting.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap mutu permen (hard candy). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yakni perbandingan sari buah markisa dengan pepaya (T) : (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) dan konsentrasi gula (M) : (40%, 50%, 60%, 70%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut,uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur).

Perbandingan sari buah markisa dengan pepaya memberi pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air, berbeda sangat nyata terhadap kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur). Konsentrasi gula memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur). Interaksi perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula memberi pengaruh berbeda tidak nyata tehadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur) dan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Perbandingan

sari buah markisa dengan pepaya 80% : 20% dan konsentrasi gula 40% memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu permen (hard candy).

Kata kunci : Permen, perbandingan sari buah markisa dengan pepaya, konsentrasi gula.

ABSTRACT

TRY WAHYUNI : The effect of passion fruit ratio with papaya and sugar concentration to quality of hard candy, supervised by Linda Masniary Lubis and Sentosa Ginting.

The purpose of this study was to determine the effect of passion fruit ratio with papaya and sugar concentration of the quality of hard candy. Method of this study was randomized complete design with two factors, ratio of passion fruit and papaya (T) (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) and sugar concentration (M) (40%, 50%, 60%, 70%). The analyzed parameters include moisture content, ash content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture).

The ratio of passion fruit and papaya gave a significant different effect on moisture content and gave significant different effect on ash content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture). The sugar concentration gave a significant different effect on moisture content, ash content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture). The interaction of the passion fruit ratio with papaya and sugar concentration had no significant different effect on moisture content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture) but gave a significant different effect on ash content. The best composition which gave the best effect on hard candy is 80% : 20% of passion fruit ratio with papaya and 40% of sugar concentration.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya dan Konsentrasi Gula

Terhadap Mutu Pembuatan Permen (Hard Candy)”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis (Ayahanda Muntohar serta

Ibunda Alm. Tuminah) yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini serta kakak dan adik tersayang (Watini, Waimah dan Nazwa

Arbiyani) yang selalu mendo’akan dengan tulus dan memberikan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Linda Masniary Lubis, STP. M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Sentosa Ginting, MP., selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada staf pengajar dan pegawai di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, terimakasih yang terkhusus untuk rekan-rekan ITP angkatan 2009, Asisten Laboratorium Teknologi Pangan serta semua pihak yang ikut menyukseskan pelaksanaan penelitian penulis.

(6)

DAFTAR ISI

Bahan-bahan yang Ditambahkan dalam Pembuatan Permen ... 12

(7)

Kadar vitamin C ... 22

Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya terhadap Parameter yang Diamati ... 26

Pengaruh Konsentrasi Gula terhadap Parameter yang Diamati ... 28

Kadar Air ... 30

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar air (%) permen ... 30

Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar air (%) permen ... 31

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap kadar air (%) permen ... 33

Kadar Abu (%) ... 33

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar abu (%) permen ... 33

Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar abu (%) permen ... 35

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap kadar abu (%) permen ... 36

Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 38

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) permen... 38

Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) permen ... 40

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) permen ... 41

Total Asam (%) ... 42

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap total asam (%) permen ... 42

Pengaruh konsentrasi gula terhadap total asam (%) permen ... 43

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap total asam (%) permen ... 45

Total Padatan Terlarut (°Brix) ... 45

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap total padatan terlarut (°Brix) permen ... 45

Pengaruh konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut permen .... 47

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut (°Brix) permen ... 48

(8)

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap

uji organoleptik warna (numerik) permen... 48

Pengaruh konsentrasi gula terhadap uji organoleptik warna (numerik) permen ... 50

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap uji organoleptik warna (numerik) permen ... 51

Uji Organoleptik Aroma (Numerik) ... 52

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap uji organoleptik aroma (numerik) permen ... 52

Pengaruh konsentrasi gula terhadap uji organoleptik aroma (numerik) permen ... 53

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap uji organoleptik aroma (numerik) permen ... 55

Uji Organoleptik Rasa (Numerik) ... 55

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dterhadap uji organoleptik rasa (numerik) permen ... 55

Pengaruh konsentrasi gula terhadap uji organoleptik rasa permen .... 57

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap uji organoleptik rasa (numerik) permen ... 58

Uji Organoleptik Tekstur (Numerik) ... 59

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) permen ... 59

Pengaruh konsentrasi gula terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) permen ... 60

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan... 6

2. Komposisi kimia pepaya per 100 g bahan ... 9

3. Standar mutu permen ... 10

4. Komposisi kimia gula putih dalam 100 g bahan ... 13

5. Skala uji hedonik warna... 24

6. Skala uji hedonik rasa dan aroma ... 24

7. Skala uji hedonik tekstur ... 25

8. Hasil analisis sifat kimia buah markisa dan buah pepaya ... 26

9. Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap parameter yang diamati ... 26

10. Pengaruh konsentrasi gula terhadap parameter yang diamati ... 28

11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar air (%) permen ... 30

12. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar air (%) permen ... 32

13. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar abu (%) permen... 34

14. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar abu (%) permen ... 35

15. Uji LSR interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap kadar abu (%) permen ... 37

16. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar vitamin C (mg/100 g bahan) permen ... 39

(10)

18. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap total asam (%) permen ... 42

19. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap total asam (%) permen ... 43

20. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap total padatan terlarut (°Brix) permen ... 45

21. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap total padatan terlarut (°Brix) permen ... 47

22. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap uji organoleptik warna (numerik) permen ... 49

23. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap uji organoleptik warna (numerik) permen... 50

24. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap uji organoleptik aroma (numerik) permen ... 52

25. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap uji organoleptik aroma (numerik) permen ... 54

26. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap uji organoleptik rasa (numerik) permen ... 56

27. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap uji organoleptik rasa (numerik) permen ... 57

28. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) permen ... 59

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Skema pembuatan permendari sari buah markisa dan pepaya (hard candy) ... 25 2. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan kadar air (%) permen ... 31

3. Hubungan antara konsentrasi gula dengan kadar air (%) permen ... 33

4. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan kadar abu (%) permen ... 35

5. Hubungan antara konsentrasi gula dengan kadar abu (%) permen... 36

6. Hubungan interaksi perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula dengan kadar abu (%) permen ... 38

7. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) permen ... 40

8. Hubungan antara konsentrasi gula dengan kadar vitamin C (mg/100 g bahan ) permen ... 41

9. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan total asam (%) permen ... 43

10. Hubungan antara konsentrasi gula dengan total asam (%) permen ... 44

11. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan total padatan terlarut (°Brix) permen ... 46

12. Hubungan antara konsentrasi gula dengan total padatan terlarut (°Brix) permen ... 48

13. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan uji organoleptik warna (numerik) permen ... 50

14. Hubungan antara konsentrasi gula dengan uji organoleptik warna (numerik) permen ... 51

(12)

16. Hubungan antara konsentrasi gula dengan uji organoleptik aroma (numerik) permen ... 55

17. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan uji organoleptik rasa (numerik) permen ... 57

18. Hubungan antara konsentrasi gula dengan uji organoleptik rasa (numerik) permen ... 59

19. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan uji organoleptik tekstur (numerik) permen ... 60

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Data pengamatan kadar air (%) ... 67

2. Data pengamatan kadar abu (%) ... 68

3. Data pengamatan kadar vitamin C (mg/100 g bahan) ... 69

4. Data pengamatan total asam (%) ... 70

5. Data pengamatan total padatan terlarut (°Brix) ... 71

6. Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik) ... 72

7. Data pengamatan uji organoleptik aroma (numerik) ... 73

8. Data pengamatan uji organoleptik rasa (numerik)... 74

9. Data pengamatan uji organoleptik tekstur (numerik) ... 75

(14)

ABSTRAK

TRY WAHYUNI : Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya dan Konsentrasi Gula Terhadap Mutu Permen (Hard Candy), dibimbing oleh Linda Masniary Lubis dan Sentosa Ginting.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap mutu permen (hard candy). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yakni perbandingan sari buah markisa dengan pepaya (T) : (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) dan konsentrasi gula (M) : (40%, 50%, 60%, 70%). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut,uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur).

Perbandingan sari buah markisa dengan pepaya memberi pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air, berbeda sangat nyata terhadap kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur). Konsentrasi gula memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur). Interaksi perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula memberi pengaruh berbeda tidak nyata tehadap kadar air, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur) dan memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu. Perbandingan

sari buah markisa dengan pepaya 80% : 20% dan konsentrasi gula 40% memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu permen (hard candy).

Kata kunci : Permen, perbandingan sari buah markisa dengan pepaya, konsentrasi gula.

ABSTRACT

TRY WAHYUNI : The effect of passion fruit ratio with papaya and sugar concentration to quality of hard candy, supervised by Linda Masniary Lubis and Sentosa Ginting.

The purpose of this study was to determine the effect of passion fruit ratio with papaya and sugar concentration of the quality of hard candy. Method of this study was randomized complete design with two factors, ratio of passion fruit and papaya (T) (50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, 80% : 20%) and sugar concentration (M) (40%, 50%, 60%, 70%). The analyzed parameters include moisture content, ash content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture).

The ratio of passion fruit and papaya gave a significant different effect on moisture content and gave significant different effect on ash content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture). The sugar concentration gave a significant different effect on moisture content, ash content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture). The interaction of the passion fruit ratio with papaya and sugar concentration had no significant different effect on moisture content, ascorbic acid content, total acid, total soluble solid, sensory test (color, flavor, taste and texture) but gave a significant different effect on ash content. The best composition which gave the best effect on hard candy is 80% : 20% of passion fruit ratio with papaya and 40% of sugar concentration.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk-produk hortikultura.

Produk hortikultura terutama buah-buahan banyak sekali ragamnya, mulai dari

buah-buahan yang dapat diperoleh sepanjang tahun dan buah-buahan musiman.

Buah-buahan menempati posisi yang penting dalam hal pemenuhan kebutuhan zat

gizi bagi manusia, khususnya vitamin A, B, C, mineral serta serat kasar.

Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami

kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingginya presentase kerusakan pada komoditas

buah-buahan, maka perlu dilakukan proses pengolahan terhadap buah-buahan

tersebut sehingga dapat dikonsumsi dalam bentuk yang lain. Dari semua jenis

buah-buahan buah markisa dan pepaya merupakan salah satu jenis buah yang

mudah rusak. Untuk itu perlu dilakukan proses pengolahan terhadap buah tersebut

menjadi sebuah produk.

Buah markisa (ungu) banyak dikembangkan di Sumatera Utara. Buah

markisa dapat dimakan dalam kondisi segar, namun dapat juga dikonsumsi

dengan mengekstrak buah markisa menjadi sari buah. Sari buah markisa

mempunyai aroma yang khas dan terasa asam, sangat cocok untuk dikombinasi

dengan sari buah yang lain. Buah markisa memiliki banyak manfaat diantaranya

bermanfaat untuk menentramkan urat syaraf, sebagai sumber vitamin terutama

vitamin C serta vitamin A, disamping itu juga banyak bermanfaat bagi kesehatan

(16)

Buah pepaya (bangkok) merupakan tanaman tropis yang bernilai ekonomis

tinggi. Buah pepaya dan hasil olahannya merupakan produk hortikultura yang

cukup penting dalam perdagangan. Pepaya banyak mengandung vitamin C untuk

kekebalan tubuh. Pepaya mudah diperoleh dan harganya relatif murah dengan

manfaat yang banyak untuk kesehatan tubuh. Buah pepaya memiliki rasa yang

unik, di samping pepaya merupakan buah yang dapat langsung dikonsumsi juga

dapat diolah menjadi bahan pangan olahan seperti permen, manisan, dan lain

sebagainya.

Banyak masyarakat yang tidak ingin mengkonsumsi buah markisa dan

pepaya dalam bentuk segar. Sebagian orang tidak mengkonsumsi buah markisa

dalam bentuk segar karena rasanya yang sangat asam. Selain itu terjadi penurunan

dalam penanaman buah markisa d Sumatera Utara. Terbukti dari areal tanam yang

berkurang dari 748 ha pada tahun 2003 menjadi 358 ha pada tahun 2004

(BPS Sumatera Utara). Sedangkan pepaya kurang disukai karena memiliki aroma

yang kurang enak sehingga membuat sebagian orang tidak ingin

mengkonsumsinya. Salah satu usaha untuk dapat mengkonsumsi buah markisa

dan buah pepaya yaitu dengan mengolah buah markisa dan buah pepaya menjadi

permen (hard candy).

Saat ini, produk pangan khususnya produk permen sangat digemari di

semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Banyak sekali permen

yang beredar di pasaran dengan bentuk dan rasa yang bermacam-macam sehingga

menarik konsumen untuk mengkonsumsinya. Harga yang ditawarkan juga

beragam. Dengan pengolahan buah-buahan seperti buah markisa dan buah pepaya

(17)

buah markisa dan buah pepaya dalam bentuk segar dapat menikmatinya dalam

bentuk permen (hard candy). Selain itu, permen yang akan dihasilkan kaya akan vitamin C sehingga dapat bermanfaat jika dikonsumsi dan dalam proses

pembuatannya juga tidak memerlukan teknologi yang tinggi.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya dan

Konsentrasi Gula Terhadap Mutu Permen (Hard Candy)” sehingga akan diperoleh permen dengan mutu yang baik dan variasi produk yang banyak serta

tidak mengurangi mutu produk selama penyimpanan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap

mutu permen (hard candy).

Kegunaan Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam peyusunan skripsi di Program Studi Ilmu

dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sebagai sumber informasi dalam pembuatan permen (hard candy) dari buah

markisa dan pepaya.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya, konsentrasi

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Markisa

Menurut sejarah, tanaman markisa berasal dari daerah tropis Amerika

Selatan tepatnya di daerah Brazil, Venezuela, Kolumbia, dan Peru. Dalam

sistematika (taksonomi) kedudukan tanaman markisa diklasifikasikan sebagai

berikut, kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan), divisi Spermatophyta (tumbuhan

berbiji), subdivisi Angiospermae (biji tertutup), kelas Dicotyledonae (biji

berkeping dua), ordo Passiflorae, famili Passifloraceae, genus Passiflora, dan

spesies Passiflora quadrangularis L., P. Edulis. Para ahli botani mencatat lebih dari 400 jenis markisa yang tumbuh di dunia (Rukmana2, 2005).

Buah markisa berbiji banyak sekali. Di Indonesia ada dua jenis markisa

yang diusahakan, yakni markisa yang buahnya ungu disebut Passiflora Edulis Sains (buah negeri atau siuh) dan markisa yang buahnya kuning disebut

Passiflora Laurifolia L. atau Passiflora flavicarpa (buah susu atau konyal). Buah negeri rasanya agak masam dan hanya baik dikembangkan di lahan yang dataran

tinggi. Buah konyal rasanya manis dan dapat ditanam di dataran rendah. Kedua

jenis markisa tersebut mempunyai bentuk tanaman yang sama dan mahkota bunga

berwarna ungu keputih-putihan. Jenis markisa hutan atau rola (Passiflora lingularis) berbuah kecil, kuning, dan masam sekali. Selain markisa yang telah disebutkan, di Indonesia masih terdapat buah balewa (markisa besar) yang disebut

Passiflora quadrangularis L. atau Granadilla buto (Sunarjono, 2006).

Salah satu buah lokal yang diharapkan dapat dikembangkan menjadi buah

(19)

ada di Indonesia ada beberapa jenis, antara lain adalah markisa sayur atau erbis

(Passiflora lingulari), markisa ungu atau siuh (Passiflora edulis) dan markisa kuning. Erbis tidak dibudidayakan secara komersial dan hanya dikonsumsi lokal,

sedangkan konyal yang berwarna kuning banyak diperjualbelikan sebagai buah

segar di tempat-tempat tertentu karena rasanya cukup manis walaupun aromanya

tidak ada. Markisa ungu merupakan salah satu jenis markisa yang paling banyak

dibudidayakan untuk diambil sari buahnya. Sedangkan dalam pengembangan di

daerah-daerah tertentu. Sari buah markisa ungu mempunyai cita rasa manis-asam

dengan aromanya yang khas. Diperdagangan dunia, sebagian besar sari buah

markisa yang diperdagangkan berasal dari buah markisa ungu. Di Indonesia, sari

buah markisa yang dijual di pasaran hanya berasal dari sari buah markisa ungu. Di

luar negeri selain dimanfaatkan sari buahnya sebagai bahan campuran youghurt,

ice ceam, jam, jelly, kue-kue atau dicampur dengan sari buah lain (panache),

markisa ungu juga banyak dijual dalam bentuk buah segar (BRI, 2003).

Buah markisa berbentuk bulat lonjong seperti telur. Warna kulit buah

beraneka ragam, tetapi umumnya berwarna kuning, ungu, atau merah emas.

Manfaat markisa yaitu menghilangkan racun dalam darah, menjaga kesehatan

kulit dan mata, membangun sistem kekebalan tubuh, menjaga kesehatan hati dan

ginjal, dan mengatasi infeksi saluran kemih (Wirakusuma2, 2007).

Komposisi Kimia Markisa

Daging buah markisa sangat lunak dan encer dengan biji-biji kecil yang

lunak dan bisa dimakan. Rasanya manis, segar, dan kandungan airnya sangat

tinggi. Kandungan gizinya antara lain gula, provitamin A (karotenoid) dan

(20)

(Wirakusuma1, 2007). Komposisi kimia markisa per 100 g bahan dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia markisa per 100 g bahan

Komposisi Jumlah

yang khas pada markisa disebabkan oleh asam-asam organik dan rasio antara gula

dan asam yang dikandungnya. Markisa kuning mempunyai kandungan asam lebih

rendah dibandingkan markisa ungu dengan asam sitrat sebagai komponen

mayoritas. Nilai pH kedua varietas markisa berada pada kisaran 3. Total

kandungan karbohidrat kedua varietas markisa berkisar antara 15-20%. Ratio

gula/asam markisa kuning adalah 3:8 dan markisa ungu adalah 2:1, sehingga

markisa ungu memiliki rasa lebih asam dibanding markisa kuning

(Lancashire, 2004).

Daun markisa mengandung senyawa saponin dan polifenol, sedangkan

batang dan buah markisa mengandung saponin, polifenol, dan flavonoid. Daun

markisa dapat berkhasiat sebagai peluruh air seni dan penyembuh kencing nanah,

(21)

Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis, pusat penyebaran tanaman diduga berada di daerah sekitar Meksiko bagian

selatan dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke-16,

tanaman ini turut menyebar ke berbagai benua dan negara, termasuk ke benua

Afrika dan Asia serta negara India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai

negara tropis lainnya, termasuk Indonesia dan pulau-pulau di lautan Pasifik. Buah

pepaya tergolong buah yang populer dan digemari oleh hampir seluruh penduduk

penghuni bumi ini. Daging buahnya lunak dengan warna merah atau kuning,

rasanya manis dan menyegarkan karena mengandung banyak air. Nilai gizi buah

pepaya cukup tinggi karena banyak mengandung provitamin A dan vitamin C,

juga mineral dan kalsium, selain itu dengan mengonsumsi buah pepaya akan

memudahkan buang air besar bagi orang yang mengkonsumsinya (Kalie, 2008).

Pepaya memiliki kandungan gizi yang lengkap, yang jarang terdapat pada

buah-buahan lain. Disamping itu, buah pepaya juga merupakan sumber enzim

papain dan pektin yang bernilai ekonomi sangat tinggi. Buah pepaya merupakan

komoditas pertanian yang relatif murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh

semua lapisan masyarakat. Sementara produk-produk olahan yang dihasilkan dari

buah pepaya ini memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan banyak diminati

oleh konsumen dalam dan luar negeri. Kondisi semacam ini sangat

memungkinkan untuk dimanfaatkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(Suprapti, 2005).

Hampir semua susunan tubuh tanaman pepaya memiliki daya dan hasil

(22)

sebagai bahan makanan dan minuman, obat tradisional, pakan ternak, industri

penyamakan kulit, pelunak daging, dan bahan kecantikan (kosmetika). Multiguna

dari pepaya diantaranya akarnya, daunnya, batangnya, bunganya, buahnya, bijinya

serta getahnya mempunyai manfaat yang sangat baik jika diolah lebih lanjut

(Rukmana1, 2003).

Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan. Buah pepaya

yang masih muda dapat dimanfaatkan oleh ibu-ibu rumah tangga untuk dijadikan

sebagai sayur. Selain itu, buah yang masih muda dapat menghasilkan enzim

papain yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Buah pepaya yang

setengah tua dapat dimanfaatkan untuk membuat manisan. Buah pepaya dapat

digunakan untuk membuat berbagai makanan olahan. Bunga pepaya ternyata

memiliki rasa yang cukup lezat dan merupakan sumber provitamin A

(Warisno, 2003).

Komposisi Kimia Pepaya

Buah pepaya tergolong buah yang populer dan umumnya digemari oleh

sebagian besar penduduk dunia. Hal ini disebabkan karena daging buah yang

dimiliki pepaya lunak dengan warna merah atau kuning, rasanya manis dan

menyegarkan serta banyak mengandung air. Nilai gizi buah pepaya adalah cukup

tinggi yaitu air, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalsium, besi, fosfor,

karbohidrat, dan energi per 100 g bahan (Barus, 2008).

Tanaman pepaya merupakan sumber vitamin C dan vitamin A. Buah

pepaya matang mengandung vitamin A sebesar 365 SI dan daunnya sebesar

18.250 SI. Sementara wortel mengandung vitamin A sebesar 12.000 SI, alpukat

(23)

dapat dimakan sekitar 75%, setara dengan buah pisang (Haryoto, 2006).

Komposisi kimia pepaya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia pepaya per 100 g bahan

Komposisi Jumlah

Sumber : Departemen Kesehatan RI (2004)

Pepaya mengandung zat atau unsur senyawa yang sering disebut papain.

Komposisi kandungan zat gizi pada buah pepaya cukup tinggi. Pada buah pepaya

masak setiap 100 gram mengandung kalori sebesar 46 kalori yang berarti lebih

besar jumlahnya dibanding buah pepaya muda yang hanya mengandung 26 kalori

(Thomas, 2008).

Permen (hard candy)

Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang merupakan makanan berkalori tinggi yang pada umumnya berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa.

Kadar gula dalam permen lumayan tinggi, sehingga dapat menyebabkan gigi

berlubang. Tekstur permen sangat ditentukan oleh lamanya campuran bahan

dididihkan, suhu pendinginan, dan cara penanganan setelah pendinginan. Bila

campuran gula dipanaskan, ada beberapa tahap yang khas, yaitu pada suhu 116°C

tahap bola-lunak, 132°C tahap bola-keras, dan 150-155 °C keretakan keras

(24)

Hard candy adalah jenis permen yang mempunyai tekstur keras dan

tampak bening serta mengkilap (glossy), bahan utama dalam pembuatan hard candy adalah sukrosa, sirup glukosa, dan air. Sukrosa merupakan salah satu

pemanis alami yang sering digunakan dalam aplikasi produk pangan, seperti

permen, roti manis, sirup, dan lain-lain. Sukrosa memiliki tingkat kemanisan

paling tinggi dan memiliki dampak negatif bagi tubuh bila dikonsumsi dalam

jumlah berlebih, misalnya kegemukan dan karies gigi (Ramadhan, 2012). Standar

mutu permen dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel. 3 Standar mutu permen

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

4. Gula reduksi (dihitung sebagai

gula inversi) % fraksi massa Maksimal 24

5. Sakarosa % fraksi massa Minimal 35

Sumber : Standar Nasional Indonesia (2008)

Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat dengan mencairkan gula di dalam air. Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis

permen yang dihasilkan, yaitu suhu panas akan menghasilkan permen keras, suhu

(25)

permen yang kenyal. Permen dinikmati karena rasa yang manis. Permen keras

ditandai dengan teksturnya yang keras, rasanya lebih manis dan mengandung

kalori yang tinggi sehingga banyak dikonsumsi ketika sedang beraktivitas tinggi,

seperti bekerja, belajar, berolah raga, dalam perjalanan, dan sebagainya. Permen

ini dapat memberikan efek menyegarkan karena ditambahkan berbagai rasa dan

aroma serta dapat menghilangkan rasa haus. Permen keras dikonsumsi dengan

cara menghisap-hisap sampai pemen tersebut habis (Nuraini, 2007).

Proses Pembuatan Permen

Permen adalah sebuah produk yang dibuat dengan mendidihkan campuran

gula dan air bersama dengan bahan pewarna dan pemberi rasa sampai tercapai

kadar air kira-kira 3%. Biasanya digunakan suhu sebagai penunjuk kandungan

padatan. Sesudah dididihkan hingga mencapai kandungan padatan yang

diinginkan (kurang lebih 150°C) sirup yang terbentuk dituangkan pada cetakan

dan dibiarkan tercetak. Seni dari membuat permen dengan daya tahan yang

memuaskan terletak pada pembuatan produk dengan kadar air minimum dan

dengan sedikit saja kecenderungan untuk mengkristal. Kristalisasi dalam

produk-produk seperti ini disebut graining dan mengakibatkan penampilan yang

kurang memuaskan dan terasa kasar pada lidah jika dikonsumsi

(Buckle, dkk., 2009).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan hard candy agar

diperoleh penampakan yang bening (jernih) adalah suhu pemasakan, waktu

pemasakan, serta pengadukan adonan. Suhu pemasakan yang digunakan adalah

135-140°C. Suhu pemasakan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya

(26)

kecokelatan dan tidak jernih. Selain karena suhu pemasakan terlalu tinggi

karamelisasi dapat pula disebabkan pengadukan yang tidak merata sehingga

sukrosa tidak larut dan tercampur dengan sempurna (Ramadhan, 2012).

Bahan-bahan yang Ditambahkan dalam Pembuatan Permen Gula

Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap

karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan

biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit atau tebu.

Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang mempunyai

daya larut tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan aktivitas air (aw), dan

mengikat air (Hidayat dan Ikariztiana, 2004).

Sukrosa (gula pasir) merupakan senyawa kimia yang termasuk golongan

karbohidrat, memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhidrous, dan larut dalam air. Sukrosa adalah komponen utama permen yang berguna selain sebagai

pemanis, juga sebagai sumber padatan. Konsentrasi sukrosa dalam formula harus

diatur secara tepat. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya

kristalisasi, dan jika terlalu rendah (<75%) dapat menyebabkan pertumbuhan

kapang dan khamir (Ramadhan, 2012).

Fungsi gula yang ditambahkan dalam produk bukanlah sebagai pemberi

rasa manis saja meskipun begitu gula sangat dibutuhkan atau bertindak penting

bagi suatu produk. Jadi dapat disimpulkan bahwa gula bersifat menyempurnakan

rasa asam dan cita rasa lainnya pada sebuah produk. Daya larut yang tinggi dari

(27)

mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan

pangan (Buckle, dkk., 2009).

Pemanis, memiliki peranan yang besar pada penampakan dan cita rasa sari

buah yang dihasilkan. Disamping itu, pemanis juga bertindak sebagai pengikat

komponen flavor. Pemanis yang paling umum digunakan dalam pembuatan sari

buah pada skala rumah tangga ialah sukrosa, yang dalam kehidupan sehari-hari

dikenal sebagai gula pasir. Rasa manis sukrosa bersifat murni, karena tidak ada

after taste, yaitu cita rasa kedua yang timbul setelah cita rasa pertama. Sukrosa

umum digunakan sebagai standar tingkat kemanisan bagi bahan pemanis lainnya.

Adapun konsentrasi gula yang ditambahkan pada pembuatan sari buah berkisar

antara 11-15% (Fachruddin1, 2003). Komposisi kimia gula putih dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimia gula putih dalam 100 g bahan

Komponen Jumlah

Kalori (Kal) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Posfor (mg)

364 94,00 5,00 10,00

Sumber : Departemen Kesehatan RI (2004)

Sirup Glukosa

Sirup glukosa adalah larutan gula, tetapi bukan murni glukosa, melainkan

campuran dari beberapa gula sederhana. Fungsi utama dari sirup glukosa dalam

pembuatan hard candy adalah membentuk tekstur permen dan untuk mengontrol kristalisasi gula, sehingga dihasilkan penampakan permen yang bening. Hal ini

terjadi karena saat pemanasan pada suhu tinggi, glukosa dapat mengurangi

pembentukan butiran dari kristal gula yang menyebabkan permen menjadi keruh.

(28)

glukosa dalam sirup dinyatakan dengan Dextrose Equivalent (DE), yang secara

komersial adalah kandungan gula pereduksi yang dinyatakan sebagai persen

dekstrosa terhadap padatan kering. DE tidak dinyatakan kandungan glukosa yang

sebenarnya dari produk, melainkan berhubungan dengan kandungan

gula pereduksi dari semua jenis gula yang terdapat dalam produk

(Ramadhan, 2012).

Sirup glukosa memiliki :

Rumus molekul : C6H12O6

Berat molekul : 180,16 g/ mol

Densitas : 1,694 g/cm3

Melting point : 146°C

Fase : cair

Kadar glukosa : minimal 50% (ITS, 2013)

Adapun sifat-sifat dari sirup glukosa antara lain adalah :

- Kemanisan, kemanisan sirup glukosa jika dirasa pada larutan yang diencerkan

dengan air sedikit lebih rendah dibandingkan sukrosa pada konsentrasi yang

sama.

- Viskositas, viskositas dari sirup glukosa sangat penting dalam pembuatan aneka

produk kembang gula karena pengaruhnya dalam massa gula semasa proses,

penghilangan air, penyimpanan, dan daya tahan. Viskositas yang tinggi

menyebabkan migrasi molekul sukrosa yang lambat dalam menghambat

graining yang diberi sirup glukosa dan gum memberikan ketahanan terhadap aliran udara dingin, dan perubahan bentuk selama pemotongan,

(29)

- Pencegahan graining, semua sirup glukosa berfungsi untuk mengontrol

kristalisasi sukrosa di dalam high boiled sweet. Pada dasarnya larutan sukrosa dengan kejenuhan yang tinggi akan mengakibatkan rekristalisasi selama

produksi dan selama penyimpanan. Untuk mencegah ini ditambahkan inhibitor

(yang disebut doktor seperti sirup glukosa). Rekristalisasi akan terus berlanjut

menghasilkan graining. Sebab kadar air yang rendah sekali dan viskositas

tinggi yang dihasilkan, maka graining akan berlangsung sangat lambat dibawah kondisi penyimpanan yang ideal.

- Higroskopik, hubungan diantara produk makanan dan lingkungan adalah

penting untuk daya tahan produk. Faktor pengontrol adalah ERH (Equidrium Relatif Humidity) dari produk. Jika ERH rendah maka produk akan menarik air

dan menjadi sticky, dan besar kemungkinan diserang mikrobia perusak, di lain pihak jika ERH produk tinggi, maka produk akan kehilangan air menjadi

kering, hal ini juga akan merusak produk (Jackson, 1995).

Asam Sitrat

Asam sitrat sering disebut garam asam. Senyawa ini berbentuk kristal

putih seperti gula pasir. Fungsi utama asam sitrat adalah sebagai bahan pengasam.

Namun, sebenarnya bahan ini memiliki fungsi sampingan, yaitu sebagai

antioksidan yang fungsinya mencegah terjadinya reaksi browning (pencoklatan) produk akibat efek samping dari pemanasan (Suprapti, 2005).

Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun

dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain itu asam sitrat juga digunakan sebagai

(30)

asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di

dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga

dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai

antioksidan. Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun

ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada

jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Rumus kimia asam

sitrat adalah C6H8O7 (Wikipedia1, 2013).

Keasaman dalam minuman ringan/sari buah selain akan meningkatkan cita

rasa juga bertindak sebagai pengawet karena penambahan asam akan menurunkan

pH sehingga pertumbuhan mikroba pembusuk dapat terhambat. Asam sitrat

adalah asam yang dikenal sebagai rasa asam alamiah yang terdapat dalam

buah-buahan bersama-sama dengan vitamin C (Kusumawati, 2008).

Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor-enhancer atau bahan pemacu

rasa. Bahan pemacu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu

produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan

karakteristik produk pangan yang dihasilkan. Asam sitrat sebagai pemacu rasa,

banyak digunakan dalam industri, termasuk industri makanan karena memiliki

tingkat kelarutan yang tinggi, memberikan rasa asam yang enak, dan tidak bersifat

racun (Fachruddin2, 2003).

Garam

Penambahan garam pada produk tertentu dapat berfungsi untuk

meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai

pemantap cita rasa adalah sebanyak 2-5% dari total bahan bakunya

(31)

Garam juga dapat mempengaruhi aktivitas air (Aw) dari bahan, sehingga

dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dan bahan akan bebas dari

pengaruh racunnya, namun ada beberapa organisme seperti bakteri halofilik dapat

tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh, tetapi mikroorganisme ini

membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya

terjadi pembusukan (Buckle, dkk., 2009).

Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat memberikan rasa asin.

Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah natrium klorida (NaCl)

yang dihasilkan oleh air laut. Garam sangat diperlukan tubuh, namun bila

dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk

tekanan darah tinggi (hipertensi). Selain itu garam juga digunakan untuk

mengawetkan makanan dan sebagai bumbu pada masakan. Untuk mencegah

(32)

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2013 di

Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah buah markisa dan pepaya yang

telah matang morfologis yang masih dalam keadaan segar yang diperoleh dari

Pasar Sore, Padang Bulan, Medan. Gula, garam, asam sitrat, dan sirup glukosa.

Reagensia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan pati 1%,

larutan phenolptahlein 1%, larutan iodin 0,01 N, NaOH, dan akuades.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau stainless steel, pipet tetes, blender buah, biuret, beaker glass, erlenmeyer, mortal dan alu, gelas ukur,

hand refraktometer, timbangan analitik, dan cetakan permen.

(33)

Metode Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) yang terdiri dari dua faktor, yaitu :

Faktor I : Perbandingan sari buah markisa dengan sari buah pepaya (T) yang

terdiri dari 4 taraf, yaitu :

T1 = 50% : 50%

T2 = 60% : 40%

T3 = 70% : 30%

T4 = 80% : 20%

Faktor II : Konsentrasi gula (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :

M1 = 40%

M2 = 50%

M3 = 60%

M4 = 70%

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah 4x4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut :

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16 n ≥ 31

n ≥ 1,93 ... dibulatkan menjadi 2

(34)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua

faktorial dengan model sebagai berikut :

Ŷijk =  + i + j + ()ij + ijk

Dimana :

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor T pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf

ke-j dalam ulangan ke-k

 : Efek nilai tengah

i : Efek faktor T pada taraf ke-i

j : Efek faktor M pada taraf ke-j

()ij : Efek interaksi faktor T pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

ijk : Efek galat dari faktor T pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

dalam ulangan ke-k.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR

(Least Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan sari buah

1. Pembuatan sari markisa

Disortasi buah dan dikupas kulit buahnya, kemudian dihancurkan buah

dengan menggunakan blender dengan penambahan air 1 : 2. Setelah itu disaring

(35)

2. Pembuatan sari pepaya

Disortasi buah dan dicuci dengan air bersih. Kemudian dikupas kulit buah,

dipotong-potong dan dihancurkan buah menggunakan blender dengan

penambahan air 1 : 2. Kemudian disaring bubur buah dengan menggunakan kain

saring untuk mendapatkan sari buahnya

Pembuatan permen (hard candy)

Dicampur sari buah markisa dan sari buah pepaya dengan perbandingan

50% : 50%, 60% : 40%, 70% : 30%, dan 80% : 20%. Lalu ditambahkan asam

sitrat 0,1%, garam 0,05%, sirup glukosa 20%, dan gula dengan konsentrasi 40%,

50%, 60%, dan 70%. Kemudian dipanaskan dengan suhu 100°C selama 20 menit.

Setelah itu, dituang dalam cetakan permen dan didinginkan. Setelah permen keras

kemudian dilepaskan dari cetakan dan dikemas.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter sebagai berikut :

Kadar air (AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah

dikeringkan selama satu jam pada suhu 1050C dan telah diketahui beratnya.

Sampel tersebut dipanaskan pada suhu 1050C selama tiga jam, kemudian

didinginkan dalam desikator sampai dingin kemudian ditimbang. Pemanasan dan

pendinginan dilakukan berulang sampai diperoleh berat sampel konstan.

Berat awal sampel (g) - Berat akhir sampel (g)

Kadar air (bb%) = x 100%

(36)

Kadar abu (AOAC, 1995)

Cawan porselen dibersihkan dan dipanaskan dalam oven selama 15 menit,

lalu dimasukkan desikator sampai dingin, kemudian ditimbang. Selai ditimbang 2

g dan dimasukkan dalam cawan porselen, kemudian dipanaskan dengan

menggunakan penagas listrik dalam lemari asam sampai asap pada sampel hilang

dan warna sampel menjadi hitam. Sampel tersebut selanjutnya diabukan dengan

cara dimasukkan ke dalam Muffle furnace dengan suhu 550°C sampai menjadi abu. Kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit, setelah itu

dimasukkan ke dalam desikator sampai dingin. Kemudian ditimbang.

Berat abu (g)

Kadar abu (%) = x 100% Berat sampel (g)

Kadar vitamin C (Sudarmadji, dkk., 1997)

Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara titrasi, yaitu sebanyak 10 g

contoh dimasukkan dalam beaker glass ukuran 200 ml dan ditambahkan aquadest.

Larutan diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring kemudian

diambil filtrat sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan

ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi

dengan menggunakan larutan iodin 0,01 N hingga terjadi perubahan warna biru

sambil dicatat berapa ml iodin yang terpakai.

ml Iodin 0,01 N x 0,88 x FP x 100 Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) =

(37)

Total asam (Ranganna, 1978)

Ditimbang contoh sebanyak 10 g, dimasukkan ke dalam beaker glass dan

ditambahkan akuades sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring

dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer lalu ditambahkan phenolphtalein 2-3 tetes kemudian dititrasi

dengan menggunakan NaOH 0,01 N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna

merah jambu yang stabil. Dihitung total asam dengan rumus :

ml NaOH x N NaOH x BM asam dominan x FP x 100% Total asam (%) =

Berat contoh (g) x 1000 x valensi Keterangan :

FP = Faktor pengencer BM = Berat molekul

Total padatan terlarut (Sudarmadji, dkk., 1997)

Diambil bahanyang telah dihaluskan sebanyak 5 g dan dimasukkan dalam

beaker glass. Ditambahkan aquadest hingga 15 g kemudian diadukhingga merata.

Diambil satu tetes larutan dan diteteskan dalam handrefractometer lalu dilihat

angka di titik terang dan gelapnya.

Total padatan terlarut (oBrix) = angka handrefractometer x FP

Organoleptik warna (Numerik) (Soekarto, 1985)

Penentuan nilai organoleptik terhadap warna dilakukan dengan uji

kesukaan secara hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan pemberian

kode pada bahan yang akan diuji kepada 10 panelis yang akan melakukan

penilaian. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

(38)

Tabel 5. Skala uji hedonik warna

Organoleptik rasa dan aroma (Numerik) (Soekarto, 1985)

Penentuan nilai organoleptik terhadap rasa dan aroma dilakukan dengan

uji kesukaan secara hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan pemberian

kode pada bahan yang akan diuji kepada 10 orang panelis yang akan melakukan

penilaian. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

berdasarkan skala numerik. Untuk skala rasa dan aroma adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Skala uji hedonik rasa dan aroma

Skala numerik Keterangan

Penentuan nilai organoleptik terhadap tekstur dilakukan dengan uji

kesukaan secara hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan pemberian

kode pada bahan yang akan diuji kepada 10 panelis yang akan melakukan

penilaian. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

berdasarkan skala numerik. Untuk skala tekstur adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Skala uji hedonik tekstur

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Markisa

Pengupasan

Penghancuran buah (buah : air = 1:2) dengan blender

Pemasakan 100oC, 20 menit

Pencetakan

(40)

Hasil Analisis Sifat Kimia Buah Markisa dan Buah Pepaya

Pada buah markisa dan buah pepaya yang digunakan sebagai bahan dasar

dalam pembuatan permen dilakukan analisis untuk mengetahui kadar air, kadar

abu, kadar vitamin C, total asam, dan total padatan terlarut yang terdapat di dalam

buah markisa dan buah pepaya yang digunakan. Hasil analisis dari kedua buah

tersebut dapat kita lihat dari Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Hasil analisis buah markisa dan buah pepaya

Buah Kadar Air Kadar Abu Kadar Vitamin C Total Asam TSS

(%) (%) (mg/100 g bahan) (%) (°Brix) Markisa 85,600 0,122 77,952 2,133 15

Pepaya 83,000 0,103 71,176 0,033 9

Pengaruh Perbandingan Sari Buah Markisa dengan Pepaya terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

perbandingan sari buah markisa dan pepaya memberikan pengaruh terhadap kadar

air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total

Tabel 9 memperlihatkan bahwa perbandingan sari buah markisa dengan

(41)

tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari buah markisa dengan

pepaya 80% : 20%) yaitu sebesar 0,505% dan terendah pada perlakuan T1

(perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar

0,475%. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari buah

markisa dengan pepaya 80% : 20%) yaitu sebesar 0,234% dan terendah terdapat

pada perlakuan T1 (perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 50% : 50%)

yaitu sebesar 0,143%.

Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari

buah markisa dengan pepaya 80% : 20%) yaitu sebesar 102,596 mg/100 g bahan

dan terendah terdapat pada perlakuan T1 (perbandingan sari buah markisa dengan

pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar 73,950 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi

terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari buah markisa dengan pepaya

80% : 20%) yaitu sebesar 0,660% dan terendah terdapat pada perlakuan T1

(perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar

0,591%. Total padatan terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (perbandingan

sari buah markisa dengan pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar 85,000°Brix dan

terendah terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari buah markisa dengan

pepaya 80% : 20%) yaitu sebesar 80,250°Brix.

Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (perbandingan

sari buah markisa dengan pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar 2,975 dan terendah

terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari buah markisa dengan pepaya

80% : 20%) yaitu sebesar 2,650. Uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada

perlakuan T4 (perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 80% : 20%) yaitu

(42)

markisa dengan pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar 2,392. Uji organoleptik rasa

tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari buah markisa dengan

pepaya 80% : 20%) yaitu sebesar 2,586 dan terendah terdapat pada perlakuan T1

(perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar 2,384.

Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (perbandingan sari

buah markisa dengan pepaya 80% : 20%) yaitu sebesar 2,918 dan terendah

terdapat pada perlakuan T1 (perbandingan sari buah markisa dengan pepaya

50% : 50%) yaitu sebesar 2,641.

Pengaruh Konsentrasi Gula terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula

memberikan pengaruh terhadap kadar air (%), kadar abu (%), kadar vitamin C

(mg/100 g berat bahan), total asam (%), total padatan terlarut (°Brix), uji

organoleptik warna, aroma, dan rasa seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh konsentrasi gula terhadap parameter yang diamati

Konsentrasi

Tabel 10 memperlihatkan bahwa konsentrasi gula memberikan pengaruh

dengan parameter yang diamati. Kadar air (%) tertinggi terdapat pada perlakuan

M1 (konsentrasi gula 40%) yaitu sebesar 0,658% dan terendah pada perlakuan M4

(konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 0,331%. Kadar abu tertinggi terdapat pada

perlakuan M4 (konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 0,300% dan terendah terdapat

(43)

Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan M4 (konsentrasi gula

70%) yaitu sebesar 108,020mg/100 g bahan dan terendah terdapat pada perlakuan

M1 (konsentrasi gula 40%) yaitu sebesar 71,391 mg/100 g bahan. Total asam

tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (konsentrasi gula 40%) yaitu sebesar

0,663% dan terendah pada perlakuan M4 (konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar

0,579%. Total padatan terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan M4 (konsentrasi

gula 70%) yaitu sebesar 85,500°Brix dan terendah terdapat pada perlakuan M1

(konsentrasi gula 40%) yaitu sebesar 79,500°Brix.

Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (konsentrasi

gula 40%) yaitu sebesar 2,984 dan terendah terdapat pada perlakuan M4

(konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 2,550. Uji organoleptik aroma tertinggi

terdapat pada perlakuan M4 (konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 2,707 dan

terendah terdapat pada perlakuan M1 (konsentrasi gula 40%) yaitu sebesar 2,349.

Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (konsentrasi

gula 40%) yaitu sebesar 2,704 dan terendah terdapat pada perlakuan M4

(konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 2,286. Uji organoleptik tekstur tertinggi

terdapat pada perlakuan M4 (konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 2,899 dan

(44)

Kadar Air (%)

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar air (%) permen

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya memberikan pengaruh berbeda

nyata (P<0,05) terhadap kadar air yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar air dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar air (%) permen

Jarak LSR Perbandingan sari buah

markisa dengan pepaya Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - T1 = 50% : 50% 0,475 b B 2 0,0218 0,0300 T2 = 60% : 40% 0,479 b B 3 0,0229 0,0315 T3 = 70% : 30% 0,490 ab AB 4 0,0235 0,0323 T4 = 80% : 20% 0,505 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%

(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa perlakuan T1 berbeda tidak nyata

dengan T2, T3 dan berbeda sangat nyata dengan T4. T2 berbeda tidak nyata dengan

T3 dan berbeda sangat nyata dengan T4. T3 berbeda tidak nyata dengan T4. Kadar

air tertinggi diperoleh pada perlakuan T4 (perbandingan sari buah markisa dengan

pepaya 80% : 20%)yaitu sebesar 0,505% dan terendah diperoleh pada perlakuan

T1 (perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 50% : 50%) yaitu sebesar

0,475%.

Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan

kadar air permen dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan bahwa

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 80% : 20% menghasilkan kadar

air (%) paling tinggi. Jika dilihat pada Tabel 1 kandungan air markisa yaitu 85,60

(45)

bahwa semakin banyak penambahan sari buah markisa maka kadar airnya

semakin tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah sari buah yaitu markisa dan pepaya

yang ditambahkan banyak mengandung air sehingga berpengaruh meningkatkan

kadar air terhadap produk akhir, semakin banyak jumlah atau persentase sari buah

yang digunakan dapat mengakibatkan kenaikan kadar air pada produk akhirnya

(Wati, 2003).

Gambar 2. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan kadar air (%) permen

Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar air permen (%)

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa konsentrasi

gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air

permen yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar

air dapat dilihat pada Tabel 12.

0,475 0,479 0,490 0,505

0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600

T1 = 50% : 50% T2 = 60% : 40% T3 = 70% : 30% T4 = 80% : 20%

Ka

da

r a

ir

(%

)

(46)

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar air (%) permen

Jarak LSR Konsentrasi gula Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - M1 = 40% 0,658 a A 2 0,0218 0,0300 M2 = 50% 0,544 b B 3 0,0229 0,0315 M3 = 60% 0,416 c C 4 0,0235 0,0323 M4 = 70% 0,331 d D Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%

(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa perlakuan M1 berbeda sangat nyata

dengan M2, M3, dan M4. M2 berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4. M3 berbeda

sangat nyata dengan M4. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan M1

(konsentrasi gula 40%) yaitu sebesar 0,658% dan terendah diperoleh pada

perlakuan M4 (konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 0,331%.

Hubungan antara konsentrasi gula dengan kadar air pada permen dapat

dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin banyak gula yang

ditambahkan maka semakin kecil kadar air yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan

sifat dari gula yang dapat mengikat air sehingga dapat mengurangi kadar air pada

bahan yang ditambahkan. Kemampuan mengikat air adalah sifat yang

menyebabkan gula dapat mengurangi kadar air pada bahan pangan yang

(47)

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi gula dengan kadar air (%) permen

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap kadar air (%) permen

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula memberikan

pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air permen yang

dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Kadar Abu (%)

Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar abu (%) permen

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya memberikan pengaruh berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu permen yang dihasilkan. Hasil uji LSR

pengaruh sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar abu dapat dilihat pada

(48)

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap kadar abu (%) permen

Jarak LSR Perbandingan sari buah

markisa dengan pepaya Rataan

Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - T1 = 50% : 50% 0,143 d D 2 0,0149 0,0205 T2 = 60% : 40% 0,166 c C 3 0,0156 0,0215 T3 = 70% : 30% 0,192 b B 4 0,0160 0,0221 T4 = 80% : 20% 0,234 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%

(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa perlakuan T1 berbeda sangat nyata

dengan T2, T3, dan T4. T2 berbeda sangat nyata dengan T3 dan T4. T3 berbeda

sangat nyata dengan T4. Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan T4

(perbandingan sari buah markisa dan pepaya 80% : 20%) yaitu sebesar 0,234%

dan terendah diperoleh pada perlakuan T1 (perbandingan sari buah markisa dengan

pepaya 50% : 50%)yaitu sebesar 0,143%.

Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan

kadar abu permen dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya 80% : 20% menghasilkan kadar

abu tertinggi. Hal ini dikarenakan buah markisa selain memiliki kandungan

vitamin C yang tinggi juga memiliki banyak kandungan mineral

(49)

Gambar 4. Hubungan antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dengan kadar abu (%) permen

Pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar abu (%) permen

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa konsentrasi

gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar abu

permen yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar

abu dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi gula terhadap kadar abu (%) permen

Jarak LSR Konsentrasi gula Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - M1 = 40% 0,115 d D 2 0,0149 0,0205 M2 = 50% 0,146 c C 3 0,0156 0,0215 M3 = 60% 0,173 b B 4 0,0160 0,0221 M4 = 70% 0,300 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%

(huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

(50)

perlakuan M4 (konsentrasi gula 70%) yaitu sebesar 0,300% dan terendah diperoleh

pada perlakuan M1 (konsentrasi gula 40%) yaitu sebesar 0,115%.

Hubungan antara konsentrasi gula dengan kadar abu pada permen dapat

dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

gula yang ditambahkan maka semakin tinggi pula kadar abu yang dihasilkan. Hal

ini dikarenakan gula banyak mengandung mineral seperti kalsium dan fosfor

sehingga semakin banyak konsentrasi gula yang ditambahkan maka semakin

tinggi mineral yang terkandung di dalam produk (permen) (Buckle, dkk., 2009).

Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi gula dengan kadar abu (%) permen

Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap kadar abu (%) permen

Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi

perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula memberikan

pengaruh berbeda sangat nyata (P>0,01) terhadap kadar abu (%) permen yang

dihasilkan. Hasil uji LSR Pengaruh interaksi antara perbandingan sari buah

Gambar

Tabel 5. Skala uji hedonik warna
Gambar 1. Skema pembuatan permenHASIL DAN PEMBAHASAN  dari sari buah markisa dan pepaya (hard candy)
Tabel 9. Pengaruh perbandingan sari buah markisa dengan pepaya terhadap    parameter yang diamati
Tabel 10. Pengaruh konsentrasi gula terhadap parameter yang diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2015, batasan ruang lingkup laporan kinerja keberlanjutan mencakup delapan area, diantaranya Sumut 1 (PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, unit Kisaran/BSP), Sumut 2

where A ( w ) is the cross-section through the structure expressed as a function of the setting w ; a , b the discharge coefficients; H US the water height in the parent canal

Mobile SOS Station that runs on the ground station unit could obtain interpolated data from UAV system via wireless provided by ground access point (IEEE802.11g, 54 Mbit/s) and

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibidang Penanaman Modal 4.. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi

In this study, the application of Geographic Information System and Remote Sensing data were used to study potential solid waste disposal site.. The study used mainly

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W5, 2017 26th International CIPA Symposium 2017, 28

Waktu yang tepat membaca kalimat tayyibah Hauqalah yaitu pada saat ….. Keutamaan dalam kalimat tayyibah Hauqalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar dan aktivitas belajar matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 41 Medan setelah diterapkan pembelajaran Kooperatif