• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Nyi Iteung Melalui Komik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Nyi Iteung Melalui Komik"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan Sunda merupakan salah satu kebudayaan tertua di Nusantara yang berasal dari daerah Jawa Barat. Kebudayaan Sunda juga merupakan suatu identitas dari masyarakat Jawa Barat, yang tidak bisa lepas dari kehidupan mereka sehari-hari. Masyarakat Sunda juga dikenal sebagai masyarakat yang ramah. Hal ini sesuai dengan pameo atau semboyan dari masyarakat Sunda yaitu silih asih, silih asah, dan silih asuh yang digunakan dalam bermasyarakat di kehidupan sehari-harinya.

Selain dari nilai-nilai budaya dan pameo atau semboyan tadi, masyarakat Sunda juga merefleksikan nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah kesenian. Salah satunya, dengan menceritakan sebuah kisah yang mengandung unsur nilai-nilai kehidupan masyarakat Sunda sehari-hari. Banyak jenis kisah-kisah yang berasal dari tanah Sunda. Mulai dari legenda, mitos, sage dan lainnya yang juga berkaitan dengan nilai-nilai budaya Sunda tersebut. Kisah-kisah tersebut cukup terkenal di masyarakat Sunda, tidak terkecuali kisah atau dongeng orang pandir Si Kabayan.

Kisah Si Kabyan merupakan kisah orang pandir atau jenaka yang berasal dari daerah Jawa Barat. Kisah ini terkenal akan ciri khas lelucon dari tokoh Si Kabayan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya, tentunya dengan budaya khas Sunda yang sangat kental di dalamnya. Dalam kisahnya, Kabayan ditemani oleh tokoh-tokoh lainnya seperti Nyi Iteung, Abah dan Emak, dan tokoh lain yang membuat kisah ini menjadi lebih menarik. Kisah Si Kabayan juga merupakan hasil dari representasi masyarakat Sunda akan nilai-nilai kesundaan.

(2)

yang mana merupakan hasil represntasi dari pameo atau semboyan dari masyarakat Sunda itu sendiri. Oleh karena itu ia dikenal sebagai tokoh yang pintar-pintar bodoh. Lain halnya dengan Nyi Iteung. Tokoh yang menjadi pasangan Kabayan ini menjadi pelengkap dari sifat-sifat Kabayan yang ada. Mereka adalah pasangan yang saling bertentangan namun di waktu yang bersamaan mereka juga saling melengkapi satu dengan lainnya.

Jakob Sumardjo (2014) menjelaskan "Pasangan Si Kabayan dan Si Iteung adalah pasangan pertentangan yang saling melengkapi. Hubungan Si Kabayan dan istrinya selalu dalam perselisihan, namun tetap rukun kembali. Keduanya tak bisa dipisahkan meskipun sering cek-cok" (h. 17).

Akan tetapi, tokoh Nyi Iteung kurang dimunculkan sebagaimana pelengkap dari tokoh Kabayan dalam Kisah Si Kabayan itu sendiri. Dari tiga buku Kisah Si Kabayan yang ada, Nyi Iteung hanya muncul di dalam beberapa kisah bahkan tidak ada sama sekali. Dalam buku Si Kabayan karangan M.O. Koesman, dari delapan kisah yang ada Nyi Iteung hanya muncul dalam satu kisah yang ada yang berjudul Si Kabayan

Ngala Tutut. Sedangkan dua buku sisanya yaitu Si Kabayan Jadi Dukun dan Si

Kabayan masing-masing karangan MOH. Ambri dan Lina Maria Coster-Wijsman

tidak ada keterangan yang jelas mengenai tokoh Nyi Iteung tersebut. Dalam kisah dari kedua buku tersebut istri Si Kabayan hanya diberi keterangan sebagai Si Pamajikan saja.

(3)

berpakaian dan berpenampilan. Selain dari cara berpakaian dan berpenampilan, gaya hidup dan cerita juga ikut berubah mengikuti perubahan jaman tersebut.

Sebagai tokoh yang memiliki peran penting dalam Kisah Si Kabayan, Nyi Iteung memiliki sifat-sifat sebagai orang Sunda yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi orang-orang yang membaca kisahnya. Khususnya bagi remaja putri. Kisah atau dongeng Sunda dan tokoh-tokohnya seperti dalam Kisah Si Kabayan ini, adalah warisan budaya lokal yang memiliki nilai-nilai kesundaan yang baik bagi para remaja saat ini. Terdapat pesan moral yang dapat dijadikan sebagai cerminan bagi remaja putri dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Tetapi, sangat disayangkan karena apresiasi mereka terhadap budaya lokal sangat kurang. Terlebih banyaknya budaya-budaya asing yang menurut mereka lebih menarik dibandingkan budaya-budaya mereka sendiri.

Remaja-remaja saat ini khususnya remaja putri Sunda di Kota Bandung, merasa kisah atau dongeng Sunda seperti Si Kabayan merupakan sesuatu yang kuno atau ketinggalan jaman. Sehingga budaya lokal yang memiliki nilai baik dan bermanfaat, ditinggalkan dan memilih budaya asing yang terlihat lebih kekinian. Oleh karenanya, tidak sedikit remaja-remaja saat ini terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat karena budaya asing yang tidak baik. Seperti salah satunya, kurangnya rasa peduli terhadap orang tua ketika mereka membutuhkan bantuan.

Oleh karena itu, menjadi suatu tantangan tersendiri untuk mengkaitan sifat dan perilaku dari tokoh Nyi Iteung. Dimana dalam sifat dan perilaku tokoh Nyi Iteung terdapat nilai-nilai yang baik yang dapat dijadikan sebagai cerminan bagi para remaja putri Sunda.

1.2. Identifikasi Masalah

(4)

• Kurangnya apresiasi terhadap kisah-kisah atau dongeng dengan konten lokal. • Kurangnya kisah atau dongeng yang memunculkan tokoh Nyi Iteung dalam

Kisah Si Kabayan. Terbukti dari tiga buku kisah Si Kabayan yang sudah dibaca seperti:

1. Karakter Nyi Iteung hanya muncul di salah satu kisah dalam buku Si Kabayan karangan M.O. Koesman dari delapan kisah yang ada di

buku tersebut.

2. Dalam buku Si Kabayan Jadi Dukun karangan MOH. Ambri tidak ada

keterangan jelas mengenai tokoh Nyi Iteung, di dalam buku ini. Hanya ada kata Pamajikan Kabayan jelas yang belum siapa sebenarnya Si Pamajikan ini.

3. Sedangkan dalam buku Si Kabayan karangan Lina Maria

Coster-Wijsman, memiliki kesamaan dengan buku Si Kabayan Jadi Dukun, tidak ada keterangan jelas mengenai karakter atau tokoh Nyi Iteung tersebut.

• Tidak ada kisah atau cerita dengan tokoh Nyi Iteung sebagai tokoh yang

dominan atau tokoh utama dalam Kisah Si Kabayan yang diaplikasikan ke dalam bentuk komik.

• Kisah Si Kabayan yang tidak terikat dengan waktu tersebut merupakan suatu

tantangan tersendiri untuk mengkaitkan kisahnya dengan kondisi atau keadaan masyarakat Sunda, terutama kalangan remaja Sunda.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

• Bagaimana memunculkan tokoh Nyi Iteung ke dalam kondisi atau keadaan pada saat ini dan pencitraan tokoh Nyi Iteung yang menjadi fokus utama dalam perancangannya.

• Media informasi apa yang cocok untuk menjadikan Nyi Iteung sebagai fokus

(5)

1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka batasan masalah ditekankan kepada tokoh Nyi Iteung sebagai anak dan seorang gadis dengan cerita yang diadaptasi dari salah satu Kisah Si Kabayan yang berjudul "Kabayan Melamun Kaya". Dengan remaja putri Sunda berumur 13-18 tahun yang tinggal di Kota Bandung. Kota Bandung juga menjadi pilihan lokasi dalam perancangan media informasi dengan waktu yang disesuaikan pada keadaan saat ini.

1.5. Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan tugas akhir ini, diantaranya:

• Meningkatkan apresiasi masyarakat Sunda khusunya remaja putri Sunda kepada kisah-kisah atau dongeng daerah Sunda sebagai warisan budaya Sunda.

• Membuat komik dimana Nyi Iteung menjadi tokoh utama dalam komik yang

(6)

BAB II. TINJAUAN NYI ITEUNG DALAM KISAH SI KABAYAN DAN MEDIA INFORMASI KOMIK

II.1 Tinjauan Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan

II.1.1 Tinjauan Kisah sebagai Produk Budaya

Kisah atau yang bisa disebut juga dengan dongeng merupakan suatu bentuk dari prosa lama, dan pada umunya jenis prosa ini tidak diketahui nama dari pengarangnya. Dalam prosa lama, biasanya berisi nasihat atau petuah dari para leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi terkait dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu kisah juga menceritakan suatu kejadian yang tidak nyata dan bersifat fiksi atau hanya sekedar khayalan saja.

II.1.1.1 Pengertian Kisah Menurut Ahli

Menurut James Danandjaja (1984) berpendapat bahwa:

Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Selanjutnya dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. (h. 83)

II.1.1.2 Ciri-Ciri Sebuah Kisah

Didalam penulisannya, kisah dapat diidentifikasi menjadi beberapa ciri - ciri yang ada di bawah ini:

• Pewarisan atau Penyebaran Kisah

Diwariskan secara lisan, yakni dari mulut ke mulut yang disertai dengan adanya gerak isyarat yang membantu mempermudah penyebaran suatu kisah.

• Anonim

Suatu kisah terbentuk atau tercipta tanpa adanya pengarang yang jelas, dengan kata lain tidak ada yang mengetahui siapa pencipta atau pengarang dari kisah tersebut.

(7)

Kisah juga mempunyai fungsi sebagai suatu bentuk untuk menyampaikan suatu pembelajaran dan pesan moral yang ada di dalam setiap kisahnya. • Pelipur Lara

Menjadi ciri khas berikutnya dalam suatu kisah, dimana kisah dapat menghibur pendengar maupun pembacanya.

• Polos

Dijelaskan bahwa kisah juga merupakan hasil dari cerminan diri manusia, sehingga di dalamnya seringkali terlihat kasar atau spontan yang merupakan sifat dari seorang manusia itu sendiri.

II.1.1.3 Jenis-jenis Kisah

Berdasarkan buku The Types of the Folktale (1964: 19-20), Anti Aarne dan Stith Thompson membagi dongen ke dalam empat golongan besar, diantaranya:

• Dongeng binatang (animal tales). • Dongeng biasa (ordinary folktales). • Dongen Berumus (formula tales).

• Lelucon dan anekdot (jokes and andecdotes).

Adapun penjelasan dari setiap empat golongan besar mengenai kisah atau dongeng tadi seperti berikut:

• Dongeng Binatang (animal tales)

Merupakan dongeng dengan tokoh binatang, baik binatang peliharaan maupun binatang liar. Dalam kisahnya, mereka dapat berbicara dan memiliki akal budi seperti manusia. Tokoh populer dari kisah atau dongeng binatang di Indonesia adalah Kancil. Tokoh Kancil ini dalam kisahnya memiliki sifat yang cerdik dan licik.

• Dongeng biasa (ordinary folktales).

Merupakan jenis dongeng dengan tokoh utama manusia. Termasuk diantaranya mite, legenda, dan sage karena tokoh utama dari cerita tersebut merupakan manusia.

(8)

Merupakan Kisah yang menceritakan mengenai makhluk halus, setan, maupun dewa-dewa pada saat itu. Nyi Roro Kidul merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kisah mite yang terkenal, dan kisah ini berasal dari daerah Jawa Barat tepatnya di Pantai Selatan, Pangandaran

2. Legenda

Kisah yang menceritakan adanya hubungan atau keterkaitan nama suatu daerah dengan keadaan alam sekitar daerah tersebut. Legenda Tangkuban Perahu menjadi contoh dari kisah legenda ini. Kisah ini juga berasal dari daerah Jawa Barat.

Menceritakan Sangkuriang yang marah karena tugasdari salah satu syarat untuk menikahi ibunya gagal dilaksanakan, yaitu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan yang juga menjadi syarat untuk menikahi ibunya Dayang Sumbi.

3. Sage

Kisah yang memiliki hubungan dengan sejarah, dan bercerita tentang kesaktian, keberanian, keajaiban, dan lain sebagainya. Contoh dari kisah sage yang terkenal, salah satunya adalah Jaka Tarub. Menceritakan tentang seorang pemuda yang mencuri selendang dari salah satu ketujuh bidadari yang sedang mandi di sungai.

• Dongeng berumus (formula tales)

Merupakan dongeng atau kisah yang menurut Antti Aarne dan Stith Thompson disebut formula tales.

Dongeng-dongeng ini mempunyai beberapa bentuk, diantaranya: 1. Dongeng bertimbun banyak (Cumulative tales).

Dongeng ini bisa juga disebut sebagai cerita berantai. Karena dongeng ini dibentuk dengan cara menmbahkan keterangan lebih pada setiap pengulangan cerita.

Salah satu contoh dari dongeng ini, yaitu:

(9)

2. Dongeng untuk mempermainkan orang (Catch tales).

Dongeng ini dibuat khusus untuk memperdayai orang yang membaca maupun mendengar kisahnya. Bentuknya hampir menyerupai teka-teki, hanya saja pada catch tales selalui diawali dengan sebuah cerita terlebih dahalu.

Salah satu contoh dongeng ini dari Amerika Serikat adalah:

Si pencerita bercerita bahwa saat mengadakan perjalanan di daerah terpencil, ia tiba-tiba dikurung oleh orang Indian. Sehingga bagi para pembaca maupun pendengar ksiah ini menjadi penasaran dan mengajukan sebuah pertanyaan seperti, “Apa yang kamu lakukan pada saat mereka mengurungmu?”. Tetapi, di luar dugaan si pencerita menjawab dengan jawaban yang diluar dugaan,”Apa yang saya lakukan waktu itu adalah membeli kerajinan tangan mereka yang bagus itu.”. Jawaban ini tentu membuat para pendengarnya merasa tertipu atau dipermainkan.

3. Dongeng yang tidak mempunyai akhir (Endless tales).

Dongeng yang jika dilanjutkan tidak akan samapai pada akhir dari cerita tersebut.

• Lelucon dan anekdot (jokes and andecdotes).

Dongeng-dongeng yang dapat membuat pendengar maupun pembacanya tertawa. Dalam hal ini, Aarne danThompson membagi lelucan dan anekdot ke dalam sepuluh golongan:

1. Cerita orang sinting (numskull stories).

2. Cerita sepasang suami-istri (stories about married couples). 3. Cerita seorang wanita (stories about a women girl).

4. Cerita seorang pria atau anak laki-laki (stories about a man), 5. Cerita tentang seorang lelaki yang cerdik (The clever man). 6. Cerita kecelakaan yang menguntungkan (Lucky accidents). 7. Cerita lelaki bodoh (The Stupid man).

(10)

9. Anekdot mengenai kolektif lain (Anecdotes about other groups of peoples).

10. Cerita dusta (Tales of lying).

Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu contoh dari kisah atau dongeng ini yang terkenal di Indonesia khsusnya daerah Jawa Barat yaitu Kisah Si Kabayan. Kisah ini menceritakan tentang tingkah lucu dari suatu kebodohan atau kepintaran atay kecerdikan dari Si Kabayan, yang akhirnya membuat pandengar maupun pembaca kisahnya menjadi tertawa.

II.1.1.4 Kisah Si Kabayan

Kisah yang merupakan jenis kisah atau dongeng orang pandir yang berasal dari daerah Jawa Barat ini, terkenal akan banyolan atau lelucon yang khas dari tanah Sunda. Menceritakan tingkah laku seorang pemuda desa bernama Kabayan, yang hidupnya selalu santai dan bermalas-malasan. Dari tingkah laku yang konyol dan sifatnya yang suka bermalas- malasan itulah, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendengar dan pembacanya.

II.1.1.5 Perbedaan Kisah-Kisah Si Kabayan

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya dalam ciri-ciri kisah atau dongeng, tidak adanya pencipta yang jelas dari Kisah Si Kabayan ini membuat banyak versi cerita yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada satu pengarang yang menceritakan bahwa Kabayan adalah seorang pemuda desa pengangguran yang malas yang jatuh hati kepada seorang gadis bernama Nyi Iteung, tetapi ada pula yang menceritakan Kabayan dan Nyi Iteung adalah sepasang suami istri yang sudah berumah tangga dan tinggal bersama ibu dan ayah dari Nyi Iteung.

(11)

pasti berbeda dengan kisah yang lain sesuai dengan keadaan pada saat kisah itu dibuat.

II.1.1.6 Tokoh dalam Kisah Si Kabayan

Dalam Kisahnya, Kabayan ditemani oleh beberapa tokoh pendamping, tetapi dari banyaknya tokoh yang ada, berikut beberapa tokoh yang sering muncul dalam Kisah Si Kabayan baik dalam dongeng maupun filmnya:

• Kabayan

Seorang pemuda yang bearasal dari tanah sunda yang memiliki sifat pemalas dan memiliki tingkah laku yang unik. Sifat dan tingkah lakunya yang unik inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dari Kisah Si Kabayan. • Nyi Iteung

Seorang gadis desa yang berasal dari desa yang sama dengan Kabayan. Ia menjadi salah satu gadis yang Kabayan suka, dan dengan berbagai cara Kabayan berusaha untuk menjadikannya seorang istri.

• Abah dan Emak

Merupakan orang tua dari Nyi Iteung yang menjadi mertua dari Kabayan dalam cerita dimana Nyi Iteung dan Kabayan sudah menjadi suami-istri.

II.1.1.7 Kisah Si Kabayan sebagai Simbol

(12)

Namun dibalik itu semua, ternyata Kisah Si Kabayan ini memiliki makna tersendiri dalam setiap kisahnya. Jika kita mendalami terdapat makna yang ingin disampaikan dari kisah tersebut. Seperti yang Jakob Sumardjo (2014) katakan bahwa “ Cerita Si Kabayan memang hanya simbol, bukan gambaran harafiah. Ketika simbol dibaca secara harafiah, tentu saja terjadi salah makna.” (h. 14).

Seperti dalam satu contoh kisah Si Kabayan berikut, yang berjudul Istri Kabayan Boros dari buku Paradoks Cerita-Cerita Si Kabayan karangan Prof. Jakob

Sumardjo yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

Kabayan dan Istrinya mengobrol.

Kata Kabayan: “Nyai, kalau kita punya uang banyak kau apakan?”

Jawab Istrinya: “Buat jajan, plesir, makan enak, beli pakaian bagus dan beli

perhiasan..”

Kabayan: “Itu tidak baik. Boros!”

Istri: “Lalu kau apakan?”

Kabayan: “Disimpan.”

Istri: “Untuk apa disimpan? Biar bulukan dan kita tetap miskin?”

Kabayan marah. Keduanya cekcok. Akhirnya Kabayan memukuli istrinya. Istri

Kabayan menangis keras seperti anak kecil.

Muncul mertua Kabayan di pintu.

Kata mertua: “Kenapa menangis seperti anak kecil?”

(13)

Mertua: “Uang dari mana?”

Kabayan: “ Kalau kami punya.”

Mertua: “Uang tidak punya sudah memukuli istri.”

Kabayan: “Belum punya saja sudah boros. Apalagi kalau punya!”

Dari cerita di atas, mungkin beberapa orang akan tertawa saat membaca kisah ini, beberapa orang juga mungkin akan merasa kebingungan karena tidak memahami isi dari kisah tersebut. Jika kita hanya membaca kisah ini secara sekilas, maka makna atau pesan dari kisah ini tidak akan kita dapatkan. Kita hanya berpikir bahwa Si Kabayan itu bodoh, kasar, dan tidak waras karena membayangkan hal-hal yang tidak mereka miliki.

Tetapi saat kita mendalami makna dari kisah tersebut, ternyata Kabayan justru benar. Walaupun ia berlaku kasar kepada istrinya, tetapi makna yang dapat diambil dari kisah ini adalah jika pikiran kita bersih, maka perbuatan baik akan terjadi. Sebaliknya jika pikiran kita buruk, maka perbuatan buruk pun akan terjadi.

Seperti itu, kiranya Kisah Si Kabayan yang menjadi simbol bagi masyarakat Sunda. Tapi tidak hanya dari kisah-kisahnya, melainkan tokoh-tokoh dari Kisah Si Kabayan pun memiliki nilai-nilai atau sifat-sifat tersendiri yang memiliki makna. Khususnya tokoh Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan.

II.1.2 Tinjauan Mengenai Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan

II.1.2.1 Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan

(14)

yang sudah dibahas sebelumnya, pasangan Nyi Iteung dan Kabayan adalah pasangan pertentangan yang saling melengkapi. Walaupun sering berbeda pendapat, namun pada akhirnya mereka rujuk kembali. (Jakob Sumardjo, 2014, h.17).

Sifat-sifat dari kedua tokoh ini juga saling melengkapi. Si Kabayan dengan sikapnya yang santai, malas, suka berhayal, dalam setiap kisahnya selalu ditutupi dengan sifat-sifat dari Nyi Iteung yang rajin, giat bekerja, sopan dan sebagainya sehingga membuat Kisah Si Kabayan ini terasa lengkap saat dibaca maupun didengar. Walaupun memang konflik-konflik dalam kisahnya Si Kabayan memiliki banyak pasangan oposisi, tetapi dalam kisahnya justru konflik Kabayan dan Nyi Iteunglah yang membuat kisah atau dongeng ini menjadi lebih hidup.

Mulai dari Nyi Iteung yang terus memarahi Si Kabayan agar pergi ke sawah untuk bertani, hingga kesabaran Nyi Iteung dalam menghadapi kelakuan dari Si Kabayan yang terkadang keterlaluan. Dari sini saja sudah terlihat betapa pentingnya tokoh Nyi Iteung dalam kisah tersebut. Tetapi nyatanya di dalam kisah-kisah yang ada, kemunculan Nyi Iteung bisa dikatakan kurang. Sulit sekali mencari kisah-kisah Si Kabayan dengan tokoh Nyi Iteung sebagai tokoh yang dominan dalam kisah tersebut. Padahal tokoh-tokoh dalam Kisah Si Kabayan selain Si Kabayan itu sendiri memiliki peran yang penting dalam setiap kisahnya.

II.1.2.2 Nyi Iteung dan Remaja Saat Ini

Kisah Si Kabayan merupakan kisah-kisah yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Selain kisahnya yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari, maka tema-tema tentang keluarga banyak diangkat didalamnya. Seperti konflik antara suami dan istri, menantu dan mertua, anak dengan orang tua, dan lain sebagainya. Lalu apa hubungannya konflik-konflik tersebut dengan remaja saat ini?

(15)

seorang gadis yang sopan, halus dalam bertutur kata, dan patuh kepada orang tua. Hingga ia bertemu dengan Kabayan, sikapnya menjadi berubah. Ia mulai berani melawan orang tuanya. Sebagai contoh dalam sebuah kisah, Nyi Iteung dilarang oleh Abah untuk bertemu dengan Kabayan. Tetapi pada saat itu, Nyi Iteung sedang benar-benar jatuh hati kepada Si Kabayan sehingga ia berani mengambil keputusan untuk melanggar amanat dari Abah.

Hal ini juga terjadi pada remaja saat ini. Walaupun berbeda permasalahannya, tetapi fenomena-fenomena yang ada seperti melawan orang tua, tidak patuh kepada orang tua, kurangnya kepekaan remaja saat ini ketika orang tua membutuhkan bantuan, malas, dan lain sebagainya merupakan turunnya nilai-nilai moral yang bertentangan dengan semboyan silih asih, silih asah, silih asuh tadi. Oleh karenanya, peran Nyi Iteung sebagai salah satu tokoh yang memiliki sifat-sifat yang baik dibutuhkan untuk menjadi cerminan bagi para remaja saat ini. Terlepas dari sifat-sifat buruk Nyi Iteung itu sendiri.

II.1.2.3 Tokoh Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan

Banyaknya tokoh-tokoh yang terdapat dalam sebuah kisah, terkadang membuat para pembaca atau pendengar kisah tersebut menjadi kesulitan mengingat siapa saja tokoh yang menjadi sorotan utama dalam suatu kisah, baik yang dibaca maupun didengar. Oleh karena itu, tokoh utama pun dibuat untuk mempermudah para pendengar maupun pembacanya mengingat kisah tersebut. Akan tetapi, keberadaan tokoh utama ini tidak selalu hanya seorang diri saat dikisahkan dalam sebuah kisah atau dongeng. Keberadaan tokoh pembantu atau tokoh pendamping juga menjadi penting untuk membuat kisah tersebut menjadi lebih menarik.

(16)

pendamping, namun dari sekian banyak tokoh pendamping yang ada hanya beberapa tokoh pendamping saja yang sering dimunculkan dalam kisahnya. Tokoh-tokoh pendamping tersebut antara lain Abah, Emak, dan Nyi Iteung. Tetapi dalam kasus ini, Nyi Iteung menjadi topik utama yang akan dibahas lebih lanjut.

Nyi Iteung merupakan seorang gadis yang berasal dari suatu desa di Jawa Barat, dimana Abah dan Emak merupakan kedua orang tua dari gadis desa ini. Keluguan, kepolosan, sifatnya yang rajin dan taat kepada orang tua menjadi ciri khas utama Nyi Iteung dalam kisah Si Kabayan ini. Selain itu gaya berpakaiannya yang sederhana dan sopan ala gadis desa pada jaman dulu, melengkapi sifatnya yang lugu, polos dan rajin tersebut. Menjadi menarik, karena Nyi Iteung dapat memberi gambaran pada remaja Sunda saat ini, bahwa dulu seorang gadis yang berasal dari tanah Sunda asli memiliki perwujudan seperti ini. Walaupun tidak semua gadis desa di tanah Sunda memiliki perwujudan seperti Nyi Iteung, setidaknya bisa diketahui seperti apa Nyi Iteung itu, dan mengambil nilai-nilai yang baik dari Nyi Iteung sebagai bagian dari seorang Sunda.

Kurangnya data-data yang membahas mengenai Nyi Iteung menjadi salah satu kendala utama untuk mengungkap lebih lanjut siapa sebenarnya sosok Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan. Selain itu, banyaknya versi mengenai Kisah Si Kabayan ini juga membuat peranan dari tokoh Nyi Iteung berubah-ubah. Bahkan dalam filmnya pun tokoh Nyi Iteung berbeda dari satu film ke film lainnya. Akan tetapi, dari pernanan tokoh Nyi Iteung yang berubah-ubah itu, ternyata ia merupajan seorang tokoh yang multidimensi. Ia bisa menyesuaikan penampilan dan cara berpakaiannya sesuai dengan perkembangan jaman.

II.1.2.4 Nyi Iteung Sebagai Tokoh yang Tidak Terikat Oleh Waktu

(17)

gambaran seperti apa perubahan sosok tokoh Nyi Iteung dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan jaman pada saat itu. Berikut beberapa film yang dijadikan sumber referensi pendekatan:

• Film Si Kabayan (1975)

Pada gambar di bawah yang diambil dari film dengan judul Si Kabayan tidak terlalu jelas perwujudan dari Nyi Iteung secara keseluruhan, tetapi dalam gambar tersebut bisa dilihat bahwa paras wajah Nyi Iteung adalah seperti yang nampak pada gambar tersebut. Wajahnya yang anggun dan senyumnya yang manis serta rambutnya yang disanggul adalah gamabaran Nyi Iteung pada saat itu. Dan identifikasi Nyi Iteung pada film Si Kabayan lebih lengkapnya yaitu sebagai berikut:.

1. Kepribadian: dewasa, sabar menghadapi kelakuan Kabayan, tetapi juga tegas dalam mengambil tindakan saat menghadapi kelakuan Kabayan yang sulit diatur.

2. Kehidupan Ekonomi: dia berada pada kelas menengah ke bawah,

hidup dan tinggal dalam rumah yang sederhana di desa.

3. Peran: sebagai seorang buruh tani dan juga seorang istri dari

Kabayan.

4. Tempat Tinggal: di sebuah desa, Jawa Barat.

5. Pakaian: memakai kebaya dengan sinjang atau kain yang di balut

sedemikian rupa untuk menutupi bagian bawah dari badan Nyi Iteung.

6. Bentuk wajah: oval.

7. Bentuk mata: bulat dan besar. 8. Bentuk rambut: dikonde. 9. Warna kulit: kuning langsat. 10. Bentuk alis: turun ke bawah.

(18)

Gambar II.1 Wajah Nyi Iteung Sumber: youtube.com (2016)

Gambar II.2 Gaya Berpakaian Nyi Iteung Sumber: youtube.com (2016)

Gambar II.3 Poster Film Si Kabayan

(19)

• Film Si Kabayan Saba Kota / Si Kabayan dan Gadis Kota (1989)

Berbeda dengan penampilan Nyi Iteung di film Si Kabayan Saba Kota yang diperankan oleh Paramitha Rusady. Nyi Iteung digambarkan dengan penampilan yang lebih segar dengan memakai kebaya berwarna merah muda, kain sinjang, dengan rambut diikat ke samping yang membuat Nyi Iteung tampak lebih ceria. Identifikasi Nyi Iteung dalam film Si Kabayan Saba Kota, seperti berikut: .

1. Kepribadian: ceria, periang.

2. Tempat Tinggal: di sebuah desa, Jawa Barat.

3. Peran: seorang remaja yang jatuh cinta dengan Kabayan.

4. Pakaian: memakai kebaya dengan sinjang atau kain yang di balut sedemikian rupa untuk menutupi bagian bawah dari badan Nyi Iteung dan sandal capit.

5. Bentuk wajah: oval, menyerupai bentuk telur. 6. Bentuk mata: bulat dan besar.

7. Bentuk rambut: menyamping. 8. Warna kulit: kuning langsat. 9. Bentuk alis: sedikit naik.

10. Bentuk bibir: bibir atas tipis sedangkan bibir bawah terlihat sedikit

lebih besar dibandingkan bibir atas.

(20)

Gambar II.5 Poster Film Si Kabayan Saba Kota Sumber: indonesiancinematheque.blogspot.co.id (2016)

• Film Si Kabayan dan Anak Jin (1991)

Sedangkan dalam film berjudul Si Kabayan dan Anak Jin, Nyi Iteung yang diperankan oleh Nike Ardila memakai pakaian yang lebih sopan dari segi penampilannya. Baju lengan panjang, rok panjang, dan kerudung merah menjadi sosok seorang Nyi Iteung pada saat itu. Nyi Iteung dalam film Si Kabayan dan Anak Jin diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kepribadian: santun, ramah.

2. Tempat Tinggal: di sebuah desa, Jawa Barat.

3. Peran: anak tunggal dari seorang pimpinan pesantren.

4. Pakaian: dalam film ini, Nyi Iteung yang diperankan oleh Nike

Ardila memakai kostum yang lebih tertutup dari sebelumnya. Seperti pada gambar di bawah, kerudung digunakan sebagai pelengkap kostum yang dikenakan olehnya. Dengan baju lengan panjang dan rok panjang hingga kaki.

5. Bentuk wajah: oval, hanya saja bentuk mukanya lebih lonjong. 6. Bentuk mata: bulat dan tidak terlalu besar.

7. Bentuk rambut: diikat atau dikepang, setelah itu ditutupi oleh kerudung.

(21)

9. Bentuk alis: sejajar.

10. Bentuk bibir: bibir atas tipis sedangkan bibir bawah terlihat sedikit

lebih besar dibandingkan bibir atas.

Gambar II.6 Wajah Nyi Iteung Sumber: postline.tv (2016)

Gambar II.7 Poster Film Si Kabayan dan Anak Jin Sumber: klikstarvision.com (2016)

• Film Si Kabayan Saba Metropolitan (1992)

(22)

lengan panjang berbatik dan rok panjang serta rambut yang dikepang. Tidak jauh berbeda dengan identifikasi yang sudah disebutkan di atas, karena pemeran tokoh Nyi Iteung masih sama yaitu Nike Ardila. Hanya saja ada beberapa hal yang berbeda dalam film ini.

1. Kepribadian: santun, ramah, ceria.

2. Tempat Tinggal: di sebuah desa, Jawa Barat. 3. Peran: Istri Kabayan.

4. Pakaian: memakai baju lengan panjang dan rok panjang yang hampir

menutupi seluruh kakinya.

5. Bentuk wajah: oval, hanya saja bentuk mukanya lebih lonjong. 6. Bentuk mata: bulat dan tidak terlalu besar.

7. Bentuk rambut: diikat. 8. Warna kulit: kuning langsat. 9. Bentuk alis: sedikit naik.

10. Bentuk bibir: bibir atas tipis sedangkan bibir bawah terlihat sedikit lebih besar dibandingkan bibir atas.

Gambar II.8 Poster Film Si Kabayan Saba Metropolitan Sumber: indonesiancinematheque.blogspot.co.id (2016)

• Film Si Kabayan Cari Jodoh (1994)

(23)

mencerminkan sosok kesederhanaan seorang gadis desa. Identifikasi Nyi Iteung dalam film ini adalah seabgai berikut:

1. Kepribadian: lugu, manja

2. Kehidupan Ekonomi: berada pada kelas menengah ke atas, bisa

dilihat pada gambar dalam scene dimana Nyi Iteung yang sudah pergi ke kota tinggal dalam rumah yang sudah lebih baik dari orang-orang di desa.

3. Tempat Tinggal: di sebuah desa, Jawa Barat, kemudian pindah ke

kota.

4. Peran: seorang remaja yang jatuh cinta dengan Kabayan.

5. Pakaian: pada saat di desa, Nyi Iteung memakai baju lengan panjang seperti baju daster dan rok panjang dengan kain yang dikalungkan di lehernya, sedangkan pada saat di kota, ia memakai baju daster lengan pendek yang tampilannya lebih modern.

6. Bentuk wajah: oval.

7. Bentuk mata: bulat dan tidak terlalu besar. 8. Bentuk rambut: dikepang dua dan diurai. 9. Warna kulit: kuning langsat.

10. Bentuk alis: melengkung.

11. Bentuk bibir: bibir atas tipis sedangkan bibir bawah terlihat sedikit lebih besar dibandingkan bibir atas.

(24)

6. Film Si Kabayan Jadi Milyuner (2010)

Dan yang terakhir adalah Nyi Iteung dari film kabayan yang terbaru yaitu Kabayan jadi Milyuner, dan Nyi Iteung diperankan oleh Rianti Cartwright. Di sini Nyi Iteung memiliki wajah baru, ia menjadi lebih modern dibandingkan dengan film - film Kabayan sebelumnya.

1. Kepribadian: semangat, pantang menyerah, lincah.

2. Kehidupan Ekonomi: berada pada kelas menengah ke atas, karena ia

sudah tinggal di kota.

3. Tempat Tinggal: Kota Jakarta.

4. Peran: seorang akuntan di suatu perusahaan real estate.

5. Pakaian: pada saat berkunjung ke desa dimana Kabayan tinggal, Nyi Iteung memakai baju kebaya lengkap dengan sinjang dan sandal capit yang biasa digunakan di pedesaan, sedangkan pada saat di kota, memakai pakaian yang lebih modern seperti di kota kebanyakan. 6. Bentuk wajah: oval, dan dagu lebih lancip.

7. Bentuk mata: bulat dan tidak terlalu besar. 8. Bentuk rambut: dikepang dua dan diurai. 9. Warna kulit: putih.

10. Bentuk alis: turun.

11. Bentuk bibir: bibir atas tipis sedangkan bibir bawah terlihat sedikit lebih besar dibandingkan bibir atas.

(25)

Gambar II.11 Gaya Berpakaian Nyi Iteung di desa Sumber: movie.co.id (2016)

Gambar II.12 Wajah Nyi Iteung Sumber: youtube.com (2016)

(26)

Gambar II.14 Karakteristik Nyi Iteung Sumber: youtube.com (2016)

Gambar II.15 Karakteristik Nyi Iteung Sumber: youtube.com (2016)

II.1.2.5 Nyi Iteung dalam Ilustrasi

(27)

• Sampul Buku Si Kabayan dan Iteung Tersayang

Sampul buku ini memperlihatkan tokoh Nyi Iteung yang sedang kesal menghadapi godaan dari Kabayan. Adapun identifikasi dari tokoh Nyi Iteung yang diilustrasikan dalam sampul buku ini sebagai berikut:

1. Pakaian: menggunakan kebaya berwarna merah muda dan sinjang untuk menutupi bagian bawahnya.

2. Rambut: disanggul rapih dengan warna rambut hitam. 3. Warna kulit: kuning langsat.

4. Gaya gambar: semi realis.

Gambar II.16 Sampul Buku

Sumber: sangkolektor.i-deologic.com (2016)

• Sampul Buku Si Kabayan

Dalam sampul buku ini, Nyi Iteung digambarkan sedang memarahi Kabayan yang sedang bermalas - malasan. Ilustrasi tokoh Nyi Iteung dalam buku ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pakaian: menggunakan kebaya dan sinjang, hanya saja bedanya kebaya yang dikenakan oleh Nyi Iteung dalam sampul buku ini berwarna merah dan memiliki corak-corak di kebaya yang dikenakannya.

(28)

4. Gaya gambar: semi realis.

Gambar II.17 Sampul Buku

Sumber: abinyaraja.wordpress.com (2016)

• Sampul Buku Pradoks Cerita-Cerita Si Kabayan

Ilustrasi Nyi Iteung dalam sampul buku ini digambarkan lebih sederhana dari contoh - contoh sebelumnya. Walaupun begitu, dari pakaian yang dikenakan Nyi Iteung hampir sama dengan dua contoh ilustrasi tokoh Nyi Iteung sebelumnya. Berikut identifikasi tokoh Nyi Iteung dalam sampul buku ini:

1. Pakaian: memakai kebaya berwarna hijau dan sinjang. 2. Rambut: dalam buku ini rambut Nyi Iteung di kepang dua. 3. Warna kulit: kuning langsat.

4. Usia: lebih kurang 17 tahun, bisa dilihat dari proporsi tubuh seorang perempuan yang sudah menginjak usia dewasa.

(29)

Gambar II.18 Sampul Buku Sumber: goodreads.com (2016)

II.2 Tinjauan Tentang Media Informasi Komik

II.2.1 Teori Mengenai Komik

Seperti yang dikutip dari Adi Kusrianto (2007) dalam bukunya yang berjudul "Pengantar Desain Komunikasi Visual" bahwa:

Komik adalah rangakaian gambar yang disusun untuk menggambarkan suatu cerita. Oleh karena itu, di dalam Bahasa Indonesia, komik disebut cerita bergambar. Selain gambar, sebagian dari komik juga dilengkapi dengan teks yang ditampilkan sebagai dialog maupun sekedar keterangan gambar (caption). Pada umumnya, sebuah komik menampilkan pe-ranan seorang tokoh atau karekter. (h 164.)

(30)

Komik memiliki kekuatan tersendiri untuk menggambarkan sebuah cerita lebih menarik. Dalam setiap panel yang terdapat pada komik mewakili suatu scene, dimana scene tersebut dibuat untuk mendukung alur cerita dari komik tersebut. Oleh karena itu, komik memiliki sesosok karakter yang kuat dan populer yang kemudian diadaptasi ke dalam versi kartun atau animasi.

II.2.2 Anatomi Komik

Komik memiliki beberapa anatomi dalam pembuatannya. Berikut beberapa contoh anatomi halaman komik dari sampul komik hingga halaman isi komik:

• Sampul Komik

Sampul komik dalam perancangannya terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 1. Logo Penerbit

Merupakan logo dari penerbit komik tersebut, biasanya diletakan di kiri atas sampul buku komik.

2. Judul

Judul dari sebuah komik, memiliki ukuran dan bentuk huruf yang lebih mencolok dibandingkan dengan huruf-huruf lainnya yang ada pada sampul komik.

3. Issue

Issue dalam sampul buku komik memiliki arti atau fungsi sebagai

petunjuk dari nomor atau terbitan dari suatu komik.

4. Blurb

Merupakan penjelasan singkat tentang isi dari buku komik yang telah terbit. Blurb harus dimuat semenarik mungkin untuk menarik minat pembaca.

5. Splash Page

Halaman yang merupakan bagian dari buku komik, dimana halaman tersebut diisi oleh sebuah gambar dengan ukuran yang besar atau panel dari komik tersebut.

6. Credit

Nama dari orang yang membuat komik tersebut.

(31)

Gambar II.19 Anatomi Sampul Buku Komik Sumber: 04-definisi-anatomi-komik.html (2016)

• Halaman Pengantar Komik

Halaman yang didalamnya berisi pengenalan karakter dan sinopsis dari cerita komik tersebut , yaitu:

1. Pengenalan karakter

Memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai karakter-karakter yang ada pada komik tersebut.

2. Sinopsis

Ringkasan yang menggambarkan isi dari komik tersebut yang memiliki fungsi sebagai pembuka dari cerita komik.

3. Judul Komik

4. Credit

Nama dari orang yang membuat komik tersebut.

(32)

Gambar II.20 Anatomi Halaman Pengantar Komik Sumber: 04-definisi-anatomi-komik.html (2016)

• Halaman Isi Komik

Halaman isi dari cerita sebuah komik yang memiliki anatomi sebagai berikut:

1. Caption

Tulisan singkat yang melengkapi suatu gambar, dan biasanya digunakan untuk memberikan penekanan terhadap suatu konten. 2. Teks

Isi dari percakapan tokoh atau karakter yang ada dalam komik. 3. Gutter

Jarak antar satu panel dengan panel lainnya. 4. Efek Suara

(33)

5. Panel

Panel merupakan frame-frame pada komik dalam satu halaman yang digunakan untuk menjaga kontinuitas cerita.

6. Ekor

Petunjuk arah balon kata untuk memperjelas siapa yang berbicara dalam komik tersebut.

7. Balon Kata

Tempat untuk mengisi teks percakapan tokoh komik.

Gambar II.21 Anatomi Halaman Isi Komik Sumber: 04-definisi-anatomi-komik.html (2016)

II.3 Tinjauan Tentang Remaja

II.3.1 Teori Mengenai Remaja

(34)

Remaja (adolescence) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip dari pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self-identity).

Remaja merupakan usia rentan mengingat pada usia ini mereka sedang mencari jadi diri mereka. Seperti pada pendapat seorang ahli psikologi di atas. Dalam usahanya mencari jati diri, remaja terkadang melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai atau peraturan yang ada di suatu masyarkat. Tentunya mereka melakukan itu semua demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar mereka. Terkadang mereka tidak segan untuk melakukan hal-hal yang mengancam nyawa mereka demi mendapatkan pengakuan itu.

Mereka berprilaku seperti itu sesuai dengan pemikiran mereka yang masih belum matang atau dewasa. Seperti yang dikatakan oleh Elkind (dalam Papalia, Olds dan Feldman, 1998) bahwa beberapa aspek pemikiran yang dialami oleh remaja, yakni:

• Remaja dituntut bersikap mandiri dalam tindakannya di masyarakat. • Remaja bersikap kritis.

• Remaja sering mengajukan argumentasi (Argumentativeness). • Remaja bersikap ragu-ragu dalam bertindak (Indivieveness). • Remaja sering bersifat munafik (Hypocrisy).

• Remaja memiliki kesadaran diri (Self-Counsciousness).

• Remaja menganggap dirinya kebal terhadap segala sesuatu (Assumption of

Invulnerability).

(35)

seorang anak. Perilaku anak juga ditentukan dari cara pola asuh orang tua terhadap anak-anak mereka.

Remaja juga tidak lepas dari cara berpikir kreatif mereka dalam menyelesaikan suatu masalah. Ciri-ciri berpikir kreatif pada remaja menurut Sukarni Catur Utami Munandar (1985), seorang guru besar psikologi dari Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa orang yang mampu berpikir kreatif secara kognisi maupun aspek afeksi.

Lebih lanjut Munandar (1985) merinci kedua aspek tersebut yaitu: • Ciri-ciri aspek kognitif (aptitude)

Merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan atau bakat, diantaranya:

1. Keterampilan berpikir lancar. 2. Keterampilan berpikir luwes. 3. Keterampilan berpikir orisinil.

4. Keterampilan merinci (mengelaborasi). 5. Keterampilan menilai (mengevaluasi). • Ciri-ciri efektif (nonaptitude)

Merupakan ciri-ciri yang berkaitan dengan sikap, perasaan, emosi, diantaranya:

1. Rasa ingin tahu. 2. Bersifat imajinatif.

3. Merasa tertantang oleh kemajemukan. 4. Sifat berani mengambil risiko.

5. Sifat menghargai.

II.3.2 Fenomena yang Ada di Remaja Saat Ini

(36)

ada di dalam keluarga yang menjadi sorotan utama. Fenomena remaja yang ada dalam keluarga juga banyak.

Beberapa fenomena-fenomena remaja saat ini dalam keluarga diantaranya: • Kurangnya rasa peduli terhadap orang tua, ketika membutuhkan bantuan. • Menurunnya nilai moral kepada orang tua, seperti tidak patuh kepada

orang tua.

• Menurunnya nilai kesopanan terhadap orang tua.

• Kurangnya komunikasi antar anggota keluarga sehingga membuat

hubungan di keluarga menjadi longgar. • Sibuk dengan urusannya masing-masing.

II.4 Analisa

II.4.1 Analisa Tokoh Nyi Iteung

Dalam kisahnya, tokoh Nyi Iteung selalu digambarkan sebagai sosok seorang wanita yang memiliki sifat-sifat baik. Sifat-sifat yang baik tersebut diantaranya seperti sabar, jujur, ramah dan lain sebagainya. Tetapi setelah penulis membaca beberapa Kisah Si Kabayan yang terdapat tokoh Nyi Iteung di dalamnya, ternyata Nyi Iteung juga memiliki sifat-sifat yang kurang baik.

Seperti dalam salah satu Kisah Si Kabayan yang berjudul "Kabayan Melamun Kaya" karangan Yus R. Ismail (2004). Dalam kisahnya, Nyi Iteung digambarkan sebagai sesosok wanita yang pemarah. Ia juga selalu bertengkar dengan Kabayan dan terlihat tidak akur satu dengan yang lainnya. Berikut salah satu adegan dimana Nyi Iteung sedang bertengkar dengan Kabayan:

Si Kabayan marah. Didorongnya Si Iteung. Tapi Si Iteung yang telah

menduganya, mendahului dengan memukul Si Kabayan dengan boboko yang

begitu saja diambilnya. Si Kabayan merebut boboko dan terjadilah saling tarik di

dapur sempit itu.

(37)

alasan tersendiri mengapa ia bisa menjadi seorang yang pemarah. Ia bisa merubah sifat-sifat baiknya karena suatu alasan tertentu. Dalam kisah ini, Nyi Iteung berubah menjadi seorang yang pemarah karena ulah Si Kabayan itu sendiri. Karena sudah terlalu lama menahan kekesalannya, kesabaran Nyi Iteung pun hilang dan terjadilah kejadian seperti di atas.

Kesimpulannya adalah Nyi Iteung juga memiliki sifat-sifat buruk seperti kebanyakan orang. Tetapi sifat-sifat buruk yang Nyi Iteung miliki biasanya disebabkan oleh suatu hal yang membuatnya terpaksa melakukan hal yang kurang baik tersebut. Karena pada dasarnya Nyi Iteung memang sesosok wanita yang sabar, ramah dan sifat-sifat baik yang Nyi Iteung miliki lainnya.

II.4.2 Analisa Hasil Wawancara

Selama proses penelitian, penulis menyadari bahwa sumber-sumber yang telah diperoleh belum cukup untuk menunjang penelitian Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan ini. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk melakukan wawancara, dengan Bapak Ira Indrawardana, seorang Dosen Antropologi dari FISIP Unpad sebagai narasumber, beberapa pertanyaan yang tidak didapat oleh peneliti dari sumber-sumber yang sudah ada dapat terjawab. Seperti yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

II.4.2.1 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Setting

(38)

II.4.2.2 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Gaya Berpakaian

Banyak dari ilustrasi-ilustrasi Nyi Iteung yang sudah ada digambarkan dengan memakai kebaya dan sinjang, tetapi pada dasarnya perempuan pada saat itu, khususnya di desa menggunakan kebaya dan sinjang sebagai pakaian sehari-hari baik saat beraktifitas maupun saat beristirahat di rumah. Kebaya dan sinjang yang dikenakan juga gaya rambut yang disisir ke belakang dan disanggul merupakam gaya berpakaian perempuan desa pada saat itu, dan biasanya untuk menambah kesan anggun, perempuan pada saat itu menggunakan tudung atau kerudung yang digunakan untuk menutupi kepala mereka.

II.4.2.3 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Karakteristik

Menurut hasil wawancara mengenai karaktersitik Nyi Iteung, ia memiliki sifat yang cenderung sederhana, jujur, suka dan menghormati budaya lokal khususnya buadaya Sunda dan tidak suka hidup mewah. Nyi Iteung juga cantik, cantik yang dimaksud di sini adalah cantik kepribadiannya atau biasa disebut dengan inner beauty. Inner beauty yang dimaksud adalah bagaimana Nyi Iteung dalam struktur

sosial masyarakat dapat memaknai perempuan sebagai mitra dari seorang laki-laki yang bisa mengisi kekurangan laki-laki, dan juga ukuran kecantikan pada saat itu dinilai dari bisa atau tidaknya seorang perempuan itu memasak, untungnya Nyi Iteung bisa memasak masakan yang ia santap selalu bersama Kabayan. Sebagai contoh, pada saat Kabayan pulang ke rumah setelah bekerja di sawah seharian, Nyi Iteung dengan sigap menyuguhkan atau membuatkan kopi untuknya tanpa harus disuruh oleh Kabayan terlebih dahulu.

Inner beauty atau kecantikan pribadi yang dimiliki oleh seorang Nyi Iteung dilatar

(39)

gelar Nyi atau Nyai tersebut direndahkan. Perempuan yang disebut Nyi atau Nyai adalah perempuan yang dijadikan budak nafsu pada saat jaman kolonial Belanda tersebut.

Untuk itu dibuatlah karakter atau tokoh Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan yang memiliki karakteristik yang berbeda dari apa yang masyarakat saat itu bayangkan. Karakter dari Nyi Iteung penuh dengan keluguan, kelucuan dan sebagainya yang akhirnya menjadi daya tark tersendiri bagi kisah atau dongeng Si Kabayan tersebut, mengingat pada jaman itu perempuan dengan sebutan Nyi atau Nyai memiliki kesan yang kurang baik.

II.4.2.4 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Anatomi

Hasil analisis anatomi Nyi Iteung yang di dapat berdasarkan dari hasil wawancara, yaitu ia memiliki postur tubuh yang tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Bisa dibilang dari segi proporsi badan Nyi Iteung cukup ideal, sedangkan untuk anatomi wajah, Nyi Iteung memiliki paras wajah yang cantik menurut Sunda. Dimana bentuk muka yang oval seperti telur, mata yang tidak terlalu besar dan bulat, hidungnya yang tidak terlalu mancung memberi kesan keluguan dari Nyi Iteung, bibirnya yang mungil, dan rambutnya panjang berwarna hitam kelam yang selalu ia ikat dan biasanya dikonde dengan warna kulit kuning langsat membuat Nyi Iteung menjadi gadis cantik idaman Si Kabayan.

II.4.3 Mandatory

II.4.3.1 DAMAS

(40)

DAMAS memiliki beberapa tujuan dan usaha di dalam organisasinya. Berikut tujuan dan usaha dari DAMAS yang ditulis dalam bahasa Sunda:

• Tujuan

1. Ngangkat Harkat Darajat Ki Sunda pikeun kajembaran Indonesia

2. Kahontalna masyarakat Gemah Ripah Repeh Rapih anu di pirido ku

Gusti Nu Maha Suci.

3. Nanjeurna kapriabadian Sunda pikeun jenglengna kapdribadian

Indonesia.

4. Jembarna kabudayaan Sunda dina wangunan kabudayaan

Indonesia.

• Usaha

1. Miara anjen anu jembar kana luhungna kapribadian Indonesia.

2. Nalungtik, ngaraksa, ngariksa, jeung mekarkeun kabudayaan Sunda.

3. Nyegah asupna pangaruh kabudayaan deungeun anu papasalia

jeung kapribadian Sunda hususna, kapribadian Indonesia umuna

4. Milu Ilubiung ngahangkeutkeun pangwungan dina sagala widang

kahirupan lahir batin.

5. Milu nitenan kaayaan jeung kamekaran masyarakat

sabudeureunana, pikeun ngahudang sarta nguatkeun rasa tanggung

jawab kamasyarakatan anu jembar kalawan make dasar anu sehat

6. Nyiapkeun anggota pikeun mibanda tanggung jawab anu jembar

pikeun ngudag tujuan Paguyuban.

7. Digawe babarengan jeung Paguyuban-Paguyuban Mahasiswa serta

lembaga masyarakat.

(41)

II.5 Solusi

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa kisah merupakan suatu benruk dari prosa lama yang pada umumnya jenis prosa ini tidak diketahui nama pengarangnya. Di dalam kisah juga berisi nasihat atau petuah-petuah yang dapat dijadikan panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kisah menceritakan suatu kejadian yang tidak nyata atau hanya sekedar khayalan saja. Begitu juga dengan Kisah Si Kabayan, yang dalam kisahnya menceritakan kejadian-kejadian yang tidak nyata tetapi berisi nilai-nilai kehidupan. Salah satu tokohnya yaitu Nyi Iteung, selain memiliki sifat-sifat dan perilaku yang baik dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Ia juga memiliki sifat-sifat buruk seperti seorang gadis pada umumnnya.

Tetapi dari kisah-kisah Si Kabayan yang ada, tokoh Nyi Iteung sangat kurang atau bahkan tidak ada sama sekali Kisah Si Kabayan. Terbukti dari tiga buku Kisah Si Kabayan, hanya ada satu kisah yang menampilkan tokoh Nyi Iteung.

Mengingat kurangnya tokoh Nyi Iteung sebagai tokoh utama suatu kisah, yang diceritakan melalui bentuk media informasi dengan pemanfaatan visual cocok bagi kalangan remaja khususnya remaja putri. Dimana Nyi Iteung sendiri memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan contoh dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Disesuaikan dengan ciri-ciri remaja menurut teori yang ada bahwa remaja dengan usia 13-18 tahun telah memiliki rasa ingin tahu dan bersifat imajinatif dengan kemampuan berpikir yang sudah jauh lebih baik.

(42)

percakapan bahasa campuran Indonesia dan Sunda ini merupakan hal yang biasa di Kota Bandung.

(43)

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI

III.1 Strategi Perancangan

Strategi dari perancangan media informasi ini adalah komik. Yang memiliki tujuan diantaranya meningkatkan apresiasi masyarakat Sunda khususnya remaja putri Sunda kepada kisah-kisah dengan konten lokal, dan memperkenalkan kembali tokoh Nyi Iteung dengan menjadikannya tokoh utama dalam komik yang ceritanya diadaptasi dari kisah-kisah Si Kabayan yang sudah ada dengan membuat kisah tokoh Nyi Iteung lebih dalam lagi. Selain itu juga, komik dianggap sebagai media yang lebih efisien dalam memperkenalkan tokoh Nyi Iteung baik dari segi visual karakter maupun sifat dari tokoh tersebut. Dengan menggunakan desain yang feminim dan gaya gambar yang disesuaikan untuk remaja putri.

III.1.1 Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran (target audience) komik ini, ditujukan kepada remaja putri dengan usia 13 tahun hingga 18 tahun. Karena pada usia ini mereka sudah bisa berpikir secara abstrak, idealistik dan logika. Seperti yang dikutip dari (Santrock, 1999) yang menjabarkan aspek-aspek tersebut sebagai berikut:

• Abstrak

Cara berpikir dengan menghubungkan berbagai ide, pemikiran atau konsep pengertian yang berguna untuk menganalisa dan memecahkan masalah yang ada.

• Idealistik

Dalam cara berpikir idealistik, remaja akan bereaksi ketika menemui atau menghadapi hal-hal yang tidak benar agar segera diperbaiki.

• Logika

(44)

Kelompok sasaran juga dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu kelompok sasaran primer dan kelompok sasaran sekunder. Kelompok sasaran primer terbagi menjadi tiga bagian, yaitu demografis, geografis, psikografis.

• Kelompok Sasaran Primer

Adalah kelompok sasaran utama dalam perancangan media informasi komik ini. Kajian kelompok sasaran primer diantaranya:

1. Geografis

Secara geografis, perancangan media informasi melalui komik ini hanya ditujukan untuk daerah Bandung. Mengingat komik ini ditujukan kepada remaja putri Sunda yang tinggal di Kota Bandung, dan juga penggunaan bahasa Sunda yang menjadi salah satu bahasa sehari-hari menjadi alasan untuk memilih Kota Bandung sebagai sasaran utama komik ini.

2. Demografis

Secara demografis, target sasaran primer adalah remaja putri yang berusia 13 tahun hingga 18 tahun. Karena pada usia ini mereka sudah bisa berpikir secara abstrak, idealistik dan logika. Sehingga mereka dapat memahami lebih dan dapat menyimpulkan seperti apa penampulan, sifat dan peirlaku tokoh Nyi Iteung setelah membaca komik ini.

3. Psikografis

Secara psikografis, media informasi komik ini ditujukan bagi remaja putri yang ingin menambah pengetahuan tentang Nyi Iteung dan mengenal lebih dalam tokoh dari Nyi Iteung.

• Kelompok Sasaran Sekunder

(45)

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Agar suatu informasi dapat tersampaikan dengan baik, dibutuhkan komunikasi yang mampu menyampaikan informasi tersebut agar mudah dimengerti khususnya kelompok sasaran utama atau target audience.

Pendekatan komunikasi yang digunakan dalam perancangan media informasi komik ini dibagi menjadi dua, yaitu:

• Pendekatan Visual

Pendekatan visual yang digunakan dalam media informasi komik ini adalah komik hitam putih yang memberikan kesan sederhana dalam menceritakan kehidupan sehari-hari Nyi Iteung yang diadaptasi dari sebuah kisah atau dongeng yang sudah ada. Berikut cara penggambaran Iteung sebagai tokoh utama dalam pembuatan komik ini, yang difokuskan kepada Iteung yang sedang melakukan kegiatannya sehari-hari.

Karakter atau tokoh Nyi Iteung dalam perancangannya dibuat dan disesuaikan dengan target utama dari perancangan media ini yaitu remaja putri. Maka dari itu, untuk mendapatkan karakter yang sesuai dengan remaja putri Sunda saat ini dilakukanlah kuisioner mengenai perancangan tokoh atau karakter Nyi Iteung. Mulai dari pakaian hingga penampilan Nyi Iteung disesuaikan menurut pandangan remaja putri Sunda yang ada di Kota Bandung. Responden yang mengisi berasal dari kalangan pelajar yakni pelajar SMP dan SMA.

(46)

Gambar III.1 Pendekatan Visual Pakaian Nyi Iteung Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

(47)

Gambar III.3 Pendekatan Visual Gaya Gambar Nyi Iteung Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

(48)

Gambar III.5 Pendekatan Visual Media Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

• Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang digunakan untuk mendukung media infomasi komik ini menggunakan kalimat langsung. Judul yang digunakan dalam komik ini adalah "Si Iteung Melamun", yang diadaptasi dari kisah atau dongeng Si Kabayan yang sudah ada dengan judul "Kabayan Melamun Kaya". Cerita yang diambil untuk kemudian di adaptasi ke dalam komik merupakan salah satu cerita yang merupakan hasil asistensi dari kisah-kisah Kabayan yang ada.

(49)

Gambar III.6 Pemilihan Cerita Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

(50)

Gambar III.8 Pemilihan Cerita Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

III.1.2.1 Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan dalam perancangan media informasi komik ini adalah, memperkenalkan tokoh Nyi Iteung lebih dalam lagi melalui aktivitas dan perilakunya sehari-hari. Seperti saat Nyi Iteung bangun tidur, membantu orang tua, dan lainnya.

III.1.2.2 Tujuan komunikasi

(51)

III.1.3 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang akan ditampilkan pada media informasi komik ini yaitu akan terfokus kepada tokoh Nyi Iteung. Dimana dalam ceritanya, tokoh Nyi Iteung mendapat peran yang lebih banyak dibanding tokoh lainnya, menampilkan berbagai ekspresi yang disesuaikan dengan sketsa yang sudah dibuat sebelumnya. Kemudian diolah kembali ke dalam media komputer dengan menggunakan software Paintool SAI untuk melakukan proses lining dan inking secara digital. Selanjutnya, untuk penulisan teks menggunakan software Adobe Photoshop. Selain itu, beberapa merchandise dan media pendukung yang menarik menjadi pilihan berikutnya agar menarik perhatian audience agar tertarik membaca buku ini.

III.1.4 Strategi Media

Pemilihan media disesuaikan dengan kebutuhan audience serta keefektifannya dalam menyampaikan informasi yang ingin disampaikan. Adapun media yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu media utama dan media pendukung.

III.1.4.1 Media Utama

Media utama yang digunakan berupa komik, seperti yang dikutip dari (Adi Kusrianto, 2007) komik bisa digunakan sebagai media penyampaian pesan yang efektif walaupun selalu ada efek biasnya serta penggunaan gambar memungkinkan pesan yang akan disampaikan menjadi lebih jelas dan lebih mudah dimengerti. Dan mengacu pada audiencenya yaitu para remaja, komik merupakan salah satu media populer di kalangannya.

III.1.4.2 Media Pendukung

Media pendukung sesuai dengan fungsinya, adalah media yang menjadi pendukung media utama dalam menyampaikan informasi. Media pendukung yang digunakan sebagai media pendukung dari media utama ini, diantaranya:

X-banner

(52)

Digunakan di toko-toko buku baik diluar maupun di dalam toko buku dengan ukuran 160 x 60 cm

• Poster

sama seperti x-banner, poster sebagai informasi bahwa komik sudah terbit dan tersedia di toko buku. Poster berukuran A3 diletakan di depan pintu masuk toko buku.

Standing character

sebagai salah satu media informasi yang merangkap fungsi menjadi penghias display.

• Pembatas buku

merupakan salah satu bagian dari komik yang digunakan untuk membatasi halaman berapa yang sudah dibaca. Selain bisa digunakan untuk buku komik ini, buku pembatas ini juga bisa digunakan pada buku lainnya juga. Ukuran pembatas buku ini yaitu 10 x 5 cm.

• Gantungan kunci

gantungan kunci merupakan benda yang selalu dibawa kemana-mana, biasanya pada kepala resleting tas.

• Pin

pin bisa ditempel pada tas dan baju dan selalu dibawa kemana pun si pemakai pergi.

• Stiker

stiker merupakan salah satu media yang bisa di aplikasikan di mana saja.

III.1.5 Strategi Distribusi

(53)

III.2 Konsep Visual

III.2.1 Format Desain

Rincian dari Format Desain buku ini adalah sebagai berikut:

• Buku ini berukuran 21,0 x 29,7 cm, ukuran ini dipilih karena buku komik

ini berkonsep seperti majalah komik, sehingga ukuran disesuaikan dengan ukuran majalah.

• Jenis kertas untuk isi yaitu menggunakan art paper 150 gram • Buku disampul softcover

III.2.2 Tata Letak (layout)

Konsep tata letak komik ini mengacu pada empat prinsip menurut Robin Williams dikutip dari buku "Pengantar Desain Komunikasi Visual" (Adi Kusrianto, 2007)

• Kontras • Perulangan • Peletakan • Kesatuan

(54)

III.2.3 Tipografi

Font yang digunakan pada perancangan media buku ini font-font yang sederhana dan memiliki kesan feminim, berkaitan dengan komik yang bertemakan tentang kehidupan sehari-hari seorang gadis, dan tentunya font-font tersebut mudah dibaca dan disesuaikan dengan penggunaanya

Font untuk judul menggunakan huruf Jandles:

Gambar III.10 Font Jandles Sumber: Dokumen Pribadi (2016)

(55)

Font untuk teks dialog menggunakan huruf Girls Have Many Secrets:

Gambar III.12 Font Girls Have Many Secrets Sumber: Dokumen Pribadi

III.2.4 Ilustrasi

Teknik ilustrasi yang digunakan pada media utama komik ini adalah teknik membuat komik. Secara keseluruhan dalam membuat komik harus melewati beberapa tahap awal sebelum akhirnya membuat komik itu sendiri. Pertama membuat storyline dari komik yang akan dibuat, dimana storyline ini menjadi panduan dalam mengaplikasikan cerita ke dalam komik. Kemudian tahap selanjutnya membuat storyboard. Storyboard merupakan sketsa kasar dalam pembuatan komik, dimana dalam storyboard dapat ditentukan bagaimana bentuk panel dalam setiap halamannya, tataletak karakter dalam setiap panel, dan sebagainya. Selanjutnya yaitu penciling. Dalam tahap ini storyboard tadi sudah dibuat ke dalam bentuk yang lebih detail. Karakter dari setiap komik sudah digambar lengkap dengan properti yang dibutuhkan sesuai dengan cerita. Tahap terakhir dalam teknik pembuatan komik yaitu lining dan inking, dimana komik sudah diberi shading dan efek-efek dalam komik tersebut.

III.2.5 Warna

(56)

dengan alasan untuk mempertegas tokoh-tokoh yang berada dalam komik tersebut. Tidak banyak warna yang dimasukkan dalam perancangan komiknya, dan dengan menggunakan inking hitam-putih ini diharapkan para pembaca dapat lebih fokus kepada Nyi Iteung itu sendiri. Selain itu penggunaan warna hitam dan putih pada komik ini juga menurut Sulasmi Darmaprawira W.A. dalam bukunya yang berjudul " WARNA Teori dan Kreativitas Penggunaannya Edisi Ke-2" disebutkan bahwa warna hitam yang diindikasikan dengan kebalikan dari sifat warna putih yang memililki karakter positif, jujur, polos dan murni. Seperti karakter dari tokoh Nyi Iteung yang memiliki sifat-sifat baik tetapi sebagai manusia. ia juga tidak lepas dari sifat-sifat buruk yang ada dalam dirinya.

(57)

BAB VI. TEKNIK PRODUKSI MEDIA

IV.1 Media Utama

Media Utama yang dipilih adalah buku komik yang isinya menceritakan sifat dan perilaku dari tokoh Nyi Iteung dari kehidupan sehari-harinya. Cerita yang diambil untuk membuat buku komik ini merupakan adaptasi dari salah satu Kisah Si Kabayan yang berjudul "Kabayan Melamun Kaya" yang kemudian dibuat ulang dengan judul dan cerita yang berbeda. Tokoh utama dalam komik ini tidak lain adalah Nyi Iteung sendiri dan berhubung target audience adalah kalangan remaja saat ini lebih tepatnya ramaja putri Sunda, maka cerita dikondisikan sebagaimana mungkin agar dapat diterima oleh para remaja putri.

Berikut tahap-tahap pembuatan media utama:

1. Konsep pembuatan cerita melalui storyboard untuk mempermudah pembuatan dan pengaturan alur cerita dari komik tersebut. Setelah itu dilanjutkan ke dalam tahap sketsa, dalam tahap ini dilakukan secara manual.

Gambar IV.1 Sketsa dan Storyboard Komik. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

2. Kemudian tahap kedua yaitu melakukan scanning pada sketsa yang sudah

(58)

Gambar IV.2 Sketsa dan Storyboard Komik Hasil Scanning. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

3. Tahap ketiga dari pembuatan komik yaitu melakukan lining secara digital. Tahap lining yaitu menggambar ulang garis luar atau outline dari sketsa yang sudah di scansebelumnya.

Gambar IV.3 Tahap Lining Pada Gambar. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

4. Setelah tahap lining selesai, kemudian dilanjutkan dengan tahap toning.

Toning atau tone adalah proses memberi warna bagian-bagian kosong

(59)

Gambar IV.4 Tahap Toning Pada Gambar. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

5. Setelah selesai maka tahap berikutnya ialah memberi caption atau balon

kata yang berupa narasi dan dialog pada setiap halamannya yang disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap masing-masing panel.

Gambar IV.5 Tahap Pemberian Caption atau Balon Kata Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

(60)

informasi panel dengan menggunakan latar belakang warna hitam dan teks warna putih sedangkan untuk balon kata yang berisi diaolg antar tokoh menggunakan latar belakang warna putih dan teks warna hitam.

Gambar IV.6 Memasukkan Teks Pada Komik. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

(61)

Gambar IV.8 Contoh Balon Kata Pada Komik. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Kemudian gambar disusun secara vertikal dengan ukuran A4 yaitu 21 x 29,7 cm menggunakan Art Paper gsm, dan untuk sampul depan dan sampul belakang menggunakan softcover. Desain dari sampul komik ini menggunakan warna pastel merah muda untuk memberi kesan feminim yang ditujukan kepada target utama dari komik ini yaitu remaja putri. Sedangkan hati yang ada pada sampul menggambarkan Nyi Iteung yang sedang melamun karena perasaanya kepada Kabayan.

Gambar IV.9 Sampul Depan dan Sampul Belakang.

(62)

IV.2 Media Pendukung

Media pendukung memliki peran dan fungsi sebagai media promosi dan membantu dalam penyampaian informasi dari media utama.

IV.2.1 X-Banner

Gambar IV.10 X-Banner. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Berfungsi sebagai media promosi dan juga informasi bahwa komik ini akan segera terbit. Digunakan di toko-toko buku baik diluar maupun di dalam toko buku. Desain dari x-banner ini diadaptasi dari sampul komik itu sendiri.

(63)

IV.2.2 Poster

Gambar IV.11 Poster

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Berfungsi sebagai informasi bahwa komik sudah terbit dan tersedia di toko buku. Desain dari poster juga sama seperti x-banner menggunakan sampul dari buku komik sebagai tampilannya.

• Ukuran: A3

• Material: Art Paper 150 g

IV.2.3 Standing Character

(64)

Sebagai salah satu media informasi yang merangkap fungsi menjadi penghias display. Desain dari standing character ini diambil dari tokoh atau karakter

yang ada pada sampul komik yang kemudian di cetak dengan Art Paper 150 gr yang ditempelkan pad styrofoam untuk kemudian di bentuk sesuai dengan gambar.

• Ukuran: Disesuaikan • Material: Art Paper 150 gr

IV.2.4 Pembatas Buku

Gambar IV.13 Pembatas Buku. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Merupakan salah satu bagian dari komik yang digunakan untuk membatasi halaman berapa yang sudah dibaca. Selain bisa digunakan untuk buku komik ini, buku pembatas ini juga bisa digunakan pada buku lainnya juga. Desain dari pembatas buku ini sama dengan media lainnya diadaptasi dari sampul buku komik dengan tambahan hati di atasnya.

• Ukuran: 10 x 5 cm

(65)

IV.2.5 Gantungan Kunci

Gambar IV.14 Gantungan Kunci. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Gantungan kunci merupakan benda yang selalu dibawa kemana-mana, biasanya pada kepala resleting tas. Desainnya dengan menambahkan latar belakang hati yang ukurannya berurutan dari kecil ke besar dengan warna merah muda, putih, merah muda, dan seterusnya.

IV.2.6 Pin

Gambar IV.15 Pin.

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

(66)

IV.2.7 Stiker

Gambar IV.16 Stiker.

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Stiker bisa ditempel pada media apapun. Desainnya dengan menggunakan close up wajah Nyi Iteung.

(67)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI NYI ITEUNG MELALUI KOMIK

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Satriadi Purnatama Sunarya NIM. 51912023

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(68)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 4

I.4 Batasan Masalah ... 5

I.5 Tujuan Penelitian ... 5

BAB II NYI ITEUNG DALAM KISAH SI KABAYAN II.1 Tinjauan Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan ... 6

II.1.1 Tinjauan Kisah sebagai Produk Budaya ... 6

II.1.1.1 Pengertian Kisah Menurut Ahli ... 6

II.1.1.2 Ciri-Ciri Sebuah Kisah ... 6

II.1.1.3 Jenis-Jenis Kisah ... 7

II.1.1.4 Kisah Si Kabayan ... 10

II.1.1.5 Perbedaan Kisah-Kisah Si Kabayan ... 10

II.1.1.6 Tokoh dalam Kisah Si Kabayan ... 11

II.1.1.7 Kisah Si Kabayan sebagai Simbol ... 11

II.1.2 Tinjauan Mengenai Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan ... 13

(69)

II.1.2.2 Nyi Iteung dan Remaja Saat Ini... 14

II.1.2.3 Tokoh Nyi Iteung dalam Kisah Si Kabayan ... 15

II.1.2.4 Nyi Iteung Sebagai Tokoh yang Tidak Terikat Oleh Waktu ... 16

II.2 Tinjauan Tentang Media Informasi Komik ... 29

II.2.1 Teori Mengenai Komik ... 29

II.2.2 Anatomi Komik ... 30

II.3 Tinjauan Tentang Remaja ... 33

II.3.1. Teori Mengenai Remaja ... 33

II.3.2. Fenomena yang Ada di Remaja Saat Ini ... 35

II.4 Analisa Terkait dengan Tokoh Nyi Iteung ... 36

II.4.1 Analisa Tokoh Nyi Iteung ... 36

II.4.2 Analisa Hasil Wawancara ... 37

II.4.2.1 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Setting ... 37

II.4.2.2 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Gaya Berpakaian ... 38

II.4.2.3 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Karakteristik ... 38

II.4.2.4 Analisa Hasil Wawancara Mengenai Anatomi... 39

II.4.3 Mandatory ... 39

II.4.3.1 DAMAS ... 39

II.5 Solusi ... 41

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI III.1 Strategi Perancangan ... 43

III.1.1 Kelompok Sasaran ... 43

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 45

III.1.2.1 Materi Pesan ... 50

III.1.2.2 Tujuan Komunikasi ... 50

III.1.3 Strategi Kreatif ... 51

(70)

III.1.4.2 Media Pendukung... 51

III.1.5 Strategi Distribusi ... 52

III.2 Konsep Visual ... 53

III.2.1 Format Desain ... 53

III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 53

III.2.3 Tipografi ... 54

III.2.4 Ilustrasi ... 55

III.2.5 Warna ... 56

BAB VI TEKNIK PRODUKSI MEDIA VI.1 Media Utama ... 57

VI.2 Media Pendukung ... 62

VI.2.1 X-Banner ... 62

VI.2.2 Poster ... 63

VI.2.3 Standing Character ... 63

VI.2.4 Pembatas Buku ... 64

VI.2.5 Gantungan Kunci ... 65

VI.2.6 Pin ... 65

VI.2.7 Stiker ... 66

DAFTAR PUSTAKA...67

(71)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ambri, MOH. (2015). Si Kabayan Jadi Dukun. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.

Coster-Wijsman, Lina Maria. (2008). Si Kabayan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Danandjaja, James. (1984). Folklore Indonesia. Jakarta: PT Grafiti Pers. Dariyo, Agoes, Psi. (2004). Psikologi Perkemabangan Remaja. Bojongkerta: Ghalia Indonesia.

Darmawipa, Sulasmi W.A.(2002). Warna Teori dan Kreativitas Penggunaanya Edisi Ke-2. Bandung: ITB.

Koesman, M.O. (2013). Si Kabayan. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Sumardjo, Prof. Jakob. (2014). Paradoks Cerita-Cerita Si Kabayan. Bandung: CV Yrama Widya.

Suryani, Elis NS. (2008). Merumat Warisan Karuhun Orang Sunda. Jatinangor: ALQAPRINT JATINANGOR.

Sumber Artikel Internet

Gambar

Gambar II.3 Poster Film Si Kabayan
Gambar II.9. Poster Film  Si Kabayan Cari Jodoh                                  Sumber: klikstarvision.com (2016)
Gambar II.10 Poster Film  Si Kabayan Jadi Milyuner Sumber: movie.co.id (2016)
Gambar II.13 Nyi Iteung di kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

tentang biografi Oto Iskandar Di Nata sebagai tokoh yang dapat menginspirasi dari.. aspek kepribadiannya seperti sikap dan perilaku, sikap Oto Iskandar Di

Dalam teknik bordir ada beberapa macam gunting yang dapat membantu dalam pembuatannya diantaranya adalah gunting kain, gunting kertas, gunting benang, gunting

[r]

Dari 82 responden siswa/i SDN 2 Sekeloa, sebanyak 69% jawaban responden menyatakan mengetahui informasi sedekah dari buku pelajaran agama islam di sekolahnya.

Target audiens dipilih adalah remaja karena pengetahuan tentang tradisi ritual mandi ngabungbang kurang dimulai dari remaja, padahal peserta dari kegiatan ini dari berbagai

Berdasarkan rumusan masalah mengenai tokoh Dipati Ukur dan juga hasil pengamatan dan juga penelitian terkait, maka akan dirancang sebuah media informasi berupa

• Penambahan tokoh panakawan pada wayang kulit purwa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan tujuan menyampaikan nilai-nilai agama Islam.. • Sebagian masyarakat

Kegiatan ini dilakukan di Bali Desa Desa Leran Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik pada tanggal 6-10 April 2021 yang diikuti oleh seluruh remaja putri berusia 10-19 tahun yang