• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Informasi Ritual Mandi Ngabungbang Suku Sunda Melalui Media Buku Cerita Bergambar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Informasi Ritual Mandi Ngabungbang Suku Sunda Melalui Media Buku Cerita Bergambar"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

55 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Reza Kurniawan

Alamat : Taman Graha Asri blok A1/14 Ciracas, Serang - Banten

No. Telp : +6281381401741

Email : jakur@live.com

Jenis Kelamin : Laki - laki

Tempat Tanggal Lahir : Serang, 30 Mei 1993

Warga Negara : Indonesia

Suku : Sunda

Agama : Islam

1999 - 2005 : SDN 3 Kota Serang

2005 - 2008 : SMPI Al-Azhar 11 Kota Serang

2008 - 2011 : SMAN 3 Kota Serang

2012 - 2016 : Universitas Komputer Indonesia

Bandung, 20 Agustus 2016

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI RITUAL MANDI NGABUNGBANG SUKU SUNDA MELALUI MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Reza Kurniawan NIM. 51912088

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iii KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah-Nya, serta izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Perancangan Tugas Akhir yang berjudul “Perancangan Media Informasi Ritual Mandi Ngabungbang Suku Sunda Melalui Media Buku Cerita Bergambar”.

Semoga dengan selesainya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, serta semua orang yang terlibat secara langsung, maupun tidak langsung. Dengan adanya laporan ini, semoga dapat menambah pustaka literatur bagi permasalahan yang sejenis.

Selama proses pembuatan laporan ini, banyak pihak yang telah membantu baik secara langsung, maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, penulis ucapan banyak terima kasih karena telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran demi hasil yang lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu.

Bandung, Agustus 2016

(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 2

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan... 3

BAB II. RITUAL MANDI NGABUNGBANG SUKU SUNDA II.1 Suku Sunda ... 4

II.1.2 Sistem Kepercayaan Suku Sunda ... 4

II.1.3 Ritual ... 5

II.1.2 Tujuan Ritual ... 5

II.1.4 Mandi ... 6

II.1.4.1 Jenis-Jenis Ritual Mandi... 6

II.2 Ngabungbang ... 7

II.2.1 Perubahan Tradisi Ngabungbang Suku Sunda ... 12

II.2.3 Media Informasi Buku Cerita Bergambar ... 13

(8)

vii

II.4 Resume ... 15

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN III.1 Strategi Perancangan ... 17

III.1.1 Khalayak Sasaran ... 17

II.1.2 Strategi Komunikasi ... 20

II.1.2 Mandatory ... 21

III.1.4 Strategi Kreatif ... 22

III.1.5 Strategi Media ... 24

III.1.6 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media ... 27

III.2 Konsep Desain ... 27

III.2.1 Format Desain ... 28

III.2.2 Tata Letak... 39

III.2.3 Huruf ... 30

III.2.4 Ilustrasi ... 31

III.2.5 Warna ... 33

BAB IV. TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Proses Pembuatan Media Utama ... 35

IV.2 Media Utama ... 37

IV.2.1 Sampul ... 37

IV.2.2 Isi Buku ... 39

IV.3 Media Pendukung ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(9)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Menyaksikan Pentas ... 8

Gambar II.2 Menuju Sumber Mata Air ... 9

Gambar II.3 Ritual Ngabungbang ... 10

Gambar III.1 Referensi Visual 1 ... 29

Gambar III.2 Format Halaman ... 30

Gambar III.3 Tata Letak ... 31

Gambar III.4 Contoh Huruf Big John Pada Sampul ... 32

Gambar III.5 Contoh Huruf Chalk Marks Pada Isi Halaman... 32

Gambar III.6 Contoh Visual Imas ... 33

Gambar III.7 Lokasi Menuju Sumber Mata Air... 34

Gambar III.8 Aplikasi Pada Gambar ... 34

Gambar III.9 Sampel Warna ... 35

Gambar IV.1 Proses Awal Digitalisasi Sketsa ... 36

Gambar IV.2 Proses Digitalisasi Warna ... 37

Gambar IV.3 Proses Digitalisasi Akhir ... 37

Gambar IV.4 Buku Ilustrasi Cetak ... 38

Gambar IV.5 Sampul Depan Buku ... 38

Gambar IV.6 Sampul Belakang Buku ... 39

Gambar IV.7 Isi Buku ... 40

Gambar IV.8 Poster ... 41

Gambar IV.9 X-Banner ... 42

Gambar IV.10 Media Sosial ... 43

Gambar IV.11 Promosi Video ... 43

Gambar IV.10 Totebag... 44

Gambar IV.11 Baju Kaos ... 45

Gambar IV.12 Pembatas Buku ... 45

(10)
(11)

x DAFTAR TABEL

(12)

47 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Bustanuddin, Agus. 2007. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Grafindo Persada.

Ekadjati, Edi S. 1984. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Girimukti Pasaka.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Junaedi, Ahmad. 2003. Perancangan Logo. PT Tesapura: Bandung.

Maulana, Amalia E. 2009. Consumer Insight via Ethnography. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mustapa, Hasan. 1985. Adat Istiadat Sunda. Bandung: Alumni.

Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Penerbit Andi.

Kerzner, Harold R. 2011. Project Management Metrics, KPIs, and Dashboard. Wallace: Wiley.

Suyanto, M. 2003. Strategi Periklanan pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pendidikan Nasional, Departemen. 2008. Kamus Besar Bahasia Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo

(13)

48 Jukardi, Adang. 2011. Khidmatnya Ngabungbang di Muara Sungai

Cisukawayana.http://www.pikiran-rakyat.com/jawa- barat/2011/02/17/135561/khidmatnya-ngabungbang-di-muara-sungai-cisukawayana. 10 November 2015.

Sumber Jurnal Internet

Narulita, Galih. 2012. Fungsi Ronggeng Ibing Dalam Upacara Ngabungbang Di Desa Batulawang Kota Banjar. Jurnal Ringkang. 2-12.

Nurmpramadya, Anggraito. 2012. Perancangan Buku Visual Skateboard Untuk Remaja Indonesia. Jurnal Sains dan Seni ITS.

Sumber Majalah & Surat Kabar

(14)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Mandi merupakan hal yang lazim dilakukan oleh setiap manusia sebagai bagian dari kesehatan. Di Indonesia sendiri, mandi biasa dilakukan dalam dua kali pada satu hari. Mandi pagi dan sore hari. Tujuan mandi adalah untuk membersihkan tubuh dan membuat tubuh lebih sehat. Kegiatan ini biasa dilakukan dengan cara menyiramkan, merendam, dengan menggunakan air dan sabun.

Dalam adat di Indonesia pun, mandi tidak hanya dikenal secara umum. Dikenal pula mandi khusus yang berhubungan dengan ritual-ritual yang menggunakan mandi sebagai pelengkap dari kesempurnaan sebuah ritual. Dalam adat Jawa, dikenal mandi malam Satu Suro, yaitu mandi yang dilaksanakan pada tahun baru penanggalan bulan suro dalam kalender Jawa. Ada juga ritual memandikan benda seperti keris dan benda pusaka lainnya. Di wilayah Jawa Barat, ada salah satu suku yaitu Suku Sunda. Suku ini adalah bagian dari sekian banyak suku di Indonesia yang mencerminkan karakteristik dan kebudayaan yang terlihat dari mata pencaharian, wilayah, dan keseniannya. Jawa Barat juga mempunyai beberapa ritual mandi yang sebenarnya telah ada dan menjadi budaya. Ritual mandi yang ada di Jawa Barat salah satunya adalah ngabungbang yang ada di Kabupaten Subang. Ritual mandi ini mempunyai makna yang baik untuk diketahui.

Makna merupakan pengertian dan sebuah maksud yang ditujukan. Makna ngabungbang sendiri berarti mandi suci dengan niat mempersatukan cipta, rasa,

(15)

2 Ritual mandi ini perlu diketahui dan dipahami masyarakat khususnya di Jawa Barat yang merupakan tempat mayoritas Suku Sunda mulai dari anak-anak hingga dewasa agar budaya tetap dikenal dan juga abadi. Karena ritual mandi ini mempunyai potensi yang besar untuk pengetahuan budaya. Daerahnya sendiri dapat memperlihatkan tradisinya, diikuti oleh makna yang baik bagi pembelajaran untuk masyarakat.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari penjabaran latar belakang di atas, maka hal-hal yang dapat diidentifikasikan sebagai masalah adalah antara lain:

 Menurunnya pengetahuan masyarakat tentang ritual mandi ngabungbang yang ada di Suku Sunda.

 Pelaksanaan mandi hanya sebagai ritual, tetapi tidak memahami maknanya.  Pakaian yang digunakan pada ritual mandi ngabungbang memiliki makna.  Ngabungbang mulai ditinggalkan karena dianggap sebagai hal mistis dan

bid’ah oleh masyarakat.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah tersebut, maka dapat ditetapkan rumusan masalahnya adalah bagaimana cara menyampaikan informasi ritual mandi ngabungbang terkait prosesi, peralatan, pakaian, serta makna yang ada di Suku Sunda kepada masyarakat melalui komunikasi visual?

I.4 Batasan Masalah

Ritual mandi terdapat di beberapa daerah di Indonesia, maka untuk memusatkan perhatian pada masalah meliputi:

 Informasi tentang mandi dalam konteks ritual.

(16)

3 I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Tujuan dan manfaat dari perancangan ini untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu:

 Menginformasikan adanya salah satu budaya yang ada di Suku Sunda khususnya ritual mandi ngabungbang terkait prosesi, makna, dan juga pakaian yang digunakan tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.  Menginformasikan mandi sebagai ritual bukan sekadar hal mistis dan bid’ah,

tetapi untuk dilihat dari sisi manfaatnya.

 Mengetahui ritual mandi ngabungbang mempunyai makna yang baik bagi kehidupan karena membuang sifat-sifat buruk manusia.

(17)

4 BAB II. RITUAL MANDI NGABUNGBANG SUKU SUNDA

II.1 Suku Sunda

Kelompok Suku Sunda adalah kelompok kedua terbesar di Indonesia. Ciri orang-orang pada suku sunda bukan dilihat melalui ciri fisiknya, melainkan ciri yang disebabkan oleh kehidupan, alam, dan pendidikan yang menjadi ciri kebudayaannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa yang disebut orang Sunda adalah mereka yang sehari-hari mempergunakan bahasa Sunda dan menjadi pendukung kebudayaan Sunda. Bagian terbesar tanah Sunda menjadi Provinsi Jawa Barat yang merupakan bagian dari Republik Indonesia (Ekadjati, 1984).

Suku Sunda merupakan orang atau sekelompok masyarakat yang tinggal di daerah Sunda, atau orang yang menggunakan bahasa sunda untuk kesehariannya karena orang Sunda pun tersebar di berbagai daerah lainnya, bukan hanya di daerah Jawa Barat saja.

II.1.2 Sistem Kepercayaan Suku Sunda

Sebagian besar orang Sunda menganut agama Islam. Namun, dalam kehidupan sehari-hari masih menggunakan unsur-unsur kepercayaan di luar islam. Kehidupan beragama dalam orang Sunda dipengaruhi oleh kepercayaan kepada kekuatan mahluk halus dan kekuatan magis (Ekadjati, 1984).

(18)

5 II.1.3 Ritual

Ritual merupakan prosesi dalam suatu adat istiadat mempunyai berbagai macam tahapan, salah satu tahap yang disebut dengan ritual. Ritual dipercaya sebagai turunan dari kebiasaan para leluhur serta persepsi suatu kaum yang menganut suatu kepercayaan pada hari yang sakral.

Menurut Koentjaraningrat (1985), ritual merupakan tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan keramat yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama. Kegiatan ini ditandai dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu adanya waktu, tempat-tempat dimana upacara dilakukan, alat-alat dalam upacara, serta orang-orang yang menjalankan upacara.

Upacara berkaitan dengan sebuah ritual yang bersifat tradisi, maka upacara ini bisa disebut dengan upacara tradisional yang di dalamnya terdapat sebuah ritual mandi yang saling berkaitan. Suatu upacara mempunyai sebuah pakem yang ada dalam masyarakat. Karena keabsahan suatu upacara harus sesuai dengan tradisi, dan telah disepakati bersama karena setiap prosesinya terdapat tujuannya masing-masing.

II.1.3.1 Tujuan Ritual

Dalam ritual, semua mempunyai tujuan yang jelas, mempunyai hal yang ingin dituju tergantung dari jenis ritual yang dijalaninya. Karena prosesi suatu upacara harus selalu sesuai dengan tata cara yang benar, agar nilai dari tujuan sebuah ritual sendiri tidak hilang.

Ritual atau ritus dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan. Seperti upacara menolak bala dan upacara karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian (Bustanuddin, 2007).

(19)

6 II.1.4 Mandi

Upacara yang terjadi dalam sebuah adat istiadat, merupakan sebuah kegiatan yang terdiri dari beberapa tahapan. Pada tahapan ini pula, beberapa upacara atau adat istiadat ada yang mempunyai unsur tahapan atau prosesi yang menggunakan mandi sebagai bagian dari kesempurnaan suatu situal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengertian mandi adalah membersihkan tubuh dengan air dan sabun dengan cara menyiramkan, merendam dan sebagainya. Dalam hal ini, merupakan mandi dengan tujuan menyucikan diri dengan tujuan yang diatur pada adat istiadat, maupun dalam tradisi keagaman suatu kaum.

Mandi dalam konteks ini berkaitan dengan berbagai ritual dan adat istiadat yang ada di masyarakat, yang ada karena kebudayaan telah hadir sejak zaman dahulu. Tidak ada kaitannya dengan budaya mandi membersihkan diri yang dilakukan dua kali sehari.

II.1.4.1 Jenis – Jenis Ritual Mandi

Ritual atau bisa disebut dengan upacara, dapat dibagi menjadi: 1. Siklus Kehidupan

Kegiatan keagamaan di Indonesia, dalam hal ini mencakup wilayah Suku Sunda di mana banyak kegiatan keagamaan. Dalam beberapa kegiataan keagaman, ada salah satu tahap yang menggunakan ritual mandi dalam prosesinya contohnya adalah pernikahan dan tingkeban. Untuk kategori siklus kehidupan, merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan dengan tindakan penyambut kebahagiaan, atau kesedihan yang dilewati manusia dalam siklus kehidupan (Bustanuddin, 2007).

2. Menolak Bala

(20)

7 Menolak bala erat dengan ritual-ritual yang bertujuan untuk menghilangkan dosa, menjauhkan dari sial dan semacamnya. Kategori ini sering dilakukan karena kebiasan masyarakat yang sejak dahulu melaksanakan dan mensakralkan kegiatan ini (Bustanuddin, 2007).

II.2 Ngabungbang

Ngabungbang berasal dari kata “nga” dan “bungbang”. “Nga” berarti ngahijikan atau menyatukan. “Bungbang” berarti membuang atau membersihkan. Yang artinya, Ngabungbang adalah mandi suci dengan niat mempersatukan cipta, rasa, dan karsa untuk membuang semua perilaku tidak baik lahir dan batin. Menurut Galih (2012, h.1) ngabungbang adalah diam di luar bangunan dengan begadang semalaman terutama di tempat keramat pada penanggalan purnama 14.

Ngabungbang dalam hal ini adalah ngabungbang yang diadakan di muara sungai Pangadengan, Subang yang biasanya dilakukan pada hari Maulid Nabi Muhammad. Yang pada puncak acara dengan menceburkan diri beramai-ramai ke muara sungai yang konon melepaskan tujuh sifat jahat manusia, yaitu Sirik, Licik, Jahil, Aniaya, Angkuh, Ria, Tinggi hati, sekaligus membuka diri untuk sifat-sifat baik. Menurut pak Dasep Arifin (Inilah Koran, 2013), bahwa ngabungbang merupakan aplikasi dari berwudhu yang merupakan salah satu cara membersihkan diri, tidak ada hubungan dan sangkut pautnya dengan apapun.

Prosesi Ngabungbang

(21)

8 Gambar II.1 Menyaksikan Pentas

(sumber: https://video.tempo.co/read/2013/01/26/645/Tradisi-Ngabungbang-di-Kaki-Gunung-Tangkuban-Parahu, diakses 29/11/15)

b. Melakukan doa bersama oleh para peserta dan tawasulan. Biasanya doa ini dipandu oleh sesepuh menggunakan syahadat yang dipadukan dengan dipadukan dengan ucapan-ucapan sesepuh dalam bahasa sunda yang dilengkapi dengan kemenyan sebagai pengubung dan media pesan ke atas, yakni kepada Allah. Doa nya sendiri yakni :

Tul kukus ke gunung agung, dongkapna ka gunung putih,

mangdokapkeun parentah Allah, sujud syukur sembah sari ngabukti,

seneja asep kemenyan.

Lalu diikuti dengan ucapan Syahadat, yakni:

ه لوسر د حم ا د شأ ه اا هلا ا أ د شأ

Dibaca: Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah.

(22)

9 Gambar II.2 Menuju Sumber Mata Air

(sumber: http://budaya-indonesia.org/Adat-mandi-bareng-di-bawah-bulan-purnama/, diakses 29/11/15)

d. Ngabungbang. Di bawah sinar terang bulan para peserta menuju ke muara sungai. Prosesi inti ini dilakukan tepat pada tengah malam pukul 24.00 dan berakhir pada pukul 01.00. Dilakukan dengan memandikan diri ke dalam air oleh sepuluh wanita yang menggunakan kain putih sebagai pelengkap pagelaran agar terlihat lebih berwarna. Seusai acara ini selesai, masyarakat pun ikut mandi bersama mulai dari anak-anak hingga dewasa baik laki-laki maupun perempuan ikut menceburkan diri ke sungai di bawah sinar bulan purnama.

Gambar II.3 Ritual Ngabungbang

(23)

10  Pakaian Prosesi Ngabungbang

Pada pelaksanaan prosesi ngabungbang, dibawah ini adalah pakaian yang harus digunakan oleh para peserta, yaitu:

a. Kain putih

b. Ikat kepala berwarna putih

Kain putih digunakan oleh para peserta ngabungbang berupa baju dan ikat kepala yang digunakan baik pria maupun wanita. Kain digunakan perlambang sebagai penutup raga manusia dan putih sebagai perlambang suci, seperti yang ditujukan pada ritual mandi ngabungbang itu sendiri.

Peralatan dalam Ritual Mandi Ngabungbang

a. Obor

Obor digunakan sebagai sarana penerangan pada kegiatan ngabungbang. Karena pelaksanaan tradisi ini dilakukan pada malam hari. Digunakan dan diletakkan pada jalan menuju sumber air, dan juga digunakan untuk penerangan ketika para peserta sedang melakukan ritual mandi di sumber mata air.

b. Sesajen

Digunakan sebagai alat pelengkap kegiatan ngabungbang. Sesajen berupa bunga melati dan bunga mawar merah yang di sebar ketika perjalanan menuju sumber mata air oleh para peserta ngabungbang.

c. Dupa

(24)

11 d. Alat Musik

Digunakan ketika pentas seni berlangsung. Alat musik digunakan sebagai pelengkap kemeriahan acara agar masyarakat lebih tertarik untuk mengikuti tradisi ngabungbang dari awal kegiatan.

Tujuh Sifat Buruk Manusia a. Sirik

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), sirik adalah sifat iri hati. Sifat ini biasanya mempunyai faktor iri kepada hal yang tidak dimiliki diri sendiri, namun dimiliki oleh orang lain.

b. Licik

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), licik adalah banyak akal yang buruk. Hal ini dapat dilihat dan juga tidak bisa dilihat karena sifat licik ini bisa disembunyikan oleh seseorang.

c. Jahil

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), jahil adalah bodoh, membodohi, atau suka mengganggu. Jahil bisa diawali dengan hal iseng, yang lama kelamaan bisa mengganggu.

d. Aniaya

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), aniaya adalah perbuatan bengis. Aniaya biasanya disangkutpautkan dengan kejahatan, menindas orang lain, membuat hal ini sering disebut perbuatan kriminal.

e. Angkuh

(25)

12 f. Riya

Berdasarkan Abu Abdurrohman (2016), riya adalah memperlihatkan amalan ibadah kepada manusia atau memperbagus amalan di hadapan manusia agar dipuji. Sifat ini dilarang khususnya oleh agama, karena amalan tidak perlu diperlihatkan kepada orang lain.

g. Tinggi Hati

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), tinggi hati adalah sombong. Tinggi hati Ini merupakan sebuah istilah yang dianggap suatu sifat yang buruk bagi manusia karena tidak bisa memandang sejajar lingkungan sekitarnya.

II.2.1 Perubahan Tradisi Ngabungbang Suku Sunda

Ngabungbang merupakan tradisi yang menarik untuk diketahui. Tetapi pada kenyataannya, tidak banyak orang yang mengetahui tradisi ritual mandi ini. Ada yang menganggap tradisi ini adalah kegiatan yang mistis karena menggunakan kegiatan mandi yang dilakukan pada tengah malam. Tapi untuk saat ini, ngabungbang lebih ditekankan bahwa tradisi ini mempunyai makna yang baik bagi manusia karena merupakan bagian dari kegiatan wudhu dan merupakan simbol untuk membuang sifat-sifat jahat manusia.

(26)

13 II.2.3 Media Informasi Buku Cerita Bergambar

Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Di dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2011). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), media adalah alat (sarana) komunikasi. Media dapat disebut pula sebuah wadah untuk melakukan komunikasi dari satu orang ke orang lainnnya sesuai dengan tujuannya masing-masing.

Menurut Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi (2004), menjelaskan bahwa informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang, yaitu mengolah atau memproses apa yang didapat, yang masuk di dalam individu melalui panca indera, kemudian diteruskan ke otak atau syaraf pusat untuk diolah atau diproses dengan pengetahuan, pengalaman, selera dan iman yang dimiliki seseorang. Dengan adanya informasi, seseorang dapat menjadi tahu sebuah pengetahuan dan dimengerti, menjadi sebuah pesan penghubung dari suatu individu ke individu lainnya.

Dengan kata lain, informasi merupakan sebuah pesan penghubung yang ditujukan kepada seseorang dari suatu orang dengan tujuan tertentu yang selanjutnya diolah oleh syaraf pusat sesuai dengan pengalaman yang seseorang itu miliki.

Banyak bermacam macam-macam jenis media informasi. Secara umum, media informasi dapat dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan elektronik. Yang termasuk media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, pamflet, dan media-media yang lainnya. Sedangkan yang termasuk ke dalam media elektronik adalah radio, televisi, internet, dan sebagainya. Informasi menjadi sesuatu yang dibutuhkan semua orang mulai dari anak-anak hingga dewasa. Informasi juga dapat disebut sumber pengetahuan, bisa juga disebut hiburan.

(27)

14 Arswendo Atmowiloto (1986), ceita bergambar sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-lain. Berarti, buku cerita bergambar dapat diartikan sebagai sebuah tulisan sebagai narasi cerita yang di dalamnya terdapat gambar.

II.3 Analisis Hasil Survei dan Observasi Ritual Mandi Ngabungbang

Dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa Ritual Mandi ini adalah tradisi ngabungbang. Ritual mandi ini sarat makna yang baik bagi masyarakat.

Berdasarkan data yang telah ada, dapat dianalisis bahwa bahan ini dapat menjadi perancangan informasi ritual mandi ngabungbang Suku Sunda.

Survei dilakukan dengan membagikan kuesioner. Responden yang diutamakan adalah kalangan masyarakat pada usia kelompok 16-24 tahun atau pelajar serta sebagian besar merupakan mahasiswa secara acak yang berada di beberapa kota di Jawa Barat secara online. Pemilihan responden pada kalangan mahasiswa secara acak di Jawa Barat yaitu Bandung, Tasikmalaya, Banjar, Bekasi, Purwakarta, Cirebon, dan Cikampek dalam penelitian ini dilakukan karena mereka tinggal di wilayah yang merepresentasikan Jawa Barat yang dikenal sebagai bagian dari Suku Sunda. Kalangan umur ini dipilih karena mereka kelak mereka akan dewasa dan harus mengetahui ritual mandi ini.

Terdapat beberapa aspek yang didapatkan dari hasil penelitian. Pertama, hal dasar akan pengetahuan mengenai tahu dan tidaknya budaya tradisional pada suku sunda serta tanggapan mistisnya. Kedua, tentang pengetahuan akan tiga tradisi yang mengandung unsur ritual mandi di dalamnya. Terakhir adalah bagaimana jika budaya tersebut dilestarikan dan direkomendasikan ke keluarga dan kerabat terdekat.

(28)

15 presentase yang dihasilkan dari kuesioner mengenai ritual mandi cenderung tidak

tahu.

Kurangnya pengetahuan masyarakat akan budaya atau tradisi yang mengandung unsur ritual mandi dan hanya diketahui dari sebagian kecil saja. Di awal, memang sebagian mengetahui budaya di wilayah Jawa Barat. Mengingat bahwa ngabungbang ada di wilayah Subang, Jawa Barat yang mungkin tidak banyak

diketahui di daerah-daerah lainnya.

Ketika diberikan pertanyaan tentang apakah tradisi ini ingin direkomendasikan kepada teman, atau keluarga, hanya kurang sebagian yang menjawab dengan setuju. Sebagian lainnya memilih untuk merekomendasikannya kepada keluarga, teman, dan yang lainnya. Tapi, ketika diberikan pertanyaan apakah tradisi ini perlu dilestarikan, sebagian besar memilih untuk melestarikan tradisi yang mengandung ritual mandi nya pada wilayah Jawa Barat. Dari jawaban tersebut menunjukan bahwa ritual tersebut perlu dilestarikan. Hanya sebagian kecil yang memilih untuk tidak melestarikannya.

Pada penelitian melalui obervasi, sulit mencari sumber literatur yang ada untuk ritual mandi, terutama ngabungbang. Ketika melakukan observasi seperti di toko buku Gramedia, Toko Buku Gunung Agung, Toko Buku Togamas di Bandung peneliti tidak/belum menemukan buku yang membahas informasi ritual-ritual mandi. Terlebih mengenai ngabungbang. Padahal, ritual mandi sendiri mempunyai tujuan yang baik. Walaupun begitu, peneliti hanya dapat menemukan buku budaya indonesia yang berupa legenda, cerita rakyat, cerita fabel, dan sebagainya. Sayangnya, buku mengenai ritual mandi tidak/belum ditemukan buku literatur maupun secara visual yang membahas ritual mandi. Dalam wawancara dengan Aep Ruslan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Subang pun, tradisi ngabungbang sudah mulai terkikis karena dianggap oleh masyarakat sebagai hal yang mistis berdasarkan data yang dihimpun dari dinas tersebut.

II.4 Resume

(29)

16 adanya/belum ditemukannya buku yang menampilkan secara visual tentang ritual mandi yang maknanya pun baik masyarakat.

Ngabungbang sebagai mandi suci dengan niat mempersatukan cipta, rasa, dan

karsa untuk membuang semua perilaku tidak baik lahir dan batin. Tradisi ini mempunyai tujuan yang selaras, memberikan niatan positif agar diri selalu bersih dan manusia senantiasa menyucikan dirinya dari hal-hal negatif. Ritual ini mempunyai tujuan yang baik, dan makna yang harus diperlihatkan dan diketahui masyarakat agar tradisi ini tetap bertahan.

(30)

17 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan adalah sebuah alat manejemen yang digunakan untuk mengelola kondisi sekarang dengan tujuan melalakukan proyeksi kondisi pada masa depan (Kerzner, 2011).

Strategi perancangan merupakan teknik yang mempunyai konsep untuk sebuah pembuatan dengan tujuan pada pembuatan sesuatu agar prosesnya baik dan tepat sasaran. Dalam hal ini membuat sebuah solusi media yang menarik tentang visualisasi dari ritual mandi ngabungbang yang merupakan salah satu tradisi di suku Sunda, agar bisa diterima oleh masyarakat. Dengan adanya perancangan ini diharapakan bahwa tradisi ritual mandi ngabungbang kepada masyarakat luas sehingga informasi yang merupakan warisan dari tradisi Suku Sunda ini tetap lestari. Perancangan ini mengangkat tradisi tentang ritual mandi yang informasinya masih jarang ditemukan yaitu ngabungbang itu sendiri. Perancangan ini pun menggunakan target audiens yang khusus agar pesan dan makna yang dimaksudkan pada ritual mandi ngabungbang ini dapat tersampaikan dengan baik.

III.1.1 Khalayak Sasaran  Demografis

Segmentasi demografis menurut M. Suyanto (2006, 22) adalah pasar yang dikelompokan berdasarkan usia, pendapatan, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kelas sosial.

Target audiens dipilih adalah remaja karena pengetahuan tentang tradisi ritual mandi ngabungbang kurang dimulai dari remaja, padahal peserta dari kegiatan ini dari berbagai kalangan yang sadar akan tradisi, sehingga lebih baik jika mulai remaja informasi ini perlu diketahui mengetahui.

Usia : 16-18 tahun

(31)

18 Status Ekonomi : Menengah Atas.

 Geografis

Segmentasi geografis menurut M. Suyanto (2006) merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda, misalnya wilayah, negara, provinsi, dan kota.

Segmentasi geografisnya adalah daerah Jawa Barat khususnya serta daerah Suku Sunda lainnya secara umum yang merupakan lokasi kegiatan tradisi ritual mandi ngabungbang dan mempunyai jalur distribusi perdagagan buku dan sebagai asal dari tradisi ritual mandi ngabungbang.

 Psikografis

Segmentasi psikografis memperhatikan mengenai gaya hidup seseorang, kebiasaan, dan kepribadian. Segmentasinya psikografisnya adalah remaja dengan rentang usia 16-18 tahun yang menyukai informasi yang berhubungan dengan tradisi dan suka membaca buku, dan juga mengoleksi buku. Karena pada usia seperti itu, meski remaja yang lebih tua pun, sebenernya masih belum terlihat adanya perilaku yang matang selama masa remaja. Lingkungan yang baik semakin lebih menentukan remaja, perkembangan fisik, semua itu perlu membentuk sikap, nilai dan minat baru (Elizabeth B. Hurlock, 1980). Hal ini menjadi kesempatan bagi remaja untuk lebih mengembangkan minatnya dan menyukai ritual mandi ngabungbang.

Segmentasi

Consumer Insight:

Consumer Insight berdasarkan Amalia E. Maulana (2009) adalah proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklan.

(32)

19 Remaja cenderung membatasi waktunya untuk membaca sebagai rekreasi, remaja cenderung lebih menyukai majalah yang informatif tapi penuh visualisasi yang ekspresif. Target audiens akan menyukai bahwa ritual mandi yang biasanya dilakukan secara langsung dan mempunyai anggapan mistis disajikan dengan visualisasi yang imajinatif yang menarik sehingga informasi akan lebih cepat didapat.

Berikut adalah insight dari target audiens: - Menyukai kegiatan membaca

- Tertarik dan senang dengan hal mengenai tradisi - Adanya keinginan untuk melestarikan tradisi

Consumer Journey:

Perencanaan yang baik agar eksekusi ide yang dibuat dapat menjangkai seluruh sasaran dengan tepat, maka diperlukan daftar aktifitas dari target audiens. Consumer journey ini dapat digunakan sebagai acuan dari aplikasi media yang

akan dibuat.

Tabel III.1 Consumer Journey Sumber: Pribadi

Waktu Kegiatan Point of Contact

5-6 Bangun tidur, Cek

Ponsel, Mandi Kamar, WC

6-6.30 Sarapan, Ke sekolah

Sekolah Ruang makan

6.30-7 Perjalanan ke Sekolah Poster

(33)

20

12-12.30 Istirahat Poster

12.30-2 Kegiatan Belajar

Mengajar Poster, Ruang Kelas

2-4 Pulang Sekolah, ke

Toko Buku, Mall Poster, X-Banner

4-5 Pulang Ke rumah Poster

5-7 Istirahat, Makan Ruang Makan,Kamar

7-9 Belajar, Bermain Ponsel Kamar

9-5 Tidur Kamar

III.1.2 Strategi Komunikasi

Informasi yang disampaikan membutuhkan strategi dalam penyampaiannya agar mudah dimengerti. Pendekatan komunikasi dilakukan degan pendekatan budaya ritual mandi pada masanya, dan pendekatan budaya yang lebih kini agar disesuaikan dengan target audiens. Penyampaian bisa berupa komunikasi verbal atau visual maupun keduanya karena saling berkaitan. Pendekatan tersebut diharapkan dapat memberikan daya tarik generasi muda yaitu remaja yang menjadi target audiens dengan media visual sebagai alat komunikasi.

Pendekatan Visual

(34)

21 • Pendekatan Verbal

Komunikasi verbal yang digunakan adalah bahasa Indonesia formal dan sehari-hari, agar informasi tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Dalam perancangan ini menggunakan metode cerita agar remaja lebih mudah tertarik.

Tujuan Komunikasi

Tujuan dari perancangan buku mengenai ritual mandi adalah sebagai berikut: • Mengangkat budaya lokal pada ritual mandi ngabungbang,

menginformasikan maknanya yang baik, sehingga ritual mandi dapat lebih diterima oleh masyarakat.

• Memvisualisasikan ritual mandi ngabungbang yang meliputi prosesi, kostum, peralatan, dan juga memperlihatkan sifat-sifat buruk manusia yang dibuang pada ritual mandi ngabungbang.

Materi Pesan

Materi pesan pada perancangan ini adalah pesan-pesan bahwa ritual itu belum tentu buruk bagi kehidupan, pesan bahwa sifat buruk manusia itu harus dihindari oleh manusia agar hidupnya lebih baik. Secara tidak langsung pun mengedukasi bahwa ritual mandi ngabungbang ini bagian dari tradisi di Indonesia.

Rinciannya adalah sebagai berikut:

• Ritual mandi di Suku Sunda yaitu ngabungbang.

• Memberitahu ritual mandi dengan makna sebagai dengan cara visualisasi. • Memberitahu prosesi, kostum, dan peralatan yang ada pada ritual mandi

ngabungbang dan juga tujuh sifat buruk manusia yang harus dihindari.

III.1.3 Mandatory

Mandatory merupakan istilah yang digunakan kepada lembaga yang menjadi

(35)

22 Dalam hal ini, lembaga yang bekerja sama adalah penerbit buku umum karena pembahasan informasi lebih diutamakan pada target audiens umum yaitu masyarakar luas. Penerbit ini adalah penerbit Grasindo, yaitu PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Karena penerbit ini merupakan penerbit yang biasa menerbitkan buku-buku mengenai hal yang berhubungan dengan target audiens remaja. Penerbit Grasindo pun memang menerbitkan buku yang berhubungan dengan budaya lokal dan buku-buku ilustrasi. Penerbit ini pun awalnya dikenal dengan memproduksi majalah yang berhubungan dengan pendidikan.

III.1.4 Strategi Kreatif

Strategi kreatif tentang perancangan ini menggunakan makna ritual mandi ngabungbang yang mempunyai nilai tradisi yang baik bagi masyarakat yang

berupa penyampaian informasi dengan cerita yang dilengkapi dengan ilustrasi yang akan merangsang pikiran remaja untung berimajinasi karena visualisasi dari ilustrasi yang imajinatif dan dekoratif. Hal ini ditujukan untuk membuat target audiens berpikir dan menggunakaan perasaannya ketika membaca dan melihat visualisasi ritual mandi ngabungbang. Di bagian akhir, ada 7 sifat buruk manusia yang harus dihindari, karena ritual mandi ngabungbang sendiri tujuannya adalah menghilangkan sifat-sifat buruk tersebut. Hal ini bertujuan agar audiens dapat merasakan sugesti dari sifat-sifat buruk tersebut, dan ingin menjauhi sifat-sifat buruk manusia. Ilustrasi disesuaikan dengan gaya remaja dan dibuat berdasarkan khalayak sasaran dan materi pesan yang ingin disampaikan.

A.Copywriting

(36)

23 B.Storyline

Sampul: Mengenal Ritual Mandi Ngabungbang

Dengan latar biru yang melambangkan gelombang air yang di bagian tengah terdapat sebuah bulan, dihias sesajen berupa bunga mawar dan bunga melati yang digunakan pada ritual mandi ngabungbang, serta judul “Mengenal Ritual Mandi Ngabungbang” agar audiens tahu bahwa buku ini merupakan buku mengenai hal tersebut. Nama penulis di bagian bawah dan penerbit Grasindo pun melengkapi di bagian kanan atas.

Sekilas Ngabungbang

Menjelaskan secara sekilas apa itu ngabungbang untuk mengawali cerita. Ditutur oleh seorang wanita remaja yang bernama Imas, ia menuturkan pengetahuannya tentang ritual mandi ngabungbang. Halaman ini dilengkapi dengan visualisasi Wanita yang bermandikan cahaya bulan di malam hari.

Kostum

Halaman ini menjelaskan tentang pakaian yang digunakan yaitu pakaian serba putih dan juga ikat kepala berwarna putih. Digunakan wanita dan pria. Dengan latar gelombang air yang digunakan sebagai ciri ini adalah sebuah pakaian yang digunakan untuk ritual menggunakan air.

Peralatan

Halaman ini menjelaskan apa saja peralatan yang digunakan pada ritual mandi ngabungbang. Mulai dari obor, dupa, dan tentunya sesajen yaitu bunga mawar

dan bunga melati yang didukung visualisasinya.

Menyaksikan Pentas

(37)

24  Doa

Kegiatan ini dilakukan setelah menyaksikan pentas. Doa digunakan untuk meminta izin kepada Allah SWT. Dilengkapi dengan visualisasi dupa dan asapnya yang menjulang tinggi ke langit, sebagai simbol bahwa asap yang keatas sebagai perantara doa yang menuju ke langit agar doa semakin dekat kepada Allah SWT.

Berjalan Menuju Mata Air

Setelah doa selesai, dilanjutkan dengan berjalan menuju sumber mata air. Dilengkapi dengan visualisasi peserta yang berjalan menuju lokasi, dengan jalan yang berbukit karena wilayahnya adalah sebuah kaki gunung.

Ngabungbang

Acara puncak dari ritual mandi. Memandikan tubuh di bawah sinar bulan dengan tujuan membuang sifat-sifat buruk manusia di sebuah mata air yang dilakukan oleh peserta yang didukung dengan visualisasinya.

7 Sifat buruk manusia

Menjelaskan lebih lanjut sebuah sifat-sifat buruk manusia yang berjumlah tujuh. Menggunakan visualisasi yang berupa satu visuaslisasi per satu halaman. Sifat-sifat tersebut adalah Sirik, Licik, Jahil, Aniaya, Angkuh, Ria, Takabur.

III.1.5 Strategi Media

Strategi media mengenai ritual mandi ngabungbang adalah buku. Karena media buku belum ditemukan pada hasil observasi ke beberapa toko buku seperti Gramedia, Toko buku Gunung Agung, dan juga pusat buku Palasari. Buku juga dipilih karena dapat digunakan sebagai arsip yang bisa disimpan begitu lama dan tidak termakan zaman dan tentunya belum ditemukan sumber buku secara visual yang menggambarkan tentang ngabungbang sehingga cocok dijadikan sebuah media perancangan.

(38)

25 a. Tahap Informasi

 Poster Berukuran A3

Berisi informasi yang ditujukan untuk menarik perhatian yang bersifat ajakan terhadap buku informasi untuk target audiens.

 X-Banner

Dipajang saat pemasaran buku informasi sebagai penarik perhatian dan agar pembeli dapat dengan mudah melihat buku yang sedang dipasarkan.

 Sosial Media

Dibuat untuk menginformasikan kepada masyarakat melalui media internet sehingga penyebarannya lebih meluas.

 Video Promosi

Dibuat sebagai sumber informasi dan penarik perhatian agar masyarakat penasaran akan buku yang akan di terbitkan.

b. Tahap Pengingat

Pada tahap ini akan digunakan media-media yang dekat dengan keseharian target audiens yang dapat dilihat dari consumer journey. Hal ini dilakukan agar target audiens selalu mengingat. Dapat pula disebut dengan gimmick. Gimmick digunakan untuk memberikan kesan pada target audiens berupa souvenir, hadiah, dan sebagainya. Media yang digunakan adalah sebagai

berikut:

 Totebag

(39)

26  Baju Kaos

Media ini digunakan untuk souvenir yang dapat diberikan sebagai hadiah kuis pada acara-acara tertentu misalnya launching buku di toko buku.

 Pembatas Buku

Media utama merupakan buku. Maka pembatas buku merupakan media pendukung yang dibutuhkan oleh buku sebagai penanda sudah sejauh mana proses membaca buku tersebut. Menggunakan visualisasi memanjang khas pembatas buku yang ditengahnya terdapat tulisan ngabungbang sebagai pengingat.

 Stiker

Sebagai seorang yang suka menghias segala hal, remaja biasanya suka menggunakan stiker untuk ditempel di berbagai media, seperti buku, di kamarnya, dan lainnya. Hal ini dapat menjadi media pengingat yang baik.

 Gantungan Kunci

Media ini dapat dimanfaatkan di mana saja, di gantung di tas, di kunci rumah, motor dan berbagai tempat lainnya apalagi bagi remaja yang suka beraktifitas. Sehingga media ini dapat terus mengingatkan ritual mandi ngabungbang.

 Handuk

(40)

27 III.1.6 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Tabel III.2 Tabel Distribusi Media Tahun 2016 Akhir Sumber: Pribadi

(41)

28 merepresentasikan objek-objek air yang merupakan kegiatan ritual mandi ngabungbang.

Konsep desain meliputi gaya gambar yang diadaptasi dari majalah yang populer dikalangan remaja yaitu majalah Kawanku.

Gambar III.1 Referensi Visual 1

Sumber: Pribadi, Majalah Kawanku (10/05/2016)

III.2.1 Format Desain

(42)

29 Gambar III.2 Format halaman

Sumber: Pribadi

III.2.2 Tata Letak

Tata letak merupakan susunan elemen-elemen desain yang memiliki tujuan untuk membentuk komunikasi visual. Tujuan dari tata letak adalah untuk menciptakan organisasi visual yang memuaskan, menstimulasi, menggugah pikiran, dan nyaman bagi mata. ( Marianne, Sandra, 2006).

Tata letak yang digunakan dalam informasi ritual mandi ngabungbang ini dibuat sederhana dan informatif agar saat membaca isi buku tidak merasa bosan, namun tetap dimengerti. Penempatan tata letak sendiri menggabungkan unsur warna, huruf, bentuk, dan gambar yang komposisinya disesuaikan agar terlihat lebih menarik dan rapi. Sebagian besar isi dari buku ini menggunakan tata letak teks di bagian kanan, dan visualisasi yang menggunakan ilustrasi di bagian kiri dan memenuhi pula bagian kanan sehingga audiens fokus terlebih dahulu pada ilustrasi dan selanjutnya membaca informasi yang ada pada teks.

(43)

30 Gambar III.3 Tata Letak

Sumber: Pribadi

III.2.3 Huruf

Istilah huruf atau yang juga bisa disebut tipografi adalah penggunaan bentuk huruf untuk mengkomunikasikan secara visual suatu bahasa lisan (Marianne, Sandra, 2006).

Huruf yang digunakan dalam perancangan ini menyesuaikan dengan kebutuhan. Pada judul buku digunakan jenis huruf yang tegas pada sampul, yang ditujukan agar mudah dibaca dan jelas, dan dan ada juga yang huruf yang digunakan untuk juga membuat unsur mistis dari ritual mandi ngabungbang sendiri menjadi lebih menarik.

Penggunaan huruf pada isi digunakan jenis huruf yang lebih sederhana dan lebih mudah dibaca dengan tujuan agar terlihat jelas dan informasinya lebih tersampaikan, yang tentunya agar mata tidak mudah lelah.

(44)

31 Judul:

@

#

^ *

Gambar III.4 Contoh Huruf Big John Pada Sampul Sumber: Pribadi

Body text disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi yang sebagian besar digunakan sebagai penutur dalam cerita dan penyampaian pesan, maka huruf yang digunakan adalah chalk marks yang memiliki tingkat keterbacaan yang baik dan menarik, mengingat bahwa target audiens adalah remaja.

Isi:

^

Gambar III.5 Contoh huruf Chalk Marks Pada Isi Halaman Sumber: Pribadi

III.2.4. Ilustrasi

(45)

32 Ilustrasi yang digunakan pada perancangan ini menggunakan gaya ilustrasi untuk kalangan remaja yang biasanya dapat ditemukan pada majalah-majalah remaja saat ini.

a. Studi Karakter

Pada buku ilustrasi ini terdapat satu karakter utama berupa seorang wanita remaja, bernama Imas. Adapun penjabaran karakter adalah sebagai berikut:

Imas

Ia adalah seorang wanita remaja yang memiliki pengetahuan yang luas dan rasa cinta pada budaya tradisional di desa nya. Nama Imas digunakan karena ia merupakan nama yang biasa digunakan pada orang Sunda, dan juga merupakan nama salah satu wakil bupati di Subang periode saat ini. Imas asli dari Subang yang erat dengan tradisi Sunda dan ia suka sekali menceritakan apa yang disukainya. Sebagai remaja yang suka bercerita, ia ingin membagikan pengetahuannya tentang ngabungbang pada pembaca.

Pendekatan visual tidak terpaku pada pakem tertentu. Ia tidak mempunyai ciri khusus. Namun, Imas menggunakan baju serba putih ketika melaksanakan ritual mandi ngabungbang yang penggambarannya adalah sebagai berikut:

(46)

33 b. Studi Lokasi

Lokasi yang digunakan pada buku ilustrasi ini merupakan daerah Sunda di Kabupaten Subang yang merupakan dataran tinggi. Pemilihan lokasi ini agar penggambaran dari ilustrasi langsung menitikberatkan pada lokasi aslinya.

Gambar III.7 Lokasi menuju sumber mata air

Sumber: Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Subang

Gambar III.8 aplikasi pada gambar Sumber: Pribadi

III.2.5 Warna

(47)

34 Penggunaan warna pada sebuah perancangan dapat memengaruhi seseorang. Warna-warna yang dipilih pada perancangan ini menggunakan warna yang digunakan pada kegiatan ritual mandi ngabungbang itu sendiri dan juga wilayah sekitarnya. Mulai dari warna pakaian putih, warna biru muda mewakili air dangkal yang merupakan sebagian besar dari kegiatan ritual mandi ngabungbang, serta warna biru gelap yang mewakili langit malam yaitu waktu di mana dilaksanakannya kegiatan ini, serta warna kuning sebagai warna emosi yang mewakili pada tujuh sifat buruk manusia. Dengan paduan warna yang disesuaikan agar ritual mandi ngabungbang ini tidak terkesan mistis, warna yang digunakan lebih cerah.

Berikut adalah warna-warna yang digunakan pada perancangan ini:

(48)

35 BAB IV. MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

IV.1 Proses Produksi Media Utama

Proses pembuatan buku ini dilakukan beberapa tahapan, yang di dalamnnya melibatkan berbagai langkah yang diantaranya dimulai dengan pembuatan konsep alur cerita. Cerita dalam buku ini dibuat dengan bertahap, dimulai dari pengenalan hingga prosesi yang ada. Pendekatannya dibuat dengan sebuah narasi dari soerang wanita remaja yang memberikan informasi serta edukasi yang di dalamnya mengandung makna yang baik bagi masyarakat.

Setelah proses rancangan cerita selesai, maka selanjutnya adalah tahap pembuatan storyboard. Diisi dengan sketsa pada kertas A4 pada beberapa gambar dengan

menggunakan pensil. Selanjutnya, dilakukanlah proses digitalisasi menggunakan scanner, lalu digambar ulang menggunakan media software Adobe Photoshop

CS6.

Gambar IV.1 Proses Awal Digitalisasi sketsa

(49)

36 Gambar IV.2 Proses digitalisasi warna

Setelah proses penentuan warna selesai, kemudian dilanjutkan dengan proses penambahan teks sehingga visualisasi tersebut dapat bersifat informatif.

(50)

37 IV.2 Media Utama

Gambar IV.4 Buku ilustrasi cetak

IV.2.1 Sampul

(51)

38 Media utama : Buku ilustrasi

Ukuran : 21 cm x 29.7 cm Material : Art Paper 150 Gram Teknis Produksi : Digital Printing Jilid : Laminasi Doft

Pada Sampul buku ilustrasi ini, mempunyai judul utama dan nama pengarang sebagai penjelas identitas dari pembuat karya, dalam visualnya terdapat unsur yang ada pada ritual mandi ngabungbang, contohnya air, bulan, dan sesajen berupa mawar dan melati.

Gambar IV.6 Sampul belakang buku

(52)

39 IV.2.2 Isi Buku

Media utama : Buku ilustrasi Ukuran : 21 cm x 29.7 cm Material : Art Paper 150 Gram Teknis Produksi : Digital Printing

Gambar IV.7 Isi buku

(53)

40 IV.3 Media Pendukung

Gambar IV.8 Poster Media Pendukung : Poster ritual mandi ngabungbang Ukuran : 29.7 cm x 42 cm

(54)

41 Gambar IV.9 X-Banner

Media Pendukung : X-banner ritual mandi ngabungbang Ukuran : 160 cm x 60 cm

Material : Laster Doft Teknis Produksi : Digital Printing

(55)

42 Media Pendukung : Media sosial

Ukuran : 400 pixel x 400 pixel Teknis Produksi : Digital

Gambar IV.8 Promosi Video

Media Pendukung : Promosi video Ukuran : 1028 x 720 pixel Teknis Produksi : Adobe After Effect

(56)

43 Gambar IV.10 Totebag

Media Pendukung : Totebag

Ukuran : 40 cm x 30 cm Material : Kanvas

Teknis Produksi : Direct to Garment

(57)

44 Media Pendukung : Baju Kaos

Ukuran : M

Material : Cotton combed 25s Teknis Produksi : Direct to Garment

Gambar IV.11 Pembatas buku

(58)

45 Gambar IV.13 Stiker

Media Pendukung : Stiker Ukuran : 6 cm x 6 cm Material : Vinyl Doft Teknis Produksi : Digital Printing

(59)

46 Media Pendukung : Handuk

Ukuran : 50 cm x 100 cm Material : Katun

Teknis Produksi : Bordir Digital

Gambar IV.15 Gantungan Kunci Media Pendukung : Gantungan Kunci

Ukuran : 5.6 cm x 5.6 cm Material : Akrilik

Teknis Produksi : Digital Printing.

Gambar

Gambar II.1 Menyaksikan Pentas
Gambar II.3 Ritual Ngabungbang (sumber:http://www.thejakartapost.com/files/images2/26%20ngabungbang-arya1.jpg diakses 29/11/15)
Tabel III.1 Consumer Journey
Tabel III.2 Tabel Distribusi Media Tahun 2016 Akhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari “Perancangan Media Kampanye Etika Keramahan Tradisi Sunda untuk Remaja Modern di Kota Bandung” yaitu memperkenalkan kembali kepada kaum remaja usia 13 – 19

Setelah meninjau hasil keseluruhan analisa dari paparan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Secara umum fabel merupakan cerita yang memiliki

Didalam perancangan ini apkin sebagai mandatory yang mengeluarkan buku tentang kelinci Holland Lop, dengan cara mengenalkan kelinci Holland Lop kepada khalayak sasaran,

Maka solusi yang ditawarkan adalah dibutuhkannya media informasi tentang sejarah Islam yang dikisahkan melalui sosok Sunan Gunung Jati, dibantu dengan visual- visual

Kepercayaaan yang mulai ditinggalkan dapat menyebabkan budaya tersebut menghilang padahal budaya pamali merupakan bagian dari aset dan kekayaan bahasa baik lokal

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, diperlukan adanya suatu media untuk membantu orang tua menjelaskan mengenai konsep hidup, mati dan kematian kepada

yang menarik sesuai dengan target perancangan. Dimulai dari cerita hingga menentukan visualisasi karakter dengan tujuan kreatif yaitu untuk mengenalkan cerita rakyat

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti dalam hal ini diperoleh melalui wawancara kepada psikolog anak untuk memperoleh berbagai