commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
RISCHA NUR FITRIYANA
NIM : K4305040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2009/2010
OLEH:
RISCHA NUR FITRIYANA NIM : K4305040
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v ABSTRACT
Rischa Nur Fitriyana. THE APPLICATION OF MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TGT (Teams Games Tournament) OF USING PUZZLE TO
IMPROVE THESTUDENT’SRESPONSE TO BIOLOGY LEARNING IN THE
VII GRADERS OF SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, October 2010.
The objective of research is to improve the student’s response to Biology
learning by applying the TGT (Teams Games Tournament) method of cooperative learning using puzzle in the VII graders of SMP Negeri 1 Mojogedang.
This study belongs to a classroom action research with cycles. Each cycle consists of 4 basic stages: planning, acting, observing and reflecting. The data collection was done using observation, questionnaire and interview techniques. Data validity was tested using method triangulation technique. Technique of analyzing data employed was a qualitative descriptive analysis one.
The result of research showing that the increase in each indicator of
student’s response in biology learning has achieved the predetermined target. The
target for indicator of involvement in preparation activity, process and learning sustainability is 75%. Percentage gain of involvement in preparation activity, process and learning sustainability indicator is 77.5%. The target for indicator of willingness to initiate is 75%. Percentage gain of willingness to initiate indicator is 77.5%. The target for indicator of work continuously or not stagnant in learning is 82.5%. Percentage gain of work continuously or not stagnant in learning indicator is 75%. The target for indicator of doing work without wasting time is 75%. Percentage gain of doing work without wasting time indicator is 75%.
The conclusion that can be drawn is that the TGT (Teams Games Tournament) method of cooperative learning using puzzle can improve the
student’s response in Biology learning. The research is stopped in the second cycle considering that the target has been achieved.
Keywords: TGT (Teams Games Tournament) model of cooperative learning,
commit to user
vi ABSTRAK
Rischa Nur Fitriyana. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PROSES
PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1
MOJOGEDANG. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersiklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan dasar yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi, angket, wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.
Simpulan penelitian yang diperoleh adalah model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan setiap indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi telah dapat mencapai target yang telah ditentukan. Target untuk indikator keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar adalah 75%. Presentase capaian indikator keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar sebesar 77,5%. Target untuk indikator kemauan untuk berinisiatif adalah 75%. Presentase capaian indikator kemauan untuk berinisiatif sebesar 75%. Target untuk indikator kemauan untuk berkreasi adalah 75%. Presentase capaian indikator kemauan untuk berkreasi 77,5%. Target untuk indikator terus bekerja atau tidak macet dalam pembelajaran adalah 75%. Presentase capaian indikator terus bekerja atau tidak macet dalam pembelajaran sebesar 82,5%. Target untuk indikator melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu adalah 75%. Presentase capaian indikator melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu sebesar 75%. Penelitian dihentikan pada siklus kedua mengingat target telah tercapai.
Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
commit to user
vii MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(Q.S Alam Nasyrah: 6-8)
Ada tiga perkara, barang siapa tiga perkara tersebut ada padanya, maka ia akan
merasakan manisnya iman.
Yaitu bahwa Allah dan Rosul-Nya lebih ia cintai dari segalanya, mencintai
seseorang hanya karena Allah, takut kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkan dari padanya, sebagaimana ia takut dilemparkan ke bara api
(HR Bukhari)
Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu, kamu berlepas diri terhadap apa
yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Yunus:41)
Cara termudah untuk menjadi rata-rata adalah melakukan hal-hal yang umum.
Karena, cara-cara umum hanya akan menjadikan kita orang rata-rata, yang
hidupnya diperlakukan rata-rata. Tegaslah untuk melakukan yang baru, yang
menjadikan kita pribadi menonjol yang tidak pantas untuk diperlakukan rata-rata
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
• Ibu, ibu dan ibuku tercinta yang senantiasa menyayangiku dan
mendoakanku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang tak pernah
henti, uraian do’a yang terus mengalir, dan peluh keringat yang takkan
terbalas dengan apapun.
Terimakasih Ibu.
• Bapakku tercinta, terimakasih atas semua do’a, jerih payah, dan nasihat -nasihat yang tak terbalas yang selalu menjadi motivasiku
• Adikku satu-satunya, Ahmad Faisal yang sangat aku banggakan,
terimakasih udah bantu Mbak, I love You Full
• Bu Yayin dan Bu Retno terimakasih atas bimbingannya, arahan dan
nasihatnya
• Eyang Putri, matur sembah nuwun eyang atas wejangan-wejangan dan
perhatian yang diberikan kepada Rischa selama ini
• Pakde dan Budhe sekalian, yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dukungan dan semangat
• Sahabat-sahabatku SMA (Wulan, Ayda, Yuri). Zaman kita selalu berjuang
bersama, tertawa bersama, menangis bersama, I love U all
• Sahabat sedari kecil, Novia terimakasih atas persahabatan dan
persaudaraan kita selama ini yang takkan luntur oleh waktu dan takkan
terhapus oleh perubahan
• Sahabat seperjuangan Vita, Mbak danik, Mbak Ida makasih banget udah
bantuin aku nyelesaiin skripsi dan nemenin di ujian skripsiku
• Hunnyku terimakasih atas supportnya, doanya dan kasih sayangnya
• Teman-teman seperjuangan Biologi ’05, terima kasih atas
kebersamaannya selama ini.
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK
MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui
berbagai hambatan namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Muzayyinah, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
5. Dra. Sri Widoretno, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
6. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan
commit to user
x
7. Prof. Dr. Rer. Nat Sadjidan, M.Si, selaku Sekretaris Penguji yang telah
memberikan arahan
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
9. Abdul Hamid, Spd., selaku guru mata pelajaran biologi kelas VII C yang
senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya.
10. Siswa siswi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
11. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan support baik moral
maupun spriritual.
12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Surakarta, Oktober 2010
commit to user
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II. LANDASAN TEORI 5
A. Tinjauan Pustaka 5
1. Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
Menggunakan Puzzle
5
2. Respons 11
B. Kerangka Berpikir 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian 16
1. Tempat Penelitian 16
2. Waktu Penelitian 16
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 17
commit to user
xii
D Teknik Pengumpulan Data 21
1. Observasi 21
2. Wawancara 21
3. Angket 22
.E Validitas Data 23
F Analis Data 24
G Prosedur Penelitian 25
BAB IV. HASIL PENELITIAN 31
A Deskripsi Lokasi Penelitian 31
B Deskripsi Permasalahan Penelitian 32
C Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 37
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 65
A. Simpulan 65
B. Implikasi 65
C. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 66
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Penghargaan Tim 10
Tabel 2. Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran kooperatif
Tipe TGT
34
Tabel 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa 35
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan 40
Tabel 5. Presentasi Hasil Obsevasi Prasiklus 46
Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi
Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
47
Tabel 7. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons
Siswa Siklus I
48
Tabel 8. Persentase setiap indikator pada Angket Kepuasan
Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Siklus I
57
Tabel 9. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi
Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
58
Tabel 10. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa
Siklus II
59
Tabel 11. Persentase setiap indikator pada Angket Kepuasan
Penggunaan Model TGT (Teams Games Tournament) Siklus II
64
Tabel 12. Persentase setiap Indikator pada observasi Respons Siswa 65
Tabel 13. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa 67
Tabel 14. Persentase setiap Indikator pada Angket kepuasan
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Papan Puzzle 9
Gambar 2. Kerangka Berpikir 9
Gambar 3. Skema Triangulasi 14
Gambar 4. Skema prosedur penelitian 14
Gambar 5. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada
Observasi Partisipasi Siswa Setiap Siklus
20
Gambar 6. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Angket
Partisipasi Siswa Setiap Siklus
30
Gambar 7. Diagram Persentase Setiap Indikator Pada Angket
Kepuasan Siswa Terhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament).
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN
Lampiran 1. Silabus 79
Lampiran 2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 81
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 85
Lampiran 3. a. Bahan Diskusi Kelompok Siklus 1 89
b. Bahan Diskusi Kelompok Siklus II 98
Lampiran 4. a. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran
Biologi Pra Siklus
b. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Siklus I
c. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Siklus II
110
112
114
Lampiran 5. Kisi-kisi dan Hasil Angket Respons Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi Pada Siklus 1 dan Siklus 2
116
Lampira 6. a. Hasil Test Kognitif Siklus I 126
b. Hasil Test Kognitif Siklus II 135
Lampiran 7. Kisi-kisi dan Angket Kepuasan TGT (Teams Games
Tournament) Menggunakan Puzzle pada Siklus I dan Siklus II
143
Lampiran 8. a. Hasil Wawancara dengan Guru Prasiklus 156
b. Pedoman Wawancara Guru 158
c. Hasil Wawancara dengan Guru 159
d. Pedoman Wawancara Siswa 162
commit to user
xvi
Lampiran 9. Daftar Nama Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang
165
Lampiran 10. Daftar Presensi Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang
166
Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang
167
Lampiran 12. Ringkasan Materi 168
Lampiran 13 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus I 176
Lampiran 14 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus II 177
LAMPIRAN B. DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 15. a. Dokumentasi Penelitian Pra Siklus 184
b. Dokumentasi Penelitian Siklus I 185
c. Dokumentasi Penelitian Siklus II 187
LAMPIRAN C. PERIJINAN
a. Surat Permohonan Observasi
b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
c. Surat Keputusan Ijin Penyusunan Skripsi
d. Surat Permohonan Research/Try Out
e. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang
189
190
191
192
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa
di dalam maupun diluar kelas. Proses pembelajaran menggunakan berbagai
sumber belajar sebagai bahan kajian. Pembelajaran akan efektif jika komunikasi
antara guru dan siswa berlangsung dua arah. Pembelajaran yang dilakukan harus
lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered). Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi bagi
siswa namun berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Guru tidak
mendominasi kegiatan belajar tetapi menciptakan kondisi yang mendukung
pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi serta bimbingan kepada siswa agar
siswa dapat meningkatkan respons terhadap pembelajaran dan mengembangkan
potensi yang dimiliki. Respons siswa dapat dilihat dari partisipasi siswa dan
kemauan siswa mengikuti pembelajaran dengan baik selama proses pembelajaran.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas VII C semester
genap di SMP Negeri I Mojogedang menunjukkan bahwa respons siswa masih
rendah. Hal tersebut tampak pada perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran,
yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) siswa yang mau terlibat dalam
kegiatan pembelajaran sebesar 62,5%; 2) siswa yang mau untuk berinisiatif
sebanyak 40,83%; 3) kemauan untuk berkreasi sebesar 0%; 4) siswa yang terus
bekerja atau tidak macet sebanyak 27,5%; 5) siswa yang memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya sebesar 37,5%; 6) siswa senang bermain sendiri sebesar 24,17%,
antara lain siswa membuat pesawat-pesawatan dari kertas, siswa bermain rubik,
menggambar tokoh kartun idolanya dan membuat gulungan dari kertas untuk
dilempar-lemparkan kepada temannya. Hasil wawancara guru dan siswa kelas
VIIC menunjukkan bahwa dalam setiap pembelajaran biologi siswa kurang
Respons atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan
dengan menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan model pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran kooperatif akan membantu meningkatkan respons siswa
terhadap materi pelajaran yang dikarenakan adanya interaksi siswa didalam
kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Didalam setiap kelompok, siswa
yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa
yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah. Siswa yang
berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah akan dapat segera
menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok
akan dapat berjalan baik jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang
heterogen.
Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi di SMP Negeri
1 Mojogedang yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament). TGT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
pelaksanaannya dibagi menjadi empat tahap pembelajaran, yaitu presentasi kelas
(penyampaian materi), belajar tim (diskusi kelompok), permainan atau turnamen,
dan penghargaan tim. Dalam observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa
banyak siswa yang bermain, antara lain menbuat pesawat-pesawatan dari kertas,
bermain rubik ataupun membuat gulungan-gulungan dari kertas untuk
dilemparkan kepada temannya tetapi tidak menunjang pada materi, untuk itu
dipilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai solusi karena didalamnya
terdapat tahap pembelajaran berupa permainan, sehingga siswa tetap dapat
bermain namun mengarah pada materi pembelajaran. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pada penelitian ini menggunakan puzzle yang dirancang untuk proses
pembelajaran biologi. Kartu puzzle didesain untuk menguji pengetahuan yang
dicapai siswa dan disusun dalam bentuk kata-kata yang berkaitan dengan materi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan judul penelitian
commit to user
3
TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1
MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010
B. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi
pokok penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dengan menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam
pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran
2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan respons siswa dalam
pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran
2009/2010
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Guru:
Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang
dapat diatasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle.
Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi,
khususnya terkait dengan respons siswa.
2. Siswa
Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan
menggunakan puzzle sebagai perangsang munculnya keberanian bertanya dan
Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
termotivasi dalam belajar.
3. Sekolah
Menyusun program peningkatan kualitas pembelajaran biologi pada tahap
commit to user
5 BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan Puzzle
Penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model
kooperatif tipe TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith
Edward (Slavin, 2008: 13).
Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 112) berpendapat bahwa
”Pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning) adalah pembelajaran yang
berfokus pada penggunaaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Etin Solihatin dan Raharjo
(2008:4) mengemukakan bahwa ”Cooperative Learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007: 35) menyatakan bahwa
“Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective
when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to
complete academic tasks”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu alasan yang
dapat dipercaya bahwa pembelajaran tersebut sangat efektif ketika siswa terlibat
aktif dalam bertukar pendapat dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
akademiknya secara lengkap.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan
yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam bekerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan
positif.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam
cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok.
Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga
keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini
berarti setiap siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk
memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan
karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa
yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka
sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota
kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.
d. Komunikasi antar Anggota
Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan
positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik
antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
commit to user
7
Menurut Mohamad Nur (2005: 40) model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap tahap
pembelajarannya kecuali dalam satu tahap yaitu sebagai ganti kuis dan sistem
skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik.
Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain
yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
Menurut Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007: 257) menyatakan
bahwa “TGT cooperation is more effective than interpersonal competition in
facilitating positive maths attitudes, but not in promoting maths performance.” Pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif untuk bersaing antar individu dan
juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika tetapi tidak
dalam mempromosikan pembelajaran matematika.
TGT memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya karena
mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran. Kelebihan dari TGT
yang lain dapat meningkatkan rasa percaya diri, kekompakan hubungan antar
anggota kelompok, waktu kegiatan belajar mengajar lebih singkat dan keterlibatan
siswa lebih optimal.
Menurut Slavin (2008: 166) komponen utama dalam pembelajaran TGT
adalah:
a. Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya
heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat game. Setelah presentasi kelas, kegiatan kelompok adalah
diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan
mengoreksi kesalahan konsep anggota kelompok.
Kelompok merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran TGT.
Selama belajar dalam kelompok masing-masing siswa bertugas untuk
mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu apabila
ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. Diskusi ini
meningkatkan komunikasi dua arah antar siswa dan guru.
c. Permainan (games) puzzle
Game yang digunakan dalam penelitian ini adalah puzzle. Puzzle berasal
dari bahasa Perancis kuno Apose, yang berarti membingungkan (Anonim,
2010:1). Puzzle merupakan permainan edukatif dengan sistem bongkar pasang
tujuannya menggabungkan beberapa potongan-potongan atau bentuk. Permainan
ini dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa belajar sejumlah
keterampilan. Misalnya melatih motorik halus, melatih ketrampilan kognitif,
dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan masalah. Puzzle dapat
dimainkan perseorangan atau kelompok dengan mengumpulkan poin berdasarkan
kepingan puzzle yang dapat disusun dengan benar dan tepat pada kotak kosong
yang telah disediakan. Permainan yang dilakukan oleh siswa secara kelompok
akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan saling
menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain.
Bermain puzzle seperti sedang mengikuti acara kuis tebak kata berhadiah
oleh karena itu saat permainan berlangsung suasana diusahakan kondusif dan
commit to user
9
dan kerja sama kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan
keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran dan partisipasi siswa merupakan
modal untuk bertanding. Penguasaan materi yang luas dapat membantu siswa
menyusun kepingan puzzle dengan benar. Suasana yang menarik atau
menyenangkan menyebabkan siswa bersemangat dan dapat berpartisipasi secara
optimal.
Manfaat penggunaan media puzzle:
1) Meningkatkan keterampilan kognitif
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan
untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang
menarik, dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan
masalah.
2) Meningkatkan keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) berkaitan dengan
kemampuan siswa menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan
jari-jari tangan. Dengan bermain puzzle tanpa disadari siswa akan belajar
secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat
tersusun membentuk bagian-bagian puzzle harus disusun secara hati-hati.
3) Meningkatkan Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan
orang lain. Puzzle yang dilakukan oleh siswa secara kelompok akan
meningkatkan interaksi sosial siswa. Dalam kelompok siswa akan saling
menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain.
Sry (2010: 1)
Adapun konsep bermain sambil belajar seringkali disalahkan oleh orang
tua. Orang tua sering berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan
menjadikan anak malas bekerja dan bodoh. Pendapat itu kurang bijaksana,karena
beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa perminan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan jiwa anak.
Penggunaan puzzle diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
belajar siswa karena penyajian materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar
dan bermain bersama kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada
peningkatan respons siswa dalam belajar biologi. Contoh papan puzzle seperti
pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema papan puzzle
Penguasaan materi pelajaran merupakan modal untuk bertanding dalam
permainan ini. Dengan penguasaan materi yang luas siswa dapat menyusun
kartu-kartu puzzle dengan mudah. Adanya suasana yang menarik atau menyenangkan
menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka untuk melakukan
yang terbaik.
d. Tournament
Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan
dilaksanakan setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah
mencoba permainan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang
berbeda dan memainkan puzzle. Setelah tournament selesai maka dilakukan
commit to user
11
e. Penghargaan Tim
Menurut Slavin (2008: 175) berdasarkan skor rata–rata tim maka terdapat
tiga kriteria penghargaan tim yaitu tim baik, tim sangat baik, dan tim super.
Kriteria penghargaan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penghargaan tim
Kriteria (rata–rata tim ) Penghargaan
40 45 50
Tim baik Tim sangat baik Tim super (Slavin, 2008: 175)
Tim yang mendapat nilai tertinggi diberikan reinforcement atau
penghargaan. Belajar mengajar menggunakan TGT, meskipun dilakukan secara
berkelompok namun prestasi belajar yang diukur merupakan prestasi belajar
individu. Dengan model pembelajaran ini siswa akan terpacu untuk lebih siap
belajar. Selain itu, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau
kegiatan masing-masing kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok dapat
belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Respons
a. Pengertian Respons
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:709), ”respons adalah
reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban.”. Jadi respons siswa dapat merupakan
reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban dari siswa. Sedangkan, ”merespon diartikan menanggapi, memberi jawaban, menyikapi, menyambut”.
Suhaenah Suparno (2001:10) menyatakan bahwa ”Memberi respons
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang meliputi proses memaksa diri
sendiri untuk berpartisipasi serta kemauan untuk mengikuti aturan-aturan”.
Keinginan untuk merespons bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan
hukuman, melainkan merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu secara suka
rela. Kegiatan yang dilakukan atas dasar sukarela, misalnya mempraktekan cara
hidup sehat, ikut dalam kegiatan penelitian, mempraktekan kegiatan hobi dan lain
Dari pengertian tersebut maka dapat diambil dua aspek utama dalam
respons, yaitu proses memaksa diri sendiri untuk berpartisipasi dan kemauan
untuk mengikuti aturan–aturan yang berlaku. Pada aspek pertama berupa
partisipasi dijabarkan menjadi tiga unsur yang terkandung didalamnya berupa
keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan, kemauan untuk
berinisiatif dan berkreasi. Sedangkan aspek yang kedua kemauan untuk mengikuti
aturan – aturan terkandung dua unsur berupa senantiasa bekerja atau tidak macet
dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu.
b. Jenis–jenis Respons
Menurut James Popham dalam Amirul Hadi (1992:31) merespon sudah
lebih dari hanya memperhatikan fenomena. Siswa sudah memiliki motivasi yang
cukup sehingga bukan saja mau memperhatikan melainkan sudah memberikan
respon. Tingkatan-tingkatan respons yaitu:
1) Respons terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, terjadi
dengan bimbingan orang lain
2) Respons mekanistis. Pada taraf ini siswa sudah yakinakan kemampuannya dan
sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan
dalam dirinya untuk berespons sesuai dengan jenis-jenis perancang dan situasi
yang dihadapi.
3) Respons kompleks. Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris
yang boleh dianggap kompleks, karena pada gerakan yang dituntut sudah
kompleks.
c. Unsur–unsur Respons
Suryosubroto (2002:280) menyatakan bahwa “Unsur–unsur dalam
partisipasi meliputi keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan
oleh organisasi dan kemauan anggota untuk berinisiatif serta berkreasi dalam
kegiatan–kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi”.Keinginan untuk merespons
bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan hukuman, melainkan merupakan
kegiatan untuk melakukan sesuatu secara sukarela. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan atas dasar suka rela, misalnya mempraktekkan cara hidup sehat, ikut
commit to user
13
Respons siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru bisa meliputi berbagai
bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan
masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan
dirinya dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain. Dalam
proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh
mengenai respons fisik (motorik) disamping respons intelektual. Respons-respons
inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.
Suharsimi Arikunto (1992:68) menyatakan bahwa ”aspek kemauan
untuk mengikuti aturan–aturan meliputi kegiatan untuk senantiasa bekerja atau
tidak macet dan melakukan pekerjaan tanpa membuang–buang waktu”.
Tanggapan siswa terhadap interaksi pembelajaran dapat berkembang dalam tiga
kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh, dan menolak Sikap menerima akan
menimbulkan perilaku seperti diam penuh perhatian, ikut berpartisipasi aktif, dan
mungkin akan bertanya karena kurang jelas. Sikap acuh tak acuh tercermin dalam
perilaku yang setengah-setengah diantara sikap yang pertama dan ketiga.
Sedangkan sikap menolak nampak pada perilaku negatif misalnya bermain
sendiri, mengalihkan perhatian kelas, dan mengganggu teman yang lain.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat ditunjukkan dengan keikutsertaan
dan partisipasi siswa dalam segala kegiatan yang dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Kemauan siswa untuk berinisiatif dalam pembelajaran
ditunjukkan dengan kegiatan memecahkan masalah yang dihadapai para siswa
dalam kegiatan diskusi, sedangkan kemauan siswa untuk berkreasi ditunjukkan
dengan pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh para siswa dalam
pembelajaran.
B. Kerangka Pemikiran
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang tahun ajaran 2009/2010 selama observasi dapat diketahui bahwa
respons siswa sangat kurang sehingga pembelajaran biologi masih rendah dengan
input siswa kurang tanggap dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan sering
dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang, siswa jarang mempunyai inisiatif
bertanya pada guru ataupun menjawab pertanyaan guru dengan sukarela dan
kurangnya diskusi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok, sehingga
siswa lebih dominan bersikap pasif dalam proses belajar mengajar, siswa
cenderung kurang mandiri dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh
guru. Selain hal tersebut juga kurangnya stimulus pembelajaran yang diberikan
guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk melibatkan keikutsertaan atau
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan kurang bervariasinya model
pembelajaran yang digunakan.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah pemilihan
model pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga mampu meningkatkan daya
serap siswa. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat menentukan
keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Model
pembelajaran yang baik merupakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan
materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan
pembelajarannya sehingga dapat terlihat apakah model yang diterapkan efektif.
Mengingat kelemahan pembelajaran konvensional yang berpusat pada
aktivitas guru, tanpa melibatkan siswa maka diperlukan pembelajaran yang dapat
meningkatkan respons siswa dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar. Model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
menggunakan puzzle yang mampu meningkatkan respons siswa. Pembelajaran
kooperatif memiliki keunggulan yaitu siswa dituntut aktif dalam proses belajar,
serta dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan yang dimiliki. Pada
pembelajaran ini, belajar dapat dilakukan sambil bermain. TGT ini dilaksanakan
melalui 4 tahap yaitu presentasi guru, tim (diskusi kelompok), tournament/
permainan serta penghargaan tim. Sehingga dalam penyajian materi melibatkan
siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga mampu
commit to user
15
Penggunaan puzzle menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan tidak
membosankan. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dengan menggunakan puzzle akan lebih meningkatkan respons siswa daripada
model pembelajaran konvensional yang cenderung berpusat pada guru tanpa
[image:31.612.133.550.208.650.2]melibatkan partisipasi siswa. Kerangka pemikiran seperti Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Berpikir MASALAH
Respons siswa kurang
Siswa cenderung bersifat pasif
Siswa kebanyakan tidak mau
menjawab pertanyaan dari guru
Siswa sibuk bermain sendiri
siswa kurang memperhatikan
penjelasan dari guru
PENYEBAB
Pembelajaran yang
digunakan kurang bervariasi
Media yang digunakan
belum optimal
TARGET
Respons siswa meningkat
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT MENGGUNAKAN PUZZLE
PROSEDUR 1. Presentasi
2. Tim(diskusi kelompok)
3. Permainan menggunakan permainan puzzle
4. Turnament antar tim 5. Penghargaan tim
commit to user
16 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1
Mojogedang Karanganyar tahun ajaran 2009/ 2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2009/2010 dimulai pada bulan Nopember 2009-Agustus 2010. Pelaksanaan
rencana kegiatan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap
sebagai berikut :
a. Bulan Nopember 2009–April 2010 : tahap persiapan meliputi pengajuan
observasi di kelas, pengajuan judul skripsi,, penyusunan proposal, seminar
proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan dan
konsultasi instrumen penelitian.
b. Bulan April–Juni 2010 : tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang
dilaksanakan di lapangan yang meliputi uji instrumen penelitian dan
pengambilan data.
c. Bulan Juni 2010–selesai : tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan
commit to user
17
No Kegiatan
Tahun 2009 Tahun 2010
Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop
1. Persiapan
a. Observasi xxxx
b. Identifikasi
Masalah
xxxx
c. Penentuan
Tindakan
xxxx
d. Pengajuan Judul
xx--e. Penyusunan
Proposal
--xx xxxx
xxx-f. Pengajuan Izin
Penelitian
---x
2. Pelaksanaan
a.Seminar
Proposal
x-b.Pengumpulan
Data Penelitian
-xxx
xx-3. Penyusunan
Laporan
Penulisan Laporan --xx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), karena bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelas
dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, sehingga
solusinya dibuat berdasarkan kajian teori pembelajaran. Penelitian tindakan kelas
terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan. Yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi
(reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra PTK.
Tahap perencanaan mencakup persiapan segala keperluan pelaksanaan
PTK, mulai dari materi ajar, rencana pengajaran termasuk di dalamnya metode
mengajar, media dan teknik atau instrumen observasi. Adapun solusi untuk
mengatasi permasalahan adalah tindakan berupa penerapan model pembelajaran
meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Pelaksanaan tindakan
tersebut dilakukan dengan cara berkolaborasi bersama guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua perencanaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle.
1. Alat dan Bahan:
a. Papan puzzle yang dibuat dari styrofoam
b. Beberapa kotak yang berisi kata-kata yang harus disusun sesuai dengan
tempatnya.
2. Cara Bermain:
a. Permainan dilakukan oleh 5 orang pemain pada setiap tim, yaitu semua
pemain memainkannya secara bekerjasama.
b. Setiap kelompok mendapatkan papan puzzle yang berbeda dengan
kelompok lainnya. Satu papan puzzle satu judul.
c. Masing-masing siswa mulai memasangkan kepingan-kepingan kartu
puzzle, siswa harus bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga
selain benar letakkanya, waktu yang mereka butuhkan juga diusahakan
seminimal mungkin
d. Setiap anak yang dapat menyusun kata dengan benar maka akan mendapat
poin sesuai dengan banyak kepingan kartu yang mereka susun
e. Pada akhir permainan yang menang sebagai juara atau pemenang adalah
pemain yang mempunyai skor tertinggi.
f. Pemain dengan poin tertinggi dari tim yang poin rata-ratanya tertinggi
berhak maju ke final dan selanjutnya memainkan puzzle yang dibuat oleh
guru dan pemenangnya akan membawa kemenangan pula pada timnya.
Pelaksana dari tindakan adalah guru dan proses jalannya tindakan
diamati oleh peneliti. Fase - fase pelaksanaan pembelajaran TGT (Teams Games
Tournaments) untuk waktu 160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang
terdiri dari 5 anggota yang bersifat heterogen. Langkah-langkah dalam
commit to user
19
Pertemuan pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan
melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi ciri-ciri makhluk
hidup dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di
lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari
materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan pengajaran
biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena apa yang akan di
pelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan membedakan
skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit. Kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus aktif bertanya baik
kepada teman sekelompok maupun kepada guru untuk materi yang belum jelas,
karena bahan diskusi ini nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini
diberi waktu 40 menit.
Pertemuan kedua yaitu permainan dan tournament, dimana pada tahap ini
menggunakan puzzle yang di buat peneliti. Siswa bertugas menyusun
kepingan-kepingan puzzle tersebut secara benar. Permainan diberi waktu 60 menit. Siswa
dikelompokkan dalam 8 kelompok masing–masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Tiap–tiap kelompok telah dipersiapkan papan puzzle yang terbuat dari styrofoam
seperti yang sudah dijelaskan. Kepingan puzzle yang akan mereka susun sesuai
dengan nama kelompoknya, setiap kelompok satu dengan yang lain tidak sama.
Pada tiap kelompok yang terdiri dari 5 orang. Permainan dilakukan selama 60
menit, siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak
berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin
tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru
maupun tim lainnya. Pada akhir pertemuan, siswa dibantu oleh guru
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Data yang dikumpulkan melalui observasi, angket dan wawancara terhadap guru
maupun siswa. Fokus yang mendapat perhatian khusus untuk diamati adalah
respons siswa dalam pembelajaran TGT menggunakan puzzle dan keterlaksanaan
Tahap refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan dan memproses data yang diperoleh dari pengamatan. Refleksi
dilakukan guru dan peneliti untuk menganalisis proses, hambatan, kelebihan dan
kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat menjadi
pertimbangan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan untuk
langkah selanjutnya.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas ini adalah unsur yang
membentuk sebuah siklus. Siklus ini dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara
berkesinambungan. Siklus berikutnya dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang
kurang berhasil pada siklus sebelumnya.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di
lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran biologi sebelum
dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan TGT dengan menggunakan puzzle.
C. Sumber Data
Ada tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran
penggambilan dan pengumpulan data serta informasi penelitian ini. Sumber data
tersebut meliputi:
1. Informan, meliputi: guru biologi dan siswa kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang.
2. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data penelitian, yakni berbagai
kegiatan pembelajaran biologi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami
oleh siswa dengan pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) disertai
media puzzle.
3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, buku pelajaran biologi kelas VII semester I, buku penilaian dan
commit to user
21
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulakan data meliputi pengamatan/
observasi, wawancara, dan angket yang masing-masing secara singkat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat respons siswa
dalam mengikuti pelajaran. Respons siswa dapat dilihat dari 2 aspek yaitu
aspek berpartisipasi/ keterlibatan siswa (siswa aktif) dan mengikuti
aturan-aturan (tertib) yang kemudian dijabarkan dalam 5 indikator yaitu keterlibatan
dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi,
terus bekerja atau tidak macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu.
Pengamatan dilakukan oleh tiga orang pengamat (observer) yang
berada di belakang. Dalam posisi tersebut, observer dapat lebih leluasa
melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar mengajar di kelas.
Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana telah
dirancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan didalam proses
pembelajaran beserta aspek-aspek yang diteliti. Penyusunan aspek-aspek yang
diteliti membantu memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini
dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan
dengan membubuhkan cek (√) pada pilihan yang tepat.
2. Wawancara atau Diskusi
Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dasar hasil pengamatan
dikelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Dalam kegiatan
diskusi itu, dilakukan hal-hal seagai berikut:
a. Meminta pendapat guru tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang
antara lain adalah mengungkap kelebihan dan kekurangan serta
permasalah lain yang bersangkut paut dengan kegiatan itu.
b. Mengemukakan catatan terhadap hasil pengamatannya terhadap KBM
yang dilakukan guru sesuai dengan fokus penelitian, mengemukakan
c. Mendiskusikan hal-hal yang telah dikemukakan bersama untuk
menyamakan persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam
kegiatan pembelajaran biologi. Dengan kata lain pada setiap kegiatan
diskusi disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya
untuk meningkatkan keefektifan penerapan TGT menggunakan puzzle.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan
secara informal kepada guru dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan
tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi dilakukan pada
saat yang dianggap tepat. Wawancara dilakukan berulang kali untuk
mendapatkan masukan dalam setiap pembelajaran selanjutnya.
3. Angket
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
angket respons dan angket kepuasan penerapan TGT. Pada angket respons
aspek–aspek atau indikator yang ada didalamnya antara lain keterlibatan
dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi,
terus bekerja atau tidak macet, dan melakukan pekerjaan tanpa membuang
waktu. Sedangkan indikator pada angket kepuasan penerapan TGT antara lain
kecocokan, kesesuaian, keefisienan, dan keefektifan penggunaan TGT.
Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar. Dengan menganalisis informasi
yang diperoleh dari angket tersebut dapat diketahui peningkatan proses atau
kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan
respons siswa dalam proses pembelajaran biologi.
Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung yang sekaligus
menyediakan alternatif jawaban. Menurut Nana Sudjana (1991:80-81) skala
sikap yang digunakan adalah skala Likert. Responden/ siswa memberikan
jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang
mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket.
Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan
dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini
commit to user
23
item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
Responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif
jawaban yang telah disediakan.
Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan
capaian prosentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subyek
penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil
atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang
diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dijadikan
dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk
menjaga validitas data dalam penelitian yaitu teknik triangulasi.
Menurut Lexy Moleong (2007: 178), ”Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.”
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi,
angket dan wawancara dengan sumber datanya adalah siswa dan guru.
[image:39.612.178.490.550.674.2]Skema triangulasi metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Skema Trianggulasi
Sumber H.B Sutopo (2002:81) Observasi
Sumber Data Wawancara
Data
F. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Analisis ini dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa uraian deskriptif tentang perkembangan proses
pembelajaran, yakni respons siswa dalam proses pembelajaran biologi,
pengalaman dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa, strategi
pembelajaran yang diberikan guru, sikap dan motivasi guru setelah penelitian
berlangsung dan sebagainya.
Teknik analisis ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman
(1992:16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu:
1. Reduksi data yaitu meliputi penyelesaian data melalui seleksi yang ketat,
melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola
yang lebih luas
2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang
merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada
masing-masing siklus
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya pencarian makna data,
mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan
secara sistematis dan bermakna
Pada analisis data peneliti memfokuskan pada respons siswa pada saat
pembelajaran berlangsung yang diambil dengan menggunakan lembar observasi
siswa dan angket respons siswa. Indikator respons siswa meliputi : keterlibatan
dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi,
melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Penyajian datanya dalam bentuk
uraian singkat, tabel, dan grafik untuk memudahkan peneliti dalam menyajikan
commit to user
25
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan penelitian,
mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1997) dalam
Rochiati Wiriaatmadja (2008: 66) yang berupa model spiral.
Langkah-langkah operasional penelitian adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari kegiatan observasi yang
telah dilakukan sebelumnya, peneliti mengajukan alternatif pemecahan
masalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
menggunakan puzzle untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran
biologi. Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario pembelajaran yang
menerapkan TGT, termasuk penyusunan silabus, rencana pengajaran dan
media pembelajaran berupa papan puzzle dan kepingan-kepingan puzzle yang
berisi tentang materi pelajaran. Instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian juga disiapkan seperti angket, lembar observasi, dan pedoman
wawancara.
2. Pelaksanaan
Tindakan yang telah direncanakan diimplementasikan oleh guru
dalam bentuk TGT dengan menggunakan puzzle. Pelaksanaan tindakan
diwujudkan dalam langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Secara
garis besar, pembelajaran diawali dengan penyajian materi oleh guru. Setelah
itu siswa dikelompokkan dalam 8 kelompok masing masing kelompok terdiri
dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok telah mempersiapkan papan permainan
puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Permainan dilakukan selama 60 menit,
siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak
berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin
tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari
guru mupun tim lainnya.
Fase–fase pelaksanaan TGT (Teams Games Tournaments) untuk waktu
160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang terdiri dari 5 anggota yang
Tabel 2. Langkah–Langkah TGT.
Fase Kegiatan Waktu (menit)
1 Presentasi Kelas (Penyampaian Materi Pelajaran) 40
2 Kegiatan Kelompok (Diskusi Kelompok) 40
3 Permainan dan Turnament 60
4 Penskoran dan Penghargaan Kelompok 10
5 Penutup 10
Fase pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan
melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi secara
singkat dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di
lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari
materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan
pengajaran biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena
apa yang dipelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan
membedakan skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit.
Fase kedua yaitu kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus
aktif bertanya untuk materi yang belum jelas, karena bahan diskusi ini
nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini diberi waktu 40 menit.
Fase ketiga yaitu permainan dan tournament, dimana pada penelitian
ini menggunakan permainan puzzle yang di buat peneliti. Permainan diberi
waktu 60 menit. Siswa dikolompokkan dalam 8 kelompok masing–masing
kelompok terdiri dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok diberi satu papan
permainan puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Siswa dengan poin tertinggi
berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya
sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin
tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru maupun tim lainnya.
Fase keempat pensekoran dari hasil diskusi kelompok dan permainan
yang nantinya menentukan kartu penghargaan untuk masing–masing
kelompok. Penutup pada fase kelima, dimana guru menyimpulkan dari hasil
commit to user
27
3. Observasi
Observasi dilakukan peneliti selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta
pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Fokus
observasi yaitu respons siswa dalam pembelajaran TGT dilengkapi puzzle
diamati dengan bantuan lembar observasi. Selain itu observasi juga dilakukan
pada keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dilakukan. Sebagai data
pendukung observasi adalah angket dan hasil wawancara terhadap guru dan
murid. Data yang diperoleh diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari tindakan yang dilakukan. Indikator yang diobservasi dapat
[image:43.612.147.532.145.704.2]dilihat pada table 2
Table 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa
No. Indikator Jumlah siswa Cara Mengukur
1. Keterlibatan dalam
segala kegiatan
a. Keterlibatan dalam presentasi
kelas
b. Keterlibatan dalam diskusi
kelompok
c. Keterlibatan dalam tournament
d. Keterlibatan dalam pemberian
penghargaan
e. Keterlibatan dalam
menyimpulkan materi
2. Kemauan
berinisiatif
a. Menjawab pertanyaan
b. Mengeluarkan pendapat
3. Kemauan berkreasi a. Meletakkan kepingan puzzle
pada tempatnya
b. Konsisten antara kepingan yang
satu dengan yang lain sehingga
membentuk suatu konsep yang
4. Terus bekerja atau
tidak macet
Menyelesaikan tugas sampai selesai
meskipun sulit
5 Melakukan
pekerjaan tanpa
membuang waktu
Menjalankan tahap-tahap TGT
sesuai aturan waktu yang ditentukan
4. Refleksi
Pada tahap ini, menganalisis proses dan dampak dari pelaksanaan
tindakan. Hasil analisis berupa kelebihan, kelemahan, ataupun hambatan
dalam pelaksanaan tindakan dijadikan penentu keberhasilan tindakan dan
langkah yang akan diambil selanjutnya.
Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) peserta didik terlibat secara aktif. Untuk mengukur keberhasilan
tindakan, peneliti merumuskan indikator-indikator ketercapaiannya respons
siswa dalam pembelajaran meliputi keterlibatan dalam segala kegiatan,
kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak
macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan terhadap pembelajaran biologi pada kelas VII
C SMP Negeri 1 Mojogedang diperoleh beberapa data awal diantaranya yang
terlibat dalam segala kegiatan 62,5%, siswa yang berinisiatif 40,83%, siswa
yang berkreasi 0%, terus bekerja atau tidak macet 27,5%melakukan pekerjaan
tanpa membuang waktu 37,5%. Oleh karena itu indikator keberhasilan
commit to user
[image:45.612.138.527.123.461.2]29
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan
KONSEP ASPEK INDIKATOR AWAL TARGET
Respons • Berpartisipasi Keterlibatan dalam
segala kegiatan 62,5 % 75% *)
Kemauan untuk
berinisiatif 40,83 % 75% *)
Kemauan untuk
berkreasi *nd 75% *)
• Mengikuti
aturan-aturan
(tertib)
Terus bekerja atau
tidak macet 27,5 % 75% *)
Melakukan
pekerjaan tanpa
membuang waktu
37,5% 75 % *)
*) Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif.
*) nd : not detected / belum terdeteksi.
Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator
keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga
dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua.
Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi
Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator
keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga
dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua.
Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Urutan masing-masing tahapan jalannya penelitian dapat digambarkan