Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh
RESMIYATI NUR AFIYAH
NIM 109018300080
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Gerak dan Energi”. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar siswa pada Gerak dan Energi. Penelitian ini dilakukan di MI Jam’iyatul Khoir Ciputat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah quasi eksperimen dengan desain nonrequivalen control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Pengukuran hasil belajar siswa berdasarkan pada instrumen penelitian berupa tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan penskoran 0-1. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh bahwa thitung>ttabel (9,34 > 2,00), pada taraf signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh penggunaan Metode Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Gerak dan Energi.
ii
Contextual Teaching and Learning to The Result Study of Camistry of Mofe and Energy”. Skripsi Elemenry School Teacher Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The study aims of this research is to know influence of Using Contectual Metode to The Result Study of Camistry of Mofe and Energy.This research executed in MI Jam’iyatul Khoir Ciputat. This research used quasi experiment study with nonrequivalent control group design. The sampel is taken by using technique of purposive sampling. The amount of research sample is 30 students for experiment class and 30 students for controclass. The measurement of the result study pursuant to instrument to test is multiple choice consisthing 20 quetion and score is 0-1. According to the conclution using t test get value t count > t table, (9,34 > 2,00),at signification at level 0,05, able to expressed that there are influene which significant. It shows that there is effect of Using Contectual Metode to The Result Study of Camistry of Mofe and Energy.
iii Biamillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi
Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa
mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan guru
madrasah ibtidaiyah. Disadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini bahwa
kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan,
pengarahan, dukungan serta motivasi dari berbagai pihak dan orang-orang
terdekat penulis sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan kali ini menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan moril maupun
materil, sehingga yang skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai, M.A Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Fauzan, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Tonih Feronika, M.Pd, dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia
memberikan arahan, semangat dan meluangkan waktu untuk membimbing
serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. M. Yusuf Hs, S.Ag., Kepala MI Jam’iyatul Khoir Ciputat yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian
iv
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Faizin dan Ibunda Jamilah yang tiada
hentinya memberikan kasih sayang, selalu mendoakan, selalu menjadi
motivasi dan inspirasi serta memberikan banyak dukungan moril dan materiil
kepada penulis.
7. Suami Tercinta Saeful Mu’min, S.S yang mengisi hari-hari selama
penyusunan skripsi kepada penulis dan memberikan support yang luar biasa
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
8. Sahabat-sahabat seperjuanganku semasa kuliah Nur Aprilliani, S.Pd, Nur
Najmi Laila, S.Pd, Diny Wulandari Putri, S.Pd dan seluruh teman-teman
PGMI angkatan 2009. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan selama
ini, serta canda tawa yang menghiasi hari-hari penulis.
9. Sahabat-sahabatku tersayang di Lembaga Pendidikan al-Qur’an (LPQ) Masjid Fathullah UIN yang telah memberikan banyak motivasi dan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas
segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan
karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan dapat
memberikan kontribusi bagi peninggkatan kualitas pendidikan. Amin ya rabbal
alamin.
Jakarta, Mei 2014
v
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN A.LatarBelakang ... 1
B.Identifikasi Masalah... ... 4
C.Pembatasan Masalah... ... 5
D.Perumusan Masalah ... 5
E. TujuanPenelitian... 5
F. ManfaatHasilPenelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A.Kajian Teoritis 1. Metode Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) a. Pengertian . ... 7
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual/CTL . ... 9
c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual/CTL. ... 12
d. Konsep Dasar CTL. ... 12
e. Kelebihan dan Kekurangan CTL... 14
vi
1) Macam-macam gerak benda. ... 20
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda. ... 21
b. Energi 1) Pengertian Energi. ... 22
2) Macam-macam Energi. ... 22
3) Sumber Energi dan Kegunaannya. ... 20
B.Hasil Penelitian yang Relevan... 23
C.Kerangka Berpikir ... 24
D.Perumusan Hipotesis ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
B.Metode Penelitian ... 26
C.Desain Penelitian ... 26
D.Populasi dan Sampel. ... 27
E. Variabel Penelitian ... 28
F. Teknik Pengumpulan Data. ... 28
G.Prosedur Penelitian. ... 29
1. Pendahuluan. ... 29
2. Pelaksanaan. ... 29
3. Akhir... 29
H.Instrumen Peneltian. ... 30
1. Uji Validitas. ... 32
2. Realiabitas ... 33
3. Taraf Kesukaran. ... 34
vii
b) Uji Homogenitas. ... 37
2. Uji Hipotsis. ... 38
3. Hipotesis Statistik. ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 40
1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 40
2. Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ... 43
3. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data. ... 45
a. Uji Normalitas Data Pretest . ... 45
b. Uji Homogenitas Data Pretest ... 46
c. Uji Data Pretest. ... 47
d. Uji Normalitas Data Postest. ... 47
e. Uji Homogenitas Data Postest. ... 48
4. Hasil Uji Hipotesis. ... 49
B. Pembahasan Penelitian ... 49
BAB V SIMPULAN, DAN SARAN A. Simpulan... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
viii
Gambar 2.2. Materi Sumber Energi dan Kegunaanya ... 23
ix
Tabel 3.2. Pengumpulan Data ... 28
Tabel 3.3 Instrumen Penelitian ... 30
Tabel 3.4 Kriteria Reabilitas ... 33
Tabel 3.5. Kriteria Kesukaran ... 35
Tabel 4.1. Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 41
Tabel 4.2. Deskripsi Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 42 Tabel 4.3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Sesuai Indikator ... .43
Tabel 4.4. Rekapitulasi Data Postest Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 44 Tabel 4.5. Deskripsi Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 45
Tabel 4.6. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Sesuai Indikator ... 46
Tabel 4.7. Deskripsi Data Pretest Uji Normalitas ... 47
x
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 66
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 89
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 106
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 122
Lampiran 6. Instrumen Hasil Belajar Pada Gerak Benda dan Energi ... 136
Lampiran 7. Kisi-kisi Soal Tingkat Kesulitan dan Pengetahuan ... 142
Lampiran 8. Instrumen Hasil Belajar... 144
Lampiran 9. Kunci Jawaban Hasil Tes Belajar ... 147
Lampiran 10. Perhitungan Validitas ... 148
Lampiran 11. Perhitungan Reabilitas ... 150
Lampiran 12. Tingkat Kesukaran ... 152
Lampiran 13. Daya Pembeda ... 154
Lampiran 14. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Soal ... 156
Lampiran 15. Data Pretest ... 158
Lampiran 16. Data Posttest... 159
Lampiran 17. Distribusi Nilai Pretest ... 160
Lampiran 18. Perhitungan Hasil Data Pretest ... 164
Lampiran 19. Distribusi Nilai Posttest ... 166
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan
dan keterampilan manusia, oleh karenanya kualitas sumber daya manusia sangat
tergantung dari kualitas pendidikan. Untuk mencapai kualitas pendidikan yang
bagus haruslah melewati sebuah proses belajar dalam hal ini proses belajar siswa
di sekolah. Secara garis besar proses belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor,
yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi sikap terhadap
belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan ajar, menyimpan
perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan
berprestasi, dan rasa percaya diri siswa. Faktor ekstern yang mempengaruhinya
yaitu guru, sarana dan prasarana pendidikan, kebijakan penilaian, lingkungan
sosial siswa, dan kurikulum sekolah.
Esensi proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD/MI) adalah
pembelajaran konkrit, yaitu suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara logis
dan sistematis, pembelajaran yang berknaan dengan kejadian di lingkungan
sekitar siswa. Karenanya pembelajaran yang sifatnya konkrit lebih sesuai bila
diberikan pada siswa Sekolah Dasar (SD/MI). Kondisi pembelajaran seperti ini
harus diupayakan oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses
belajar, dan sistem penilaian sesuai dengan tahap perkembangan siswa.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan erat dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip saja tetapi
juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan lebih menjadi
wahana yang mengasyikan bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.1
Implementasi pembelajaran mata pelajaran IPA di SD/MI harus lebih
memperhatikan karakteristik anak usia SD/MI, diantaranya yaitu belajar dan
bermain kreatif yang dapat dilakukan dengan peniruan, eksplorasi, pengujian
(eksperimentation), dan membangun. Pendekatan aktifitas artistik yaitu kegiatan
berinteraksi dengan lingkungan yang dikaitkan dengan olah pikir, olah rasa, dan
olah estetis sehingga akan diperoleh pengalaman, adapun yang terahir yaitu
belajar aktif dalam membentuk keterpaduan praktikum.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang baik, guru perlu
menciptakan suasana belajar yang dikaitkan langsung dengan konteks pengalaman
kehidupan nyata, dalam hal ini apakah semua materi IPA bisa dikaitkan langsung
dengan kehidupan nyata? Dan apakah peserta didik juga akan bisa cepat mencerna
dan memahami secara maksimal? Apakah peserta didik sudah belajar sesuai
dengan pengalaman langsung? Peserta didik juga harus sering dilatih secara aktif
karena belajar sendiri merupakan kegiatan “mengalami” hal yang dipelajari dan
berupaya melakuan eksplorasi terhadap hal yang dikaji bahkan berusaha
menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya baik secara
personal individu maupun secara kelompok, karena bagian proses kolaboratif juga
merupakan bagian dari belajar yang akan menciptakan suasana komunikatif
dalam proses belajar.
Dalam upaya untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran, seorang
guru dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang
sesuai dengan bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik, dengan
mempertimbangkan kemampuan metode pembelajaran tersebut membangkitkan
rangsangan indra penglihatan, pendengaran maupun penciuman atau
kesesuaiannya dengan tingkat hirarki belajar. Guru harus mampu menciptakan
pembelajaran yang konkrit dan menyenangkan sehingga siswa aktif di kelas.
1
Salah satu dari sekian banyak upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode CTL
(Contextual Teaching and Learning). Karena dengan metode ini guru dituntut
berperan sebagai fasilitator tanpa henti yakni membantu siswa menemukan makna
(pengetahuan) karena dalam metode ini peserta didik juga dituntut keterlibatannya
langsung secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata. Adapun yang mencirikan
metode ini berbeda dari metode-metode yang lain yaitu pembelajaran
dilaksanakan secara autentik dan pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan
pengalaman yang bermakna, terlebih dalam metode ini juga pembelajaran lebih
diutamakan dengan cara berkelompok karena akan tercipta diskusi dan saling
mengoreksi antar teman. Tentunya hal ini akan lebih memungkinkan terciptanya
pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, produktif dan tentunya kesemuanya
dilaksakan dengan sistem yang menyenangkan. Dengan metode ini siswa akan
lebih memahami, karena pembelajaran dilakukan dengan lebih konkrit dan
realistis.
Berdasarkan karakteritik dari metode CTL tersebut, maka salah satu
konsep yang cocok untuk diterapkan dengan metode CTL (Cotextual Teaching
and Learning) adalah konsep gerak dan energi di kelas 3 SD. Di SD konsep gerak
benda dan energi juga dipelajari di kelas 4, namun tentunya yang membedakannya
yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar itulah yang harus dicapai oleh guru dalam menyampaikan
pelajaran dalam hal ini pelajaran IPA. Standar kompetensi konsep gerak benda
dan energi SD kelas 3 yaitu memahami berbagai cara gerak benda dan
hubungannya dengan energi kemudaian kompetensi dasarnya adalah
menyimpulkan pengamatan gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dan
mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran
dalam kehidupan sehari-hari serta mengidentifikasi sumber energi dan
kegunaanya. Berbeda halnya dengan dengan pengamatan peneliti pada materi
gerak dan benda SD kelas 4 standar kompetensinya yaitu memahami gaya dapat
kelas 3 dalam memahami konsep gerak benda dan energi perlu pembelajaran yang
konkrit dan nyata serta berhubungan dengan kehidupan siswa, maka peneliti
memutuskan untuk melakukan penelitian di kelas 3 pada konsep gerak dan energi
yaitu dengan menggunakan metode CTL (Contextual Theaching and Learning).
Dengan peneliti menggunakan metode CTL (Contextual Theaching and
Learning) ini diharapkan siswa mampu memahami lebih dalam dan menemukan
serta bisa menjawab kesulitan yang ada. Dengan metode ini pula diharapkan siswa
mampu berfikir lebih kreatif dan mengeksplor pemahaman lebih mendalam serta
bisa mengaitkan materi dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari
disamping siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga dan
bermakna.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas,
maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut
menjadi sebuah judul skripsi yaitu: “Pengaruh Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gerak
Benda dan Energi”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran IPA masih berpusat pada guru bukan peserta didik
2. Di dalam pengajaran siswa tidak diberi pengalaman langsung sehingga
menganggap pelajaran IPA adalah abstrak dan sulit dipahami
3. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri,
mengikuti atau proses dan mengamati suatu objek
C.Pembatasan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang muncul, dalam hal ini perlu adanya
pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu pada :
1. Metode pembelajaran IPA yang membuat siswa aktif adalah dengan metode
CTL (Contextual Teaching and Learning)
2. Hasil belajar yang akan diukur adalah pada ranah kognitif dari tingkat
mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3)
3. Penelitian dilakukan di kelas III pada konsep gerak dan energi.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diidentifikasi dan dibatasi
sebagaimana di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian
ini adalah “Apakah terdapat pengaruh metode CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap hasil belajar siswa pada gerak benda dan energi?”
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh metode CTL (Contextual Teaching and
Learning) terhadap hasil belajar siswa pada gerak benda dan energi di kelas III MI
Jam’iyatul Khair Ciputat.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun
manfaat yang diharapkan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas secara mandiri
melalui metode CTL (Contextual Teaching and Learning)
2. Mendalami materi melalui penerapan metode CTL (Contextual Teaching and
Learning)
3. Memberikan masukan bagi guru dalam menerapkan metode CTL (Contextual
4. Memberikan informasi tentang kemajuan yang diperoleh siswa melalui
penggunaan media kontekstual dalam proses belajar mengajar
5. Memberi kontribusi terhadap peningkatan pembelajaran IPA khususnya di
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1) Metode Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
a. Pengertian
Proses belajar benar-benar terjadi apabila siswa mampu memproses atau
mengkontruksi sendiri informasi sedemikian rupa sehingga pengetahuan
tersebut menjadi bermakna sesuai dengan kerangka berpikirnya karena proses
belajar yang murni terjadi secara alamiah dimana proses berpikirnya disebut
dengan kontekstual atau sesuai dengan keadaan yang terjadi, dalam arti
kaitannya dengan lingkungan, pengetahuan dan pengalaman yang telah
mereka miliki. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa belajar dengan
proses pencarian hubungan untuk menemukan makna dan manfaat
pengetahuan tersebut.1
Teaching adalah refleksi sistem kepribadian seorang guru yang bertindak
secara profesional. Dan Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa
yang menunjukan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan.2
Dengan kedua definisi ini, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini, guru
berperan sebagai fasiltator tanpa henti, yakni membantu siswa menemukan
makna (pengetahuan). Dalam pengertian yang lain disebutkan Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.3
1
Dewi Salama P, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 15
2
A. Chaedar Alwasilah, Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Mizan Learning Center,2006), h.19
3
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) berfokus
pada pengembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga
pemahaman konteks siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajari
dengan dunia nyata, dalam hal ini pembelajaran kontekstual juga merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.4
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia nyata,
sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.5
CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan
karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat
mempraktekkan secara langsung apa yang dipelajarinya, sehingga
pembelajaran kontekstual dapat mendorong peserta didik untuk memahami
hakekat, makna dan manfaat belajar, maka akan lebih memungkinkan peserta
didik rajin dan termotivasi untuk belajar, bahkan bisa kecanduan belajar. 6
Kondisi tersebut dapat terwujud apabila peserta didik dapat menyadari
tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara
menggapainya. Dalam upaya itu mereka memerlukan guru sebagai pengarah
dan pembimbing.
Dalam mempelajaran kontekstual, guru tidak hanya menyampaikan
materi yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana menjadikan peserta didik
dapat belajar dengan mudah dan guru mampu mengatur lingkungan
lingkungan belajar, strategi pembelajaran dan sarana pembelajaran yang
4
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : Wacana Prima, 2009), h. 57
5
Sofan Amri, Konstruksi Pengembangan Pembelajran, (Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2010), h. 193
6
memadai dan memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar.7
Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang
pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan secara keseluruhan.
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual /CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 komponen.
Komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL. Adapun tujuh komponen tersebut adalah:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman nyata siswa,
dalam hal ini pembelajaran CTL pada dasarnya mendorong siswa agar dapat
mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.8
Penerapan komponen konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL,
siswa didorong untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri melalui
pengalaman nyata.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis, praktisnya pengetahuan bukanlah sejumlah fakta
hasil dari mengingat tetapi hasil dari proses menemukan sendiri, dengan
demikian diharapkan siswa memiliki sikap yang ilmiah, rasional, dan logis
yang semuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas peserta
didik.9
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya,
karena bertanya adalah mengembangkan sifat ingin tahu siswa, sehingga
melalui proses bertanya siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan
7
Opcit, Sofan Amri, h. 193
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group 2006), hlm 264
9
mandiri.10 Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Karena siswa dirangsang untuk mampu mengembangkan ide yang lebih
inovatif, bersosialisasi dan bertukar pendapat dengan temannya.
Kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran. Karena dengan bertanya pengertian dan pemahaman dapat
diperoleh lebih mantap. Sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan
kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari semaksimal
mungkin.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual menyarankan
agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (Team
Work), kerjasama itu dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok
belajar yang dibentuk secara formal maupun dalam lingkungan secara
alamiah, dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya,
maupun dilihat dari bakat dan minatnya. 11 Maka yang cepat belajarnya
diharapkan akan membantu mendorong yang lambat belajarnya.
Kegiatan masyarakat belajar sesuai dengan salah satu prinsip yang
digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yaitu prinsip sosial. Satu
sama lain saling membantu, bekerja sama dan berinteraksi untuk
memecahkan suatu masalah. Kegiatan masyarakat belajar juga diharapkan
sisswa akan berwawasan luas karena banyak pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh dari berbagai sumber.
e. Pemodelan (Modelling)
Yang dimaksud dengan komponen pemodelan adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa, misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara
10
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : Wacana Prima, 2009), h. 58
11
menggunakan sebuah media dalam pembelajaran karena pemodelan tidak
terbatas dari guru saja akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang
dianggap memiliki kemampuan.12 Pemodelan merupakan komponen yang
cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui pemodelan siswa
dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang
lalu dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian tersebut.13Refleksi
merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja
diterima. Kunci dari kegiatan refleksi adalah bagaimana pengetahuan itu
mengendap di benak siswa.
Pada akhir pembelajaran guru perlu melaksanakan refleksi. Guru
memberikan kepada peserta didik untuk mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya. Sehingga ia dapat menyimpulkan kembali apa yang telah
dipelajari tentang pengalaman belajarnya.
g. Penilaian nyata (Authentic Assesment)
Penilaian adalah proses yang dilakukan guru untuk pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa,
dari gambaran perkembangan belajar siswa tersebut perlu diketahui oleh guru
agar bisa memastikan bahwa siswa benar-benar belajar atau tidak apakah
pengalaman belajar siswa membawa pengaruh positif atau negatif, karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, maka biasanya guru tidak hanya melakukan penilaian di akhir
pembelajaran tetapi juga saat proses pembelajaran.14
12
Ibid, h. 267
13
Ibid, h.268
14
c. Karakteristik CTL (Contextual Teaching and Learning)
Beberapa karakter pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:
1) Pembelajaran dilaksanakan secara autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan kepada ketercapaian keterampilan dalam kehidupan nyata dan
alamiah.
2) Memberikan kesematan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang
bermakna.
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
4) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara kerja kelompok, diskusi dan
saling mengoreksi antarteman.
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan
yang lain secara mendalam.
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produksi dan
mementingkan kerjasama.
7) Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem yang menyenagkan.15
d. Konsep Dasar Pembelajaran CTL
Pembelajaran kontekstual perlu didasarkan atas prinsip dan strategi
pembelajaran yang mendorong terciptanya lima bentuk pembelajaran
relating, experiencing, applying, cooperating and transferring.16 Strategi
pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan center for occupational research and development
(CORD).
Penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai
berikut:
15
Masnur Mulich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 42
16
1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk
membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna.
2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik
berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya
melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan
menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
3) Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan
pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.
4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif melalui belajar
kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.
5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan
memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.17
Bagi CTL, program pembelajaran adalah rencana guru mengenai
skenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakannya dalam satu
atau lebih pertemuan, untuk itu dalam program tersebut guru biasa melihat
apa saja yang perlu dipersiapkannya sebelum mengajar.18 pembelajaran
kontekstual dituntut untuk menghidupkan kelas dengan cara mengembangkan
pemikiran anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya, serta melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
untuk semua topik, menciptakan masyarakat belajar dalam kelompok,
mengembangkan sikap ingin tahu siswa dalam bertanya, melakukan refleksi
dan penilaian yang sebenarnya karena kelas yang hidup adalah kelas yang
memberdayakan siswa, yaitu kelas yang produktif dan menyenangkan.19
17
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya:Pustaka Pelajar, 2009), h .84
18
Ibid, h.85
19
e. Kelebihan dan Kekurangan CTL
1. Kelebihan
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
2. Kekurangan/Kelemahan
a) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL.
Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan
keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar
sesuai dengan tahap perkembangannya.
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi– strategi mereka sendiri untuk
dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan apa yang diterapkan semula.20
2. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Sejak manusia dilahirkan sampai dewasa, manusia selalu belajar. Hal
tersebut sangat perlu karena sebagai individu harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Individu yang telah dewasa mempunyai pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan sikap yang yeng pegembangannya melalui suatu
proses yang dinamakan belajar. Belajar merupakan kegiatan yang berproses
dan unsur yang sangat mendasar dari penyelenggaraan setiap jenis jenjang
pedidikan.21 Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, keberhasilan dalam
pendidikan sangat tergantung pada proses pembelajarannya. Akan tetapi
dalam praktiknya, banyak sekolah yang menganggap bahwa belajar
merupakan penambahan pengetahuan, sehingga guru-guru berusaha
memberikan ilmu sebanyak mugkin kepada murid, dimana merekalah yang
giat mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan tersebut.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan terjadi seumur hidup, sejak dia bayi sampai ke liang lahat.22
Belajar sering dianggap sebagai menghafal. 23 Jika orang tua menyuruh
anaknya untuk belajar, maka pada dasarnya ia menyuruh anaknya untuk
menghafal berbagai materi yang akan diujikan. Dalam konteks ini, belajar
adalah mengingat sejumlah fakta atau konsep yang telah diajarkan. Dengan
demikian, guru akan merasa puas ketika siswa mampu untuk menyebutkan
20
Matthew Chifford and Marica wilson, Contextual Teaching Profesional Learning and Student Experfences: Lesson Learning From Implementation (education Brief, Desember 2000), h.2
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), h.87
22
Arief Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), h. 2
23
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
kembali fakta-fakta yang telah disampaikan dalam pembelajaran. Maka demi
tercapainya keberhasilan proses pembelajaran, maka seorang guru perlu
memahami apa arti belajar yang sesungguhya.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut :
b. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.
c. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
d. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of exprience
(belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman)
e. Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to
listen to follow direction (dengan kata lain, bahwa belajar adalah
mengamati,membaca, meniru,mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti
arah tertentu).
f. Geoch
Learning is change in performance as a result of practice (belajar adalah
perubahan performance sebagai hasil latihan)
g. Morgan
Leaning is any relatively permanent change in behavior that is a result of
past ezxperience (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat
permanen, sebagai hasil dari pengalaman.24
Jean Piaget yang dikenal sebagai kontruktivis pertama menegaskan
bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi.25Sedangkan menurut Hintzman mengemukakan arti belajar yaitu
24
Agus suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem ,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012),h. 2
25
suatu perubahan yag terjadi dalam diri seseorang, walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan yang terjadi dalam diri organisme,
disebabkan oleh pengalaman yang mempengaruhi organisme tersebut.
Dengan demikian, perubahan yang disebabkan oleh pengalaman tersebut baru
bisa disebut belajar jika mempengaruhi organisme, yang artinya bahwa
pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan
untuk diartikan sebagai belajar.26
Dari berbagai uraian teori di atas, penulis menyimpulkan belajar
merupakan perkembangan hidup yang berlangsung pada seseorang. Dengan
belajar, seseorang dapat mengalami suatu perubahan kualitatif individu
dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan apabila interaksi seseorang
mengalami perubahan tingkah laku, baik dari apek pengetahuan maupun
sikapnya, maka dikatakan bahwa ia telah mengalami suatu prosese belajar.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
1) Fakor internal
a) Fisiologis
Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat perhatian
sepenuhnya, karena kondisi fisiologis ini sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi, kegiatan dan hasil belajar.
b) Psikologis faktor psikologis meliputi :
1. Tingkat kecerdasan siswa/ intelegensi, pada umumnya daat diartikan
sebagai kemampuan psikofisik untuk merespon stimulusatau
menyesuaikan diri dengan lingkungan
2. Sikap, merupakan gelaja internal yang berdimensi efektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
3. Bakat, pada umumnya bakat atau aptitude adalah kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang
26
4. Minat, merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu
5. Motivasi, keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan sosial sekolah meliputi guru, tenaga kerja di sekolah, baik
kepala sekolah maupun wakil dan teman bermain di sekolah. Lingkungan
sosial siswa meliputi masyarakat dan tetangga maupun teman-teman di
sekitar lingkungan tempat tinggal. Lingkungan sosial yang paling
berpengaruh dalam belajar siswa adalah orang tua dan keluarga.
b) Lingkungan non sosial meliputi, gedung sekolah, rumah tempat tinggal,
alat-alat belajar, waktu belajar dan cuaca.27
3) Faktor pendekatan belajar
Seorang siswa mampu mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya
kemungkinan untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa
yang menggunakan pendekatan reproductive.28
3. Hakikat Hasil Belajar
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru perlu melakukan
penilaian, dan sebelum melakukan penilaian ada beberapa unsur pokok dalam
belajar mengajar yang harus diperhatikan dalam penilaian, yaitu: proses
belajar mengajar, yang meliputi tujuan, bahan pembelajaran, metode dan alat
serta penilaian. Penilaian ini lah yang berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui roses dan hasil belajar siswa.
Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.29 Hasil belajar biasanya
identik dengan nilai yang berupa angka. Namun, pada dasarnya hasil belajar
adalah perubahan atau nilai yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa memahami dalam proses belajar.
27
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakaarya, 2008), h. 130-135
28
Ibid, h.136
29
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan hasil adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley
membagi tiga macam hasil belajar, yaitu :
a) Keterampilan dan kebiasaan
b) Pengetahuan dan pengertian
c) Sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori
hasil belajar, yaitu :
a) Informasi verbal
b) Keterampilan intelektual,
c) Strategi ogitif,
d) Sikap
e) Keterampilan motoris.30
Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan pendidikan baik tujuan
kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yaitu :
a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yakni
pengetahuan atau ingatatn, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap. Yakni menerimaan, jawaban atau
reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c) Ranah psikomotorik, yaitu berkenaan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Yaitu : gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. 31
30
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Roskarya, 1989), h. 22
31
4. Gerak Benda dan Energi
a. Gerak Benda
1) Macam- macam gerak benda
a. Jatuh
Umumnya, benda yang berada di atas tanah (tidak tersangga) akan jatuh ke
tanah karena ditarik oleh gaya gravitasi bumi. Benda dikatakan jatuh
apabila kedudukannya atau letaknya berubah dari atas ke bawah.
Mula-mula pensil berada di atas meja kemudian jatuh ke bawah meja karena ada
tenaga yang menggerakkannya. Contohnya pensil jatuh dari meja, buku
jatuh dari kursi, dan lain-lain.
b. Mengalir
Air sungai berasal dari mata air di pegunungan, atau berasal dari air hujan.
Air sungai kemudian mengalir ke laut yang letaknya lebih rendah. Adanya
perbedaan ketinggian antara pegunungan atau sungai dengan laut
menyebabkan air dapat mengalir. Jadi, air mengalir dari tempat tinggi ke
tempat lebih rendah.
c. Memantul
Gerakan memantul pada benda ternyata menimbulkan gagasan pada
manusia. Berdasarkan gagasan tersebut, terbentuklah berbagai benda atau
kegiatan yang memiliki dasar gerak pemantulan.
d. Menggelinding
Contoh benda yang bergerak dengan cara menggelinding, antara lain, bola
dan kelereng. Jika kamu menendang bola, maka bola akan bergerak ke
arah tertentu. Gerak menggelinding menyebabkan kedudukan benda
berubah. Contoh bola menggelinding.
e. Berputar
Benda umumnya berputar pada porosnya. Benda yang berputar cepat dapat
menimbulkan energi yang besar. Misalnya, putaran yang cepat pada turbin
pembangkit listrik dapat menghasilkan energi listrik. Listrik tersebut
f. Tenggelam
Peristiwa tenggelam biasanya terjadi pada kapal atau benda-benda yang
massanya lebih besar daripada air.dan terapung itu juga dialami oleh
anak-anak yang sedang berenang dan menyelam. Suatu saat anak-anak-anak-anak tersebut
dapat menyelam sampai ke dasar kolam (tenggelam), kemudian mereka
naik ke atas permukaan air (melayang lalu mengapung).32
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda
a. Ukuran
Ada benda yang bergerak cepat, ada pula yang bergerak lambat.
Contohnya, ada dua buah benda yaitu balok kayu kecil (A) dan balok kayu
besar (B). Balok A meluncur lebih cepat dari pada balok B. Hal itu
disebabkan luas permukaan sentuhan balok A dengan bidang miring lebih
kecil dibandingkan balok B. Jika luas permukaan sentuhan balok lebih
kecil, hambatan oleh papan landasan lebih kecil. Dengan demikian, ukuran
memengaruhi gerak benda. Benda yang ukurannya lebih kecil akan mudah
bergerak ibandingkan dengan benda engan ukuran yang lebih besar.
b. Bentuk
Ada dua benda yang berbentuk bulat dan balok seperti contoh pada sebuah
bola dan balok kayu, oleh karena berbentuk bulat, bola plastik bergerak
menggelinding, adapun balok kayu bergerak meluncur karena berbentuk
balok, sedangkan pada bidang miring bola plastik bergerak lebih cepat
dibandingkan balok kayu, karena bentuk benda berpengaruh terhadap
gerak benda dan permukaannya, semakin kasar permukaan suatu benda,
semakin lambat gerak benda yang melaluinya.33
32
Priyono, Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas III (jakarta : Departemen Pendidikan Nasional,2008) h. 105-110
33
b. Energi
1) Pengertian Energi
Tidak ada yang dapat hidup, bergerak, dan bekerja tanpa energi, karena
energi sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya, energi
panas digunakan oleh petani untuk mengeringkan hasil panennya, energi
panas digunakan untuk proses foto sintesis pada tumbuhan. 34 Nah,
tahukah kamu apakah energi itu? Dapatkah kamu menyebutkan
sumber-sumber energi? Apa saja kegunaan sumber-sumber energi itu? Energi adalah
kemampuan untuk melakukan kerja?
2) Macam-macam Energi
a. Energi panas
Energi panas adalah energi yang dihasilkan dalam bentuk panas. Panas
matahari merupakan salah satu sumber energi panas. Matahari adalah
sumber energi panas terbesar.
b. Energi gerak
Udara yang bergerak disebut juga angin. Pakaian basah dapat kering
karena tiupan angin. Energi dari gerakan angin disebut energi gerak.
Energi gerak yang dihasilkan angin dapat menghasilkan listrik.
c. Energi bunyi/getaran
Gitar yang dipetik akan menghasilkan bunyi. Bunyi ini dihasilkan dari
dawai yang bergetar. Bunyi tersebut adalah getaran yang kita dengar. 35
3) Sumber Energi dan Kegunaannya
Sumber energi adalah benda yang dapat memberikan energi pada benda
lain untuk melakukan suatu kegiatan. Sumber-sumber energi yang sering
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, Misalnya : cahaya matahari,
angin, air, gas alam, baterai, listrik, minyak bumi, dan makanan.
Cahaya matahari sering dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut:
a) Mengeringkan pakaian yang telah dicuci
34
Opcit Priyono, h. 140
35
singaraja tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan, hasil belajar siswa
setelah implementasi pendekatan pembelajaran kontekstual berbantuan
media lingkungan sekitar pada mata pelajaran ipa siswa kelas ivb sd lab
undiksha singaraja tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan, dan
tanggapan siswa kelas ivb sd lab undiksha singaraja tahun pelajaran
2012/2013 terhadap implementasi pendekatan pembelajaran kontekstual
berbantuan media lingkungan sekitar pada mata pelajaran IPA sangat
positif.38
C. Kerangka Berpikir
Materi IPA merupakan materi yang selalu berhubungan dengan alam,
dan bersifat nyata, oleh karena itu diperlukan media pembelajaran yang mudah
diserap dan dipahami oleh setiap siswa dan membawa siswa ke dunia nyata.
Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari penggunaan metode, model,
pendekatan ataupun media dalam proses pembelajaran yang belum sesuai.
Metode yang cocok untuk mata pelajaran IPA adalah dengan metode
CTL (Contextual Teaching and Learning). Karena metode ini sesuai dengan
karakter peleran IPA di SD yaitu belajar secara konteks.
Berdasarkan penjelasan yang penulis paparkan, bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode CTL pada mata pelajaran IPA diharapkan dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
38
Made Arsana1, A.A.I.N. Marhaeni2, I Wayan Suastra “Implementasi Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Lingkungan Sekitar Untuk Meningkatkan Aktivitas
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang didukung oleh deskripsi teoritis,
maka hipotesis penelitian ini adalah
H0 = Tidak terdapat pengaruh dalam penggunaan media kontekstual
terhadap hasil belajar siswa.
H₁ = Terdapat pengaruh dalam penggunaan media kontekstual terhadap
hasil belajar siswa.
Masalah :
1. Mata pelajaran IPA bukan mata pelajaran yang hanya perlu konsep dan teori, tetapi dengan praktik secara langsung Kurangnya kesadaran guru dalam menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar IPA.
2. Guru belum mampu menciptakan media pembelajaran yang konkrit dan nyata.
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajran IPA
Mata pelajaran IPA bukan mata pelajaran yang hanya perlu konsep dan teori, tetapi dengan
Hasil Belajar :
1. Siswa dapat mangaitkan antara ilmu (sains), dalam kehidupan sehari-hari
2. Meningkatnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA
1. Menjembatani antara pemahaman ilmiah dan dan
praktek lapangan
2. Siswa dapat mudah menyukai materi pelajaran IPA
karena lebih mudah difahami dan dipraktekkan
3. Para guru akan lebih berani mengeksplorasi
kreativitasnya guna mencapai inovasi-inovasi
dalam pengajaran
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Jam’iyatul Khair Ciputat di kelas III,
pada bulan Januari 2014. Tepatnya dimulai pada tanggal 4 Januari sampai
dengan 22 Januari 2014. Jadwal Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah tersebut.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu
(Quasi Eksperimental), yaitu metode penelitian yang mempunyai kelompok
kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempunyai pelaksanaan eksperimen.1pemilihan metode penelitian ini
dikarenakan kelas yang dijadikan objek penelitian harus dilakukan secara ketat.
Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
Nonequivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan
pretest-postest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.2 Sebelum proses belajar dimulai
dua kelompok tersebut mendapatkan tes awal yang sama. Setelah itu kelompok
eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menggunakan media kontekstual
dalam mata pelajaran IPA, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode
ceramah saja dalam mata pelajaran IPA. Setelah proses pembelajaran selesai
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung : Alfabeta, 2007), h. 114
masing-masing kelompok mendapatkan tes akhir yang sama. Adapun urutan
desain penelitian terlihat jelas pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Pretest dan Posttest Nonequivalent Control Group Design 3
Keterangan:
E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
Y1 = Pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan media kontekstual
Y2 = Posttest pada kelas eksperimen dan kontrol
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.4 Dalam penelitian ini
populasinya adalah seluruh siswa MI Jam’iyatul Khair Ciputat, Tangerang Selatan. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas III MI
Jam’iyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Sampel dalam
penelitian ini diambil dari populasi terjangkau melalui teknik “purposive
sampling” yaitu pengambilan sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan
penelitian.6 Adapun sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari kelas III MI
Jam’iyatul Khair Ciputat Tangerang Selatan, yaitu kelas III-A sebagai kelas kontrol dan kelas III-B sebagai kelas eksperimen.
3
Ibid, h. 116
4
Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian (jakartta : Bina Aksara, 2002), cet. 5, h 102
5
Ibid, h. 104
6
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), h. 168
Group Pretest Variabel Terikat Posttest
(E) Eksperimen Y1 X Y2
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu objek penelitian yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.7 Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
yaitu variabel X atau variabel bebas (Independent Variabel) dan variabel Y atau
variabel terikat (Dependent Variabel).
1. Variabel bebas (Independent Variabel), yaitu variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel bebas dari penelitian ini adalah Metode CTL.
2. Variabel terikat (Dependent Variabel), yaitu variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dari
penelitian ini adalah Hasil Belajar Siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.8 Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Teknik tes yang digunakan adalah
tes mengukur hasil belajar siswa yang berjumlah 20 soal berupa tes pilihan ganda
yang diperoleh dari penyelenggaraan pretest dan posttest kepada siswa.
Berikut adalah tabel yang menjelaskan tentang teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti :
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Sumber
Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi, (jakarta : Rhineka Cipta, 2010), cet. 5, h 159
8
Sumber yang diambil adalah dari data siswa, baik dari data pretest maupun
data postest. Jenis datanya adalah hasil belajar siswa sebelum (pretest) dan
sesudah dilakukan dengan media kontekstual (postest). Dengan teknik
pengumpulan data diambil melalui proses pretest dan postest. Sedangkan
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir soal pilihan ganda
yang berjumlah 20.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
1) Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan terdapat 6 tahapan yang dilakukan peneliti, yaitu :
a) peneliti melakukan survei pendahuluan berupa survei ke sekolah
b) mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran
c) menganalisis konsep yang akan di kaji untuk penelitian
d) membuat perangkat pembelajaran berupa penyusunan silabus, RPP dan LKS
e) melakukan penyusunan instrument baik tes maupun non tes
f) melakukan uji coba instrumen kemudian di analisis.
2) Pelaksanaan
Pada tahapan ini hasil dari uji coba instrumen diberikan kepada siswa baik
kelompok kontrol maupun eksperimen yang disebut dengan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan (treatment).
Kemudian, diadakan pembelajaran dengan media alat peraga kontekstual untuk
kelompok eksperimen dan tanpa media alat peraga kontekstual atau dengan media
lain untuk kelompok kontrol. Setelah diberi perlakuan diadakan tes akhir
(posttest) untuk kedua kelompok penelitian. Tes akhir berupa soal-soal yang sama
ketika dilakukan tes awal (pretest).
3) Akhir
Pada tahapan akhir ini data hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
kemudian dilakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji
statistik yang telah dilakukan terhadap penelitian tersebut.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam
penelitian dengan menggunakan suatu media. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes pilihan ganda dalam bentuk pretest dan posttets untuk
mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan media kontekstual.
Tabel 3.3
KISI-KISI SOAL TINGKAT KESULITAN DAN PENGETAHUAN
No. Indikator Konsep Indikator Soal
Tingkat
2. Menjelaskan
faktor-faktor yang
mempengaruhi gerak benda
2.1 Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi benda dari sebuah gambar
3,4
3. Memberikan contoh faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda
3.1 Menyebutkan contoh
gerak benda yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu benda yang dipengaruhi oleh bentuk
12
4.2 Menyebutkan contoh
gerak benda yang
dipengaruhi oleh bentuk melalui gambar benda yang dipengaruhi oleh ukuran
5
5.2 Menyebutkan contoh
gerak benda yang
Keterangan:
C1: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan,dan pengenalan
C2: Menerjemahkan, menjabarkan, dan menafsirkan
C3: Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan mengenali pola
penerapan ke dalam situasi yang baru
* soal yang tidak valid
Instrumen tes ini harus memiliki empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk memenuhi pemenuhan keempat
kriteria tersebut, maka instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini harus dipengaruhi oleh ukuran
melalui gambar pengertian energi panas
14, 17 6.2 Menyebutkan contoh pengaruh energi panas dalam kehidupan sehari-hari pengertian energi gerak
16* 19
7.2 Menyebutkan contoh pengaruh energi panas dalam kehidupan sehari-hari
18*
8. Mengidentifikasi tentang pengaruh
8.2 Menyebutkan contoh pengaruh energi panas dalam kehidupan sehari-hari
21
9. Menyebutkan macam-macam sumber energy
9.1 Menyebutkan macam-macam sumber energy
melalui pengujian dan perhitungan. Berikut ini adalah pengujian dan perhitungan
berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian:
1. Uji Validitas
Validitas adalah syaratyang terpenting da;am suatu alat evaluasi atau
instrumen. Suatu instrumen dapat dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi
(disebut valid) jika telah dapat mengukur apa yang hendak diukur.9
Pengujian validitas tiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan
rumus korelasi product moment. sebagai berikut:10
√
Keterangan:
: angka indeks korelasi “r” product moment
N : number of case
XY : jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y X : jumlah seluruh skor X
Y : jumlah seluruh skor Y
Berdasarkan hasil validitas soal yang diujicobakan di kelas IV MI
Jam’iyatul Khoir dan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan microsoft
excel, diperoleh data bahwa dari 25 soal bentuk pilihan ganda yang diujicobakan
terdapat 20 soal yang dinyatakan valid. Instrumen yang dinyatakan valid yaitu
soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 24 dan 25.
Sedangkan instrumen yang dinyatakan tidak valid yaitu nomor 6, 15, 16, 18, dan
23.
9
Lilik nofianti, dkk. Eveluasi Pembelajaran, (Jakarta :Lapis PGMI, 2008), h. 8
10
2. Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya.11 Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut
digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
Reliabilitas instrumen hasil belajar IPA pada penelitian ini diuji dengan
menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20). Metode ini digunakan apabila
menggunakan dua skor yaitu skor 1 untukjawaban benar, dan skor 0 untuk
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proposi individu yang menjawab suatu butir dengan benar
q = proposi individu yang menjawab suatu butir dengan salah (q=
1-p)
∑pq = jumlah varians dari suatu butir yang diskor secara dikotomis
n = banyaknya item
s2 = Standar deviasi dari tes
Tabel 3.4 Kriteria pengujian untuk Reliabilitas14
11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remajarosdakarya, 2009), cet.14, h.16
12
Lilik nofianti, dkk. Eveluasi Pembelajaran, (Jakarta :Lapis PGMI, 2008), h. 12
13
Ibid, h. 12
14
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 75
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,70 Tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba reliabilitas instrumen tes yang
dihitung menggunakan perhitungan manual dengan bantuan excel diperoleh hasil
reliabilitas tes sebesar 0,83 dengan kategori sangat tinggi.
3. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran adalah salah satu ciri dari tes yang perlu diperhatikan,
karena tingkat kesukaran tes menunjukkan beberapa sukar atau mudahnya
butir-butir tes atau tes secara keseluruhan yang telah dilakukan.15 Soal yang mudah
adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.16 Soal yang terlalu
mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, dan
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
Indeks kesukaran dihitung menggunakan rumus: 17
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa menjawab soal tersebut dengan benar
JS = Jumlah skor maksimum suatu item x Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun klasifikasi interpretasi untuk taraf ke\sukaran tiap butir soal yang
digunakan adalah sebagai berikut:
15
Lilik nofianti, dkk. Eveluasi Pembelajaran, (Jakarta :Lapis PGMI, 2008), h. 8
16
Opcit, suharsimi, h. 207
17
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 208.
0,21 – 0,40 Rendah