• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit pada PTPN VI Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit pada PTPN VI Jambi"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU MINYAK KELAPA

SAWIT PADA PTPN VI JAMBI

YUSTISIA ANNISA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Analisis Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit pada PTPN VI Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)
(5)

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU MINYAK KELAPA SAWIT PADA PTPN VI JAMBI

Pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif. Salah satu perusahaan kelapa sawit yang memiliki kontribusi tinggi bagi Indonesia adalah PTPN VI. Tujuan penelitian ini mengetahui proses produksi, faktor-faktor yang memengaruhi mutu dan menganalisis penerapan pengendalian mutu yang dilakukan oleh PTPN VI pada proses produksi minyak dan inti sawit.

Penelitian ini mengunakan data primer yang dikumpulkan dari hasil wawancara dan data sekunder serta alat analisis dengan diagram sebab akibat dan grafik kendali. Berdasarkan hasil analisis, pengendalian mutu produksi yang dilakukan oleh perusahaan adalah pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses produksi dan pengendalian mutu hasil produksi. Produksi minyak dan inti sawit diproduksi di pabrik kelapa sawit dengan serangkaian proses, yaitu penerimaan bahan baku, perebusan, pemipilan, pengempaan, pemisahan minyak dari endapandan pengutipan inti.

(6)

ABSTRAK

YUSTISIA ANNISA. Analisis Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit pada PTPN VI Jambi. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS

Pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif. Salah satu perusahaan kelapa sawit yang memiliki kontribusi tinggi bagi Indonesia adalah PTPN VI. Tujuan penelitian ini mengetahui proses produksi, faktor-faktor yang memengaruhi mutu dan menganalisis penerapan pengendalian mutu yang dilakukan oleh PTPN VI pada proses produksi minyak dan inti sawit.

Penelitian ini mengunakan data primer yang dikumpulkan dari hasil wawancara dan data sekunder serta alat analisis dengan diagram sebab akibat dan grafik kendali. Berdasarkan hasil analisis, pengendalian mutu produksi yang dilakukan oleh perusahaan adalah pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses produksi dan pengendalian mutu hasil produksi. Produksi minyak dan inti sawit diproduksi di pabrik kelapa sawit dengan serangkaian proses, yaitu penerimaan bahan baku, perebusan, pemipilan, pengempaan, pemisahan minyak dari endapandan pengutipan inti.

Proses ini akan berpengaruh terhadap faktor-faktor mutu minyak sawit yaitu asam lemak bebas (ALB), kadar air (KA) dan kadar kotoran (KK), sedangkan inti sawit adalah kadar air (KA) dan kadar kotoran (KK). Pada diagram sebab akibat, tinggi rendahnya nilai ALB, KA dan KK ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tandan buah segar (TBS), tenaga kerja, mesin dan peralatan, metode dan lingkungan. Dari grafik kendali, proses produksi minyak dan inti sawit masih tidak terkendali yang disebabkan oleh banyak variasi penyebab.

Kata kunci: minyak dan inti sawit, pengendalian mutu, diagram sebab akibat, grafik kendali.

ABSTRACT

YUSTISIA ANNISA. Quality Control Analysis of Palm Oil In PTPN VI Jambi. Supervised by H MUSA HUBEIS

Development of national palm oil industry is very prospective. One of the palm oil companies that have a high contribution for Indonesia is PTPN VI. The purpose of this study to know the production process, the factors that influence the quality and implementation of quality control analyzes conducted by PTPN VI on the production process of palm kernel oil.

(7)

This process will affect the quality factors, namely palm oil free fatty acids (FFA), moisture content (MC) and levels of impurities (LOI), while palm kernel is the moisture content (MC) and levels of impurities (LOI). In the cause effect diagram, the high and low value of FFA, MC and LOI is determined by several factors, namely fresh fruit bunches (FFB), labor, machinery and equipment, methods and environment. In control charts, process oil and palm kernel production still uncontrolled variation caused by many causes.

(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU MINYAK KELAPA

SAWIT PADA PTPN VI JAMBI

YUSTISIA ANNISA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul Skripsi : Analisis Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit pada PTPN VI Jambi

Nama : Yustisa Annisa NIM : H24090052

Disetujui oleh

Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M Munandar, M Sc Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Analisis Pengendalian Mutu Minyak Kelapa Sawit pada PTPN VI JAMBI.

Dalam skripsi ini dibahas mengenai proses produksi dan pengendalian mutu yang dilakukan PTPN VI terhadap minyak kelapa sawit. Hasil penelitian membahas dan menjelaskan mengenai bahan baku yang digunakan, proses produksi dan upaya pengendalian mutu yang telah dilakukan dan juga masukan bagi PTPN VI untuk terus mempertahankan dan meningkatkan mutu minyak kelapa sawit.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada serta Bapak Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA yang telah banyak memberi koreksi dan saran. Terima kasih kepada PT. Perkebunan Nusantara VI Jambi karena telah diizinkan melakukan penelitan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya yang tidak pernah berhenti selama ini. Terima kasih juga diucapkan kepada sahabat-sahabat yang selalu menyemangati dan memberi dukungan.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Kelapa Sawit 3

Mutu 4

Pengendalian Mutu 4

Diagram Sebab Akibat 4

Grafik Kendali 4

Penelitian Terdahulu yang Relevan 5

METODE 6

Kerangka Pemikiran Penelitian 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) 8

Proses Produksi 12

Hasil Analisis 15

Implikasi Manajerial 23

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

(13)

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 26

RIWAYAT HIDUP 35

DAFTAR TABEL

1 Realisasi pabrik kelapa sawit PTPN VI 1

2 Persyaratan mutu TBS 10

3 Standar mutu minyak sawit 10

4 Standar mutu inti sawit 12

5 Kriteria proses tidak terkendali 18

DAFTAR GAMBAR

1 Konsumsi dan produksi CPO di dunia 2

2 Kerangka pemikiran penelitian 6

3 Diagram sebab akibat 17

4 Grafik kendali x-bar dan R ALB pada minyak sawit 19 5 Grafik kendali x-bar dan R KA pada minyak sawit 20 6 Grafik kendali x-bar dan R KK pada minyak sawit 21 7 Grafik kendali x-bar dan R KA pada inti sawit 21 8 Grafik kendali x-bar dan R KK pada inti sawit 22

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan anugerah bagi Indonesia dan daerah-daerah tropis. Karena jenis tanaman ini hanya bisa tumbuh subur di kawasan tropis dan produksinya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat sehingga menjadi potensi luar biasa bagi Indonesia (Khair 2012). Industri kelapa sawit menjadi salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja kurang lebih 10 juta orang baik yang bekerja dari industri hilir dan industri hulu perkebunan kelapa sawit yang secara langsung maupun tidak langsung. Secara makro ekonomi kelapa sawit berkontribusi terhadap Indonesia USD 16,5 milyar/sekitar 160 triliun per tahun (Ali 2012).

Pengembangan industri kelapa sawit nasional sangat prospektif karena saat ini pemerintah Indonesia sedang menjalankan program pengembangan biofuel (biodiesel) yang menggunakan CPO sebagai bahan bakunya (Zuhri 2012). Dengan demikian, kapasitas penyerapan CPO akan jauh lebih besar lagi di samping nilai tambahnya juga akan semakin tinggi. Krisis bahan bakar minyak (BBM) saat ini telah menyadarkan masyarakat bahwa Indonesia sangat bergantung pada minyak bumi. Dilihat dari luas daratan dan tanahnya yang relatif subur, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan bahan bakar dari tumbuhan/biofuel. Energi alternatif biofuel yang dapat diperbarui dapat memperkuat ketersediaan bahan bakar. Selain itu biofuel juga ramah lingkungan, sehingga bisa meningkatkan mutu udara di beberapa kota besar di Indonesia (Zuhri 2012).

Salah satu perusahaan kelapa sawit yang memiliki kontribusi tinggi bagi Indonesia adalah PT Perkebunan Nusantara VI (Persero). Berdiri 11 Maret 1996, PTPN VI merupakan hasil penggabungan PTPN III, IV, VI, VIII wilayah Jambi dan Sumatera Barat. PTPN VI memiliki kantor pusat di Jl. Lingkar Barat Paal X, Kota Jambi. Kontribusi PTPN VI bagi Indonesia tergambar dari hasil produksinya. Bahkan setiap tahun hasil produksi sawit PTPN VI selalu meningkat (Tabel 1). Tabel 1 Realisasi pabrik kelapa sawit PTPN VI (Ton)

Sumber : Laporan Tahunan PTPN VI (2011)

No. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. TBS diolah

Kebun Inti 414.505 427.115 470.484 520.897 537.955 503.065 Kebun

Plasma

527.382 412.608 539.214 647.108 634.715 680.500 Jumlah 941.887 839.723 1.009.698 1.168.005 1.172.670 1.199.391 2. Hasil

Produksi

Minyak Sawit

(15)

2

Sektor industri kelapa sawit selama ini sangat strategik bagi kepentingan ekonomi nasional. Selama ini, sawit menjadi tulang punggung ekonomi nasional dan harapan hidup petani sawit rakyat. Sepantasnya pemerintah Indonesia menjadi pemimpin di perdagangan Crude Palm Oil (CPO)/minyak mentah sawit global. Apalagi sejak tahun 2006 produksi dan konsumsi CPO di dunia selalu meningkat antara 3-4% (Gambar 1).

Sumber : Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing (2012) Gambar 1 Konsumsi dan produksi CPO di dunia

Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga produk/jasa, namun lebih pada mutu produk/jasa tersebut, kenyamanan, kemudahan, ketepatan dan kecepatan waktu untuk mencapainya. Konsumen merupakan tujuan perusahaan bisnis, maka perusahaan harus bisa memuaskan keinginannya. Salah satu cara untuk memenuhi keinginan konsumen adalah dengan memberikan produk-produk bermutu, karena persaingan ekonomi dunia tersebut menjadi semakin ketat, sehingga menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi pada aktivitas ekonomi dunia.

Dalam laporan tahunan PTPN VI (2011), saat ini Indonesia sudah dapat membuktikan bahwa mutu CPO yang ditawarkan di dunia adalah CPO dengan mutu tinggi, terbukti dengan produksi minyak sawit bersertifikat Indonesia mencapai 2,7 juta metrik ton (45% dari total produksi dunia yang mencapai 6 juta metrik ton) pada kuartal pertama tahun ini. Jumlah ini meningkat dibandingkan kuartal akhir tahun lalu sebesar 2,4 juta metrik ton (9% dari total produksi dunia). Dengan demikian Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit tersertifikat terbesar di dunia. Minyak sawit bersertifikat itu lazim disebut Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) (Siadari 2012). Dari keterangan tersebut, Indonesia harus tetap mengendalikan mutunya.

Namun, PTPN VI juga harus mampu bersaing di pasar bebas/globalisasi yang terjadi saat ini, dimana perusahaan-perusahaan dari negara manapun dapat dengan mudah menjual produknya ke negara lain, perusahaan dituntut harus lebih pandai mengelola semua unsur dalam perusahaan, karena dalam persaingan pasar bebas yang dapat menjadi pemenang adalah perusahaan yang mampu menyesuaikan diri dan dapat memenuhi keinginan konsumen (Khair 2012).

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Produksi (%) 37.3 41.1 44 45.9 47.7 50.3

Konsumsi (%) 35.3 37.7 40.8 42.8 46.1 48.3

(16)

3 Keadaan pasar seperti ini membuat persaingan untuk mendapatkan pangsa pasar menjadi sangat ketat, sehingga perusahaan-perusahaan dalam industri perlu melakukan berbagai upaya untuk bersaing, beradaptasi dan bertahan.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses produksi kelapa sawit menjadi minyak dan inti sawit di PTPN VI ?

2. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi mutu minyak dan inti sawit di PTPN VI ?

3. Bagaimana penerapan pengendalian mutu yang dilakukan oleh perusahaan pada proses produksi minyak dan inti sawit ?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses produksi produk minyak dan inti sawit di PTPN VI.

2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi mutu minyak dan inti sawit di PTPN VI.

3. Menganalisis penerapan pengendalian mutu yang dilakukan oleh PTPN VI pada proses produksi minyak dan inti sawit.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis merupakan salah satu implementasi dari pengetahuan yang telah dipelajari dan sebagai media keragaman dalam memahami proses pengendalian mutu minyak kelapa sawit.

2. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan tentang pengendalian mutu minyak kelapa sawit yang dapat bersaing dengan produk sejenis dan memperbaiki penyimpangan yang terjadi dalam proses produksi.

3. Sebagai bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis proses produksi dan pengendalian mutu minyak serta inti kelapa sawit yang dihasilkan oleh PTPN VI Jambi. Penelitian dilakukan di salah satu pabrik kelapa sawit (PKS) dan kantor direksi PTPN VI selama kurun waktu Februari-April 2013.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

(17)

4

Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik (Lubis dan Widanarko 2012). Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin (Kemenperin 2007).

Mutu

Crosby dalam Cendrawati (2007) menyatakan bahwa mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan/distandarkan. Suatu produk memiliki mutu, apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi dan bahan jadi. Menurut Juran dalam Nasution (2005), mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

Montgomery dalam Amelia (2006) juga berpendapat bahwa mutu adalah kecocokan penggunaan. Ada dua (2) segi umum tentang mutu, yaitu mutu rancangan dan mutu kecocokan. Mutu rancangan merupakan adanya variasi dalam produk karena disengaja. Mutu kecocokan menunjukkan keadaan produk sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan produk.

Pengendalian Mutu

Prawirosentono (2004) mendefinisikan pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan.

Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat menurut Batarfie (2006) digunakan untuk menganalisis persoalan dari faktor-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian, diagram bisa digunakan sebab-sebab dari persoalan. Diagram ini disebut juga Iskhawa diagram karena dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa/dikenal fishbone diagram karena berbentuk seperti tulang ikan. Diagram sebab akibat digunakan (Wulandari 2009) untuk tiga (3) hal berikut :

1. Menyimpulkan sebab-sebab variasi proses.

2. Mengidentifikasi kategori dan subkategori sebab-sebab yang dipengaruhi suatu karakteristik mutu tertentu.

3. Memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu dikumpulkan.

Grafik Kendali

(18)

5 Amelia (2006) grafik kendali (control chart) merupakan grafik yang menampilkan data sepanjang waktu tertentudan variasi data yang terjadi. Alat ini digunakan untuk menentukan perbedaan antara variasi yang terjadi dalam proses sebagai hasil dari penyebab yang direkayasa dan berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Taufan (2004) melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengendalian Mutu dan Kemampuan Proses Pada Produksi Teh Celup Sari Wangi”. Hasil penelitian tersebut menggambarkan pengendalian mutu yang dilakukan PT. Sariwangi A.E.A dalam memproduksi teh celup sudah cukup baik dalam pengendalian bahan baku, proses produksi hingga produk jadi. Faktor yang memengaruhi mutu pada proses produksi berdasarkan diagram sebab akibat adalah bahan baku, mesin dan sumber daya karyawan (operator mesin dan packer). Dengan diagram Pareto diperoleh bahwa dari tiga (3) jenis mesin yang dimiliki perusahaan memiliki jenis kesalahan yang sama dan sering terjadi, yaitu tidak adanya label pada produk. Grafik kendali memberi informasi bahwa proses untuk memperoleh kadar air (KA) yang sesuai dengan standar belum stabil. Hal ini terlihat dari adanya contoh yang melewati titik batas kendali yang sudah ditentukan.

Batarfie (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengendalian Mutu pada Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan (AMDK) SBQUA (Studi Kasus di Sinar Bogor Qua, Pajajaran-Bogor). Pada diagram sebab akibat diperoleh faktor-faktor yang memengaruhi, yaitu bahan baku, mesin/alat, kemasan, lingkungan, metode dan karyawan. Dengan grafik kendali dapat disimpulkan rataan pH, turbidity dan Total Dissolved Solid (TDS) sudah sesuai standar perusahaan meskipun proses produksi masih tidak terkendali karena beberapa penyebab khusus.

Amelia (2006) melakukan penelitian berjudul “Analisis Pengendalian Mutu Gaun Pengantin di PT. Kenlee Indonesia-Bogor”. Pengendalian mutu yang dilakukan perusahaan dari penerimaan bahan baku sampai dengan produk jadi sudah baik, karena memerhatikan hal detil dari gaun pengantin. Pada diagram sebab akibat terlihat bahwa gaun pengantin yang tidak sesuai standar dipengaruhi oleh faktor bahan baku, hasil jahitan, mesin/peralatan, metode, tenaga kerja dan lingkungan. Sedangkan diagram Pareto, dikarenakan ada jahitan yang rusak, kain tidak sesuai standar, pelabelan tidak sempurna dan lainnya. Grafik kendali p menunjukkan bahwa proses berada di atas batas kendali.

(19)

6

METODE

Kerangka Pemikiran Penelitian

Potensi minyak kelapa sawit yang masih tinggi dalam segi produksi dan permintaan yang tinggi di dunia berbanding lurus pada pertumbuhan penduduk dan kebutuhan minyak makan. PTPN VI Jambi merupakan salah satu perusahaan yang terjun dalam industri ini, sehingga perusahaan harus dapat menjaga dan meningkatkan mutu hasil produksi minyak dan inti sawitnya. Secara lengkap, kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) Jambi yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi CPO di Indonesia. Pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Februari hingga April 2013.

Proses Produksi Inti Sawit dan Minyak Sawit

Pengendalian Mutu Produksi PT. Perkebunan Nusantara VI Jambi

Diagram Sebab Akibat Grafik Kendali

Analisis Faktor-Faktor Terkendali/Tidak

Hasil Pengendalian Mutu

Rekomendasi

(20)

7

Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan perusahaan, yaitu data tentang proses produksi kelapa sawit menjadi minyak dan inti sawit, metode pengendalian mutu perusahaan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan mengamati langsung proses produksi dan pengendalian mutu di pabrik kelapa sawit PTPN VI.

Data sekunder didapatkan dari literatur mendukung ide penelitian ini, yaitu buku laporan tahunan perusahaan, data sheet mutu produksi inti sawit dan minyak kelapa sawit, jurnal dan internet.

Pengolahan dan Analisis Data

Produksi data dan analisis data dilakukan dengan diagram sebab akibat dan grafik kendali.

1. Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat digunakan untuk menunjukkan hubungan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik mutu (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab tersebut. Dalam penelitian ini diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi mutu dari minyak sawit. Menurut Gasperz dalam Batarfie (2006), penggunaan diagram sebab akibat dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapkan masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question)

b. Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik brainstorming/membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.

c. Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama, seperti material, metode, manusia, mesin, pengukuran dan lingkungan ditempatkan pada cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan).

d. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan menempatkan pada cabang yang sesuai .

e. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan “mengapa ?” untuk menemukan akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab itu pada cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan).

f. Interpretasi diagram sebab akibat itu dengan melihat penyebab-penyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab itu. Selanjutnya fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih melalui konsensus itu.

(21)

8

2. Grafik Kendali

Grafik kendali digunakan untuk membatasi toleransi penyimpangan (variasi) yang masih dapat diterima, baik karena akibat tenaga kerja, mesin, dan sebagainya. Grafik kendali digunakan untuk mengetahui tentang penerapan pengendalian mutu yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan standar yang dilakukan perusahaan. Produksi data untuk memperoleh grafik kendali pada penelitian ini menggunakan grafik kendali x-bar dan R. Grafik kendali x-bar dan R termasuk teknik pengendalian proses statistik pada jalur yang paling penting dan berguna untuk memelihara mean proses dan variabilitas proses (Montgomery dalam Amelia 2006).

Grafik kendali x-bar berfungsi untuk memantau perubahan suatu sebaran/distribusi suatu variabel asal dalam hal lokasinya (pemusatannya), apakah proses masih berada dalam batas-batas pengendalian/tidak, apakah rataan produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan grafik kendali R berfungsi untuk memantau perubahan dalam hal penyebarannya dan memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang diukur dengan mencari rentang dari contoh yang diambil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) 1. Gambaran Umum

PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) adalah perusahaan agro industri yang mengusahakan perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit, karet dan teh. Arah pengembangan usaha saat ini berkonsentrasi kepada kelapa sawit secara horizontal melalui perluasan areal tanaman serta diversifikasi ke bidang Hutan Tanaman Industri (HTI). PTPN VI mempunyai beberapa anak perusahaan untuk membantu dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu PT. Bukit Kausar dan PT. Alam Lestari Nusantara. PTPN VI memiliki lima (5) pabrik kelapa sawit (PKS) yang terletak di daerah Jambi dan Sumatera Barat.

2. Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)

Visi : Menjadi perusahaan agribisnis berbasis kemitraan terdepan di Indonesia. Misi :

a. Mengelola bisnis kelapa sawit, teh dan HTI karet secara profesional untuk menghasilkan produk bermutu yang dikehendaki oleh pasar. b. Menumbuhkembangkan prinsip kemitraan usaha sebagai basis dalam

pengelolaan bisnis untuk mencapai kinerja unggul.

c. Melaksanakan kemitraan yang serasi dan berkesinambungan.

d. Memposisikan karyawan sebagai pilar utama organisasi dan mitra usaha, serta stakeholder lainnya sebagai pendukung dalam menciptakan nilai perusahaan.

(22)

9

3.Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). PTPN VI dipimpin oleh seorang direktur utama yang memimpin empat (4) direktur, yaitu direktur produksi, direktur keuangan, direktur SDM dan umum, serta direktur pemasaran dan perencanaan pengembangan.

Direktur produksi membawahi bagian tanaman dan bagian teknologi. Divisi keuangan terbagi menjadi bagian pembiayaan dan bagian pelaporan dan teknik industri. Divisi SDM dan umum terbagi menjadi bagian SDM, bagian umum dan bagian pengadaan. Sedangkan bagian pemasaran dan perencanaan pengembangan terdiri dari bagian perencaaan dan pengembangan bagian pembeliaan komoditi dan bagian pemasaran (Lampiran 1).

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang ada di PTPN VI Jambi berjumlah 6.998 orang, dengan komposisi berikut : (1) Komisaris 0,07%; (2) Direksi 0,07%; (3) Karyawan Pimpinan 3,83%; (4) Karyawan Pelaksana 95,80%; (5) Honor 0,23%.

Penerapan Pengendalian Mutu dalam Produksi

Pengendalian mutu dalam produksi minyak dan inti sawit terbagi menjadi tiga (3) tahap, yaitu pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu dalam proses dan pengendalian mutu hasil produksi. Produksi minyak dan inti sawit dilakukan di pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTPN VI. PKS adalah rangkaian mesin dan peralatan yang dapat mengolah TBS menjadi minyak sawit CPO dan inti sawit, dengan mengukur efisiensi produksi, kapasitas dan mutu produk dengan standar berkelanjutan.

1. Pengendalian mutu bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi minyak dan inti sawit adalah TBS. TBS didapatkan dari kebun inti dan kebun plasma. Kebun inti merupakan kebun kelapa sawit milik PTPN VI, sedangkan kebun plasma adalah milik warga sekitar pabrik, sehingga apabila bahan baku berasal dari kebun plasma, maka PTPN VI akan mengutus karyawan untuk mengawasi kebun tersebut.

(23)

10

Tabel 2 Persyaratan mutu TBS

Sumber : Standardisasi Pengolahan Kelapa Sawit Ditjenbun (2010)

2. Pengendalian mutu dalam proses produksi

Pengendalian mutu dalam proses produksi dilakukan setiap hari, meliputi pengawasan terhadap penerimaan dan pemeriksaan bahan baku, mesin yang digunakan, tenaga kerja dan kebersihan PKS. Proses produksi harus mengikuti prosedur yang berlaku, sehingga menghasilkan minyak dan inti sawit yang sesuai dengan mutu yang diharapkan. Semua proses yang dilakukan selalu dipantau oleh bagian quality control (QC).

3. Pengendalian mutu hasil produksi

Kelapa sawit yang telah diolah menjadi minyak dan inti sawit akan diambil contoh untuk dilakukan uji laboratoriumnya.

a. Minyak sawit

Setiap jam selama produksi berlangsung, contoh minyak diambil 500 cc dari oil dryer dikumpulkan selama satu satu (1) shift /10 jam kerja dan dianalisis. Contoh diambil secara komposit yaitu dari bagian atas, tengah dan bawah dengan alat pengambil contoh. Petugas pengambil contoh adalah orang yang terlatih dan harus bertanggungjawab terhadap kebenaran contoh. Sedangkan untuk standar mutu minyak sawit disajikan di Tabel 3.

Tabel 3 Standar mutu minyak sawit

No. Indikator Persyaratan

1. ALB (%) 2,5-3,5 maks

2. Kadar air (KA ) (%) 0,15 maks

3. Kadar kotoran (KK) (%) 0,02 maks

Sumber : Standardisasi Pengolahan Kelapa Sawit Ditjenbun (2010) ALB

ALB merupakan salah satu indikator mutu minyak. ALB terbentuk karena terjadinya proses hidrolisa minyak menjadi asam. Cara uji :

1) Contoh minyak dipanaskan di atas titik cair, kemudian dikocok hingga cairan tampak homogen.

2) Timbang contoh minyak yang telah homogen tiga (3) g dalam gelas erlenmeyer.

No. Uraian Persyaratan (%)

1. Buah sangat mentah (fraksi 00) 0

2. Buah mentah (fraksi 0) ≤3

3. Buah kurang matang (fraksi I)

≤85 4. Buah matang I (fraksi II)

5. Buah matang II (fraksi III)

(24)

11 3) Tambahkan alkohol netral 15 ml dan n-Heksan 10 ml pada minyak dan

tambahkan dua (2) tetes indikator Thymol Blue (TB) 1%. 4) Titrasi dengan larutan kalium hidroksida 0,1 N.

5) Titrasi diakhiri jika terbentuk warna biru yang dapat bertahan selama sekitar 30 detik.

6) Pengamatan dilaksanakan secara duplo. ALB = mlKOHxNKOHx256

beratcontohx1000 x 100 %...(1) Kadar Air (KA)

Air yang terkandung pada minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini terjadi karena proses alami pada tanaman dan akibat perlakuan di pabrik, serta penimbunan. Cara uji :

1) Contoh minyak sawit yang akan ditimbang diaduk sampai homogen, bila perlu dipanaskan di atas titik cairnya supaya homogen.

2) Contoh minyak sawit sekitar 10.000 g ke dalam petridish yang sudah ditentukan berat kosongnya (A).

3) Contoh yang sudah ditimbang ditempatkan ke dalam oven pada suhu 1030 C selama tiga (3) jam, kemudian contoh dari oven didingankan ke dalam desicator selama 15 menit.

4) Contoh ditimbang dengan teliti sampai diketahui susut berat tidak lebih 0,05 % setiap 30 menit (B).

5) Pengamatan dilakukan dengan duplo/triplo. KA = A−B

A x 100 %...(2) Kadar Kotoran (KK)

Kotoran yang terdapat dalam minyak adalah kotoran yang dapat larut dalam n-Heksan dan petroleum ether. Cara uji :

1) Contoh yang akan ditimbang diaduk sampai homogen, bila perlu dipanaskan di atas titik cair supaya homogen.

2) Contoh ditimbang 20 g (C) ke dalam beaker glass yang sudah ditentukan berat kosongnya (B) setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 60 menit.

3) Beaker glass dan kertas saring dicuci sampai filtratnya bebas dari minyak/lemak.

4) Kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 60 menit. 5) Contoh didinginkan dalam desicator selama 15 menit dan ditimbang sampai

diperoleh berat konstan. KK = A−B

C x 100 %...(3)

b. Inti Sawit

(25)

12

Tabel 4 Standar mutu inti sawit

No. Indikator Persyaratan

1. KA (%) 7,0 maks

2. KK (%) 6,0 maks

Sumber: Standardisasi Pengolahan Kelapa Sawit Ditjenbun (2010)

KA

Air dalam inti sawit ada dalam jumlah kecil. Hal ini terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik pada waktu penimbunan. Cara uji :

1) Contoh inti sawit digiling halus.

2) Timbang contoh inti sawit halus sebanyak 10g (A).

3) Masukkan ke dalam oven selama tiga (3) jam pada suhu 1050C. 4) Masukkan ke dalam desicator untuk didinginkan (B).

KA = A−B

A x 100 %...(4) KK

KK inti sawit adalah cangkang gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, cangkang dan sampah. Cara uji :

1) Ambil contoh inti sawit dari contoh per shift 1 kg (A).

2) Pisahkan menjadi inti utuh, inti pecah, biji utuh dan biji setengah pecah.

3) KK inti adalah cangkang gabungan dari biji utuh, biji setengah pecah, cangkang bebas sampah (B).

KK = B

A x 100 %...(5)

Proses Produksi

Minyak sawit yang dihasilkan dari proses produksi harus memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan untuk meningkatkan daya saing. Minyak sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah segar kelapa sawit. Tahapan produksi kelapa sawit adalah

1) Penerimaan Bahan Baku (TBS)

(26)

13

2) Perebusan

Perebusan TBS di dalam bejana horizontal dengan menggunakan uap panas 120º-140ºC dengan tekanan kerja 2,6–3 kg/cm² dan lama perebusan 90– 105 menit. Tujuan dari perebusan menonaktifkan enzim-enzim lipase perusak minyak, melunakkan daging buah agar mudah lepas dari biji, mengurangi kadar air biji agar perbandingan lapisan minyak lebih baik, melekangkan inti dari cangkangnya, menggumpalkan globulin (putih telur), melemahkan ikatan brondolan dengan tangkainya dan membantu memecahkan daging sel, sehingga minyak mudah keluar dari serat dan menghambat kenaikan ALB dari minyak yang terdapat didalam TBS. Di dalam masa berlangsungnya perebusan, langkah utama yang perlu diperhatikan adalah dearasi, yaitu pengeluaran udara dari dalam rebusan, pemberian tekanan dan suhu udara yang cukup, pembuangan air kondesat secara teratur dan kontinu dan kondisi buah.

3) Pemipilan

Setelah direbus, tandan buah dimasukkan ke dalam alat penebah (tresher). Tujuannya untuk melepaskan brondolan. Proses pemipilan berlangsung akibat adanya bantingan tandan buah di dalam alat penebah, yang berputar dengan kecepatan 22–24 revolution per minute (rpm). Dalam pengoperasian tresher, hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan buah yang masuk ke dalam alat penebah disesuaikan dengan kapasitas alat, sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas.

4) Pengempaan

Sebelum proses pengempaan dilakukan proses pengadukan (digester). Fungsi digester adalah untuk melumatkan daging buah agar pada proses pengepresan minyak dengan mudah untuk dipisahkan dari serabut dan biji, melepaskan/memecah sel-sel minyak dari daging buah (pericarp), menghasilkan ekstraksi minyak yang optimum pada saat pengempaan, memisahkan daging buah dan biji. Suhu pengadukan dibuat antara 90-95°C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap langsung. Jarak pisau dengan dinding digester maksimal 15 cm.

Brondolan yang jatuh dari tresher masuk conveyor below, lalu menuju conveyor bottom cross, lalu ke fruit elevator sampai ke conveyor distributing. Conveyor distributing mendistribusikan brondolan-brondolan ke digester. Saat proses digester, berondolan dilumatkan sebelum masuk ke mesin pengempa. Di mesin pengempa, dilakukan pengempaan brondolan dengan putaran 13 rpm. Minyak hasil pengempaan akan ditampung oleh oil gutter kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan, sedangkan ampas press (terdiri dari fiber dan nut), masuk ke cake breaker conveyor (CBC).

5) Pemisahan minyak dari sludge

Minyak hasil pengempaan merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotoran. Dari sand trap tank minyak mentah disaring di vibro separator. Minyak yang keluar dari vibro separator dialirkan ke crude oil tank (COT) untuk ditampung sementara.

(27)

14

terjadinya pemisahan larutan dimana lapisan minyak naik ke atas, sludge (campuran air masih mengandung minyak dan non oil solid) di tengah, serta pasir dan kotoran lainnya di bagian bawah. Minyak yang terdapat pada lapisan atas ini, melalui skimer (talang minyak) dialirkan ke oil tank, sedangkan slude dialirkan ke sludge tank. Secara periodik sesuai kondisi masing-masing pabrik, sludge dan pasir yang ada di dasar bejana harus dibuang.

Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum dialirkan ke oil purifier. Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran. Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacum drier. Dari vacum drier minyak CPO dipompakan ke tangki timbun.

Sludge dari CST disaring di vibro separator untuk menyaring kotoran. Sludge hasil penyaringan masuk ke sludge tank. Dari tangki sludge tank masuk ke brush strainer untuk menyaring serat-serat yang ada. Dari brush strainer sludge masuk ke pompa precleaner lalu menuju sand cyclone. Di sand cyclone terjadi proses penyaringan pasir. Dari sand cyclone sludge masuk ke sludge separator. Di sludge separator terjadi produksi sludge menjadi dua (2) produk, yakni light phase masuk ke drain tank, selanjutnya dipompakan oleh pompa recycling kembali ke CST dan heavy phase masuk ke fat pit.

6) Pengutipan Inti

Ampas dari screw press yang terdiri dari fiber 13% dan nut 12% masuk ke CBC. CBC merupakan suatu screw conveyor, namun pada screw dipasang plat persegi sebagai pelempar fiber dan nut. CBC berfungsi untuk mengurai gumpalan fiber dengan nut dan membawanya ke depericarper. Di depericarper akan terjadi proses pemisahan antara nut dan fiber, nut yang berat akan jatuh ke bawah masuk ke polishing drum, sedangkan fiber terhisap masuk ke fiber cyclone. Dari polishing drum nut jatuh ke conveyor under polishing drum lalu dibawa oleh nut transport fan ke nut silo, lalu masuk ke ripple mill untuk dipecah. Hasil pemecahannya adalah cangkang dan inti.

Cangkang dan inti halus yang selanjutnya jatuh ke claybath. Di claybath terjadi proses pemisahan cangkang dan inti, dengan menggunakan bantuan bahan kimia Calcium carbonat (CaCO3). CaCO3 akan dilarutkan dalam air

(28)

15

Hasil Analisis 1. Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih rinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian dan kesenjangan yang terjadi dalam produksi minyak dan inti sawit. Diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan faktor-faktor yang memengaruhi mutu dari minyak dan inti sawit, yaitu tandan buah segar (TBS), mesin dan peralatan, metode, tenaga kerja dan lingkungan (Gambar 3).

a. TBS

TBS merupakan bahan baku utama yang digunakan oleh PTPN VI dalam produksi minyak sawit. TBS merupakan hal yang terpenting dari keseluruhan produksi. Mutu TBS dipengaruhi oleh teknik pemanenan, umur panen dan penyimpanan. Teknik dan umur panen sangat memengaruhi mutu minyak, karena tingkat kematangan TBS berpengaruh terhadap nilai ALB, maka semakin tua semakin tinggi nilainya. Hal lainnya akibat teknik pemanenan yang dilakukan oleh SDM. Selain itu penyimpanan yang terlalu lama dan cuaca yang buruk setelah dipanen dapat menurunkan mutu, buah baru akan menghasilkan mutu yang jauh lebih baik daripada buah yang disimpan lebih dari enam (6) jam.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja (karyawan) memiliki pengaruh penting terhadap mutu produk yang dihasilkan. Karyawan produksi/operator bertugas menjaga dan mengendalikan mesin agar tetap berjalan sesuai fungsinya. Karyawan bagian QC bertanggungjawab dalam pengujian mutu minyak dan inti sawit. Pengetahuan terhadap mesin dapat ditingkatkan dengan pelatihan dan pengalaman yang didapatkan selama bekerja. Kedisiplinan dan ketelitian karyawan dibutuhkan untuk menjaga kestabilan mutu minyak dan inti sawit, seperti waktu kerja, pemakaian alat sesuai kapasitas dan menjaga kebersihan tangan.

c. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan memiliki peranan penting agar dapat dihasilkan minyak sawit yang bermutu. Mesin dan peralatan yang dimiliki oleh PKS PTPN VI adalah sterilizer, conveyor, digester, screw press, sand trap tank dan lain-lain. Peralatan lain penunjang untuk menganalisis nilai mutu yang terkandung adalah peralatan laboratorium. Semua mesin dan peralatan perlu diperiksa sebelum dioperasikan. Pemeriksaan dilaksanakan secara teliti dengan bantuan check list dan laporan kerusakan.

(29)

16

Perawatan yang dilakukan antara lain memberikan oli, mengganti suku cadang sesuai dengan usia pakainya dan penyetelan dilakukan untuk mengembalikan peralatan ke kondisi semula, sehingga kerja peralatan tersebut tetap optimal untuk semua mesin yang sesuai standarnya. Pengoperasian yang tidak sesuai prosedur operasional juga dapat menurunkan mutu produksi.

d. Metode

Minyak dan inti sawit harus melewati serangkaian proses produksi. Proses produksi minyak sawit meliputi perebusan, pemipilan, pelumatan, pengempaan, pemisahan minyak dengan sludge, pemurnian, pengeringan dan penimbunan minyak. Proses produksi inti sawit meliputi pemeraman biji, pemecahan biji, pemisahan inti dari cangkang dan pengeringan inti. Kalibrasi pada peralatan alat-alat produksi dilakukan sebelum memproduksi. Untuk menjamin nilai mutu, maka hasil olah kelapa sawit harus melewati tahap pengujian laboratoriom, sehingga kadar ALB, KA dan KK sesuai dengan standar.

e. Lingkungan

(30)

17

Gambar 3 Diagram sebab akibat

Keterangan :

(1) : Masalah/Akibat (2)– (6) : Kategori sebab

(31)

18

2. Grafik kendali

Suatu grafik dapat dikatakan tidak terkendali apabila memenuhi salah satu dari beberapa kriteria yang ditampilkan dalam Tabel 2.

Tabel 5 Kriteria proses tidak terkendali

No. Menurut Minitab versi 14 Menurut Montgomery 1 Satu titik berada pada zona lebih dari

3 sigma dari garis tengah

Satu/beberapa titik di luar batas pengendali

2 Sembilan titik berturut-turut berada pada sisi yang sama dari garis tengah

Suatu giliran dengan paling sedikit tujuh/delapan titik, dengan macam giliran dapat berbentuk giliran naik/turun, giliran di atas/di bawah garis tengah

3 Tujuh titik berturut-turut, semuanya merambat naik dan turun

Dua/tiga titik yang berturutan di luar batas peringatan 2-sigma, tetapi masih dalam batas pengendali

4 Empat belas titik berurutan berada di atas/di bawah

Empat/lima titik yang berturutan di luar batas 1 sigma.

5 Dua dari tiga titik berada pada zona lebih dari 2 sigma dari garis tengah (pada sisi yang sama)

Pola tak biasa/tak acak dalam data.

6 Empat dari lima titik berada pada zona lebih dari 1 sigma dari garis tengah (pada sisi yang sama)

Satu atau beberapa titik dekat satu batas peringatan/pengendali

7 Lima belas titik berturut-turut berada pada zona 1 sigma dari garis tengah (pada sisi berbeda)

8 Delapan titik berturut-turut berada pada lebih dari 1-sigma dari garis tengah

Sumber : Batarfie (2006)

Analisis grafik kendali untuk ALB, KA dan KK untuk minyak sawit dan KA dan KK untuk inti sawit menggunakan grafik kendali x-bar dan rentang. Grafik kendali x-bar (rataan) dan R (rentang) digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, sehingga grafik kendali x-bar dan R sering disebut sebagai grafik kendali untuk data peubah. Analisis grafik kendali ini menggunakan minitab versi 14. Pengambilan contoh untuk grafik kendali x-bar dan R adalah 48 contoh yang diambil bulanan dari Januari 2009 - Desember 2012 pada lima (5) PKS antara lain PKS Ophir, PKS Bunut, PKS Tanjung Lebar, PKS Pinang Tinggi dan PKS Rimbo Dua (Rimdu).

a. Grafik kendali X-bar dan R Minyak Sawit 1) ALB

ALB minyak sawit ditunjukkan pada Gambar 4. Pada grafik kendali rataan, terlihat:

(32)

19

Kriteria-kriteria tersebut menandakan bahwa proses tidak terkendali dengan nilai LCL 3,693. Hal ini berarti ALB minyak hasil produksi berada pada kisaran 3,963-4,473 dengan rataan 4,218. Grafik kendali R untuk ALB menunjukkan proses tidak terkendali karena 4 titik berada di atas UCL 0,935. Hal ini berarti variasi ALB berada pada kisaran 0-0,935, dengan rataan 0,442.

Proses produksi terlihat masih tidak terkendali dan menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Variasi penyebab khusus dapat berupa, (1) kondisi TBS khususnya dari kebun plasma yang harus lebih dipantau dan kondisi TBS yang juga dipengaruhi oleh cuaca, terutama pada musim hujan, sehingga QC melakukan pengecekan dengan baik terhadap bahan baku; (2) saat pemindahan buah dari loading ramp ke lori harus diminimalkan buah yang luka dan petugas sortasi harus lebih hati-hati, agar buah tidak luka; (3) suhu dan lamanya buah disimpan lebih dari 24 jam dan QC harus melakukan tindakan FIFO (First In First Out); dan (4) terjadi salah pengujian, yang disebabkan kalibrasi mesin dan peralatan kurang maksimal dan QC harus mengkalibrasi dengan benar agar nilai ALB sesuai.

2) KA

Pada Gambar 5, grafik KA menunjukkan bahwa ada enam (6) titik yang memenuhi kriteria (1), sepuluh (10) titik memenuhi kriteria (2) dan delapan (8) titik memenuhi kriteria (6). Dari kriteria tersebut, maka grafik kendali x-bar tidak terkendali, dengan batas atas (UCL) 0,2062. Hal ini berarti KA minyak berada pada kisaran 0,1239-0,2062, dengan rataan 0,1650.

(33)

20

Grafik kendali R untuk KA menunjukkan proses tidak terkendali, karena dua (2) titik berada di atas UCL 0,1507. Hal ini berarti variasi KA berada pada kisaran 0-0,1507, dengan rataan 0,0713. Proses produksi masih terlihat tidak terkendali dan menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Variasi penyebab khusus dapat berupa, (1) cuaca yang berpengaruh terhadap KA dalam TBS; (2) kelembaban di PKS; dan (3) terlalu lama di sterilizer.

3) KK

KK minyak sawit ditunjukkan pada Gambar 6. Pada grafik kendali rataan, dapat dilihat terdapat:

i. Satu (1) titik memenuhi kriteria nomor (1) ii. Delapan (8) tititk memenuhi kriteria nomor (3)

iii. Empat puluh empat (44) titik memenuhi kriteria nomor (7)

Hal tersebut menunjukkan bahwa grafik ini tidak terkendali dengan batas atas (UCL) 0,03365. Hal ini berarti KK minyak hasil produksi berada pada kisaran 0,00211-0,03365 dengan rataan 0,01788. Grafik kendali R untuk KK menunjukkan proses tidak terkendali karena satu (1) titik berada di atas UCLdan titik lainnya berada di batas bawah. Hal ini berarti variasi KK berada pada kisaran 0-0,1507, dengan rataan 0,0273.

(34)

21

Dalam hal ini, proses produksi terlihat masih tidak terkendali dan menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Variasi penyebab khusus dapat berupa, (1) ketelitian SDM untuk memisahkan minyak dengan bahan asing seperti pasir dan serabut dibutuhkan penambahan air yang tepat; (2) pembersihan bowl secara periodik; dan (3) pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh setiap hari.

b. Grafik kendali X-bar dan R Inti Sawit 1) KA

Pada Gambar 7, grafik KA menunjukkan bahwa ada empat (4) titik yang Gambar 6 Grafik kendali x-bar dan R KK pada minyak sawit

(35)

22

memenuhi kriteria (1), tujuh (7) titik memenuhi kriteria (3) dan delapan (8) titik memenuhi kriteria (6). Dari kriteria tersebut menunjukkan bahwa grafik kendali x-bar tidak terkendali, dengan batas atas (UCL) 7,102. Hal ini berarti KA inti sawit hasil produksi berada pada kisaran 6,071-7,102, dengan rataan 6,587.

Grafik kendali R untuk KA menunjukkan proses tidak terkendali karena tiga (3) titik berada di atas UCL 1,891. Hal ini berarti variasi KA inti sawit berada pada 0-1,891, dengan rataan 0,894. Dalam hal ini, proses produksi terlihat masih tidak terkendali dan menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Variasi penyebab khususdapat berupa, (1) kelembaban udara di tempat penimbunan kernel; (2) ketelitian karyawan melihat kernel saat proses pemisahan.

2) KK

KK minyak sawit ditunjukkan pada Gambar 8. Pada grafik kendali rataan terlihat:

i. Dua puluh (20) titik memenuhi kriteria nomor (1) ii. Tujuh (7) titik memenuhi kriteria nomor (3) iii. Tiga (3) titik memenuhi kriteria nomor (7)

Hal tersebut menunjukkan bahwa grafik ini tidak terkendali. Hal ini berarti KK inti sawit hasil produksi berada pada kisaran 6,182-7,218, dengan rataan 6,700. Dalam hal ini, grafik kendali R untuk KK menunjukkan proses tidak terkendali, karena dua (2) titik berada di atas UCL sebesar 1,900. Hal ini berarti variasi KK inti sawit berada pada 0-1,900, dengan rataan 0,899.

Proses produksi terlihat masih tidak terkendali dan menandakan bahwa terdapat variasi penyebab khusus dalam proses produksi. Berupa (1) ketelitian karyawan dalam mengkalibrasi mesin; dan (2) pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh setiap hari.

(36)

23

Implikasi Manajerial

Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan untuk jangka pendek, adalah (1) melakukan tindakan tepat terhadap TBS mulai dari umur buah, cara panen dan lama penyimpanan. Bila TBS terluka maka ALB meningkat; (2) pengawasan yang lebih terhadap kebun plasma, terutama saat high season (bulan-bulan saat produktivitas kelapa sawit tinggi) misal membuat kartu laporan pengawasan berisi rincian pekerjaan disertai dengan jadwal pekerjaan rutin setiap hari kerja yang harus diketahui oleh tim pengawas, sehingga akurasi produktivitas kebun plasma lebih terkontrol; (3) mesin dan peralatan harus dikalibrasi secara periodik, agar akurasi indikator di setiap mesin terjaga; (4) menjaga kebersihan PKS dengan memastikan tidak ada minyak yang bocor ke lantai. Kelembaban yang tinggi di PKS menurunkan mutu hasil produksi; (5) saat proses sortasi, SDM harus lebih berhati-hati untuk meminimalisir TBS terluka. Bila TBS terluka, maka ALB meningkat; (6) ketelitian dan kedisiplinan SDM dalam waktu dan penambahan air dan pemisahan saat proses produksi. KA berlebih mengurangi hasil produksi minyak; (7) alat harus dibersihkan secara menyeluruh dan berkala agar tidak tersisa kotoran yang akan menambah kadar kotoran; dan (8) kelembaban udara di PKS termasuk di tempat penimbunan harus dijaga, karena kelembaban tinggi menurunkan mutu hasil produksi.

Tindakan perbaikan untuk jangka menengah adalah (1) pembuatan jalur khusus, agar distribusi TBS dari kebun menuju PKS tidak terhambat saat cuaca hujan dapat memengaruhi KA; (2) peningkatan kapabilitas SDM melalui pelatihan dan bimbingan untuk penerapan manajemen efektif, agar kontrol terhadap hasil produksi terjaga; dan (3) pembinaan dan pemahaman kembali kepada karyawan mengenai SOP proses produksi, serta perawatan dan pemeliharaan mesin. Sedangkan tindakan perbaikan untuk jangka panjang, adalah (1) melakukan ekstensifikasi lahan, yaitu perluasan kebun inti PTPN VI Jambi untuk meningkatkan hasil dan mutu panen dan (2) melakukan berbagai tindakan persiapan untuk mendapatkan sertifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), agar mampu bersaing dengan perusahaan di dunia.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pengendalian mutu produksi yang dilakukan oleh perusahaan adalah pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu proses produksi dan pengendalian mutu hasil produksi.

2. Produksi minyak dan inti sawit diproduksi di pabrik kelapa sawit melalui serangkaian proses, yaitu penerimaan bahan baku, perebusan, pemipilan, pengempaan, pemisahan minyak dari sludge dan pengutipan inti.

(37)

24

Saran

1. PTPN VI harus lebih memerhatikan setiap bagian pengendalian mutu yang dilakukan oleh perusahaan, mulai dari bahan baku, proses produksi dan hasil produksi, maka harus memastikan proses produksi sesuai SOP, agar hasilnya lebih optimal.

2. PTPN VI sebaiknya meminimalisir faktor-faktor penyebab tinggi rendahnya nilai ALB, KA dan KK agar sesuai dengan keinginan konsumen dan standar nasional, yakni TBS, tenaga kerja, mesin dan peralatan, metode dan lingkungan.

3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu, sehingga perusahaan bisa mendapatkan mutu sesuai standar internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Ali F. 2012. Skema Trans Pasific Amerika Serikat Hancurkan Produk Industri Kelapa Sawit Indonesia. [Terhubung Berkala] http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=9555&type=101#.UPEC_dlnY VE (26 Desember 2012)

Amelia M. 2006. Analisis Pengendalian Mutu Gaun Pengantin di PT Kenlee Indonesia-Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).

Batarfie MU. 2006. Analisis Pengendalian Mutu pada Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan (AMDK) SBQUA (Studi Kasus di PT Sinar Bogor Qua,Pajajaran-Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).

Cendrawati NI. 2007. Rancangan Pengendalian Mutu dengan Metode Six Sigma pada Divisi Spinning PT Unitex, Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).

Ditjenbun. 2010. Standardisasi Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID).

Kemenperin. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta (ID). Khair A. 2012. Kelapa Sawit anugerah untuk Indonesia. [Terhubung

Berkala] http://www.pn8.co.id/pn8/index.php?option=com_content&task=vi ew&id=826&Itemid=2 (26 Desember 2012)

Lubis RE, Widanarko A. 2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID) : Agro Media Pustaka

Nasution, MN. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Ghalia Indonesia, Jakarta (ID). Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing. 2012. Pefindo: Equity And Index

Valuation Division. www.pefindo.com. [26 Desember 2012]

Prawirosentono S. 2004. Manajemen Pengendalian Mutu: Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21. Jakarta (ID) : Bumi Aksara.

(38)

25 Siadari EE. 2012. Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar. [Terhubung Berkala] http://www.bumn.go.id/ptpn5/publikasi/berita/indonesia-penghasil-minyak-sawit-bersertifikat-terbesar-dunia/ (10 Oktober 2012) Taufan M. 2004. Analisis Pengendalian Mutu dan Kemampuan Proses Pada

Produksi Teh Celup Sariwangi (Studi Kasus di PT Sariwangi A.E.A Citeureup-Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).

Wulandari R. 2009. Kajian Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 pada PT. Unitex Tbk, Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID). Zuhri S. 2012. Penggunaan CPO sebagai bahan baku biofuel. [Terhubung

(39)

26

(40)

27 Lampiran 1 Struktur organisasi PTPN VI

Keterangan :

________ = Instruksional --- = Koordinasi

RUPS = Rapat Umum Pemegang Saham SPI = Satuan Pengawas Intern

TI = Teknik Informasi

(41)

28

Lampiran 2 ALB pada minyak sawit

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

(42)

29 Lanjutan Lampiran 2.

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

40 3,19 4,28 4,57 4,33 4,50 4,57 3,19 4,17 1,38 41 3,34 4,06 4,57 4,36 4,01 4,57 3,34 4,07 1,23 42 3,99 4,13 4,40 4,34 4,14 4,40 3,99 4,20 0,41 43 4,66 4,35 4,41 4,57 4,14 4,66 4,14 4,43 0,52 44 4,17 4,28 4,23 4,57 3,72 4,57 3,72 4,19 0,85 45 3,77 4,50 4,44 4,45 4,04 4,50 3,77 4,24 0,73 46 4,55 4,59 4,55 4,90 4,45 4,90 4,45 4,61 0,45 47 4,58 4,62 4,55 5,03 4,47 5,03 4,47 4,65 0,56 48 3,96 4,56 4,45 4,57 4,13 4,57 3,96 4,33 0,61

Lampiran 3 Kadar air minyak sawit

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

(43)

30

Lanjutan Lampiran 3.

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

28 0,19 0,16 0,16 0,14 0,13 0,19 0,13 0,16 0,06 29 0,20 0,16 0,16 0,14 0,13 0,20 0,13 0,16 0,07 30 0,21 0,15 0,16 0,14 0,13 0,21 0,13 0,16 0,08 31 0,22 0,15 0,16 0,14 0,14 0,22 0,14 0,16 0,08 32 0,20 0,16 0,16 0,14 0,13 0,20 0,13 0,16 0,07 33 0,19 0,15 0,15 0,14 0,14 0,19 0,14 0,15 0,05 34 0,20 0,16 0,16 0,14 0,13 0,20 0,13 0,16 0,07 35 0,19 0,16 0,16 0,15 0,14 0,19 0,14 0,16 0,05 36 0,19 0,16 0,16 0,15 0,14 0,19 0,14 0,16 0,05 37 0,17 0,15 0,16 0,15 0,15 0,17 0,15 0,16 0,02 38 0,17 0,15 0,16 0,15 0,15 0,17 0,15 0,16 0,02 39 0,17 0,15 0,18 0,15 0,17 0,18 0,15 0,16 0,03 40 0,16 0,15 0,18 0,15 0,14 0,18 0,14 0,16 0,04 41 0,17 0,15 0,18 0,15 0,15 0,18 0,15 0,16 0,03 42 0,15 0,15 0,17 0,50 0,14 0,50 0,14 0,22 0,36 43 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,16 0,14 0,15 0,02 44 0,17 0,15 0,15 0,15 0,16 0,17 0,15 0,16 0,02 45 0,17 0,15 0,16 0,15 0,15 0,17 0,15 0,16 0,02 46 0,19 0,15 0,15 0,15 0,14 0,19 0,14 0,16 0,05 47 0,17 0,15 0,14 0,14 0,15 0,17 0,14 0,15 0,03 48 0,17 0,15 0,14 0,15 0,15 0,17 0,14 0,15 0,03

Lampiran 4 Kadar kotoran minyak sawit

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

(44)

31 Lanjutan Lampiran 4

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

(45)

32

Lampiran 5 Kadar air inti sawit

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

(46)

33 Lanjutan Lampiran 5.

Lampiran 6 KK inti sawit

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

1 7,25 7,86 7,96 8,31 7,45 8,31 7,25 7,77 1,06 2 7,18 7,98 8,07 7,82 7,28 8,07 7,18 7,67 0,89 3 7,33 8,99 8,36 9,70 6,54 9,70 6,54 8,18 3,16 4 7,25 8,11 7,99 8,63 7,00 8,63 7,00 7,80 1,63 5 7,25 7,87 8,15 8,25 6,89 8,25 6,89 7,68 1,36 6 7,65 7,79 8,63 8,24 6,40 8,63 6,40 7,74 2,23 7 7,21 8,14 9,02 7,15 6,46 9,02 6,46 7,60 2,56 8 7,35 8,05 9,19 7,41 6,75 9,19 6,75 7,75 2,44 9 7,39 7,96 9,54 6,84 6,71 9,54 6,71 7,69 2,83 10 7,33 7,63 8,85 6,67 6,65 8,85 6,65 7,43 2,20 11 7,31 7,08 7,87 6,41 6,56 7,87 6,41 7,05 1,46 12 6,72 6,68 6,92 6,29 5,76 6,92 5,76 6,47 1,16 13 6,04 6,68 7,16 6,00 5,58 7,16 5,58 6,29 1,58 14 6,04 6,50 7,22 5,94 5,57 7,22 5,57 6,25 1,65 15 6,17 6,43 6,93 5,93 5,58 6,93 5,58 6,21 1,35 16 6,30 6,41 6,34 5,91 5,56 6,41 5,56 6,10 0,85 17 6,33 6,45 6,24 5,67 5,57 6,45 5,57 6,05 0,88 18 6,47 6,47 6,30 5,71 5,56 6,47 5,56 6,10 0,91 19 7,03 6,47 6,32 5,43 5,79 7,03 5,43 6,21 1,60 20 6,66 7,01 6,51 5,66 5,67 7,01 5,66 6,30 1,35 21 7,09 7,57 7,06 6,23 5,89 7,57 5,89 6,77 1,68 22 6,91 7,44 6,79 6,26 6,35 7,44 6,26 6,75 1,18 23 6,73 7,04 6,78 6,25 5,75 7,04 5,75 6,51 1,29 24 6,72 6,68 6,92 6,29 5,76 6,92 5,76 6,47 1,16 25 6,60 5,98 7,35 6,42 5,54 7,35 5,54 6,38 1,81 26 6,65 5,94 6,86 6,32 5,64 6,86 5,64 6,28 1,22 27 6,61 6,21 6,98 6,37 5,93 6,98 5,93 6,42 1,05

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

(47)

34

Lanjutan Lampiran 6.

No. X1 X2 X3 X4 X5 Max Min Rataan Rentang

(48)

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 30 Agustus 1991 dari ayah Ir. Fidel Fuadi dan ibu Evi Imandariani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Gambar

Tabel 1 Realisasi pabrik kelapa sawit PTPN VI (Ton)
Gambar 1  Konsumsi dan produksi CPO di dunia
Gambar 2  Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 4  Standar mutu inti sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang dilakukan oleh pabrik ini diantaranya : mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO dan kernel, pengolahan limbah cair kelapa sawit sehingga dapat dimanfaatkan untuk

berpengaruh dalam perencanaan produksi kelapa sawit dan membuat suatu perencanaan produksi CPO, khususnya kegiatan di kebun untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Oleh karena itu, artikel ini menerapkan metode Backpropagation Neural Network (BPNN) untuk melakukan prediksi produksi minyak kelapa sawit (CPO) yang berasal dari perkebunan TBS

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak

Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat sebagai hasil sampingan proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi CPO yang dapat digunakan sebagai

Penguolahan kelapa sawit melalui dua unit proses, yaitu proses pengolahan CPO dan proses