• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Yang Datang Ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tentang Mammografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Yang Datang Ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tentang Mammografi"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita yang Datang ke Klinik

Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tentang

Mammografi

Oleh :

FENNY KRISTINAWATI

090100168

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita yang Datang ke Klinik

Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tentang

Mammografi

KARYA TULIS ILMIAH

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

FENNY KRISTINAWATI

090100168

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita yang Datang ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tentang Mammografi

Nama : Fenny Kristinawati NIM : 090100168

Pembimbing Penguji I

(dr. Evo Elidar Harahap, Sp. Rad) (dr. Andrina Rambe, Sp.THT) NIP : 196309271990102002 NIP : 197106221997032001

Penguji II

(dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc) NIP : 197001091997022001 Medan, 17 Desember 2012

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Penelitian menunjukkan angka kejadian kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara. Pengetahuan mengenai upaya pencegahan kanker payudara, yaitu deteksi dini, berperan penting dalam menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.

Tujuan: Penelitian ini dirancang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wanita terhadap mammografi.

Metode: Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita yang datang ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta mengisi kuesioner untuk melihat tingkat pengetahuan dan sikap terhadap mammografi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputerisasi.

Hasil : Didapatkan tingkat pengetahuan wanita yang datang ke klinik payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tentang mammografi adalah pengetahuan kurang 41,2%, pengetahuan sedang 33%, pengetahuan baik 25,8%, sikap baik 53,6% dan sikap buruk 46,4%.

(5)

ABSTRACT

Background: Cancer is one of the non-transmitted diseases that has been

becoming a community medical problem,in both global and Indonesia. Study has shown that the highest incidence rate of cancer in Indonesia women is breast cancer. Knowledge about preventive acts for breast cancer, that is early detection, play an important role in decreasing the mortality rate caused by breast cancer.

Objective: This study was designed to know the level of women’s knowledge and attitude about mammography.

Methods: This study design is a descriptive cross-sectional study. Population of this study is all women who came to Breast Clinic of Haji Adam Malik Hospital. The samples of this study are 97 persons. Respondents who had signed the letter of consent after received an explanation were asked to fill a questionaire to see the level of women’s knowledge and attitude about mammography. The data obtained were analyzed using computerization programme.

Results: The results, those are the level of knowledge and attitude, obtained from women who came to Breast Clinic of Haji Adam Malik Hospital are poor level of knowledge 41,2%, intermediate level of knowledge 33%, good level of knowledge 25,8%, good attitude 53,6% and bad attitude 46,4%.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ”Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita yang Datang ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tentang Mammografi”.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Orang tua penulis, Sumardi Tjoa dan Meirie yang telah membesarkan

dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.

2. dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad, selaku dosen pembimbing yang telah

memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Asmin Lubis, Sp.An, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran USU.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

(7)

5. Teman-teman kelompok sesama bimbingan penelitian dan teman-teman penulis lainnya, yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Medan, 5 Desember 2012

Fenny Kristinawati

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.3.1. Tujuan Umum... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Pengetahuan... 4

2.1.1. Pengertian Pengetahuan... 4

2.1.2. Tingkat Pengetahuan... 4

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.. 5

2.1.4. Proses Memperoleh Pengetahuan... 5

2.1.5. Cara Pengukuran Pengetahuan... 6

2.2. Sikap... 6

2.2.1. Pengertian Sikap... 6

2.2.2. Komponen Pokok Sikap... 7

2.2.3. Tingkatan Sikap... 7

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap... 7

2.2.5. Cara Pengukuran Sikap... 9

2.3. Payudara... 9

2.3.1. Anatomi Payudara... 9

2.3.2. Histologi Payudara... 10

2.4. Kanker Payudara... 12

2.4.1. Definisi Kanker Payudara... 12

2.4.2. Epidemiologi dan Faktor Resiko Kanker Payudara. 12 2.4.3. Morfologi Kanker Payudara... 13

2.4.4. Patogenesis Kanker Payudara... 17

(9)

2.4.6. Penyebaran Kanker Payudara... 18

2.4.7. Penentuan Stadium Kanker Payudara... 18

2.4.8. Diagnosis Kanker Payudara... 19

2.4.9. Penatalaksanaan Kanker Payudara... 20

2.4.10. Pencegahan Kanker Payudara... 20

2.4.11. Prognosis Kanker Payudara... 22

2.5. Mammografi... 24

2.5.1. Pengertian Mammografi... 24

2.5.2. Kegunaan Mammografi... 24

2.5.3. Tahap-Tahap Pemeriksaan Mammografi... 25

2.5.3.1. Tahap Persiapan... 25

2.5.3.2. Tahap Pelaksanaan... 25

2.5.3.3. Tahap Pembacaan Mammogram... 26

2.5.4. Resiko Pemeriksaan Mammografi... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 28

3.1. Kerangka Konsep... 28

3.2. Definisi Operasional... 28

3.2.1. Pengetahuan... 28

3.2.2. Sikap... 28

BAB 4 METODE PENELITIAN... 30

4.1. Jenis Penelitian... 30

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 30

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 30

4.3.1. Populasi Penelitian... 30

4.3.2. Sampel Penelitian... 31

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 32

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 32

4.5. Metode Pengolahan Data... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... . 34

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi lokasi Penelitian... .. 34

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden... .... 34

5.1.3 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden...36

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...33

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden... ... 34

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Suku Responden... ... 35

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Agama Responden... ... 35

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden... ... 36

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Responden... ... 36

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pengetahuan... . 37

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia... . 37

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir...38

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Status Pernikahan... ... 38

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap... ... 39

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Usia... ... 39

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir.. 40

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Status Pernikahan... .. 41

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Ikut dalam Penelitian Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

(12)

ABSTRAK

Latar belakang: Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Penelitian menunjukkan angka kejadian kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara. Pengetahuan mengenai upaya pencegahan kanker payudara, yaitu deteksi dini, berperan penting dalam menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.

Tujuan: Penelitian ini dirancang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wanita terhadap mammografi.

Metode: Desain penelitian berupa studi cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita yang datang ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang. Responden yang telah menandatangani surat persetujuan setelah penjelasan diminta mengisi kuesioner untuk melihat tingkat pengetahuan dan sikap terhadap mammografi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputerisasi.

Hasil : Didapatkan tingkat pengetahuan wanita yang datang ke klinik payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tentang mammografi adalah pengetahuan kurang 41,2%, pengetahuan sedang 33%, pengetahuan baik 25,8%, sikap baik 53,6% dan sikap buruk 46,4%.

(13)

ABSTRACT

Background: Cancer is one of the non-transmitted diseases that has been

becoming a community medical problem,in both global and Indonesia. Study has shown that the highest incidence rate of cancer in Indonesia women is breast cancer. Knowledge about preventive acts for breast cancer, that is early detection, play an important role in decreasing the mortality rate caused by breast cancer.

Objective: This study was designed to know the level of women’s knowledge and attitude about mammography.

Methods: This study design is a descriptive cross-sectional study. Population of this study is all women who came to Breast Clinic of Haji Adam Malik Hospital. The samples of this study are 97 persons. Respondents who had signed the letter of consent after received an explanation were asked to fill a questionaire to see the level of women’s knowledge and attitude about mammography. The data obtained were analyzed using computerization programme.

Results: The results, those are the level of knowledge and attitude, obtained from women who came to Breast Clinic of Haji Adam Malik Hospital are poor level of knowledge 41,2%, intermediate level of knowledge 33%, good level of knowledge 25,8%, good attitude 53,6% and bad attitude 46,4%.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit kardiovaskular. Di dunia, sekitar 12% dari seluruh kematian disebabkan oleh kanker (Depkes, 2010).

Pada tahun 2005, WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun ada sekitar 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (Depkes, 2010).

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan angka kejadian 16 per 100.000 perempuan (Depkes, 2010).

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah. Bila penyakit kanker payudara ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya tinggi, yaitu berkisar antara 85-95%. Namun, sekitar 70-90% penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah memasuki stadium lanjut (Tjindarbumi, 1982).

(15)

melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Selain itu, dapat juga dilakukan pencegahan sekunder pada individu-individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan, antara lain dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan payudara oleh tenaga medis dan mammografi. Angka kematian pada kasus kanker payudara ditemukan lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, namun apabila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas untuk mendeteksi secara dini kanker payudara menjadi sekitar 75% (Tjindarbumi, 1982).

Menurut Swart (2012), sensitivitas mammografi sendiri sekitar 67,8% dengan spesifisitas 75%. Namun, apabila mammografi dikombinasikan dengan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis, maka sensitivitas akan meningkat menjadi 77,4% dengan sedikit penurunan spesifisitas menjadi 72%.

Adanya program deteksi dini telah menunjukkan peningkatan angka

harapan hidup seseorang. Di United Kingdom, angka kematian akibat kanker

payudara telah menurun tajam, dari 15.625 kematian pada tahun 1989 turun menjadi 12.319 kematian pada tahun 2006. Diperkirakan bahwa program skrining kanker payudara menggunakan mammografi telah menyelamatkan sekitar 1.400 kehidupan setiap tahunnya dengan mendeteksi sekitar 14.000 kasus baru kanker payudara setiap tahunnya (Airley, 2009).

1.2. Rumusan Masalah

(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wanita tentang mammografi.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui persentase wanita yang memiliki riwayat pernah

melakukan pemeriksaan mammografi.

b. Untuk mengetahui apakah wanita mengetahui indikasi melakukan

mammografi

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Menambah wawasan wanita mengenai pentingnya peranan

mammografi sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.

b. Sebagai bahan atau referensi bagi penelitian selanjutnya.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat pengetahuan

Analisa yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar objek yang diketahui, dan menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek yang dipelajari harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

(18)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sistesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dan dapat menyesuaikan.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: sosial ekonomi, kultur atau budaya, pendidikan, dan pengalaman.

2.1.4. Proses memperoleh pengetahuan

(19)

a. Awareness (kesadaran), yakni individu mengetahui dan menyadari tentang adanya stimulus

b. Interest artinya orang mulai tertarik dan menaruh perhatian terhadap stimulus

c. Evaluation artinya orang memberikan penilaian dengan menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya

d. Trial artinya orang mulai mencoba memakai atau berprilaku

e. Adoption artinya subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, dan sikapnya terhadap stimulus

2.1.5. Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Pengetahuan yang diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan domain kognitif (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Sikap

2.2.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Sofyan, 2006).

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langusng dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2005).

(20)

2.2.2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Notoatmodjo (2005), terdapat tiga komponen pokok sikap yaitu:

a. Kerpercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

2.2.3. Tingkatan Sikap

Sikap dapat diklasifikasikan dalam berbagai tingkatan, diantaranya adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) :

a. Menerima (receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan bersedia mempertahankan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mempersiapkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sebuah sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Indikasi sikap ketiga adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

2.2.4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain :

a. Pengalaman pribadi

(21)

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Keinginan ini antara lain dimotivasi untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Orang – orang yang biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, suami,dll.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.

d. Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan – pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga ini meletakkan dassar pengertian dan konsep moral dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.

f. Pengaruh faktor emosional

(22)

penderitaan orang lain bila dibandingkan dengan laki – laki (Azwar, 2007).

2.2.5. Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Dan biasanya jawaban berada dalam rentang antara sangat setuju sampai sangat tidak setuju (Notoatmodjo,2005).

2.3. Payudara

2.3.1. Anatomi Payudara

Payudara terletak pada permukaan anterior dari toraks, dimulai dari iga kedua ke arah bawah sampai mencapai iga keenam, dan dari sternum ke arah

lateral sampai linea axillaris media (Wibowo, 2009).

Sebagian besar payudara, yaitu sekitar dua pertiga terletak pada musculus

pectoralis major, dan sekitar satu pertiga bagian payudara terletak pada musculus serratus anterior. Payudara dihubungkan dengan kedua otot tersebut oleh suatu

jaringan ikat longgar, yaitu fascia pectoralis (Ellis, 2006).

Aliran darah dan aliran getah bening pada payudara penting untuk diketahui karena insidensi yang tinggi dari kanker payudara. Payudara mendapat pasokan darah dari (Wibowo, 2009) :

a. Cabang arteria thoracica lateralis yang memperdarahi bagian lateral

payudara

b. Cabang arteria thoracica interna yang memperdarahi bagian medial

payudara

c. Cabang-cabang arteria intercostalis posterior dan dari truncus

thoracoacromialis

Darah vena dialirkan menuju vena axillaris, vena thoracica interna, vena

(23)

Sebagian besar getah bening mengalir melalui pembuluh-pembuluh

interlobularis menuju plexus subareolaris. Selanjutnya, pembuluh getah bening

akan mengikuti perjalanan vena. Pada bagian lateroinferior payudara, getah

bening mengalir sepanjang vasa thoracoacromialis dan vasa thoracica lateralis

menuju nodi axillares. Pada bagian medial, getah bening dialirkan mengikuti vasa

intercostalis menuju nodi parasternales yang terletak di sepanjang arteria thoracica interna. Sebagian kecil getah bening dialirkan menuju nodi supraclavicularis (Wibowo, 2009).

Payudara dipersarafi oleh ramus cutaneus dari nevi intercostales dua

sampai enam yang membawa serabut-serabut simpatis. Sementara sekresi dari kelenjar payudara dikontrol oleh hormon yang dihasilkan oleh ovarium dan hipofisis (Wibowo, 2009).

2.3.2. Histologi Payudara

Setiap kelenjar payudara terdiri atas 15-25 lobus dari jenis tubuloalveolar kompleks yang berfungsi menyekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus, yang dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan lemak, sesungguhnya merupakan suatu kelenjar tersendiri dengan duktus ekskretorius

laktiferusnya sendiri (Kuehnel, 2003). Duktus ini, dengan panjang 2-4,5 cm,

bermuara pada papilla mammae, yang memiliki 15-25 muara, masing-masing

berdiameter 0,5 mm. Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan status fisiologis (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Sebelum pubertas, kelenjar payudara terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang sinus ini, yakni duktus laktiferus. Pada wanita selama pubertas, payudara membesar dan membentuk puting payudara yang mencolok. Pada pria, kelenjar payudara akan tetap datar (Junqueira dan Carneiro, 2007).

(24)

Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam satu duktus terminal. Setiap lobus terdapat dalam jaringn ikat longgar. Suatu jaringan ikat yang kurang padat dan kurang banyak mengandung sel, memisahkan lobus-lobus (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Dekat dengan muara papilla mammae, duktus laktiferus menjadi lebar dan

membentuk sinus laktiferus. Sinus laktiferus dilapisi epitel berlapis gepeng pada muara luarnya. Epitel ini berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal, merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus mioepitel yang berhimpitan (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Jaringan ikat yang mengelilingi alveoli mengandung banyak limfosit dan sel plasma. Populasi sel plasma bertambah nyata menjelang akhir kehamilan; sel ini berfungsi mensekresi immunoglobulin (IgA sekretorik) yang memberikan kekebalan pasif kepada neonatus (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Struktur histologi kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama siklus menstruasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa ovulasi. Perubahan ini bertepatan dengan saat ketika kadar estrogen yang beredar mencapai puncaknya. Bertambahnya cairan jaringan padat pada fase pra-menstruasi menambah besar payudara (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Papilla mammae (puting payudara) berbentuk kerucut dan warnanya

bervariasi antara merah muda, coklat muda atau coklat tua. Bagian luar papilla

mammae ditutupi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan

langsung dengan kulit di dekatnya. Kulit di sekitar puting susu membentuk areola

mammae. Warna areola mammae menjadi gelap selama kehamilan akibat

akumulasi melanin setempat. Setelah melahirkan, areola mammae agak memutih

(25)

2.4. Kanker Payudara

2.4.1. Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2009).

2.4.2. Epidemiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara

Banyak faktor risiko yang memodifikasi kemungkinan seorang perempuan

terjangkit kanker ini berhasil diidentifikasi, antara lain (Kumar, et al., 2007) :

a. Variasi geografik

Terdapat perbedaan yang mengejutkan di antara berbagai negara dalam angka insidensi dan angka kematian akibat kanker payudara. Risiko untuk neoplasia ini secara bermakna lebih tinggi di Amerika Utara dan Eropa Barat dibandingkan di Asia dan Afrika. Makanan, pola reproduksi, dan kebiasaan menyusui diperkirakan juga berperan.

b. Usia

Kanker payudara jarang terjadi pada perempuan berusia kurang dari 30 tahun. Setelah itu, risiko meningkat secara tetap sepanjang usia. Akan tetapi, setelah menopause, bagian menanjak dari kurva cenderung mendatar.

c. Genetika dan riwayat keluarga

Sekitar 5 hingga 10% kanker payudara berkaitan dengan mutasi herediter spesifik. Perempuan lebih besar kemungkinannya membawa gen kerentanan kanker payudara jika mereka mengidap kanker payudara sebelum menopause, mengidap kanker payudara bilateral, mengidap kanker terkait (misalnya kanker ovarium), memiliki riwayat keluarga yang signifikan (yaitu, banyak anggota keluarga terjangkit sebelum menopause), atau berasal dari kelompok etnik tertentu. Sekitar separuh perempuan dengan kanker payudara herediter memperlihatkan mutasi di gen BRCA1 (pada kromosom 17q21.3) dan sepertiga lainnya mengalami

(26)

dan kompleks serta tidak memperlihatkan homologi yang erat diantara keduanya, juga dengan gen lain yang diketahui. Meskipun peran pasti karsinogenesis dan spesifitas relatifnya terhadap kanker payudara masih diteliti, kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya bekerja sebagai gen penekan tumor.

d. Pajanan yang lama terhadap estrogen eksogen

Pajanan yang lama terhadap estrogen eksogen setelah menopause, yang dikenal sebagai terapi sulih estrogen, diakui dapat menyebabkan peningkatan moderat insidensi kanker payudara.

e. Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral dicurigai berperan dalam meningkatkan risiko kanker payudara.

f. Radiasi pengion

Radiasi pengion di daerah dada dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Besarnya risiko bergantung pada dosis radiasi, waktu sejak pajanan, dan usia. Hanya perempuan yang diradiasi sebelum usia sebelum 30 tahun, saat perkembangan payudara, yang tampaknya terkena. Risiko unutk perempuan yang diterapi setelah usia tersebut tidak meningkat.

g. Faktor-faktor lain

Kegemukan, diet tinggi lemak, dan konsumsi alkohol diperkirakan berperan dalam terbentuknya kanker payudara.

2.4.3. Morfologi Kanker Payudara

Kanker payudara sedikit lebih sering mengenai payudara kiri dibandingkan payudara kanan. Pada sekitar 4% pasien ditemukan tumor bilateral atau tumor sekuensial di payudara yang sama. Lokasi tumor di dalam payudara adalah

sebagai berikut (Kumar, et al., 2007) :

a. Kuadran luar atas 50%

b. Bagian sentral 20%

c. Kuadran luar bawah 10%

(27)

e. Kuadran dalam bawah 10%

Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal (non-invasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif).

Bentuk utama kanker payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumar, et

al., 2007) :

a. Non-invasif

1. Karsinoma duktus in situ (DCIS)

2. Karsinoma lobulus in situ (LCIS)

b. Invasif (infiltratif)

1. Karsinoma duktus invasif

2. Karsinoma lobulus invasif

3. Karsinoma medularis

4. Karsinoma koloid (karsinoma musinosa)

5. Karsinoma tubulus

6. Tipe lain

Terdapat dua tipe karsinoma payudara non-invasif, yaitu : karsinoma duktus in situ (DCIS) dan karsinoma lobulus in situ (LCIS). Penelitian morfologik memperlihatkan bahwa kedua tipe ini berasal dari unit lobulus duktus terminal. DCIS cenderung mengisi, mendistorsi, dan membuka lobulus yang terkena sehingga tampaknya melibatkan rongga mirip duktus. Sebaliknya, LCIS biasanya meluas, tetapi tidak mengubah arsitektur dasar lobulus. Keduanya dibatasi oleh membran basal dan tidak menginvasi stroma atau saluran limfovaskular (Kumar, et al., 2007).

Karsinoma Non-Invasif

(28)

nekrotik yang mengalami kalsifikasi. Insidensi DCIS meningkat secara nyata pada kurang dari 5% kanker payudara dalam populasi umum hingga 40% dari mereka yang tersaring dalam pemeriksaan mammografi, terutama karena terdeteksinya kalsifikasi. Saat ini, DCIS jarang bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba atau terlihat secara radiografis. Apabila terdeksi terlambat, mungkin dapat

terbentuk massa yang dapat diraba atau discharge puting payudara. Sel-sel tumor

yang berdiferensiasi baik mengekspresikan reseptor estrogen dan, yang lebih

jarang, progestagen (Kumar, et al., 2007).

Penyakit Paget pada puting payudara disebabkan oleh perluasan DCIS ke duktus laktiferosa dan ke dalam kulit puting payudara di dekatnya. Sel ganas merusak sawar epidermis normal, sehingga cairan ekstrasel sapat dikeluarkan ke permukaan. Gambaran klinis biasanya berupa eksudat berkeropeng unilateral di

atas puting dan kulit areola (Kumar, et al., 2007).

LCIS, tidak seperti DCIS, memperlihatkan gambaran uniform. Sel bersifat monomorf dengan nukleus polos bundar dan terdapat dalam kelompok kohesif di

duktus dan lobulus. Vakuol musin intrasel sering ditemukan (Kumar, et al., 2007).

Karsinoma duktus invasif adalah istilah yang digunakan untuk semua karsinoma yang tidak dapat disubklasifikasikan ke dalam salah satu tipe khusus yang dijelaskan di bawah dan tidak menunjukkan bahwa tumor ini secara spesifik berasal dari sistem duktus. Sebagian besar karsinoma duktus menimbulkan respons desmoplastik, yang menggantikan lemak payudara normal (menghasilkan densitas pada mammografi) dan membentuk massa yang teraba keras. Gambaran mikroskopik cukup heterogen, berkisar dari tumor dengan pembentukan tubulus yang sempurna serta nukleus derajat rendah hingga tumor yang terdiri atas lembaran-lembaran sel anaplastik. Tepi tumor biasanya ireguler, tetapi kadang-kadang sirkumskripta. Mungkin ditemukan invasi ke rongga limfovaskular atau di

sepanjang saraf. Kanker tahap lanjut dapat meyebabkan kulit cekung (dimpling),

(29)

mengekspresikan reseptor estrogen atau progestagen, dan sekitar sepertiga

mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan (Kumar, et al., 2007).

Karsinoma inflamasi didefinisikan berdasarkan gambaran klinis berupa payudara yang membesar, bengkak, dan eritematosa, serta biasanya tidak teraba adanya massa. Tersumbatnya saluran limf demis oleh karsinoma merupakan

penyebab gambaran klinis (Kumar, et al., 2007).

Karsinoma lobulus invasif terdiri atas sel yang secara morfologis identik dengan sel pada LCIS. Sel-sel secara sendiri-sendiri menginvasi stroma dan sering membentuk rangkaian. Kadang-kadang sel tersebut mengelilingi asinus atau duktus yang tampak normal atau karsinomatosa. Meskipun sebagian besar tumor bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba atau berdensitas pada mammografi, sebagian mungkin memiliki pola invasi difus tanpa respons dermoplastik. Karsinoma lobulus juga lebih sering bersifat multisentrik dan bilateral. Hampir semua karsinoma ini mengekspresikan reseptor hormon, tetapi

ekspresi ERBB2 jarang atau tidak terjadi (Kumar, et al., 2007).

Karsinoma medular adalah subtipe karsinoma yang jarang terjadi. Kanker ini terdiri atas lembaran sel besar anaplastik dengan tepi berbatas tegas.

Karsinoma ini tidak memiliki reseptor hormon dan tidak mengekspresikan ERBB2

secara berlebihan (Kumar, et al., 2007).

Karsinoma koloid (musinosa) juga merupakan subtipe yang jarang. Sel tumor banyak menghasilkan musin ekstrasel yang merembes ke dalam stroma di sekitarnya. Karsinoma ini sering bermanifestasi sebagai massa sirkumskripta. Tumor ini biasanya lunak dan bersifat gelatinosa. Sebagian besar mengekspresikan reseptor hormon, dan beberapa mungkin mengekspresikan ERBB2 secara berlebihan (Kumar, et al., 2007).

Karsinoma tubulus biasanya tampak sebagai densitas iregular pada pemeriksaan mamografi. Secara mikroskopis, karsinoma terdiri atas tubulus yang berdiferensiasi baik dengan nukleus derajat rendah. Hampir semua karsinoma ini mengekspresikan reseptor hormon, dan sangat jarang mengekspresikan ERBB2

(30)

2.4.4. Patogenesis Kanker Payudara

Terdapat tiga faktor yang berperan dalam terbentuknya kanker payudara,

antara lain (Kumar, et al., 2007) :

a. Perubahan Genetik

Terjadinya mutasi yang mempengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel payudara ikut serta dalam proses transformasi onkogenik. Di antara berbagai mutasi tersebut, ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2, yang diketahui mengalami amplifikasi pada hampir 30% kanker payudara. Gen ini adalah anggota dari famili reseptor faktor pertumbuhan epidemis, dan ekspresi berlebihannya berkaitan dengan prognosis yang buruk. Dalam transformasi berangkai sel epitel normal menjadi sel kanker, kemungkinan besar terjadi banyak mutasi.

b. Pengaruh Hormon

Kelebihan estrogen endogen, atau yang lebih tepat, ketidakseimbangan hormon, jelas berperan penting. Banyak faktor risiko yang telah disebutkan-usia subur yang lama, nuliparitas, dan usia lanjut saat memiliki anak pertama-mengisyaratkan peningkatan pajanan ke kadar estrogen yang tinggi saat daur haid. Estrogen merangsang pembentukan faktor pertumbuhan oleh sel epitel payudara normal dan oleh sel kanker. Dihipotesiskan bahwa reseptor estrogen dan progesteron yang secara normal terdapat di epitel payudara, mungkin bereaksi dengan promotor

pertumbuhan, seperti transforming growth factor alpha (berkaitan dengan

faktor pertumbuhan epitel), platelet-derived growth-factor, dan faktor

pertumbuhan fibroblas yang dikeluarkan oleh sel kanker payudara, untuk menciptakan suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor.

c. Faktor lingkungan

(31)

2.4.5. Gejala Kanker Payudara

Beberapa gejala kanker payudara, antara lain (Lim, et al., 2007) :

a. Terdapatnya benjolan pada payudara

b. Terdapatnya rasa nyeri

c. Terdapatnya cairan abnormal yang keluar dari puting payudara

d. Adanya retraksi pada puting payudara

e. Perubahan warna pada kulit sekitar puting payudara

2.4.6. Penyebaran Kanker Payudara

Penyebaran kanker payudara terjadi melalui saluran getah bening dan darah. Metastasis ke kelenjar getah bening ditemukan pada sekitar 40% kanker yang bermanifestasi sebagai massa yang dapat dipalpasi, tetapi pada kurang dari 15% kasus yang ditemukan dengan mammografi. Lesi yang terletak di tengah atau kuadran luar biasanya mula-mula menyebar ke kelenjar aksila. Tumor yang terletak di kuadran dalam sering mengenai kelenjar getah bening di sepanjang arteria mamaria interna. Kelenjar supraklavikula kadang-kadang menjadi tempat utama penyebaran, tetapi kelenjar ini baru terkena hanya setelah kelenjar aksilaris dan mamaria interna terkena. Akhirnya, akan terjadi penyebaran ke tempat yang lebih distal, dengan kelainan metastatik di hampir semua organ atau jaringan di tubuh. Lokasi yang lebih sering terkena adalah paru, tulang, hati, kelenjar serta

otak, limpa, dan hipofisis (Kumar, et al., 2007).

2.4.7. Penentuan Stadium Kanker Payudara

Sistem penentuan stadium kanker yang tersering digunakan adalah sistem

yang dirancang oleh American Joint Committee on Cancer Staging of Breast

Carcinoma, antara lain (Kumar, et al., 2007) :

a. Stadium 0

DCIS (termasuk penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS

b. Stadium I

(32)

c. Stadium IIA

Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis ke kelenjar getah bening

Karsinoma invasif dengan ukuran lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif

d. Stadium IIB

Karsinoma invasif berukuran garis tengah lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif

Karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening

e. Stadium IIIA

Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening terfiksasi (yaitu, invasi ekstranodus yang meluas di antara kelenjar getah bening atau menginvasi ke dalam struktur lain)

Karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening nonfiksasi

f. Stadium IIIB

Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada, karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening mamaria interna ipsilateral

g. Stadium IV

Metastasis ke tempat jauh

2.4.8. Diagnosis Kanker Payudara

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kanker

payudara, yaitu (Lim, et al., 2007) :

a. Tanyakan riwayat penyakit

b. Pemeriksaan fisik, berupa :

(33)

Perhatikan payudara, apakah terdapat benjolan, retraksi maupun keluarnya cairan pada puting

2. Palpasi

Palpasi pada seluruh area payudara dan nodus limfatik sekitar payudara dengan lembut.

c. Pemeriksaan penunjang

1. Aspirasi jarum halus dan biopsi

2. Pemeriksaan ultrasonografi

3. Mammografi

4. Computed Tomography (Dongola, 2012) 5. Magnetic Resonance Imaging (Dongola, 2012)

2.4.9. Penatalaksanaan Kanker Payudara

Penatalaksanaan kanker payudara dapat dilakukan dengan cara pembedahan. Pada tata laksana pembedahan, terdapat 3 aspek yang harus kita

perhatikan, antara lain (Lim, et al., 2007):

a. Pembedahan tumor

Luasnya area pembedahan tergantung besar kecilnya ukuran tumor pada payudara. Terdapat 3 pilihan pembedahan tumor, yaitu :

1. Needle localization biopsy

Untuk benjolan yang masih belum teraba 2. Wide local excision dan quadrantectomy

Untuk benjolan yang beeukuran kurang dari 4 cm

3. Mastektomi

b. Pembedahan axillary lymph nodes

Dilakukan dengan cara mengeksisi nodus limfatik yang terlibat

c. Rekonstruksi payudara

2.4.10.Pencegahan Kanker Payudara

(34)

a. Mengatur usia reproduksi

Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk terjangkit sel kanker apabila ia menjalani proses reproduksi di luar usia prima (20-30 tahun)

b. Berikan Air Susu Ibu (ASI) pada anak

Pemberian ASI pada anak terbukti membantu menjaga alur dan aktivitas normal payudara wanita.

c. Menjaga berat badan

Berolahragalah secara teratur, dan jaga berat badan agar tetap ideal. Penumpukan lemak tubuh yang berlebihan berisiko memunculkan sel kanker.

d. Diet makanan sehat

Para ahli menemukan bahwa adanya kontribusi makanan dan minuman dalam memicu kelainan sel yang berujung pada penyakit kanker. Untuk itu, perhatikan asupan makanan dan minuman.

e. Hindari alkohol dan rokok

Orang yang mengonsumsi alkohol mempunyai resiko tinggi mengidap kanker. Alkohol akan berikatan dengan senyawa-senyawa radikal bebas sehingga dapat mempengaruhi kinerja sel yang akan berakibat pada munculnya sel kanker. Sedangkan rokok adalah penghasil zat karsinogenik dan radikal bebas yang sangat reaktif dan berpotensi besar memicu sel kanker.

f. Melakukan pemeriksaan penanda tumor (Suega dan Bakta, 2007)

Penanda tumor adalah suatu molekul atau proses ataupun suatu substansi yang dapat diukur dengan suatu pemeriksaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, pada kondisi prakanker dan kanker.

g. Melakukan upaya deteksi dini kanker payudara (Santacroce, 2012)

Menurut American Cancer Society, upaya deteksi dini dapat dilakukan

dengan cara, antara lain :

1. Melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

(35)

2. Melakukan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis

Wanita berusia 20-40 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis setiap tiga tahun sekali dan satu tahun sekali bagi wanita berusia di atas 40 tahun

3. Melakukan mammografi secara teratur.

Wanita berusia 40-49 tahun dianjurkan untuk melakukan mammografi dua tahun sekali dan setahun sekali bagi wanita berusia di atas 50 tahun.

Menurut Ramli (2002), langkah-langkah melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), yaitu :

a. Berdiri di depan cermin tanpa busana lalu perhatikan payudara dengan

teliti. Letakkan kedua tangan di pinggang, perhatikan apakah ada kelainan atau perubahan bentuk pada kedua payudara.

b. Angkat kedua tangan ke atas, perhatikan apakah ada kelainan pada kedua

payudara.

c. Letakkan kedua tangan di depan payudara dengan siku mengarah ke

samping, tekanlah telapak tangan yang satu kuat-kuat pada yang lain. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan adanya perubahan seperti cekungan dan benjolan akan terlihat lebih jelas

d. Tekan daerah puting dangan lembut, perhatikan apakah ada cairan yang

tidak biasa (tidak normal). Lakukan gerakan ini pada kedua payudara.

e. Ambil posisi berbaring, tangan kanan diletakkan di bawah kepala, letakkan

bantal kecil dibawah punggung kanan. Rabalah seluruh payudara kanan dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan. Lakukan gerakan memutar dengan lembut, dimulai dari bagian tepi dengan arah mengikuti perputaran jarum jam dan di lakukan secara bergantian.

2.4.11. Prognosis Kanker Payudara

Prognosis kanker payudara ditentukan oleh variabel berikut (Kumar, et al.,

(36)

a. Ukuran karsinoma primer

Pasien dengan karsinoma invasif yang lebih kecil dari 1 cm memiliki harapan hidup yang sangat baik jika tidak terdapat keterlibatan kelenjar getah bening dan mungkin tidak memerlukan terapi sistemik.

b. Keterlibatan kelenjar getah bening dan jumlah kelenjar getah bening yang

terkena metastasis

Jika tidak ada kelenjar getah bening yang terlibat, angka harapan hidup 5 tahun mendekati 90%. Angka harapan hidup menurun bersama setiap kelenjar getah bening yang terlibat dan menjadi kurang dari 50% jika kelenjar yang terlibat berjumlah 16 atau lebih.

c. Derajat karsinoma

Sistem penentuan derajat yang paling umum untuk kanker payudara mempertimbangkan pembentukan tubulus, derajat nukleus, dan angka mitotik untuk memilah karsinoma menjadi tiga kelompok. Karsinoma berdiferensiasi baik memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan karsinoma berdiferensiasi buruk. Karsinoma berdiferensiasi sedang pada awalnya memiliki prognosis baik, tetapi harapan hidup pada 20 tahun mendekati angka untuk karsinoma yang berdiferensiasi buruk.

d. Tipe histologik karsinoma

Semua tipe khusus karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar, dan musinosa) memiliki prognosis yang sedikit lebih baik daripada karsinoma tanpa tipe khusus (karsinoma duktus).

e. Invasi limfovaskular

Adanya tumor di dalam rongga vaskular di sekitar tumor primer merupakan faktor prognostik yang buruk, terutama jika terdapat metastasis ke kelenjar getah bening.

f. Ada tidaknya reseptor estrogen atau progesteron

Adanya reseptor hormon menyebabkan prognosis sedikit membaik.

(37)

Proliferasi dapat diukur dari hitung mitotik, flow cytometry, atau dengan penanda imunohistokimia untuk protein siklus sel. Laju proliferasi yang tinggi berkaitan dengan prognosis yang lebih buruk.

h. Aneuploidi

Karsinoma dengan kandungan DNA abnormal (aneuploidi) memiliki prognosis sedikit lebih buruk dibandingkan dengan karsinoma dengan kandungan DNA yang serupa dengan sel normal.

i. Ekspresi berlebihan ERBB2

Ekspresi berlebihan protein terbungkus membran ini hampir selalu disebabkan oleh amplifikasi gen. Oleh karena itu, ekspresi berlebihan dapat ditentukan dengan imunohistokimia. Ekspresi berlebihan berkaitan dengan prognosis yang buruk.

2.5. Mammografi

2.5.1. Pengertian Mammografi

Mammografi merupakan suatu teknik pemeriksaan payudara menggunakan sinar-X, yang dapat mendeteksi benjolan yang tidak teraba pada pemeriksaan fisik payudara (Santacroce, 2012).

2.5.2. Kegunaan Mammografi

Mammografi memiliki 2 kegunaan, yaitu sebagai alat skrining dan sebagai alat diagnostik. Skrining mammografi dilakukan pada wanita-wanita yang tidak memiliki gejala. Deteksi dini kanker payudara menggunakan mammografi dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan. Skrining mammografi dianjurkan untuk dilakukan pertama kali saat seorang wanita berusia 35-40 tahun. Selanjutnya, mammografi hendaknya dilakukan secara rutin setiap 1-2 tahun sekali oleh wanita-wanita berusia 40-49 tahun, sedangkan untuk wanita-wanita berusia lebih dari 50 tahun dianjurkan untuk melakukan skrining mammografi setiap 1 tahun sekali sampai seorang wanita berusia 74 tahun. Skrining

mammografi menggunakan teknik proyeksi cranio-caudal dan medio-lateral

(38)

Mammografi sebagai alat diagnostik, dilakukan pada wanita-wanita yang memiliki gejala, misalnya wanita yang mengeluhkan terdapatnya cairan abnormal

yang keluar dari puting ketika melakukan pemeriksaan payudara sendiri.

Mammografi diagnostik ini bertujuan untuk menentukan ukuran dan lokasi dari tumor payudara, serta memberikan gambaran dari jaringan dan nodus limfatik di sekitarmya. Teknik proyeksi yang digunakan sama dengan teknik proyeksi pada

skrining mamografi, ditambah lagi dengan proyeksi latero-medial dan

medio-lateral (Swart, 2011).

2.5.3. Tahap – Tahap Pemeriksaan Mammografi 2.5.3.1. Tahap Persiapan

Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan mammografi, antara lain (Santacroce, 2012) :

a. Perhatikan dan batasi konsumsi kafein. Pada beberapa wanita, makanan

dan minuman yang mengandung kafein bisa menyebabkan payudara menjadi lebih keras. Oleh karena itu, bagi wanita yang sensitif terhadap kafein sebaiknya menghentikan asupan kafein minimal dua minggu sebelum melakukan pemeriksaan mammografi.

b. Walaupun siklus menstruasi tidak mempengaruhi hasil mammogram,

akan tetapi sebaiknya tidak melakukan pemeriksaan mammografi sewaktu menstruasi karena pada saat tersebut, payudara akan lebih sensitif dan terasa lebih sakit bila ditekan.

c. Hindari penggunaan deodoran, bedak, krim maupun minyak di area

payudara dan sekitarnya.

2.5.3.2. Tahap Pelaksanaan

Menurut Santacroce (2012), berikut tahap-tahap pelaksanaan pemeriksaan mammografi

a. Lepaskan semua pakaian di atas pinggang, termasuk perhiasan di leher.

(39)

c. Pemeriksa akan meletakkan payudara di antara dua lempengan plastik, dimana lempengan tersebut akan menekan payudara dengan lembut dan membuat payudara menjadi lebih datar. Tujuannya, yaitu untuk memudahkan pemeriksa dalam melihat jaringan payudara. Tekanan ini akan menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman, namun akan meningkatkan kualitas mammogram.

d. Pemeriksa akan mengarahkan sinar-X ke masing-masing payudara sebanyak dua kali untuk mendapatkan gambaran dari keseluruhan kelenjar payudara.

2.5.3.3. Tahap Pembacaan Mammogram

Untuk membaca dan menginterpretasikan suatu mammogram, diperlukan cahaya yang terang. Cahaya yang kurang terang dapat menyebabkan adanya kesalahan dalam pembacaan mammogram (Reeder, 2003).

Pembacaan mammogram dipengaruhi oleh kepadatan parenkim payudara. Wanita dewasa muda memiliki payudara dengan tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dewasa lanjut. Kepadatan dari jaringan payudara tersebut sama dengan kepadatan yang tampak pada sel-sel kanker. Jadi lebih sulit membedakan apakah payudara tersebut masih normal atau sudah terserang kanker. Seiring bertambahnya usia, infiltrasi lemak dan atropi yang terjadi pada payudara akan menyebabkan menurunnya tingkat kepadatan payudara sehingga adanya kanker pada payudara akan lebih mudah terlihat (Mettler, 2005).

Menurut Santacroce (2012), suatu mammogram dikatakan normal apabila tidak ditemukan adanya kalsifikasi pada jaringan payudara. Bila hasil normal, tidak diperlukan adanya pemeriksaan lanjutan dan dianjurkan kepada wanita yang berusia 40-49 tahun mengulangi pemeriksaan setiap dua tahun sekali. Sementara, bagi wanita berusia di atas 50 tahun, dianjurkan untuk mengulangi pemeriksaan setiap tahun sekali.

(40)

lanjutan. Kalsifikasi merupakan suatu deposit garam kalsium pada payudara (Santacroce, 2012).

2.5.4. Resiko Pemeriksaan Mammografi

Terdapat beberapa resiko dari pemeriksaan mammografi, antara lain :

a. Bagi wanita yang memiliki implan pada payudara, ada kemungkinan

implan tersebut bisa pecah sewaktu payudara diberi tekanan (Santacroce, 2012).

b. Adanya pembacaan hasil atau mammogram yang positif semu

(Santacroce, 2012).

c. Adanya pembacaan hasil atau mammogram yang negatif semu. Menurut

data dari Breast Cancer Detection Demonstration Project, pembacaan

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh wanita tentang definisi, kegunaan dan manfaat mammografi serta usia yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mammografi.

a. Cara Ukur : metode angket

b. Alat Ukur : kuesioner, dengan mengajukan 10 pertanyaan

dengan 2 pilihan jawaban :

• Jawaban yang benar diberi skor 1

• Jawaban yang salah diberi skor 0

c. Skala Pengukuran : ordinal

d. Hasil Pengukuran : Pengetahuan baik ( total skor 8-10)

Pengetahuan sedang ( total skor 5-7)

Pengetahuan kurang ( total skor kurang dari 5)

3.2.2. Sikap

Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi

(42)

b. Alat Ukur : kuesioner, dengan mengajukan 5 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban :

• SS (Sangat Setuju)  diberi skor 4

• S (Setuju)  diberi skor 3

• TS (Tidak Setuju)  diberi skor 2

• STS(Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

c. Skala Pengukuran : ordinal

d. Hasil Pengukuran : Sikap baik (total skor 13-20)

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan bentuk studi cross

sectional (potong lintang) dimana penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap wanita yang datang ke klinik payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik tentang mammografi.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Adapun pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena merupakan rumah sakit pusat rujukan di Medan.

Pengumpulan data penelitian dilakukan pada Juli 2012 sampai dengan September 2012 setiap hari kerja ataupun hingga jumlah sampel yang diperlukan telah terpenuhi.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua wanita yang datang ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.

Adapun jumlah sampel yang diperlukan dihitung dengan cara estimasi proporsi berdasarkan rumus di bawah ini (Wahyuni, 2008):

N =

(44)

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan

95%) sehingga diperoleh nilai Z1-α/2 sebesar 1,96. Nilai P yang digunakan ialah

0,5 dengan kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir 0,1. Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

N =1,96

2× 0,5 × 0,5

0,12

N = 96,04

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 96,04 orang, dibulatkan menjadi 97 orang.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:

Kriteria Inklusi

a. Wanita yang datang ke Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik

b. Pengisian kuesioner dilakukan oleh wanita yang datang ke Klinik

Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

c. Wanita yang menjadi sampel penelitian telah menandatangani lembar

persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

Kriteria Eksklusi

a. Tidak dapat membaca

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi yang

memenuhi kriteria pemilihan sampel. Teknik pemilihan sampel ialah teknik

non-probability sampling dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2008).

(45)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi tingkat pengetahuan wanita tentang definisi, kegunaan, manfaat mammografi dan usia yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan mammografi serta sikap wanita terhadap pemeriksaan mammografi. Pengumpulan dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan melalui metode angket terhadap sampel penelitian.

4.4.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Uji validitas dilakukan dengan kolerasi pearson, dimana skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan r tabel. Jika nilai koefisien kolerasi pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada pada r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan

koefisien reabilitas alpha pada aplikasi Statistic Package for Social Science

(SPSS). Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

(46)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4.5. Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner akan ditabulasi untuk

kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for

(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di Klinik Payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 97 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden

Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

20-29 tahun 7 7,2

30-39 tahun 15 15,5

40-49 tahun 24 24,7

50-59 tahun 38 39,2

60-69 tahun 11 11,3

70-79 tahun 2 2,1

Total 97 100,0

(48)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Suku Responden

Berdasarkan suku responden, kelompok terbesar terdapat pada suku Batak, yaitu 66 orang (68%), dan kelompok terkecil pada suku Melayu, yaitu 3 orang (3,1%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Agama Responden

Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)

Kristen 57 58,8

Islam 40 41,2

Total 97 100,0

Berdasarkan agama responden, kelompok terbesar terdapat pada agama Kristen dengan 57 orang (58,8%), dan kelompok terkecil pada agama Islam dengan 40 orang (41,2%).

Suku Jumlah (Orang) Persentase (%)

Aceh 7 7,2

Batak 66 68,0

Jawa 16 16,5

Melayu 3 3,1

Minang 5 5,2

(49)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak Sekolah 6 6,2

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden, kelompok terbesar terdapat pada tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak 42 orang (43,3%), dan kelompok terkecil terdapat pada kelompok tidak sekolah, yaitu sebanyak 6 orang (6,2%).

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Responden Status Pernikahan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Menikah 92 94.8

Belum Menikah 5 5,2

Total 97 100,0

Berdasarkan status pernikahan responden, kelompok terbesar terdapat pada kelompok wanita yang menikah, yaitu sebanyak 92 orang (94,8%), dan kelompok terkecil terdapat pada kelompok wanita yang belum menikah, yaitu sebanyak 5 orang (5,2%).

5.1.3. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Responden

(50)

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Baik 25 25,8

Sedang 32 33,0

Kurang 40 41,2

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel di atas, tingkat pengetahuan wanita tentang mammografi, yaitu pengetahuan baik sebanyak 25 orang (25,8%), pengetahuan sedang sebanyak 32 orang (33%), dan pengetahuan kurang sebanyak 40 orang (41,2%).

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang mammografi berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia

Usia Responden

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

(51)

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang mammografi berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan Responden

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

Berdasarkan tabel di atas, wanita berpengetahuan baik, sedang, dan kurang tentang mammografi terbanyak terdapat pada kelompok tingkat pendidikan SMA, yaitu secara berurutan 60%, 37,5%, dan 37,5%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang mammografi berdasarkan karakteristik status pernikahan dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

J % J % J % J %

Belum Menikah 2 8 1 3,1 2 5 5 5,2

Menikah 23 92 31 96,9 38 95 92 94,8

Total 25 100 32 100 40 100 97 100

(52)

5.1.4. Frekuensi Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden

Berdasarkan jawaban responden, maka sikap wanita yang datang ke klinik payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik terhadap mammografi dapat dikategorikan baik dan buruk, yang dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap

Sikap Jumlah (Orang) Persentase (%)

Baik 52 53,6

Buruk 45 46,4

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian sikap wanita yang datang ke klinik payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan terhadap mammografi adalah sikap baik sebanyak 52 orang (53,6%) dan sikap buruk sebanyak 45 orang (46,4%).

Distribusi frekuensi sikap wanita terhadap mammografi berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Usia

Usia Responden Sikap Total

(53)

Berdasarkan tabel di atas, wanita dengan sikap baik dan buruk terhadap mammografi terbanyak terdapat pada kelompok usia 50-59 tahun, yaitu secara berurutan 40,4% dan 37,8%.

Distribusi frekuensi sikap wanita terhadap mammografi berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 5.12

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Pendidikan Responden

Sikap Total

Baik Buruk

J % J % J %

Tidak sekolah 1 1,9 5 11,1 6 6,2

SD 2 3,8 6 13,3 8 8,2

SMP 11 21,2 11 24,4 22 22,7

SMA 23 44,2 19 42,2 42 43,3

Perguruan Tinggi 15 28,8 4 8,9 19 19,6

Total 52 100 45 100 97 100

Berdasarkan tabel di atas, wanita dengan sikap baik dan buruk terhadap mammografi terbanyak terdapat pada kelompok tingkat pendidikan SMA, yaitu secara berurutan 44,2% dan 42,2%.

(54)

Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Sikap Total

Baik Buruk

J % J % J %

Belum Menikah 2 3,8 3 6,7 5 5,2

Menikah 50 96,2 42 93,3 92 94,8

Total 52 100 45 100 97 100

Berdasarkan tabel di atas, wanita dengan sikap baik dan buruk terhadap mammografi terbanyak terdapat pada kelompok wanita yang sudah menikah, yaitu secara berurutan 96,2% dan 93,3%.

5.1.5. Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Pernah Tidaknya Melakukan Pemeriksaan Mammografi

Berdasarkan jawaban responden, frekuensi responden yang datang ke klinik payudara Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang pernah dan tidak pernah melakukan pemeriksaan mammografi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Pernah Tidaknya Melakukan Pemeriksaan Mammografi

Mammografi Jumlah (Orang) Persentase (%)

Pernah 41 42,3

Tidak Pernah 56 57,7

Total 97 100

Berdasarkan tabel di atas, wanita yang pernah dan tidak pernah melakukan mammografi, yaitu secara berurutan 42,3% dan 57,7%.

5.2. Pembahasan

(55)

serta sikap wanita terhadap mammografi didapatkan sikap baik sebesar 53,6% dan sikap buruk sebesar 46,4%.

Hal ini terkait dengan penelitian yang dilakukan Prima (2010) tentang tingkat pengetahuan masyarakat (wanita) tentang kanker payudara di Kelurahan Medan Helvetia. Dalam penelitiannya, didapatkan hanya 42% masyarakat (wanita) yang menjawab benar kegunaan dari pemeriksan mammografi. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu dilakukan penyuluhan pada masyarakat (wanita) tentang mammografi untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh fasilitas yang merupakan sumber informasi seseorang, yang mana hal ini akan menimbulkan keyakinan dan kesadaran seseorang. Maka dari itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang mammografi. Usaha-usaha tersebut dapat berupa mencari sumber informasi, baik dari majalah kesehatan, media elektronik, ataupun dari petugas kesehatan.

Ditinjau dari segi usia, kelompok responden terbesar terdapat pada usia 50-59 tahun, yaitu 39,2%. Selebihnya berada pada kelompok usia 20-29 tahun sebesar 7,2%, usia 30-39 tahun sebesar 15,5%, usia 40-49 tahun sebesar 24,7%, usia 60-69 tahun sebesar 11,3%, dan usia 70-79 tahun sebesar 2,1%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita berdasarkan karakteristik kelompok usia diperoleh wanita berpengetahuan baik, sedang, dan kurang tentang mammografi terbanyak terdapat pada kelompok usia 50-59 tahun, yaitu secara berurutan 44%, 46,9%, dan 30%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, diperoleh wanita berpengetahuan baik, sedang, dan kurang tentang mammografi terbanyak terdapat pada kelompok tingkat pendidikan SMA, yaitu secara berurutan 60%, 37,5%, dan 37,5%.

Gambar

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Suku Responden
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data faktor resiko yang tercatat dalam penelitian menunjukkan kejadian tumor payudara terbanyak pada usia 41-50 tahun, pasien dengan suku batak merupakan kejadian terbanyak,

yang objektif, dengan desain cross sectional. Dalam hal ini, gambaran penelitian ini adalah prevalensi kanker payudara pada wanita di RSUP. Waktu dan Tempat Penelitian.

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 168 sampel, dengan jumlah sampel pada masing-masing kelompok sebanyak 84 sampel, yaitu pada kelompok persalinan pervaginam dan

 Terdapat hubungan psikopatologi pada perawat wanita usia perimenopause di. RSUP HAM Medan

bisa meningkatkan resiko sebanyak 22%, sementara wanita yang melahirkan pada usia muda resiko terkena karsinoma payudara adalah rendah, begitu juga untuk yang menyusukan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 30 sampel pasangan penderita stroke terdapat penyebaran pengetahuan tentang bagaimana penyakit stroke dima- na pasangan

Penelitian ini menggambarkan evaluasi penggunaan analgetika pada pasien yang menderita kanker sistem reproduksi wanita yang meliputi usia, stadium yang diderita, tingkat

6 Sejalan dengan penelitian Faisel tentang gambaran efek samping kemoterapi jenis sitostatika berbasis antrasiklin pada pasien kanker payudara di RSUD Dokter Soedarso