• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol Dalam Krim Pemutih Secara Spektrofotometri Ultraviolet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol Dalam Krim Pemutih Secara Spektrofotometri Ultraviolet"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR NIPAGIN DAN NIPASOL

DALAM KRIM PEMUTIH

SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

TUGAS AKHIR

OLEH:

NOVITA SYAHRIANI PANE NIM 102410058

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan

rahmat kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga penulis dapat

meyelesaikan tugas akhir dengan baik yang berjudul “Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol dalam Krim Pemutih Secara Spektrofotometri Ultraviolet”.

Tugas Akhir ini merupakan sebagai salah satu salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun

berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan.

Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada: Bapak Prof. Dr.

Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara, Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., sebagai Dosen Pembimbing

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan Tugas Akhir

ini, Ibu Dra. Masria Lasma Tambunan, M.Si., Apt., sebagai Dosen Pembimbing

Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III

Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi USU, Bapak Prof. Dr. Jansen

Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Ketua Program Studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan, Bapak. Drs. Rasmadin, M.S., Apt., sebagai Sekretaris

Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan, Bapak dan ibu Dosen

beserta seluruh staff program studi Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan

(4)

di Medan yang telah membantu selama melaksanakan PKL, Almarhum Ayahanda

Eddy Syahrial Pane dan Ibunda Suryaningsih, adik satu-satunya penulis Nindy

Syahfitri Pane beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dan Teman-teman

mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan angkatan 2010, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun

tidak mengurangi arti keberadaan bersama mereka.

Akhirnya, demi penyempurnaan Tugas Akhir ini penulis mengharapkan

kritik dan saran baik yang negativ maupun yang positif untuk kesempurnaan tugas

akhir ini. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2013

Penulis,

(5)

Content Determination of Nipagin and Nipasol In Whitening Cream Through Ultraviolet Spectrophotometry

ABSTRACT

Whitening cream is a cosmetic cream with its efficacy to help lighten skin or to treat dark spots on the skin. The usage of preservatives (nipagin and nipasol) in the cosmetics is very important to maintain the stability of its formulations by stopping the growth of microorganisms in term of its production and marketing. The objective Standardization the levels of Nipasol and nipagin contained in whitening cream through ultraviolet spectrophotometry is to find out whether the levels of nipagin and nipasol contained in Placenta Whitening Cream meets the requirements that set out in the MAPPOMN. This standardization through ultraviolet spectrophotometry took place in Cosmetics Laboratory Center for Drug and Food Medan. Placenta Whitening Cream that contained nipagin has been tested with the levels of 0.08% and 0.1% for nipasol. as the results obtained, Placenta Whitening Cream is eligible and meets the preservative levels, according to the MAPPOMN, which standardization level of nipagin and nipasol that allowed for Placenta Whitening Cream is 0.4%.

(6)

PENETAPAN KADAR NIPAGIN DAN NIPASOL DALAM KRIM PEMUTIH SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

ABSTRAK

Krim pemutih merupakan sediaan kosmetika dengan khasiat bisa memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Penggunaan pengawet (nipagin dan nipasol) dalam sediaan kosmetika sangat penting untuk menjaga kestabilan dari formulasi sediaan dengan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme selama produksi dan pemasaran. Penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim pemutih secara spektrofotometri ultraviolet bertujuan untuk mengetahui apakah kadar nipagin dan nipasol yang terdapat dalam Placenta Whitening Cream memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam MA PPOMN. Penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim pemutih secara spektrofotometri ultraviolet dilakukan di Laboratorium Kosmetika Balai Besar Obat dan Makanan kota Medan. Placenta Whitening Cream yang diuji mengandung nipagin dengan kadar 0,08% dan nipasol dengan kadar 0,1%. Dari hasil yang diperoleh, Placenta Whitening Cream memenuhi persyaratan kadar pengawet, sesuai dengan MA PPOMN, dimana rentang kadar nipagin dan nipasol yang diperbolehkan untuk

Placenta Whitening Cream yaitu˂ 0,4%.

(7)

DAFTAR ISI

2.1.3. Aktivitas Mikrobiologi Nipagin dan Nipasol …………. 4

(8)

2.3.3 Permasalahan dalam Sistem Emulsi ………. 7

2.4. Spektrofotometri ………. 8

2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Ultraviolet ……….. 8

2.4.2. Instrumen Spektrofotometri Ultraviolet ……… 9

BAB III METODE PENGUJIAN……….. 10

3.1 Tempat Pengujian ………...……….. 10

3.2 Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol dalam Krim Pemutih Secara Spektrofotometri UV ……….…..… 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 13

4.1 Hasil ………... 13

4.2 Pembahasan ……… 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 14

5.1 Kesimpulan ……….... 14

5.2 Saran ………..…… 14

DAFTAR PUSTAKA ……….…...…………. 15

(9)

Content Determination of Nipagin and Nipasol In Whitening Cream Through Ultraviolet Spectrophotometry

ABSTRACT

Whitening cream is a cosmetic cream with its efficacy to help lighten skin or to treat dark spots on the skin. The usage of preservatives (nipagin and nipasol) in the cosmetics is very important to maintain the stability of its formulations by stopping the growth of microorganisms in term of its production and marketing. The objective Standardization the levels of Nipasol and nipagin contained in whitening cream through ultraviolet spectrophotometry is to find out whether the levels of nipagin and nipasol contained in Placenta Whitening Cream meets the requirements that set out in the MAPPOMN. This standardization through ultraviolet spectrophotometry took place in Cosmetics Laboratory Center for Drug and Food Medan. Placenta Whitening Cream that contained nipagin has been tested with the levels of 0.08% and 0.1% for nipasol. as the results obtained, Placenta Whitening Cream is eligible and meets the preservative levels, according to the MAPPOMN, which standardization level of nipagin and nipasol that allowed for Placenta Whitening Cream is 0.4%.

(10)

PENETAPAN KADAR NIPAGIN DAN NIPASOL DALAM KRIM PEMUTIH SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

ABSTRAK

Krim pemutih merupakan sediaan kosmetika dengan khasiat bisa memutihkan kulit atau memucatkan noda hitam (coklat) pada kulit. Penggunaan pengawet (nipagin dan nipasol) dalam sediaan kosmetika sangat penting untuk menjaga kestabilan dari formulasi sediaan dengan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme selama produksi dan pemasaran. Penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim pemutih secara spektrofotometri ultraviolet bertujuan untuk mengetahui apakah kadar nipagin dan nipasol yang terdapat dalam Placenta Whitening Cream memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam MA PPOMN. Penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim pemutih secara spektrofotometri ultraviolet dilakukan di Laboratorium Kosmetika Balai Besar Obat dan Makanan kota Medan. Placenta Whitening Cream yang diuji mengandung nipagin dengan kadar 0,08% dan nipasol dengan kadar 0,1%. Dari hasil yang diperoleh, Placenta Whitening Cream memenuhi persyaratan kadar pengawet, sesuai dengan MA PPOMN, dimana rentang kadar nipagin dan nipasol yang diperbolehkan untuk

Placenta Whitening Cream yaitu˂ 0,4%.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan obat untuk digosokkan, dilekatkan,

dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam,

dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk

membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak

termasuk golongan obat. Banyak orang menganggap bahwa kosmetika tidak akan

menimbulkan hal-hal yang membahayakan manusia karena hanya ditempelkan

dibagian luar kulit. Pendapat ini ternyata salah karena ternyata kulit mampu

menyerap bahan yang melekat padanya (Wasitaatmadja, 1997).

Akhir-akhir ini krim pemutih merupakan sediaan kosmetika yang sangat

populer dimana banyak wanita Indonesia yang berlomba-lomba untuk memakai

krim pemutih. Sehingga konsumen harus berhati-hati dalam memilih krim

pemutih. Biasanya krim pemutih tidak lepas dari zat pengawet seperti nipagin dan

nipasol. Zat pengawet tersebut berguna untuk menjaga kestabilan suatu sediaan

kosmetika dan memiliki efek alergi pada kulit. Oleh karena itu judul tugas akhir

ini berjudul “Penetapan Kadar Nipagin Dan Nipasol Dalam Krim Pemutih Secara Spektrofotometri Ultraviolet”. Pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan

(12)

Analisis penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim pemutih

dilakukan dengan analisa kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan metode

kromatografi lapis tipis untuk memisahkan senyawa nipagin dan nipasol dalam

sediaan krim pemutih dan spektrofotometri ultraviolet untuk menentukan kadar

nipagin dan nipasol.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim

pemutih secara spektrofotometri ultraviolet adalah untuk mengetahui apakah

kadar nipagin dan nipasol memenuhi persyaratan kadar pengawet yang ditetapkan

dalam MA PPOMN.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam

krim pemutih adalah agar dapat mengetahui bahwa produk kosmetika yang

beredar dipasaran memenuhi persyaratan kadar pengawet sehingga produk

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengawet

Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam

jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat

bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba

sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

Kebanyakan pengawet lebih bersifat bakteriostatik daripada bakterisid,

dan merupakan golongan asam(asam parahidroksibenzoat, asam benzoat, asam

borat, asam sorbat, dan garam-garamnya) dan non asam/netral (klorobutanol,

benzyl alkhol, dan beta feniletil alkhol). Pengawet biasanya mengandung gugus

fungsi yang reaktif, yang memegang peran penting dalam aktivitas antimikroba

(Anwar,2012).

Pengawet harus mempunyai toksisitas rendah, stabil terhadap pemanasan

dan selama penyimpanan, dan efektif terhadap kontaminasi fungi, bakteri, dan

khamir (Anief, 2000).

Contoh pengawet yang biasa digunakan antaralain metil p-hidroksi

benzoat (Nipagin), propilen p-hidroksi benzoat (Nipasol), asam sorbat atau

garamnya, garam natrium benzoat dalam suasana asam, dan pengawet lain yang

(14)

2.1.1. Nipagin

Pemeriaan Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak

larut dalam air, dalam benzene dan karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol

dan dalam eter (Ditjen POM, 1994).

Methylparaben (Nipagin)

2.1.2. Nipasol

Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Kelarutan Sangat

sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam

air mendidih (Ditjen POM, 1994).

Propylparaben (Nipasol)

2.1.3. Aktivitas Mikrobiologi Nipagin dan Nipasol

Nipagin dan nipasol merupakan senyawa fenolik, stabil di udara, sensitif

terhadap pemaparan cahaya, tahan terhadap panas dan dingin termasuk uap

(15)

permebilitas membran sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat sistem

transport elekrolit yang lebih efektif terhadap kapang dan khamir dibandingkan

terhadap bakteri, serta lebih efektif menghambat bakteri Gram posistif

dibandingkan dengan bakteri Gram negativ (Ayahtullah, 2011).

2.1.3. Farmakologi Nipagin dan Nipasol

Paraben terabsorbsi dalam saluran cerna di mana rantai esternya

dihidrolisis dalam hati dan ginjal menghasilkan asam p-hidroksibenzoat yang

diekskresi melalui urine sebagai asam p-hidroksihipurat, ester asam glukoronat

atau sulfat. Pada beberapa orang menyebabkan efek alergi, terutama pada kulit

dan mulut(Ayahtullah, 2011).

2.2. Krim

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung air

tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim dibedakan dalam

dua tipe, krim tipe minyak-air dan krim tipe air-minyak. Penyimpanan dalam

wadah tertutup baik/tube, ditempat sejuk (Depkes RI, 1978).

Catatan:

1. Stabilitas

Krim rusak jika terganggu sistem campurannya terutama disebabkan karena

perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu

fase secara berlebihan/ pencampuran 2 tipe krim jika zat pengemulsinya tidak

tersatukan. Agar lebih stabil disamping zat pengawet, ditambahkan zat

(16)

0,12%-0,18% atau propilparaben 0,02%-0,15%. Untuk pembuatan krim digunakan air

yang telah dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.

2. Dianjurkan peracikannya secara aseptik.

3. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengenceran yang

cocok dan harus dilakukan secara aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus

digunakan dalam waktu 1 bulan.

4. Semua alat yang digunakan untuk pembuatan krim harus bersih dan sebelum

digunakan harus direbus dalam air dan kemudian didinginkan dan dikeringkan.

5. Jika krim diwadahkan dalam tube aluminium, tidak boleh digunakan zat

pengawet senyawa raksa organik.

6. Tube yang mudah berkarat bagian tube sebelah dalam harus terlebih dahulu

dilapisi dengan larutan damar dalam pelarut yang mudah menguap.

7. Pada etiket harus juga tertera: “Obat Luar”.

2.2.1. Sifat Krim

Sifat umum krim adalah mudah melekat pada permukaan tempat

pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau

dihilangkan. Krim juga dapat memberikan efek mengkilap, berminyak,

melembabkan, dan mudah tersebar merata (Anwar, 2012).

2.3. Emulsi

Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak

mau bercampur, biasanya air dan minyak dimana cairan satu terdispersi menjadi

(17)

2.3.1. Tipe Emulsi

Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes

minyak terdispresi ke dalam fase air, dan tipa A/M dimana fase intern adalah air

dan fase ekstern adalah minyak (Anief, 2007).

2.3.2. Penggunaan Emulsi

Emulsi digunakan untuk pemakaian dalam dan pemakaian luar. Pemakaian

dalam meliputi per-oral atau per-injeksi, sedangkan pemakaian luar digunakan

pada kulit atau membran mukosa seperti lotion, liniment, kream, dan salep (Anief,

1986).

2.3.3. Permasalahan dalam Sistem Emulsi (Krim)

Menurut Anwar (2007), Permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan

formulasi sediaan emulsi antara lain:

1. Pemilihan emulglator

Emulgator yang dipilih harus memenuhi persyaratan

- Dapat tercampurkan dengan bahan formulatif lain

- Tidak menggangu stabilitas atau efikasi dari zat terapeutik

- Harus stabil

- Harus tidak toksik pada pada penggunaan yang dimaksud jumlahnya

- Harus berbau, berasa, dan berwarna lemah

2. Mendapatkan konsistensi yang tepat

Konsistensi suatu sediaan emulsi kadang-kadang tidak sesuai dengan apa

yang diharapkan. Untuk meningkatkan konsistensi emulsi cair dapat dilakukan:

(18)

- meningkatkan persentase volume fase terdispersi.

- memperkecil ukuran partikel, meningkatkan homogenitas

- menambah jumlah emulgator

- menambah pengental atau emulgator hidrofob

- Persiapan mengatasi kemungkinan terjadinya oksidasi atau reaksi mikrobiologi

(pemilihan antioksidan dan pengawet yang cocok).

- Cara pembuatan, termasuk alat yang digunakan

- Pemilihan wadah.

2.4. Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 2003).

Metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menetapkan kadar

sediaan dalam jumlah yang cukup banyak.

2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Ultraviolet

Menurut Rohman (2012), Terdapat berbagai faktor yang mengatur

pengukuran serapan UV yakni:

1. Adanya gugus penyerap (kromofor)

Kromofor merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa organik

(19)

2. Pengaruh pelarut

Spketrum serapan UV senyawa-senyawa sediaan sebagian tergantung pada

pelarut yang digunakan untuk melarutkan sediaan. Suatu senyawa dapat menyerap

sinar UV dalam jumlah yang maksimal disatu pelarut dan akan meyerap secara

minimal dipelarut yang lain.

3. Pengaruh Suhu

Suhu rendah menawarkan pita serapan senyawa-senyawa obat yang lebih

tajam dibandingkan suhu kamar.

4. Ion-ion anorganik

5. Pengaruh Ph

pH pelarut dalam mana solut terlarut didalamnya dapat mempunyai suatu

pengaruh yang penting dalam spektrum.

2.4.2. Instrumentasi Spektrofotometri Ultraviolet

Komponen-komponen sederhana spektrofotometer ultraviolet meliputi:

1. Sumber sinar

Untuk senyawa-senyawa yang menyerap dispektrum daerah ultraviolet,

digunakan lampu deuterium. Deuterium merupakan salah satu isotop hydrogen,

yang mempunyai satu netron lebih banyak dibanding hydrogen biasa dalam inti

atomnya. Suatu lampu deuterium merupakan sumber energi tinggi yang

mengemisikan sinar pada panjang gelombang 200-370 nm dan digunakan untuk

(20)

2.Monokromator

Pada kebanyakan pengukuran kuantitatif, sinar harus bersifat

monokromatik, yakni sinar dengan satu panjang gelombang tertentu. Hal ini

dicapai dengan melewatkan sinar polikromatik (yakni sinar dengan beberapa

panjang gelombang) melalui suatu monokromator.

3. Detektor

Setelah sinar melalui sampel, maka penurunan intensitas apapun yang

(21)

BAB III

METODELOGI PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian penetapan kadar nipagin dan nipasol pada krim pemutih

dilakukan di Laboratorium Kosmetika Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

(BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2

Medan.

3.2 Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol pada Krim Pemutih Secara Spektrofotometri Ultraviolet.

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah spatula, timbangan analitik (Analitic Balance

Digital Precisa XB 220 A), Alat Spektrofotometri UV (Shimadzu UV 1800) , Plat

Kaca KLT (Silica Gel GF 254), string, chamber dan Sinar UV 254nm.

Bahan yang digunakan adalah Placenta Whitening Cream, kertas saring,

etanol, toluen, dan asam asetat glasial.

b. Prosedur

Prosedur yang digunakan adalah prosedur yang diterapkan di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

1. Larutan Uji

Sejumlah cuplikan setara dengan 10 mg metil paraben ditimbang seksama,

dimasukkan kedalam gelas piala 25 ml, ditambah 5 ml etanol 96%, diaduk.

Dituangkan kedalam labu tentukur diencerkan dengan etanol 96% hingga tanda,

(22)

2. Baku

Sejumlah lebih kurang 10 mg metil paraben BPFI ditimbang seksama,

dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, ditambah etanol 96% hingga tanda,

dikocok (B).

3. Cara Pemisahan

Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah dan dilakukan KLT sebagai

berikut :

Fase Diam : Silika gel GF 254, tebal 0,25 mm.

Fase Gerak : Toluen – Asam Asetat Glasial (80 : 20)

Penjenuhan : Dengan kertas saring

Volume Penotolan : Larutan A dan B masing-masing 50 µl.

Jarak Rambat : 15 cm

Penampak Bercak : Cahaya UV 254 nm.

4. Cara Penetapan

Bercak A dan B yang memiliki harga Rf sama, ditandai dan dikerok. Hasil

kerokan bercak A dan B dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dilarutkan

dengan etanol 96% hingga garis tanda, dikocok dan disaring. Dibuat larutan

blanko dengan cara yang sama dari hasil kerokan lapis tinggi yang tidak ada

bercak pada Rf yang sama sebanyak lebih kurang 5 m dengan kerokkan bercak.

Larutan bercak A dan B masing-masing diukur pada panjang gelombang serapan

maks ± 257 nm.

(23)

Au : Serapan larutan uji (Larutan bercak A)

Ab : Serapan larutan baku (Larutan bercak B)

Bu : Bobot cuplikan yang ditimbang

Bb : Bobot baku

Fu : Faktor pengencer larutan uji

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada percobaan penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim pemutih

secara spektrofotometri ultraviolet, diketahui bahwa Placenta Whitening Cream

yang diuji mengandung nipagin dengan kadar 0,08% dan mengandung nipasol

dengan kadar 0,1%. Contoh perhitungan hasil pengujian dapat dilihat pada

lampiran.

4.2 Pembahasan

Placenta Whitening Cream yang diuji memenuhi persyaratan kadar

pengawet, karena menurut MA PPOMN rentang kadar nipagin dan nipasol yang

diperbolehkan untuk krim pemutih adalah maksimal 0,4% (MA PPOM, 2001).

Pengawet yang ideal di samping efektif mencegah kontaminasi berbagai

mikroorganisme, juga stabil, cocok dengan bahan lain dalam suatu produk,

non-toksik dan tidak menimbulkan iritasi maupun sensitisasi. Penggunaan

metilparaben dan propilparaben masih menuai kontroversi, karena sebagian ahli

menganggap zat ini aman dipakai dan sebagian lagi menganggap dapat memicu

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam krim

pemutih secara spektrofotometri ultraviolet, diketahui bahwa Placenta Whitening

Cream yang diuji mengandung nipagin 0,08% dan nipasol dengan kadar 0,1%,

Placenta Whitening Cream yang diuji memenuhi persyaratan kadar pengawet

karena menurut MA PPOMN rentang kadar pengawet yang diperbolehkan untuk

krim pemutih adalah maksimal 0,4%.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penetapan kadar

nipagin dan nipasol pada krim lain misalnya krim pendingin, krim malam, dan

krim gizi. Sebaiknya dilakukan uji parameter krim lainnya, seperti organoleptis,

uji merkuri, uji hidrokinon, uji asam retinoat, dan pH. Jenis pengujian ini sangat

dibutuhkan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu produk untuk digunakan

bagi masyarakat serta Placenta Whitening Cream yang dihasilkan dapat menjadi

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1986). Ilmu Farmasi. Yogyakarta: Gahlia Indonesia. Hal. 95.

Anief, M. (2000). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 116, 156.

Anwar, E. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal. 178, 228.

Ayahtullah, S. (2011). Mari Mengenal Nipagin dan Nipasol.

http:www.blogspot/2012/12/mari mengenal-nipagin-dan-nipasol. Tgl 2 Maret 2013.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 626, 823.

Ditjen POM. (1978). Formularium Nasional. Edisi II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Khopkar, M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik.. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 215.

MAPPOMN. (2001). Penetapan Kadar Metil Paraben dalam Lotion Tangan dan Badan Secara Spektrofotometri. MA 13/KO/01. Jakarta: Penerbit Badan POM. Hal. 178-179.

MAPPOMN. (2001). Penetapan Kadar Propil Paraben dalam Lotion Tangan dan Badan Secara Spektrofotometri. MA 16/KO/01. Jakarta: Penerbit Badan POM. Hal. 184-185.

Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 69, 83.

(27)

Lampiran

Identifikasi Nipagin dan Nipasol Secara Kromatografi Lapis Tipis

Harga Rf baku Nipagin =

Harga Rf baku Nipasol =

Nipagin

-Harga Rf sampel I =

-Harga Rf sampel II =

Nipasol

-Harga Rf sampel I =

-Harga Rf sampel II =

Penetapan Kadar Nipagin dan Nipasol Dalam Krim Pemutih Secara Spektrofotometri Ultraviolet

Nama contoh : Placenta Whitening Cream

No. Kode contoh : 0031/D-1/Kos/13

Wadah/kemasan :Plat Plastik/20 g

Pabrik : PT. Saprindo Mustika Tangerang-Jakarta

Komposisi : Water, Glycerin monostearat, Isopropyl Myristate, Cetyl

alcohol, stearic acid, Niacinamide, arbutin, Tocopherol,

Glycine Soja, Methyparaben, Propylparaben

Waktu daluarsa : Juni 2014

No. Reg. : NA18111900046

(28)

Rasa : -

Warna : Putih

Bau : Harum

Penimbangan

Data penimbangan baku pembanding

-Nipagin

Bobot wadah kosong : 9,984 mg

Bobot wadah + cuplikan : 19,945 mg

Wadah + sisa : 10,016 mg

-Nipasol

Bobot wadah kosong : 9,614 mg

Bobot wadah + cuplikan : 21,862 mg

Wadah + sisa : 10,300 mg

Data Penimbangan Sampel

-Sampel I

Bobot wadah kosong : 33,6533 gram

Bobot wadah + cuplikan : 44,7016 gram

Bobot cuplikan : 11,0483 gram

-Sampel II

Bobot wadah kosong : 33,6453 gram

Bobot wadah + cuplikan : 44,6464 gram

(29)

Perhitungan -Nipagin

Kadar 1 =

=

= 0,08 %

kadar 2 =

=

= 0,08 %

Kadar rata-rata = 0,08%

-Nipasol

Kadar 1 =

=

= 0,1 %

kadar 2 =

=

= 0,1 %

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penetapan kadar secara spektrofotometri ultraviolet, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua sampel tablet Furosemida yaitu K 1 = 95,99% dan K 2 = 100.48% dalam hal

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet karena pada hasil uji validasi, metode ini menunjukkan akurasi dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penetapan kadar residu pada daging ayam pedaging dapat dilakukan dengan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui apakah kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam campuran dapat ditentukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan

Salah satu metode yang sering digunakan untuk penetapan kadar obat adalah.

Penetapan kadar domperidone dalam sediaan tablet dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol dan diukur serapannya pada panjang gelombang 286 nm.. Kadar

Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui apakah kadar hidrokortison asetat dan kloramfenikol dalam campuran dapat ditentukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar Bromheksin HCl dalam sediaan tablet dan metode ini memenuhi uji validasi dengan parameter akurasi