• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Bertempat Tinggal Terpisah “ (Studi Kasus pada Karyawan PT Domas Agrointi Prima di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Bertempat Tinggal Terpisah “ (Studi Kasus pada Karyawan PT Domas Agrointi Prima di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan

Suami Istri yang Bertempat Tinggal Terpisah

(Studi Kasus Pada Karyawan PT. Domas Agrointi Prima di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara)

SKRIPSI

Oleh :

Penggie Maylan

Nim : 050901008

Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Studi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(2)

ABSTRAK

Dengan didasari oleh pemikiran bahwa realitas yang ada dimasyarakat saat ini tidak jarang ditemui pasangan suami istri yang tinggal terpisah karena pekerjaan, dan faktanya menunjukkan bahwa mereka pasangan suami istri yang tinggal terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama namun tetap dapat mempertahankan keutuhan keluarganya. Lalu muncul pertanyaan dari peneliti yaitu faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi (keutuhan) keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah yaitu dengan melihat dua faktor yaitu yang pertama, interaksi antara pasangan suami istri dan interaksi ayah dengan anak dan yang kedua, pemenuhan fungsi-fungsi keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini berlokasi di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 6 pasangan suami istri, 3 orang anak dan 1 orang yang mengerti tentang pernikahan yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dengan judul “ Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Bertempat Tinggal Terpisah “ (Studi Kasus pada Karyawan PT Domas Agrointi Prima di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara). Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta penulis, Suyono Tauhid dan Haryati terimah kasih atas semua kasih sayang, doa, pengertian, pengorbanan yang tulus, dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa ada campur tangan dari semua pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Bapak Drs. Muba Somanihuruk, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis, yang membimbing penulis dengan penuh kesabaran sampai pada penyelesaian skripsi ini. Dimana dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan berupa saran bagi penulisan skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi selama penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU.

6. Buat Adik-adikku tercinta, Yessie Anggrian, Dodie Andrian dan Habib Ramadhan, terimah kasih selama ini uda bantuin kakak dan doain kakak.

7. Buat kekasih hati tercinta Gusti Vitra S.Si yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan semangat kepada penulis. Terimah kasih ya sayang buat bantuan, dukungan dan doanya selama ini. Semoga saja kebersamaan kita untuk selamanya, amin.

8. Buat sahabat-sahabatku, teman seperjuangan dari awal kuliah hingga saat ini dan untuk selamanya, Novi Khairani, Irdha Septimura, Ita Mutia, Riana Ningrum, Syafrianti Mailina Sari, Tiyara Larasati, Yuswaniati Ramadhani, Ade Rahma Ayu, Yosi. Terimah kasih buat dukungan, semangat dan waktu yang kalian berikan. Temen-temen 05 yang lain cen-cen, katub, nova, nina, panca, eko, ayu, sari, riska, dan semua temen-temen satu angkatan (05) semoga aja kita akan selalu berteman dan tidak saling melupakan.

(5)

dalam penulisan skripsi ini. Gak lupa buat temen-temen yang sangat kusayang buat ana, nona, kak indah, kak yuni, kak idar, yang banyak memberikan canda tawa yang tak kan pernah terlupakan. Aku kangen kebersamaan kita dulu yang selalu buat aku seneng…

10.Buat dedi dan hendra thanks banget uda mau nganterin penulis kesana kemari dalam penulisan skripsi ini.

11.Kepada semua informan dalam penelitian ini, terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.

12.Kepada semua pihak yang turut membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 25 Februari 2010

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5 Definisi Konsep ... 8

BAB II. TINJAUAN PISTAKA ... 10

2.1 Interaksi Sosial ... 10

2.2 Komunikasi ... 12

2.3 Strategi Bertahan Keluarga yang Hidup Terpisah dalam Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga ... 14

2.4 Fungsi – Fungsi Keluarga ... 18

2.4.1 Fungsi Biologis ... 18

2.4.2 Fungsi Afeksi ... 19

2.4.3 Fungsi Sosialisasi ... 19

2.4.4 Fungsi Ekonomi ... 20

2.4.5 Fungsi Perlindungan ... 20

2.4.6 Fungsi Pendidikan ... 20

2.4.7 Fungsi Agama ... 21

(7)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5 Interpretasi Data ... 26

3.6 Jadwal Kegiatan ... 27

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN ... 29

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Sejarah Singkat ... 29

4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Wilayah ... 30

4.1.3 Komposisi Penduduk ... 31

4.1.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 31

4.1.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 32

4.1.3.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.... ... 32

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 33

4.1.4.1 Sarana Kesehatan ... 33

4.1.4.2 Sarana Ibadah ... 34

4.1.4.3 Sarana Pendidikan ... 34

4.2 Interpretasi Data ... 34

4.2.1 Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 34

4.2.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkab Pasangan Suami Istri Tinggal Terpisah... 37

4.2.2.1 Faktor Pekerjaan ... 37

4.2.2.2 Faktor Ekonomi ... 38

4.2.2.3 Pendidikan Anak yang Lebih Berkualitas di Kota ... 39

(8)

Keutuhan Keluarga pada Pasangan Suami Istri

yang Tinggal Terpisah ... 41

4.3.1 Interaksi Antara Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 41

4.3.2 Interaksi Antara Ayah (sebagai pihak terpisah) dengan Anak ... 45

4.3.3 Pemenuhan Fungsi – Fungsi Keluarga Pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 47

4.2.3.1 Fungsi Afeksi ... 49

4.2.3.2 Fungsi Biologis ... 51

4.2.3.3 Fungsi Ekonomi ... 52

4.2.3.4 Fungsi Pendidikan ... 53

4.2.3.5 Fungsi Sosialisasi ... 55

4.2.3.6 Fungsi Agama ... 56

4.2.3.7 Fungsi Perlindungan ... 57

4.2.3.8 Fungsi Rekreasi ... 58

4.4 Orientasi Keluarga ... 59

4.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Ketahanan Keluarga ... 62

4.5.1 Faktor - Faktor yang Memperkuat Ketahanan Keluarga... 62

4.6 Masalah-Masalah yang Muncul pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 63

4.6.1 Perselingkuhan ... 64

4.6.2 Tidak Menjaga Ikatan Suci Pernikahan ... ... 71

4.6.3 Tidak Adanya Komunikasi Antara Ayah dan Anak ... 72

4.6.4 Rasa Khawatir Ketika Anak Sedang Sakit ... ... 73

4.6.5 Timbulnya Prasangka Negatif Terhadap Pasangan Suami Istri ... 75

4.6.6 Keuangan Rumahtangga yang tidak Terkontrol .... ... 76

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82 5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 86

(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa Lalang……… 33

2. Tebel 4.2 Persentase Penduduk Menurut Jnis Kelamin………. 34

3. Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Agama……….. 34

4. Tabel 4.4 Persentase Mata Pencaharian Penduduk……… 35

5. Tabel 4.5 Persentase Tingkat Pendidikan……….. 36

6. Tabel 4.6 Sarana Ibadah……….. 37

7. Tabel 4.7 Sarana Kesehatan……….. 37

8. Tabel 4.8 Sarana Pendidikan………. 37

9. Tabel 4.9 Hubungan Suami Dengan Istri………. 47

10.Tabel 4.10 Hubungan Ayah dengan Anak……….. 51

11.Tabel 4.12 Pemenuhan Fungsi Afeksi……….. 54

12.Tabel 4.13 Pemenuhan Fungsi Biologis ……… 60

13.Tabel 4.14 Pemenuhan Fungsi Ekonomi……….. 62

14.Tabel 4.15 Pemenuhan Fungsi Pendidikan……….. 64

15.Tabel 4.16 Pemenuhan Fungsi Sosialisasi……… 66

16.Tabel 4.17 Pemenuhan Fungsi Agama……….. 68

17.Tabel 4.18 Pemenuhan Fungsi Perlindungan………... 70

(11)

ABSTRAK

Dengan didasari oleh pemikiran bahwa realitas yang ada dimasyarakat saat ini tidak jarang ditemui pasangan suami istri yang tinggal terpisah karena pekerjaan, dan faktanya menunjukkan bahwa mereka pasangan suami istri yang tinggal terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama namun tetap dapat mempertahankan keutuhan keluarganya. Lalu muncul pertanyaan dari peneliti yaitu faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi (keutuhan) keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah yaitu dengan melihat dua faktor yaitu yang pertama, interaksi antara pasangan suami istri dan interaksi ayah dengan anak dan yang kedua, pemenuhan fungsi-fungsi keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini berlokasi di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 6 pasangan suami istri, 3 orang anak dan 1 orang yang mengerti tentang pernikahan yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

(12)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga sebagai sebuah institusi sosial sesungguhnya memainkan peranan yang besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga merupakan institusi sosial pertama dan utama yang akan melahirkan satu generasi yang baru atau justru relatif sama dengan generasi sebelumnya.

Perkawinan yang sah, baik menurut agama maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku merupakan wadah kehidupan berkeluarga. Dari sini akan tercipta kehidupan yang harmonis, tentram, sejahtera lahir batin yang didambakan oleh setiap insan manusia. Namun dalam perjalanannya, kondisi keluarga tidak selalu seperti yang diharapkan, goncangan atau kekacauan dalam keluarga dapat saja terjadi setiap saat. Ketika goncangan atau kekacauan telah melanda keluarga, mengindikasikan bahwa ketahanan keluarga mulai dan sedang teruji. Dalam menghadapi kekacauan ini ada keluarga yang bisa bertahan dan ada juga keluarga yang menjadi berantakan (disorganisasi), perkawinan berujung pada perceraian.

(13)

masalah-masalah yang terjadi tersebut sebagian besar pelakunya dari keluarga-keluarga yang mengalami krisis bahkan disorganisasi.(Forum Heds, 2007 : 165)

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dan masyarakatnya masih banyak yang hidup dalam kemiskinan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan salah satunya adalah minimnya lapangan pekerjaan, sehingga menyebabkan banyaknya pengangguran. Banyak orang-orang desa yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan, tetapi sesampai di kota bukan pekerjaan yang didapat tetapi malah merasa kesulitan hidup di kota karena biaya hidup yang tinggi. Ini terjadi karena adanya kompetisi yang kuat terhadap orang-orang kota yang pada umunya adalah berpendidikan tinggi.

(14)

memilih untuk bekerja karena adanya keinginan meniti karir untuk menuju kesuksesan demi masa depan anak-anak mereka untuk suatu pendidikan tinggi dan kehidupan yang layak, dengan adanya komitmen untuk sama-sama bekerja, terkadang ada suatu keputusan yang harus diambil yaitu hidup terpisah.

Satu hal yang semakin sering dirasakan oleh banyak keluarga sekarang adalah bahwa perbedaan pendapat dan kepentingan dalam keluarga sulit dicari titik temunya, sehingga pada gilirannya muncul pertanyaan tentang keberadaan dan keberlakuan fungsi-fungsi ideal keluarga. Terlebih ketika dalam realitas dapat dilihat terdapat kecenderungan baru suami-istri tinggal secara terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama. Adapun yang menjadi alasan pasangan suami istri bertempat tinggal terpisah karena masalah pekerjaan. Suami dan istri sama-sama bekerja di daerah yang berbeda, sehingga mereka memutuskan untuk bertempat tingal terpisah demi kelangsungan hidup yang lebih memadai dan terpenuhinya kebutuhan ekonomi. Selain karena masalah pekerjaan masih banyak penyebab lainnya pasangan suami istri memilih tinggal secara terpisah, misalkan saja karena pemindahan kerja dari pihak suami dan juga permasalahan-permasalahan lainnya. Biasanya mereka yang hidup dalam suatu keluarga yang bertempat tinggal secara berjauhan akan memiliki intensitas bertemu secara langsung (face to face) secara terbatas dan berbeda di setiap keluarga yang memiliki kasus sama. Ada keluarga yang menyempatkan waktu seminggu sekali untuk berkumpul dengan keluarga dirumah, dan ada juga yang memiliki intensitas bertemu hanya sebulan sekali, tergantung jarak yang memisahkan dan juga kendala-kendala lain misalnya: faktor ekonomi.

(15)

Kabupaten Batu Bara yang baru pemekaran menjadikan belum adanya kantor Pengadilan Agama secara resmi di Kabupaten Batu Bara. Dari data yang tertulis bahwa data perceraian di Kabupaten Asahan maupun Kabupaten Batu Bara mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 321 kasus perceraian , di tahun 2007 tercatat 389 kasus dan di tahun 2008 sebanyak 478 kasus. Di tahun 2008 kasus terbanyak dikarenakan adanya kehadiran orang ketiga yaitu sebanyak 147 kasus, karena factor ekonomi sebanyak 84 kasus, poligami 5 kasus, ketidakharmonisan dalam rumah tangga 107 kasus, dan tidak adanya tanggung jawab sebanyak 135 kasus.

Menurut data yang ada diatas, dapat diketahui bahwa pranata keluarga saat ini cenderung lemah dan sulit untuk dapat mempertahanka keluarga, ditambah lagi karena kehadiran orang ketiga menjadi pemicu terbanyak terjadinya kasus perceraian. Hal ini dapat dijadikan suatu peringatan bagi setiap keluarga untuk selalu waspada akan adanya kehadiran orang ketiga karena perceraian itu adalah ibaratkan momok yang menakutkan yang dapat mengahancurkan kehidupan seseorang, betapa tidak bila seseorang harus kehilangan orang-orang yang di sayangi dan itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi.

Adapun yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian, berdasarkan hasil penelitian Nunung Rodliyah, diidentifikasi ada 5 kategori faktor penyebab, antara lain :

1. Faktor moral yang meliputi poligami tak sehat, krisis akhlak, dan cemburu

2. Faktor meningggalkan kewajiban meliputi factor ekonomi dan factor tidak ada tanggung jawab

(16)

4. Faktor cacat biologis.

5. Faktor terus menerus berselisih, meliputi karena adanya gangguan pihak ketiga dan karena tidak ada keharmonisan (Forum Heds, 2007 : 167)

Dalam masyarakat industri, kecenderungan pasangan suami-istri yang sama-sama bekerja dan bertempat tinggal terpisah dalam waktu tertentu adalah sebuah trend yang sudah umum dan tidak menjadi masalah bahkan berdampak positif bagi kemandirian anak karena didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti alat telekomunikasi dan transportasi. Sebaliknya, menjadi hal yang patut dipertanyakan ketika trend itu melanda masyarakat yang masih dalam taraf peralihan, dimana kondisi sarana

dan prasarana komunikasi dan transportasi relatif terbatas dan dengan biaya yang tak seimbang dengan tingkat penghasilan. Kondisi demikian kemungkinan besar akan memberikan implikasi-implikasi tertentu yang berkaitan dengan bagaimana mereka memenuhi fungsi-fungsi keluarga demi mempertahankan keutuhan keluarga.

Meskipun demikian, dalam masyarakat kita terdapat fakta yang menunjukan sebagian keluarga dengan pasangan suami-istri yang bertempat tinggal secara terpisah dalam waktu tertentu mereka bisa mempertahankan keluarga dan tidak menimbulkan atau mengalami penyimpangan-penyimpangan (krisis dan disorganisasi). Hal ini bisa terjadi karena diduga mereka memiliki konsep dan orientasi yang kuat tentang keluarga, dan memiliki strategi tersendiri untuk dapat mempertahankan keutuhan keluarga.

(17)

keluarga mereka. Hal ini dapat dilihat pada faktor yang mendukung pada keutuhan keluarga tersebut yaitu dengan adanya interaksi dan komunikasi yang baik dan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang dilakukan secara berhati-hati dan terperinci karena tidak dipungkiri bahwa keluarga yang hidup terpisah cenderung rentan terhadap terjadinya ketidakharmonisan dalam rumahtangga hingga dapat terjadinya perceraian.

Dalam penelitian ini ada beberapa alasan yang membuat peneliti merasa tertarik untuk mengangkat faktor-faktor yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah, yaitu dengan melihat interaksi antar pasangan maupun interaksi antara ayah (sebagai pihak terpisah) kepada anak dan bagaimana pasangan ini dapat memenuhi fungsi-fungsi keluarga dalam kondisi hidup terpisah. Sesuatu yang menarik dalam penelitian ini adalah suatu kehidupan dan pemandangan keluarga yang berbeda dari keluarga pada umumnya yaitu hidup terpisah, belum lagi dengan berbagai masalah yang dihadapi, seperti masalah cemburu dari pihak istri yang hidup jauh dari suami, perselingkuhan, tidak adanya interaksi dan komunikasi yang baik terhadap anak, hingga tidak adanya komitment untuk menjaga ikatan suci pernikahan dengan memberikan izin kepada masing-masing pasangan untuk melakukan perselingkuhan dengan dalih pasangan tidak mengetahui. Hal ini yang membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian, agar peneliti dapat mengetahui bagaimana pasangan suami istri yang tinggal terpisah dalam menghadapi berbagai masalah dan mempertahankan keutuhan keluarga.

(18)

namun juga sekaligus memberikan kontribusi dalam mencari alternatif jalan keluar atas permasalahan-permasalahan masyarakat yang diasumsikan bersumber dan berada dalam keluarga.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah?

2. Masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

(19)

bertempat tinggal terpisah. Yaitu melihat keutuhan hubungan pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah dengan melihat hubungan (interaksi) didalam keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah dan lebih memfokuskan pada pemenuhan fungsi-fungsi keluarga.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan dilapangan dalam meningkatkan daya, ktitis, dan analsis peneliti sehingga memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Dan khususnya penelitian ini dapat menjadi refrensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti berikutnya.

1.5 Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini, maka diberikan batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai, yaitu :

1. Kohesi

(20)

2. Pasangan Suami Istri

Pasangan suami istri adalah seorang laki-laki dan perempuan yang telah sah menikah menurut hukum dan agama. Pasangan suami istri dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang tinggal terpisah minimal satu tahun dan bertemu dalam waktu tertentu. 3. Keluarga

Keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan di ikat oleh perkawinan yang sah oleh negara atau lembaga norma (adat) serta ada hubungan darah atau adopsi. Keluarga dalam penelitian ini adalah suami yang bekerja di perusahaan PT. Argointi Prima yang hidup secara terpisah dengan istri dan anaknya.

4. Keutuhan keluarga

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi sosial

Manusia telah mempunyai naluri untuk melakukan interaksi dengan sesamanya semenjak dia dilahirkan didunia. Interaksi sesama manusia merupakan suatu kebutuhan, oleh karena itu dengan pemenuhan kebutuhan tersebut ia akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tanpa interaksi dengan manusia lain tidak akan dapat bertahan hidup. Adapaun ciri-ciri dari interaksi sosial adalah sebagai berikut :

a. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.

b. Adanya komunikasi antar para pelaku dengan menggunakan simbol-simbol. c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini, dan yang akan

datang, yang menetukan sifat dan aksi yang sedang berlangsung. d. Adanya suatu tujuan tertentu.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku, dan si penerima membalas aksi dan reaksi. Kontak sosial terbagi atas dua yaitu kontak primer yang berarti kontak langsung (bertemu) dan kontak sekunder yang berarti melalui perantara (melalui orang maupun alat komunikasi). Sedangkan komunikasidi dalam interkasi soaial ada dua yaitu komunikasi yang bersifat ngatif dan komunikasi yang bersifat negatif.

(22)

association) dan proses dissasosiatif (Process of dissociation). Proses assosiatif melingkupi kerja sama dan akomodasi yang semuanya itu merupakan bentuk usaha bagi indivdu atau kelompok dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses dissasoiatif melingkupi persaingan, kontrapensi, dan pertentangan atau konflik dimana kesemuanya itu merupakan suatu proses bagi individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan hidupnya.

(23)

2.2 Komunikasi

Komunikasi merupakan proses saling memberikan tafsiran kepada/dari prilaku pihak lain dan melalui tafsiran itu seseorang lalu mewujudkan prilaku sebagai raksi terhadap maksud/pesan yang ingin disampaikan oleh pihak lain. Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik ataupun perasaan. Selanjutnya, dari sini timbul sikap atau ungkapan perasaan, seperti senang, ragu-ragu, takut atau menolak, bersahabat dan sebagainya yang merupakan reaksi atau pesan yang diterima. Saat terjadi aksi dan reaksi itulah terjadi komunikasi. Komunikasi dapat dibedakan atas :

1. Komunikasi bersifat positif, bila masing-masing pihak saling meamahami maksud dan tujuan pihak lain.

2. Komunikasi bersifat negatif, jika kedua belah pihak tidak saling memahami maksud dan tujuan.

Dalam kehidupan bersama setiap individu dengan individu lainnya harus mengadakan komunikasi yang merupakan alat utama bagi sesama individu untuk saling kenal dan bekerja sama. Komunikasi terbagi dua macam yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung-face to face (tatap muka), secara tidak langsung (melalui perantara atau alat komunikasi lain).

(24)

Keluarga merupakan sistem sosial terkecil yang ada didalam masyarakat. Hal ini terjadi, sebab di dalam keluarga terjalin hubungan yang kontiniu dan penuh kekaraban, sehingga jika diantara anggota keluarga itu mengalami peristiwa tertentu maka, anggota keluarga yang lain biasanya ikut merasakan peristiwa itu.

Pria dan wanita yang mempunyai pribadi berbeda bila telah bersepakat menyatukan diri dalam perkawinan, maka sebaiknya mereka perlu terus berusaha untuk membangun suatu keluarga yang didambakan oleh kedua pihak. Dalam usaha untuk menjadi keluarga yang didambakan, maka mereka terus-menerus berusaha untuk saling melakukan penyesuaian diri, saling berkorban, saling mengerti, dan hal tersebut harus dihayati oleh suami dan istri secara baik.

(25)

2.3 Strategi Bertahan Keluarga yang Hidup Terpisah dalam Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga

Keluarga merupakan organisasi terkecil didalam masyarakat yang didalamnya memilki keterikatan tehadap nilai, norma, moral dan ha-hal lainnya yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga dalam mencapai suatu tujuan dalam keluarga yaitu menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia. Didalam menjalin hubungan, pasangan suami istri melakukan berbagai tindakan dalam mencapai tujuan tersebut.

Menurut Weber tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti sebjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. (Ritzer, 2002 : 38). Berdasarkan teori Weber tersebut bahwa tindakan-tindakan pasangan suami istri secara langsung juga akan mempengaruhi tindakan-tindakan dari anak-anak didalam keluarga, dimana setiap anak juga akan turut andil dalam mempertahankan keharmonisan keluarga mereka.

Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subjektif yang mngkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau nerupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau beberapa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.

(26)

1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja

diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

Ada dasar rasional tindakan sosial, Weber membedakannya kedalam empat tipe Jenis Ideal (ideal type) dari perilaku . Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah untuk dipahami.

1. Zwerk Rational (rasionalitas-tujuan)

Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Ketika seseorang mengarahkan pada satu nilai kebenaran hakiki cenderung sangat sedikit dipengaruhi oleh adanya konskuensi tindakan yang mungkin muncul.

2. Werkrational Action (rasionalitas-tujuan)

(27)

untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menetukan tujuan yang diinginkan.

3. Affectual Action (emosional-rasionalitas)

Tindakan yang dibuat-buat yang didominasi oleh perasaan dan emosi yaitu dipengaruhi kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional.

4. Traditional Action (adaptasi, kebiasaan bawah sadar)

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu. (Ritzer, 2002:40-41).

Talcot Parson menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Adanya individu sebagai aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi/situasional yang dapat membatasi

tindakannya dalam mencapai tujuannya.

5. Aktor berada dibawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan ide abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan. (Ritzer, 2002 : 48)

(28)

1. A- Adaptation (Adaptasi)

- Bahwa semua sistem sosial berawal dari hubungan dua orang sampai dengan sistem sosial yang lebih besar dan rumit.

- Harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dihadapinya baik itu lingkungan fisik dan sosial.

- Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras dan mungkin dapat diubah dari lingkungan.

- Juga dapat dilakukan proses transformasi aktif dari situasi itu, yakni menggunakan keadaan lingkungannya sebagai alat untuk mencapai tujuan. 2. G- Goal attainment (Pencapaian tujuan)

Tindakan diarahkan bukan untuk mencapai tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota sistem sosial.

3. I- Integration

Agar suatu sistem sosial dapat berfungsi secara efektif maka diperlukan adanya tindakan solidaritas diantara individu-individu terlibat. Masalah integrasi merujuk pada kebutuhan untuk menjamin ikatan emosional yang mampu menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dapat dikembangkan dan dipertahankan.

4. L – Latent Patent Maintanence (pemeliharaan pola-pola yang laten)

(29)

terhadap kelompok tetap utuh sehingga interaksi sistem dapat dilanjutkan bila dirasa perlu. (Ritzer, 2004 : 121).

2.3 Fungsi Keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan. Fungsi pokok keluarga :

2.3.1 Fungsi Biologis

Menurut Paul dalam (William, 1988 : 13)

Suami hendaknya mengisi tugas pernikahannya kepada istrinya dan juga istri terhadap suami. Jasmani istri bukan miliknya sendiri tapi juga milik suaminya. Dengan cara yang sama jasmani suami bukan hanya miliknya sendiri tapi juga dimiliki oleh istrinya.

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orangtua adalah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi ini juga mengalami perubahan, karena keluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a) Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota. b) Makin sulitnya fasilitas perumahan.

c) Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga.

d) Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitasnya. e) Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak. f) Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja diluar rumah.

(30)

2.3.2 Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih inilah lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan factor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin interpersonal, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga. Suasana afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial yang lain.

2.3.3 Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

Sementara itu, fungsi-fungsi sosial relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan, antara lain, fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan pemeliharaan anak, fungsi pendidikan dan agama, serta fungsi rekreasi. (Khaeruddin, 2002: 53-54).

(31)

2.3.4 Fungsi Ekonomi

Seiring dengan perubahan waktu dan pertumbuhan perusahaan mesin-mesin canggih, peran keluarga yang dulu sebagai lembaga ekonomi secara perlahan-lahan hilang. Bahkan keluarga yang ada pada mulanya disatukan dengan pekerjaan bertani, sekarang tidak lagi merupakan suatu unit yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri dalam rumah tangganya. Kebutuhan keluarga sudah tersedia di toko-toko, pasar, dan pabrik. Kebutuhan keluarga sudah tidak lagi disatukan oleh tugas bersama, karena anggota keluarga sudah bekerja secara terpisah. Oleh karena itu, fungsi ekonomi keluarga dalam pengertian produksi kebutuhan sehari-hari perlahan-lahan telah hilang. Kini, keluarga merupakan suatu kesatuan konsumsi ekonomis yang dipersatukan oleh persahabatan.

2.3.5 Fungsi Perlindungan (protektif)

Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya. Fungsi ini bertujuan untuk agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif.

Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologi bagi seluruh anggotanya. Sebagian masyarakat memandang bahwa serangan terhadap salah seorang anggota keluarganya berarti serangan bagi seluruh keluarga, dan semua anggota keluarga wajib membela atau membalaskan penghinaan itu.

2.3.6 Fungsi Pendidikan

(32)

Tanggung jawab keluarga untuk mendidik anak-anaknya sebagian besar atau bahkan mungkin seluruhnya telah diambil oleh lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Oleh karena itu, muncul fungsi laten pendidikan dalam masyarakat, yaitu melemahnya pengawasan dari orang tua. Otoritas orang tua terhadap anak dikurangi oleh sekolah. Bahkan, tidak jarang seorang anak menemukan nilai baru yang sangat bertentangan dengan nilai orang tuanya.

2.3.7 Fungsi Agama

Fungsi agama dalam keluarga merupakan salah satu indikator keluarga sejahtera. Dalam UU Nomor 10 tahun 1922 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebutkan bahwa agama berperan penting dalam mewujudkan keluarga sejahtera. Dalam ketentuan umum kedua peraturan perundang-undangan itu dinyatakan bahwa “keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi dan seimbang antara anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

2.3.8 Fungsi Rekreasi

(33)

Sebuah institusi keluarga dapat mempertahankan keutuhan keluarganya, apabila fungsi-fungsi keluarga dapat terpenuhi dan bejalan dengan baik. Baik itu fungsi pokok yaitu fungsi biologis, fungsi afeksi, fungsi sosialisasi maupun fungsi sosial yaitu fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan pemeliharaan anak, fungsi pendidikan dan agama, serta fungsi rekreasi. Apabila fungsi-fungsi keluarga tersebut tidak terpenuhi atau tidak berjalan dengan baik, maka memungkinkan terjadi kegoncangan dalam keluarga. Sehingga fungsi keluarga merupakan tonggak dari ketahanan suatu keluarga. Di dalam suatu keluarga terutama suami dan istri sebagai orang tua tidak selamanya mampu menjalankan peran fungsi keluarga. Hal ini disebabkan karena adanya pemicu konflik yang mempengaruhi keharmonisan rumah keluarga tersebut antara lain :

a. Tidak adanya tanggung jawab suami, dalam hal kebutuhan ekonomi.

b. Adanya perselingkuhan baik yang dilakukan oleh pihak suami maupun istri. c. Berbeda prinsip dalam mengarungi bahtera rumah tangga seperti masalah anak,

masalah pekerjaan dan lain-lain.

d. Biologis adalah keadaan suami atau istri yang tidak mempunyai kemampuan jasmani untuk membina perkawinan yang bahagia, seperti sakit, impoten atau mandul.

e. Suami ingin menikah lagi dengan orang lain, yang lebih dikenal dengan istilah poligami/dimadu. (Harmoni Sosial. 2007: 61)

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus.. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku, sehingga dapat diamati dan di analisis. Berkenaan dengan penelitian ini akan menjelaskan dan menggambarkan sesuai dengan data yang didapatkan dilokasi penelitian.

Studi kasus (Case Study) merupakan suatu penelitian yang penelaahannya kepada suatu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan konfeherensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat-sifat kasus diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. (Sanapiah Faisal, 2007: 22)

3.2 Lokasi penelitian

(35)

hubungan pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah dalam mempertahankan keutuhan keluarga dengan melihat interaksi pasangan suami istri yang tinggal terpisah dan lebih memfokuskan pada pemenuhan fungsi-fungsi keluarga dan tidak terlepas didalamnya mengungkap permasalahan yang dihadapai sampai kepada faktor-faktor yang mendukung pada ketahanan keluarga.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah:

a. Informan kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang bertempat tingga l terpisah. Penelitian ini memfokuskan pada kasus pasangan suami istri khususnya pada suami yang bekerja di perusahaan PT. Domas Agrointi Prima. Selain suami, istri juga dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan bahwa suami dan istri adalah inti dari penelitian ini. Adapun kriteria untuk dapat menjadi informan kunci adalah sebagai berikut :

• Telah tinggal terpisah minimal satu tahun • Memiliki anak

• Bertemu dalam waktu tertentu. Misalkan : seminggu sekali atau sebulan sekali

b. Informan biasa

(36)

tertentu yaitu berusia di atas 10 tahun. Tidak menutup kemungkinan akan ada informan baru yaitu orang-orang yang mengerti dan memahami tentang pernikahan dan permasalahan didalamnya yang terkait dalam instansi tertentu, yaitu orang yang bekerja di KUA (kantor urusan agama). Karena hal ini dianggap dapat membantu melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sember data di lokasi penelitian atau objek penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah dengan cara :

Observasi Langsung

(37)

yakni interaksi antara suami dan istri, dan suami dengan anak. Interaksi yang terjadi dapat di amati secara langsung (ketika keluarga lagi berkumpul) ataupun secara tidak langsung misalkan melalui media telepon.

Wawancara mendalam (depht interview)

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau koesioner lisan, adalah

sebuah dialog yang dlakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002 : 132). Wawancara mendalan (depht interview) yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan (interview guide) kepada informan yang telah ditentukan. Wawancara dilakukan dengan proses tanya jawab secara langsung dengan informan mengenai pemenuhan fungsi-fungsi keluarga dalam konteks mempertahankan keutuhan keluarga demi menuju keluarga yang harmonis.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder ini dperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca referensi-referensi penelitian terdahulu, buku-buku, jurnal, majalah surat kabar, internet, maupun media cetak dan media elektronik lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

(38)

dengan permasalahan yang telah ditetapkan, lalu data dipisahkan secara kategorial dan dicari hubungan yang muncul dari data, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu analisis yang baik yang dapat mengungkapkan permasalahan dari penelitian yang dilakukan. Sedangkan hasil observasi akan diuraikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh untuk diinterpretasikan untuk menggambarkan dengan jelas keadaan yang ada.

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi X

2 Acc Judul X

3 Penyusunan Proposal X 4 Seminar Proposal X 5 Revisi Proposal X 6 Penyerahan Hasil Seminar X 7 Operasional Penelitian X

8 Bimbingan X X

9 Penulisan Laporan Akhir X

10 Sidang X

3.7 Keterbatasan Penelitian

(39)

penulisan skripsi ini memiliki berbagai kekurangan serta memberikan sebuah keraguan data dari kesempurnaan data yang diharapkan. Terlepas dari kemampuan personal, kesempurnaan data adalah harapan yang sangat diidamkan oleh para peneliti. Melalui kavalidan sebuah data baik dalam bentuk penelitian maupun bentuk lainnya akan memberikan relevansi positif didalam penulisan laporannya, sehingga data yang akurat tersebut akan memberikan kesimpulan yang akurat pula.

Didalam penelitian ini tentunya keraguan akan data yang didapatkan dari lapangan tidak menutup kemungkinan, adapun hal-hal yang menciptakan kondisi yang sedemikian adalah sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan waktu dan jarak yang ditempuh cukup jauh ketika harus mewawancarai pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Hal ini dikarenakan suami istri yang tinggal secara berbeda antara suami dan istri sehingga peneliti melakukan penelitian dengan masing-masing informan yaitu suami dan istri. 2. Faktor kedekatan personal dengan informan sangat berjarak, jadi timbul trust atau

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat

Desa Lalang adalah desa yang terletak di kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara. Kecamatan dahulu desa ini bernama kampung Modang. Modang adalah pokok kayu yang sangat tinggi dan menuru warga, pokok kayu tersebut berada dibelakang Balai desa lama di daerah dusun Bambu. Dinamakan desa modang alasannya karena dekat pekan Rabu dan disana ada pohon kayu yang sangat besar dan tinggi, dari jauh kita pun kita dapat melihatnya. Di desa Modang pada zaman penjajah Belanda pada tahun 1927 di sana pada masa itu hanya ada beberapa orang saja yang tinggal di daerah tersebut. Jalan yang ada di Desa Lalang itu dahulunya adalah jalan tikus yang lebarnya hanya 40 cm saja dan ditumbuhi oleh rumput ekor kuda dan ilalang. Disebut Desa Lalang karena pada zaman dahulu daerah tersebut dipenuhi oleh tumbuhan ilalang.

(41)

4.1.2 Batas Wilayah Dan Luas Wilayah

Desa Lalang berbatasan langsung dengan empat daerah. Adapun daerah-daerah yang berbatasan dengan desa Lalang adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara Pantai/Laut 2. Sebelah Selatan Desa Pakam 3. Sebelah Barat Desa Medang 4. Sebelah Timur Kuala Tanjung

Desa Lalang memiliki luas wilayah sekitar 697 Ha. Berikut uraian luas keseluruhan dari desa Lalang yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 4.1

Luas Wilayah Desa Lalang

No Areal Luas

1 Lahan Pertanian 195 Ha

2 Lahan Perkebunan 155 Ha

3 Pemukiman Penduduk 136 Ha

4 Pemakaman Umum 3 Ha

5 Bangunan Umum 7 Ha

6 Jalan 53 Ha

7 Lain-lain 148 Ha

Total Luas 697 Ha

(42)

4.1.3 Komposisi Penduduk

4.1.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tabel 4.2

Jumlah Penduduk di Desa Lalang Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 3.317 59%

2 Perempuan 2.238 41%

Total 5.555 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama

Di desa Lalang mayoritas masyarakatnya beragama islam, hal ini dikarenakan masyarakat asli Desa Lalang mayoritas etnisnya adalah melayu pesisir. Dan dikarenakan daerah tersebut adalah kawasan industri menjadikan Desa Lalang menjadi daerah yamg dimasuki oleh pendatang dari berbagai etnis maupun agama yang berbeda.

Tabel 4.3

Latar Belakang Agama Masyarakat Desa Lalang

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 5.067 96%

2 Kristen 60 1,3%

3 Hindu 53 1,2%

4 Budha 72 1,5%

Total 5.252 100%

(43)

4.1.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Bicara mengenai mata pencaharian masyarakat desa Lalang tentu tidak terlepas dari keragaman, namun sebagaian besar masyarakat yang ada didaerah tersebut bergelut disektor industri yaitu bekerja sebagai karyawan pabrik, selain itu banyak juga masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dikarenakan Desa dekat dengan laut. Berikut daftar mata pencaharian masyarakat desa Lalang yang tersedia pada tabel 4.

Tabel 4.4

Pekerjaan/Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lalang No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 PNS 21 1,8%

2 TNI/POLRI 5 0,4%

3 Pegawai Swasta 320 28%

4 Wiraswasta/Pedagang 145 13%

5 Petani 160 14%

6 Pertukangan 35 3%

7 Buruh Tani/Kebun 192 16%

8 Pensiunan 6 0,5%

9 Nelayan 248 21%

Total 1.132 100 %

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.3.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(44)

bekerja sebagai nelaan yang tidak mengenal atri pentingnya pendidikan. Seiring waktu desa Lalang maju dan berkembang serta banyaknya pengaruh dari luar, yaitu banyaknya para pendatang menjadikan masyarakatnya mengalami perkembangan dan perubahan menuju kemajuan. Berikut daftar tingkat pendidikan masyarakat desa Lalang yang tersedia pada tabel 5.

Tabel 4.5

Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Lalang No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Taman Kanak-Kanak _ _

2 Sekolah Dasar 375 26%

3 SMP/SLTP 460 32%

4 SMA/SLTA 545 38%

5 Akademi (D1-D3) 20 1,6%

6 Sarjana (S1) 12 0,9%

7 Total 1.412 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.4 Sarana dan Prasarana 4.1.4.1 Sarana Kesehatan

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah

(45)

4.1.4.2 Sarana Ibadah

Tabel 4.7 Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah Persentase

1 Mesjid 2 19%

2 Mushola 8 80%

3 Vihara 1 1%

Total 11 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.4.3 Sarana Pendidikan

Tabel 4.8 Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Jumlah Persentase

1 Taman Kanak-Kanak 1 15%

2 Sekolah Dasar 5 70%

3 SLTP 1 15%

Total 7 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.2 Interpretasi Data

4.2.1 Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

(46)

alasan pasangan suami istri bertempat tinggal terpisah karena masalah pekerjaan. Selain karena masalah pekerjaan masih banyak penyebab lainnya pasangan suami istri memilih tinggal secara terpisah, misalkan saja karena pemindahan kerja dari pihak suami dan tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Biasanya mereka yang hidup dalam suatu keluarga yang bertempat tinggal berjuhan akan memiliki intensitas bertemu secara langsung (face to face) secara terbatas dan berbeda di setiap keluarga yang memiliki kasus sama.

Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dengan organisasi lainnya, antara lain : bentuk-bentuk hubungannya lebih bersifat `gemeinschaft’ dan merupakan memiliki ciri-ciri kelompok primer, yakni mempunyai hubungan yang lebih intim, kooperatif, face to face, dan masing-masing anggota memperlakukan anggota yang lain sebagai tujuan bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

(47)

Ciri-ciri keluarga diatas adalah ciri-ciri keluarga yang merupakan rumusan ideal yang dijadikan ideal type bagi individu-individu di dalam masyarakat dalam membangun keluarga. Pada umumnya keluarga dikarakter hidup bersama dalam satu atap, face to face dan terdapat kebersamaan. Namun dalam realitasnya, terdapat keluarga-keluarga yang relatif berbeda dengan ideal type tersebut, yakni: diantaranya tidak tinggal satu atap (bertempat tinggal berjauhan/terpisah), face to face dan kebersamaan secara fisik relatif terbatas. Realitas yang demikian sering terjadi pada keluarga-keluarga yang suami dan istrinya yang tingal terpisah. Tetapi pada kenyataannya pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah adalah bukan suatu keinginan tetapi merupakan suatu keterpaksaan demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi, seperti pasangan C yaitu suami yang mengatakan :

“…sebenarnya saya tidak terlalu setuju untuk tinggal terpisah seperti ini, karena menurut saya idealnya suatu keluarga adalah tinggal dalam satu atap, karena bagaimanapun anak-anak membutuhkan peran dan kasih sayang dari seorang ayah, tetapi mau bagaimana lagi kalau saya tidak bekerja istri dan anak mau makan apa…”

Dari hasil dilapangan menunjukan bahwa selain pasangan suami istri tinggal terpisah karena suatu keterpaksaan, ada juga pasangan yang mengatakan bahwa hidup terpisah dari keluarga adalah jalan terbaik yang telah di berikan oleh tuhan yang maha esa yang berdampak positif bagi dirinya dan keluarga yaitu dapat tetap hidup harmonis bersama berkeluarga. Seperti yang diungkapkan pada pasangan E yaitu suami yang mengatakan :

(48)

cenderung tidak mau mengalah. Mungkin dengan hidup terpisah seperti ini membuat hubungan saya dengan istri lebih harmonis.

Pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah memiliki pandangan masing-masing terhadap kehidupan yang sedang dijalani dan pada dasarnya mereka yang tinggal terpisah dapat bertahan dalam waktu tertentu, walaupun ditemukan berbagai masalah yang tidak biasa yang dihadapi keluarga pada umumnya sehingga pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah memerlukan strategi untuk dapat selalu menjaga interaksi dan komunikasi serta dalam memenuhi fungsi keluarga yang relatif berbeda dengan keluarga-keluarga pada umumnya.

4.2.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Pasangan Suami Istri Tinggal Terpisah Setiap pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah sudah pasti memiliki alasan-alasan yang cukup kuat hingga akhirnya harus hidup terpisah. Hal ini dikarenakan tinggal terpisah bukanlah suatu yang benar-benar diinginkan oleh setiap keluarga tetapi karena keterpaksaan untuk dilakukan demi dapat bertahan hidup dan tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Suatu keluarga pada umumnya adalah tinggal secara bersama-sama dalam satu atap, saling memberikan kasih sayang kepada setiap anggota keluarga, menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga hingga dapat terwujud keluarga yang harmonis yang didamba-dambakan. Tetapi kondisi demikian tidak semua keluarga dapat merasakannya, banyak keluarga pada saat ini memilih untuk tinggal terpisah karena berbagai alasan, seperti :

4.2.2.1 Faktor Pekerjaan

(49)

meununtut istri juga bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Didukung dengan pendidikan tinggi, tamatan sarjana misalnya suami dan istri sudah tentu ingin mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya, tidak jarang karena ingin sama-sama meniti karir, tidak menjadi masalah jika harus hidup terpisah karena tempat kerja yang berbeda dan jarak yang jauh pula. Seperti pasangan C dan E yang memilih tinggal terpisah karena alasan pekerjaan. Seperti pasangan C yang yaitu suami mengatakan :

“…Awalnya saya dan istri tinggal bersama dan ketika istri mendapatkan tawaran untuk bekerja disebuah rumah sakit sebagai perawat, saya sangat mendukung karena pendidikan istri yang basicnya adalah sekolah keperawatan. Berbeda halnya dengan saya yang hanya tamatan STM dan bekerja sebagai karyawan biasa si PT Domas Argointi prima merasa tidak cukup bila harus bekerja sendirian mengingat kebutuhan semakin besar terutama untuk biaya pendidikan anak. Sehingga ketika ada peluang untuk saya dan istri untuk sama-sama bekerja saya hanya bisa bersyukur karena kami diberi kesempatan mendapatkan rezeki lebih dengan sama-sama bekerja demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi dan kehidupan yang layak terutama untuk anak-anak…”

4.2.2.2 Faktor Ekonomi

(50)

merasa bahwa hidup yang dijalani yaitu hidup terpisah dari keluarga adalah keterpaksaan demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi, seperti penuturan suami pada pasangan D yaitu :

“…yang penting buat saya adalah mendapatkan uang untuk anak, saya selalu memberikan hadiah buat anak saya karena saya sangat sayang dan selalu rindu, yang saya inginkan adalah bisa tinggal bersama dengan istri dan anak, dan itulah yang masih saya usahakan saat ini. Menabung untuk dapat membeli rumah sendiri karena saat ini saya masih mengontrak rumah di dekat tempat saya bekerja. Bagaimanapun saya merasa segan dengan mertua karena tanggungan saya masih tinggal dengan mereka dan satu yang saya takutkan adalah anak yang tidak dekat dengan saya tetapi malah lebih dekat dengan neneknya…”

4.2.2.3 Pendidikan Anak yang Lebih Berkualitas di Kota

(51)

“…yang penting buat saya adalah mencari uang dan uang untuk bekal pendidikan anak-anak saya, karena yang saya inginkan adalah anak-anak dapat menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Tidak masalah bagi saya bila saya harus tinggal terpisah dengan anak-anak karena pendidikan yang baik itu lebih penting buat saya dibandingakan mereka harus tinggal disini bersama saya dengan sekolah yang kurang berkualitas…”

Sarwedi sebagai orang yang bersuku Batak sangat mengutamakan pendidikan terutama untuk anak- anaknya. Jadi tidak merasa heran jika ia rela untuk tinggal terpisah dengan istri dan anak, karena yang ia lakukan adalah melakukan yang terbaik untuk masa depan buah hatinya.

4.2.2.4 Masih Bergantung dengan Orangtua

(52)

4.3 Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

4.3.1 Interaksi Antara Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

Pada umumnya pola interaksi dalam keluarga bersifat intim, artinya bahwa hubungan suami-istri memungkinkan dekat satu sama lain. Beda halnya dengan pasangan suami istri yang tidak tinggal satu atap walaupun diikat oleh tali perkawinan yang sah tetapi tidak tinggal bersama seperti layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah biasanya memiliki alasan yang cukup kuat untuk tinggal terpisah, seperti masalah pekerjaan, masalah pendidikan anak yang dianggap sekolah yang ada dikota lebih berkualitas dibandingkan yang ada di desa dan hingga masalah istri yang tidak dapat tinggal berjauhan dari orangtua dan lebih memilih untuk tinggal berjauhan dari suami. Sebelum memutuskan untuk tinggal terpisah setiap pasangan sudah memiliki kesepakatan bersama dengan bagaimana menjalani kehidupan mendatang dengan kondisi terpisah, terutama dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi dan apabila istri juga bekerja bagaimana mengatur keuangan dan masalah-masalah lainnya seperti mendidik anak dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dibicarakan ketika akan memutuskan untuk tinggal terpisah.

(53)

yang berbeda-beda pada setiap pasangan dikarenakan alasan dari masing-masing pihak yang meninggalkan (suami) yaitu karena biaya ongkos yang tinggi karena harus bolak balik pulang ke rumah dan kembali ketempat kerja lagi.

Pada umumnya interaksi antara pasangan yang tinggal terpisah terjalin dengan baik, hal ini karena didukung komunikasi yang lancar dengan menggunakan media telepon sehingga setiap apapun yang terjadi pada keluarga di rumah atau dari pihak suami yang tinggal jauh dapat langsung dapat saling berkomunikasi. Tetapi ada juga pasangan suami istri yang tinggal terpisah yang tidak bekomunikasi secara rutin setiap harinya, seperti halnya pasangan E yang hanya berkomunikasi lewat telepon ataupun lewat SMS ketika ada sesuatu yang penting saja selebihnya tidak dilakukan hingga pada waktu berkumpul bersama keluarga dirumah. Layaknya seperti pasangan suami istri pada umumnya yang tinggal dalam satu atap dapat selalu berkomunikasi tetapi berbeda dengan yang hidup terpisah sudah pasti ada keterbatasan karena biaya telepon yang cukup tinggi juga kesibukan dari pihak suami yang bekerja dan istri yang sibuk mengatur urusan rumah dan anak, ditambah lagi jika istri juga bekerja akan sangat membatasi interaksi dan komunikasi langsung antar pasangan yang tinggal terpisah. Dan tidak jarang terjadinya selisih paham antar pasangan ketika berbincang melalui, hingga sifat cemburu yang timbul antar pasangan terkadang membuat rasa cemas khusunya dari pihak istri sehingga tidak jarang terjadi pertengkaran.

(54)

langsung menjadi moment yang pas untuk saling berkomunikasi dengan jelas dari pada hanya melalui media telepon

(55)

Tabel 4.9

Hubungan Suami Dengan Istri N

o

Informan Harmonis Kurang harmo

1 Pasangan A ∗ Pasangan ini berharap untuk dapat segera tinggal bersama, sudah ada rencana untuk itu. Walaupun tidak tinggal satu rumah, jarak seakan tidak menjadi penghalang bagi pasangan ini untuk dapat berbagi kasih sayang, meskipun perhatian hanya di berikan melalui media telepon yang rutin setiap harinya.

2 Pasangan B ∗ Pasangan ini hanya berkomunikasi lebih banyak berkomunikasi ketika bertemu itupun hanya lebih kepada urusan anak, misalkan pendidikan anak. Dengan adanya pernyataan pada pasangan ini yaitu suami dan istri yang menyatakan bahwa membolehkan pasangan untuk berselingkuh dengan syarat tidak di ketahui oleh pasangan. Dalam hal ini dilihat tidak di pegangnya ikatan suci pernikahan, pasangan ini bertahan hingga saat ini karena anak yang membutuhkan orangtua yang utuh.

3 Pasangan C ∗ Pasangan ini seperti fakum tidak saling memberi perhatian atau kasih sayang yang lebih ketika bertemu. Semua dilakukan biasa-biasa saja tidak ada yang special atau istimewa lebih fokus terhadap anak-anak.

4 Pasangan D ∗ Pasangan ini ketika bertemu dirumah saling memberikan kasih sayang lebih, seperti orang pacaran katanya….

Pertemun yang terbatas membuat pasangan ini mempunyai rasa rindu yang besar dan dilampiaskan saat bertemu di rumah.

5 Pasangan E ∗ Suami yang pendiam dan istri yang keras dan sering marah ditambah dengan pertemuan yang terbatas membuat pasangan ini tidak terlalu sering berinteraksi, hanya sebatas keperluan anak-anak saja.

(56)

4.3.2 Interaksi Antara Ayah (Sebagai Pihak yang Terpisah) dengan Anak

Hubungan yang harmonis dalam suatu keluarga apabila ada seorang ayah dan seorang ibu serta beberapa anak. Setiap anggota keluarga mempunyai peran dalam mendukung terciptanya interaksi yang harmonis dalam keluarga. Seperti halnya seorang ayah yang mempunyai peran penting dalam keluarga khususnya dalam perkembangan karakter anak, sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, seorang ayah diharuskan untuk dapat berperan aktif dalam keluarganya. Berbeda halnya suami yang tinggal terpisah, interaksi dan komunikasi yang relative terbatas dengan keluarga menjadikan peran seorang ayah tidak dapat berjalan secara optimal, walaupun peran ayah dapat digantikan dengan peran seorang ibu tetap saja ada yang membedakan antara seorang ayah dan ibu, yang mana seorang ayah dapat memberikan sifat-sifat kepemimpinan, seperti rasa tanggung jawab, disiplin, berani dan sebagainya.

(57)

Tabel 4.10

Hubungan Ayah (Sebagai Pihak yang Terpisah) dengan Anak No Informan Harmonis Kurang

Harmonis

Alasan 1 Muhammad

Rizki Fadillah

∗ Komunikasi yang dilakukan setiap hari melalui media telepon membuat hubungan ayah dan anak ini baik, seolah tidak ada jarak yang menjadi penghalang bagi ayah dan anak ini untuk berbagi kasih sayang dan menjalin komunikasi yang baik.

2 Kristian ginting

∗ Immanuel yang sejak kecil sudah tinggal berjauhan dengan sang ayah, membuat ia tidak dekat dengan ayahnya bahkan tidak ada koumunikasi. Lebih dekat dengan ibu.

3 Boylen Sembiring

(58)

4.3.3 Pemenuhan Fungsi- Fungsi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

Fungsi keluarga pada dasarnya dapat dipenuhi oleh mereka pasangan yang hidup terpisah, walaupun dengan cara yang relatif berbeda dan tidak maksimal seperti keluarga pada umumnya yang tinggal satu atap. Alat komunikasi seperti telepon memberikan banyak manfaat bagi mereka untuk memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang tidak dapat di penuhi secara langsung, walaupun pada hakekatnya ada funsi keluarga yang harus di penuhi langsung secara fisik melalui tindakan seperti fungsi biologis.

Sebuah institusi keluarga dapat mempertahankan keutuhan keluarganya, apabila fungsi-fungsi keluarga dapat terpenuhi dan bejalan dengan baik. Baik itu fungsi pokok yaitu fungsi biologis, fungsi afeksi, fungsi sosialisasi maupun fungsi sosial yaitu fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan pemeliharaan anak, fungsi pendidikan dan religi, serta fungsi rekreasi. Apabila fungsi-fungsi keluarga tersebut tidak terpenuhi atau tidak berjalan dengan baik, maka memungkinkan terjadi kegoncangan dalam keluarga. Sehingga fungsi keluarga merupakan tonggak dari ketahanan suatu keluarga. Di dalam suatu keluarga terutama suami dan istri sebagai orang tua tidak selamanya mampu menjalankan peran fungsi keluarga. Hal ini disebabkan karena adanya pemicu konflik yang mempengaruhi keharmonisan rumah keluarga tersebut antara lain :

a. Tidak adanya tanggung jawab suami, dalam hal kebutuhan ekonomi.

b. Adanya perselingkuhan baik yang dilakukan oleh pihak suami maupun istri. c. Berbeda prinsip dalam mengarungi bahtera rumah tangga seperti masalah anak,

(59)

d. Biologis adalah keadaan suami atau istri yang tidak mempunyai kemampuan jasmani untuk membina perkawinan yang bahagia, seperti sakit, impoten atau mandul.

e. Suami ingin menikah lagi dengan orang lain, yang lebih dikenal dengan istilah poligami/dimadu. (Harmoni Sosial. 2007: 61)

(60)

4.3.3.1 Fungsi Afeksi

Fungsi afeksi atau fungsi kasih sayang merupakan fungsi yang sangat penting untuk dipenuhi dalam kehidupan berkeluarga, karena dengan adanya fungsi kasih sayang ini maka setiap anggota keluarga dapat saling menyayangi hingga terwujudnya sebuah keluarga yang harmonis. Pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah memiliki cara dan strategi yang berbeda dalam pemenuhan fungsi afeksi ketimbang mereka yang hidup dalam satu rumah. Kendati demikian tidak dipungkiri bahwa dalam pemenuhan fungsi kasih sayang ini tak lepas dari bebagai masalah yang dihadapi, tetapi walaupun demikian adapaun solusi yang diambil dan dilakukan agar fungsi afeksi tetap terpenuhi walaupun hidup terpisah. Berikut penjelasan pemenuhan fungsi afeksi dari masing-masing pasangan yang tinggal terpisah, karena dalam penelitian ini pihak suami yang hidup terpisah dari istri dan anak maka dalam hal ini lebih menyoroti pemenuhan yang dilakukan oleh pihak suami.

Tabel 4.11

Informan Bentuk Pemenuhan Masalah Solusi

Pasangan A • Bertemu 1 bulan sekali

• Rutin berkomunikasi setiap hari dengan media telepon.

• Mengetahui segala kegiatan pasangan dan juga anak setiap harinya hingga permasalahan yang dihadapi anak dirumah dan sekolah.

• Membelikan hadiah kepada anak setiap si bapak pulang kerumah.

• Merayakan hari ulang tahun setiap anggota keluarga.

• Jalan-jalan dan pergi makan diluar

Pertemuan yang minim dan biaya ongkos yang tinggi membuat rasa rindu harus di tepis

(61)

menjadi kegiatan rutin ketika berkumpul dirumah

Pasangan B • Pertemuan dilakukan 1 minggu sekali. • Suami diistimewakan atau diberi

perhatian lebih ketika berada dirumah seperti request makanan.

• Komunikasi dengan media telepon jarang dilakukan hanya seperlunya saja, kasih sayang lebih di salurkan ketika berkumpul di rumah.

Karena komunkasi yang minim khususnya terhadap anak, menjadikan si anak tidak dekat dengan ayahnya bahkan tidak ada komunikasi anatara ayah dan anak.

Lebih sering berkumpul dengan keluarga dirumah terutama menjaga komunikasi terhadap anak-anak.

Pasangan C • Pertemuan 2 minggu sekali

• Tidak terlalu sering berkomunikasi lewat telepon hanya seperlunya saja.

• Ketika berada dirumah si ayah mengajari anak, membantu memakaikan pakaian sekolah.

• Anak lebih di arahkan untuk lebih banyak belajar mandiri, lebih melakukan hal-hal yang terkait dengan pendidikan anak.

Tidak ada masalah dalam pemenuhan fungsi afeksi ini, hal ini dikarenakan istri yang memegang peran penuh dalam mengurus rumah dan mengurus anak

-

Pasangan D • Pertemuan 1 bulan sekali

• Komunikasi rutin setiap harinya melalui media telepon

• Selalu memberitahukan keadaan masing-masing (suami, istri dan anak)

• Mengetahui segala kegiatan setiap anggota keluarga.

• Pertemuan yang kurang cukup untuk berkumpul bersama keluarga dirumah

• Merasa sepi ketika ada acara keluarga, suami tidak dapat menemani

Istri berusaha lebih mandiri dalam menghadapi dan mendidik anak, berusaha melakukan semaksimal mngkin meningat suami jauh.

Pasangan E • Pertemuan 1 minggu sekali.

• Komunikasi lewat telepon hanya dilakukan ketika ada keperluan saja.

• Suami cenderung tidak banyak berperan terhadap urusan anak,semua dipegang

• Sifat yang cenderung pendiam dan cuek seta pertemuan dan komunikasi yang terbatas menjadikan sebuah masalah karena tidak dapat leluasa untuk

• Lebih menyerahkan semuanya kepada istri

(62)

oleh istri.

• Sesekali mencoba melakukan hal-hal yang positif ketika sedang berada di rumah seperti membersihkan pekarangan rumah, berharap anak-anak dapat mencontoh walaupun tidak disampaikan secara langsung.

• Lebih menerapkan kedisiplinan terhadap anak-anak.

dapat lebih dekat dengan anak. • Tidak ada komunikasi antara

ayah dan anak

hidup keluarganya terutama untuk biaya pendidikan anak.

Pasangan F • Pertemuan 6 bulan sekali

• Komunikasi lewat telepon tidak tentu bisa dilakukan setiap hari bisa selama satu minggu tidak ada komunikasi.

• Perhatian dan kasih sayang diberikan ketika berkumpul dirumah

Jarak yang jauh dan komunikasi yang minim menjadikan pasangan ini tidak seharmonis dahulu dan kerap bertengkar.

Sedang adanya diskusi untuk merencanakan tinggal bersama.

4.3.3.2 Fungsi Biologis

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

6) Guru menyuruh siswa untuk menggabungkan kalimat menjadi karangan dengan kata penghubung yang tepat dan memperhatikan penggunaan ejaan secara individu.

Para pengguna internet yang memiliki hak akses, juga bisa memanfaatkan file-file yang terdapat dalam database untuk berbagai keperluan melalui browser. • Para pengguna internet

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Keterampilan mengajar guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung secara keseluruhan termasuk dalam kategori sedang, (2) Keterampilan mengajar

Kelahiran prematur adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kelahiran bayi sebelum usia kehamilan memasuki minggu ke 37.Kelahiran bayi premature merupakan

Bayi prematur yang lahir di dekat 37 minggu sering tidak memiliki masalah yang berkaitan dengan persalinan jika paru-paru mereka telah menghasilkan surfaktan yang memadai,

019B Pelaksanaan operasi penangan an secara manual Pelaksanaan operasi penanganan secara manual OPKR 20- 001B Pemeliharaan/servis engine dan komponen-komponennya

Kepada para orang tua dan para guru, khususnya guru agama SD diharapkan untuk meningkatkan peranannya dalam memberikan pendidikan seks, terutama tentang tanda-tanda

Penelitian Al ‘ijâz Al‘ilmi ini bertujuan untuk mengetahui pesan-pesan dakwah ilmiah yang terkandung dalam karya Harun Yahya di bidang sains (fakta