• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Nasyid Pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Deskriptif Nasyid Pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Di Medan"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF

NASYID

PADA PONDOK PESANTREN

RAUDHATUL HASANAH

DI MEDAN

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

KIKI ALPINSYAH

NIM : 070707002

(2)

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

(3)
(4)
(5)

PENGESAHAN Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Medan, Hari : Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 1951 1013 1976 031001

PANITIA UJIAN

No. Nama Tanda Tangan

1. ( )

2. ( )

3. ( )

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 21 Juni 2013

Kiki Alpinsyah

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Deskriptif Nasyid pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah di Medan”. yang diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana seni (S.Sn) pada Depertemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ritaony Hutajulu , M.A. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Heristina Dewi M. Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen etnomusikologi yang telah memberikan pengajaran-pengajaran yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga mendapat pengetahuan dan dapat menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Kemudian kepada bapak Dr. Syaron Lubis selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang memberi kemudahan dalam pengrusan skripsi ini, serta kedua orang tua, keluarga besar penulis, dan rekan-rekan mahasiswa jurusan etnomusikologi USU yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, Dengan segala kerendahan hati penulis meminta maaf dan perhatian kepada para pembaca sebelumnya, agar dapat memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun di dalam penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan skripsi ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Medan, 21 Juni 2013 Penyusun,

(8)

DAFTAR ISI

2.1.3 Praktek-praktek Islam ... 28

2.2 Sejarah Peradaban Islam di Timur Tengah ... 30

2.2.1 Zaman Sebelum Kedatangan Islam ... 31

2.2.1.1 Kondisi Sosial Ekonomi ... 33

2.2.1.2 Kondisi Sosial dan Moral ... 34

(9)

2.2.1.4 Sistem Kepercayaan dan Agama ... 36

2.2.2 Masa Awal Kedatangan Islam ... 37

2.2.2.1 Nabi Muhammad ... 37

2.2.2.2 Kulafaur-Rasyidin ... 41

2.2.3 Masa Perkembangan Islam ... 46

2.2.3.1 Dinasti Umayah ... 46

2.2.3.2 Dinasti Abasiyah ... 51

2.3 Masuknya Islam ke Indonesia ... 55

BAB III PONDOK PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH ... 65

3.1 Sejarah Pendidikan Islam di Jazirah Arab ... 65

3.1.1 Pendidikan Islam Klasik ... 66

3.1.2 Pendidikan Islam di masa Muhammad (611 – 632 M/12 SH-11 H) ... 68

3.2 Pendidikan Islam di Indonesia ... 71

3.2.1 Jenis-jenis Pendidikan Islam di Indonesia ... 72

3.2.1.1 lembaga pendidikan Islam sebelum kemerdekaan Indonesia .... 72

3.2.1.2 Lembaga pendidikan Islam sesudah Indonesia Merdeka ... 77

3.2.2 Sistem Pendidikan Islam di Indonesia ... 79

3.2.3 Isi Pendidikan Islam di Indonesia ... 84

3.3 Asal Usul dan Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren ... 86

3.3.1 Pengertian pesantren ... 88

3.3.2 Sejarah Pesantren ... 89

3.3.3 Karakteristik Pendidikan Pesantren ... 91

3.4 Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah ... 92

3.4.1 Sejarah dan perkembangan ... 93

3.4.2 Kehidupan Sehari-hari di Pesantren ... 98

3.4.3 Dasar dan tujuan pendidikannya ... 102

3.4.4 Sisetem Pengajaran Sekolah ... 103

BAB IV NASYID PONDOK PESANTREN RAUDHATUL HASANAH ... 105

4.1 Musik Islam ... 105

4.1.1 Pengertian Seni Musik ... 105

4.1.2 Sejarah Musik Islam ... 111

(10)

4.1.2.2 Musik Klasik di Dunia Islam ... 120

4.1.2.3 Musik Islam di Spanyol ... 127

4.1.3 Pandangan Islam Terhadap Seni Musik ... 130

4.1.4 Sistem Musik Arab ... 138

4.3 Nasyid Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah ... 150

BAB V TRANSKRIPSI DAN ANALISIS LAGU NASYID RAUDHAH ... 153

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam berasal dari bahasa Arab, yang artinya “memelihara dalam keadaan selamat dan sentosa”, atau berarti juga menyerahkan diri, tunduk patuh dan taat kepada Allah SWT (Razak, 1971:56). Agama Islam merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia dan merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di penduduk.1 Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan nama muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”, atau lebih lengkapnya adalah

muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurun kan firman-Nya kepada manusia melaluli para Nabi dan Rasul utusannya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.2

Murodi (1977:113), menjelaskan bahwa Islam yang sudah berkembang di kawasan Timur Tengah, telah masuk ke Indonesia pada abad ke-1 Hijriah3

1

http://id.wikipedia.org/wiki/islam

(pada abad ke -7 Masehi). Selanjutnya, agama Islam secara resmi masuk ke Sumatera, yaitu wilayah Aceh pada abad ke-7 hijriah (pertengahan abad ke-12 Masehi). Hal

2 Ibid., 3

(13)

ini terbukti dengan datangya seorang mubaligh yang bernama Abdul Arief, pada tahun 1151 masehi ke wilayah itu, untuk menyebarkan agama Islam.

Kesenian adalah satu di antara hal yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan tertentu. Kesenian erat kaitannya dengan budaya karena kedua hal tersebut saling berdampingan satu sama lain. Tanpa kebudayaan, kesenian tidak berjalan dengan lancar. Begitu juga tanpa kesenian, kebudayaan tidak akan menjadi lengkap. Oleh karena itu, setiap hal yang muncul di dalam wacana kebudayaan senantiasa erat kaitannya dengan kesenian.

Perkembangan agama pun tidak lepas dari perkembangan kesenian dan kebudayaan. Tanpa kebudayaan, agama tidak akan bisa menyebar dan menjadi panutan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, kesenian juga merupakan salah satu faktor pendukung yang memiliki peranan untuk bisa menyebarluaskan suatu agama dan kepercayaan. Misalnya saja, kesenian yang hidup dalam suasana budaya agama tertentu akan senantiasa berkembang searah dengan perkembangan agama.

Dari berbagai macam kesenian yang berkembang di Islam, diantaranya yaitu nasyid. Nasyid merupakan salah satu jenis musik yang berasal dari tradisi Islam yang syair lagunya mengandung kata-kata, nasehat-nasehat, do’a, kisah para nabi, serta pujian-pujian kepada Allah SWT dan Rasulnya (Muhammad SAW). Istilah Nasyid berasal dari bahasa Arab, “ansyada-yunsyidu”, artinya bersenandung. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan4

4

Diambil dari tulisan Novi Hardian dalam multiply.com

(14)

Di versi yang lain mengatakan bahwa nasyid atau anasyid (jamak di dalam bahasa Arab) artinya bacaan atau lantunan. Ansyadahu asy syira artinya dia membacakan syairnya kepada seseorang. Munsyid artinya orang yang membacakan dan melantunkan syairnya kepada seseorang. Pembacaan syair merupakan aktivitas yang telah lama sekali dilakukan manusia. Sebelum Nabi Muhammad SAW (sekitar abad ke-6 M) di utus bangsa Arab telah hidup dengan tradisi syair.5

Pada awalnya nasyid hanya dibawakan dengan musik yang sederhana sekali, bahkan ada yang tanpa musik sama sekali. Namun pada saat sekarang ini nasyid terus berkembang baik dari penyajiannya maupun alat-alat musiknya. Untuk alirannya sendiri, nasyid terus berkembang seiring dengan perkembangan warna musik di tempat dimana nasyid itu berada. Sehingga, warna aliran dalam nasyid saat ini berbagai macam. Mulai dari yang murni “acappella” (tanpa iringan musik) hingga “Full Insrument” (diiringi dengan banyak alat musik). Namun, ada berapa komunitas yang tidak memilih untuk menggunakan alat musik modern, dikarenakan banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali Perkusi.

Sejak jaman Rasulullah SAW (Sekitar abad ke 6 Masehi) nasyid telah ada. Biasanya tentara-tentara Islam melantunkan nasyid sebelum berangkat perang, yang bertujuan untuk meningkatkan semangat perang para mujjahid6

5

Lihat blog Education United (2008). tentang, Pengertian Nasyid dalam situs http://ricoleadvocal-melativoice.blogspot.com

. Selain itu, Syair Thola’al badru ‘alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah

6

(15)

kami) yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qasidah7

Di Indonesia sendiri nasyid mulai merambah sekitar tahun 80-an yang dimulai oleh aktivis-aktivis Islam yang berada di kampus-kampus. Aliran nasyid yang dilantunkan pada umumnya adalah lagu-lagu yang berbahasa Arab, dan terus berkembang dengan munculnya munsyid-munsyid kreatif yang membuat nasyid memiliki warna musik yang beragam. Sampai saat tulisan ini dibuat, tema lagu yang dikandung dalam nasyid di Indonesia tidak hanya berisi tentang jihad, tetapi banyak juga yang bertema walimahan, cinta kepada makhluk, keimanan dan banyak lagi.

, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Kemudian nasyid pun mulai berkembang sesuai dengan kondisi dunia, terbukti dengan perkembangan nasyid di Timur Tengah yang lebih bermakana tentang jihad dan perlawanan terhadap imperialisme Israel pada saat itu.

Namun, kini nasyid telah dikembangkan sebagai media dakwah yang diharapkan dapat diterima oleh masyarakat umum. Dan hal ini juga selalu dilakukan oleh pemuda muslim yang belajar di Pondok Pesantren. Oleh karena itu di sebagian pesantren-pesantren di Indonesia ini memasukan nasyid sebagai pendidikan luar sekolah, atau yang disebut program ekstrakurikuler sekolah.

Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan merupakan institusi pendidikan Islam yang mengajarkan pendidikan umum, pendidikan agama Islam, dan akhlak. Para pelajar yang menuntut ilmu disebut santri bagi laki-laki dan santriwati bagi perempuan. Materi ajaran yang campuran antara pendidikan ilmu

7

(16)

formal dan ilmu agama Islam ini para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah seperti yang. untuk tingkat dengan nama (Sekolah Menengah Atas) dengan nama perbedaan pesantren da memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.Oleh karana itu pesantren Raudhatul Hasanah ini disebut juga dengan istilah pondok pesantren modern, Karena telah memasukan pelajaran-pelajaran umum sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Namun tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.

Nasyid merupakan salah satu program ekstrakurikuler8

Para santri biasanya memainkan lagu-lagu religi yang telah mereka sepakati bersama. Tergantung dari lagu yang menurut mereka enak dan layak

yang terdapat di pondok pesantren Raudatul Hasanah. Yang tujuannya ialah mendidik siswa agar bisa mempertunjukan musik nasyid dengan baik, yang dapat menghibur dan mengandung dakwah islam, dengan menampilkan lagu-lagu dengan syair-syair yang bertemakan dakwah Islam. Serta diiringi dengan alat-alat musik yang merupakan cirri khas kebudayaan Islam.Para santri yang mendiami pondok pesantren tersebut menampilkan lagu yang islami, dengan mengambil lagu-lagu religus Islam yang komersial. Seperti lagu-lagu-lagu-lagu yang diciptakan oleh musisi-musisi terkenal saat ini, diantaranya seperti; Raihan, Opick, Snada, Maher Zain, Yusuf Islam, dan lain-lain.

8

(17)

untuk ditampilkan, juga enak di dengar dengan mengandung lirik-lirik yang mengandung unsur dakwah Islam, sehingga dapat menambah kecintaan mereka kepada Allah dan Rasulnya.

Nasyid itu sendiri telah banyak menampilkan pertunjukan-pertunjukan musiknya di berbagai acara, baik di dalam maupun di luar lokasi pesantren itu sendiri. dilakukan ketika memperingati hari-hari besar Islam, seperti Idul Adha, Maulid Nabi, Nujulul Qur’an, Isra’ Miraz dan lain-lain. Kemudian nasyid raudhah juga tampil pada acara-acara pelantikan, penyambutan tamu-tamu penting, dan acara-acara yang diselenggarakan oleh santri dan santriwati itu sendiri. Dan kemudian nasyid pesantren juga turut serta dalam berbagai ajang perlombaan nasyid yang di selenggarakan di dalam dan di luar pesantren. Bahkan nasyid raudhah itu sendiri sering memperoleh prestasi yang gemilang di berbagai perlombaan baik dari tinggkat lokal hingga nasional, seperti halnya pada POSPENAS tahun 2007 di Kalimantan Timur dan tahun 2010 di Jawa Timur meraih juara I di tingkat Nasional.

Nasyid di pondok pesantren ini terdiri dari beberapa pemain yang membentuk suatu grup, Terdiri dari 10 sampai 14 orang. Alat music yang digunakan yaitu sejumlah rebana, kencer/kerincing, tamborin, dan di campur dengan alat music modern seperti gitar, gitar bass, drum, keyboard, vocal. Dan terkadang mereka juga menambah/memasukan alat-alat musik yang lain sesuai dengan kesepakatan bersama dalam suatu grup.

(18)

mengidentifikasi musiknya. Dengan itu penulis mengambil judul “Studi Deskriptif Nasyid pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah di Medan”.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang tertera diatas maka penulis menemukan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini, diantaranya adalah:

1. Bagaimana Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya yang disajikan oleh santri Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan. 2. Bagaimanakah aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid di Pondok

Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.

3. Apakah fungsi Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai pada ahirnya, Di dalam penulisan ini terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang ingin di capai, disesuaikan dengan latar belakang serta pokok permasalahan yang sudah ada. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

(19)

2. Untuk mengetahui seluruh aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid

di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

3. Untuk mengetahui fungsi Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pengetahuan tentang keberadaan dan proses Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan

Nasyid tersebut di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan. 2. Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

3. Untuk menambah wawasan dan menambah referensi di kampus tentang Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya .

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris (Mely, 1990:21). Maka dari itu penulis memberikan pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul tulisan ini.

(20)

yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1) penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. (2) tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji hipotesis.

Kata Nasyid berasal dari bahasa Arab, ansyada-yunsyidu, artinya “bersenandung”. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang berisi syair-syair keagamaan. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian nasyid itu sendiri. Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau

anasyid (jamak) itu sendiri adalah lantunan atau bacaan, sementara istilah nyanyian dalam bahasa Arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid.9

Pondok menurut Dhofier (1983:18) ialah rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bamboo. Disamping itu kata pondok mungkin berasal

9

(21)

dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti “Hotel atau Asrama”. Dengan kata lain Pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari asalnya, dan merupakan tempat tinggal kyai bersama santrinya, dengan demikian para santri dapat mengikuti pelajaran yang diberikan kyai dengan baik dan pondok juga dapat dijadikan tempat training atau latihan bagi santri agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat.

Menurut Mujamil Qamar (2005:2) ia menyimpulkan bahwa “pesantren” didefenisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Maka pesantren kilat atau pesantren ramadhan yang diadakan di sekolah-sekolah umum misalnya tidak termasuk dalam pengertian ini.

Terdapat pula beberapa defenisi lain mengenai pesantren yang dikemukakan oleh para ahli, seperti defenisi yang diberikan oleh Mastuhu. “Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari”.

Defenisi lain yang diberikan oleh Sudjoko Prasodjo, “Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikan, di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.

(22)

para pendiri pesantren tersebut. Dan dicetuskan pada tahun 1982, yaitu ketika pesantren itu berdiri.10

1.4.2 Teori

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker (1974:31) teori adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34).

Dengan ini maka penulis akan menggunakan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian, diantaranya sebagai berikut: Pertama, dalam menganalisi aspek musikologis, penulis menggunakan teori Weighted Scale yang dikemukakan oleh William P. Malm (1977:8) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah masing-masing nada, (5) interval yang dipakai, (6) pola-pola kadensa, (7) formula melodi, (8) kontur.

Kedua, untuk melihat perkembangan yang terjadi dalam nasyid sebagai suatu kebudayaan, penulis menggunakan teori perubahan oleh Kingsley David; ia berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bgian dari perubahan-perubahan

10

(23)

kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup bagian kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan mencakup bagian kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan itu mencakup segenap cara berfikir, tingkah laku yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pirikan atau ide secara simbolis. Salah satu faktor yang mendorong jalanya proses perubahan adalah kontak dengan kebudayaan lain (baca Shin Nagawa, dalam bukunya “music dan Kosmos : Sebuah Pengantar Etnomusikologi 2000).

Ketiga, Menurut Koentjaraningrat (1996 : 142) semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut sebagai dinamika sosial. Beberapa konsep tersebut antara lain adalah: (1) proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi, (2) Evolusi kebudayaan dan difusi, (3) Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi: akulturasi dan asimilasi; dan, (4) proses pembaruan atau inovasi atau penemuan baru.

(24)

komunikasi, (7) fungsi kesinambungan kebudayaan, (8) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (9) fungsi pengesahan

Untuk menganalisis hubungan musik dengan teksnya, penulis menggunakan teori dari Alan P Merriam. Penulis mengacu pada teorinya yang mengatakan salah satu sumber pokok yang dapat kita pakai untuk memperdalam pengertian perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah pada teks nyanyian. Teks merupakan bahasa, bukan musik. Tetapi teks merupakan bagian integral dari musik. Bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Unsur teks yang akan dianalisis adalah makna denotatif (sebenarnya), konotatif (kiasan), dan gaya bahasanya.

Untuk melihat hubungan antara teks dengan melodi, penulis menggunakan teori Malm, (1977:8) mengatakan apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel (suku kata), gaya ini disebut silabis, sebaliknya bila suatu silabel dinyanyikan dengan nada-nada yang berjumlah banyak disebut melismatis.

Kedua teori ini penulis gunakan untuk menganalisis melodi musik nasyid.

Dalam hal transkripsi terhadap nasyid, penulis berpedoman kepada teori Nettl, (1964:98) yang memberikan dua pendekatan yaitu :

1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar.

(25)

Pertama adalah notasi preskriptif, yaitu notasi untuk seorang penyaji (bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat diwujudkan oleh pemain musik.

Kedua adalah notasi deskriptif, yaitu suatu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Transkripsi ini digunakan untuk analisis. Untuk pendekatan analisis, penulis menggunakan dan membuat transkripsi yang deskriptif.

Untuk mendukung pembahasan dari segi musikologis tersebut diperlukan suatu transkripsi. Menurut Nettl, (1964:99) bahwa pengertian transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi sumber visual. Dalam membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif.

Selanjutnya, Nettl, (1964:148-150) menyarankan bahwa untuk mendeskripsikan ritem sebaiknya dimulai dengan membentuk harga-harga not yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks masing-masing nada. Selanjutnya pola ritem yang sering diulang, sebaiknya dicatat.

(26)

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti pertunjukan Musik Nasyid ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong, (1990:3) yang mengatakan:

“Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.

Penelitian dilakukan mengacu pada pengetahuan tentang musik nasyid di pondok pesantren Raudatul Hasanah yang menjadi studi kasus penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa tahapan penelitian; (1) melihat tulsan-tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian. (2) mengumpulkan data-data di lapangan yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi. (3) penelitian di laboratium, yaitu menganalisis data yang diperoleh di lapangan.

1.5.1 Studi Kepustakaan

(27)

dalam Dunia Internasional. Buku ini menjelaskan tentang kebudayaan-kebudayaan Islam yang berpengaruh terhadap dunia internasional, baik berupa ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu perbintangan dan matematika, arsitektur, seni sastra, seni ukiran dan tenun, dan seni musik, yang di produksi oleh umat Islam,

H. Abuddin Nata dengan judul, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan pendidikan islam di Indonesia yaitu dari awal masuknya Islam di Indonesia dan ketika itu lembaga-lembaga pendidikan islam yang didirikan masih sederhana hingga munculnya lembaga-lembaga pendidikan islam modrn, baik berupa pesantren dan kampus-kampus Islam.

Mujamil Qomar dengan judul, Manajemen Pendidikan Islam. Buku ini membahas tentang hal-hal seputar karakter, prinsip, dan mekanisme manajemen pendidikan Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (Setingkat dengan Sekolah Dasar) hingga perguruan tinggi dan pesantren.

Kemudian buku ini menguraikan tentang;

- manajemen komponen-komponen dasar pendidikan Islam, termasuk personalia, kesiswaan, kurikulum, keuangan, serta sarana da prasarana. - Manajemen komponen penyempurnaan pendidikan Islam, termasuk ,

layanan, mutu, struktur, konflik, hingga komunikasi.

- Kepempinan pendidika Islam, pengambilan keputusan, dan peningkatan produktivitas.

(28)

1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan 1.5.2.1 observasi

Dalam pengumpulan data di lapangan penulisan meilhat langsung kejadian-kejadian di lapangan yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh santri dan santriwati di dalam pesantren dan juga melihat pertunjukan nasyid tersebut. Baik disaat mereka latihan maupun di saat berlangsungya pertunjukan nasyid tersebut yang dilakukan oleh para santri. Kemudian penulis juga akan melihat bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan di dalam pesantren tersebut.

1.5.2.2. wawancara

Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi

secara lisan dari para informan. Dalam melakukan wawancara tersebut, penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang berjudul “Observasi dan Wawancara” dimana disebutkan bahwa metode wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur (wawancara tidak terpimpin), wawancara terstruktur (wawancara terpimpin), wawancara bebas terpimpin dan wawancara pribadi dan kelompok.

(29)

santri dan ia merupakan pelatih atau instruktur nasyid di pondok pesantren tersebut. Namun selain hal itu penulis juga melakukan wawancara dengan informan-informan lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian. diantaranya ialah para santri selaku pemain nasyid dan para pengasuh pesantren itu sendiri yang membimbing dan mendukung kegiatan nasyid tersebut.

1.5.2.3 Rekaman

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument pendukung diantaranya yaitu berupa Handycam merk Sony tipe DCR-SX20. Melalui alat-alat tersebut penulis akan mengambil data-data yang diperlukan baik berupa audio (rekaman suara), visual (gambar), dan audio visual (rekaman video) sebagai bukti penelitan yang kemudian dianalisis di laboratorium.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Pada tahap kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari hasil penelitian di lapangan di olah, diseleksi, disaring untuk dijadikan data dalam penulisan skripsi ini. Data yang dipergunakan dalam penulisan ini merupakan data-data yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan.

(30)

adalah tahap analisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.

Analisis hasil penelitian yang digunakan untuk mengerjakan penelitian ini ialah analisis kualitatif dan yang menjadi teknik penyajian dalam bentuk tulisan ialah deskriptif. Dengan menggunakan teknik analisis ini, hasil penelitian akan dijelaskan dan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh. Analisis kualitatif yang digunakan oleh penulis selanjutnya dipakai untuk membahas komponen pendukung pertunjukan nasyid oleh para santri pondok pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Dan juga penulisan akan menyusun kembali data-data yang merupakan hasil penelitian sehingga dapat tersusun dengan baik.

1.6 Lokasi Penelitian

(31)

BAB II

SEJARAH ISLAM

Sejarah telah mencatat bahwa semua agama baik agama samawi atau agama wad’i disiarkan dan dikembangkan oleh para pembawanya yang disebut utusan Tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari Tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup. Para penyebar agama banyak yang menempuh perjalanan jarak jauh dari tempat kelahirannya sendiri demi untuk menyampaika ajarannya. Misalnya Nabi Ibrahim berhijrah dari Babylonia menuju Palestina, Mesir dan Makkah. Nabi Musa pergi dan kembali lagi dari Mesir ke Palestina, Nabi Isa hijrah dari Bait Lahm ke Yerusalem, dan Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah. Para pemeluk agama menyebarkannya lagi ke tempat-tempat yang lebih jauh secara langsung atau secara beranting (estafet), sehingga agama-agama sekarang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia.

Diantara agama-agama besar di dunia adalah Yahudi, Nasrani, Islam, Hindu dan Budha, tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya ialah Nasrani dan Islam. Hal tersebut tentu berhubungan dengan usaha penyiarannya oleh para pemeluknya.

(32)

Pengembangan dan penyiaran agama Islam termasuk yang paling dinamis dan cepat dibandingkan dengan agama-agama lainnya.11

Pengertian Islam

Hal itu diukur dengan dengan kurun waktu yang sebanding dan dengan situasi dan kondisi, alat komunikasi dan transportasi yang sepadan. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa Islam dalam waktu 23 tahun dari kelahirannya sudah menjadi tuan di negrinya sendiri, yaitu jazirah Arabia. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, Islam masuk secara potensial di Syam Palestina, Mesir dan Iraq. Pada zaman Usman bin Affan, Islam telah masuk di negri-negri bagian Timur sampai ke Tiongkok dibawa oleh para pedagang zaman dinasti Tang. Kesimpulannya ialah, Islam telah tersebar jauh sampai ke Tiongkok, ke Afrika bagian Utara, ke Asia Kecil dan ke Asia bagian Utara (Lembah Sungai Everat dan Tigris). Sedangkan agama-agama lain memerlukan beberapa abad untuk dapat menyeber ke luar negrinya dalam jarak yang jauh dan daerah yang luas atau untuk menjadi tuan di negrinya sendiri.

2.1 Pengertian Islam

Kata “Islam” berasal dari kata aslama artinya berserah diri. Ia tidak hanya berarti kedamaian, keselamatan, berserah diri kepada Allah, tetapi juga berarti berbuat kebajikan. Orang-orang yang mengakui agama Islam disebut Muslim (Mahmudunnasir, 2005:3).

11

L. Storddard, Dunia Baru Islam, (The New World of Islam). Dalam Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam.

(33)

Sedangkan defenisi Islam, secara etimologi asal kata dari Aslama, kata dasarnya adalah salima, yang berarti sejahtera. Dari kata ini terjadi kata masdar selamat. Ada juga yang menganggap Islam itu salam yang berarti sejahtera, selamat, damai dan seimbang.

Secara istilah, Islam adalah patuh dan berserah diri pada Allah. Dengan patuh dan berserah diri pada Allah akan terwujud kehidupan damai dunia akhirat.12

2.1.1 Sistem Kepercayaan

Ajaran yang utama di dalam Islam adalah beriman kepada Allah Yang Mahakuasa, yang dengan kuat ditegakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penerima wahyu yaitu berupa Al-Qur’an. Dan karenanya hal itu menjadi dasar bagi semua ajaran Islam.

Beriman kepada Allah merupakan ajaran yang paling pokok dan paling mendasar. Hal ini dinyatakan di dalam kalimat yang pertama yaitu ”Tidak ada Tuhan kecuali Allah”. Itulah jalan yang ditempuh semua ajaran Islam. Umat Islam pada pokoknya diwajibkan melaksanakan shalat lima kali setiap hari, dan dalam shalat mereka selalu berkata kepada Tuhan mereka: “Kepada Engkaulah kami menyembah, dan kepada Engkaulah kami minta pertolongan”.

12

(34)

Arti kalimat la ilaha illallah akan sangat membantu di dalam memahami pengaruh yang baik dari idiologi tauhid, yaitu keesaan Allah. Maulana Maududi menerangkan kalimat itu sebagai berikut:

Dalam bahasa Arab kata illah berarti “sesuatu yang disembah”, yaitu suatu zat yang karena keagungan dan kekuatannya dianggap tepat untuk disembah, dipuja dengan merendahkan dan menundukan diri. Sesuatu atau zat yang memiliki kekuatan terlalu besar untuk dapat dipahami oleh manusia juga disebut illah. Pengertian Illah mencakup juga pemilikan kekuasaan yang tidak terbatas. Kata illah juga mengandung pengertian kegaiban dan misteri, yaitu kata illah adalah zat yang tak terlihat dan tidak teramati. Kata khuda dalam bahasa Persa, deva dalam bahasa Hindi, dan God dalam bahasa Inggris, kurang lebih mengandung makna yang sama. Bahasa-bahasa lainya di dunia juga mengandung makna dan arti yang sama (baca dalam Mahmudunnasir yang diterjemahkan oleh Adang affandi yang berjudul “Islam Konsepsi dan Sejarahnya”, 2005:55-56).

Di pihak lain, kata Allah adalah nama diri yang pokok bagi Tuhan.

(35)

dari indera kita, dan kecerdasan kita tidak mampu mengamati apa Dia itu.

Ajaran yang terpenting dalam Islam adalah ajaran tauhid. Ajaran ini yang menjadi dasar dari segala dasar yaitu pengakuan tentang adanya Tuhan yang Maha Esa. Ajaran yang di bawa NabiMuhammad wajib di percaya oleh umat Islam.Hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan pencipta, akhir hidup manusia di surga ataupun neraka, semuanyamerupakan ajaran dari Islam. Di dalam Islam juga tersimpul nilaiibadat seperti halnya shalat, puasa, zakat, dan haji serta mengenal moral dan akhlak, yang kesemua itu merupakan aspek penting dalamIslam.

Mengenai Tauhid, Maulana Maududi telah mengemukakan pendapatnya di dalam bukunya, Towars Understanding Islam, bahwa tauhid adalah konsepsi tertinggi dari ketuhanan, yang untuk mengetahuinya Allah telah mengutus kepada umat manusia nabi-nabinya disegala zaman. Pengetahuan inilah yang pada zaman permulaan dibawa oleh Adam ke bumi, juga disampaikan kepada Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa. Pengetahuan ini pulalah yang menyebabkan Muhammad diutus kepada umat manusia (ibid).

(36)

“hari ini telah Aku sempurnakan agamamu bagimu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan telah Aku pilih bagi kamu suatu undang-undang kehidupan – al-Islam.”

“Muhammad bukanlah bapak seseorang diatara kamu, tetapi dia adalah rasul Allah dan penutup nabi-nabi.

Ringkasnya Islam memiliki Idiologi-idiologi sebagai berikut:

- Islam menekankan kepada kesaan Allah dalam zat-Nya dan sifat-sifat-Nya. Di dalam Islam sekalipun Nabi Muhammad yang dianggap sebagai manusia paling mulia sepanjang masa, dia tidak lain dari pada manusia biasa pula dan menjadi hamba Tuhan.

- Ajaran-ajaran nabi terdahulu telah mencapai kesempurnaannya dalam ajaran-ajaran Nabi Muhammad.

- Ajaran Nabi Muhammad itu telah diyakini merupakan ajaran yang terpelihara (keasliannya) untuk petunjuk bagi manusia hingga akhir dunia.

- Islam meyakini bahwa Nabi dikirim untuk menjadi pembimbing seluruh umat manusia hingga akhir zaman.

- Nabi Muhammad diutus sebagai Nabi terakhir.

2.1.2 Al-Qur’an Sebagai Kitab Suci

(37)

kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.

Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an disampaikan kepada bertahap antara tahun 610 hingga hingga wafatnya belia Al-Qur'an lebih banyak ditransfer melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada tulang, batu-batu dan dedaunan.

Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini persis sama dengan yang disampaikan kepada Muhammad, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang kemudian menghapalkan dan menulis isi Al Qur'an tersebut. Secara umum para ulama menyepakati bahwa versi Al-Qur'an yang ada saat ini pertama kali dikompilasi pada masa antara 650 hingga 656 M duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu dimusnahkan untuk keseragaman.13

Al-Qur'an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat perbedaan tergantung cara menghitung).

14

13

Al-Qaththan, Syaikh Manna’ Khalil. Mahabits Fi ‘Ulum Al-Qur’an (Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an), Pustaka Al-Kautsar, 2006, Jakarta. (dalam situs: Wikipedia.org)

Hampir semua Muslim menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan Al-Qur'an,

14

(38)

mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur'an dikenal sebagai (jamak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang, dipercayai bahwa saat ini terdapat jutaan penghapal Al-Qur'an diseluruh dunia. Di membaca Al-Qur'an dengan tartil atau baik dan benar. Yang membacakan disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita).

Muslim juga percaya bahwa Al-Qur'an hanya Hasil terjemahan dari Al-Qur'an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur'an itu sendiri. Oleh karena itu terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai komentar terhadap Al-Qur'an ataupun bentuk usaha untuk mencari makna Al-Qur'an, tetapi bukan Al-Qur'an itu sendiri.

Adapun sebagaimana dinyatakan dalam diwajibkan untuk beriman dan meyakini kebenaran kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'a dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu sebelum Muhammad.15

Umat Islam meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah satu agama yang sama Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

15

(39)

dengan tauhid (satu Tuhan yang sama), dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni) yang menjadikannya seoran16

Pandangan ini meletakkan Islam

bersama agam

mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering direferensikan sebagai yang diberi kitab.

2.1.3 Praktek-praktek Islam

Islam telah memasukan kewajiban-kewajiban praktis tertentu ke dalam ajaran-ajarannya. Diantaranya yaitu:

1. Shalat

Nilai shalat dianggap sebagai alat peningkatan moral dan penyucian batin, seperti yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an.

“Bacalah apa yang telah diturunkan kepadamu dari al-kitab, dan dirikanlah shalat, karena itu mencegah perbuatan-perbuatan keji dan munkar, dan mengingati Allah benar-benar merupakan

Waktu-waktu shalat telah ditetapkan, dan terdapat lima shalat yang dianggap wajib. Yaitu Shubuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, dan Isya.

2. Puasa

16

(40)

Puasa di dalam Islam mempunyai tujuan yang sah untuk menahan nafsu-nafsu dengan pantangan untuk waktu yang terbatas dan tertentu dari segala yang memuaskan indera-indera, dan mengarahkan luapan nafsu hewani ke dalam saluran sehat. Puasa ditetapkan bagi mereka yang mampu dan kuat. Bagi orang-orang yang lemah, sakit, yang sedang berpergian, siswa atau mahasiswa yang sibuk menuntut ilmu, tentara yang sedang berjuang, dan kaum wanita yang sedang haid, puasa tidak diizinkan. Namun dalam puasa bulan ramadhan, apabila terdapat puasa-puasa yang tidak terlaksana akibat masalah tersebut diatas wajib digantikan di hari yang lain sebanyak yang ditinggalkannya, dan bagi mereka yang merasa sukar melaksanakannya, dapat membayar fidyah.

3. Zakat

Menurut hukum Islam, setiap orang harus mengeluarkan sebagian dari hartanya untuk membantu tetangga-tetangganya yang miskin. Bagian ini biasanya 2 ½ persen dari nilai seluruh barang. Akan tetapi, zakat itu harus dikeluarkan hanya apabila kekayaan tersebut mencapai nilai tertentu dan telah dan telah dimiliki seseorang selama satu tahun.

4. Ibadah Haji

(41)

berbagai penjuru dunia ke Ka’bah di Mekkah dikenal dengan sebutan haji. Haji wajib dilakukan bagi orang-orang yang sanggup melakukan perjalanan kesana.

Kebudayaan Islam menganggap bahwa seni, sebagai nilai tempat bergantungnya seluruh validitas Islam. Karena nilai seni keindahan Al-Qur’an, merupakan Hujjah untuk kebenaran dari Illahi.17 Dalam konteks pemikiran dan kebudayaan, seni Islam telah diakuisebagai bagian dari aktifitas religius.18Contoh saja, bacaan Shalawat Nabi, yang dilantunkan dengan berbagai macam lagu, dimana hal tersebut sudah menjadi kebudayaan religius dalam masyarakat. Oleh karena itu seni dianggap sebagai salah satu pokok dari kebudayaan, yang merupakan salah satu aspek dari agama Islam.

2.2 Sejarah Peradaban Islam di Timur Tengah

Sebelum membahas sejarah Islam terlebih dahulu perlu disinggung kondisi sosial bangsa Arab sebelum kedatangan Islam. Hal ini untuk mengetahui latar belakang sosial bangsa Arab ketika Islam datang, sehingga dengan mudah memperbandingkan antara kondisi Arab sebelum dan sesuadah kedatangan Islam.

17

(42)

2.2.1 Zaman Sebelum Kedatangan Islam

Sebelum Islam datang wilayah sekitar semenanjung Arabia di latar belakangi oleh dua imperium, Romawi Timur di sebelah Barat dan

imperium Persia di sebelah timur. Wilayah utama Romawi Timur sangat luas meliputi Syiria, Palestina, Mesir, Turki, Asia kecil, dan sebagian kecil Eropa.

Romawi Timur mengalami puncak kejayaannya setelah masa Konstantin Agung (280-337 M), ketika dipengang oleh Yustinus (483-565 M), Di masa ini wilayah terus diperluas; pertanian, perdagangan dan perusahaan maju pesat. Namun karena keinginannya untuk

ekspansi , menjadikan imperium ini harus berhadapan dengan imperium

Persia, dimana peperangan terus terjadi. Pemerintahan yang kacau, perbudakan tumbuh subur, dan peperangan dengan Persia tidak dapat ia hindari, bahkan ketika Islam datang dan kuat, maka wilayahnya banyak yang masuk ke dalam pemerintahan Islam hingga akhirnya runtuh.

(43)

Sementara itu imperium Persia di bagian timur mulai dikenal pada 226 M dengan kaisar Ardesir sebagai pendirinya. Ia mencoba membangun militer yang kuat, dan melakukan ekspansi wilayah. Shapur Agung memimpin (309-379) Persia paling lama dan berhasil secara gemilang, namun ia terlibat peperangan dengan romawi. Kaisar Parwiz (590) merupakan penguasa terakhir yang sejaman dengan Heraclius di Imperium Bizantine. Kekuasaannya sangat absolute, ia mencintai kekuasaan, kemewahan, kekayaan dan istrinya yang beragama Kristen. Ia pernah merobek surat Nabi Muhammad yang dikirim melalui utusannya dan mengusirnya. Pada masa Yazdigard III (634-652) kekuasaan Persia baru dapat ditaklukan oleh pasukan Muslim Arab.

Agama bangsa Persia adalah Zoroaster. Agama ini sangat berpengaruh kepada peradaban dunia dari pada agama-agama kuno lainnya. Ia bukan hanya agama bangsa Persia saja, tetapi juga berpengaruh sebagian ajarannya kepada para pemeluk agama Yahudi dan Nasrani. Namun tidak berpengaruh terhadap kaum Muslim, kecuali sebagian terkecil dari para mu’allaf.

(44)

Kondisi sosial politik internal wilayah Arabia di masa menjelang kedatangan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal kepemimpinan sentral ataupun persatuan. Kepemimpinan politik di sana didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri dari serangan suku-suku yang lain. Ikatan sosial dibuat berdasarkan hubungan darah dan kepentingan mempertahankan diri.

2.2.1.1 Kondisi Sosial-Ekonomi

Kondisi alam Arabia gersang dan tandus karena terdiri dari padang pasir dan batu-batuan. Terletak di bagian barat daya Asia. Secara umum iklim di jazirah Arab amat panas, bahkan termasuk yang paling panas dan paling kering di muka bumi. Air merupakan kebutuhan primer yang sulit diperoleh secara melimpah seperti sekarang. Karena itu, pertanian tidak berkembang. Salah satu pencaharian yang mungkin pada saat itu adalah beternak dan berdagang.

(45)

melalui Cina dan India. Menurut beberapa teori, karena memanfaatkan jalur dan media perdagangan ini. Bahkan, masuknya Islam ke Indonesia diakui banyak kalangan sejarahwan melalui para pedagang Gujarat di India, di samping melalui cara-cara yang lain seperti pengajaran oleh para guru sufi dari Arab secara langsung.19

2.2.1.2 Kondisi Sosial dan Moral

Memang pada dasarnya masyarakat Arab memiliki sejumlah sifat-sifat positif dan kelebihan-kelebihan. Seperti sifat dermawan, pemberani, setia, ramah sederhana, serta cinta kebebesan, ingatannya kuat, dan pandai bersyair.

Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu ke lain tempat yang dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi alam seperti ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan.

Masa sebelum lahir Islam disebut jaman jahiliah. Kata jahiliah berasal dari kata jahl, tetapi yang dimaksud disini bukan

jahl lawan dari ilm, melainkan lawan dari hilm, yaitu mereka yang pada saat itu dianggap mengalami kemerosotan moral.

19

(46)

Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi yang rendah, tidak diperbolehkan untuk tampil sebagaimana laki-laki, karenanya mereka tidak mempunyai keterampilan-keterampilan dalam sector public seperti memimpin peperangan dan mencari nafkah. Hal ini membuat tradisi menanam anak perempuan yang baru dilahirkan.

Struktur masyarakat Arab pra Islam juga mengikuti sistem perbudakan sebagaimana itu telah menjadi tradisi kuat bangsa-bangsa seluruh dunia saat itu termasuk Yunani yang terkenal sistem perbudakannya itu. Sistem perbudakan berlaku dan berkembang di kalangan bangsa Arab. Mereka dipekerjakan dengan sekehendak majikan, dan diperjual belikan serta ditukar dengan barang sebagai layaknya pedagang melakukan transaksi jual beli secara barter.

Selanjutnya, struktur sosial membedakan kelas papan atas dari kaum bangsawan dengan kelas papan bawah dari rakyat jelata. Diantara dua kelas ini terjadi perbedaan yang sangat tajam sehingga melahirkan jarak dan kerawanan sosial.

2.2.1.3 Kondisi Sosial-budaya

(47)

sangat pesat karenanya. Sehingga, Philip K. Hitti dalam bukunya A History of the Arabs memberika penilaian, bahwa keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung oleh keluasan bahasa Arab, khususnya bahasa Arab Al-Qur’an (Hitti, 1973).

2.2.1.4 Sistem Kepercayaan dan Agama

Bangsa Arab pra Islam percaya dan mewarisi mitos-mitos dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan watsaniyah (paganisme)20. Seperti kepercayaan terhadap dewa, hantu, rohjahat, azimat, tuah, dan lain sebagainya, di mana hal ini sering disinyalir oleh Al-Qur’an sebagai kemusyrikan21

Mayoritas bangsa Arab pra Islam menyembah berhala kecuali para penganut Yahudi dan Nasrani yang jumlahnya kecil. Selain itu mereka menyembah matahari, bintang dan angin. Bahkan terkadang ada yang menyembah batu-batu kecil dan pohon-pohon keramat. Mereka mempunyai berhala-berhala sesembahan, dan yang paling besar lagi terkenal adalah Lata, Mana, ‘Uzza dan Hubal. Disekeliling ka’bah terdapat sekitar

yang amat dilarang dalam Islam.

20

Paganisme adalah sebuah kepercayaan/praktik spiritual penyembahan terhadap pengikutnya disebut Pagan. Pagan pada zaman kuno percaya bahwa terdapat lebih dari satu dan untuk menyembahnya mereka menyembah patung, contoh dan lain-lain.

21

(48)

360 berhala yang setiap tahun mereka kunjungi untuk disembah bersamaan dengan diselenggarakan pecan raya Ukadz.

Namun demikian, di sisi lain terdapat sejumlah orang dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang masih mempertahankan ajaran-ajaran agamanya seperti ajaran tentang ke-Esaan Tuhan (monotheisme).

2.2.2 Masa Awal Kedatangan Islam

2.2.2.1 Nabi Muhammad

Nabi Muhammad lahir dari kalangan bangsawan Quraisy.22

Muhammad saw dilahirkan sebagai yatim pada 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 571. Ketika berumur 40 tahun dia dianggkat menjadi Rasul dengan turunnya wahyu pertama oleh Allah melalui malaikat Jibril yaitu Surat al-Alaq ayat 1-5.

Ayahnya bernama Abdullah ibn al-Muthalib dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Apabila silsilahnya ditarik ke atas beliau samapai kepada Ismail as.

Dakwah beliau pertama kali kepada bangsa Quraisy di Makkah adalah mengenalkannya Allah yang Maha Esa (tauhid).

22

(49)

Allah adalah pencipta alam semesta, pemberi kehidupan dan penentu kematian, pemberi rizki, dll. Selanjutnya, mula-mula misi itu disampaikan kepada keluarga terdekat secara diam-diam, kemudian kepada masyarakat umum secara terang-terangan setelah kondisi memungkinkan. Sebahagian kecil masyarakat menerima dakwahnya, seperti Khadijah istri nabi, Abu Bakar, dan Ali, karena mereka mengetahui kebenaran akan kerasulan Muhammad itu melalui Kitab-kitab suci terdahulu. Namun, sebagian banyak diantara mereka menolak dakawah nabi tersebut, karena tauhid yag dibawakannya dianggap sangat bertolak belakang dari kepercayaan dan agama-agama yan selama ini mereka ikuti.

Penolakan demi penolakan atas dakwah Muhammad dilakukan oleh kaum Quraisy hingga mereka menyakiti dan menganiaya Muhammad serta orang-orang yag mengikutinya.

Beberapa strategi dakwah yang dilakukan Muhammad ialah:

(50)

bersedia berjuang mati-matian serta berkorban untuk kepentingan dakwah.

Kedua, nabi menggunakan strategi pertahapan yang jelas. Dimulai dari dakwah di lingkungan keluarga serta masyarakat sekitar yang mempunyai potensi untuk dapat dipergunakan dalam membantu dakwah. Seperti beliau mengajak Ali putra pamannya, melibatkan Abu Bakar sebagai mertua, mengawini Khadijah yang setia dan kaya, serta Umar pemimpin Quraisy yang sangat disegani.

Ketiga, nabi mendayagunakan berbagai macam sumber potensi manusia secara efektif. Sahabat yang mempunyai kekayaan lebih seperti Khadijah, Abu Bakar dan Usman untuk mendanai dakwah. Mereka yang mempunyai pengaruh besar di kalangan Quraisy seperti Umar bin Khattab dan Hamzah yang Muslim, menyiapkan diri untuk menjadi perisai Nabi dari serangan-serangan musuh besarnya. Sebagai para sahabat yang mempunyai kelebihan dalam bidang intelektualitas seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud dan Zaid bin Tsabit menjalankan misi dalam pengembangan ilmu-ilmu agama dan lain sebagainya.

(51)

Pertama, Perang Badar, terjadi setelah kurang lebih satu tahun Nabi di Madinah. Peperangan terjadi antara Nabi dan kaum Quraisy di Makkah. Peperangan ini akhirnya dimenangkan oleh pihak Nabi.

Kedua, Perang Uhud, terjadi di tahun ke tiga Hijriah antara pasuka nabi dan penduduk mekah, 70 pasukan Muslim gugur, sedangkan penduduk mekah sebanyak 23 jiwa.

Ketiga, perang khadaq, Muslim diikuti 3000 pasukan dengan 10.000 pasuka gabungan antara penduduk mekah, suku-suku Badui sekitar Madinah, dan Yahudi dari Bani Nazir di Madinah. Peperangan ini dimenangkan oleh pihak Muslim berkat strategi berupa penggalian parit yang mengelilingi wilayah kota.

Keempat, perang Khaibar, yaitu penaklukan tanah khaibar oleh kaum Muslimin dengan 1600 pasukan untuk menyerbu Yahudi di tanah itu secara tiba-tiba. Kelima, perang Mu’tah, terjadi antara pasukan kaum Muslimin dengan pasukan Kristen yang dipimpin oleh Surabhil di Mu’tah perbatasan kekuasaan Romawi saat itu. Dan Nabi memerintahkan Khalid bin Walid untuk memimpin penyerangan hingga akhirnya dapat memenangkan pertempuran.

(52)

berdamai, tetapi mereka menolak. Akhirnya Nabi mengirimkan sebanyak 10.000 pasukan dari Madinah yang beliau pimpin sendiri.

Nabi Muhammad wafat pada tahun 632, hampir semua suku Arab telah bergabung dan masuk Islam tanpa paksaan. Dan konflik yang sebelumnya terus terjadi di kalangan Arab telah berakhir.

2.2.2.2 Kulafaur-Rasyidin

Pengganti Muhammad bukan nabi, tetapi harus mengandalkan pandangan manusia yang ada pada dirinya. Bagaimana mereka akan menjamin kalau umat Islam terus mematuhi perintah-perintah Islam.

Empat khalifah pertama yang menggantikan Muhammad adalah sahabat-sahabat terdekat Nabi dan memainkan peran penting di Mekkah dan Madinah. Periode pemerintahan mereka sama formatnya dengan masa Nabi sendiri.

(53)

tertarik dengan agama Muhammad. Beberapa kepala suku menganggap perjanjian mereka hanya berlaku dengan Muhammad dan tidak dengan penerusnya, sehingga setelah wafatnya, mereka bebas menyerbu suku-suku lain dalam Islam.

Abu Bakar memadamkan pemberontakan-pemberontakan dengan kebijaksanaan dan pengampunan. Dia menangani keluhan-keluhan pemberontak dengan baik, sehingga tidak akan ada pembalasan bagi pemberontak yang kembali ke masyarakat. Sebagian terpikat kembali ke Islam.

(54)

setelah perang Badar, orang-orang Arab telah menjadi penakluk kerajaan lain yang lebih lemah. Ekspansi ini terus berlanjut.

Satu abad setelah nabi wafat, kerajaan Islam meluas dari Pyrenees sampai Himalaya. Sementara sebelum datangnya Islam, orang Arab adalah kelompok yang dipandag rendah; tetapi hanya dalam waktu yang cukup singkat mereka telah mengalahkan dua kerajaan dunia.

Telah sering kita dengar perkataan orang Barat yang menganggap Islam sebagai kepercayaan yang kejam dan militeristik yang dipaksakan pada orang-orang dengan ancaman pedang. Sementara Umar sendiri tidak merasa mendapatkan mandat dari Tuhan untuk menaklukan dunia. Tujuan Umar dan para pejuangnya ialah menginginkan harta rampasan dan melakukan kegiatan yang biasa mereka lakukuan untuk mempertahankan kesatuan Islam.

(55)

akhirnya mengusir mereka dari Mediterania timur dan di Afrika Utara pasukan mencapai Tripoli yang sekarang menjadi Libya. Di timur, pasukan Muslim merebut sebagian besar Armenia, menyusup ke Kaukasus dan membangun kekuasaan Muslim sampai di Sungai Oxus di Iran, Heart di Afganistan, dan Sind di anak benua India.

(56)

Pada tahun 656, ketidakpuasan memuncak dalam pemberontakan. Sekelompok prajurit Arab dari Fustat pulang ke Madinah untuk menuntut hak mereka dan ketika ditolak, mereka mengepung rumah sederhana Utsman, menyerbu masuk, dan membunuhnya. Para pemberontak mengangkat Ali sebagai Khalifah baru.

Ali tumbuh dalam rumah tangga Nabi dan diilhami ide-ide yang dikembangkan Muhammad. Dia adalah prajurit terbaik dan dia menulis surat-surat yang menyemangati para prajuritnya. Walaupun dekat dengan Nabi, kepemimpinannya tidak diterima semua orang. Ali didukung kaum Anshar madinah, dan orang-orang Mekkah yang menolak kebangkitan Umayyah. Tetapi pembunuhan Utsman, sebagaimana Ali sendiri, adalah menantu Muhammad dan merupakan orang-orang pertama yang masuk Islam, menjadi peristiwa yang mengejutkan dan menyebabkan perang saudara selama lima tahun, yang dikenal sebagai fitnah, periode ujian. hal itu disebabkan karena Ali tidak menghukum pembunuh Utsman.

(57)

Muawiyah meningkat di ibukota Damaskus. Utsman adalah keluarganya, dan sebagai pimpinan baru keluarga Umayyah, tugasnya sebagai kepala suku Arab untuk membalas kematian Utsman.

Muawiyah terus memperoleh simpatisan, sementara banyak warga Arab yang tetap netral. Sementara Ali mulai hilang pendukungnya. Tentara Muawiyyah mengalahkan pertahanan kepemimpinan Ali di Arab, dan pada tahun 661, Ali dibunuh oleh Khawarij23

2.2.3 Masa Perkembangan Islam

. Orang-orang yang tetap setia pada tujuan Ali di Kufah mengangkat anaknya, Hasan, sebagai pemimpin, tetapi Hasan kemudia membuat perjanjian dengan Muawiyah dan dengan pertimbangan keuangan, dia mundur dan menyerahkan kekuasaanya kepada Muawiyah, sementara ia tinggal di Madinah tanpa terlibat gerakan politik apapun sampai wafatnya pada tahun 669.

2.2.3.1 Dinasti Umayah

Dalam literatur sejarah, Dinasti Umayah selalu dibedakan menjadi dua: pertama, Dinasti Umayah yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Syiria). Fase ini berlangsung sekitar satu abad dan mengubah sistem

23

(58)

pemerintahan dari sistem khalifah kepada sistem kerajaan atau monarki24

a) Peradaban Umayah di Syiria (661- 680)

; dan kedua, Dinasti Umayah di Andalusia (Iberia).

Dinasti Umayah di Syiria (Damaskus) berlangsung selama 91 tahun dengan jumlah khalifah 14 orang.25

Ekspansi wilayah oleh Bani Umayah dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan, dilakukan sebagai lanjutan dari ekspansi yang dilakukan oleh para pemimpin Islam sebelumnya. Muawiyah berhasil menaklukan Tunis, Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai Kabul; dan angkatan laut Muawiyah menyerang Konstantinopel (ibu kota Byzantium). Ekspansi ini kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Ia berhasil menunduka Balkh, Bukhara, Khawarizm, Fergana,

Khalifah yang dipandang memajukan umat Islam adalah Abd al-Malik dan Umar Ibn Abd al-Aziz. Umat Islam ketika itu telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan Bizantium. Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru cara suksesi kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium, yaitu monarki (kerajaan). Akan tetapi, gelar pemimpin pusat tidak disebut raja, mereka tetap menggunakan khalifah dengan makna konotatif yang diperbaharui.

24

Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: 2003), hal. 79.

(59)

Samarkand, dan bahkan sampai ke India dengan menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab samapai Maltan.26

Selain itu, Walid Ibn al-Malik adalah khalifah yang berhasil menundukan Maroko dan al-Jazair. Kemudian serangan juga dilanjutkan ke Eropa atas pimpinan Thariq Ibn Jiyad. Tentara Spanyol dapat dikalahkan oleh pasukan Thariq, oleh karena itu, ibu kota spanyol, Kordova, dapat dikuasai. Setelah itu dikuasai pula kota Seville, Elvira, dan Toledo. Pada zaman Umar Ibn Abd al-Aziz, serangan dilakukan ke Prancis yang dipimpin oleh Abd al-Rahman Ibn Abd Allah al-Gafiqi. Di Prancis umat Islam berhasil menundukan Bordeau dan Poitiers, kemudian serangan dilanjutkan untuk menundukan kota Tours. Namun al-Ghafiqi mati terbunuh, akhirnya tentara Islam mundur dan kembali ke Spanyol.27

Harun Nasution menjelaskan bahwa keberhasilan penaklukan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah membuat wilayah Dinasti Umayah begitu luas sehingga mencakup Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, India, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.28

26

Ibid., h. 86-87.

27

Badri Yatim, h. 43-44

28

(60)

b) Umayah di Andalusia

Andalusia adalah nama bagi semenanjung Iberia pada zaman kejayaan Umayah. Umat Islam mulai menaklukan semenanjung Iberia pada zaman khalifah al-Walid Ibn Abd al-Malik (86-96 H/705-715).

Kemajuan Dinasti Umayah di Andalusia dicapai pada zaman al-Munatshir, pengganti Abd al-Rahman al-Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan kota satelit yang di dalamnya terdapat gedung-gedung istana megah; istana yang dikelilingi oleh taman di sebelah barat laut Cordova); mesjid jami Kordova (786 M) yang hingga kini masih tegak.

Pada abad 9 Masehi, para pelajar Andalusia banyak yang pergi ke Bagdad untuk belajar filsafat. Perkembangan filsafat mendorong berkembangnya ilmu eksakta, antara lain matematika. Ilmu pasti yang dikembangkan orang Arab berpangkal dari buku India, yaitu Sinbad, yang diterjemankan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari pada tahun 771 M. dengan penerjemahan buku ini, kemudian Nasawi (pakar matematika) memperkenalkan angka-angka India (0,1,2 hingga 9;29

29

Nurcholish Madjid dkk, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Van Hoeve, 1994), h. 269.

(61)

tumbuh-tumbuhan untuk kepentingan pengobatan sehingga melahirkan ilmu apotek dan farmasi.

c) Kemunduran Umayah

Kemunduran Umayah di Spanyol ditandai dengan perebutan kekuasaan secara internal dinasti. Khalifah seperti Hisyam II (976 M) diangkat menjadi khalifah ketika berusia 10 tahun dianggap tidak pantas sehingga dipecat oleh pemuka Umayah; dan setelah itu perebutan jabatan khalifah terjadi. Selama 22 tahun setelah Hisyam II, terjadi 14 kali pergantian. Sejak saat khalifah di Andalusia di hapuskan untuk selamanya, karena tidak ada lagi orang yang layak untuk menjadi khalifah.

(62)

atau keluar dari Spanyol.30

2.2.3.2 Peradaban Islam pada Zaman Dinasti Abasiah (750-1258 M) Setelah itu, umat Islam dapat dikatakan tidak adala lagi.

Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.

Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Pada masa Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M) ibu kota dipindakhkan dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Bagdad. Pada zaman Harun al-Rasyid (786-809) bagdad menjadi pusat persentuhan budaya dan ilmu pengetahuan. Ia banyak memanfaatkan kekayaan Negara untuk keperluan sosial: mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan kedokteran dan lembaga pendidikan farmasi. Pada zaman Harun al-Rasyid, umat Islam sudah memiliki 800 dokter. Ia juga mendirikan perpustakaan, tempat penerjemahan, dan penelitian.

Pada masa kekhalifahan al-Mutawakkil pada tahun 874 M. telah terdapat ulama seperti Ahmad Ibn Hanbal yang melahirkan karya al-musnad dalam bidang hadis yang masih dapat dibaca hingga saat ini. Studi hadits di zaman ini merupaka studi

30

(63)

lanjutan dari zaman Umayah. Ahmad Ibn Hanbal memiliki beberapa murid yang mempelajari dan menekuni hadis; diantara mereka ialah Imam Bukhari yang telah mengumpulkan hadis dari berbagai daerah selama 16 tahun. Karya terbesarnya yang dikenal dengan Shahih al-Bukhari. Ulama bidang hadis yang sejaman dan saling berkomunikasi dengan Imam Bukhari adalah Imam Muslim yang berhasil menyusun hadis dengan judul Shahih Muslim.

Pada masa ini juga telah lahir ilmuan-ilmuan besar yang juga melahirkan karya-karya besar. Diantara mereka adalah:

-Zakaria al-Razi (865-925)

Terkenal dengan Razhes (bahasa Latin). Beliau adalah ahli kedokteran klinis, dan penerus Ibn Hayyan dalam pengembangan ilmu kimia. Ia melakukan penelitian empiris dengan menggunakan peralatan yang lebih caggih dibanding dengan kegiatan ilmiah sebelumnya. Bukunya merupakan buku manual laboratorium kimia yang pertama.

-Al-Farabi (870-950)

(64)

-Al-Biruni (973-1048)

Ia dijuluki sebagai Ahli Antropologi pertama (Bapak Antropologi).31

Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Argumentasinya adalah karena al-Biruni merupakan observer patrisipan yang luas tentang masyarakat “asing” dan berupaya mempelajari naskah primer dan pembahasannya. Disamping itu ia juga ahli matematika, astrinomi, dan sejarah. Ia menulis buku Kitab al-Hindi atau Tahqiq al-Hindi (Investigasi atas India) yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Jerman oleh E. Sachau pada tahun 1887.

Kemunduran Bani Abbas ditandai dengan adanya pertikaian internal. Sebelum meninggal Harun al-Rasyid telah menyiapkan dua anaknya yang diangkat menjadi putra mahkota untuk menjadi khalifah: al-Amin dan al-Ma’mun. al-Amin diberi hadiah berupa wilayah bagian barat; sedangkan al-Ma’mun diberi hadiah berupa wilayah bagian timur. Setelah Harun al-Rasyid wafat (809 M), al-Amin putra tertua tidak bersedia membagi wilayahnya dengan al-Ma’mun, hingga terjadi pertempuran dua bersaudara yang akhirnya dimenangkan oleh al-Ma’mun. setelah itu al-Ma’mun berusaha menyatukan kembali wilayah Dinasti Bani Abbas. Untuk keperluan itu ia

31

(65)

dikukung oleh Tahir panglima militer. Sebagai imbalan terhadap Tahir di samping berkedudukan sebagai panglima tertinggi tentara Bani Abbas diangkat oleh al-Ma’mun juga sebagai gubernur Khurasan (820-822) dengan janji bahwa jabatan itu dapat diwariskan oleh anak-anaknya. Akhirnya, ketergantungan khalifah pada Tahir sangat tinggi yang membuat khalifah tidak dapat mengendalikan tentara secara langsung.

Hingga kemudian Tahir mendirikan dinasti kecil, yang kemudian diikuti oleh berbagai kalangan yang membentuk dinasti-dinasti yang lain seperti dinasti Safari, Smani, Gaznawi, Buwahi, Saljuk, Idrisi, Aghlabi, Thulun, Hamdani, Ikhsyid, murabithun, muwahidun, Fatimiah, Ayubiyah, dan Mamalik.

Akhir dari dinasti Bani Abbas yang berkuasa sekitar lima Abad di sibukan oleh konflik internal (mereka yang dikendalikan oleh dinasti-dinasti bawahannya) dan menghadapi perang salib dalam beberapa gelombang. Karena perhatian terhadap perang salib yang begitu besar, kedatangan pasukan Mongol ke Bagdad tidak terantisipasi.

Mangu membentuk dua pasukan untuk memperluas wilayah: Kubai dan Hulagu. Kubai menaklukan Cina; sedangkan Hulagu menaklukan kerajaan-kerajaan Islam.32

32

Hulagu menyerang Islam karena dua faktor: pertama, benci kepada Islam karena informasi dari isterinya yang beragama Kristen; dan kedua, ia sudah berjanji kepada raja Armenia aka menyerahkan Jerussalem kepada tentara salib apabila berhasil menaklukan Islam ketika raja itu berkunjung ke Mongol.

(66)

tahun 1256 H, Hulagu berhadapan dengan pasukan Hasyasyin yang sulit dikalahkan. Ia meminta bantuan kepada khalifah Abasiyah di Baghdad. Akan tetapi, khalifah Baghdad menolak. Tanpa bantuan khalifah Bagdad, Hasyasyin pun akhirnya dapat dikalahkan.

Setelah berhasil mengalahkan Hasyasyin, Hulagu meminta agar khalifah menyerah, permintaan itu ditolak. Akhirnya Hulagu menyerang Bagdad (1258 M) hingga Bani Abbas di Bagdad berakhir; dan Hulagu kemudian mendirikan dinasti Ilkhan.

2.3 Masuknya Islam ke Indonesia

Azyumardi Azra menginformaskan sejumlah teori tentang datangnya Islam ke Asia Tenggara. Pertama, Pijnappel (sejarawan Universitas Leiden) berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara berasal dari anak Benua India, yaitu Gujarat dan Malabar. Pendapat ini didukung oleh Snouck Hurgronye. Kedua, Moquette, sarjana Belanda lainnya, juga berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara berasal dari Gujarat meskipun juga terdapat beberapa pendapat lain yang mengatakan dari Arab.

(67)

Badri Yatim (1997:193) menginformasikan bahwa Islam disebarkan dan dikembangkan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) dengan tiga tahap: pertama, Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara; kedua, terbentuknya komunitas-komunitas Islam di beberapa kepulauan Nusantara; dan ketiga, berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.

Azyumi Azra mengatakan bahwa perkembangan Islam di Asia Tenggara mengalami tiga tahap: pertama, Islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia di sekitar pelabuhan. Pada tahap ini, para ulama yang merangkap sebagai pedagang memiliki peran besar dalam penyebaran agama Islam. Di samping itu, penyebaran Islam tahap pertama ini sangat diwarnai oleh aspek mistik Islam (tasauf). Tidak berarti syariat atau fiqih diabaikan sama sekali. Tahap pertama ini berlangsung hingga Majapahit runtuh (abad 15 M).

Kedua, sejak datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Inggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Pilipina, sampai abad 19 M; dan tahap liberalisasi kebijakan pemerintahan kolonial, terutama belanda di Indonesia. Pada tahap ini, proses Islamisasi di Asia Tenggara sampai bentuknya seperti sekarang ini.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas ini bertujuan untuk memberikan suatu aplikasi manajemen laundry yang dapat digunakan untuk mengatur transaksi dan pengolahan data dengan berbasis teknologi dan

Demikian juga dengan pola campur kode yang dikemukakan oleh Suwito dan Dani yang diperoleh dari data lapangan berbentuk: Nomina (bahasa Arab) + adjektiva (bahasa Arab), verba

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Jenis ini khas bagi kaum sufi (pesantren tarekat) dengan pengajian-pengajian yang teratur dalam masjid dan dipimpin oleh seorang kiai. Jenis ini sering merupakan

Apakah ada manfaat yang diperoleh dengan adanya kebijakan pemerintah?. tentang penyelenggaraan dan

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Puskesmas Simalingkar, Dinas kesehatan Kota Medan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan

untuk melaksanakan ibadah haji gratis. Dalam meningkatkan kinerja ustadz, ustadzah, dan staf administrasi terus dilatih dalam Bahasa Inggris, dengan pendekatan Neoro

Tabligh dengan kreasi baru ini mengandung berbagai unsur sekaligus, yakni dengan musik dalam hal ini khususnya musik qosidah yang berada di radio Persada FM tampaknya sudah