KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA YUPPENTEK 3 LEGOK
TANGERANG DALAM MENGANALISIS INTERTEKSTUAL PUISI
“PADAMU JUA” KARYA AMIR HAMZAH
DAN PUISI “DOA” KARYA CHAIRIL ANWAR
S K R I P S I
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Titin Nuryatin NIM. 1811013000023
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i ABSTRAK
TITIN NURYATIN, NIM. 1811013000023 : “Kemampuan Siswa Kelas X SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang dalam Menganalisis Intertekstual Puisi “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah dan Puisi “Doa” Karya Chairil Anwar“
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa Kelas X SMA
YUPPENTEK 3 Legok Tangerang dalam menganalisis intertekstual puisi ”Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan puisi “Doa” karya Chairil Anwar. Metode penelitian
yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. Adapun instrumen yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah teks puisi, angket dan tes pemahaman
terhadap intertekstual puisi ”Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan puisi “Doa”
karya Chairil Anwar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang yang berjumlah 147 siswa. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa Kelas X-1 SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang yang bejumlah 35 siswa. Sampel dalam peneltian ini adalah seluruh siswa Kelas X-1 SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang yang berjumlah 35 siswa, sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian populasi.
Berdasarkan hasil tes diperoleh data bahwa dalam hal menganalisis unsur
fisik puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan puisi “Doa” karya Chairil Anwar, lebih dari setengah siswa dianggap mampu. Begitu pun kemampuan siswa
menganalisis unsur batin puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan puisi “Doa”
karya Chairil Anwar, sebagian besar siswa telah mampu. Kemampuan siswa menganalisis hubungan intertekstual puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan
puisi “Doa” karya Chairil Anwar, sebagian besar siswa telah mampu.
ii ABSTRACT
TITIN NURYATIN, NIM . 1811013000023 : "The ability of high school students Class X YUPPENTEK 3 Legok Tangerang in analyzing intertextual poem "Padamu Jua" by Amir Hamzah and the poem "Doa" by Chairil Anwar"
This study aims to determine the ability of high school students Class X YUPPENTEK 3 Legok Tangerang in analyzing intertextual "Padamu Jua" by Amir Hamzah and the poem "Doa" by Chairil Anwar . Based on the main problems and the research purpose supposedly high school students Class X YUPPENTEK 3 Legok Tangerang able to analyze the textual poetry "Padamu Jua" by Amir Hamzah and the poem "Doa" by Chairil Anwar . The research method I use is the descriptive method. The instruments used in the data collection process is the text of the poem, questionnaires and tests understanding of the intertextual poem "Padamu Jua" by Amir Hamzah and the poem "Doa" by Chairil Anwar. The population in this study were students of class X SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang to sample as many as 35 students. Based on data from the questionnaire results it can be concluded that most of the students please Indonesian lesson, while the subject matter favored by most of the students are listening to , and the type of literature that many students preferred is poetry and novels . Kind of poetry is much preferred by the students is the poem , and the poem memahmi most students use textual methods . While in terms of students' ability to understand their poetry is still a lot of trouble. However, most students are able to determine the elements that are included in the category of poetry and who do not mind . Based on the test results obtained in terms of analyzing the data that the physical elements of poetry "Padamu Jua" by Amir Hamzah and the poem "Doa" by Chairil Anwar, more than half of the students considered capable . In terms of students' ability to analyze the mental element of poetry "Padamu Jua" by Amir Hamzah and the poem "Doa" by Chairil Anwar , most students have been able to. In terms of students' ability to analyze the relationship intertextual poem "Padamu Jua" by Amir Hamzah and the poem "Doa" by Chairil Anwar, most students have been able to .
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membimbing manusia menuju jalan yang penuh dengan rido Allah Swt.
Skripsi ini berjudul “Kemampuan Siswa Kelas X SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang dalam Menganalisis Intertekstual Puisi „Padamu Jua‟ Karya Amir Hamzah dan Puisi „Doa‟ Karya Chairil Anwar “, ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Nurlena Rifa‟i, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan dorongan dan motivasinya kepada penulis;
2. Dra. Hindun, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;
3. Ahmad Bahtiar, M.Hum., pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbinga dan masukannya kepada penulis dalam penyusunan skeipsi ini;
4. Seluruh dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah membimbing dan mendidik kami selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
5. Segenap Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
6. Hibar Muhamad Soleh, S.E., M.Pd., suami tercinta yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini;
7. Sabrina, Iqbal, Rafi, dan Habibi, anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungannya kepada penulis;
iv
9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan semangat dan dorongannya kepada penulis.
Semoga sumbangsih yang telah mereka berikan menjadi catatan pahala di sisi Allah Swt. Amin Ya Rabbal „Alamin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin,
Jakarta, 10 Juli 2014
v
D A F T A R I S I
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KARTA SENDIRI
ABSTRAK ... i
ABSTRAC ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... ... 1
B.Identifikasi Masalah ... ... 3
C.Pembatasan Masalah ... ... 3
D.Perumusan Masalah ... ... 3
E. Tujuan penelitian ... ... 4
F. Manfaat Penelitian ... ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A.Intertekstual ... ... 5
B.Hakikat Puisi ... ... 8
C.Struktur Fisik ... ... 21
D.Pengajaran Puisi di Sekolah ... ... 23
E. Evaluasi Hasil Pengajaran Puisi ... ... 33
F. Penelitian Relevan ... ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 37
B.Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 37
C.Metode Penelitian ... ... 38
vi
E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 40
F. Teknik Analisis Data ... ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 43
B.Deskripsi Puisi “Padamu Jua” dan Puisi “Doa” ... ... 46
C.Deskripsi Data Hasil Penelitian ... ... 57
D.Pembahasan Hasil Penelitian ... ... 74
BAB V PENUTUP A.Simpulan ... ... 79
B.Saran ... ... 80
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sastra merupakan ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran yang berisi pandangan, ide, perasaan, pikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimaterikan dalam sebuah bentuk-bentuk keindahan. Sastra juga merupakan semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona.
Perwujudan bentuk karya sastra salah satunya adalah puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dengan bentuk karya sastra lainnya, Puisi adalah jenis karangan yang dalam penyajiannya sangat mengutamakan kegayaan kata. Kata yang bergaya merupakan salah satu unsur terpenting yang selalu dipikirkan penyair dalam mengungkapkan ide atau perasaannya. Puisi dapat juga diartikan sebagai karya sastra yang dibuat sebagai hasil penghayatan atau refleksi seseorang terhadap kehidupannya. Melalui puisi, seseorang ingin mencurahkan segala isi hatinya. Isi hati tersebut tidak hanya berupa perasaan, tetapi juga pikiran, sikap, dan harapan penulis terhadap objek yang sedang dihayatinya.
Pembinaan dan pengembangan karya sastra sebagai bagian dari kebudayaan karakter khususnya puisi perlu dilakukan. Sebab, setiap puisi yang diciptakan oleh pengarang di dalamnya terkandung nilai-nilai yang penting bagi setiap manusia, baik orang yang telah dewasa maupun generasi muda. Puisi
“Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan “Doa” karya Chairil Anwar merupakan catatan-catatan emosi, luapan perasaan dengan gejolak jiwa dan sikap penyair pada masa-masa tertentu.
Puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan “Doa” karya Chairil Anwar
memiliki tema yang sama, yaitu tema ketuhanan. Tema ketuhanan itu terletak pada struktur kedua puisi tersebut yang mengandung nilai-nilai pengharapan dan penyerahan diri kepada Tuhan.
2
Pesan dalam puisi ini mengandung makna pengharapan dan penyerahan diri kepada Tuhan dan ditemui pada puisi “Doa” karya Chairil Anwar, seperti
“Tuhanku”, “Di Pintumu Aku Mengetuk”, Aku Tidak Bisa Berpaling”. Kedua pengarang ini juga memiliki tujuan yang sama yaitu pengarang mengajak pembaca untuk selalu mengingat Tuhan. Kedua puisi tersebut memiliki banyak kesamaan. Karena itu kedua puisi tersebut menjadi kajian intertekstual.
Urgensi pengkajian kemampuan menganalisis puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan “Doa” karaya Chairil Anwar didasarkan atas keyakinan bahwa puisi tersebut merepresentasikan nilai religius, dan memiliki daya komunikasi bagi setiap pembacanya. Nilai religius atau ketuhanan dikemas dalam puisi “Doa” karya Chairil Anwar dan puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah yang dapat
dilihat melalui penggalan puisi sebagai berikut: “Tuhan, dalam termangu aku
masih menyebut namamu…(doa), dalam doaku subuh ini, kau menjelma langit
yang semalaman tak memejamkan mata… ( dalam doaku).
Pengajaran apresiasi puisi tidak luput dari gaya bahasa. Tidak heran kalau pengajaran puisi belum banyak membentuk watak dan kepribadian siswa. Dari tahun ketahun Pengajaran apresiasi puisi tidak lebih dari sebuah rutinitas pengajaran untuk memenuhi tuntutan kurikulum belaka; belum memberikan inspirasi kepada siswa untuk menjadi manusia yang berbudaya, yaitu manusia yang memiliki sikap responsif terhadap nilai-nilai moral dan berbudi luhur.
Dalam standar isi (SI) KTSP disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengatahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memenuhi dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
3
mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.
Berdasarkan hal-hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul “Kemampuan Siswa Kelas X SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang dalam Menganalisis Intertekstual Puisi “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah dan Puisi “Doa”Karya Chairil Anwar”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas maka perlu diidentifikasi permasalahanya agar lebih jelas.
1. Tidak semua siswa menyukai materi puisi
2. Guru kurang menguasai dalam bidang pengajaran puisi
3. Masih ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam menganalisis intertekstual Puisi ”Padamu Jua” Karya Amir Hamzah dan Puisi “Doa” Karya Chairil Anwar.
4. Kemampuan siswa yang kurang memahami Puisi “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah dan Puisi “Doa” Karya Chairil Anwar.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak masalah yang ada pada siswa, sehingga perlu dilakukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan kendala lainnya sehingga difokuskan pada :
“Kemampuan Siswa Kelas X SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang dalam menganalisis intertekstual puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan puisi
“Doa” karya Chairil Anwar.
D.Perumusan Masalah
4
menganalisis intertekstual puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan puisi
“Doa” karya Chairil Anwar”.
E.Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Kemampuan Siswa Kelas X SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang dalam menganalisis intertekstual puisi
”Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan puisi “Doa” karya Chairil Anwar”.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengembangan salah satu teori untuk kemampuan siswa dalam menganalisi intertekstual puisi
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut: a. Bagi Guru
Hasil penelitian dapat memberikan gambaran bagi guru tentang kemampuan siswa dalam menganalisis puisi berdasarkan data-data yang diperoleh sebagai salah satu bahan pengajaran sastra khususnya puisi. b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat membantu siswa agar mudah dalam menganalisis puisi
c. Bagi Pembaca
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Intertekstual
1. Pengertian Intertekstual
Menurut Nurgiantoro, kajian intertekstual merupakan kajian terhadap sejumlah teks sastra yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu.1 Julia Kristeva mengatakan bahwa setiap teks sastra itu merupakan mosaik kutipan-kutipan, penyerapan dan trasformasi teks-teks lain.2 Teeuw mengatakan bahwa penulisan dan atau pemunculan sebuah karya sering ada kaitannya dengan unsur kesejarahannya sehingga pemberian makna itu lebih lengkap jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan itu.3
Secara luas interteks diartikan sebagai jaringan hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Penelitian dilakukan dengan cara melakukan hubungan-hubungan bermakna di antara dua teks atau lebih. Hubungan yang dimaksudkan tidak semata-mata sebagai persamaan, melainkan juga sebaliknya sebagai pertentangan, baik sebagai parodi maupun negasi.
2. Aspek-aspek Intertekstual a. Medium Bahasa
Medium bahasa adalah wahana yang paling ampuh untuk menegakkan suatu karya sastra. Sastra menjadi sangat komunikatif, oleh karena didirikan dalam bentuk tanda bahasa sebagai perwakilan Sastra menjadi sangat komunikatif, oleh karena didirikan dalam bentuk tanda bahasa sebagai perwakilan dari ide atau pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Namun demikian, ada perbedaan yang perlu diperhatikan dari segi bahasa ini. Sebab bahasa (lingusitik) tidak sama
1
Nurgiantoro Burhan, Teori Pengkajian Fiksi. (Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010), h. 50
2
Djoko Pradopo Rachmat, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.167
3
Ibid. h. 50
6
dengan puitik, masing-masing mempunyai nilai yang berlainan. Hal ini diakibatkan oleh tanda bahasa dalam puisi yang mempunyai sistem dan prinsip yang tidak terdapat dalam linguistik.
Perkembangan penggunaan bahasa membawa pergeseran nilai. Dalam sebuah puisi pergeseran tersebut tampak dari manfaaatnya. Sebagai contoh adalah penggunaan bahasa dalam puisi lama (Melayu) yang mementingkan rima dan netrum daripada bahasa periode sesudahnya yang lebih mementingkan kandungan isi. pergeseran itu adalah satu hal yang membedakan fungsi puitik dengan linguistik. Bahasa puitik tidak selalu merupakan ekspresiornamental, atau sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, sebab dibalik itu ada isi yang terselubung.
b. Hypogramatik
Ciri hypogramatik sebuah puisi dengan puisi lain adalah pengungkapan masalah yang mempunyai kesamaan latar sebuah puisi dengan puisi lain. Ciri hypogramtik menunjukkan libatan-libatan unsur tanda yang diturunkan dari puisi yang mendahului kedalam puisi yang kemudian proses derivasi dan trasformasi akan mengakibatkan adanya perbedaan pendirian tanda. Tanda sebagai medan makna berarti pula bahwa hypogramatik tidak lepas dari kerangka pemahaman maksud makna sebuah puisi. Sebuah puisi mendapatkan kekuatannya sebagai puisi, karena masalah yang terungkap telah dijelaskan dalam puisi lain.
Puisi yang satu mempunyai ciri-ciri yang menunjukkan unsur hypogramatik dengan puisi lain. Dari beberapa segi ada suatu masalah yang di kandung dari kedua puisi, memiliki pengertian yang difokuskan pada tema yang sama, namun dengan pola berpikir yang berbeda. Lewat tanda-tanda yang didirikan dalam bentuk perwakilan bahasa (fonem, kata, frase, kalimat) memperlihatkan adanya unsur kesamaan dan pertentangan.
7
3. Faktor Komunikatif Teks
Sebuah karya sastra diharapkan dapat menembus jarak geografi dan waktu. Walaupun ia mungkin tak dapat menembus jarak sosial. ia menembus jarak waktu karena masalah di dalamnya masih relevan untuk masa sesudahnya. Namun begitu ia hanya mungkin berkomunikasi dengan lapis masyarakat dengan latar belakang sosial budaya tertentu. Walaupun lapis ini bersifat supralokal dan tak kenal masa.4
Menurut Sumardjo, sastra Indonesia dalam sejarah perkembangannya, mempunyai sifat komunikasi yang masih terbatas pada masyarakat tertentu.5 Hal ini disebabkan munculnya sastra Indonesia (modern) dari golongan masyarakat tertentu pula. Sastra Indonesia modern muncul dari golongan masyarakat menengah ke atas yang tingal di kota-kota dengan rata-rata berpendidikan menengah atas dan tinggi serta usia muda.
Masalah itu yang memungkinkan adanya hubungan antar teks satu dengan teks yang lainnya. Komunikatif sebuah karya sastra yang dikagumi oleh sastrawan lain, dapat memunculkan ide baru dari sastrawan tersebut. Sehingga ada motif-motif cerita yang mirip atau mungkin bertolak belakang.
4. Trasformasi Teks
Di dalam intertekstual, hubungannya seringkali terjadi kontras-kontras baik segi wujud maupun isi. Hal ini disebabkan cara mentrasformasikan tanda kedalam puisi berbeda. Trasformasi dapat terjadi dari tanda memetik kedalam kata/frase, metrik ke teks dari teks ke teks. Khusus untuk analisis intertektualitas masalah yang akan dianalisis adalah trasformasi dari teks ke teks sebagai faktor komunikatif puisi. Proses transformasi dapat dikatakan sebagai proses derivasi teks. Sumber-sumber yang diperoleh seorang penyair dari teks lain, menjadi bahan atau pengetahuannya dan kemudian bahan itu ditransformasikan ke dalam
4
Junus Umar. Mitos dan Komunikasi. (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), h. 23
5
8
karyanya. Trasformasi juga sebagai proses aktualisasi ide penyair. Sehingga faktor individual (subjektivitas) penyair menjadi penting.
B.Hakikat Puisi 1. Pengertian Puisi
Banyak pendapat yang memberikan pengertian tentang puisi. Biasanya berhubungan dengan struktur fisiknya saja atau struktur batinnya saja, namun ada juga yang memberikan batasan yang meliputi keduanya.
Untuk lebih memperluas pandangan kita tentang pengertian puisi, penulis mengemukakan beberapa pengertian tentang puisi berdasarkan etimologinya.
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani
pioetas, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.6
Puisi biasa dibuat oleh pengarang dengan tiga sasaran yaitu pertama, untuk dirinya sendiri sebagai sarana pengungkapan perasaan dan pendapat-pendapat pengarang terhadap sesuatu; kedua, untuk redaksi maksudnya setelah puisi itu dibuat maka redakturlah yang memiliki kewajiban menyebarluaskan puisi tersebut kepada masyarakat; ketiga, untuk penikmat dan kritikus, bagi mereka puisi digunakan sebagai objek pengamatan ataupun hanya sekedar bahan bacaan.
Ada beberapa pengertian puisi, diantaranya adalah pendapat Panuti Sudjiman yang menyatakan bahwa puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.7 Sedangkan Ralph Waldo Emerson mengatakan bahwa puisi mengajarkan
6
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung : Angkasa ,1993), h. 4
7
9
sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.8 Pendapat lain dikemukakan oleh Samuel Johnson, menurutnya bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, bercikal-bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian.9
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang ungkapannya secara implisit peluapan yang spontan dari perasan-perasaan ekspresi yang kongkret melalui rekaman diri saat-saat yang paling baik dan senang.
2. Jenis-jenis Puisi a. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
1) Jumlah kata dalam 1 baris 2) Jumlah baris dalam 1 bait 3) Persajakan (rima)
4) Banyak suku kata tiap baris 5) Irama
Ciri puisi lama:
1) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya. 2) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan. 3) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama antara lain:
1) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan. 2) Mantra
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Hal ini dianggap dapat mempermudah untuk berhubungan dengan Tuhan, dewa-dewi ataupun penguasa alam. Contoh:
8
Ibid. h.3
9
10
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu
3) Pantun
Pantun diguanakan untuk menyatakan berbagai perasaan serta untuk menasehati. pantun merupakan puisi lama asli Indonesia dan termasuk jenis sastra yang sangat terikat oleh aturan.
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukkan ke dalam hati
4) Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a)
5) Seloka
11
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan
6) Gurindam
Gurindam adalah susunan kalimat yang berisi nasihat atau petuah, yang setiap baitnya terdiri dari 2 larik. Larik pertama merupakan sebab sedangkan larik kedua merupakan akibat. Biasanya gurindam terdiri dari kalimat majemuk yang kemudian debagi menjadi 2 larik bersajak induk kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b) Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c) Istri pun kelak menjadi kurus (c)
7) Syair
Syair adalah susunan kalimat yang digunakan untuk melukiskan atau menceritakan sesuatu yang mengandung unsur mitos atau sejarah. ciri sebuah syair terdiri atas 4 larik, yang setiap lariknya terdiri atas 8-12 suku kata. bersajak a-a-a-a, serta tidak memiliki sampiran. keempat larik syair merupakan suatu rangkain cerita yang utuh yang mengambarkan isi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a) Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a) Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
8) Talibun
12
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu
b. Puisi Baru
Puisi baru lahir pada masa penjajahan Belanda, dengan demikian sulit dielakan adanya pengaruh kebudayaan Eropa. Terdapat persamaan bentuk antara puisi lama dengan puisi baru, yaitu masih terikat pada jumlah larik dalam satu bait. Namun jumlah suku kata dalam setiap larik atau rima sudah tidak lagi terikat oleh aturan-aturan yang ketat.
Ciri-ciri Puisi Baru: 1) Bentuknya rapi, simetris;
2) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
3) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair; 4) Sebagian besar puisi empat seuntai;
5) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
6) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata. Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas : 1) Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul
“Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
2) Himne
13
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu menitikkan darah dari tangan dan kaki dari mahkota duri dan membulan paku Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka dunia kehilangan sumber kasih Besarlah mereka yang dalam nestapa mengenal-Mu tersalib di dalam hati. (Saini S.K)
3) Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang Generasi sekarang di panjang masa Menciptakan kemegahan baru Pantun keindahan Indonesia Yang jadi kenang-kenangan Pada zaman dalam dunia
14
4) Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal) 5) Romansa
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra 6) Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
15
7) Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan.
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
1) Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2) Terzina adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
16
Contoh :
Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4) Quint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
contoh :
Hanya Kepada Tuan Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan Kepada tuan
Yang pernah merasakan Satu-satu kegelisahan Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5) Sektet adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas Sukma jiwaku rasa tenggelam Dalam laut tidak terwatas Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
17
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)
7) Oktaf/Stanza adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8) Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari Negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang
dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta
18
Contoh: Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b ) Seorang saja di tengah padang ( b ) Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a ) Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b ) Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b ) Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a ) Terdengar olehku bunyi serunai ( a ) Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c ) Maulah aku menurutkan dikau ( c )
c. Puisi Modern
Puisi modern bercirikan bentuk puisi yang bebas dari aturan, baik bentuk maupun aturan isi. Puisi modern lebih mementingkan isi daripada bentuk. Namun bentuk fisik puisi atau tipografi yang dibuat secara khas oleh penyairnya itu, digunakan untuk mendukung isi puisi.
Cara pengungkapanya puisi modern terdiri:
1) Puisi Lirik adalah puisi yang mengandung curahan rasa dan suasana hati, sebagai cetusan isi hati penyairnya. Yang termasuk kedalam jenis puisi lirik adalah himne, eligi, ode, serenade. Dalam hal ini penyair benar-benar menuangkan apa yang dilihat, dirasakan, dan apa yang diinginkannya melalui puisi. Puisi lirik banyak diciptakan oleh penyair Indonesia.
19
Penjelasan tersebut dilakukan melalui pengungkapkan cerita yang pada akhirnya mempengaruhi jiwa pembacanya.
3) Puisi Deskriptif adalah puisi yang penyairnya bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian penyair. Yang termasuk ke dalam jenis puisi deskriptif adalah puisi satire, kritik, sosial, dan puisi-puisi impresionistik. Dalam hal ini, penyair memberikan tanggapan atau kesan-kesan terhadap suatu kejadian yang sedang berlangsung. Tanggapan-tanggapan yang mungkin berupa kriti sosial, atau hal lainnya yang dituangkan kedalam sebuah puisi.
Berdasarkan pembacaannya puisi dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Puisi Kamar
Puisi kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Puisi ini biasanya tidak mengenai masalah kompleks yang terjadi di masyarakat. yang termasuk puisi kamar adalah puisi Malam Lebaran karya Situmorang termasuk jenis puisi kamar ini.
2) Puisi Auditorium
Puisi jenis ini cocok untuk dibacakan di depan sejumlah orang. Puisi yang dibacakan dalam lomba baca puisi atau pertunjukkan baca puisi, tentu dipilih berdasarkan puisi auditorium.
Ditinjau dari segi gaya penulisan, kita dapat membagi puisi atas dua jenis
1) Puisi Diafan adalah puisi yang menyatakan suatu maksud dengan sedikit sekali menggunakan simbol-simbol dan lambang-lambang. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang denotatif, sehingga secara struktural mudah untuk dipahami maksudnya.
20
diciptakan oleh penyair yang hanya ingin menciptakan kesan bahwa karyanya dapat digolongkan sebagai hasil sastra.
3) Puisi Prismatis adalah puisi yang kaya akan makna tetapi tidak bersifat gelap. Jenis puisi ini adalah puisi yang diciptakan oleh seorang yang benar-benar menyandang predikat seorang sastrawan. kata-kata yang digunakan pada umumnya adalah kata-kata yang konotatif.
3. Struktur Puisi
Struktur puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur yaitu deep structure (struktur dalam) dan surface structure (struktur luar). Struktur dalam berkaitan dengan isi atau makna, sedangkan unsur luar berkaitan dengan bentuk.
a. Struktur Batin
Struktur batin puisi merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam puisi. Struktur batin dan struktur fisik akan membangun kesatuan makna yang total dalam menunjukkan makna puisi. Struktur batin akan menyatu bersama struktur fisik puisi yang juga merupakan unsur penting dalam puisi.
1) Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya sastra.10 Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Tema dalam puisi sangat beragam misalnya tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, percintaan, dan sebagainya. Tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus sehingga dengan latar belakang yang sama semua orang bisa menginterpretasi dan menganalisis tema puisinya.
2) Rasa (Feeling)
Rasa atau feeling merupakan suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus dihayati oleh pembaca. Perasaan setiap
10
21
penyair pastilah berbeda-beda meskipun menggunakan tema yang sama.
3) Nada dan Suasana
Nada berkaitan erat dengan suasana. Nada bahagia yang diciptakan penyair dapat menimbulkan perasaan senang pada pembaca setelah membaca puisi. Nada religius menimbulkan suasana khusyuk pada pembaca. Nada kritik menimbulkan suasana pemberontakan pada hati pembaca. Begitulah sangat eratnya hubungan nada dan suasana.
4) Amanat (Pesan)
Para penyair terkadang tidak menyadari tentang adanya amanat yang terkandung dalam puisinya. ini terjadi karena biasanya penyair beranggapan bahwa menulis merupakan sarana penuangan idea tau suasanan hati mereka jadi bagi mereka puisi yang mereka tuliskan tidak menuntut adanya amanat karena itu merupakan sebuah kebutuhan. Hanya saja terkadang justru dari pembacalah yang memaksakan adanya amanat dalam sebuah puisi.
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.11 Amanat dapat diungkapkan dengan menggali makna puisi. Itulah mengapa amanat merupakan unsur tersirat dalam puisi. Amanat tidak nampak secara eksplisit dan mudah ditemukan dalam puisi.
C.Struktur Fisik
Unsur fisik puisi merupakan unsur estetik yang membangun struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah satu persatu tetapi tetap merupakan satu kesatuan yang utuh.
11
22
1. Tipografi (Tata Wajah)
Tipografi merupakan unsur puisi yang membedakannya dengan prosa fiksi dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Adapun fungsi tipografi adalah untuk keindahan indrawi dan mendukung makna. Kata-kata yang disusun mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendek, yang membentuk suatu kesatuan yang padu. Pergantian larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi secara harmonis sehingga menimbulkan ritma yang padu. Penyair menciptakan tipografi yang berubah pada baris-baris di akhir puisi untuk menekankan makna yang hendak diungkapkan. Aksentuasi itu menuntut penyair agar mengungkapkan kondisi yang menjadi dasar perkiraan penyair
berupa sebaris puisi dengan isi ”tanpa kata” yang diulang-ulang. 2. Diksi (Pemilihan Kata)
Peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata adalah hal mutlak dalam puisi. Diksi atau pemilihan kata merupakan esensi dalam penulisan puisi. Bahkan bisa dikatakan bahwa diksi bisa dijadikan penentu seberapa besar daya cipta seorang penyair. Sebuah kata dalam puisi dipilih berdasarkan pergulatan pikiran penyairnya sehingga jika kata tersebut digantikan dengan kata lain tentu akan mengurangi esensi dari puisi tersebut dan juga akan mengganggu komposisi puisi yang telah dibentuk oleh penyair meskipun kata yang menggantikan memiliki arti yang sama. Penempatan kata dalam puisi sangatlah penting dalam rangka menumbuhkan suasana puitik pada pembaca sehingga dapat memahami puisi secara menyeluruh. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, nada sesuatu puisi yang tepat.12
3. Pengimajian (Citraan)
Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian dapat diartikan sebagai penataan kata yang
12
23
menyebabkan makna-makna abstrak menjadi konkrit dan cermat.13 Pencitraan dapat dipahami dengan dua cara yaitu pemahaman dari sisi penyair dan pemahaman dari sisi pembaca. Pemahaman dari sisi penyair, citraan merupakan rangkaian kata yang digunakan untuk menyampaikan pengalaman inderanya. Dalam hal ini pencitraan berfungsi untuk membangun keutuhan puisi untuk menyampaikan pengalaman keinderaan penyair kepada pembaca. Pemahaman dari sisi pembaca, citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam pengimajinasian pembaca yang ditimbulkan oleh rangkaian kata pada puisi. Dalam hal ini pencitraan berfungsi untuk membantu pembaca dalam mencapai pemahaman yang utuh dalam memahami dan menikmati puisi karena dapat merasakan sesuatu yang konkret dari kata-kata yang disodorkan oleh penyair.
4. Kata Konkret
Seperti halnya pencitraan, kata konret juga berkaitan dengan penggunaan lambang dan kiasan. Citraan merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata konkret ini merupakan syarat terjadinya pengimajian itu. Kata konkret akan membantu pembaca dalam memahami puisi secara total karena kata konkret akan membuat pembaca dapat membayangkan secara jelas keadaan yang dilukiskan penyair. .
5. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna hias.
D.Pengajaran Puisi di Sekolah 1. Materi
a. Penentuan Cakupan dan Urutan Materi Pembelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus memperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek
13
24
psikomotor, karena ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran. Kedalaman materi menyangkut rincian konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI, salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik adalah
“Menulis surat dagang dan surat kuasa“. Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran untuk mencapai kemampuan tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang harus dipelajari peserta didik agar mampu membuat Surat Dagang sekurang-kurangnya meliputi: (1)jenis surat niaga, (2) jenis perjanjian jual beli dan surat kuasa, (3) menulis surat perjanjian jual – beli dan surat kuasa sesuai dengan keperluan , (4) surat perjanjian jual – beli dan surat berdasarkan struktur kalimat dan EYD.
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat
25
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.
1) Pendekatan Prosedural
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.
2) Pendekatan Hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Dalam pembelajaran puisi, pemilihan materi sangatlah penting. Materi adalah bahan pembelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Materi dalam pembelajaran berhubungan dengan isi yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku. Beberapa pertimbangan perlu diperhatikan dalam pemilihan puisi sebagai materi pengajaran, antara lain:
1) Bahasa yang digunakan
26
kalimatnya tidak menimbulkan kemungkinan-kemungkinan penafsiran yang rumit.
2) Tinjauan dari Segi Kejiwaan
Seperti aspek pengajaran sastra yang lain atau setiap pelaksanaan pengajaran pada umumnya tentu selalu mempertimbangkan pemilihan bahan dari segi kejiwaan. Bahan pengajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa anak sejalan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Mengingat siswa SMA sedang dalam masa pubertas, maka puisi yang bercorak erotik, yang menonjolkan cinta birahi berlebihan, hendaklah dipertimbangkan sebelum dihidangkan kepada anak. Puisi yang dipilih sebagai bahan pengajaran pertama-tama puisi yang telah dibukukan. 3) Tinjauan dari Segi Pendidikan
Puisi yang dihidangkan sebagai bahan pengajaran harus sanggup berperan sebagai alat pendidikan menuju ke arah pembentukan keutuhan pribadi anak. Pengajaran puisi seharusnya mampu mengembangkan aspek kejiwaan anak: cipta, rasa, karsa, dan bahkan juga aspek kemampuan indra anak. Oleh karena itu, bentuk dan isi puisi yang kita pilih sebagai bahan pengajaran harus dipertimbangkan dari pengembangan aspek-aspek tersebut.
4) Tinjauan dari Segi Keindahan
Tiap karya sastra memiliki kadar keindahan tersendiri, demikian juga halnya dengan puisi. Keindahan suatu puisi dapat terjelma dalam keselarasan unsur-unsur persajakan, irama, motif-motif yang digunakan, tema, amanat, dan sebagainya. Sebagai bahan pengajaran hendaklah kita pilih puisi-puisi yang secara potensial sanggup mengembangkan keindahan rasa anak.
2. Penyajian Bahan Pengajaran
27
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Ketiganya menjelma dalam satu unit keindahan berupa puisi.14 Untuk menghidupkan puisi dalam bentuk pengajaran, ketiga aspek tersebut di atas perlu mendapat perhatian. Bahan pengajaran diberikan secara bertahap, walaupun realitasnya ketiga aspek itu saling bertautan dan saling menentukan. Aspek bahasa berkaitan dengan pilihan kata, susunan kata dan struktur kalimat, aspek pengalaman jiwa berhubungan dengan makna atau ide yang terjelma dalam puisi, sedangkan aspek ujud bentuk bertalian dengan unsur-unsur formal puisi itu. Berdasarkan pokok pikiran di atas, maka langkah penyajian puisi sebagai bahan pengajaran dapat ditempuh sebagai berikut:
a. Menerangkan Hubungan Kata dan Struktur Kalimat pada Baris-baris Puisi
Dalam hal ini perlu dijelaskan kepada anak-anak tentang kedudukan kata atau kelompok kata sebagai unit kesatuan sintaksis pada baris-baris puisi itu. Untuk memperjelas hubungan kata dalam struktur kalimat pada baris-baris puisi itu, jika perlu ditambahkan kata-kata lain sebagai penanda hubungan.
Dengan cara ini maka anak akan dapat memahami bagian kalimat yang menjadi pokok permasalahan dan bagian kalimat lain yang sekedar berfungsi sebagai keterangan. Tentu saja langkah ini ditempuh hanya terhadap kalimat yang menjadi pokok permasalahan dan bagian kalimat lain yang sekedar berfungsi sebagai keterangan. Tentu saja langkah ini ditempuh hanya terhadap puisi-puisi yang memang dapat diperlukan demikian, terutama yang bercorak ekspresionis.
b. Menerangkan Makna Lugas Baris-baris Puisi
Sesudah anak-anak memahami benar hubungan kata dalam baris dan hubungan baris dalam bait, maka anak diminta menerangkan makna
14
28
lugas puisi itu. Mereka diharapkan mampu menceriterakan makna yang tersurat atau makna yang sebenarnya puisi itu dengan kalimat-kalimat biasa atau kalimat prosa.
c. Menerangkan Makna Kias
Kata-kata dalam puisi biasa memiliki makna kias dan makna simbolik, terlebih-lebih puisi yang bersifat prismatis. Arti konotatif kata yang berupa kias dan simbolik tersebut hendaknya dapat dicerna oleh anak. Mereka diharapkan mampu memberikan interpretasi maksud bait demi bait, dan kemudian maksud keseluruhan puisi itu. Sekaligus mereka diminta menentukan tema, amanat, atau ide yang terjelma dalam puisi tersebut. Dengan kemampuan imajinasi mereka, diharapkan anak sanggup mengutarakan makna keseluruhan puisi itu dalam bentuk prosa dengan kalimat yang singkat dan lugas.
d. Meresapi Unsur-unsur Estetik Puisi
29
dipertanggungjawabkan. Dengan cara demikian pengajaran puisi akan memungkinkan sepenuhnya pengembangan kreasi dan imajinasi anak.
[image:39.595.113.517.197.764.2]Adapun analisis cakupan materi pembelajaran bahasa Indonesia untuk SMA adalah sebagai berikut:
TABEL 1
RUANG LINGKUP BAHAN AJAR PUISI
Kelas Semester Kompetensi Dasar Indikator Pencapaiaan
Kompetensi Ket X I Mengidentifikasi
unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.
Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman
Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intona-si yang tepat
Menganalisis keter-kaitan unsur
intrin- Mengidentifikasi (ma-jas,rima, kata-kata ber-konotasi dan bermakna lambang)
Menanggapi unsur-un-sur puisi yang ditemu-kan
Menyebutkan tema pui-si yang didengar
Menyebutkan jenis pui-si yang didengar (bala-da, elegi, roman, ode, himne,satire, dll.)
Menjelaskan maksud puisi
Mengungkapkan isi puisi dengan kata-kata sendiri
Membaca puisi dengan
memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi
Membahas pembacaan puisi berdasarkan lafal, tekanan, dan intonasi
Memperbaiki
pembacaan puisi yang kurang tepat
peno-30
sik suatu cerpen de-ngan kehidupan se-hari-hari
Menulis puisi lama dengan memperha-tikan bait, irama, dan rima
Menulis puisi baru dengan memperha-tikan bait, irama, dan rima
kohan, dan amanat) ce-rita pendek yang telah dibaca
Mengaitkan unsur in-trinsic (tema, penokoh-an, dan amanat) dengan kehidupan sehari-hari
Mengidentifikasi puisi lama (pantun, syair) berdasarkan bait, ira-ma, dan rima
Membedakan bentuk pantun dan syair
Menulis pantun/ syair dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
Menyunting puisi lama (pantun/syair) yang di-buat teman
Mengidentifikasi puisi baru berdasarkan bait, irama, dan rima
Menulis puisi baru dengan memperhatikan bait, irama, dan rima
Menyunting puisi baru yang dibuat teman X II Membahas isi puisi
[image:40.595.114.518.103.748.2]berkenaan dengan gambaran peng-inderaan, perasaan, pikiran, dan ima-jinasi melalui dis-kusi
Menghubungkan isi puisi dengan reali-tas alam, sosial bu-daya, dan masya-rakat melalui dis-kusi
Mendiskusikan isi pu-isi (gambaran pengin-deraan, perasaan, pi-kiran, dan imajinasi)
Mendiskusikan maksud/makna puisi
Mendiskusikan (hu-bungan isi puisi dengan realitas alam, hubungan isi puisi dengan sosial budaya, hubungan isi puisi dengan masya-rakat)
31
bacaan puisi lama tentang lafal, into-nasi, dan ekspresi yang tepat
Mengomentari pembacaan puisi baru tentang lafal, intonasi, dan eks-presi yang tepat
Membacakan puisi karya sendiri de-ngan lafal, intonasi, penghayatan dan ekspresi yang sesuai
Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cer-pen
membacakan puisi la-ma (berbalas pantun) di depan teman-teman dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai
Menanggapi pembaca-an puisi lama (berbalas pantun) tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
Menerapkan isi pantun dalam kehidupan se-hari-hari
Mendeklamasikan/ membacakan puisi baru di depan teman-teman dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai
Menanggapi pembaca-an puisi baru tentpembaca-ang lafal, intonasi, dan eks-presi yang tepat
Menandai jeda puisi karya sendiri
Membacakan puisi karya sendiri dengan memperhatikan :
lafal dan intonasi
penghayatan
mimik/ gerak dan eks-presi yang sesuai
Menentukan makna puisi karya teman
Mengomentari puisi karya teman
Menceritakan kembali isi cerpen
32
XII II Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam
Menjelaskan keter-kaitan gurindam de-ngan kehidupan se-hari-hari
Mengidentifikasi tema dan ciri-ciri puisi kontemporer melalui kegiatan membaca buku kumpulan puisi komtemporer
Menemukan perbe-daan karakteristik angkatan melalui membaca karya sas-tra yang dianggap penting pada setiap periode
Mengidentifikasi ciri-ciri gurindam
Membacakan gurindam
Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurin-dam
Membicarakan pesan-pesan yang terdapat dalam gurindam
Mengaitkan isi gurin-dam dengan kehidupan masa kini
Menyimpulkan pesan-pesan yang terdapat da-lam gurindam
Mengidentifikasi tema puisi kontemporer
Mengidentifikasi ciri-ciri puisi kontemporer
Menjelaskan maksud isi puisi kontemporer
Menentukan hasil-hasil karya sastra penting pada tiap periode
Mengidentifikasi karak-teristik karya sastra pa-da tiap periode
Menemukan perbedaan karakteristik tiap perio-de
33
E.Evaluasi Hasil Pengajaran Puisi
Evaluasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan dan kegagalan tujuan yang telah ditetapkan. Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam evalusi didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai dan kemampuan apa yang hendak dikembangkan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan).15 Bersandar pada beberapa pendapat mengenai pembelajaran tersebut, penulis dapat memberikan simpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menimbulkan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik kepada siswa dan membutuhkan suatu interaksi dari kedua belah pihak dan komponen-komponen serta proses tertentu.
Evaluasi pengajaran puisi harus sejalan dengan tekanan atau titik berat utamanya, yakni pembinaan apresiasi. Akan tetapi tidak boleh meninggalkan aspek pengetahuan, keterampilan, serta persepsi tentang sastra, atau tidak boleh meninggalkan aspek teori, sejarah, dan kritik. Sehubungan dengan hal itu, pertanyaan yang diajukan dalam rangka evaluasi pengajaran sastra dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkat. Menurut Moody16 kategori evaluasi pengajaran puisi ada empat tingkatan, yaitu (1) Informasi, yakni pertanyaan tentang pengetahuan dasar untuk memahami puisi. Indikator pertanyaan tingkatan ini ialah dipergunakannya kata-kata seperti apa, siapa, di mana, kapan, dan sebagainya: (2) Konsep, yakni pertanyaan tentang persepsi sebuah puisi (bagaimana unsur dasar sebuah puisi dikategorikan). Indikator pertanyaan tingkatan ini ialah dipergunakannya kata-kata seperti : yang mana, dengan akibat apa, mengapa, masalah pokok apa yang muncul, dsb. (3) Perspektif, yakni pertanyaan yang menyangkut pendangan terhadap sebuah karya. Indikatornya antara lain: di mana hal itu diterapkan, kesimpulan apa yang dapat ditarik, di mana lagi hal seperti itu dapat terjadi, dsb. (4) Apresiasi, yakni pertanyaan yang menyangkut kesastraan dan kebahasaan. Indikatornya antara lain berupa kata-kata
15
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,( Jakarta: Bumi Aksara. 2001), h.30
16
34
mengapa karya itu hadir demikian, apa pengaruhnya dipergunakannya kata ini/itu, dan sebagainya.
Antara kategori atau tingkatan yang satu dengan yang lainnya dapat saja terjadi saling tindih, dan batas yang tegas di antara informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi sulit ditarik. Hal itu dapat dipahami, sebab sebuah puisi adalah sebuah keutuhan yang organis, sebuah totalitas dalam wujud bahasa.Sangat disadari menyusun soal yang bersifat apresiatif dirasakan lebih sukar dan lebih banyak memakan waktu jika dibanding dengan menyusun soal-soal yang bersifat teoretis dan historis. Apabila kita sungguh-sungguh membantu tujuan utama pengajar sastra, alasan itu jangan menjadi halangan. Pada umumnya soal-soal apresiatif dibuat dalam bentuk esai, akan tetapi tidak berarti soal-soal apresiatif tidak dapat disusun menjadi soal-soal objektif seperti pilihan ganda. Berikut ini diberikan beberapa aspek puisi yang dapat diangkat sebagai bahan penyusunan soal dari tingkatan apresiasi, khususnya yang berkaitan dengan:
1. Kecermatan terhadap Kebulatan Bentuk Puisi
Dapatlah kiranya anak merasakan, apabila suatu puisi yang sudah diajarkan dan dihayati, pada kesempatan lain puisi tersebut dituliskan dalam bentuk yang salah, misalnya letak kata, cara menuliskan kata, letak baris, dan letak bait. Misalnya: bait pertama puisi Aku karya Chairil Anwar di bawah ini
Aku Kalau sampai waktuku Kumau tak seorang kan merayu Tidak juga kau
Bait pertama puisi Aku di atas terdapat salah tulis, yaitu: a. Baris pertama
b. Baris kedua c. Baris ketiga
d. Baris kedua dan baris ketiga
2. Ketepatan Penafsiran Makna Lugas
Kemampuan anak untuk dapat menafsirkan makna lugas dengan tepat diketahui dengan cara:
35
b. Kemampuan memberi tanda penyekat kesatuan sintaksis yang tepat pada baris-baris dalam puisi.
c. Kemampuan menafsirkan fungsi kata atau kelompok kata dalam suatu baris puisi.
d. Kemampuan menafsirkan hubungan baris-baris dalam suatu bait. 3. Ketepatan Penafsiran Makna Kias atau Makna Simbolik
Makna kias atau makna simbolik dalam suatu puisi dapat menyangkut makna kata, kelompok bait, atau makna puisi secara keseluruhan. Untuk mengetahui kemampuan anak menafsirkan dengan tepat makna kias suatu puisi dapat dilakukan dengan cara:
a. Makna kias atau makna simbolik suatu kelompok kata, atau suatu kallimat dalam suatu puisi
b. Tema, amanat, atau mungkin tendens suatu puisi c. Hubungan antara judul dengan tema puisi
d. Maksud puisi keseluruhan
F. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Revida Rensi Trikes Yuliningtyas Tahun 2011 dalam skripsinya
yang berjudul “Analisis Intertekstual Novel Galaksi Kinanthi Karya Tassaro GK”
pada Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Skripsi ini menganalisis intertekstual yang terdapat pada sebuah novel. Persamaannya dengan penelitian ini adalah bahwa keduanya sama-sama menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan intertekstual, sedangkan perbedaannya pada obyek yang dianalisis..17
Penelitian relevan kedua, yaitu penelitian oleh Herson Kadir (2010), yang berjudul “Analisis Struktur Puisi „Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini‟ Karya Taufik Ismail”. Penelitian itu mendeskripsikan struktur puisi “Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini” terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan batin.
17
36
Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) struktur fisik puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini meliputi: diksi, imaji, kata konkret, dan bahasa figuratif, 2) struktur batin puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini meliputi: tema, rasa, nada, dan amanat. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur dalam puisi. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu bahwa penelitian tersebut hanya sebatas menganalisis strukturnya saja. Sedangkan dalam penelitian ini mengetahui lebih difokuskan pada struktur batin puisi.18
Penelitian relevan yang ketiga, yaitu penelitian oleh Poetri Mardiana Sasti (2010), yang berjudul “Analisis Struktur Puisi Anak”. Penelitian itu mendeskripsikan struktur puisi anak terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan batin. Puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi-puisi anak yang masuk nominasi lima besar pada sayembara Penulisan Puisi Siswa Sekolah Dasar Se-Kota Semarang yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Semarang pada tahun 2008. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) puisi anak tidak terlalu memerhatikan bentuk tipografi, 2) tema yang ada pada umumnya menceritakan tentang keadaan lingkungan hidup, 3) diksi dalam puisi anak sangat sederhana dan mudah dipahami, 4) citraan yang banyak ditemukan pada puisi anak ialah citraan penglihatan, pendengaran, dan gerak, dan 5) bahasa kiasan yang banyak digunakan pada puisi anak yang menjadi objek kajian penelitian ini ialah personifikasi. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur puisi. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu bahwa penelitian tersebut hanya sebatas menganalisis strukturnya saja. Sedangkan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada struktur batin puisi.19
18
Herson Kadir, “Analisis Struktur Puisi „Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini‟ Karya Taufik Ismail”, diakses pada 25 Juli 2014 pada http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view/782 jurnal inovasi
19
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMA YUPPENTEK 3 Legok Tangerang
Sekolah Menengah Atas (SMA) YUPPENTEK 3 merupakan salah satu SMA di wilayah Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. SMA YUPPENTEK 3 Legok beralamat di Jalan Raya PLP No. 47 Desa Serdang Wetan Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang. SMA YUPPENTEK 3 Legok berada di bawah naungan Yayasan Usaha Peningkatan Pendidikan Teknologi (YUPPENTEK).
SMA YUPPENTEK 3 Legok Kabupaten Tangerang Surat Rekomendasi dari :
a. Kepala Kandepdikbud Kabupaten Tangerang Nomor : B.45/I.02.4/I.94 tanggal 3 September 1993 tentang persetujuan berdirinya SMA Yuppentek 3 di Desa Serdang Wetan, Legok, Kab. Tangerang.
b. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor : 425.11/4076-Kesra/1993 tanggal 20 September 1993, isi surat pada prinsipnya setuju berdirinya SMA Yuppentek 3, yang berdomisili di Desa Serdang Wetan, Legok, Kab. Tangerang.
c. Kepala Bidang Dikmenjur Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat Nomor : 439/102.5/E/1994 tanggal 9 Juni 1994
d. Surat keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Nomor ; 632/102/Kep/MN/94, tanggal 1 September 1994 tentang pendirian SMA
Pada tahun 1996, SMA Yuppentek 3 Legok diakreditas oleh Tim Penilai dari Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat, Pengawas Sekolah dan Kandepdikbud Kabupaten Tangerang, yang dilaksanakan mulai tanggal 30 Oktober s.d. 6 Nopember 1996, dan sesuai dengan Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor : 16/C.C7/Kep/MN/97 tanggal 6 Maret 1997, dengan hasil akreditasi “DIAKUI”. Pada tahun 2001, SMA Swasta Yuppentek 3
44
Legok diakreditasi dengan hasil akreditasi “DISAMAKAN”, sesuai dengan surat keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang Nomor : 21/420.3/1664/Disdik/2001 tanggal 5 Desember 2001.
2. Visi dan Misi SMA YUPPENTEK 3 Legok Kabupaten Tangerang Visi SMA YUPPENTEK 3 Legok Kabupaten Tangerang adalah: a. Lembaga beserta seluruh jajarannya mampu beradaptasi dengan pesatnya
perubahan teknologi.
b. Pegawai memiliki keterampilan yang tinggi untuk melayani beragam keinginan masyarakat secara cepat, tepat, dan dapat diterapkan.
c. Adanya jaminan kepuasan pegawai. d. Pegawai yang berkualitas dan mandiri.
Misi SMA YUPPENTEK 3 Legok Kabupaten Tangerang adalah memprestasikan dan meningkatkan produktivitas kerja agar meraih prestasi yang lebih baik lagi.
3. Program Pendidikan
Program pendidikan SMA YUPPENTEK 3 Legok Kabupaten Tangerang adalah:
a. Program Normatif, yang terdiri atas: 1) Pendidikan Agama
2) Pendidikan Kewarganegaraan 3) Bahasa Indonesia
4) Pendidikan Jasmani dan Olah Raga b. Program Adaptif, yang terdiri atas:
1) Bahasa Inggris 2) Matematika 3) IPA
4) IPS
5) Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) 4. Sarana dan Prasarana
45
a. Ruang kelas sebanyak 12 ruang
b. Laboratorium IPA dan Laboratorium Komputer c. Ruang Kepala Sekolah
d. Ruang Tata Usaha e. Ruang Guru f. Ruang BP / BK g. Ruang Perpustakaan h. Mushola
i. Ruang MCK j. Ruang Gudang
k. Lapangan Volly dan lapangan basket : 1 Lapangan l. Lapangan Sepak Bola : Milik Kecamatan Legok
[image:49.595.115.518.89.697.2]5. Jumlah Siswa SMA YUPPENTEK 3 Legok Kabupaten Tangerang Pada tahun pelajaran 2013/2014, jumlah siswa yang terdaftar di SMA YUPPENTEK 3 Legok Kabupaten Tangerang sebanyak 356 siswa dengan perincian sebagai berikut:
TABEL 3
JUMLAH SISWA SMA YUPPENTEK 3 LEGOK
NO KELAS JUMLAH SISWA JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X – 1 X – 2 X – 3 X – 4 XI – 1 XI – 2 XI – 3 XII – 1 XII – 2 XII – 3
17 18 16 18 18 16 17 16 14 14 18 20 20 20 20 20 18 18 18 20 35 38 36 38 38 36 35 34 32 34
46
B.Deskrips