PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI INTI BUAH KELAPA SAWIT VARITAS TENERA YANG
DIPRODUKSI OLEH PERKEBUNAN PTPN III SEI MANGKEI
TUGAS AKHIR
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI INTI BUAH KELAPA SAWIT VARITAS TENERA YANG
DIPRODUKSI OLEH PERKEBUNAN PTPN III SEI MANGKEI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
CINARTY M L TORUAN 072409003
PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM
LEMAK BEBAS (ALB) DARI INTI BUAH KELAPA SAWIT VARITAS TENERA YANG DIPRODUKSI OLEH PERKEBUNAN PTPN III SEI MANGKEI
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : CINARTY M LUMBANTORUAN
Nomor Induk Siswa : 072409003
Program Studi : DIPLOMA – III ( D3 ) KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM ( MIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juni 2010
Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing Ketua,
Dr. Rumondang Bulan Nst, MS Drs.Ahmad DarwinBangun,M.Sc
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DARI INTI BUAH KELAPA SAWIT VARITAS TENERA YANG DIPRODUKSI OLEH
PERKEBUNAN PTPN III SEI MANGKEI
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
PENGHARGAAN
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena anugerah dan Kasih SetiaNya sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Penulisan Karya Ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan PKL ( Praktek Kerja Lapangan ) di PTP.N III PKS ( Pabrik Kelapa Sawit ) Sei Mangkei, Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua tersayang,St.M.Lumbantoruan L.Sitorus kakak-abang(kel.Bang Josua,kel.BangFitri,bangkarjo),adik-adik(Tony,Ridon,Daniel,Yessi,jubi) serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan moril dan material kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Drs.Ahmad Darwin Bangun,M.Sc selaku pembimbing dalam penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Ibu Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.
4. Bapak Syuhada selaku Asisten Laboratorium di PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei.
5. Bapak J. Hutagaol selaku pembimbing lapangan penulis di PTP.N III PKS Sei Mangkei.
Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis juga berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Juni 2010 Penulis
ABSTRAK
DETERMINE OF WATER AND FREE FATTY ACID (FFA) CONCENTRATION FROM PALM KERNEL CONTAINS VARITIES
TENERA PRODUCED BY PTPN III SEI MANGKEI
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman .
Persetujuan ... ii
Persetujuan ... iii
Pernyataan……… iv
Penghargaan... v
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xi
Bab 1 Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 3
1.3 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat ... 3
Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 4
2.1. Asal Usul Minyak Kelapa Sawit... 4
2.2. Varitas Tanaman Kelapa Sawit ... 4
2.3. Proses Pengolahan Inti Sawit 6 2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu minyak inti sawit... 8
2.5. Sifat Kimia dari Minyak dan Lemak ... 11
2.6. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit... 12
2.7. Sifat Fisio-Kimia Minyak Kelapa sawit... 13
2.8. Standar Kualitas Minyak dan inti Sawit ... 15
2.9. Penentuan Kadar air dan kadar Asam Lemak Bebas Inti Sawit.. 17
2.9.1. Penentuan Kadar Air Inti Sawit ... 17
Bab 4 Hasil dan Pembahasan ... 24
4.1 Data dan Hasil Percobaan ... 24
4.2 Perhitungan ... 25
4.2.1 Perhitungan % Air... 25
4.2.2 Perhitungan % Kadar Asam Lemak Bebas... 26
4.3 Pembahasan ... 27
Bab 5 Kesimpulan dan Saran ... 30
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 30
Daftar Pustaka ... 31
Lampiran 1... 33
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak dan Inti Kelapa Sawit... 13
Tabel 2.2 Nilai Sifat Fisio – Kimia Minyak dan Inti Kelapa sawit... 14
Tabel 2.3 Standar Kualitas Minyak dan Inti Sawit... 16
Tabel 2.4 Data Kadar Air dari Minyak Inti sawit... 24
Tabel 2.5 Data Kadar Asam Lemak Bebas dari Minyak Inti Sawit... 25
ABSTRAK
DETERMINE OF WATER AND FREE FATTY ACID (FFA) CONCENTRATION FROM PALM KERNEL CONTAINS VARITIES
TENERA PRODUCED BY PTPN III SEI MANGKEI
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat
menghasilkan minyak adalah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari
inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan
sebagai hasil samping adalah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).
Bungkil inti kelapa sawit adalah kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi
dan pengeringan. (S,Ketaren.2008)
Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkill
inti kelapa sawit adalah pabrik ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan – Deli.
Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya
diekspor. Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standar dan
pengawasan mutu bungkil inti kelapa sawit untuk memberikan jaminan mutu pada
konsumen. (S,Ketaren.2008)
Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu minyak inti kelapa sawit adalah air
dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida, faktor – faktor lain adalah
kandungan logam berat. Semua faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu
Oleh karena itu, dalam dunia perdagangan mutu minyak sawit mempunyai arti
yang sangat penting,dan biasanya diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu
internasional. Untuk kebutuhan bahan pangan tentunya tuntutan syarat mutu minyak
sawit harus lebih ketat, bila dibandingkan dengan bahan baku nonpangan. Oleh karena
itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih
diperhatikan sebab dampaknya langsung berpengaruh pada kesehatan manusia.
(Tim Penulis,P.S.2000)
Industri pangan maupun nonpangan selalu menghendaki minyak sawit dalam
mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli, murni, dan
tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, dan lain – lain. Adanya
bahan – bahan yang tidak semestinya terikut dalam minyak sawit ini akan
menurunkan mutu dan harga jualnya. (Tim Penulis,P.S.2000)
Dalam menghadapi Negara produsen minyak sawit terbesar di Dunia, yang tak
lain adalah Negara tetangga kita Malaysia, maka perlu diupayakan agar mutu dan
kualitas minyak sawit Indonesia selalu dapat dijaga. Dengan mutu yang terjamin baik,
diharapkan Indonesia tidak perlu merasa cemas kehilangan pemasarannya.
1.2. Permasalahan
Berapakah kadar air dan kadar Asam Lemak Bebas ( ALB ) dalam minyak inti
sawit dan apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan oleh PTP.N III PKS SEI MANGKEI
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang
terdapat dalam minyak inti sawit yang diperoleh di PTP.N III PKS SEI
MANGKEI.
- Untuk membandingkan kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang
diperoleh di PTP.N III PKS SEI MANGKEI terhadap standar mutu yang
ditetapkan oleh PTP.N III PKS SEI MANGKEI.
1.4. Manfaat
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat maupun perusahaan tentang
kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) dari minyak inti sawit yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal Usul Minyak Kelapa sawit
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari
Nigeria, di Afrika Barat. Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang
pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika
Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya.Masuknya bibit kelapa
sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari
Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam, keempat batang bibit kelapa sawit tersebut
ditanam di kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara.
(Suyatno,R.1994)
2.2. Varietas Tanaman Kelapa sawit
buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan
minyak yang rendah.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya
tebal. Persentase daging buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis.Jenis
Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas
ini dikenal sebagai tanaman betina,Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai
pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan
menghasilkan varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan
pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini.
Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat
lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara
60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari dura.
4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, berkisar sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis
sekali.
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Dua
varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu
(Tim Penulis,P.S.2000)
Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar
22-24%, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18%. Jenis kelapa sawit yang
diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit
merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak
perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.
(Tim penulis,P.S.2000)
2.3. Proses Pengolahan Inti sawit
Pengolahan inti sawit dimaksudkan untuk memperoleh inti sawit yang berasal
dari biji sawit (nut) dengan urutan pekerjaan sebagai berikut :
a. Cake Breaker Convenyor
Cake (ampas campur biji) yang berasal dari perasan dimasukkan kedalam cake
breaker convenyor. Alat ini berupa talang yang memiliki dinding rangkap dan terdapat
as screw yang mempunyai pisau-pisau pemecah.
c. Nut Polishing Drum
Alat ini berupa drum dengan kerangka berputar dan memiliki plat pada as-nya. Biji
kelapa sawit yang telah dipisahkan dari ampasnya masuk ke dalam alat ini. Akibat
putaran drum tersebut, biji-biji akan dipoles (dilepaskan serat-seratnya yang masih
tertinggal pada biji) oleh plat yang ada pada as.
d. Nut Bin atau nut silo
Biji yang keluar dari nut polishing drum diangkut ke alat ini untuk dikeringkan. Proses
pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas. Biji yang akan diproses
harus kering karena jika kurang kering menyebabakan biji utuh dan biji setengah
pecah terbawa pada cangkang.
e. Nut Craker
nut craker merupakan alat centrifuge yang memiliki rotor berputar dengan kecepatan
dengan kecepatan tinggi 950-1000 putaran per menit. Biji-biji dari nut bin akan masuk
ke dalam alat ini. Campuran pecahan ini selanjutnya akan disalurkan ke hydrocyclone.
f. Hydrocyclone
inti dan cangkang yang masih tercampur akan dipisahkan dalam alat ini berdasarkan
gaya sentrifugal dan perbedaan berat jenis. Berat jenis cangkang 1,3 dan berat jenis
inti 1,08.
g. kernel Bin atau kernel silo
Alat ini berfungsi untuk mengeringkan inti yang telah terpisah dari cangkang dengan
h. Kernel cyclone atau kernel winnowing plant
Inti yang sudah kering dialirkan ke alat ini untuk membuang ampas yang masih
terdapat pada inti.
i. Gudang Kernel
Inti disimpan di gudang inti sebelum diekspor.
(Sunarko.2007)
2.4.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Inti Sawit
Rendahnya mutu minyak inti sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan
penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya :
1.Air
Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan asam lemak
bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat,yang cukup banyak terkandung
Kadar air inti yang diinginkan dalam penyimpanan adalah 7% karena pada
kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup, dan kondisi
ruangan penyimpanan dapat diatur pada kelembaban 70%. Dijumpai enzim yang
berasal dari mikroba yang terkontaminasi selama penanganan atau penyimpanan.
Permukaan inti sawit yang basah merupakan media tumbuh mikroba yang lebih baik,
sehingga spora yang menempel pada permukaan tersebut lebih cepat tumbuh. Mikroba
tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat merusak lemak, protein, secara
hidrolisis maupun oksidasi. Oleh sebab itu pertama – tama ditujukan untuk
menurunkan air permukaan. Kadar air permukaan inti hasil pemisahan basah dapat
diatasi jika dibantu dengan pemberian uap panas. Sementara inti sawit pecah
menunjukkan kecepatan reaksi pembentukan ALB yang lebih cepat. Oleh sebab itu
dengan kandungan air 7% dan terdapat inti pecah 15% menunjukkan kecepatan reaksi
pembentukan ALB. (Ponten,M.Naibaho.1996)
2. Asam Lemak Bebas (ALB)
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat
merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak
turun.untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas
dalam minyak. ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa minyak sawit adalah
gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor- faktor seperti :
panas, air, keasaman, dan katalis (enzim).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif
tinggi dalam minyak sawit antara lain :
- Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
- Penumpukan buah yang terlalu lama
- Proses hidrolisa selama pemrosesan di Pabrik
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar
ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak.
Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di Pabrik.
Pada proses tersebut terjadi penguraian Kimiawi yang dibantu oleh air dan
berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Akan tetapi, mutu minyak menurun sebab air
pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah
menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit
dilakukan pengeringan dalam bejana hampa pada suhu 90 derajat.(Tim
Penulis,P.S.2000
3. kotoran
Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak
sawit yang benar- benar bermutu. Kadar kotoran inti sawit adalah cangkang gabungan
dari biji inti utuh, biji setengah pecah, cangkang, sampah. Kemantapan minyak sawit
harus dijaga dengan cara membuang kotoran.
Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan
minyak atau lemak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak
tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan bau
tengik pada minyak tersebut.
O
H2C O C R
O H2 C OH O
HC O C R + 3 HOH H C OH + 3 R C OH
O H2 C OH
H2C O C R
gliserida gliserol asam lemak
Persamaan reaksi diatas adalah reaksi hidrolisa dari minyak atau lemak menurut
Schwiter (1957). (S,Ketaren.2008)
2.6. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen
buah yang dilapisi kulit yang titpis ; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40
persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi
yang tetap.
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
Asam lemak Minyak kelapa sawit Minyak inti sawit (persen) (persen)
Asam kaprilat – 3 – 4
Asam kaproat – 3 – 7
Asam laurat – 46 – 52 Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 – 19
Asam linoleat 7 – 11 0,5 – 2
(S,Ketaren.2008)
2.7. Sifat Fisio – Kimia Minyak Kelapa Sawit
Beberapa Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi : warna, bau dan
kelarutan, titik cair, bobot molekul, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala
Tabel 2.2. Nilai Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit
Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900 – 0,913 Indeks bias d 400C 1,4565 – 1,4585 1,495 – 1,415 Bilangan lod 48 – 56 14 – 20
Bilangan penyabunan 196 – 205 244 – 254
Sumber : Krischenbauer (1960)
(S,Ketaren.2008)
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah
proses pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna
orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak.
Bau dan kelarutan dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat
adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau
khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.
Untuk pengukuran indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi, Titik cair
minyak sawit dilakukan pada temperatur 400C atau 600C. Selama pengukuran
temperatur harus dikontrol dan dicatat. Indeks bias ini akan meningkat pada minyak
atau lemak dengan rantai karbon yang panjang dan juga terdapatnya sejumlah ikatan
rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan
meningkatnya bobot molekul, selain dengan naiknya derajat ketidakjenuhan dari asam
Apabila minyak atau lemak dipanaskan dapat dilakukan penetapan titik
asap, titik nyala, dan titik api. Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau
lemak menghasilkan asap tipis yang kebiru – biruan pada pemanasan tersebut. Titik
nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai
terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang
terus – menerus, sampai habisnya contoh uji. Titik asap, titik nyala, titik api adalah
kriteria penting dalam hubungannya dengan minyak yang digunakan untuk
menggoreng.
Titik kekeruhan ini ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran
minyak atau lemak dengan pelarut lemak, seperti diketahui minyak atau lemak
kelarutannya terbatas. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sampai terbentuk
larutan yang sempurna. Kemudian didinginkan dengan perlahan – lahan sampai
minyak atau lemak dengan pelarutnya mulai terpisah dan mulai menjadi keruh.
Temperatur pada waktu mulai terjadi kekeruhan, dikenal sebagai titik kekeruhan.
( S,Ketaren.2008)
2.8. Standar Kualitas Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Standar kualitas adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan
Standar kualitas minyak sawit dan minyak inti sawit disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. STANDAR KUALITAS MINYAK DAN INTI SAWIT
No Karakteristik Batasan
Minyak Sawit (MKS)
1 Kadar asam lemak bebas (%) < 3,50
2 Kadar air (%) < 0,10
3 Kadar kotoran (%) < 0,01
4 DOBI (deteriritation of bleachability index) (%) > 2,40
Minyak Inti Sawit (MIS)
1 Kadar Air(%) < 7,00
2 Kadar Asam Lemak Bebas(%) < 1,00
3 Kadar kotoran (%) < 6,00
4 Inti pecah (%) < 25,00
5 Inti berubah warna (%) < 40,00
Sumber : Iyung (2006)
Agar dapat dipasarkan, minyak kelapa sawit yang dihasilkan pabrik harus
memenuhi spesifikasi mutu. Saat ini parameter kualitas yang dipersyaratkan untuk
perdagangan adalah kadar air, kadar asam lemak bebas, dan kadar kotoran.
2.9.Penentuan Kadar Air dan Kadar Asam lemak Bebas Inti Sawit
2.9.1.Penentuan Kadar Air Inti Sawit
Prinsip : Bahwa kadar air yang terdapat dalam minyak inti dapat ditentukan dengan
cara pengeringan.
Cara Perhitungan :
% 100
x C
B A Air
Kadar = −
A = Berat sampel sebelum dikeringkan dalam oven
B = Berat sampel sesudah dikeringkan dalam oven
C = Berat sampel
2.9.2. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Inti Sawit
Prinsip : Bahwa kadar Asam lemak bebas (ALB) dalam minyak dapat diukur dengan
cara titrasi menggunakan standar alkali dalam larutan alkohol.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam penentuan kadar air adalah metode
gravimetri, sedangkan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) adalah dengan
metode titrimetri.
3.2 Persiapan Analisa
3.2.1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada kernel silo.
3.2.2. Alat – Alat
- Neraca Analitik Sartorius
- Buret digital 50 ml pyrex
- Gelas ukur 50 ml pyrex
- Labu alas 250 ml pyrex
- Blender
- Cawan
- Oven
- Desikator
- Botol aquades
- Rangkaian alat ekstraksi
- Timbel
- Kapas
3.2.3. Bahan – Bahan
- Sampel biji inti sawit
- N-hexan
- Alkohol 96 %
- Indikator phenolpthalein
- Kristal KOH
- Kristal H2C2O4.2H2O
- Aquades
3.2.4. Penyediaan sampel
Sampel adalah biji inti sawit yang dirajang – rajang sekecil mungkin
dan diblender sampai halus untuk dianalisa.
b. Pembuatan larutan KOH 0,08N
- Ditimbang 0,44 gram kristal KOH
- Lalu dilarutkan dengan aquades dalam labu takar 100 ml sampai garis tanda
- Dikocok sampai homogen
c. Standarisasi larutan KOH dengan asam oksalat 0,08 N
- Dipipet 10 ml larutan KOH 0,08 N
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan dengan 3 – 5 tetes indikator phenolpthalein
- Dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,08 N sampai larutan tidak berwarna
- Dicatat volume larutan asam oksalat 0,08 N yang terpakai
- Diperoleh konsentrasi KOH hasil standarisasi
Perhitungan : V1 x N1 = V2 x N2
V1 = Volume larutan KOH (ml)
V2 = Volume larutan asam oksalat 0,08 N (ml)
N1 = Normalitas larutan KOH
N2 = Normalitas larutan asam oksalat 0,08 N
V1 x N1 = V2 x N2
9,75 x N1 = 10 x 0,08
d. Pembuatan Indikator Phenolpthalein
- Kristal indikator phenolpthalein sebanyak 1 gram
- Dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250 ml
- Lalu dilarutkan dengan 100 ml alkohol
- Kemudian dihomogenkan
3.4. Cara Kerja
a. Penentuan Kadar Air
- Diambil biji inti sawit
- Diblender sampai halus
- Ditimbang cawan untuk mengetahui berat
- Dimasukkan sampel kurang lebih 10 gram
- Dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1050C selama kurang lebih 1 jam
- Didiamkan selama kurang lebih 15 menit
- Ditimbang sampai didapat berat konstan
- Diekstraksi dengan N-heksan untuk memisahkan atau mengambil minyak
inti sawit dari biji inti sawit
- Diperoleh minyak inti sawit sebanyak 2,3188 gram
- Dimasukkan minyak inti sawit 2,3188 gram tersebut kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 20 ml N-hexan
- Ditambahkan 10 ml alkohol
- Ditambahkan 3 – 5 tetes indikator phenolpthalein
- Larutan tersebut dititrasi dengan larutan standar KOH 0,0820N Titrasi
diakhiri jika terjadi perubahan warna menjadi merah muda
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Hasil percobaan
Data dan hasil kadar Air dan kadar ALB pada tanggal 20 Januari s/d 28
Januari 2010 yang diperoleh dari PTP.N III SEI MENGKEI adalah sebagi berikut :
Tabel 2.4. Data Kadar Air dari Minyak Inti Sawit
No Tanggal A
( g )
B
( g )
C
( g )
Kadar
Air ( % )
1. 20-Jan-2010 10,7420 10,2558 8,1160 5,99
2. 21-Jan-2010 10,6452 10,2085 7,3023 5,98
3. 22-Jan-2010 10,5551 10,1943 8,0890 5,56
4. 23-Jan-2010 10,3531 9,9186 7,8002 5,57
5. 26-Jan-2010 10,3967 9,9953 7,1930 5,58
6. 27-Jan-2010 10,4559 9,9840 7,2592 6,50
Tabel 2.5. Data Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dari Minyak Inti Sawit
No Tanggal Berat Sampel
( g )
Volume
Titrasi (ml)
Normalitas
KOH
Kadar
ALB ( % )
1. 20-Jan-2010 2,3188 0,78 0,0820 0,55
2. 21-Jan-2010 2,1469 1,09 0,0820 0,83
3. 22-Jan-2010 2,3058 0,97 0,0820 0,68
4. 23-Jan-2010 2,8405 1,45 0,0820 0,83
5. 26-Jan-2010 2,8191 1,23 0,0820 0,71
6. 27-Jan-2010 2,0559 1,07 0,0820 0,85
7. 28-Jan-2010 1,9429 0,96 0,0820 0,81
4.2. Perhitungan
4.2.1. Perhitungan % kadar air, dengan menggunakan rumus :
% 100 x C B A Air
Kadar = −
Keterangan :
A = Berat cawan + sampel sebelum dikeringkan dalam (g)
B = Berat cawan + sampel sesudah dikeringkan dalam oven(g)
Contoh Perhitungan :
Diketahui : A = 10,7420 (g)
B = 10,2558 (g)
C = 8,1160 (g)
Maka : % 100 x C B A Air
Kadar = −
% 100 1160 , 8 10,2558 10,7420 x − =
= 5,99 %
( Hasil Perhitungan untuk table 2.4 No.1)
4.2.2. Perhitungan % Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) yang terkandung dalam
minyak inti, dengan menggunakan rumus :
% 100 1000 x x Sampel Berat V x N atx ulAsamLaur BeratMolek ALB
Kadar = KOH KOH
Keterangan :
Contoh perhitungan :
Diketahui : Berat Sampel = 2,3188 gram
Volume titrasi KOH = 0,78 ml
Normalitas KOH = 0,0820 N
Berat molekul Asam laurat = 200
Maka : % 100 1000 200 x x Sampel Berat V x N x ALB
Kadar = KOH KOH
% 100 1000 3188 , 2 78 , 0 0820 , 0 200 x x x x =
Kadar ALB = 0,55 %
( Hasil Perhitungan untuk tabel 2.5. no 1 )
4.3. Pembahasan
Penentuan Kadar Air dalam minyak inti sawit pada tanggal 20 s/d 28
Januari 2010 adalah 5,56 – 6,51% dan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) adalah 0,55 –
0,85 %. Sedangkan standar mutu kadar air dan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dari
minyak inti sawit yang ditetapkan oleh PTP.N III SEI MENGKEI adalah maksimal
7 % untuk kadar air dan maksimal 1% untuk kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan kadar asam lemak bebas dan air
masih memenuhi standar mutu perdagangan yang ditetapkan oleh PTP.N III SEI
Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa kadar ALB dan air bervariasi. Hal ini
menunjukkan bahwa waktu penyimpanan dapat mempengaruhi perubahan kadar asam
lemak bebas pada minyak, selain itu dapat juga disebabkan oleh tempat
penimbunannya yang lembab, kadar air inti sawit terlalu tinggi, dan adanya proses
hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.
Reaksi hidrolisa dapat dipercepat dengan adanya faktor panas, air,
keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin
tinggi kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak sawit tersebut.
Selain kadar asam lemak bebasnya yang meningkat, kadar air dan
kotorannya juga mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu penyimpanan.
Kenaikan kadar air dalam minyak sawit disebabkan karena proses penyimpanan yang
terlalu lama dan juga pemanen buah sawit yang tidak tepat pada waktunya.
Peningkatan kadar kotoran dalam minyak sawit dapat disebabkan oleh kerusakan pada
buah kelapa sawit, yaitu jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan,
tergores atau memar karena benturan.
Kenaikan kadar air dan kotoran sangat berkaitan dengan kadar ALB yang
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Hasil analisa yang diperoleh pada tanggal 20 s/d 28 Januari 2010 di PTP.N
III SEI MANGKEI Kadar Air adalah ; 5,99%, 5,98%, 5,56%, 5,57%,
5,58%, 6,50%, 6,51%. Dan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) adalah :
0,55%, 0,83%, 0,68%, 0,83%, 0,71%, 0,85%, 0,81%.
- Dari hasil analisa kadar air dan kadar asam lemak bebas (ALB) yang
diperoleh di PTP.N III SEI MENGKEI jika dibandingkan terhadap kadar
air = maks.7% dan kadar Asam Lemak bebas (ALB) = maks. 1% yang
telah ditetapkan oleh PTP.N III SEI MANGKEI masih memenuhi standar
mutu perdagangan.
5.2 Saran
Sebaiknya setiap hari dianalisa dan dikontrol keluar asam lemak bebas dan
kadar air dalam inti sawit sehingga mutu dari minyak sawit tersebut dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Naibaho, P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan.: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Pahan, I. 2006. Panduan lengkap Kelapa sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Risza, S. 1994. Seri Budi Daya Kelapa Sawit Upaya Peningkatan produktivitas.
Yogyakarta: Kanisius.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi daya & Pengolahan Kelapa sawit. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Tim Penulis, P. S. 2000. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil, dan
LAMPIRAN 1
STANDAR MUTU YANG DITETAPKAN OLEH PTP.N III SEI MANGKEI
STANDAR MUTU MINYAK SAWIT DAN MINYAK INTI SAWIT
No Karakteristik Maksimal
Minyak Sawit
1 Kadar asam lemak bebas 3,50 (%)
2 Kadar air 0,15 (%)
3 Kadar kotoran 0,02 (%)
4 Effisiensi Pengutipan Minyak 91-93 (%)
Minyak Inti Sawit
1 Kadar Air 7,00 (%)
2 Kadar Asam Lemak Bebas 1,00 (%)
3 Kadar kotoran 6,00 (%)
4 Effisiensi pengutipan Minyak 90-93 (%)