• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Adiponektin Dan Trigliserida Serum Dengan Volume Infark Dan Outcome Pada Pasien Stroke Iskemik Akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kadar Adiponektin Dan Trigliserida Serum Dengan Volume Infark Dan Outcome Pada Pasien Stroke Iskemik Akut"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KADAR ADIPONEKTIN

DAN TRIGLISERIDA SERUM DENGAN VOLUME

INFARK DAN

OUTCOME

PADA PASIEN STROKE

ISKEMIK AKUT

T E S I S

Oleh

BENNY MARIDUK SILAEN

Nomor Register CHS : 16312

DEPARTEMEN NEUROLOGI

(2)

HUBUNGAN KADAR ADIPONEKTIN

DAN TRIGLISERIDA SERUM DENGAN VOLUME

INFARK DAN

OUTCOME

PADA PASIEN STROKE

ISKEMIK AKUT

T E S I S

Untuk memperoleh spesialisasi dalam Program Studi

Ilmu Penyakit Saraf pada Program Pendidikan Dokter Spesialis I

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

BENNY MARIDUK SILAEN

Nomor Register CHS : 16312

PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP.H. ADAM MALIK

MEDAN

(3)
(4)

Telah diuji pada :

Selasa, 25 Nopember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

1. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K)

2. Prof. Dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)

3. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S

4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)

5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K)

6. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S

7. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S

8. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S

9. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S

10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa

atas segala berkah, rahmat dan kasihNya yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan

salah satu tugas akhir dalam program pendidikan spesialis di Bidang Ilmu

Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara /

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari dalam penelitian

dan penulisan tesis ini masih dijumpai banyak kekurangan, oleh sebab itu

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang

berharga dari semua pihak untuk kebaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :

Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. H.

Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan spesialisasi.

Yang terhormat Prof. Dr. T. Bahri Anwar, Sp.JP(K) (Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara saat penulis diterima sebagai

PPDS), yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program

pendidikan Dokter Spesialis Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD(KGEH), atas

kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan spesialisasi.

Yang terhormat Prof. Dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K) (Kepala

(6)

menerima saya untuk menjadi peserta didik serta memberikan bimbingan

selama mengikuti program pendidikan spesialisasi ini.

Yang terhormat Ketua Departemen / SMF Ilmu Penyakit Saraf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. DR. Dr. Hasan

Sjahrir, Sp.S(K), yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan serta

bimbingan selama mengikuti program pendidikan spesialisasi ini.

Yang terhormat Dr. H. Hasanuddin Rambe, Sp.S(K), (Ketua

Program Studi Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara saat penulis diterima sebagai PPDS), yang telah bersedia

menerima penulis menjadi peserta didik serta memberi bimbingan dalam

menjalankan proses pendidikan.

Yang terhormat Ketua Program Studi Departemen Neurologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. Rusli Dhanu,

Sp.S(K) yang telah memberikan kesempatan serta bimbingan dan arahan

dalam menjalani pendidikan spesialisasi ini.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K) dan Prof. Dr. Darulkutni

Nasution, Sp.S(K), selaku pembimbing yang dengan sepenuh hati telah

mendorong, membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari

perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

Kepada guru-guru saya, Dr. Syawaluddin Nasution, Sp.S(K),

almarhum., Dr. Ahmad Syukri Batubara, Sp.S(K), almarhum., Dr. LBM.

Sitorus, Sp.S., Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S., Dr. Irsan NHN. Lubis, Sp.S.,

Dr. Dadan Hamdani, Sp.S., Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S., Dr. Aldy S.

Rambe, Sp.S., Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S., Dr. Khairul P. Surbakti,

Sp.S., Dr. Cut Aria Arina, Sp.S., Dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S dan lain-lain yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik di Departemen Neurologi

maupun Departemen / SMF lainnya di lingkungan FK – USU / RSUP. H.

Adam Malik Medan, terima kasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan

(7)

Kepada Drs. Abdul Jalil A. A, M.Kes, selaku pembimbing statistik

yang telah banyak membimbing, membantu dan meluangkan waktunya

dalam pembuatan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

Pimpinan Laboratorium Prodia yang telah memberikan bantuan dan

fasilitas pada penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik.

Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan

kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat

mengikuti pendidikan spesialisasi ini sampai selesai.

Direktur Rumah Sakit Tembakau Deli, Kepala Rumkit Putri Hijau,

Direktur RSU. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga, Direktur RS. Sri Pamela

Tebing Tinggi yang telah menerima saya saat menjalani stase pendidikan

spesialisasi, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Ucapan terima kasih penulis kepada seluruh teman sejawat peserta

PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU / RSUP. H. Adam Malik Medan ,

Abanganda Amran Sitorus dan Sukirman Ariwibowo, serta seluruh

perawat dan pegawai yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan

kepada kedua orang tuaku, Lancer Silaen dan Asnauli Veronika Sinaga,

yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, membekali

saya dengan pendidikan, kebiasaan hidup disiplin, jujur, kerja keras dan

bertanggungjawab, memberikan bimbingan, dorongan, semangat dan

nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam

mengikuti pendidikan ini sampai selesai.

Ucapan terima kasih kepada kedua Bapak / Ibu mertua saya, Ir.

Djarani Frans Limbong dan Masta Sinurat, yang selalu memberikan

dorongan, semangat dan nasehat serta doa yang tulus agar tetap sabar

dan tegar dalam mengikuti pendidikan sampai selesai.

Teristimewa kepada istriku tercinta Gusti El Citra Limbong, ST., dan

(8)

penuh pengertian, mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang

dalam suka dan duka, saya ucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya.

Kepada kakakku Dr. Rita Elisabeth Silaen, Dr. Rosmery Anna

Silaen, Dr. Corry Catharina Silaen, Sp.PD dan adikku Tujuan Sanggam

Silaen, ST beserta seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi

dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan

pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya

sebutkan satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya

haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah

melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya penulis

mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Nopember 2008

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Dr. Benny Mariduk Silaen

Tempat / tanggal lahir : Medan, 01 Januari 1972

Agama : Katholik

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

NIP : 140 355 770

Pangkat / Golongan : Penata Tingkat I, III/d

Nama Ayah : Lancer Silaen

Nama Ibu : Asnauli Veronika Sinaga

Nama Istri : Gusti El Citra Limbong, ST.

Nama Anak : Karmel Benedict Almora Silaen

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD. Negeri Percobaan tamat tahun 1984.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP.Putri Cahaya Medan tamat tahun

1987.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA. Negeri 1 Medan tamat tahun 1990.

4. Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara tamat tahun 1996.

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter di RS.Vita Insani Pematang Siantar (Oktober 1996 – Juli 1997)

2. Kepala Puskesmas Janji Angkola / Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT)

Kecamatan Purbatua Kab. Tapanuli Utara (Agustus 1997- Juli 2000).

3. Dokter PERTAMINA BPPKA untuk anjungan minyak / gas bumi lepas

pantai (Agustus 2000-April 2001).

4. Kepala Puskesmas Sarulla Kecamatan Pahae Jae Kab. Tapanuli Utara

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMBANG ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 11

I.3. Tujuan Penulisan ... 11

I.3.1. Tujuan Umum ... 11

I.3.2. Tujuan Khusus ... 11

I.4. Hipotesis ... 12

I.5. Manfaat Penelitian ... 13

I.5.1. Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan... 13

(11)

HALAMAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

II.1. STROKE ISKEMIK ... 14

II.1.1. Definisi ... 14

II.1.2. Epidemiologi ... 14

II.1.3. Klasifikasi ... 15

II.1.4. Faktor Resiko ... 16

II.1.5. Patofosiologi ... 18

II.2. ADIPONEKTIN ... 18

II.2.1. Efek Adiponektin Pada Struktur Dan Fungsi Vaskuler ... 20

II.2.2. Adiponektin dan Stroke Iskemik ... 21

II.2.3. Mekanisme Kerja Adiponektin ... 21

II.2.3.1. Metabolisme lemak dan karbohidrat ... 21

II.2.3.2. Sensitifitas insulin ... 24

II.2.3.3. Anti inflamasi ... 25

II.2.3.4. Anti aterogenik ... 26

II.2.3.5. Anti trombotik ... 27

II.3. TRIGLISERIDA ... 28

II.4. COMPUTED TOMOGRAPHY SCAN (CT-scan) DAN VOLUME INFARK ……….. 30

II.5. OUTCOME STROKE DAN INSTRUMEN ………... 31

(12)

HALAMAN

BAB III. METODE PENELITIAN ... 36

III.1. TEMPAT DAN WAKTU ... 36

III.2. SUBJEK PENELITIAN ... 36

III.3. BATASAN OPERASIONAL ... 37

III.4. RANCANGAN PENELITIAN ……….. 41

III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN ……….. 41

III.5.1. Instrumen ………... 41

III.5.2. Pengambilan Sampel ………... 42

III.5.3. Kerangka Operasional ………... 43

III.5.4. Variabel Yang Diamati ………. 43

III.5.5. Analisa Statistik ………... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

IV.1. HASIL PENELITIAN ... 46

IV.1.1. Karakteristik Penelitian ... 46

IV.1.2. Distribusi rerata nilai adiponektin, profil lemak, volume infark dan letak lesi ... 48

IV.1.2.1. Rerata nilai adiponektin, profil lemak dan volume infark ... 48

IV.1.2.2. Distribusi letak lesi berdasarkan hasil Head CT- scan ... 49

IV.1.3. Distribusi rerata nilai NIHSS, BI dan mRS ... 50

IV.1.3.1. Rerata nilai NIHSS, BI dan mRS ... 50

(13)
(14)

HALAMAN

IV.2.3. Hubungan variabel dengan kadar trigliserida ... 78

IV.2.4. Hubungan adiponektin dengan skor NIHSS, BI, mRS dan volume infark ... 80

IV.2.5. Hubungan trigliserida dengan skor NIHSS, BI, mRS dan volume infark ... 81

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

V.1. KESIMPULAN ... 82

V.2. SARAN ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(15)

DAFTAR SINGKATAN

ACC : Acetyl Coenzyme-A Carboxylase

ACE : Angiotensin Converting Enzyme

AMP : Adenosine Mono Phosphate

AMPK : AMP-activated protein kinase

ANOVA : Analysis of variance

ARBs : Angiotensin Receptor Blockers

ASNA : Asean Neurological Association

BI : Barthel Index

BMI : Body Mass Index

BMT : Bentuk Molekul Tinggi

CHD : Coronary Heart Disease

CIMT : Common Carotid Artery Intima-Media Thickness

CPT-1 : Carnitine Palmytoyl-Transferase-1

CRP : C-reactive protein

CT : Computed Tomography

CVD : Cerebrovascular Disease

DM : Diabetes Mellitus

ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

HbA1C : Hemoglobin-A1c

(16)

ICIDH : International Classification of Impairments, Disabilities and

Handicaps

LDL : Low Density Lipoprotein

LPL : Lipoprotein Lipase

MoABs : Monoclonal Antibodies

mRS : Modified Rankin Scale

MI : Myocard Infarct

NCCT : Non-Contrast Computed Tomography

NEFA : Non-Esterified Fatty Acid

NF : Nuclear Factor

NIHSS : National Institute of Health Stroke Scale

NO : Nitric Oxyde

oxLDL : oxydated LDL

PAI : Plasminogen Activator Inhibitor

PDGF : Platelet Derived Growth Factor

PJK : Penyakit Jantung Koroner

PPAR : Peroxisome Proliferators-Activators Receptor

RR : Relative Risk

SD : Standart Deviation

SKG : Skala Koma Glasgow

SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga

SM : Sindroma Metabolik

(17)

SPSS : Statistical Product and Science Service

SSS : Scandinavian Stroke Scale

TG : Trigliserida

TGF : Tissue Growth Factor

TIA : Transient Ischemic Attack

TNF- : Tumor Necrosis Factor-

TRL : Trygliceride Rich Lipoprotein

TZD : Thiazolidinediones

VCAM : Vascular Cell Adhesion Molecule

VLDL : Very Low Density Lipoprotein

(18)

DAFTAR LAMBANG

d : Desi

g : Gram

L : Liter

n : Besar sampel

p : Tingkat kemaknaan

r : Koefisien korelasi

: alfa

: beta

: mikro

: kappa

O2 : Oksigen

Z : Nilai baku normal berdasarkan nilai (0,01) yang telah ditentukan

1,96

Z : Nilai baku berdasarkan nilai (0,15) yang ditentukan oleh peneliti

1,036

(19)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1. Efek seluler adiponektin pada pembuluh darah ... 20

Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian ... 47

Tabel 3. Rerata nilai adiponektin, profil lemak dan volume infark 49

Tabel 4. Distribusi letak lesi berdasarkan hasil Head CT-scan .. 50

Tabel 5. Rerata nilai NIHSS, BI dan mRS ... 52

Tabel 6. Distribusi rerata nilai NIHSS, BI dan mRS berdasarkan titik potong volume infark 50 cm3 ... 53

Tabel 7. Distribusi rerata nilai adiponektin berdasarkan jenis

kelamin, suku dan kelompok umur ... 55

Tabel 8. Distribusi rerata nilai adiponektin berdasarkan faktor

resiko stroke ... 57

Tabel 9. Distribusi rerata nilai adiponektin berdasarkan profil

lemak ... 58

Tabel 10. Distribusi rerata adiponektin berdasarkan volume

infark dan lateralisasi hemisfer ... 59

Tabel 11. Distribusi rerata nilai trigliserida berdasarkan jenis

kelamin dan kelompok umur ... 60

Tabel 12. Distribusi rerata nilai trigliserida berdasarkan faktor

resiko stroke ... 61

Tabel 13. Distribusi rerata trigliserida berdasarkan volume infark

dan lateralisasi hemisfer ... 62

Tabel 14.Distribusi rerata skor NIHSS, BI, mRS dan volume infark berdasarkan titik potong kadar adiponektin 6,07 g/mL 63

Tabel 15. Hubungan kadar adiponektin dengan nilai NIHSS, BI,

(20)

HALAMAN

Tabel 16. Distribusi rerata skor NIHSS, BI, mRS dan volume infark berdasarkan titik potong kadar trigliserida 150 mg/dL 68

Tabel 17. Hubungan kadar trigliserida dengan nilai NIHSS, BI,

mRS dan volume infark ………. 69

(21)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1. Adiponektin mengaktifasi AMPK dan PPAR pada

hati dan otot skelet ... 23

Gambar 2. Peran adiponektin pada kaskade inflamasi ... 25

Gambar 3. Proses pembentukan aterosklerosis (plak) ... 27

Gambar 4. Kerangka Konsepsional ... 35

Gambar 5. Kerangka Operasional ... 43

Gambar 6. Grafik linier hubungan antara kadar adiponektin dengan skor NIHSS hari pertama, ketujuh dan keempat belas ... 65

Gambar 7. Grafik linier hubungan antara kadar adiponektin dengan skor BI hari pertama, ketujuh dan keempat belas ... 66

Gambar 8. Grafik linier hubungan antara kadar adiponektin dengan skor mRS hari pertama, ketujuh dan keempat belas ... 66

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1. Surat Persetujuan Ikut dalam Penelitian ... 89

Lampiran 2. Lembar Pengumpul Data ... 90

Lampiran 3. National Institute of Health Stroke Scale ……….. 93

Lampiran 4. Barthel Index ... 95

Lampiran 5. Modified Rankin Scale ……….. 96

Lampiran 6. Surat Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan

FK-USU ... 97

(23)

ABSTRAK

Latar belakang : Stroke merupakan suatu abnormalitas fungsi otak akibat terputusnya sirkulasi ke otak. Beberapa studi menyatakan adiponektin dan trigliserida serum berhubungan dengan volume infark dan outcome pasca stroke, sehingga berguna untuk memprediksi kerusakan otak dan outcome yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar adiponektin dan trigliserida serum dengan volume infark dan outcome pada pasien stroke iskemik akut.

Metode : Penelitian ini merupakanstudi observasional terhadap 32 pasien stroke iskemik akut yang dirawat di Bangsal Neurologi FK-USU/RSUP.H.Adam Malik Medan periode Pebruari 2008 hingga Oktober 2008. Diagnosis stroke dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan neurologik serta neuroimejing. Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan kadar adiponektin dan trigliserida dilakukan dalam 72 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Pengukuran outcome dilakukan dengan National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS), Barthel Index (BI) dan Modified Rankin Scale (mRS) pada hari pertama, ketujuh dan keempat belas.

Hasil : Subjek terdiri dari 17 laki-laki (53,1%) dan 15 perempuan (46,9%) dengan rerata umur 62,16 tahun. Nilai rerata adiponektin dan trigliserida masing-masing 6,07±11,51 g/mL dan 120,53±46,93 mg/dL. Terdapat korelasi negatif antara kadar adiponektin dengan : skor NIHSS hari pertama (r=-0,407 p=0.021), hari ketujuh (r=-0,390 p=0,027), hari keempat belas (r=-0,270 p=0,135) dan mRS hari pertama (r=-0,447 p=0,010), hari ketujuh (r=-0,400 p=0,023), hari keempat belas (r=-0,393 p=0,026) ; serta berkorelasi positif dengan skor BI hari pertama (r=0.504 p=0,003), hari ketujuh (r=0,467 p=0,007) dan hari keempat belas (r=0,452 p=0,009). Terdapat korelasi negatif antara kadar trigliserida dengan : skor NIHSS hari pertama (r=-0,137 p=0.455), hari ketujuh (r=-0,115 p=0,532), hari keempat belas (r=-0,079 p=0,667) dan mRS hari pertama (r=-0,182 p=0,319), hari ketujuh 0,127 p=0,488) dan hari keempat belas (r=-0,103 p=0,577); serta berkorelasi positif dengan skor BI hari pertama (r=0.504 p=0,003), hari ketujuh (r=0,467 p=0,007) dan hari keempat belas (r=0,452 p=0,009). Volume infark berkorelasi negatif dengan kadar adiponektin (r=-0,139 p=0,449) dan trigliserida (r=-0,340 p=0,057).

Kesimpulan : Peningkatan kadar adiponektin serum berhubungan bermakna dengan penurunan skor NIHSS dan mRS; dan peningkatan skor BI. Peningkatan kadar trigliserida serum berhubungan dengan : penurunan skor NIHSS dan mRS; dan peningkatan skor BI, namun tidak bermakna. Peningkatan kadar adiponektin dan trigliserida serum berhubungan dengan penurunan volume infark, namun tidak signifikan.

(24)

ABSTRACT

Background : Stroke is an abnormality of brain function caused by distrubtion of the circulation to brain. Several studies stated that adiponectin and triglyceride serum associated with infarct volume and post stroke outcomes, so it is useful to predict the brain damage and outcome. Our objectives was to study relationship between serum adiponectin and triglyceride with infarct volume and outcome in acute ischemic stroke.

Methods : This was an observational study of 32 acute ischemic stroke patients admitted to Neurological ward at School of Medicine, University of Sumatera Utara / H.Adam Malik Hospital Medan, from February 2008 to October 2008. Diagnosis of stroke was established on history, physical and neurological examinations and neuroimaging. Blood vein was drawn for adiponectin and triglyceride in 72 hours since admission. Outcome was measured with National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS), Barthel Index (BI) and Modified Rankin Scale (mRS) on first, seventh and fourteenth days.

Results : The subjects were consisted of 17 male (53,1%) and 15 female (46,9%), mean age was 62,16 years. The mean of adiponectin and triglyceride level were 6,07±11,51 g/mL and 120,53±46,93 mg/dL. There were negative correlation between adiponectin level with NIHSS score in first day (r=-0,407 p=0.021), seventh day (r=-0,390 p=0,027), fourteenth day (r=-0,270 p=0,135) and mRS score in first day (r=-0,447 p=0,010), seventh day (r=-0,400 p=0,023), fourteenth day (r=-0,393 p=0,026) ; and positive correlation with BI score in first day (r=0.504 p=0,003), seventh day (r=0,467 p=0,007) and fourteenth day (r=0,452 p=0,009). There were negative correlation between triglyceride level with : NIHSS score in first day (r=-0,137 p=0.455), seventh day (r=-0,115 p=0,532), fourteenth day (r=-0,079 p=0,667) and mRS score in first day (r=-0,182 p=0,319), seventh day (r=-0,127 p=0,488) and fourteenth day (r=-0,103 p=0,577); and positive correlation with BI score in first day (r=0.504 p=0,003), seventh day (r=0,467 p=0,007) and fourteenth day (r=0,452 p=0,009). Infarct volume had negative correlation with adiponectin level (r=-0,139 p=0,449) and triglyceride (r=-0,340 p=0,057).

Conclusion : Increased in serum adiponectin level correlated significantly with: decreased NIHSS and mRS scores; and increased BI score. Increased in serum triglyceride level correlated with: decreased NIHSS and mRS scores; and increased BI score, but not significant. Increased in adiponectin and triglyceride level correlated with decreased infarct volume but not significant.

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di

Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker, demikian juga

diberbagai negara di dunia dan setiap tahunnya 700.000 orang akan

mengalami stroke baru atau berulang. Kira-kira 500.000 merupakan

serangan pertama dan 200.000 merupakan serangan ulang (Hacke dkk,

2003; William, 2001; Rosamond dkk, 2007).

Meskipun data studi epidemiologi stroke secara komprehensif dan

akurat belum ada di Indonesia, dengan meningkatnya harapan hidup

orang Indonesia tendensi peningkatan kasus stroke akan meningkat pada

masa yang akan datang. Di Indonesia, menurut Survey Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) dilaporkan bahwa proporsi stroke di rumah sakit antara

tahun 1984-1986 meningkat yaitu 0,72 per 100 penderita tahun 1984 dan

naik menjadi 0,89 per 100 penderita pada tahun 1985 dan 0,96 per 100

penderita pada tahun 1986. Dilaporkan pula bahwa prevalensi stroke pada

tahun 1986 adalah 35,6 per 100.000 penduduk, sedangkan di Jogyakarta

pada penelitian Lamsudin dkk (cit. Sjahrir, 2003), dilaporkan bahwa

proporsi morbiditas stroke di rumah sakit di Jogyakarta tahun 1991

(26)

penderita) dibandingkan dengan laporan penelitian sebelumnya pada

tahun 1989 (0,96 per 100 penderita).

Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

Survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit

diseluruh Indonesia, pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah

sakit, dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor resiko, lama

perawatan, mortalitas dan morbiditasnya. Penderita laki-laki lebih banyak

dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu

11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7% dan diatas usia 65 tahun 33,5%

(Misbach, 2007).

Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional

dengan 20% penderita yang masih bertahan hidup membutuhkan

perawatan institusi setelah 3 bulan dan 15-30% menjadi cacat permanen.

Stroke juga merupakan kejadian yang dapat merubah kehidupan, bukan

hanya mengenai seseorang yang dapat menjadi cacat tetapi juga seluruh

keluarga dan pengasuh yang lain (Goldstein dkk, 2006).

Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke meningkat

dengan bertambahnya usia dan merupakan penyebab kecacatan yang

utama diantara semua orang dewasa dan merupakan penyebab utama

kecacatan yang memerlukan fasilitas perawatan jangka panjang diantara

populasi usia tua (Johnson dan Kubal, 1999; Ropper dan Brown, 2005;

(27)

Penelitian-penelitian terhadap stroke menekankan pada strategi

obat-obat baru, operasi dan intervensi yang bertujuan mengurangi

perluasan sekaligus mempengaruhi morbiditas dan mortalitasnya. Secara

bersamaan penelitian juga menekankan prevensi stroke melalui modifikasi

tingkah laku yang meningkatkan stroke seperti mengatur pola makan yang

sehat, menghentikan merokok, menghindari minum alkohol dan

penyalahgunaan obat, melakukan olahraga yang teratur serta

menghindari stress dan beristirahat yang cukup (Caplan, 2000).

Heterogenitas stroke menyebabkan sulitnya memprediksi outcome

fungsional yang terjadi secara akurat dan prediktor apa yang paling

menentukan outcome. Sejumlah prediktor untuk outcome fungsional telah

diajukan dan pengukuran outcome stroke stroke mempunyai berbagai

masalah tergantung pada perjalanan penyakitnya (Caplan, 2000).

Pemilihan outcome yang tepat lebih sulit oleh karena jenis stroke, berat,

lokasi dan kecepatan pemulihannya sangat bervariasi (Brass, 2001).

Pada uji klinis terhadap stroke akut, berbagai pengukuran dilakukan

dalam menentukan outcome dan sering timbul hasil dengan interpretasi

yang berbeda. Belum ada konsensus mengenai pada tingkat mana

outcome digunakan, metode pengukuran yang digunakan, ataupun waktu

serta cut off points yang paling tepat. Beberapa laporan studi terbaru

mengenai terapi akut stroke telah melahirkan kontroversi oleh karena

terdapat ketidak konsistenan antara berbagai outcome pada tiap-tiap

(28)

dipilih secara berubah-ubah. Dan bila ingin menentukan saat penilaian

outcome harus dipertimbangkan perjalanan waktu pemulihan suatu stroke.

Lima hingga 6 bulan setelah stroke merupakan waktu yang tepat dalam

mengukur outcome neurologis dan fungsional (Duncan dkk, 2000).

Cara yang paling luas digunakan dan umumnya dapat diterima

pada saat ini adalah model yang diajukan oleh WHO, The International

Classification of Impairments, Disabilities, and Handicaps (ICIDH). Istilah

disabilitas dan handicap telah digantikan dengan istilah yang lebih positif

yaitu keterbatasan dalam beraktifitas dan berpartisipasi. Didalam

WHO-ICIDH ini, outcome dapat diukur pada tingkat yang berbeda. Setiap

intervensi diharapkan akan memberi efek perubahan yang spesifik, pada

kebanyakan kasus obat dengan melihat efek pengurangan volume

kerusakan otak sebagai suatu efek pada tingkat patologi. Akan tetapi

pasien lebih mungkin menilai kemampuannya dalam beraktifitas atau

berpartisipasi dalam peran sosial (Duncan dkk, 2000).

Meskipun upaya-upaya untuk mengkontrol faktor resiko tradisional,

stroke tetap merupakan penyakit yang sangat umum dan menimbulkan

kecacatan. Identifikasi marker baru bagi pasien yang beresiko tinggi

terkena stroke akan membantu penatalaksanaan faktor resiko dan

menawarkan cara baru untuk terapi preventif. Adiponektin suatu sitokin

yang baru ditemukan, sebelumnya telah diteorikan terlibat dalam

perkembangan penyakit aterosklerosis. Adiponektin tampaknya memiliki

(29)

hubungan yang berlawanan antara kadar serum adiponektin dan

mortalitas serebrovaskuler (Clark, 2005).

Proses inflamasi memainkan suatu peran mendasar pada penyakit

aterosklerosis serebrovaskuler dan stroke. Sejauh ini hanya sedikit

informasi yang ada tentang hubungan antara adiponektin dengan stroke,

dimana data kemaknaan prognostik protein ini pada pasien yang telah

terkena stroke belum ada (Efstathiou dkk,2005). Beberapa studi telah

melakukan penelitian kadar adiponektin dalam serum terhadap resiko

terjadinya stroke iskemik dan penyakit jantung antara lain :

Pischon dkk (2004) melakukan studi case control secara prospektif

apakah konsentrasi plasma adiponektin berhubungan dengan resiko

myocard infarct (MI) pada pria berusia 40-75 thn. Partisipan pada quintile

tertinggi dibandingkan dengan quintile terendah secara signifikan memiliki

resiko MI yang berkurang (RR. 0,39 ; P<0,001) dan disimpulkan

konsentrasi plasma adiponektin yang tinggi berhubungan dengan resiko

MI yang lebih rendah pada pria.

Rothenbacher dkk (2005) melakukan studi hubungan kadar serum

adiponektin dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) pada 312

pasien. Kadar adiponektin lebih rendah pada pasien PJK jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol , baik pada pria (4,95 mol/L vs

5,58 mol/L; P=0,004) maupun wanita (9,64 mol/L vs 11,60 mol/L;

(30)

Soderberg dkk (2004) melakukan penelitian apakah leptin dan

adiponektin merupakan marker resiko untuk stroke yang pertama pada

276 kasus (234 dengan iskemik dan 42 stroke hemoragik). Didapatkan

bahwa adiponektin tidak berhubungan dengan kejadian stroke.

Chen dkk (2005) melakukan studi case-control adanya

hipoadiponektinemia pada pasien dengan cerebrovascular disease (CVD)

iskemik pada 534 pasien diabetes tipe 2 dan non diabetes dengan atau

tanpa CVD iskemik. Kadar rerata plasma adiponektin dari 228 pasien CVD

iskemik secara signifikan lebih rendah daripada 306 pasien tanpa CVD

iskemik (4,2±3,7 g/mL vs 12,7±12,3 g/ml ; p<0,001). Penurunan

konsentrasi adiponektin secara independen dan signifikan berhubungan

dengan resiko CVD yang lebih tinggi.

Efstathiou dkk, 2005 meneliti hubungan antara kadar plasma

adiponektin dengan 5-year survival pasca stroke iskemik yang pertama

160 pasien. Kemungkinan untuk meninggal adalah 92,8%, 52,5% dan

10,5% bagi pasien yang distratifikasi berdasarkan tertil adiponektin (<4

g/mL, 4-7 g/mL, dan >7 g/mL). Resiko relatif kematian adalah 8,1

untuk individu dengan kadar adiponektin pada tertil terendah dibandingkan

dengan tertil tertinggi. Volume infark saat awal berhubungan dengan

kadar adiponektin (r=-0,51; p=0,002). Adiponektin <4 g/mL, skor NIHSS

>15 dan penyakit jantung koroner secara independen berhubungan

(31)

Iglseder dkk (2005) melakukan studi hubungan kadar plasma

adiponektin dengan fenotipe sonografi aterosklerosis subklinis yang dapat

menyatakan tahapan berbeda dari penyakit pada 1515 populasi kulit putih

usia pertengahan yang sehat. Common carotid artery intima-media

thickness (CIMT) dan adanya plak aterosklerosis dinilai dengan B-mode

ultrasound. Setelah disesuaikan faktor resikonya, setiap penurunan 1

g/mL adiponektin CIMT meningkat rata-rata 3,48 m pada pria dan 2,39

m pada wanita. Perbedaan rerata CIMT antara subjek dengan kadar

adiponektin yang rendah dan tinggi adalah 20,42 m pada pria dan 20,75

m pada wanita. Tidak dijumpai hubungan signifikan antara kadar

adiponektin dan adanya plak aterosklerosis. Hasil ini memperlihatkan

hubungan negatif yang independen antara kadar adiponektin dan CIMT,

yang menyarankan hipoadiponektinemia sebagai suatu faktor resiko

dalam perkembangan aterosklerosis dini.

Hegener dkk (2006) melakukan studi prospektif kemungkinan

hubungan kelima variasi gen adiponektin (rs266729; rs182052; rs822396;

rs2241766; dan rs1501299) dengan resiko insiden infark miokard dan

stroke iskemik. Setelah di sesuaikan untuk faktor resiko, tampak

hubungan dari rs266729 dan rs182052 dengan penurunan resiko stroke

iskemik. Studi ini memberikan bukti peran protektif gen variasi adiponektin

dalam resiko stroke iskemik yang independen dari adanya diabetes.

Bang dkk (2007) meneliti hubungan antara kadar adiponektin

(32)

berbeda berdasarkan subtipe stroke, dimana yang tertinggi pada

kelompok kardioemboli dan terendah pada kelompok aterosklerosis

intrakranial. Pada analisa regresi multipel, kadar serum adiponektin

secara independen berhubungan dengan aterosklerosis intrakranial.

Matsubara dkk (2002) meneliti hubungan antara adiponektin

dengan metabolisme lemak pada 352 wanita non diabetes berusia 16-86

tahun. Kadar plasma adiponektin pada tertil tertinggi trigliserida berkurang

dibandingkan dengan tertil tengah dan terendah, dan adiponektin

berkorelasi negatif dengan trigliserida serum.

Schulze dkk (2004) meneliti hubungan antara kadar plasma

adiponektin dengan HbA1c, lipid darah dan marker inflamasi pada 741

pasien diabetes tipe 2. Kadar plasma adiponektin berhubungan positif

dengan high density lipoprotein (HDL) kolesterol dan berhubungan negatif

dengan trigliserida, apolipoprotein B-100, C-reactive protein (CRP) dan

fibrinogen. Setiap peningkatan 10 g/mL plasma adiponektin

berhubungan dengan penurunan trigliserida 0,39 mmol/L, HbA1c 0,21%

poin, apoB100 0,04 g/L, CRP 0,51 mg/L, fibrinogen 0,53 mol/L dan

peningkatan kolesterol HDL 0,13 mmol/L.

Faktor resiko mayor untuk terjadinya stroke iskemik akut termasuk

merokok sigaret, inaktifitas fisik, unhealthy diet, dan penyakit / gangguan

tertentu seperti obesitas, diabetes mellitus, arteriosklerosis, hipertensi dan

(33)

suatu faktor resiko independen untuk terjadinya stroke iskemik (Pikija dkk,

2006).

Tanne dkk (2001) melakukan suatu studi kohort berskala besar

pada 11.177 pasien pria dan wanita yang menderita coronary heart

disease (CHD) untuk menilai peran spesifik serum trigliserida yang lebih

tinggi dalam memprediksi stroke iskemik dan transient ischemic attack

(TIA). Setelah di follow-up 6-8 tahun, terdapat 487 pasien yang

mengalami stroke iskemik / TIA (temuan klinis dan CT sken otak) dimana

pasien-pasien ini memiliki kadar rerata serum trigliserida yang lebih tinggi.

Disimpulkan bahwa serum trigliserida yang lebih tinggi merupakan suatu

faktor resiko independen untuk stroke iskemik / TIA.

Weir dkk (2003) melakukan studi retrospektif hubungan antara

trigliserida dan outcome pada 1.310 pasien stroke nondiabetik. Kadar

serum trigliserida yang lebih rendah secara independen memprediksi

mortalitas yang lebih tinggi. Disimpulkan bahwa konsentrasi trigliserida

yang rendah secara kuat memprediksi mortalitas yang lebih tinggi

menyertai stroke, sedangkan kadar serum kolesterol bukan merupakan

prediktor independen. Outcome pada stroke berhubungan lebih kuat

terhadap trigliserida daripada kolesterol.

Dharmalingam dkk (2004) melakukan studi hubungan kadar serum

trigliserida puasa dan post-prandial dengan ketebalan tunika intima karotis

pada 194 subjek (145 diabetes dan 49 kontrol). Terdapat hubungan

(34)

tetapi tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar trigliserida

post-prandial dengan ketebalan tunika intima karotis.

Dziedzic dkk (2004) melakukan suatu studi hubungan kadar serum

trigliserida dengan keparahan stroke saat masuk rumah sakit pada 836

pasien stroke iskemik akut dimana tingkat keparahan stroke saat masuk

dinilai dengan Scandinavian Stroke Scale (SSS). Pasien dengan stroke

yang parah secara signifikan memiliki kadar serum trigliserida yang lebih

rendah dibandingkan pasien dengan stroke ringan / sedang. Hasil ini

menyarankan bahwa kadar serum trigliserida yang lebih rendah

berhubungan dengan stroke yang lebih parah.

Pikija dkk (2006) melakukan suatu studi hubungan antara kadar

serum trigliserida dengan keparahan stroke iskemik akut dengan

menggunakan volume infark pada CT sken otak sebagai marker pada 121

pasien stroke iskemik akut. Pasien dengan kadar serum trigliserida puasa

yang lebih tinggi (dalam 24 jam setelah masuk rumah sakit) berhubungan

dengan volume infark yang lebih kecil. Hasil ini menyarankan suatu

hubungan independen antara kadar serum trigliserida dan keparahan

(35)

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti yang

telah diuraikan diatas dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah hubungan antara kadar serum adiponektin dan

trigliserida dengan volume infark dan outcome fungsional pada penderita

stroke iskemik akut.

I.3. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan :

I.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara kadar serum adiponektin dan

trigliserida dengan volume infark dan outcome fungsional pada stroke

iskemik akut.

I.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara kadar serum adiponektin

dengan volume infark pada penderita stroke iskemik di

RSUP.H.Adam Malik Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan antara kadar serum adiponektin

dengan outcome fungsional pada penderita stroke iskemik di

(36)

3. Untuk mengetahui hubungan antara kadar serum trigliserida

dengan volume infark pada penderita stroke iskemik di

RSUP.H.Adam Malik Medan.

4. Untuk mengetahui hubungan antara kadar serum trigliserida

dengan outcome fungsional pada penderita stroke iskemik di

RSUP.H.Adam Malik Medan.

5. Untuk mengetahui hubungan antara kadar serum adiponektin

dengan karakteristik demografi pada penderita stroke iskemik di

RSUP.H.Adam Malik Medan.

6. Untuk mengetahui hubungan antara kadar serum trigliserida

dengan karakteristik demografi pada penderita stroke iskemik di

RSUP.H.Adam Malik Medan.

7. Untuk mengetahui hubungan antara volume infark dan outcome

pada penderita stroke iskemik di RSUP. H.Adam Malik Medan.

I.4. HIPOTESIS

Ada hubungan antara kadar serum adiponektin dan trigliserida

(37)

I.5. MANFAAT PENELITIAN

I.5.1. Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan

Dengan mengetahui adanya hubungan antara kadar serum

adiponektin dan trigliserida dengan volume infark dan outcome yang

terjadi pada pasien stroke iskemik, maka dapat memprediksi prognosa

pasien yang dirawat di bangsal neurologi RSUP.H. Adam Malik Medan

dan sebagai dasar untuk salah satu tindakan preventif bagi pasien yang

memiliki faktor resiko.

5.2. Manfaat penelitian untuk masyarakat

Dengan diketahuinya pengaruh kadar adiponektin dan trigliserida

serum pada seseorang yang memiliki faktor resiko stroke, maka keluarga

dari penderita stroke akan dapat mempersiapkan tindakan perawatan /

pengasuhan jika suatu saat anggota keluarga mengalami serangan stroke

(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. STROKE ISKEMIK

II.1.1. Definisi

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian,

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Kelompok Studi

Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 1999).

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan

jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).

II.1.2. Epidemiologi

Insiden stroke bervariasi di negara-negara Eropa, diperkirakan

diantara 100-200 kasus stroke baru per 100.000 penduduk pertahun

(Hacke dkk, 2003). Di Jerman didapatkan insiden pertahun 1,74 per 1000

penduduk (pria 1,47 dan wanita 2,01) (Kolominsky-Rabas dkk, 1998). Di

Amerika Selatan rerata insiden pertahun 0,35-1,83 per 1000 penduduk

(Saposnik, 2003). Insiden pertahun di Australia adalah 2,06 per 1000

(39)

didapatkan insiden pertahun pada populasi usia > 35 tahun adalah pria

2,687 per 1000 penduduk dan wanita 1,675 (Kita , 1999).

Penelitian yang dilakukan oleh Machfoed di beberapa rumah sakit

di Surabaya diperoleh data bahwa dari 1.397 pasien yang didiagnosa

dengan stroke, 808 adalah pria dan 589 adalah wanita. Sebanyak 1001

(71,73%) pasien adalah stroke iskemik dan 396 (28,27%) adalah stroke

hemoragik. Umur rata-rata untuk semua pasien stroke adalah 76,43 tahun

dengan umur rata-rata untuk pasien stroke iskemik 77,43 tahun dan 75,21

tahun untuk stroke hemoragik (Machfoed, 2003).

II.1.3. Klasifikasi Stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas

patologi anatomi (lesi), stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah)

(Misbach, 1999).

I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

1. Stroke iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Trombosis serebri

c. Emboli serebri

2. Stroke Hemoragik

a. Perdarahan intraserebral

b. Perdarahan subarakhnoid

(40)

1. TIA

2. Stroke in evolution

3. Completed stroke

III. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)

1. Tipe karotis

2. Tipe vertebrobasiler

II.1.4. Faktor Resiko

Faktor resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat

diklasifikasikan berdasarkan pada kemungkinannya untuk dimodifikasi

(nonmodifiable, modifiable, or potentially modifiable) dan bukti yang kuat

(well documented or less well documented) (Goldstein, 2006)

1. Non-modifiable risk factors :

1. Age

2. Sex

3. Low birth weight

4. Race / ethnicity

5. Genetic

2. Modifiable risk factors

a. Well-documented and modifiable risk factor

1. Hipertensi

2. Terpapar asap rokok

(41)

4. Atrial fibrillation and certain other cardiac condition

5. Dislipidemia

6. Stenosis arteri carotis

7. Sickle cell disease

8. Terapi hormon postmenopause

9. Poor diet

10. Physical inactivity

11. Obesitas dan distribusi lemak tubuh

b. Less well-documented and modifiable risk factor

1. Sindroma metabolik

2. Alcohol abuse

3. Penggunaan kontrasepsi oral

4. Slepp-disordered breathing

5. Nyeri kepala migren

6. Hiperhomosisteinemia

7. Peningkatan lipoprotein (a)

8. Elevated lipoprotein-associated phospholipase

9. Hypercoagulability

10. Inflamasi

(42)

II.1.5. Patofisiologi Stroke Iskemik

Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara

bertahap (Sjahrir, 2003) :

Tahap 1 : a. Penurunan aliran darah

b. Pengurangan O2

c. Kegagalan energi

d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostatsis ion

Tahap 2. : a. Eksitoksitas dan kegagalan homeostasis ion

b. Spreading depression

Tahap 3 : Inflamasi

Tahap 4 : Apoptosis

II.2. ADIPONEKTIN

Jaringan lemak merupakan organ yang secara pasif menyimpan

kelebihan energi (seperti trigliserida). Namun bukti terkini menyarankan

bahwa jaringan lemak khususnya jaringan lemak visceral

dipertimbangkan sebagai organ endokrin. Pada kenyataannya, akumulasi

lemak visceral saat ini dikenal sebagai pemeran utama dalam terjadinya

berbagai faktor resiko dan dalam perubahan vaskular. Studi

eksperimental pada adiposit mencatat bahwa adiposit menghasilkan dan

mensekresi berbagai substansi yang disebut adipositokin. Terdapat 2 tipe

adipositokin : adipose-tissue-specific bioactive substances (true

(43)

jaringan lemak tetapi tidak spesifik untuk jaringan lemak. Contoh dari

adipose-spesifik adipositokin adalah adiponektin dan leptin, sedangkan

yang non spesifik adalah plasminogen activator inhibitor (PAI-I) dan

tumor necrosis factor (TNF)- (Tarquini dkk, 2007).

Adiponektin (disebut juga ACRP30, AdipoQ, apM1, dan GBP28)

adalah suatu peptida hormon dengan 247 asam amino yang ditemukan

pada tahun 1995. Adiponektin diinduksi pada awal diferensiasi sel-sel

lemak (adiposit) dan sekresinya distimulasi oleh insulin, terdiri dari suatu

kolagen dengan terminal N dan domain globular dengan terminal C, dan

memiliki struktur yang homolog dengan subunit faktor komplemen C1q.

Berlawanan dengan hormon lain yang berasal dari jaringan adiposa,

adiponektin bersirkulasi dengan konsentrasi yang relatif tinggi pada aliran

darah, terhitung sebanyak 0,05% dari total serum protein. Terdapat 2

reseptor adiponektin yaitu adipoR1 dan adipoR2. AdipoR1 diproduksi

terutama di otot skelet, sementara adipoR2 ditemukan di jaringan hepatik.

(Meiliana dkk, 2006).

Kadar plasma adiponektin berkisar 3,0-30 g/L, sedangkan kadar

adiponektin pada liquor serebrospinal dilaporkan 1-4% dari kadar serum.

Walaupun belum sepenuhnya jelas apakah adiponektin dapat melewati

blood-brain barrier, terdapat bukti-bukti adiponektin mamalia dapat

melewatinya. Waktu paruh (t½) adiponektin adalah sekitar 14 jam

(Peterlin dkk, 2007). Konsentrasi adiponektin dalam serum mempunyai

(44)

menunjukkan variasi konsentrasi yang kecil pada individu (Meiliana dkk,

2006).

II.2.1. Efek adiponektin pada struktur dan fungsi vaskuler

Studi-studi pada hewan percobaan dan manusia telah

memperlihatkan hubungan antara kadar adiponektin dan fungsi endotel.

Efek seluler adiponektin pada pembuluh darah dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 1. Efek seluler adiponektin pada pembuluh darah

Meningkatkan endothelium – dependent vasodilation. Meningkatkan endothelium – independent vasodilation. Menekan aterosklerosis

Menekan ekspresi vascular adhesion molecules scavenger receptor.

Mengurangi kadar TNF dan menekan efek inflamasi TNF pada fungsi endotel.

Melemahkan efek growth factor pada sel otot polos.

Menghambat efek oxLDL terhadap sel endotel, diantaranya menekan proliferasi, pembentukan superoxide dan aktivasi AMPK.

Meningkatkan produksi NO. Stimulasi angiogenesis.

Mengurangi penebalan neointima dan proliferasi sel otot polos pada arteri yang cedera.

Inhibisi proliferasi dan migrasi sel endotel.

(45)

II.2.2. Adiponektin dan Stroke

Proses inflamasi memainkan peran utama pada penyakit

serebrovaskular aterosklerotik dan stroke. Adiponektin diketahui memiliki

sifat antiaterogenik dan anti-inflamasi (Tarquini dkk, 2007). Adiponektin

mungkin memiliki efek protektif terhadap aterosklerosis dan adiponektin

berkurang pada orang dewasa dengan aterosklerosis tahap dini dan

lanjut. Hipoadiponektinemia berhubungan dengan obesitas dapat

memainkan peran dalam perkembangan sindroma metabolik (SM),

resistensi insulin dan DM tipe 2. Pasien tanpa SM dapat mengalami

hipoadiponektinemia dan hipoadiponektinemia primer akibat penyakit

genetik telah dilaporkan, sehingga hipoadiponektinemia mungkin suatu

penyakit yang sangat penting tanpa memandang adanya SM. Namun

hubungan antara kadar adiponektin dan stroke iskemik belum jelas (Bang

dkk, 2007).

II.2.3. Mekanisme kerja adiponektin

II.2.3.1. Metabolisme lemak dan karbohidrat

Selain pengaruhnya terhadap metabolisme glukosa tubuh dan

sensitifitas insulin, adiponektin dapat juga memodulasi kadar lipid dalam

plasma, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa studi

melaporkan adanya korelasi negatif antara adiponektin dengan trigliserida

dan low density lipoprotein (LDL) dan memiliki korelasi positif dengan

(46)

kadar lipid dalam plasma belum diketahui dengan jelas. Adiponektin

meningkatkan oksidasi asam lemak dalam sirkulasi dan di otot sklelet

melalui aktivasi AMP-activated protein kinase (AMPK), pada kadar

adiponektin yang rendah terjadi akumulasi trigliserida (Meiliana dkk,

2006).

Adiponektin globular dan adiponektin yang utuh menstimulasi

fosforilasi dan aktivasi AMPK di otot skelet, sedangkan hanya adiponektin

yang utuh melakukannya di hati. Paralel dengan kerjanya mengaktivasi

AMPK, adiponektin menstimulasi fosforilasi Acetyl Coenzyme-A

Carboxylase (ACC), pembakaran asam lemak, ambilan glukosa, produksi

laktak di miosit, dan juga stimulasi fosforilasi ACC serta menyebabkan

reduksi dari molekul-molekul yang terlibat dalam glukoneogenesis di hati,

yang dapat dinyatakan sebagai efek penurunan glukosa akut dari

(47)

Gambar 1. Adiponektin mengaktivasi AMPK dan PPAR pada hati dan otot skelet

Dikutip dari : Kadowaki, T., Yamauchi, T. 2005. Adiponectin and Adiponectin Receptors. Endocrine Reviews. 26:439-451.

Efek adiponektin pada metabolisme Triglyceride Rich Lipoprotein

(TRL) mungkin melibatkan perubahan intrinsik pada metabolisme lemak di

otot skelet dan pengaruh terhadap aktivitas lipoprotein lipase (LPL) baik di

otot skelet maupun di adiposit. Adiponektin dapat menurunkan akumulasi

trigliserida di otot skelet dengan meningkatkan oksidasi asam lemak

melalui aktivasi acetyl-coA oxidase, Carnitine Palmytoyl-Transferase-1

(CPT-1), dan AMPK. Adiponektin juga dapat menstimulasi LPL, suatu

enzim lipolitik yang mengkatabolis very low-density lipoprotein (VLDL),

maupun ApoC-III dengan peningkatan ekspresi Peroxisome

(48)

adiponektin dapat menurunkan suplai Non-Esterified fatty Acid (NEFA) ke

hati untuk glukoneogenesis, oleh karena itu dapat menurunkan sintesis

trigliserida. Secara bersama-sama, konsentrasi adiponektin yang rendah

dapat menunda pembuangan TRL oleh hati dan jaringan perifer melalui

peningkatan kompetisi antara kilomikron dan VLDL untuk lipolisis LPL,

dan antara remnan kilomikron dan VLDL untuk klirens yang dimediasi oleh

reseptor LDL (Meiliana dkk, 2006).

II.2.3.2. Sensitifitas insulin

Beberapa studi yang menggunakan model hewan coba mendukung

hipotesis bahwa adiponektin berfungsi sebagai suatu insulin sensitizer

melalui penurunan keluaran glukosa hepatik dan oleh karena itu

berkontribusi pada pengaturan homeostasis glukosa seluruh tubuh. Efek

sensitisasi insulin dari agonis PPAR telah diketahui. Tetapi masih sering

diperdebatkan jaringan mana yang menunjukkan lokasi kerja agonis

PPAR yang paling kritis, dan gen target yang relevan dalam memediasi

perbaikan sensitifitas insulin. Sel yang memiliki kadar PPAR tertinggi

adalah adiposit, sehingga adiposit merupakan sel kandidat yang baik

dalam pencarian mediator untuk kerja agonis PPAR . Adiponektin yang

disekresikan oleh adiposit mengalami peningkatan regulasi sebagai

respon terhadap adanya paparan agonis PPAR , dan kadar adiponektin

(49)

II.2.3.3. Anti inflamasi

Secara in vitro, adiponektin menghambat signal transkripsi nuclear

factor (NF)- di endotel, yang memediasi efek TNF- dan sitokin

proinflamasi lain. Adiponektin juga menunjukkan dapat menstimulasi

produksi nitric oxyde (NO) di sel endotel vaskular dan menghambat

ekspresi molekul-molekul adhesi, menghambat ekspresi reseptor

scavenger kelas A di makrofag dan menghambat proliferasi dan migrasi

sel-sel otot polos aorta pada manusia (Meiliana dkk, 2006)

Gambar 2. Peran adiponektin pada kaskade inflamasi

(50)

II.2.3.4. Anti aterogenik

Adiponektin bersifat antiaterogenik melalui penekanan respon

inflamasi pada endotel, menghambat proliferasi sel otot polos, dan

menurunkan ekspresi mRNA vascular cell adhesion molecule (VCAM)-1.

Adiponektin juga dapat menghambat perubahan ekspresi molekul adhesi

monosit yang diinduksi oleh tumour necrosis factor (TNF)- dan menekan

transformasi makrofag menjadi sel busa. Adiponektin secara negatif

mengatur pertumbuhan sel progenitor myelomonotik dan produksi TNF-

di makrofag, adiponektin menekan proliferasi yang diinduksi oleh platelet

derived growth factor (PDGF), efek dari TGF -1 dan connective tissue

growth factor. Adiponektin juga menghambat ekspresi reseptor scavenger

kelas A-1 di makrofag, menghasilkan penurunan LDL teroksidasi dan

menghambat pembentukan sel busa. Dilaporkan juga efek penekanan

secara selektif terhadap apoptosis sel endotel melalui aktivasi AMPK oleh

(51)

Gambar 3 . Proses pembentukan aterosklerosis (plak)

Dikutip dari : Kadowaki, T., Yamauchi, T. 2005. Adiponectin and Adiponectin Receptors. Endocrine Reviews. 26:439-451.

II.2.3.5. Anti trombotik

Penelitian Kato dkk (2006) menyatakan bahwa adiponektin bekerja

sebagai faktor antitrombotik endogen. Walaupun kemungkinan efek

antitrombotik in vivo adiponektin mungkin sebagian diperantarai oleh

kerjanya pada sel vaskuler. Studi ini secara jelas menunjukkan bahwa

adiponektin mempengaruhi fungsi platelet pada kondisi tidak adanya sel

vaskuler. Overekspresi adiponektin pada tikus WT melemahkan

pembentukan trombus secara in vitro. Data ini memberikan suatu

pandangan baru dimana adiponektin mungkin merupakan kandidat baru

(52)

II.3. TRIGLISERIDA

Trigliserida adalah ester dari tryhidric alcohol glycerol dengan 3

asam lemak rantai panjang. Trigliserida disintesis di hati dan juga terdapat

dalam makanan. Trigliserida juga diduga merupakan penentu utama dari

esterifikasi kolesterol atau transfer kolesterol dan remodelling HDL dalam

plasma manusia (Susanti, 2006).

Kadar trigliserida sangat bervariasi, membuat peningkatan kadar

sulit untuk dievaluasi sebagai faktor resiko untuk stroke. Peningkatan

trigliserida merupakan komponen dari SM. Kecenderungan terhadap

kadar trigliserida yang lebih tinggi pada pasien yang sebelumnya

mengalami stroke telah dilaporkan. Pada suatu studi 11.117 subjek

dengan PJK, kejadian serebrovaskular iskemik secara signifikan

berhubungan dengan trigliserida yang tinggi dan kadar kolesterol yang

rendah (Goldstein dkk, 2006).

Berbagai studi dan meta analisa memperlihatkan peningkatan

kadar trigliserida berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit

jantung kongestif. Beberapa studi case-control menemukan suatu

hubungan antara trigliserida yang tinggi dengan stroke iskemik. Beberapa

studi prospektif menilai hubungan trigliserida dan stroke dengan hasil

yang tidak konsisten. Selain efek aterogenik langsung TRL, trigliserida

yang tinggi tampaknya merupakan marker perubahan potensial aterogenik

(53)

Pada kenyataannya setiap terapi hipolipidemik akan

mengakibatkan perubahan pada spektrum lipid dan apoprotein plasma,

termasuk perubahan pada ukuran lipoprotein, perubahan dalam

esterifikasi kolesterol serta kecepatan lipolitik. Oleh karena itu trigliserida

berperan sebagai regulator interaksi lipoprotein dan bukan sebagai

penanda resiko independen (Susanti, 2006).

Studi terdahulu memperlihatkan bahwa konsentrasi trigliserida yang

rendah memprediksi kuat mortalitas yang lebih tinggi dalam 6 bulan

setelah stroke. Dari hasil studi Dziedzic dkk, 2004 menyarankan bahwa

kadar trigliserida yang lebih rendah berhubungan dengan stroke yang

lebih berat yang dinilai saat masuk. Kemungkinan mekanisme biologis

yang bertanggung jawab untuk hubungan kadar trigliserida dengan

keparahan stroke belum diketahui. Walaupun malnutrisi pasca stroke akut

merupakan faktor resiko untuk outcome yang buruk, hal ini tidak

menerangkan keparahan stroke saat masuk rumah sakit.

Diyakini bahwa penjelasan alternatif yang difokuskan pada sifat

neuroprotektif potensial dari kolesterol harus dipertimbangkan. Diduga

bahwa kolesterol yang tinggi kemungkinan bersifat protektif melalui

peningkatan gamma-glutamyltransferase. Enzym ini memainkan peran

pada uptake dan transport asam amino dan dapat mengurangi efek

neurotoksik asam amino. Kolesterol juga dapat menyediakan proteksi

antioksidan. Pada studi percobaan miokard iskemik, tikus yang diberi diet

(54)

yang lebih kecil secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang

mendapat diet biasa (Dziedzic dkk, 2004).

II.4. COMPUTED TOMOGRAPHY (CT-scan) DAN VOLUME INFARK Sejak diperkenalkan tahun 1973, CT telah merubah pendekatan

akan diagnosa stroke. Dengan CT memungkinkan dengan jelas

membedakan iskemia otak dengan perdarahan dan menetukan ukuran

dan lokasi dari infark dan hemorhage (Furlan, 2001 ; Caplan, 2000). CT

sken tanpa kontras (Non-Contrast Computed Tomography / NCCT)

merupakan pemeriksaan radiologi rutin yang pertama di unit gawat darurat

untuk menilai pasien dengan stroke akut, dan masih tetap merupakan

pemeriksaan imejing stroke akut yang standart. Peran standart dari NCCT

dalam mendiagnosa stroke akut dengan cepat mendeteksi perdarahan

otak (Lev dkk, 2001).

Pada infark otak akut menurut standart pendidikan bahwa CT

adalah normal dalam 24 jam pertama setelah onset stroke (Furlan, 2001).

Pada iskemia, pada stadium awal sering normal atau hanya sedikit

abnormalitas. Selama hari-hari pertama onset stroke, infark biasanya bulat

atau oval dan batasnya kurang tegas. Kemudian menjadi lebih hipodense

dan gelap, dan lebih seperti baji (wedge-like) dan berbatas. Sebagian

infark yang tadinya hipodens menjadi isodens setelah minggu kedua dan

ketiga onset. Hal ini yang disebut sebagai fogging effect kadang-kadang

(55)

Pantano dkk (1998) melaporkan bahwa sekitar dua pertiga pasien

ukuran infark ditegakkan dalam 24-36 jam setelah onset stroke,

sedangkan sisanya perubahan volume lesi dapat terjadi sesudah 24-36

jam pertama.

II.5. OUTCOME STROKE DAN INSTRUMEN

Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan

sebagai impairments, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat

batasan sebagai berikut (Caplan, 2000) :.

1. Impairments : menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis

dan anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi,

fisioterapi, terapi okupasional ditujukan untuk menetapkan kelainan ini.

2. Disabilitas adalah setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk

berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan orang yang sehat

seperti : tidak bisa berjalan, menelan dan melihat akibat pengaruh

stroke.

3. Handicaps adalah halangan atau gangguan pada seseorang penderita

stroke berperan sebagai manusia normal akibat ”impairment” atau

“disability” tersebut .

Pada berbagai penelitian klinis, skala Barthel Index dan Modified

Rankin Scale umumnya digunakan untuk menilai outcome karena mudah

digunakan, pengukuran yang sensitif terhadap keparahan stroke dan

(56)

Instrumen

Dalam uji klinik Barthel Index (BI) dan Modified Rankin Scale

(mRS) merupakan skala yang sering digunakan untuk menilai outcome

dan merupakan pengukuran yang dapat dipercaya yang memberi

penilaian yang lebih objektif terhadap pemulihan fungsional setelah stroke

(Sulter dkk, 1999).

Barthel Index telah dikembangkan sejak tahun 1965, dan kemudian

dimodifikasi oleh Granger dkk sebagai suatu tehnik yang menilai

pengukuran performasi pasien dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang

dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu (Sulter dkk, 1999) :

- Kelompok yang berhubungan dengan self-care antara lain : makan,

membersihkan diri, mandi, berpakaian, perawatan buang air besar dan

buang air kecil, penggunaan toilet.

- Kelompok yang berhubungan dengan morbiditas antara lain : berjalan,

berpindah dan menaiki tangga.

Skor maksimum dari BI ini adalah 100, yang menunjukkan bahwa

fungsi fisik pasien benar-benar tanpa bantuan, dan nilai terendah adalah 0

yang menunjukkan ketergantungan total (Sulter dkk, 1999).

Skala mRS lebih mengukur ketergantungan daripada performasi

aktifitas spesifik, dalam hal ini mental demikian juga adaptasi fisik

digabungkan dengan defisit neurologi. Skala ini terdiri dari 6 derajat, yaitu

(57)

ketidakmampuan yang berat (Sulter dkk, 1999). Skala mRS adalah lebih

sensitif untuk penilaian pada penderita dengan disabilitas ringan dan

sedang (Weimar dkk, 2002). Meskipun kedua skala tersebut diatas

mudah digunakan dan dapat dipercaya, belum ada konsensus mengenai

bagaimana skala tersebut seharusnya digunakan untuk menentukan

outcome pada uji klinik (Sulter dkk, 1999).

Sulter dkk (1999) melakukan trial pada beberapa penelitian yang

menggunakan skala BI dan mRS pada stroke iskemik, dimana pada studi

Granger dkk menemukan bahwa skor 60 pada BI berhubungan dengan

pergeseran dari dependent menjadi independent. Dan skor 85

menunjukkan peralihan dari memerlukan bantuan minimal ke-tanpa

bantuan (independent).

Pengukuran National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS)

untuk menilai impairment terdiri dari 12 item pertanyaan (tingkat

kesadaran, respon terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze

palsy, pemeriksaan lapangan pandang, fasial palsy, motorik, ataksia,

sensori, bahasa disartria, dan ekstensi/inattention). Skala ini telah banyak

digunakan pada penelitian-penelitian dalam terapi stroke akut dan

merupakan pemeriksaan standar dalam penelitian klinis. Nilai skor NIHSS

saat pasien mengalami stroke akan dapat digunakan sebagai prediksi

perawatan pada saat setelah masa akut, dimana setiap peningkatan 1

poin skor secara signifikan akan menambah lama rawatan di rumah sakit.

(58)

perawatan pasien stroke, yaitu skor ≤ 5 (ringan) pasien dapat keluar dari

rumah sakit, skor 6-13 (sedang) pasien memerlukan rehabilitasi dan > 13

(berat) akan memerlukan fasilitas perawatan yang lama (Meyer dkk, 2002;

(59)

II.6. KERANGKA KONSEPSIONAL

resiko stroke Soderberg dkk, 2004: adiponektin tdk. berhub. dgn terjadinya stroke

Chen dkk, 2005 : adiponektin

Bang dkk, 2007:adiponektin berhub. dgnaterosklerosis intrakranial

Tarquini dkk, 2007 : adiponektin sifat anti aterogenik & anti inflamasi

Aterosklerosis

Stroke Iskemik

Pikija dkk, 2006 : TG puasa berhub. dgn. volume infark

Infark

Weir dkk, 2003 : outcome stroke

berhubungan dengan TG Efstathiou dkk, 2005: adiponektin <4 g/mL berhub. dgn resiko kematian Dziedzic dkk, 2004: TG

berhub. dgn. keparahan stroke

Sulter dkk, 1999 : BI & mRS

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP.H.Adam

Malik Medan dari tanggal 1 Pebruari 2008 s/d 31 Oktober 2008.

III.2. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan

subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random

secara konsekutif.

Populasi Sasaran

Semua penderita stroke iskemik akut yang ditegakkan dengan

pemeriksaan klinis dan CT sken otak.

Populasi Terjangkau

Semua penderita stroke iskemik yang dirawat di ruang rawat inap

terpadu (Rindu) A4 Departemen Neurologi FK-USU/RSUP.H.Adam

Malik Medan.

Besar Sampel

Ukuran sampel dihitung menurut rumus (Madiyono, 1995)

n = Z + Z 2 0,5 ln[(1+r)/(1-r)

Z = nilai baku normal berdasarkan nilai yang telah ditentukan

(61)

Z = 1,036 ( = 15%) ditetapkan oleh peneliti

r = koefisien korelasi 0,51 (dari pustaka)

n = 1,96 + 1,036 2 0,5 ln[(1+0,51)/(1-0,51)

n = 31,34 ~ 32

Dibutuhkan sampel minimal sebesar 32 kasus

Kriteria Inklusi

1. Semua penderita stroke isekmik pada fase akut yang dirawat di

Bangsal Neurologi Rindu A4 RSUP.H.Adam Malik Medan

2. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Kriteria Eksklusi

1. Penderita stroke yang tidak dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT

sken otak.

2. Pasien dengan serangan stroke berulang

3. Pasien dengan gangguan fungsi hati

4. Pasien yang menggunakan obat Thiazolidinediones (TZDs), obat

golongan ACE inhibitors, ARBs, dan obat golongan statin.

III.3. BATASAN OPERASIONAL

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang

(62)

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Kelompok Studi

Serebrovaskuler & Neurogeriatri Perdossi, 1999).

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan

jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Sjahrir,2003).

Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan

stroke berlangsung sampai 1 minggu (Misbach, 1999).

Kadar adiponektin : Rentang nilai kadar adiponektin serum

adalah 3,0 hingga 30 g/ml (Peterlin dkk, 2007). Pemeriksaan kadar

adiponektin diukur dengan menggunakan alat R&D Systems dengan

metode sandwich enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dengan 2

macam anti-human adiponectin mouse monoclonal antibody (MoAbs) .

Pada penelitian ini nilai rujukan kadar adiponektin adalah 2,54-6,06

g/mL.

Kadar trigliserida : Nilai normal trigliserida serum adalah < 150

mg/dL (Bang dkk, 2007). Pemeriksaan kadar trigliserida pada penelitian ini

menggunakan alat Hitachi 902 automatic analyzer. Hasil pengukuran

memiliki nilai normal antara 40-160 mg/dL. Pemeriksaan trigliserida puasa

dilakukan dalam 72 jam setelah masuk rumah sakit.

Kadar HDL : Nilai normal kadar HDL serum adalah ≥ 40 mg/dL

(Bang dkk, 2007).

Kadar LDL : Nilai normal kadar LDL serum adalah < 130 mg/dl

Gambar

Tabel 18. Hubungan antara volume infark dengan NIHSS, BI dan
Gambar 1. Adiponektin mengaktivasi AMPK dan PPAR� pada hati dan otot skelet
Gambar 2. Peran adiponektin pada kaskade inflamasi
Gambar 3 .  Proses pembentukan aterosklerosis (plak)
+7

Referensi

Dokumen terkait

ikut serta dalam penelitian tentang ” Hubungan mean platelet volume (MPV) dan C-reaktif protein (CRP) dengan mortalitas 14 hari pada pasien stroke iskemik akut..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar albumin serum pada penderita stroke iskemik yang menderita penyakit diabetes dan yang tidak menderita diabetes terhadap

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar serum high sensitivity C- reaktif protein dengan tingkat keparahan stroke iskemik fase akut sehingga dengan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul HUBUNGAN RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT DENGAN VOLUME INFARK PADA STROKE ISKEMIK AKUT DI RS.. MOEWARDI SURAKARTA

Serum levels of cytokines and C-reactive protein in acute ischemic stroke patients, and their relationship to stroke lateralization, type, and infarct volume.. Comparison of

Namun pada analisis multivariat terdapat hubungan antara kadar resistin plasma dengan luaran klinis pada pasien stroke iskemik akut (p&lt;0,0001), resistin meningkatkan

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan kuat antara kadar LDL kolesterol dengan mortalitas pasien stroke iskemik fase akut, meskipun hubungan tersebut

Kesimpulan: Tidak didapatkan pengaruh pada pemberian simvastatin 20 mg terhadap penurunan kadar serum ICAM-1 pada pasien stroke iskemik akut dibandingkan dengan kelompok kontrol..