i
TAHUN AJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S. Pd.)
Dosen Pembimbing: Nuryani, M.A.
Oleh
Ika Setiowati
109013000055
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
v
2012/2013”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Nuryani, S.Pd., M.A.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al Syukro Universal pada siswa kelas VIII. Permasalahan yang muncul adalah penggunaan teknik pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakter siswa dan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam memberikan tanggapan masih tergolong rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan pada pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi eksperimen dengan desain penelitian Control group Pretest and Posttest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two dan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan memberikan tanggapan pada kemenarikan kutipan novel remaja yang disampaikan secara lisan. Dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung > ttabel (10,66 > 2,12). Maka hipotesis akhir atau H1 diterima. Nilai rata-rata kemampuan siswa setelah diajarkan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two (posttest)
lebih tinggi daripada nilai rata-rata sebelum diajarkan menggunakan teknik the power of two (pretest). Nilai rata-rata pretest yang diperoleh yaitu 58,29 sedangkan nilai rata-rata
posttest adalah 74,82. Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif teknik the power of two berpengaruh terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal.
vi
of Education Indonesian Language and Literature Faculty Tarbiyah dan Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta. Advisior: Nuryani, S.Pd., M.A.
This research aims to determain the influence of active learning strategy the power of two tecniques on students the ability give responses. The research was conducted at SMP Islam Al Syukro Universal grade VIII. The problem that arises is the use of learning techniques that were not appropriate to the character of the students and the students speaking ability especially in responding is still relatively low. Based on these problems, the authors formulate the problem on the influence of active learning strategies (active learning) of the power of two techniques of the ability give responses in the VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal.
The method used in this research is quasi-experimental research design with Contol group pretest and posttest design. Sampling was done by purposive sampling technique and obtained two class as a samples is experimental class who teach using active learning strategy the power of two tecniques and control class who teach using conventinal. The research instrument of this test the ability to give responses to quote for attractiveness teeneger novel orally delivered. From the calculation of hypothesis testing using t-test, the value of t calculate > t table (10,66> 2,12). Then the final hypothesis or H1 can be accepted. The average value of ability students who after taught using active learning strategy the power of two tecniques (posttest) is higher than average value before using the power of two tecniques (pretest). The average value obtained pretest is 58,29 while the average posttest score was 74,82. Thus, active learning strategy the power of two tecniques have influential on ability give of students responses VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal.
vii
ini dapat terselesaikan dengan baik. Selawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad Saw, semoga syafaatnya selalu menyertai kita semua hingga
akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka
adanya bimbingan pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai, M.A. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. Nuryani, S.Pd. M.A. dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing
penulis, selalu memberikan motivasi, serta rela meluangkan waktunya sampai
penyusunan skripsi ini selesai.
5. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakutlas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang senantiasa memberikan pelayanan serta sebagai media untuk sumber
referensi penulis.
7. Bapak Fauzan Budi. C, S.T. kepala SMP Islam Al Syukro Universal yang telah
banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.
8. Seluruh staff dan guru SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya Ibu Wiwi
Adawiyah, S.Pd.I. guru pamong Bahasa Indonesia yang telah memberikan
viii
motivasi, dan menghibur ketika penulis sedang mengalami kesulitan.
11.Desy Listyaningrum dan Siti Nurfitriani sebagai sahabat sekaligus pemberi
motivasi dan semangat bagi penulis.
12.Siswa-siswi SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya kelas VIII A dan VIII
B.
13.Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga Allah Swt dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang telah
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena
terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
Jakarta, 12 Juli 2013
ix
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH...iii
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS...iv
ABSTRAK...v
ABSTRACT...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8
A. Deskripsi Teoritis ... 8
1. Hakikat Strategi Pembelajaran ... 8
2. Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning) ... 16
3. Hakikat Teknik The Power of Two...19
4. Hakikat Tanggapan ... 25
B. Penelitian yang Relevan ... 35
C. Kerangka Berpikir ... 37
D. Hipotesis Penelitian ...39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
B. Metode dan Desain Penelitian ... 40
C. Populasi dan Sampel ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Instrumen Penelitian ... 44
F. Teknik Analisis Data... ... 46
x
E. Analisis Data Angket... ... 84
F. Intepretasi Data... ... 88
G.Pembahasan Penelitian... ... 89
BAB V PENUTUP ... 91
A. Simpulan ... 91
B. Saran .. ... 92
xi
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Berdasarkan Skala Penilaian
Tabel 4.1 Profil SMP Islam Al Syukro Universal Tabel 4.2 Pendidik SMP Islam Al-Syukro Universal
Tabel 4.3 Nama-nama Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Syukro Universal Tabel 4.4 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII A
Tabel 4.5 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII B Tabel 4.6 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Tabel 4.7 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Kontrol)
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Eksperimen)
Tabel 4.10 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan
Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Kontrol)
Tabel 4.11 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan
Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Eksperimen)
Tabel 4.12 Analisis Data Hasil Angket
xii
Lampiran 2 Naskah Kutipan Novel Remaja
Lampiran 3 Denah Tempat Duduk Kelas Eksperimen
Lampiran 4 Denah Tempat Duduk Kelas Kontrol
Lampiran 5 Hasil Wawancara
Lampiran 6 Data Angket Siswa
Lampiran 7 Data Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen
[image:12.595.117.494.172.599.2]Lampiran 8 Data Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 9 Tabel Z
Lampiran 10 Tabel Uji-t
Lampiran 11 Daftar Kritis Uji Liliefors
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan
suatu individu yang selanjutnya berujung pada maju dan mundurnya suatu
bangsa. Pendidikan yang baik memungkinkan dapat mengembangkan
kemampuan siswa secara optimal dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan
kebutuhan pribadi maupun kebutuhan masyarakat.
Perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
akhir-akhir ini, menuntut perlunya mengubah pola pembelajaran konvensional
menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisipatif. Pembelajaran di
Indonesia yang menggunakan pembelajaran konvensional masih banyak
ditemukan di sekolah-sekolah misalnya, ceramah dan pemberian tugas yang
sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa.
Pembelajaran menggunakan metode ceramah merupakan suatu
pembelajaran dimana peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa.
Selain itu, guru kurang memperhatikan individu siswa, guru tetapi lebih
menitikberatkan pada kelas. Akibatnya, daya pikir siswa kurang berkembang,
minat, dan motivasinya terhadap pelajaran pun berkurang. Kondisi tersebut
menjadi salah satu penyebab ketidakterarikan siswa terhadap pembelajaran
yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi
saja melainkan untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui
bahasalah manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang ada di dunia.
Dalam konteks persekolahan, bahasa digunakan para siswa untuk
mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah.
Mengingat fungsi penting pembelajaran bahasa, sudah selayaknya
pembelajaran bahasa di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
harus diorientasikan pada pembentukan kemampuan berbahasa.
Namun, berbagai tradisi lama dalam melaksanakan pembelajaran bahasa
masih kerap dijumpai di sekolah-sekolah. Bukti nyata dari kondisi ini adalah
masih banyak guru yang melaksanakan pembelajaran dengan hanya
berorientasi menyampaikan pengetahuan kepada para siswa. Atas dasar
pemikiran ini, guru banyak memilih metode ceramah atau penugasan dalam
menyampaikan materi kepada siswa. Akibatnya pembelajaran menjadi
monoton, kurang merangsang perkembangan potensi anak, dan kurang
memotivasi anak untuk berprestasi sehingga berdampak terhadap rendahnya
kompetensi siswa serta bermuara pada ketidaktercapainya tujuan pendidikan.
Kondisi pembelajaran yang tidak dinaungi oleh prinsip pembelajaran yang
tepat dan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan serta
karakteristik siswa ini, merupakan kondisi pembelajaran yang tidak bermutu
dan dapat membuat siswa menjadi pasif dalam belajar. Guna menciptakan
pembelajaran yang bermutu dan mampu mengaktifkan siswa, seorang guru
hendaknya senantiasa belajar untuk mengajar dengan berbagai metode dan
teknik belajar yang bervariasi dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, dikenal empat aspek keterampilan
berbahasa yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dalam
pembelajaran bahasa, salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa
adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini menempati
kedudukan yang penting karena merupakan ciri dari kemampuan komunikatif
siswa. Namun, diakui atau tidak, pembelajaran berbicara yang selama ini
dari masih banyaknya guru yang memperlakukan sama antara pembelajaran
berbicara dengan pembelajaran lainnya. Pembelajaran berbicara yang kurang
baik ini, biasanya terjadi karena guru lebih menekankan kemampuan
penampilan siswa dan tidak disertai latihan agar siswa mampu menyusun
idenya sendiri.
Kondisi lain yang lebih parah adalah bahwa pembelajaran berbicara
terkadang tidak dilaksanakan guru. Siswa lebih banyak dilatih menulis dan
membaca sehingga kemampuan berbicara menjadi sangat rendah. Guru tidak
pernah secara intens membina dan melatih siswa berbicara. Seolah-olah bagi
guru pembelajaran berbicara cukup dilakukan dengan cara membaca teks di
depan kelas dan guru lupa bagaimana melatih agar mereka benar-benar
mampu berbicara dengan baik. Padahal seharusnya guru memberikan
bimbingan, permodelan, dan strategi yang dibutuhkan siswa agar terampil
berbicara.
Pembelajaran berbicara sering terabaikan karena guru lebih banyak
melatih siswa membaca dan menulis. Hal ini terbukti saat peneliti melihat
nilai rata-rata menulis siswa mencapai 80 dan berbanding terbalik dengan
nilai berbicara mereka yang rata-rata hanya 60. Ini disebabkan karena masih
adanya anggapan sebagian besar guru bahwa kemampuan berbicara bukanlah
kemampuan yang akan diujikan secara nasional dalam ujian nasional. Padahal
jika disadari bersama, walaupun kemampuan berbicara bukanlah bagian dari
ujian nasional, namun kemampuan berbicara merupakan atribut siswa yang
akan digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana
kesan masyarakat jika siswa yang berpendidikan saja tidak terampil dalam
berbicara.
Permasalahan yang peneliti jumpai di sekolah menengah pertama,
khususnya pada keterampilan berbicara adalah kurangnya kemampuan siswa
dalam bertanya dan memberikan tanggapan baik pada bacaan yang mereka
baca atau informasi yang mereka dengar. Banyak siswa yang mengalami
kesulitan saat akan menuangkan idenya ke dalam ucapan dan mereka
daripada diungkapkan. Kurang mampunya siswa dalam memberikan
tanggapan melalui ucapan disebabkan karena jarangnya siswa berlatih untuk
mengemukakan pendapat, sehingga saat disuruh memberikan tanggapan
mereka terlihat kurang percaya diri dengan jawabannya, kurang mampu
mengemukakan tanggapan dengan bahasa yang baik, dan pemilihan teknik
pembelajaran berbicara yang kurang tepat. Ketidakmampuan siswa dalam
memberikan tanggapan terlihat ketika siswa belajar memberikan tanggapan
yang berkenaan dengan kemenarikan pada kutipan novel remaja yang dibaca.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa
ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu
mendengar, melihat, berpikir, mengajukan pertanyaan, dan membahasanya
dengan siswa lain. Hal ini dilakukan supaya siswa bisa lebih aktif dalam
proses pembelajaran dan membantu siswa untuk lebih percaya diri dalam
mengungkapkan ide di depan teman dan gurunya.
Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan dan komunikasi
yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu
membelajarkan peserta didik. Kedudukan peserta didik dalam kurikulum
KTSP menuntut peserta didik untuk secara aktif mencari tahu pengetahuan
yang dipelajari. Namun, kendalanya masih banyak siswa yang pasif atau
kurang aktif terhadap pelajaran, sehingga diperlukan strategi untuk membuat
siswa tersebut aktif guna menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
Strategi pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran merupakan
strategi yang melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk
berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru dan
menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima
ceramah dari guru layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Di sini
guru juga dituntut berpikir kreatif untuk mampu menciptakan suasana
menarik tanpa membuat bosan dalam proses belajar mengajar. Perlunya
keaktifan siswa dalam belajar merencanakan, melaksanakan, dan menilai
proses pembelajaran serta hasil pembelajaran.
Berbagai uraian di atas menandakan perlunya usaha untuk melakukan
perubahan dalam proses pembelajaran yakni dengan menerapkan strategi
pembelajaran aktif teknik the power of two (kekuatan berdua) dalam proses
pembelajaran khusunya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
memberikan tanggapan. Strategi pembelajaran aktif teknik the power of two
merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan
belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan bersama. Karenanya dua
orang atau dua siswa lebih baik daripada satu.
Lebih lanjut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two
terhadap kemampuan berbicara siswa khusunya dalam memberikan
tanggapan dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang
berjudul ―Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Teknik The Power of Two terhadap Kemampuan Memberikan
Tanggapan pada Siswa Kelas VIII di SMP Islam Al-Syukro Universal Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013‖
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah
yang masih timbul dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dengan
menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
2. Minimnya strategi dan teknik pembelajaran yang dimiliki guru.
3. Kemampuan berbicara siswa masih tergolong rendah khususnya dalam
memberi tanggapan melalui ucapan.
4. Siswa cenderung lebih suka memberi tanggapan dalam bentuk tulisan.
5. Keterampilan berbicara masih diabaikan para guru dengan berbagai
alasan yang menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif (active
learning) teknik The Power of Two.
2. Kemampuan berbicara khususnya memberikan tanggapan pada
kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
3. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Al Syukro
Ciputat tahun ajaran 2012/2013.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning)
teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa
kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013?
E.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik
the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas
VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai
pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis, diantaranya sebagai
berikut:
1. Secara teoretis
Secara teoretis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
keterampilan berbahasa (berbicara) dan memberikan sumbangan
pemikiran sebagai perkembangan bahasa Indonesia.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada:
a. Peneliti
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam menerapkan
strategi pembelajaran aktif dengan berbagai teknik dalam kegiatan
pembelajaran serta mengetahui tingkat keberhasilan dalam
penerapan strategi ini.
b. Guru
Dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa
khususnya kemampuan memberikan tanggapan di masa yang akan
datang, membantu guru dalam menentukan strategi dan teknik yang
kreatif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, dan mampu
menarik perhatian siswa.
c. Siswa
Dari hasil penelitian ini siswa diharapkan memiliki keretampilan
berbicara dengan baik dan kemampuan dalam memberikan
tanggapan.
d. Lembaga
Dapat memberikan konstribusi kepada sekolah untuk berupaya
dalam peningkatan mutu lulusannya dengan menggunakan
teknik-teknik pembelajaran yang baik dan meningkatkan profesionalisme
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.
Deskripsi Teoretis
1.
Hakikat Strategi Pembelajaran
a.
Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam sistem
pembelajaran yang memuat alternatif yang harus dipertimbangkan untuk
dipilih dalam rangka perencanaan pembelajaran.
Menurut Gagne strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk
berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.1 Artinya,
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan seseorang (peserta didik) akan
menyebabkan mereka berpikir secara unik untuk dapat menganalisis dan
memecahkan masalah di dalam mengambil sebuah keputusan.
J.R David dalam Teaching Strategis for College Class Room
mengemukakan “a plan method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal“. Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.2 Hal-hal yang
akan dilaksanakan dirancang terlebih dahulu dengan menentukan sebuah
kegiatan dan menyiapkan metode atau perangkat lain guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan startegi tertentu
diperlukan metode pengajaran misalnya metode ceramah, diskusi
kelompok, tanya jawab, dan lain-lain.
Hal ini sependapat dengan Gerlach dan Elly yang menyatakan bahwa
strategi adalah suatu cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan
1
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, h. 3.
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.3 Singkat kata,
bahwa strategi adalah cara-cara terpilih yang digunakan oleh seorang guru
dalam rangka menyampaikan pelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Joni yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang
digunakan untuk memberikan suasana kondusif kepada siswa dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.4 Memberikan suasana kondusif di
sini adalah suasana yang aman, nyaman, dan aktif guna tercapainya suatu
tujuan pembelajaran. Jika suasana belajar kondusif atau mendukung maka
tujuan pembelajaran pun akan mudah tercapai.
Romiszowski mengatakan bahwa strategi adalah sebagai titik pandang
dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode
pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih
khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan.5 Di dalam strategi, rencana,
taktik, dan latihan sangat diperlukan untuk menjalankan metode
pembelajaran yang telah ditentukan sehingga strategi dapat dijalankan
guna mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Zain strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan.6 Dalam proses pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai
pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara
singkat, dijelaskan bahwa strategi merupakan pola umum kegiatan siswa
dan guru yang diciptakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai.
3 Asep Herry Hernawan, Asra, dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, h. 88.
4
Ibid.
5
Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), Cet. I, h. 18.
6
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa
strategi adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan oleh pendidik
dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Pembelajaran merupakan terjemahan dari “intruction”. Hal ini
diungkapkan oleh Gagne yang menyatakan bahwa “intruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”.7
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi
pembelajar dalam mempermudah mempelajari sesuatu.
Di dalam proses pembelajaran terdapat peristiwa saling
mempengaruhi antara pengetahuan guru terhadap pengetahuan siswa.
Proses saling mempengaruhi saat belajar tersebut membuat siswa menjadi
lebih mudah mempelajari sesuatu dengan berbagai macam media
pembelajaran yang digunakan.
Pembelajaran menurut Hernawan pada hakikatnya adalah proses
komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses
tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa
dengan siswa.8 Bentuk komunikasi transaksional tersebut dapat diterima,
dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran. Artinya, bahwa sebuah proses pembelajaran itu terjadi jika
ada pemahaman dan timbal balik antara guru dengan siswa atau siswa
dengan siswa. Apabila dalam proses pembelajaran siswa telah mampu
memahami apa yang mereka pelajari berarti komunikasi transaksional
tersebut dapat dikatakan berhasil.
Menurut Sanjaya, pembelajaran diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa
7
Wina, Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 27.
8
seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.9
Sebagai proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan
kegiatan guru atau kegiatan siswa saja. Lingkungan dan potensi yang
dimiliki siswa seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar sangat
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sangat mendukung
tercapaiannya tujuan yang dikehendaki. Peran aktif siswa dan guru dalam
proses pembelajaran sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu
pembelajaran.
Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10 Interaksi
seseorang dalam lingkungan di sekitar dapat memberikan pengalaman
yang nantinya akan mampu memberikan perubahan perilaku kepada
dirinya ke arah yang lebih positif. Pengalaman tersebut dapat berupa
penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh
orang tersebut. Di sini lingkungan sangat memberikan pengaruh besar
dalam pembelajaran.
Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa pembelajaran
adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan
belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.11 Peserta
didik diberikan cara-cara mudah oleh guru supaya mereka mampu
memahami pelajaran yang telah disampaikan serta mampu belajar secara
aktif dan mudah. Cara atau metode yang akan digunakan guru dalam
proses pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
9
Sanjaya, Op. Cit., h. 26.
10
Hernawan, Loc. Cit.
11
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang
dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan susana
lingkungan kelas yang aman, nyaman, aktif, inovatif, kreatif, dan efektif
dalam melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara
guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Terciptanya suasana
lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif akan membuat siswa lebih
fokus untuk belajar dan hal ini sangat membantu guru dalam mewujudkan
tujuan yang telah ditentukan.
Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.12 Untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang efektif seorang guru dan siswa harus mampu
melaksanakan pembelajaran dengan baik, aktif dan optimal. Tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efisien apabila dalam melakukan
pembelajaran, waktu, dan faktor pendukung lain telah diperhitungkan
dengan baik agar tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.
Kozna menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu.13 Seorang pendidik atau guru harus mampu memilih kegiatan
yang sesuai dengan tujuan dan dapat memberikan fasilitas pendukung serta
bantuan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Senada dengan pendapat di atas, Uno mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk
memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran.14 Pemilihan kegiatan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan kondisi, situasi, sumber belajar, kebutuhan, dan
12
Sanjaya, Op.Cit., h. 187.
13
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 1.
14
karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
Menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran adalah seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar
yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.15 Prosedur atau cara-cara yang
digunakan guru dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang pada
akhirnya akan menimbulkan hasil belajar bagi siswa itu sendiri. Strategi
pembelajaran di sini tidak hanya sebatas prosedur atau tahapan saja,
melainkan termasuk pengaturan materi atau paket program pembelajaran.
Menurut Wiranaputra, strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.16
Artinya, bahwa strategi pembelajaran berisi gambaran awal atau
cara-cara yang disusun secara-cara berurutan oleh pendidik dan berfungsi sebagai
pendoman perencanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang
ditentukan.
Darmansyah menjelaskan lebih terperinci bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran,
dan pengelola kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber
belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya
efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.17 Isi dan cara penyampaian
dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus
diorganisasikan secara sistematis, efektif, dan efisien.
Hal tersebut senada dengan Gerlach dan Ely yang menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
15
Ibid.,h. 1.
16
Iskandarwassid, Op. Cit., h. 6.
17
tertentu.18 Seorang guru di sekolah hendaknya mampu memilih cara-cara
yang akan digunakan dirinya untuk menyampaikan materi pembelajaran di
kelas supaya materi dapat disampaikan dengan baik dan siswa mampu
menerima serta memahaminya.
Abizar mengartikan strategi pembelajaran sebagai pandangan yang
bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode
yang akan dipakai dengan tujuan utama agar pemerolehan pengetahuan
oleh siswa lebih optimal.19 Artinya, bahwa strategi pembelajaran
merupakan prosedur yang masih bersifat umum dan luas yang digunakan
untuk menambah pengetahuan siswa secara optimal. Dalam melaksanakan
strategi pembelajaran, seorang guru membutuhkan metode yang sesuai
dengan strategi pembelajaran yang dipilih. Perancangan metode tersebut
dilakukan agar peserta didik mampu mengerjakan hal-hal yang harus
mereka kerjakan dengan baik dan optimal.
Jika seorang guru telah mampu merancang strategi pembelajaran,
maka ia akan mudah memilih dan menentukan metode yang tepat untuk
menjalankan strategi pembelajaran tersebut. Ketepatan pemilihan metode
mampu membantu siswa menangkap informasi pengetahuan yang
diberikan oleh guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
strategi pembelajaran adalah rencana kegiatan belajar yang dirancang oleh
guru dan dilakukan oleh siswa dengan memilih metode yang
memungkinkan pembelajaran yang efektif dalam upaya penambahan
informasi dan pengetahuan baru demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang ditentukan.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada
proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan, sedangkan
upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
18
Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ITC, (Yogyakarta: Skripta Media Creative, 2012), Cet. I, h. 57.
19
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, maka
dibutuhkan metode. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran
digunakan beberapa metode. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai
sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi.
Selain strategi dan metode, ada istilah teknik dan taktik. Teknik dan
taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah
cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu
metode, sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan
suatu teknik atau metode tertentu.
b.
Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Hamruni menjelaskan ada empat prinsip penggunaan strategi
pembelajaran, yaitu:20
1) Berorientasi pada tujuan (kompetensi)
Segala aktivitas guru dan peserta didik, harus diupayakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sangat
penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan.
2) Aktivitas
Belajar bukan kegiatan menghafal sejumlah informasi. Belajar
adalah berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran
harus mampu mendorong aktivitas peserta didik.
3) Individualitas
Mengajar merupakan usaha mengembangkan setiap individu
peserta didik. Meskipun seseorang mengajar pada sekelompok
peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin seseorang capai
adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.
20
4) Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan
seluruh pribadi peserta didik dan bukan hanya mengembangkan
kemampuan kognitif saja melainkan mengembangkan kemampuan
afektif juga psikomotorik.
Prinsip-prinsip di atas pada dasarnya menekankan pada strategi
pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Seorang
guru harus mampu mengemas strategi pembelajaran aktif untuk
menyampaikan materi yang mampu mengembangkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
2.
Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning)
a.
Pengertian Pembelajaran aktif
Pembelajaran aktif sudah menjadi bagian penting dari proses
pembelajaran di sekolah. Di berbagai sekolah, guru disarankan untuk
mengemas pembelajaran dengan strategi-strategi pembelajaran aktif yang
disesuaikan dengan karakter peserta didik.
Menurut Hakiim, pembelajaran aktif adalah kegiatan mengajar yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata
pelajaran yang dipelajarinya.21 Siswa diberikan kesempatan untuk lebih
aktif mempelajari materi pelajaran, sehingga pengetahuan atau informasi
yang diperoleh akan lebih lama diingat dan disimpan. Selain itu, siswa
juga mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan mampu menarik
kesimpulan dari materi yang mereka pelajari. Di sini guru hanya bertindak
sebagai fasilitator saja.
Pembelajaran aktif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar
yang maksimum. Peserta didik yang pasif atau hanya menerima pelajaran
dari guru ada kecenderungan untuk melupakan apa yang telah dipelajari.
21
Oleh sebab itu, diperlukan perangkat untuk mengikat informasi baru
tersebut dan mengikatnya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan
indra pendengaran mempunyai beberapa kelemahan. Filosof Cina,
Konfusius mengatakan:
“ Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”22
Pernyataan di atas menekankan pentingnya belajar aktif agar
pembelajaran yang seseorang lakukan di sekolah tidak menjadi suatu hal
yang sia-sia. Ungkapan tersebut sekaligus menjawab permasalahan yang
sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya
penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran karena mereka lebih
banyak mendengar dari pada mempraktekannya. Secara singkat, bahwa
pembelajaran aktif cenderung lebih membuat peserta didik lebih
mengingat materi pelajaran, sedangkan pembelajaran pasif membuat
peserta didik mudah melupakan materi pelajaran.
Pembelajaran aktif menurut Arifin adalah pembelajaran yang
menuntut keaktifan peserta didik dan guru.23 Di dalam proses
pembelajaran yang dituntut untuk aktif bukan hanya siswa melainkan guru
juga harus aktif karena keduanya memiliki peran masing-masing yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Misalnya, peran aktif siswa
dalam memberikan umpan balik terhadap materi yang disampaikan guru.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang telah diajarkan.
Orlich mengungkapkan active learning encompasses a wide range of
teaching strategies, all of which engage the learner in the actual
22
Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Aktif, terjemahan dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nusa Media, 2006), Cet. III, h. 23.
23
instruction that takes place.24 Menurut pengertian ini, belajar aktif
meliputi berbagai strategi pengajaran, yang semuanya melibatkan pelajar
dalam instruksi yang sebenarnya terjadi. Pembelajaran aktif membutuhkan
strategi yang mampu melibatkan keaktifan guru dan siswa guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
aktif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif
dan memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa
dengan pengajar.
b.
Karakteristik Pembelajaran Aktif
Menurut Bonwell pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai
berikut:25
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian
informasi oleh pengajar, melainkan pada pengembangan
keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau
permasalahan yang dibahas.
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara pasif, tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi.
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi.
4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisis, dan melakukan evaluasi.
5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses
pembelajaran.
24
Orlich, dkk, Teaching Strategies: A Guide to Effective Intruction, (USA: Wadsworth, 2000). h. 40.
25
Menurut Arifin, ciri utama strategi pembelajaran aktif adalah
keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik maupun psikis untuk
mengikuti proses pembelajaran.26 Keadaan peserta didik di dalam kelas
harus merasa enjoy, nyaman, gembira, dan tidak merasa terkekan, tegang,
maupun menakutkan. Jika suasana tersebut tercipta dalam proses
pembelajaran, maka pembelajaran aktif pun akan mudah dilaksanakan.
Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pembelajaran aktif adalah mengembangkan sikap kritis, analitis, dan aktif
bagi peserta didik dalam memberikan umpan balik materi yang telah
diajarkan dengan rasa nyaman, gembira, dan tidak ada tekanan.
3.
Hakikat Teknik The Power of Two
a.
Pengertian Teknik The Power of Two
Salah satu hal yang berkaitan dengan prosefionalisme guru adalah
komitmennya yaitu seorang guru berkomitmen untuk selalu
memperbaharui dan juga meningkatkan kemampuannya dalam suatu
proses bertindak dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
yang masih konvensional dengan hanya berpusat pada guru harus
diperbaharui dengan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan
kegiatan antar siswa atau peserta didik.
Teknik the power of two merupakan teknik yang dirancang untuk
menghindari pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata (teacher
centered). Di sini peserta didik dituntut untuk aktif dan belajar dengan
sesama temannya sehingga guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran
semata.
Teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode.27 Misalnya, cara yang bagaimana
26
Ibid., h. 60.
27
yang harus dilakukan agar metode diskusi yang dilakukan dapat berjalan
efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seorang melakukan proses
diskusi sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi terlebih dahulu.
Menurut Darmansyah, teknik adalah sebuah cara khas yang
operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam
metode.28 Teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha atau upaya
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Gerlach dan Ely teknik adalah jalan, alat, atau media yang
digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah
tujuan yang ingin dicapai.29 Alat atau media yang dipilih oleh guru dalam
mewujudkan tindakan nyata guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
The power of two berarti kekuatan dua (kepala/pikiran). Artinya
bahwa strategi pembelajaran aktif ini menekankan untuk berpikir dua
orang dalam menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru.30 Dalam
teknik ini, siswa dibuat berkolaborasi dengan pasangannya atau
membentuk suatu kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa guna
menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru. Berpikir dua kepala atau
dua orang jauh lebih baik daripada berpikir sendiri-sendiri karena dengan
adanya pasangan atau teman belajar seorang siswa mampu berbagi
pendapat, percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya, dan mampu
menyelesaikan masalah bersama. Dalam teknik the power of two setiap
pasangan kelompok dibuat berdasarkan heterogenitas, karena
keanekaragaman pengetahuan yang dimiliki siswa dapat saling melengkapi
artinya siswa diajarkan untuk berinteraksi serta bekerja sama. Seperti yang
dikemukakan oleh Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan:
Dalam pelaksanaan strategi ini, guru hendaknya mengetahui tingkat perbedaan kemampuan setiap peserta didik, sehingga dalam diskusi tersebar peserta didik yang pandai atau aktif dengan peserta didik yang biasanya pasif berbicara. Semua peserta didik dianjurkan
28
Iskandarwassid, Op. Cit., h. 41.
29
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 2.
30
untuk menyampaikan pendapatnya kemudian hasil diskusi berdua dipresentasikan di depan kelas maupun ditulis di papan tulis.31
Jadi, dalam pelaksanaan teknik the power of two, kelompok diskusi
peserta didik akan lebih baik jika dibagi oleh guru dengan
mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Artinya, satu kelompok terdiri atas dua siswa, satu siswa dipilih karena
memiliki kemampuan berbicara yang kurang dan satu siswa lainnya dipilih
karena memiliki kemampuan berbicara yang lebih dalam menyampaikan
pendapat khususnya dalam mememberikan tanggapan.
Sebelum pelaksanaan teknik the power of two setiap peserta didik
dapat membaca terlebih dulu materi yang akan didiskusikan, sehingga ada
pengetahuan awal yang akan dikembangkan dalam diskusi. Dikutip dari
Silberman teknik the power of two digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran dan menegaskan manfaat dari sinergi, bahwa dua kepada
adalah lebih baik daripada satu.32 Teknik ini memiliki prinsip bahwa
berpikir berdua lebih baik dari pada berpikir sendiri.
Pembelajaran menggunakan teknik the power of two membuat siswa
mendominasi aktifitas belajar. Hal ini terjadi karena teknik the power of
two mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting
serta manfaat sinergi dari dua orang. Teknik the power of two merupakan
pembelajaran yang efektif karena dalam belajar berkelompok hanya terdiri
dari dua siswa saja (berpasangan). Teknik the power of two tidak hanya
memberi kesempatan kepada siswa berpasangan (berdu-dua) dalam
kelompok kecil, tetapi teknik the power of two juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu,
dimana setiap siswa menghubungkan materi barunya dengan materi atau
pemahaman yang telah dimilikinya. Hal tersebut menjadikan siswa
memiliki tanggung jawab secara individu sekaligus kelompok.
31
Ibid.
32
b.
Langkah-langkah Teknik The Power of Two
Menurut Arifin, langkah-langkah teknik pembelajaran aktif the power
of two, meliputi:33
1) Guru menentukan topik yang akan dipelajari.
2) Guru menyampaikan pertanyaan kepada semua peserta didik.
3) Peserta didik dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan secara
individual.
4) Setelah itu, peserta didik diminta sharing (diskusi) pendapat dengan
teman duduk di sampingnya (berdua)
5) Guru melakukan elisitasi (semua hasil diskusi peserta didik di papan
tulis).
6) Guru melakukan klarifikasi dari hasil diskusi peserta didik.
Mengutip dari Muttaqien, prosedur teknik the power of two adalah
sebagai berikut:34
1) Berikan siswa pertanyaan atau beberapa pertanyaan yang memerlukan
perenungan dan pemikiran.
2) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan secara perseorangan.
3) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi
sebuah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu
sama lain.
4) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap
pertanyaan, memperbaiki tiap jawaban perseorangan.
5) Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan
jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di depan kelas.
Secara singkat, langkah-langkah the power of two dimulai dari
penentuan topik, membuat pertanyaan, berpikir untuk menjawab
pertanyaan secara individual, mendiskusikan dengan teman, kemudian
33
Arifin, Op. Cit, h. 66.
34
menyampaikan hasil diskusi. Dalam menyampaikan hasil diskusi dapat
dilakukan dengan menuliskan di papan tulis atau dipresentasikan di depan
kelas. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara khususnya
kemampuan memberikan tanggapan, maka hasil diskusi diungkapkan
secara lisan dan dipresentasikan di depan kelas oleh kedua siswa.
c.
Kelebihan dan Kekurangan Teknik The Power of Two
Teknik the power of two memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
yaitu:35
1) Kelebihan Teknik The Power of Two
Terdapat beberapa kelebihan atau keuntungan dalam teknik the power
of two, diantaranya:
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dan belajar dari siswa lain.
b) Meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir.
c) Siswa lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas.
d) Melatih siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain.
e) Mengembangkan kemampuan dalam menemukan ide, atau
gagasan kemudian membandingkan dengan orang lain.
f) Meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya.
2) Kekurangan Teknik The Power of Two
Di samping memiliki kelebihan, strategi pembelajaran the power
of two juga memiliki kekurangan diantaranya:
a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
35
Irsyadul Albaab, The Power of Two, diunduh dari
b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka
dibutuhkan fasilitas alat dan biaya.
c) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Jadi, teknik the power of two memiliki kelebihan dalam menambah
kepercayaan siswa dalam berpikir, memudahkan siswa dalam menemukan
informasi, meningkatkan motivasi belajar, dan mampu melatih siswa untuk
bekerja sama dengan siswa lain. Namun, teknik the power of two juga
memiliki beberapa kekurangan yakni membutuhkan banyak tenaga,
pemikiran, biaya, dan waktu. Tetapi jika dilihat secara teliti, kelebihan
yang didapat dari penggunaan teknik the power of two lebih banyak
dibandingkan dengan kekurangannya.
Pembelajaran yang banyak melibatkan panca indra dalam proses
berpikir dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna,
sehingga dengan demikian memungkinkan pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan. Salah satunya dengan strategi pembelajran aktif
teknik the power of two. Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi
pembelajaran aktif teknik the power of two tersebut, penulis
membandingkan dengan metode ceramah. Metode ceramah merupakan
cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau
penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.36 Metode ini memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:37
1) Kelebihan
a) Guru mudah menguasai kelas
b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk atau kelas
c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
36
Djamarah, Op. Cit., h. 97
37
2) Kekurangan
a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
b) Siswa dengan kemampuan visual yang tinggi akan sulit menerima
meteri pengajaran dibandingkan siswa dengan kemampuan aditif
yang tinggi.
c) Jika metode ini selalu digunakan dan memakai waktu lama maka
akan membosankan bagi siswa.
d) Guru sulit menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya.
e) Menyebabkan siswa menjadi pasif
Dari penjelasan tersebut, kelebihan dari metode ceramah lebih
dominan dirasakan oleh guru daripada siswa. Hal itu terjadi karena di
sini guru menjadi pusat kegiatan pembelajaran yang membuat siswa
bosan dalam belajar, menjadi verbalsime, kurang tertarik untuk belajar,
dan membuat siswa menjadi pasif di kelas.
4.
Hakikat Tanggapan
a.
Pengertian Tanggapan
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara adalah
dapat dilakukan dengan memberikan tanggapan terhadap sebuah bacaan.
Memberikan tanggapan khusunya secara lisan dapat membantu siswa
untuk berani berbicara di hadapan teman dan gurunya dan ini sangat
membantu siswa terampil dalam berbicara.
Tanggapan menurut Bigot adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan
setelah kita melakukan pengamatan.38 Artinya, bahwa tanggapan
merupakan informasi yang didapatkan dari proses mengamati yang
hasilnya akan disimpan dalam ingatan.
38
Pengertian tersebut senada dengan Linschoten yang mengemukakan
bahwa menanggap adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan atau
melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi
primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.39 Menanggapi
dilakukan dengan mengingat, melakukan, atau meniru kembali perbuatan
pada suatu objek yang telah diamati tanpa hadirnya objek tersebut.
Misalnya setelah seseorang membaca novel atau kutipan novel, ia akan
menemukan hal menarik di dalam novel tersebut, kemudian orang tersebut
akan mengingat kemenarikan itu dan langsung menanggapi kemenarikan
novel tanpa kehadiran novel di depannya atau tanpa membaca ulang novel
tersebut.
Hal ini juga diungkapkan oleh Sabri bahwa tanggapan adalah
bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah seseorang amati/kenali.40
Suatu kejadian atau apa yang pernah dilihat atau diamati secara langsung
atau tidak langsung akan tersimpan di memori otak seseorang. Setelah itu,
kejadian tersebut suatu ketika akan teringat kembali pada benak seseorang
yang timbul dari alam bawah sadar dan ini membuat seseorang
mereproduksinya kembali.
Menurut Herbart, tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia.
Tanggapan sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau
menimbulkan keseimbangan, ataupun merintangi atau merusak
keseimbangan. Tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan.41
Kekuatan psikologis yang mampu menimbulkan keseimbangan merupakan
kekuatan positif yang akan menimbulkan rasa senang dan mampu menjadi
penggerak tingkah laku manusia sedangkan tanggapan sebagai kekuatan
psikologis yang merusak keseimbangan cenderung memancing atau
mempertahankan rasa tidak senang seseorang terhadap sesuatu hal yang
telah diamati.
39
Ibid.
40
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. III, h. 60.
41
Setelah seseorang mengamati sesuatu objek, maka ia baru akan mampu
menanggapi objek tersebut. Secara tidak sadar itu merupakan proses
tanggapan seseorang untuk menyukai atau tidak menyukai suatu objek.
Menurut Soemanto tanggapan didefinisikan sebagai bayangan yang
menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.42 Kesan tersebut menjadi
kesadaran yang nantinya dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan
konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa
yang akan datang. Setelah seseorang mengamati sebuah objek maka orang
tersebut akan menghasilkan bayangan yang kemudian akan dikembangkan
dan dihubungkan pada masa yang telah dialami dan menjadi antisipasi di
kemudian hari.
Tanggapan adalah mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati,
gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan.43 Penanggapan pada
umumnya adalah pengalaman menghadirkan kembali bekas-bekas yang
diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali
dalam kesadaran. Gambaran ingatan dari pengamatan seseorang yang telah
diterima kemudian teringat dan dihadirkan kembali dengan sadar.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik simpulan bahwa tanggapan
adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan seseorang setelah melalui
proses pengamatan terlebih dahulu. Dalam proses pengamatan, tanggapan
tidak terikat oleh tempat dan waktu (bebas). Tanggapan itu bermula dari
adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan
sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa
sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang. Jadi
jelaslah bahwa pengamatan merupakan modal dasar dari tanggapan,
sedangkan modal dari pengamatan adalah alat indera yang meliputi
penglihatan dan penginderaan lainnya.
42
Ibid. 43
HMPS BK Unikama, “Tanggapan”, diunduh dari
b.
Macam-macam Tanggapan
Menurut Soemanto tanggapan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:44
1) Tanggapan masa lampau yang dapat disebut sebagai tanggapan
ingatan.
2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan
imajinatif.
3) Tanggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tanggapan
antisipatif.
Menurut Sabri tanggapan dibagi menjadi dua, yaitu tanggapan latent
dan tanggapan aktuil. Tanggapan latent adalah tanggapan-tanggapan
yang ada di dalam bawah sadar seseorang sedangkan tanggapan aktuil
adalah tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran seseorang.45
Sedangkan dari segi bentuknya Sabri membagi tanggapan menjadi dua
macam, yaitu:46
1) Tanggapan kenangan yaitu tanggapan yang hanya sekedar
reproduksi dari pengamatan-pengamatan di masa lampau.
2) Tanggapan khayal yaitu tanggapan yang seolah-olah hasil baru.
Namun, sebenarnya tanggapan khayal tidak sepenuhnya baru,
melainkan dapat dibentuk dengan menggunakan kesan/pengalaman
lama yang telah disusun oleh daya khayal sebagai sesuatu yang baru.
c.
Tipe-tipe Tanggapan
Tipe tanggapan menurut Sabri dibagi menjadi dua yaitu:47
1) Tipe visuil yaitu tanggapan yang terjadi pada orang yang lebih
mudah atau cenderung untuk menimbulkan tanggapan dari apa yang
pernah dilihatnya.
44
Soemanto, Loc. Cit.
45
Sabri, Loc. Cit.
46
Ibid., h. 60-61.
47
2) Tipe auditif/akustis adalah tanggapan yang terjadi pada orang yang
cenderung menimbulkan tanggapan dari apa yang pernah
didengarnya.
Menurut penemuan Meumann, pada umumnya kita lebih menguasai
tanggapan visuil dari benda-benda sedangkan untuk
perkataan-perkataan/verbal kita lebih cenderung menimbulkan tanggapan-tanggapan
auditief atau motoris.48 Artinya, benda-benda yang seseorang lihat mudah
ditanggapi dengan indra penglihatan sedangkan perkataan yang seseorang
dengar akan mudah ditanggapi dengan indra pendengaran.
d.
Macam-macam Kemampuan Memberikan Tanggapan
Tanggapan adalah pendapat ataupun reaksi seseorang setelah melihat,
mendengar ataupun merasakan sesuatu. Kemampuan memberikan
tanggapan meliputi kemampuan memberikan persetujuan, komentar,
sanggahan, atau pertanyaan. Semua tanggapan harus disampaikan dengan
sopan guna menanggapi suatu permasalahan yang harus disertai jalan
keluar (solusi).
1) Menyatakan Komentar dan Persetujuan
Dalam berpikir bersama seseorang hendaknya mampu
menyampaikan tanggapan terhadap suatu pendapat atau argumen
dengan menyampaikan komentar atau persetujuan. Ini sangat penting
guna menciptakan kondisi yang komunikatif. Dalam menyampaikan
komentar, hendaknya mencermati kriteria berikut ini:49
a) Komentar hendaknya disampaikan dalam uraian yang sistematis,
logis, dan objektif.
b) Komentar selalu terarah pada sasaran yang diinginkan, sehingga
menarik perhatian, memperjelas, serta menginformasikan realitas
yang sesungguhnya.
48
Ibid.
49
c) Kata, kelompok kata, kalimat yang digunakan hendaknya tepat dan
lugas agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.
d) Untuk mendukung dan memperkuat komentar dapat dilengkapi
fakta, grafik, gambar, statistik, foto, atau bahkan pendapat para
pakar.
Demikian pula dalam menyampaikan persetujuan, hendaknya
seseorang menyampaikan persetujuan bukan didasarkan pada
aspek-aspek subjektif, tetapi pada objektivitas. Untuk itulah hendaknya
seseorang tidak melihat „siapa‟ yang berbicara, tetapi selalu mengacu
pada „apa‟ yang dibicarakan atau pokok persoalan.
Adapun hal-hal yang perlu memperhatikan dalam menyampaikan
persetujuan yaitu sebagai berikut:50
a) Persetujuan hendaknya didasarkan pada objektivitas; memang
demikianlah realitasnya. Artinya, ada kesamaan antara gagasan
dan kenyataan.
b) Persetujuan hendaknya didasarkan universalitas kebenaran, dilihat
dari aspek luas, sifat, maupun kebenaran. Seseorang
menyampaikan persetujuan karena kebenaran yang disampaikan
bersifat universal; berlaku bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana
saja.
c) Persetujuan yang disampaikan hendaknya dilengkapi dengan data,
fakta, bukti, atau referensi yang berkaitan dan mendukung.
Sedangkan dalam mengungkapkan ketidaksetujuan dalam
menanggapi tidak diperlukan banyak hal, yang diperlukan hanya
menjaga kesopanan agar teman yang ditanggapi tidak tersinggung atau
marah. Hal senada juga dikemukakan oleh Tony Lynch,
The point to stress here is that expressing disagreement does not require elaborately polite formulae. Depending on the
50
background and experience of your class, it may be helpful to point out that disagreeing is expected in discussion at all levels of anglophone academic culture, and unlikely to cause offence unless it is angry a personal.51
Pendapat tersebut menyebutkan titik penekanan di sini adalah
bahwa mengekspresikan ketidaksetujuan tidak memerlukan rumus
kesopanan yang rumit. Tergantung pada latar belakang dan
pengalaman siswa. Hal ini mungkin akan membantu untuk
menunjukkan ketidaksetujuan dalam diskusi di semua tingkat budaya
akademik wilayah berbahasa dan tidak menyebabkan pelanggaran
kecuali jika itu kemarahan pribadi. Jadi, latar belakang dan
pengalaman siswa dalam berbahasa khususnya kemampuan
menyampaikan ketidaksetujuan sangat diperlukan untuk menanggapi
suatu hal, melalui penyampaian bahasa yang sopan agar tidak
membuat seseorang marah atau tersinggung.
2) Menyampaikan Sanggahan
Dalam proses berpikir bersama, peserta harus berani
menyampaikan sanggahan. Artinya, berani menyampaikan penolakan
atas kebenaran, baik menolak kebenaran yang disampaikan secara
keseluruhan maupun sebagian kebenaran.
Dengan menyampaikan sanggahan seseorang dihadapkan dengan
kedewasaan berpikir. Kedewasaan berpikir hanya mungkin ter