• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power Of Two Terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al-Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Teknik The Power Of Two Terhadap Kemampuan Memberikan Tanggapan Siswa Kelas Viii Di Smp Islam Al-Syukro Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S. Pd.)

Dosen Pembimbing: Nuryani, M.A.

Oleh

Ika Setiowati

109013000055

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

2012/2013”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Nuryani, S.Pd., M.A.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al Syukro Universal pada siswa kelas VIII. Permasalahan yang muncul adalah penggunaan teknik pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakter siswa dan kemampuan berbicara siswa khususnya dalam memberikan tanggapan masih tergolong rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan pada pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi eksperimen dengan desain penelitian Control group Pretest and Posttest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan diperoleh dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two dan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan memberikan tanggapan pada kemenarikan kutipan novel remaja yang disampaikan secara lisan. Dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t, diperoleh nilai thitung > ttabel (10,66 > 2,12). Maka hipotesis akhir atau H1 diterima. Nilai rata-rata kemampuan siswa setelah diajarkan menggunakan strategi pembelajaran aktif teknik the power of two (posttest)

lebih tinggi daripada nilai rata-rata sebelum diajarkan menggunakan teknik the power of two (pretest). Nilai rata-rata pretest yang diperoleh yaitu 58,29 sedangkan nilai rata-rata

posttest adalah 74,82. Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif teknik the power of two berpengaruh terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal.

(6)

vi

of Education Indonesian Language and Literature Faculty Tarbiyah dan Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta. Advisior: Nuryani, S.Pd., M.A.

This research aims to determain the influence of active learning strategy the power of two tecniques on students the ability give responses. The research was conducted at SMP Islam Al Syukro Universal grade VIII. The problem that arises is the use of learning techniques that were not appropriate to the character of the students and the students speaking ability especially in responding is still relatively low. Based on these problems, the authors formulate the problem on the influence of active learning strategies (active learning) of the power of two techniques of the ability give responses in the VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal.

The method used in this research is quasi-experimental research design with Contol group pretest and posttest design. Sampling was done by purposive sampling technique and obtained two class as a samples is experimental class who teach using active learning strategy the power of two tecniques and control class who teach using conventinal. The research instrument of this test the ability to give responses to quote for attractiveness teeneger novel orally delivered. From the calculation of hypothesis testing using t-test, the value of t calculate > t table (10,66> 2,12). Then the final hypothesis or H1 can be accepted. The average value of ability students who after taught using active learning strategy the power of two tecniques (posttest) is higher than average value before using the power of two tecniques (pretest). The average value obtained pretest is 58,29 while the average posttest score was 74,82. Thus, active learning strategy the power of two tecniques have influential on ability give of students responses VIII grade students in SMP Islam Al Syukro Universal.

(7)

vii

ini dapat terselesaikan dengan baik. Selawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada

Baginda Nabi Muhammad Saw, semoga syafaatnya selalu menyertai kita semua hingga

akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas, maka

adanya bimbingan pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Nuryani, S.Pd. M.A. dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing

penulis, selalu memberikan motivasi, serta rela meluangkan waktunya sampai

penyusunan skripsi ini selesai.

5. Seluruh dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakutlas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang senantiasa memberikan pelayanan serta sebagai media untuk sumber

referensi penulis.

7. Bapak Fauzan Budi. C, S.T. kepala SMP Islam Al Syukro Universal yang telah

banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

8. Seluruh staff dan guru SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya Ibu Wiwi

Adawiyah, S.Pd.I. guru pamong Bahasa Indonesia yang telah memberikan

(8)

viii

motivasi, dan menghibur ketika penulis sedang mengalami kesulitan.

11.Desy Listyaningrum dan Siti Nurfitriani sebagai sahabat sekaligus pemberi

motivasi dan semangat bagi penulis.

12.Siswa-siswi SMP Islam Al Syukro Universal, khususnya kelas VIII A dan VIII

B.

13.Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga Allah Swt dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang telah

diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena

terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 12 Juli 2013

(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH...iii

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS...iv

ABSTRAK...v

ABSTRACT...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Hakikat Strategi Pembelajaran ... 8

2. Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning) ... 16

3. Hakikat Teknik The Power of Two...19

4. Hakikat Tanggapan ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 37

D. Hipotesis Penelitian ...39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode dan Desain Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data... ... 46

(10)

x

E. Analisis Data Angket... ... 84

F. Intepretasi Data... ... 88

G.Pembahasan Penelitian... ... 89

BAB V PENUTUP ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran .. ... 92

(11)

xi

Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Berdasarkan Skala Penilaian

Tabel 4.1 Profil SMP Islam Al Syukro Universal Tabel 4.2 Pendidik SMP Islam Al-Syukro Universal

Tabel 4.3 Nama-nama Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Syukro Universal Tabel 4.4 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII A

Tabel 4.5 Nilai Pretest dan Posttest kelas VIII B Tabel 4.6 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Tabel 4.7 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Ekperimen

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Kontrol)

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors (Kelas Eksperimen)

Tabel 4.10 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan

Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Kontrol)

Tabel 4.11 Data Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Memberikan Tanggapan

Kutipan Novel Siswa Kelas VIII SMP Islam Al Syukro Universal (Kelas Eksperimen)

Tabel 4.12 Analisis Data Hasil Angket

(12)

xii

Lampiran 2 Naskah Kutipan Novel Remaja

Lampiran 3 Denah Tempat Duduk Kelas Eksperimen

Lampiran 4 Denah Tempat Duduk Kelas Kontrol

Lampiran 5 Hasil Wawancara

Lampiran 6 Data Angket Siswa

Lampiran 7 Data Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen

[image:12.595.117.494.172.599.2]

Lampiran 8 Data Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen

Lampiran 9 Tabel Z

Lampiran 10 Tabel Uji-t

Lampiran 11 Daftar Kritis Uji Liliefors

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menumbuhkembangkan

potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan

suatu individu yang selanjutnya berujung pada maju dan mundurnya suatu

bangsa. Pendidikan yang baik memungkinkan dapat mengembangkan

kemampuan siswa secara optimal dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan

kebutuhan pribadi maupun kebutuhan masyarakat.

Perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

akhir-akhir ini, menuntut perlunya mengubah pola pembelajaran konvensional

menjadi pembelajaran yang lebih aktif dan partisipatif. Pembelajaran di

Indonesia yang menggunakan pembelajaran konvensional masih banyak

ditemukan di sekolah-sekolah misalnya, ceramah dan pemberian tugas yang

sedikit sekali melibatkan keaktifan siswa.

Pembelajaran menggunakan metode ceramah merupakan suatu

pembelajaran dimana peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa.

Selain itu, guru kurang memperhatikan individu siswa, guru tetapi lebih

menitikberatkan pada kelas. Akibatnya, daya pikir siswa kurang berkembang,

minat, dan motivasinya terhadap pelajaran pun berkurang. Kondisi tersebut

menjadi salah satu penyebab ketidakterarikan siswa terhadap pembelajaran

(14)

yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi

saja melainkan untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui

bahasalah manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang ada di dunia.

Dalam konteks persekolahan, bahasa digunakan para siswa untuk

mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah.

Mengingat fungsi penting pembelajaran bahasa, sudah selayaknya

pembelajaran bahasa di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan

harus diorientasikan pada pembentukan kemampuan berbahasa.

Namun, berbagai tradisi lama dalam melaksanakan pembelajaran bahasa

masih kerap dijumpai di sekolah-sekolah. Bukti nyata dari kondisi ini adalah

masih banyak guru yang melaksanakan pembelajaran dengan hanya

berorientasi menyampaikan pengetahuan kepada para siswa. Atas dasar

pemikiran ini, guru banyak memilih metode ceramah atau penugasan dalam

menyampaikan materi kepada siswa. Akibatnya pembelajaran menjadi

monoton, kurang merangsang perkembangan potensi anak, dan kurang

memotivasi anak untuk berprestasi sehingga berdampak terhadap rendahnya

kompetensi siswa serta bermuara pada ketidaktercapainya tujuan pendidikan.

Kondisi pembelajaran yang tidak dinaungi oleh prinsip pembelajaran yang

tepat dan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan serta

karakteristik siswa ini, merupakan kondisi pembelajaran yang tidak bermutu

dan dapat membuat siswa menjadi pasif dalam belajar. Guna menciptakan

pembelajaran yang bermutu dan mampu mengaktifkan siswa, seorang guru

hendaknya senantiasa belajar untuk mengajar dengan berbagai metode dan

teknik belajar yang bervariasi dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, dikenal empat aspek keterampilan

berbahasa yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dalam

pembelajaran bahasa, salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa

adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini menempati

kedudukan yang penting karena merupakan ciri dari kemampuan komunikatif

siswa. Namun, diakui atau tidak, pembelajaran berbicara yang selama ini

(15)

dari masih banyaknya guru yang memperlakukan sama antara pembelajaran

berbicara dengan pembelajaran lainnya. Pembelajaran berbicara yang kurang

baik ini, biasanya terjadi karena guru lebih menekankan kemampuan

penampilan siswa dan tidak disertai latihan agar siswa mampu menyusun

idenya sendiri.

Kondisi lain yang lebih parah adalah bahwa pembelajaran berbicara

terkadang tidak dilaksanakan guru. Siswa lebih banyak dilatih menulis dan

membaca sehingga kemampuan berbicara menjadi sangat rendah. Guru tidak

pernah secara intens membina dan melatih siswa berbicara. Seolah-olah bagi

guru pembelajaran berbicara cukup dilakukan dengan cara membaca teks di

depan kelas dan guru lupa bagaimana melatih agar mereka benar-benar

mampu berbicara dengan baik. Padahal seharusnya guru memberikan

bimbingan, permodelan, dan strategi yang dibutuhkan siswa agar terampil

berbicara.

Pembelajaran berbicara sering terabaikan karena guru lebih banyak

melatih siswa membaca dan menulis. Hal ini terbukti saat peneliti melihat

nilai rata-rata menulis siswa mencapai 80 dan berbanding terbalik dengan

nilai berbicara mereka yang rata-rata hanya 60. Ini disebabkan karena masih

adanya anggapan sebagian besar guru bahwa kemampuan berbicara bukanlah

kemampuan yang akan diujikan secara nasional dalam ujian nasional. Padahal

jika disadari bersama, walaupun kemampuan berbicara bukanlah bagian dari

ujian nasional, namun kemampuan berbicara merupakan atribut siswa yang

akan digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana

kesan masyarakat jika siswa yang berpendidikan saja tidak terampil dalam

berbicara.

Permasalahan yang peneliti jumpai di sekolah menengah pertama,

khususnya pada keterampilan berbicara adalah kurangnya kemampuan siswa

dalam bertanya dan memberikan tanggapan baik pada bacaan yang mereka

baca atau informasi yang mereka dengar. Banyak siswa yang mengalami

kesulitan saat akan menuangkan idenya ke dalam ucapan dan mereka

(16)

daripada diungkapkan. Kurang mampunya siswa dalam memberikan

tanggapan melalui ucapan disebabkan karena jarangnya siswa berlatih untuk

mengemukakan pendapat, sehingga saat disuruh memberikan tanggapan

mereka terlihat kurang percaya diri dengan jawabannya, kurang mampu

mengemukakan tanggapan dengan bahasa yang baik, dan pemilihan teknik

pembelajaran berbicara yang kurang tepat. Ketidakmampuan siswa dalam

memberikan tanggapan terlihat ketika siswa belajar memberikan tanggapan

yang berkenaan dengan kemenarikan pada kutipan novel remaja yang dibaca.

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa

ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, siswa perlu

mendengar, melihat, berpikir, mengajukan pertanyaan, dan membahasanya

dengan siswa lain. Hal ini dilakukan supaya siswa bisa lebih aktif dalam

proses pembelajaran dan membantu siswa untuk lebih percaya diri dalam

mengungkapkan ide di depan teman dan gurunya.

Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan dan komunikasi

yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu

membelajarkan peserta didik. Kedudukan peserta didik dalam kurikulum

KTSP menuntut peserta didik untuk secara aktif mencari tahu pengetahuan

yang dipelajari. Namun, kendalanya masih banyak siswa yang pasif atau

kurang aktif terhadap pelajaran, sehingga diperlukan strategi untuk membuat

siswa tersebut aktif guna menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

Strategi pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran merupakan

strategi yang melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk

berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru dan

menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima

ceramah dari guru layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Di sini

guru juga dituntut berpikir kreatif untuk mampu menciptakan suasana

menarik tanpa membuat bosan dalam proses belajar mengajar. Perlunya

(17)

keaktifan siswa dalam belajar merencanakan, melaksanakan, dan menilai

proses pembelajaran serta hasil pembelajaran.

Berbagai uraian di atas menandakan perlunya usaha untuk melakukan

perubahan dalam proses pembelajaran yakni dengan menerapkan strategi

pembelajaran aktif teknik the power of two (kekuatan berdua) dalam proses

pembelajaran khusunya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam

memberikan tanggapan. Strategi pembelajaran aktif teknik the power of two

merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan

belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan bersama. Karenanya dua

orang atau dua siswa lebih baik daripada satu.

Lebih lanjut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik the power of two

terhadap kemampuan berbicara siswa khusunya dalam memberikan

tanggapan dengan mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang

berjudul ―Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Teknik The Power of Two terhadap Kemampuan Memberikan

Tanggapan pada Siswa Kelas VIII di SMP Islam Al-Syukro Universal Ciputat Tahun Ajaran 2012/2013‖

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah

yang masih timbul dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dengan

menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.

2. Minimnya strategi dan teknik pembelajaran yang dimiliki guru.

3. Kemampuan berbicara siswa masih tergolong rendah khususnya dalam

memberi tanggapan melalui ucapan.

4. Siswa cenderung lebih suka memberi tanggapan dalam bentuk tulisan.

5. Keterampilan berbicara masih diabaikan para guru dengan berbagai

alasan yang menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik untuk belajar

(18)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif (active

learning) teknik The Power of Two.

2. Kemampuan berbicara khususnya memberikan tanggapan pada

kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)

3. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Al Syukro

Ciputat tahun ajaran 2012/2013.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning)

teknik the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa

kelas VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013?

E.

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif (active learning) teknik

the power of two terhadap kemampuan memberikan tanggapan siswa kelas

VIII di SMP Islam Al Syukro Universal Tahun Ajaran 2012/2013.

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai

pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis, diantaranya sebagai

berikut:

1. Secara teoretis

Secara teoretis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

(19)

keterampilan berbahasa (berbicara) dan memberikan sumbangan

pemikiran sebagai perkembangan bahasa Indonesia.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada:

a. Peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam menerapkan

strategi pembelajaran aktif dengan berbagai teknik dalam kegiatan

pembelajaran serta mengetahui tingkat keberhasilan dalam

penerapan strategi ini.

b. Guru

Dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa

khususnya kemampuan memberikan tanggapan di masa yang akan

datang, membantu guru dalam menentukan strategi dan teknik yang

kreatif untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, dan mampu

menarik perhatian siswa.

c. Siswa

Dari hasil penelitian ini siswa diharapkan memiliki keretampilan

berbicara dengan baik dan kemampuan dalam memberikan

tanggapan.

d. Lembaga

Dapat memberikan konstribusi kepada sekolah untuk berupaya

dalam peningkatan mutu lulusannya dengan menggunakan

teknik-teknik pembelajaran yang baik dan meningkatkan profesionalisme

(20)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskripsi Teoretis

1.

Hakikat Strategi Pembelajaran

a.

Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam sistem

pembelajaran yang memuat alternatif yang harus dipertimbangkan untuk

dipilih dalam rangka perencanaan pembelajaran.

Menurut Gagne strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk

berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.1 Artinya,

bahwa proses pembelajaran yang dilakukan seseorang (peserta didik) akan

menyebabkan mereka berpikir secara unik untuk dapat menganalisis dan

memecahkan masalah di dalam mengambil sebuah keputusan.

J.R David dalam Teaching Strategis for College Class Room

mengemukakan “a plan method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal“. Menurut pengertian ini strategi pembelajaran meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang

direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.2 Hal-hal yang

akan dilaksanakan dirancang terlebih dahulu dengan menentukan sebuah

kegiatan dan menyiapkan metode atau perangkat lain guna mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan startegi tertentu

diperlukan metode pengajaran misalnya metode ceramah, diskusi

kelompok, tanya jawab, dan lain-lain.

Hal ini sependapat dengan Gerlach dan Elly yang menyatakan bahwa

strategi adalah suatu cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan

1

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, h. 3.

(21)

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.3 Singkat kata,

bahwa strategi adalah cara-cara terpilih yang digunakan oleh seorang guru

dalam rangka menyampaikan pelajaran di sekolah untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Menurut Joni yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang

digunakan untuk memberikan suasana kondusif kepada siswa dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran.4 Memberikan suasana kondusif di

sini adalah suasana yang aman, nyaman, dan aktif guna tercapainya suatu

tujuan pembelajaran. Jika suasana belajar kondusif atau mendukung maka

tujuan pembelajaran pun akan mudah tercapai.

Romiszowski mengatakan bahwa strategi adalah sebagai titik pandang

dan arah berbuat yang diambil dalam rangka memilih metode

pembelajaran yang tepat, yang selanjutnya mengarah pada yang lebih

khusus, yaitu rencana, taktik, dan latihan.5 Di dalam strategi, rencana,

taktik, dan latihan sangat diperlukan untuk menjalankan metode

pembelajaran yang telah ditentukan sehingga strategi dapat dijalankan

guna mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Zain strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar

haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan.6 Dalam proses pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai

pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan

belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara

singkat, dijelaskan bahwa strategi merupakan pola umum kegiatan siswa

dan guru yang diciptakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

tujuan yang hendak dicapai.

3 Asep Herry Hernawan, Asra, dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, h. 88.

4

Ibid.

5

Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), Cet. I, h. 18.

6

(22)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa

strategi adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan oleh pendidik

dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan.

Pembelajaran merupakan terjemahan dari “intruction”. Hal ini

diungkapkan oleh Gagne yang menyatakan bahwa “intruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”.7

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi

pembelajar dalam mempermudah mempelajari sesuatu.

Di dalam proses pembelajaran terdapat peristiwa saling

mempengaruhi antara pengetahuan guru terhadap pengetahuan siswa.

Proses saling mempengaruhi saat belajar tersebut membuat siswa menjadi

lebih mudah mempelajari sesuatu dengan berbagai macam media

pembelajaran yang digunakan.

Pembelajaran menurut Hernawan pada hakikatnya adalah proses

komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses

tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa

dengan siswa.8 Bentuk komunikasi transaksional tersebut dapat diterima,

dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses

pembelajaran. Artinya, bahwa sebuah proses pembelajaran itu terjadi jika

ada pemahaman dan timbal balik antara guru dengan siswa atau siswa

dengan siswa. Apabila dalam proses pembelajaran siswa telah mampu

memahami apa yang mereka pelajari berarti komunikasi transaksional

tersebut dapat dikatakan berhasil.

Menurut Sanjaya, pembelajaran diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa

7

Wina, Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. I, h. 27.

8

(23)

seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.9

Sebagai proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan

kegiatan guru atau kegiatan siswa saja. Lingkungan dan potensi yang

dimiliki siswa seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar sangat

dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sangat mendukung

tercapaiannya tujuan yang dikehendaki. Peran aktif siswa dan guru dalam

proses pembelajaran sangat menentukan tingkat keberhasilan suatu

pembelajaran.

Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan

perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.10 Interaksi

seseorang dalam lingkungan di sekitar dapat memberikan pengalaman

yang nantinya akan mampu memberikan perubahan perilaku kepada

dirinya ke arah yang lebih positif. Pengalaman tersebut dapat berupa

penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang dimiliki oleh

orang tersebut. Di sini lingkungan sangat memberikan pengaruh besar

dalam pembelajaran.

Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa pembelajaran

adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk

memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan

belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.11 Peserta

didik diberikan cara-cara mudah oleh guru supaya mereka mampu

memahami pelajaran yang telah disampaikan serta mampu belajar secara

aktif dan mudah. Cara atau metode yang akan digunakan guru dalam

proses pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai.

9

Sanjaya, Op. Cit., h. 26.

10

Hernawan, Loc. Cit.

11

(24)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang disengaja atau upaya yang

dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan susana

lingkungan kelas yang aman, nyaman, aktif, inovatif, kreatif, dan efektif

dalam melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara

guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Terciptanya suasana

lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif akan membuat siswa lebih

fokus untuk belajar dan hal ini sangat membantu guru dalam mewujudkan

tujuan yang telah ditentukan.

Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.12 Untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang efektif seorang guru dan siswa harus mampu

melaksanakan pembelajaran dengan baik, aktif dan optimal. Tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efisien apabila dalam melakukan

pembelajaran, waktu, dan faktor pendukung lain telah diperhitungkan

dengan baik agar tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya.

Kozna menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan

sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas

atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran

tertentu.13 Seorang pendidik atau guru harus mampu memilih kegiatan

yang sesuai dengan tujuan dan dapat memberikan fasilitas pendukung serta

bantuan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.

Senada dengan pendapat di atas, Uno mengemukakan bahwa strategi

pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk

memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses

pembelajaran.14 Pemilihan kegiatan tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan kondisi, situasi, sumber belajar, kebutuhan, dan

12

Sanjaya, Op.Cit., h. 187.

13

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 1.

14

(25)

karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran tertentu.

Menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran adalah seluruh

komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar

yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran tertentu.15 Prosedur atau cara-cara yang

digunakan guru dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang pada

akhirnya akan menimbulkan hasil belajar bagi siswa itu sendiri. Strategi

pembelajaran di sini tidak hanya sebatas prosedur atau tahapan saja,

melainkan termasuk pengaturan materi atau paket program pembelajaran.

Menurut Wiranaputra, strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.16

Artinya, bahwa strategi pembelajaran berisi gambaran awal atau

cara-cara yang disusun secara-cara berurutan oleh pendidik dan berfungsi sebagai

pendoman perencanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang

ditentukan.

Darmansyah menjelaskan lebih terperinci bahwa strategi pembelajaran

merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran,

dan pengelola kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber

belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya

efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.17 Isi dan cara penyampaian

dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal penting yang harus

diorganisasikan secara sistematis, efektif, dan efisien.

Hal tersebut senada dengan Gerlach dan Ely yang menjelaskan bahwa

strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran

15

Ibid.,h. 1.

16

Iskandarwassid, Op. Cit., h. 6.

17

(26)

tertentu.18 Seorang guru di sekolah hendaknya mampu memilih cara-cara

yang akan digunakan dirinya untuk menyampaikan materi pembelajaran di

kelas supaya materi dapat disampaikan dengan baik dan siswa mampu

menerima serta memahaminya.

Abizar mengartikan strategi pembelajaran sebagai pandangan yang

bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode

yang akan dipakai dengan tujuan utama agar pemerolehan pengetahuan

oleh siswa lebih optimal.19 Artinya, bahwa strategi pembelajaran

merupakan prosedur yang masih bersifat umum dan luas yang digunakan

untuk menambah pengetahuan siswa secara optimal. Dalam melaksanakan

strategi pembelajaran, seorang guru membutuhkan metode yang sesuai

dengan strategi pembelajaran yang dipilih. Perancangan metode tersebut

dilakukan agar peserta didik mampu mengerjakan hal-hal yang harus

mereka kerjakan dengan baik dan optimal.

Jika seorang guru telah mampu merancang strategi pembelajaran,

maka ia akan mudah memilih dan menentukan metode yang tepat untuk

menjalankan strategi pembelajaran tersebut. Ketepatan pemilihan metode

mampu membantu siswa menangkap informasi pengetahuan yang

diberikan oleh guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa

strategi pembelajaran adalah rencana kegiatan belajar yang dirancang oleh

guru dan dilakukan oleh siswa dengan memilih metode yang

memungkinkan pembelajaran yang efektif dalam upaya penambahan

informasi dan pengetahuan baru demi tercapainya tujuan pembelajaran

yang ditentukan.

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan dalam

pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada

proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan, sedangkan

upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan

18

Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan, Pengembangan Pembelajaran Aktif dengan ITC, (Yogyakarta: Skripta Media Creative, 2012), Cet. I, h. 57.

19

(27)

nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, maka

dibutuhkan metode. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang

telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran

digunakan beberapa metode. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan

metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai

sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk

melaksanakan strategi.

Selain strategi dan metode, ada istilah teknik dan taktik. Teknik dan

taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah

cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu

metode, sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan

suatu teknik atau metode tertentu.

b.

Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran

Hamruni menjelaskan ada empat prinsip penggunaan strategi

pembelajaran, yaitu:20

1) Berorientasi pada tujuan (kompetensi)

Segala aktivitas guru dan peserta didik, harus diupayakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini sangat

penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan.

2) Aktivitas

Belajar bukan kegiatan menghafal sejumlah informasi. Belajar

adalah berbuat memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran

harus mampu mendorong aktivitas peserta didik.

3) Individualitas

Mengajar merupakan usaha mengembangkan setiap individu

peserta didik. Meskipun seseorang mengajar pada sekelompok

peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin seseorang capai

adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.

20

(28)

4) Integritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan

seluruh pribadi peserta didik dan bukan hanya mengembangkan

kemampuan kognitif saja melainkan mengembangkan kemampuan

afektif juga psikomotorik.

Prinsip-prinsip di atas pada dasarnya menekankan pada strategi

pembelajaran untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar. Seorang

guru harus mampu mengemas strategi pembelajaran aktif untuk

menyampaikan materi yang mampu mengembangkan kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.

2.

Hakikat Pembelajaran Aktif (Active Learning)

a.

Pengertian Pembelajaran aktif

Pembelajaran aktif sudah menjadi bagian penting dari proses

pembelajaran di sekolah. Di berbagai sekolah, guru disarankan untuk

mengemas pembelajaran dengan strategi-strategi pembelajaran aktif yang

disesuaikan dengan karakter peserta didik.

Menurut Hakiim, pembelajaran aktif adalah kegiatan mengajar yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata

pelajaran yang dipelajarinya.21 Siswa diberikan kesempatan untuk lebih

aktif mempelajari materi pelajaran, sehingga pengetahuan atau informasi

yang diperoleh akan lebih lama diingat dan disimpan. Selain itu, siswa

juga mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan mampu menarik

kesimpulan dari materi yang mereka pelajari. Di sini guru hanya bertindak

sebagai fasilitator saja.

Pembelajaran aktif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar

yang maksimum. Peserta didik yang pasif atau hanya menerima pelajaran

dari guru ada kecenderungan untuk melupakan apa yang telah dipelajari.

21

(29)

Oleh sebab itu, diperlukan perangkat untuk mengikat informasi baru

tersebut dan mengikatnya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan

indra pendengaran mempunyai beberapa kelemahan. Filosof Cina,

Konfusius mengatakan:

“ Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”22

Pernyataan di atas menekankan pentingnya belajar aktif agar

pembelajaran yang seseorang lakukan di sekolah tidak menjadi suatu hal

yang sia-sia. Ungkapan tersebut sekaligus menjawab permasalahan yang

sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya

penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran karena mereka lebih

banyak mendengar dari pada mempraktekannya. Secara singkat, bahwa

pembelajaran aktif cenderung lebih membuat peserta didik lebih

mengingat materi pelajaran, sedangkan pembelajaran pasif membuat

peserta didik mudah melupakan materi pelajaran.

Pembelajaran aktif menurut Arifin adalah pembelajaran yang

menuntut keaktifan peserta didik dan guru.23 Di dalam proses

pembelajaran yang dituntut untuk aktif bukan hanya siswa melainkan guru

juga harus aktif karena keduanya memiliki peran masing-masing yang

sangat penting dalam proses pembelajaran. Misalnya, peran aktif siswa

dalam memberikan umpan balik terhadap materi yang disampaikan guru.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi

yang telah diajarkan.

Orlich mengungkapkan active learning encompasses a wide range of

teaching strategies, all of which engage the learner in the actual

22

Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Aktif, terjemahan dari Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nusa Media, 2006), Cet. III, h. 23.

23

(30)

instruction that takes place.24 Menurut pengertian ini, belajar aktif

meliputi berbagai strategi pengajaran, yang semuanya melibatkan pelajar

dalam instruksi yang sebenarnya terjadi. Pembelajaran aktif membutuhkan

strategi yang mampu melibatkan keaktifan guru dan siswa guna mencapai

tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

aktif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif

dan memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses

pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa

dengan pengajar.

b.

Karakteristik Pembelajaran Aktif

Menurut Bonwell pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai

berikut:25

1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian

informasi oleh pengajar, melainkan pada pengembangan

keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau

permasalahan yang dibahas.

2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara pasif, tetapi

mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi.

3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan

dengan materi.

4) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,

menganalisis, dan melakukan evaluasi.

5) Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses

pembelajaran.

24

Orlich, dkk, Teaching Strategies: A Guide to Effective Intruction, (USA: Wadsworth, 2000). h. 40.

25

(31)

Menurut Arifin, ciri utama strategi pembelajaran aktif adalah

keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik maupun psikis untuk

mengikuti proses pembelajaran.26 Keadaan peserta didik di dalam kelas

harus merasa enjoy, nyaman, gembira, dan tidak merasa terkekan, tegang,

maupun menakutkan. Jika suasana tersebut tercipta dalam proses

pembelajaran, maka pembelajaran aktif pun akan mudah dilaksanakan.

Menurut pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

pembelajaran aktif adalah mengembangkan sikap kritis, analitis, dan aktif

bagi peserta didik dalam memberikan umpan balik materi yang telah

diajarkan dengan rasa nyaman, gembira, dan tidak ada tekanan.

3.

Hakikat Teknik The Power of Two

a.

Pengertian Teknik The Power of Two

Salah satu hal yang berkaitan dengan prosefionalisme guru adalah

komitmennya yaitu seorang guru berkomitmen untuk selalu

memperbaharui dan juga meningkatkan kemampuannya dalam suatu

proses bertindak dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran

yang masih konvensional dengan hanya berpusat pada guru harus

diperbaharui dengan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan

kegiatan antar siswa atau peserta didik.

Teknik the power of two merupakan teknik yang dirancang untuk

menghindari pembelajaran yang hanya berpusat pada guru semata (teacher

centered). Di sini peserta didik dituntut untuk aktif dan belajar dengan

sesama temannya sehingga guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran

semata.

Teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode.27 Misalnya, cara yang bagaimana

26

Ibid., h. 60.

27

(32)

yang harus dilakukan agar metode diskusi yang dilakukan dapat berjalan

efektif dan efisien? Dengan demikian, sebelum seorang melakukan proses

diskusi sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi terlebih dahulu.

Menurut Darmansyah, teknik adalah sebuah cara khas yang

operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam

metode.28 Teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha atau upaya

yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Gerlach dan Ely teknik adalah jalan, alat, atau media yang

digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah

tujuan yang ingin dicapai.29 Alat atau media yang dipilih oleh guru dalam

mewujudkan tindakan nyata guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

The power of two berarti kekuatan dua (kepala/pikiran). Artinya

bahwa strategi pembelajaran aktif ini menekankan untuk berpikir dua

orang dalam menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru.30 Dalam

teknik ini, siswa dibuat berkolaborasi dengan pasangannya atau

membentuk suatu kelompok kecil yang terdiri dari dua siswa guna

menyelesaikan masalah yang diajukan oleh guru. Berpikir dua kepala atau

dua orang jauh lebih baik daripada berpikir sendiri-sendiri karena dengan

adanya pasangan atau teman belajar seorang siswa mampu berbagi

pendapat, percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya, dan mampu

menyelesaikan masalah bersama. Dalam teknik the power of two setiap

pasangan kelompok dibuat berdasarkan heterogenitas, karena

keanekaragaman pengetahuan yang dimiliki siswa dapat saling melengkapi

artinya siswa diajarkan untuk berinteraksi serta bekerja sama. Seperti yang

dikemukakan oleh Zainal Arifin dan Adhi Setiyawan:

Dalam pelaksanaan strategi ini, guru hendaknya mengetahui tingkat perbedaan kemampuan setiap peserta didik, sehingga dalam diskusi tersebar peserta didik yang pandai atau aktif dengan peserta didik yang biasanya pasif berbicara. Semua peserta didik dianjurkan

28

Iskandarwassid, Op. Cit., h. 41.

29

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. I, h. 2.

30

(33)

untuk menyampaikan pendapatnya kemudian hasil diskusi berdua dipresentasikan di depan kelas maupun ditulis di papan tulis.31

Jadi, dalam pelaksanaan teknik the power of two, kelompok diskusi

peserta didik akan lebih baik jika dibagi oleh guru dengan

mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Artinya, satu kelompok terdiri atas dua siswa, satu siswa dipilih karena

memiliki kemampuan berbicara yang kurang dan satu siswa lainnya dipilih

karena memiliki kemampuan berbicara yang lebih dalam menyampaikan

pendapat khususnya dalam mememberikan tanggapan.

Sebelum pelaksanaan teknik the power of two setiap peserta didik

dapat membaca terlebih dulu materi yang akan didiskusikan, sehingga ada

pengetahuan awal yang akan dikembangkan dalam diskusi. Dikutip dari

Silberman teknik the power of two digunakan untuk meningkatkan

pembelajaran dan menegaskan manfaat dari sinergi, bahwa dua kepada

adalah lebih baik daripada satu.32 Teknik ini memiliki prinsip bahwa

berpikir berdua lebih baik dari pada berpikir sendiri.

Pembelajaran menggunakan teknik the power of two membuat siswa

mendominasi aktifitas belajar. Hal ini terjadi karena teknik the power of

two mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting

serta manfaat sinergi dari dua orang. Teknik the power of two merupakan

pembelajaran yang efektif karena dalam belajar berkelompok hanya terdiri

dari dua siswa saja (berpasangan). Teknik the power of two tidak hanya

memberi kesempatan kepada siswa berpasangan (berdu-dua) dalam

kelompok kecil, tetapi teknik the power of two juga memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu,

dimana setiap siswa menghubungkan materi barunya dengan materi atau

pemahaman yang telah dimilikinya. Hal tersebut menjadikan siswa

memiliki tanggung jawab secara individu sekaligus kelompok.

31

Ibid.

32

(34)

b.

Langkah-langkah Teknik The Power of Two

Menurut Arifin, langkah-langkah teknik pembelajaran aktif the power

of two, meliputi:33

1) Guru menentukan topik yang akan dipelajari.

2) Guru menyampaikan pertanyaan kepada semua peserta didik.

3) Peserta didik dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan secara

individual.

4) Setelah itu, peserta didik diminta sharing (diskusi) pendapat dengan

teman duduk di sampingnya (berdua)

5) Guru melakukan elisitasi (semua hasil diskusi peserta didik di papan

tulis).

6) Guru melakukan klarifikasi dari hasil diskusi peserta didik.

Mengutip dari Muttaqien, prosedur teknik the power of two adalah

sebagai berikut:34

1) Berikan siswa pertanyaan atau beberapa pertanyaan yang memerlukan

perenungan dan pemikiran.

2) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan secara perseorangan.

3) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi

sebuah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu

sama lain.

4) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap

pertanyaan, memperbaiki tiap jawaban perseorangan.

5) Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan

jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di depan kelas.

Secara singkat, langkah-langkah the power of two dimulai dari

penentuan topik, membuat pertanyaan, berpikir untuk menjawab

pertanyaan secara individual, mendiskusikan dengan teman, kemudian

33

Arifin, Op. Cit, h. 66.

34

(35)

menyampaikan hasil diskusi. Dalam menyampaikan hasil diskusi dapat

dilakukan dengan menuliskan di papan tulis atau dipresentasikan di depan

kelas. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara khususnya

kemampuan memberikan tanggapan, maka hasil diskusi diungkapkan

secara lisan dan dipresentasikan di depan kelas oleh kedua siswa.

c.

Kelebihan dan Kekurangan Teknik The Power of Two

Teknik the power of two memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,

yaitu:35

1) Kelebihan Teknik The Power of Two

Terdapat beberapa kelebihan atau keuntungan dalam teknik the power

of two, diantaranya:

a) Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan

informasi dan belajar dari siswa lain.

b) Meningkatkan motivasi dan rangsangan untuk berpikir.

c) Siswa lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas.

d) Melatih siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain.

e) Mengembangkan kemampuan dalam menemukan ide, atau

gagasan kemudian membandingkan dengan orang lain.

f) Meningkatkan prestasi akademik serta kemampuan sosialnya.

2) Kekurangan Teknik The Power of Two

Di samping memiliki kelebihan, strategi pembelajaran the power

of two juga memiliki kekurangan diantaranya:

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

disamping itu memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

35

Irsyadul Albaab, The Power of Two, diunduh dari

(36)

b) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka

dibutuhkan fasilitas alat dan biaya.

c) Saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini

mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Jadi, teknik the power of two memiliki kelebihan dalam menambah

kepercayaan siswa dalam berpikir, memudahkan siswa dalam menemukan

informasi, meningkatkan motivasi belajar, dan mampu melatih siswa untuk

bekerja sama dengan siswa lain. Namun, teknik the power of two juga

memiliki beberapa kekurangan yakni membutuhkan banyak tenaga,

pemikiran, biaya, dan waktu. Tetapi jika dilihat secara teliti, kelebihan

yang didapat dari penggunaan teknik the power of two lebih banyak

dibandingkan dengan kekurangannya.

Pembelajaran yang banyak melibatkan panca indra dalam proses

berpikir dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih bermakna,

sehingga dengan demikian memungkinkan pemahaman siswa terhadap

materi yang diajarkan. Salah satunya dengan strategi pembelajran aktif

teknik the power of two. Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi

pembelajaran aktif teknik the power of two tersebut, penulis

membandingkan dengan metode ceramah. Metode ceramah merupakan

cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau

penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.36 Metode ini memiliki

beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:37

1) Kelebihan

a) Guru mudah menguasai kelas

b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk atau kelas

c) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar

d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya

e) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

36

Djamarah, Op. Cit., h. 97

37

(37)

2) Kekurangan

a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

b) Siswa dengan kemampuan visual yang tinggi akan sulit menerima

meteri pengajaran dibandingkan siswa dengan kemampuan aditif

yang tinggi.

c) Jika metode ini selalu digunakan dan memakai waktu lama maka

akan membosankan bagi siswa.

d) Guru sulit menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya.

e) Menyebabkan siswa menjadi pasif

Dari penjelasan tersebut, kelebihan dari metode ceramah lebih

dominan dirasakan oleh guru daripada siswa. Hal itu terjadi karena di

sini guru menjadi pusat kegiatan pembelajaran yang membuat siswa

bosan dalam belajar, menjadi verbalsime, kurang tertarik untuk belajar,

dan membuat siswa menjadi pasif di kelas.

4.

Hakikat Tanggapan

a.

Pengertian Tanggapan

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara adalah

dapat dilakukan dengan memberikan tanggapan terhadap sebuah bacaan.

Memberikan tanggapan khusunya secara lisan dapat membantu siswa

untuk berani berbicara di hadapan teman dan gurunya dan ini sangat

membantu siswa terampil dalam berbicara.

Tanggapan menurut Bigot adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan

setelah kita melakukan pengamatan.38 Artinya, bahwa tanggapan

merupakan informasi yang didapatkan dari proses mengamati yang

hasilnya akan disimpan dalam ingatan.

38

(38)

Pengertian tersebut senada dengan Linschoten yang mengemukakan

bahwa menanggap adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan atau

melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi

primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.39 Menanggapi

dilakukan dengan mengingat, melakukan, atau meniru kembali perbuatan

pada suatu objek yang telah diamati tanpa hadirnya objek tersebut.

Misalnya setelah seseorang membaca novel atau kutipan novel, ia akan

menemukan hal menarik di dalam novel tersebut, kemudian orang tersebut

akan mengingat kemenarikan itu dan langsung menanggapi kemenarikan

novel tanpa kehadiran novel di depannya atau tanpa membaca ulang novel

tersebut.

Hal ini juga diungkapkan oleh Sabri bahwa tanggapan adalah

bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah seseorang amati/kenali.40

Suatu kejadian atau apa yang pernah dilihat atau diamati secara langsung

atau tidak langsung akan tersimpan di memori otak seseorang. Setelah itu,

kejadian tersebut suatu ketika akan teringat kembali pada benak seseorang

yang timbul dari alam bawah sadar dan ini membuat seseorang

mereproduksinya kembali.

Menurut Herbart, tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia.

Tanggapan sebagai kekuatan psikologis yang dapat menolong atau

menimbulkan keseimbangan, ataupun merintangi atau merusak

keseimbangan. Tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan.41

Kekuatan psikologis yang mampu menimbulkan keseimbangan merupakan

kekuatan positif yang akan menimbulkan rasa senang dan mampu menjadi

penggerak tingkah laku manusia sedangkan tanggapan sebagai kekuatan

psikologis yang merusak keseimbangan cenderung memancing atau

mempertahankan rasa tidak senang seseorang terhadap sesuatu hal yang

telah diamati.

39

Ibid.

40

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. III, h. 60.

41

(39)

Setelah seseorang mengamati sesuatu objek, maka ia baru akan mampu

menanggapi objek tersebut. Secara tidak sadar itu merupakan proses

tanggapan seseorang untuk menyukai atau tidak menyukai suatu objek.

Menurut Soemanto tanggapan didefinisikan sebagai bayangan yang

menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan.42 Kesan tersebut menjadi

kesadaran yang nantinya dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan

konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa

yang akan datang. Setelah seseorang mengamati sebuah objek maka orang

tersebut akan menghasilkan bayangan yang kemudian akan dikembangkan

dan dihubungkan pada masa yang telah dialami dan menjadi antisipasi di

kemudian hari.

Tanggapan adalah mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati,

gambaran ingatan dari sesuatu pengamatan.43 Penanggapan pada

umumnya adalah pengalaman menghadirkan kembali bekas-bekas yang

diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali

dalam kesadaran. Gambaran ingatan dari pengamatan seseorang yang telah

diterima kemudian teringat dan dihadirkan kembali dengan sadar.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik simpulan bahwa tanggapan

adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan seseorang setelah melalui

proses pengamatan terlebih dahulu. Dalam proses pengamatan, tanggapan

tidak terikat oleh tempat dan waktu (bebas). Tanggapan itu bermula dari

adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan

sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa

sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang. Jadi

jelaslah bahwa pengamatan merupakan modal dasar dari tanggapan,

sedangkan modal dari pengamatan adalah alat indera yang meliputi

penglihatan dan penginderaan lainnya.

42

Ibid. 43

HMPS BK Unikama, “Tanggapan”, diunduh dari

(40)

b.

Macam-macam Tanggapan

Menurut Soemanto tanggapan dibagi menjadi tiga macam, yaitu:44

1) Tanggapan masa lampau yang dapat disebut sebagai tanggapan

ingatan.

2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan

imajinatif.

3) Tanggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tanggapan

antisipatif.

Menurut Sabri tanggapan dibagi menjadi dua, yaitu tanggapan latent

dan tanggapan aktuil. Tanggapan latent adalah tanggapan-tanggapan

yang ada di dalam bawah sadar seseorang sedangkan tanggapan aktuil

adalah tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran seseorang.45

Sedangkan dari segi bentuknya Sabri membagi tanggapan menjadi dua

macam, yaitu:46

1) Tanggapan kenangan yaitu tanggapan yang hanya sekedar

reproduksi dari pengamatan-pengamatan di masa lampau.

2) Tanggapan khayal yaitu tanggapan yang seolah-olah hasil baru.

Namun, sebenarnya tanggapan khayal tidak sepenuhnya baru,

melainkan dapat dibentuk dengan menggunakan kesan/pengalaman

lama yang telah disusun oleh daya khayal sebagai sesuatu yang baru.

c.

Tipe-tipe Tanggapan

Tipe tanggapan menurut Sabri dibagi menjadi dua yaitu:47

1) Tipe visuil yaitu tanggapan yang terjadi pada orang yang lebih

mudah atau cenderung untuk menimbulkan tanggapan dari apa yang

pernah dilihatnya.

44

Soemanto, Loc. Cit.

45

Sabri, Loc. Cit.

46

Ibid., h. 60-61.

47

(41)

2) Tipe auditif/akustis adalah tanggapan yang terjadi pada orang yang

cenderung menimbulkan tanggapan dari apa yang pernah

didengarnya.

Menurut penemuan Meumann, pada umumnya kita lebih menguasai

tanggapan visuil dari benda-benda sedangkan untuk

perkataan-perkataan/verbal kita lebih cenderung menimbulkan tanggapan-tanggapan

auditief atau motoris.48 Artinya, benda-benda yang seseorang lihat mudah

ditanggapi dengan indra penglihatan sedangkan perkataan yang seseorang

dengar akan mudah ditanggapi dengan indra pendengaran.

d.

Macam-macam Kemampuan Memberikan Tanggapan

Tanggapan adalah pendapat ataupun reaksi seseorang setelah melihat,

mendengar ataupun merasakan sesuatu. Kemampuan memberikan

tanggapan meliputi kemampuan memberikan persetujuan, komentar,

sanggahan, atau pertanyaan. Semua tanggapan harus disampaikan dengan

sopan guna menanggapi suatu permasalahan yang harus disertai jalan

keluar (solusi).

1) Menyatakan Komentar dan Persetujuan

Dalam berpikir bersama seseorang hendaknya mampu

menyampaikan tanggapan terhadap suatu pendapat atau argumen

dengan menyampaikan komentar atau persetujuan. Ini sangat penting

guna menciptakan kondisi yang komunikatif. Dalam menyampaikan

komentar, hendaknya mencermati kriteria berikut ini:49

a) Komentar hendaknya disampaikan dalam uraian yang sistematis,

logis, dan objektif.

b) Komentar selalu terarah pada sasaran yang diinginkan, sehingga

menarik perhatian, memperjelas, serta menginformasikan realitas

yang sesungguhnya.

48

Ibid.

49

(42)

c) Kata, kelompok kata, kalimat yang digunakan hendaknya tepat dan

lugas agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.

d) Untuk mendukung dan memperkuat komentar dapat dilengkapi

fakta, grafik, gambar, statistik, foto, atau bahkan pendapat para

pakar.

Demikian pula dalam menyampaikan persetujuan, hendaknya

seseorang menyampaikan persetujuan bukan didasarkan pada

aspek-aspek subjektif, tetapi pada objektivitas. Untuk itulah hendaknya

seseorang tidak melihat „siapa‟ yang berbicara, tetapi selalu mengacu

pada „apa‟ yang dibicarakan atau pokok persoalan.

Adapun hal-hal yang perlu memperhatikan dalam menyampaikan

persetujuan yaitu sebagai berikut:50

a) Persetujuan hendaknya didasarkan pada objektivitas; memang

demikianlah realitasnya. Artinya, ada kesamaan antara gagasan

dan kenyataan.

b) Persetujuan hendaknya didasarkan universalitas kebenaran, dilihat

dari aspek luas, sifat, maupun kebenaran. Seseorang

menyampaikan persetujuan karena kebenaran yang disampaikan

bersifat universal; berlaku bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana

saja.

c) Persetujuan yang disampaikan hendaknya dilengkapi dengan data,

fakta, bukti, atau referensi yang berkaitan dan mendukung.

Sedangkan dalam mengungkapkan ketidaksetujuan dalam

menanggapi tidak diperlukan banyak hal, yang diperlukan hanya

menjaga kesopanan agar teman yang ditanggapi tidak tersinggung atau

marah. Hal senada juga dikemukakan oleh Tony Lynch,

The point to stress here is that expressing disagreement does not require elaborately polite formulae. Depending on the

50

(43)

background and experience of your class, it may be helpful to point out that disagreeing is expected in discussion at all levels of anglophone academic culture, and unlikely to cause offence unless it is angry a personal.51

Pendapat tersebut menyebutkan titik penekanan di sini adalah

bahwa mengekspresikan ketidaksetujuan tidak memerlukan rumus

kesopanan yang rumit. Tergantung pada latar belakang dan

pengalaman siswa. Hal ini mungkin akan membantu untuk

menunjukkan ketidaksetujuan dalam diskusi di semua tingkat budaya

akademik wilayah berbahasa dan tidak menyebabkan pelanggaran

kecuali jika itu kemarahan pribadi. Jadi, latar belakang dan

pengalaman siswa dalam berbahasa khususnya kemampuan

menyampaikan ketidaksetujuan sangat diperlukan untuk menanggapi

suatu hal, melalui penyampaian bahasa yang sopan agar tidak

membuat seseorang marah atau tersinggung.

2) Menyampaikan Sanggahan

Dalam proses berpikir bersama, peserta harus berani

menyampaikan sanggahan. Artinya, berani menyampaikan penolakan

atas kebenaran, baik menolak kebenaran yang disampaikan secara

keseluruhan maupun sebagian kebenaran.

Dengan menyampaikan sanggahan seseorang dihadapkan dengan

kedewasaan berpikir. Kedewasaan berpikir hanya mungkin ter

Gambar

Lampiran 9 Tabel Z Lampiran 10 Tabel Uji-t
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Deskripsi Skala Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Memberikan Tanggapan Berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Aktif ( Active Learning ) Tipe Fish Bowl untuk

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif The Power of Two terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

mengajar adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe. Active Knowledge Sharing sehingga dapat mengantisipasi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe the power of two

Jadi, jelas bahwa Strategi the Power of Two mempunyai pengaruh yang positif dalam proses pembelajaran khususnya terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, karena

Selain peningkatan pada perencanaan pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran aktif the power of two juga dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa di dalam

Jadi, jelas bahwa Strategi the power of two mempunyai pengaruh yang positif dalam proses pembelajaran khususnya terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, karena melibatkan

Strategi pembelajaran aktif tipe The Power of Two perlu dikembangkan lagi pada materi biologi yang lain maupun mata pelajaran lain yang karakteristik materinya sesuai agar dapat efisien