• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP PNEUMONIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP PNEUMONIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

NAILATUL IZZAH

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA

PASIEN RAWAT INAP

PNEUMONIA

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

ii

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN

SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP

PNEUMONIA

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2011

Oleh:

NAILATUL IZZAH NIM : 07040020

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

iii

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN

SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP

PNEUMONIA

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 29 Juli 2011

Oleh :

NAILATUL IZZAH NIM : 07040020

Tim Penguji

Penguji I Penguji II

Hidajah Rachmawati.,S.Si.,Apt.,Sp.FRS. Drs. Didik Hasmono,Apt.,Ms. NIP. UMM 114.0609.0449

Penguji III Penguji IV

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur tercurahkan hanya kepada ALLAh SWT, tuhan semesta alam

karena berkat rahmat dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN

SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP PNEUMANI (Penelitian

di Rumah Sakit Umun Dr. Saiful Anwar Malang).

Skripsi ini diajukan dibuat untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari

peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. ALLAH SWT, tuhan semesta alam yang memberikan rahmat,nikmat dan

hidayahnya kepada umatnya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun kita menuju jalan yang haq.

2. Ibu Tri Lestari H.M.Kep.Sp.Mat. selaku Dekan fakultas ilmu kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan

penulis belajar di fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah

Malang.

3. Bunda Hidajah Rachmawati.,S.,Apt.,Sp.FRS selaku Ketua Program studi

Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motifasi

dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas

Muhammadiyah Malang.

4. Bunda Hidajah Rachmawati.,S.Apt.,Sp.FRS. selaku Dosen Pembimbing I

yang dengan tulus dan ikhlas penuh kesabaran, membimbing,

mengarahkan dan memberikan kemudahan sarana dan prasarana sehingga

(5)

v

5. Bapak Drs. Didik Hasmono, Apt.,Ms. selaku Dosen Pembimbing II. Disela

kesibukan bapak masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan

memberi pengarahan dan dorongan moril sampai terselesaikannya skripsi

ini.

6. Ibu Dra. Lilik Yusetyani.,Apt.,Sp.FRS. selaku Dosen Penguji I yang telah

banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Ika Ratna H, S.Farm.,Apt. dan Ibu Dian Ermawati, S.Farm., Apt.

selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan motivasi

demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Uswatun Hasanah,Apt., selaku Dosen wali. Terima kasih banyak

atas arahan ibu selama ini.

9. Pak Lukman, Mbak Sri, Mbak Susi, selaku tata usaha Program Studi

Farmasi Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

10. Ibu Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt selaku Dosen Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah susah payah membantu

jalanya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian skripsi

dengan baik.

11. Staf pengawai RMK RSSA Malang yang banyak membantu dalam proses

pengambilan data skripsi .

12. Orang Tuaku tercinta, Bapak Nasta’in, Ibu Muhayati, yang tiada hentinya

memotivasi dalam segala hal, dengan sabar mendoakan untuk kebaikan

dan kesuksesan anak-anaknya. Terima kasih banyak atas didikan dan kerja

keras untuk membuat anak-anaknya bahagia serta mendapatkan ilmu yang

bemanfaat.

13. Saudaraku (Riki) terima kasih buat motivasi dan doanya. Sehingga Liza

dapat menyelasikan skripsi tepat waktu. Walaupun kadang sering

membuat gemas. Serta sepupu2ku (Henky dan Hendry) yang membuat

terhibur dan bahagia.

14. Om dan Tanteku, Om Jufri, Tante Nasiroh juga Tante Najmia, kalian

adalah orang tua kedua bagiku, terima kasih buat nasihat, saran dukungan

dan motivasinya sehingga Liza tetap semangat dalam menyelasikan skripsi

(6)

vi

15. Sahabat seperjuanganku Anggi, Arya, Mas Dinul dan Evi atas

kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat serta kerja samanya sehingga

sekripsi ini dapat terwujud.

16. Sahabat-sahabatku Ucik Sinarmawati, Ani Murniasih, Fitrotul Lailiyah,

dengan keceriaan dan semangat kalian selama ini sebagai sahabat yang

membantu dan mendukung saat senang maupun susah.

17. Saudaraku KKN 39 (Nita, Yeni, Erna, Wanjay, Rizqi dll) terima kasih atas

pengalaman, keceriaan dan semangat kalian sebagai saudara baruku.

18. Sahabat Kost Griya Shanta B.50 (Fina, mbak Dian, Ve) terima kasih atas

keceriaan dan kebersamaannya selama 1 atap, maaf jika ngerepotin.

19. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf

dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput

dari bantuan, doa yang telah kalian semua beikan.

Jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, penulis

tidak mampu mebalas dengan apapun. Semoga amal soleh semua pihak mendapat

imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat

berguna bagi penelitian berikutnya, amiin.

Wassalamu’alaikum warohmayullohi wabarokatuh

Malang, 01 Agustus 2011

Penyusun

(7)

vii

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAPPNEUMONIA

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

Salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di Negara berkembang yang penatalaksanaanya membutuhkan terapi dengan antibiotika adalah pneumonia. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan akut parenkim paru-paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Pneumonia merupakan akibat terjadinya infeksi ketika mekanisme pertahanan paru mengalami kerusakan atau penurunan kekebalan tubuh.

Pengobatan pneumonia dilakukan dengan pendekatan secara empiris yaitu dengan menggunakan antibiotik spektrum luas dengan tujuan agar antibiotik yang dipilih dapat melawan beberapa kemungkinan antibiotik penyebab infeksi. Padahal tanpa disadari penggunaan antibiotik spektrum luas secara tidak terkendali sangat memungkinkan timbulnya masalah yang tidak diinginkan seperti timbulnya efek samping obat maupun potensi terjadinya resistensi bakteri.Pemilihan terapi antibiotika yang rasional untuk suatu infeksi, banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor tersebut meliputi jenis dan tingkat keganasan penyakit, faktor dari inang, faktor yang berhubungan dengan obat yang digunakan, dan kebutuhan penggunaan berbagai obat.

Golongan sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain sesuai dengan spektrum antibakterinya. Dari uji klinik telah dibuktikan bahwa sefalosporin generasi tiga dapat digunakan untuk terapi maupun untuk profilaksis, untuk pengobatan oleh Klebsiella, sefalosporin tunggal maupun kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan utama. Beberapa sefalosporin generasi tiga merupakan obat pilihan untuk meningitis, septikemia dan pneumonia oleh bakteri Gram negatif. Resistensi antibiotik golongan sefalosporin dapat timbul dengan cepat, maka sebaiknya tidak untuk penggunaan yang sembarangan dan digunakan untuk infeksi berat. Antibiotik golongan ini juga memiliki efek samping terutama gangguan pada lambung dan jarang terjadi reaksi alergi.

(8)

viii

antibiotika golongan sefalosporin, untuk itu diperlukan data-data mengenai penggunaan antibiotika yang dapat diperoleh melalui study penggunaan obat atau drugs Utilization Study (DUS) yaitu studi retrospektif terhadap penderita pneumonia. Didalam DUS dipelajari hal-hal yang mempengaruhi dan terlibat dalam peresepan, pemberian,dan pola penggunaan obat, meliputi indikasi penggunaan, dosis pemakaian dan lama pengobatanya sehingga pengobatan dapat tepat guna dan mencapai hasil yang optimal. Selain itu di dalam dus dapat diprediksi efek samping dan bahaya obat tertentu yang dapat timbul pada penderita sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

(9)

ix

ABSTRACT

STUDY UTILIZATION of CEPHALOSPORIN GROUP ANTIBIOTICS in HOSPITALIZED PNEUMONIA PATIENTS

(Research in Public Hospital Dr. Syaiful Anwar Malang)

NAILATUL IZZAH

Cephalosporin group should only be used for the severe infections treatment or untreatable with another antimicrobial according with antibacterial spectrum. The clinical trial has been demonstrated that the third generation of cephalosporin able to used for therapeutic or prophylaxis, also treatment caused by klebsiella. Some third-generation cephalosporin is drug of choice for meningitis and pneumonia by gram-negative bacteria.

In carrying out the role, required good enough understanding about antibiotic use by a pharmacist, therefore required completely data of antibiotic use either single and combination in which the data obtained from drug utilization study through retrospective study. Furthermore, these data analyzed and obtained analytical results of the profile characteristics of patient.

From the research data obtained cephalosporin group of antibiotics usage patterns in 96 patients with pneumonia as much as 65.63% male patients and 34.37% female patients, in which the age is less than equal to 60 years old 72,92% and more than 60 years old 27,08%. Cephalosporin group antibiotic therapy received by pneumonia patients as much as 52.75% which is the highest use in third-generation cephalosporins groups. Not all of patients did microbiological examination and antibiotic sensitivity due unable to reached the selection of optimal antibiotical.

(10)

x

ABSTRAK

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP PNEUMONIA

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

NAILATUL IZZAH

Golongan sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain sesuai dengan spektrum antibakterinya. Dari uji klinik telah dibuktikan bahwa sefalosporin generasi tiga dapat digunakan untuk terapi maupun untuk profilaksis, dan pengobatan oleh Klebsiella. Beberapa sefalosporin generasi tiga merupakan obat pilihan untuk meningitis, pneumonia oleh bakteri Gram negatif.

Dalam menjalankan perannya, dibutuhkan penguasaan yang baik tentang penggunaan antibiotika oleh farmasis, untuk itu diperlukan data-data mengenai penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi dimana data tersebut diperoleh melalui studi penggunaan obat berupa suatu studi retrospektif. Dan dari data tersebut kemudian dapat dianalisis dan dapat diperoleh hasil analisis berupa profil karakteristik pasien.

Dari hasil penelitian diperoleh data pola penggunaan antibiotika golongan sefalosporin pada 96 pasien pneumonia sebanyak 65,63% pasien laki-laki dan 34,37% pasien perempuan, dengan umur kurang dari sama dengan 60 tahun 72,92% dan lebih dari 60 tahun 27,08%. Terapi antibiotika golongan sefalosporin yang diterima pasien pneumonia sebanyak 52,75% dengan penggunakan terbanyak pada golongan sefalosporin generasi III. Tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan mikrobiologi maupun sensitifitas antibiotika sehingga tidak dapat diberikan pada pemilihan antibiotika yang optimal.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

SINGKATAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Tentang Pneumonia ... 7

2.1.1 Definisi Pneumonia ... 7

2.1.2 Epidemiologi Pneumonia ... 8

2.1.3 Etiologi Pneumonia ... 9

2.1.4 Faktor Resiko ... 10

2.1.5 Patogenesis Pneumonia ... 11

2.1.6 Komplikasi Pneumonia ... 12

2.1.7 Klasifikasi Pneumonia ... 12

2.1.8 Diagnosis Pneumonia ... 13

2.1.9 Terapi Pneumonia ... 15

2.2 Pneumonia Komunitas ... 17

(12)

xii

2.2.2 Etiologi Pneumonia Komuninas ... 17

2.2.3 Diagnosis Pneumonia Komuninas ... 18

2.2.4 Terapi Pneumonia Komunitas ... 18

2.3 Pneumonia Nosokomial ... 20

2.3.1 Definisi Pneumonia Nosokomial ... 20

2.3.2 Etiologi Pneumonia Nosokomial ... 20

2.3.3 Patogenesis Pneumonia Nosokomial ... 21

2.3.4 Diagnosis Pneumonia Nosokomial ... 21

2.3.5 Terapi Pneumonia Nosokomial ... 23

2.4 Tinjauan Tentang Sefalosporin ... 24

2.4.1 Mekanisme Kerja Sefalosporin ... 24

2.4.2 Mekanisme Resistensi Bakteri Terhadap Sefalosporin ... 26

2.4.3 Sifat Umum Sefalosporin ... 26

2.4.4 Senyawa khusus ... 27

2.4.5 Penggunaan Terapeutik ... 31

2.5 Tinjauan Tentang DRP ( Drug Related Problem) ... 32

2.5.1 Komponen DRP ... 33

2.5.2 Kategori DRP ... 33

2.6 Tinjauan Tentang DUS ( Drug utilization Study) ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP ... 35

3.1 Kerangka Konseptual ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 39

4.1 Rancangan Penelitian ... 39

4.2 Bahan Penelitian ... 39

4.2.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 39

4.3 Kriteria Inklusi dan Eklusi ... 39

4.4 Populasi dan Sampel ... 39

4.5 Intrumen Penelitian ... 40

4.6 Lokasi dan Waktu penelitian... 40

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 40

(13)

xiii

BAB V HASIL PENELITIAN ... 42

5.I Jumlah Sampel Penelian ... 42

5.2 Data Demografi Pasien ... 42

5.2.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

5.2.2 Distribusi Berdasarkan Usia ... 43

5.3 Klasifikasi Pneumonia ... 44

5.4 Penyerta Penyerta ... 46

5.5 Terapi Antibiotika Yang Diterima Pasien Pneumonia ... 47

5.5.1 Terapi Berdasarkan Golongan Antibiotika Pasien Tanpa Penyakit Penyerta ... 47

5.5.2 Terapi Berdasarkan Jumlah dan Prosentase Antibiotika Tunggal/Kombinasi Tanpa Penyakit Penyerta ... 48

5.5.3 Terapi Berdasarkan Jumlah dan Prosentase Antibiotika Tunggal/Kombinasi Dengan Penyakit Penyerta ... 50

5.5.4 Distribusi Terapi Antibiotika Golongan Sefalosporin Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 54

5.6 Identifikasi Mikrobiologi ... 60

5.7 Lama Perawatan Pasien di Rumah Sakit ... 63

5.8 Keadaan Keluar Pasien ... 64

BAB VI PEMBAHASAN ... 66

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

7.1 Kesimpulan ... 74

7.2 Saran-Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Penyebab Pneumonia Bredasarkam Umur ... 9

2.2 Jumlah kebutuhan Cairan Untuk Neonatus dalam keadaan Normal ... 15

2.3 Jumlah kebutuhan Cairan Untuk Bayi dan Anak-anak dalam Keadaan Normal ... 15

2.4 Terapi Antibiotika Pada Pneumonia ... 16

2.5 Jenis Obat dan Dosis Pada Pneumonia ... 17

2.6 Terapi Antibiotik Pada Pneumonia Komunitas ... 19

2.7 Etiologi dan Terapi Penderita Dengan Pneumonia Nosokomial Ringan Sampai Sedang, Tanpa Faktor Resiko, Onset Kapanpun atau Pneumonia Nosokomial Berat Onset Dini ... 23

2.8 Etiologi dan Terapi Penderita Dengan Pneumonia Nosokomial Ringan Sampai Sedang, Dengan Faktor Resiko, Onset Kapanpun ... 23

2.9 Etiologi dan Terapi Penderita Dengan Pneumonia Nosokomial Berat Dengan Faktor Resiko, Onset Dini Atau Pneumonia Nosokomial Berat Onset Lanjut ... 23

5.1 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 42

5.2 Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 43

5.3 Klasifikasi Pneumonia Pada Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 44

5.4 Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Penyebab Infeksinya Pada Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 45

5.5 Distribusi Penyakit Penyerta Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 46

5.6 Golongan Antibiotika Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Tanpa Penyakit Penyerta ... 47

5.7 Jumlah dan Prosentase Antibiotika Tunggal / Kombinasi Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Tanpa Penyakit Penyerta ... 49

(15)

xv

5.9 Jumlah dan Prosentase Antibiotika Golongan sefalosporin

Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Tanpa Maupun

Dengan Penyakit Penyerta ... 54

5.10 Distribusi Terapi Tunggal/Kombinasi Antibiotika Golongan

Sefalosporin Yang Diterim Pasien Rawat Inap Pneumonia Tanpa

Penyakit Penyerta ... 55

5.11 Distribusi Terapi Tunggal/Kombinasi Antibiotika Golongan

Sefalosporin Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Dengan

Penyakit Penyerta ... 57

5.12 Distribusi Jumlah Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat inap

Pneumonia ... 60

5.13 Distribusi Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat inap Pneumonia ... 61

5.14 Distribusi Bakteri Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat

Inap Pneumonia ... 62

5.15 Distribusi Jenis Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif Hasil

Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 63

5.16 Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 64

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Alveoli normal, alveoli dengan infeksi pneumonia... 8

2.4 Gambar Struktur Kimia Sefalosporin ... 24

3.2 Bagan Kerangka Konseptual ... 37

3.3 Bagan Kerangka Operasional ... 38

5.1 Diagram Pie Distribusi Jenis Kelamin Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 43

5.2 Diagram Batang Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 44

5.3 Diagram Batang Klasifikasi Pneumonia Pada Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 45

5.4 Diagram Pie Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Sumber Infeksinya Pada Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 45

5.5 Diagram Pie Penyakit Penyerta Pasien Rawat Inap Pneumonia... 46

5.6 Diagram Batang Golongan Antibiotika Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Tanpa Penyakit Penyerta ... 48

5.7 Diagram Batang Antibiotika Tunggal dan Kombinasi Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Tanpa Penyakit Penyerta ... 49

5.8 Diagram Pie Golongan Antibiotika Tunggal Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia dengan Penyakit Penyerta ... 52

5.9 Diagram Batang Antibiotika Tunggal Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia dengan Penyakit Penyerta ... 53

5.10 Diagram Batang Terapi Kombinasi Dua Antibiotika Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Dengan Penyakit Penyerta ... 53

5.11 Diagram Batang Terapi Kombinasi Tiga Antibiotika Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia Dengan Penyakit Penyerta ... 54

(17)

xvii

5.13 Diagram Pie Terapi Antibiotik Tunggal/Kombinasi Yang Diterima

Pasien Rawat Inap Pneumonia Tanpa Maupun Dengan Penyakit

Penyerta ... 56

5.14 Diagram Pie Terapi Tunggal berdasarkan Generasi Golongan

Sefalosporin Yang Diterima Pasien Rawat Inap Pneumonia

Dengan Penyakit Penyerta ... 58

5.15 Diagram Pie Terapi Antibiotika Tunggal Golongan sefalosporin

Yang Diterima Penderita Rawat Inap Pneumonia Dengan Penyakit

Penyerta ... 59

5.16 Diagram Batang Terapi Kombinasi dua Antibiotika Golongan

sefalosporin Yang Diterima Penderita Rawat Inap Pneumonia

Dengan Penyakit Penyerta ... 59

5.17 Diagram Batang Terapi Kombinasi Tiga Antibiotika Golongan

sefalosporin Yang Diterima Penderita Rawat Inap Pneumonia

Dengan Penyakit Penyerta ... 60

5.18 Diagram Pie Jumlah Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat inap

Pneumonia ... 61

5.19 Diagram Pie Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat Inap

Pneumonia ... 62

5.20 Diagram Batang Bakteri Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat

Inap Pneumonia... 62

5.21 Diagram Batang Jenis Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Hasil Pemeriksaan Sputum Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 63

5.22 Diagram Batang Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Pneumonia ... 64

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup ... 80

2. Surat Pernyataan ... 81

3. Surat Balasan Pelaksanaan penelitian ... 82

4. Surat Penghadapan Penelitian ... 83

5. Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ... 84

(19)

xix

DAFTAR SINGKATAN

(20)

1

76

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Prevalensi Kematian Pneumonia Tinggi. http://arsip.net/id/ link.php?lh=VgcNV1EIBwYH diakses 23 November 2010

Anonim, 2010. Pneumonia. ASYFAA POST. Rabu, 21 April 2010. http:// mukrinasution.blogspot.com/2010/04/pneumonia.html. diakses 25 November 2010

Anonim, 2010. Sefalosporin. http://kumpulan-farmasi.blogspot.com/2010/10/ sefalosporin.html diakses 29 November 2010

British Thoracic Society of Standards of care Committee, 2002. British Thoracic Society for management of Community Acquired Pneumonia in Childhood. In : Thorax, Vol.57

Cipolle, R. J., Strand, L. M., Moerley, P.C., 1998. Pharmaceutical Care Practice. New York : McGraw-Hill

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan.Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2002 Buku Keshatan Ibu dan Anak,

Jakarta : Departemen Kesehatan dan JICA

Dipiro, J.T., 2000 Infectious Diseases. In : B.G Wells, J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, C.W. Hamilton (Eds.). Pharmacotherapy Handbook. Ed. 5th, New York : Mc Graw-Hill

Goodman and Gilman.,2008. The pharmachological Basis of Therapeutics edisi 10., Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB Bandung : Penerbit Buku Kedokteran ECG

Istiantoro, Yati H. Dan Gan, V.H.S., 2007. Penisillin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainya. In : S.G Nagiswara (Ed.). Farmakologi dan Terapi, Edisi -5, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : Indonesia University Press

Japardi. I, 2002. Manifestasi Neurologik Shock Sepsis. http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/1965/1/bedah-iskandar%20japardi20.pdf. Diakses 26 juli 2011

Khairudin., 2009. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien

(21)

77

Universitas Diponegoro., http://eprints.undip.ac.id/8071/1/Khairuddin.pdf (online) diakses 30 November 2010

Kobzik, L., 1999. The Lung. In : R. S Contran, V. Kumar, T. Collins (Eds).,

Robbins Pathologic Basis of Disease.6th Ed., Philadelphia : W.B. saunders

Kusnandar, dkk.,2008. Infeksi Saluran Pernapasan in : ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan

Lee, D. And Bergman, U., 2000. Studies of Drug Utilization, in : Strom, B. L. (Eds.). pharmacoepidemiology.3rd. Ed., Chicester : John Wiley and Sons Ltd

Lucile Packard Children’s Hospital, Respiratory Disorders, http://www.Ipch.org/ DeseaseHealthInfo/HealthLibrary/respire/pneumonia,2006(online) diakses 30 November 2010

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Jakarta,

Rineka cipta

PDPI, 2003. Pneumonia komunitas. In: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus pneumonia-kom/pnkomuniti.pdf. diakses 16 Desember 2010

PDPI, 2003. Pneumonia Nosokomial. In: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. http://www.klikpdpi.com /konsensus/ pnenosokomial/pnenosokomial.pdf diakses 16 Desember 2010

Qauliyah, A., 2010. Etiologi dan Patofisiologi Pneumonia in : Referat Kedokteran, http://astaqauliyah.com/2010/07/referat-kedokteran-etiologi-dan-patofisiologi-penyakit-pneumonia/ (online) diakses 23 November 2010

Resse, R.E., Betts, R. F., and Gumustop, B., 2000. Handbook of Antibiotics. 3rd Ed., Philadelphia Lippincott William and Wilkins

(22)

78

Rumah Sakit Dr. Soetomo., 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit Paru, Edisi III : Surabaya Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Said, M. 2007. Kenali Pneumonia. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/ onenews.asp? IDNews=175. diakses 28 November 2010

Setiawati, L. Dkk., 2010. Pneumonia. Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. http://www. pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepd f=0&pdf=&html=07110-lvzc283.htm diakses 14 Desember 2010

Setyabudy, R. Dan Gan, V.H.S., 2001. Pengantar Antimikroba . In : S.G Nagiswara (Ed.). Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : Indonesia University Press

Soegijanto, S., 2004. Kumpulan Makalah Menyakit Tropis dan Infeksi Di Indonesia. Surabaya : Airlangga University Press

Soegijanto, S. 2006. Kumpulan Makalah Menyakit Tropis dan Infeksi Di Indonesia jilid 5. Surabaya : Airlangga University Press

Underwood, J. E., 2000. Pneumonia. In : E. T. Herfindal and Dick R., Textbook of Therapeutics : Drug And Disease Management. 7th Ed., Philadelphia Lippincott William and Wilkins

Wells, B. G., Dipiro, J. T., Schwinghammer, T. L., and Hamilton, C.W., 2003.

Pharmacoterapy Handbook. 5 th Ed., Stamford, Connecticut : Appleton and Lange

WHO, 2001. WHO Model Prescribing Information : Drug Used In Bacterial Infections. Geneva : WHO

Worokarti, et al., 2005. Peran Farmasis Dalam Pengelolaan Penderita Penyakit Infeksi Untuk Mencegah Timbulnya Resistensi Antimikroba. In : Naskah Lengkap Simtosium penyakit Infeksi dan Problema Resistensi Antimikroba. Surabaya : AMRIN Study Group and Infectious Disease Center dan FKUA RSU Dr. Soetomo

(23)

79

(24)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang

terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh

dunia. Penyakit ini menyebabkan kematian pada semua golongan umur dan

angka kematian terbesar yang disebabkan oleh pneumonia adalah pada bayi

yang baru lahir dengan prevalensi 2 juta kematian pertahun di seluruh dunia.

Berdasarkan WHO satu dari tiga bayi baru lahir yang meninggal disebabkan

oleh pneumonia dan 90% kematian ini terdapat di Negara berkembang. Di

Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di dunia.

Tercatat 2 sampai 3 juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian

rata-rata 60.000 orang. Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab

kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan tuberkulosis

(Anonim, 2010).

Tahun 2004, Indonesia tercatat sebagai negara nomor 6 dengan kasus

pneumonia terbanyak. Di Yogyakarta prevalensi pneumonia pada lanjut usia

(lansia) cukup tinggi, yaitu sekitar 5 hingga 20% dari populasi setiap tahunnya

dan angka kematian akibat pneumonia pada lansia juga cukup tinggi yaitu

30,3% di Jakarta. Di Denpasar pasien pneumonia akibat infeksi pneumokokus

sebanyak 82 % dari 448 pasien balita. Sedangkan, 77% dari 680 balita yang

dirawat di RS Dr Soetomo Surabaya tercatat terkena pneumonia. Dari

keseluruhan jumlah pasien tersebut, 62% merupakan anak yang belum genap

berusia dua tahun (Anonim 2006) dan dari 235 pasien rawat inap di Rumah

sakit Hasan Sadikin Bandung terdapat 75,3% pasien penderita pneumonia

komunitas dan 24,7% pasien penderita pneumonia nosokomial dan dari

seluruh pasien 81,28% penderita pneumonia disertai penyakit dasar paru (Zul

(25)

2

Pneumonia dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang

jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia

didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan

tubuh. Frekuensi relative terhadap mikroorganisme petogen paru bervariasi

menurut lingkungan ketika infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan

masyarakat, panti perawatan, ataupun rumah sakit. Selain itu faktor iklim dan

letak geografik mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini

(Asta Qauliyah, 2010).

Berdasarkan gambaran klinik pneumonia dibagi atas typical

pneumonia dan atypical pneumonia atau pneumonia yang tidak khas. Typical

pneumonia secara klinik ditandai dengan demam tinggi, perasaan dingin,

nyeri dada dan batuk produktif, terdapat leukositosis, secara radiologis

biasanya melibatkan satu lobus. Kuman penyebab yang sering antara lain

adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Klebsiella

pneumoniae dan Staphylococcus aureus, bakteri aerob gram negatif dan

bakteri aerob gram positif. Atypical pneumonia sering tanpa gejala demam,

rasa dingin, batuk tidak produktif, nyeri kepala, mialgia, leukositosis yang

tidak terlalu tinggi. Secara radiologis didapatkan gambaran bronkopneumonia

(Anonim, 2010).

Pneumonia merupakan akibat terjadinya infeksi ketika mekanisme

pertahanan paru mengalami kerusakan atau penurunan kekebalan tubuh.

Target utama terjadinya infeksi adalah alveolus dan jaringan disekitar daerah

interstitial. Mekanisme pertahanan alveolus melibatkan sistem immune dan

non immune. Pada alveoli immune yang berperan adalah IgA yang memblok

pelekatan bakteri pada epitel, antibodi serum (IgM, IgG) yang mengaktivasi

komplemen, disamping itu IgG juga bertindak sebagai opsonin dan sel

limfosit T. Pada alveoli nonimmune yang berperan adalah kantong mukosa

yang menjebak bakteri dan memindahkanya melalui mukosiliari, makrofag

alveolar dan komplemen yang meningkatkan fagositosis. Proses infeksi

(26)

3

kepatisasi kelabu dan resoluai. Terapi dengan antibiotik dapat memperlambat

atau menghentikan perkembangan respon inflamasi pada keempat stadium

tersebut (kobzik, 1999).

Pengobatan pneumonia dilakukan dengan pendekatan secara empiris

yaitu dengan menggunakan antibiotik spektrum luas dengan tujuan agar

antibiotik yang dipilih dapat melawan beberapa kemungkinan antibiotik

penyebab infeksi. Padahal tanpa disadari penggunaan antibiotik spektrum luas

secara tidak terkendali sangat memungkinkan timbulnya masalah yang tidak

diinginkan seperti timbulnya efek samping obat maupun potensi terjadinya

resistensi bakteri. Pemilihan terapi antibiotika yang rasional untuk suatu

infeksi, banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor tersebut meliputi

jenis dan tingkat keganasan penyakit, faktor dari inang, faktor yang

berhubungan dengan obat yang digunakan, dan kebutuhan penggunaan

berbagai obat (Wells,et al, 2003).

Golongan beta laktam (penisilin, sefalosporin, karbepenem dan

monobaktam) merupakan jenis-jenis antibiotika yang digunakan untuk terapi

pneumonia yang disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pneumonia,

haemophillus influenza dan staphylococcus aureus. Pada kasus pneumonia

ringan dipilih antibiotik golongan penisilin sedangkan pada kasus pneumonia

berat dipilih antibiotik golongan sefalosporin terutama bila penyebabnya

belum diketahui (Naskah lengkap continuing education, 2006).

Golongan sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan

infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain sesuai

dengan spektrum antibakterinya. Dari uji klinik telah dibuktikan bahwa

sefalosporin generasi tiga dapat digunakan untuk terapi maupun untuk

profilaksis, untuk pengobatan oleh Klebsiella, sefalosporin tunggal maupun

kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan utama. Beberapa

sefalosporin generasi tiga merupakan obat pilihan untuk meningitis,

septikemia dan pneumonia oleh bakteri Gram negatif (Istiantoro dan Gan,

(27)

4

Resistensi antibiotik golongan sefalosporin dapat timbul dengan cepat,

maka sebaiknya tidak untuk penggunaan yang sembarangan dan digunakan

untuk infeksi berat. Antibiotik golongan ini juga memiliki efek samping

terutama gangguan pada lambung dan jarang terjadi reaksi alergi (Anonim,

2010).

Dalam melaksanakan pengelolaan terhadap pasien dengan penyakit

infeksi, terdapat suatu fenomena terjadinya resistensi bakteri yaitu suatu

keadaan dimana suatu bakteri menjadi resisten terhadap satu atau beberapa

antibiotik, terutama antibiotik golongan sefalosporin. hal ini merupakan akibat

langsung dari penggunaan antibiotika yang kurang tepat yang kemudian

bakteri yang resisten tersebut memperbanyak diri dan menyebar ketempat

lain, sehingga semakin banyak penderita tertular bakteri yang resisten ini,

terutama ditempat pelayanan kesehatan yang kurang higienis. Dan akibatnya

akan menjadi ancaman terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan akibat

kegagalan dalam pengelolaan penderita penyakit infeksi. Pemilihan dan

penggunaan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan

keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri,

disamping itu harus dapat diprediksi lebih jauh tentang efek samping

antibiotik golongan sefalosporin sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan (Worokarti, dkk, 2005).

Penggunaan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan

menentukan keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya resistensi

bakteri. Selain itu tidak menutup kemungkinan penggunaan obat-obat lain

dapat meningkatkan peluang terjadinya Drug Related Problem (DRP)

(Worokarti, 2005). Dengan adanya DRP seorang farmasis harus bisa

mendeteksi, mengatasi dan mencegah masalah yang terjadi atau yang akan

terjadi dalam penggunaan antibiotika. Paradigma pelayanan kefarmasisan

dalam suatu asuhan kefarmasian telah mengubah dari product oriented

menjadi pasient oriented dimana dalam asuhan kefarmasiannya mencakup

(28)

5

kesehatan lainnya dalam memberikan terapi pengobatan kepada pasien.

Dalam menjalankan peran tersebut dibutuhkan penguasaan yang baik tentang

penggunaan terapi antibiotika oleh seorang farmasis terutama dalam hal ini

terapi antibiotika golongan sefalosporin, untuk itu diperlukan data-data

mengenai penggunaan antibiotika yang dapat diperoleh melalui study

penggunaan obat atau Drugs Utilization Study (DUS) yaitu studi retrospektif

terhadap penderita pneumonia. Didalam DUS dipelajari hal-hal yang

mempengaruhi dan terlibat dalam peresepan, pemberian,dan penggunaan obat,

meliputi indikasi penggunaan, dosis pemakaian dan lama pengobatanya

sehingga pengobatan dapat tepat guna dan mencapai hasil yang optimal.

Selain itu di dalam dus dapat diprediksi efek samping dan bahaya obat tertentu

yang dapat timbul pada penderita sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan (Lee and Bergman, 2000).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan antibiotika golongan sefalosporin pasa

pasien rawat inap Pneumonia di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan khusus

Mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan sefalosporin pada

penderita Pneumonia.

Tujuan umum

a. Mengetahui ketepatan dosis dan frekuensi antibiotik golongan

sefalosporin pada pasien Pneumonia.

b. Mengetahui ketepatan cara/rute pemberian antibiotik golongan

(29)

6

1.4. Manfaat

1. Sebagai bahan informasi bagi pengembangan pelayanan farmasi klinik.

2. Sebagai bahan masukan bagi penyusunan pedoman penggunaan antibiotika

dan formularium rumah sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Metode tersebut digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antara kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter) dan pertumbuhan ekonomi baik dalam

trust and green purchase intentions in order to develop a research framework to enhance. green

The purpose of the study is to study and investigate the potential power produce by using the vehicle vibrations energy harvesting using technique from piezoelectric. This

Suroso: Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit pada PT... Suroso: Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit

4.25 Graph of Motor PWM over Turning Angle of the Mobile Robot at Operating time of 1.0 second for turning

Pendekatan laba operasi bersih ( net operating income ) memandang penggunaan hutang yang semakin besar sebagai peningkatan risiko perusahaan karena itu tingkat keuntungan yang

Reward sebagai Variabel Moderating terhadap hubungan antara Sumber Daya Manusia , Komitmen, Motivasi dengan Kinerja auditor.... Pengujian

First, to identify and analyze a list of input variables or parameter in boiling process which suppose to have an effect to the maximum yield of sugar.. The

هداد زا ﻲﻘﻴﻔﻠﺗ و ﺖﺳا يرﻮﺸﻛ ﻦﻴﺑ ﻪﻌﻟﺎﻄﻣ ﻦﻳا ﻪﻜﻨﻳا ﻪﺑ ﻪﺟﻮﺗ ﺎﺑ يﺮـﺳ و ﻲـﻌﻄﻘﻣ يﺎﻫ ﺮﻈﻧ درﻮﻣ ﺮﺛا ﻲﺑﺎﻳزرا ياﺮﺑ ﻲﻧﺎﻣز ﻲﻣ رﺎﻛ ﻪﺑ دور لﺪـﻣ ﻦﻴﻤﺨﺗ ياﺮﺑ ، ﺎـﻫ هداد شور زا يﺎـﻫ ﻲﻳﻮﻠﺑﺎﺗ ﻲﻣ هدﺎﻔﺘﺳا

ﻲﺑﺮﺠﺗ تﺎﻌﻟﺎﻄﻣ ﺮﺑ يروﺮﻣ ﺔ ﻨﻴﻣز رد ياﻪﻌﻟﺎﻄﻣ ،ناﺮﻳا رد ﻲـﻨﺤﻨﻣ دروآﺮﺑ ـﻨﻳﺰﻫ ﺔ ﻲﮔدﻮـﻟآ ﻲﻳﺎـﻬﻧ ترﺎـﺴﺧ ﺖـﻌﻔﻨﻣ ﻲﮔدﻮﻟآ ﺶﻫﺎﻛ ﻲﻳﺎﻬﻧ هﺪﺸﻧ مﺎﺠﻧا ؛ﺖﺳا ﻦﻴﻨﭽﻤﻫ ، ﻪﻌﻟﺎﻄﻣ و يﺪﻌﺑ ﻢﻴﻧ و ﻚﻳ شور زا

اﺮﺑ ﺰﻴﻧ رﺎﻛ ﺮﻴﻏ ﺪﻣآرد رادﺎﻨﻌﻣ و ﻲﻔﻨﻣ يﺮﺛا نﺎﻧز مﺎﻤﺗ ي ﺖﻛرﺎﺸﻣ ﺮﺑ نآ ﺎﻫ رﺎﻛ رازﺎﺑ رد و ﺖﺳا ﻪﺘﺷاﺬﮔ نﺎﻤﻫ رﻮـﻃ نﺎﻴﺑ ﺰﻴﻧ يرﻮﺌﺗ ﻪﻛ ﻲﻣ ﺪﻨﻛ ، ﺮـﻴﻐﺘﻣ ﻦـﻳا ﺶﻳاﺰﻓا ﺐﺒـﺳ لﺎـﻘﺘﻧا ﻪﺟدﻮﺑ

Alessandri, Emiliano 2010, “Turkey’s New Foreign Policy and the Future of Turkey-UE Relations”, The International Spectator: Italian Journal of International Affairs, Vol.. Aydin,

[r]