• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Royco (Kasus Di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Royco (Kasus Di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM

PEMBELIAN ROYCO

(Kasus di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

Oleh :

GUN GUN GUNAWIJAYA

A14101012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

GUN GUN GUNAWIJAYA.

Analisis Proses Keputusan Pembelian Royco (Kasus di

Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor)

.

Di bawah bimbingan

RITA NURMALINA

SURYANA

PT. Unilever Indonesia Tbk mengeluarkan inovasi baru dari Royco yaitu terdiri

terdiri dari 24

variant

Royco. Berdasarkan data P3I (2005), Royco menempati posisi ketiga

dalam pangsa pasar di Indonesia, yaitu sekitar 18 persen. Sementara menurut penelitian

Frontier Marketing & Research Consultant (2004), Royco menempati posisi pertama dalam

pangsa pasar. Berkaitan dengan penurunan posisi pangsa pasar tersebut, dapat disimpulkan

bahwa tingkat persaingan antar produsen penyedap masakan di Indonesia semakin ketat.

Untuk itu pada tahun 2005 Royco kemudian melakukan peremajaan untuk meningkatkan

pangsa pasar dengan menambahkan kegunaan royco melalui introduksi penggunaan bumbu

masak untuk nyambel, menggoreng tempe, kentang, emping dan bahkan bisa ditambahkan

pada sayur bayam dengan tujuan menaikkan posisi pangsa pasarnya. Jika para produsen

ingin dapat bertahan dalam industri ini, maka diperlukan penerapan strategi pemasaran

yang efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang dirasakan penting berkaitan dengan

strategi pemasaran tersebut adalah memahami selera konsumen. Persaingan yang ketat

diantara merek-merek penyedap masakan yang ada mengharuskan produsen untuk selalu

berorientasi pada kepentingan konsumen, karena banyaknya perusahaan yang bergerak

dalam industri ini membuat konsumen mempunyai banyak pertimbangan dalam memilih

penyedap masakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses keputusan pembelian Royco oleh

konsumen. Selain itu, juga untuk menilai tingkat kepentingan konsumen dan tingkat

pelaksanaan perusahaan terhadap atribut-atribut Royco menurut konsumen. Dari

tujuan-tujuan tersebut dapat disusun rekomendasi kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku

konsumen terhadap Royco. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli sampai dengan

Agustus 2006, yang berlokasi di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dengan responden

wanita yang ada di Kecamanatan Ciomas. Untuk memperoleh data yang diperlukan,

penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara

Convenience Sampling

,

dengan melakukan penetapan kriteria terlebih dahulu.

Untuk menggambarkan proses keputusan konsumen, data diringkas dan disajikan

dalam tabel tabulasi sederhana. Untuk memetakan sejauh mana tingkat kepentingan

konsumen dan tingkat pelaksanaan perusahaan digunakan modifikasi dari konsep

Importance Performance Analysis.

Kemudian dengan bantuan pengolahan melalui Uji

Friedman, hasilnya dapat ditentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata skor tingkat

kepentingan dan skor tingkat pelaksanaan antar atribut-atribut yang dinilai pada taraf nyata

5 persen. Sementara itu, urutan rata-rata atribut dapat digunakan untuk mendeskripsikan

tingkat kepentingan dan pelaksanaan atribut. Strategi pemasaran yang mencakup produk,

promosi, distribusi dan harga mengacu kepada hasil proses keputusan pembelian Royco

serta hasil keragaan atribut Royco.

(3)

atribut yang paling banyak dijadikan pertimbangan utama oleh sebagian besar responden

dalam tahap evaluasi alternatif. Kemudian dalam tahap pasca pembelian, variasi rasa Royco

yang paling banyak diketahui, disukai dan sering dikonsumsi oleh responden adalah rasa

ayam dan sapi. Sementara itu tingkat loyalitas yang tinggi dengan pembelian rasa Royco

lain jika mengalami masalah ketersediaan, tetap membeli Royco jika Royco mengalami

kenaikan harga dan tidak beralih atau tidak terpengaruh jika penyedap masakan merek lain

melakukan potongan harga.

Atribut yang sangat penting adalah kemudahan memperoleh (ketersediaan) serta

rasa, sedangkan atribut yang tingkat kepentingannya berada pada urutan terendah adalah

kekeruhan air sayurnya. Atribut-atribut yang masuk kategoti baik menurut tingkat

pelaksanaan adalan kemudahan memperoleh (ketersediaan) serta merek, sedangkan atribut

yang tingkat pelaksanaannya berada pada urutan terendah adalah aroma dan rasa.

(4)

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM

PEMBELIAN ROYCO

(Kasus di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

Oleh :

GUN GUN GUNAWIJAYA

A14101012

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul

: Analisis Proses Keputusan Konsumen dalam Pembelian Royco

(Kasus di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor)

Nama

: Gun Gun Gunawijaya

NRP

: A14101012

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS

NIP. 131 685 542

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN ROYCO

(KASUS DI KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2007

Gun Gun Gunawijaya

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Gun Gunawijaya adalah anak pertama dari enam

bersaudara dengan nama Ayah Misari Rafi dan nama Ibu Dewi Komala. Penulis dilahirkan

di Bandung pada tanggal 22 Agustus 1982. Penulis menjalani pendidikan di Madrasah

Ibtidaiyah pada tahun 1989-1995, kemudian di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Nal-Ghazaly Bogor pada tahun 1995-1998 dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Bogor pada tahun

1998-2001.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia yang diberikan sehingga skripsi yang berjudul

“Analisis Proses Keputusan

Pembelian Royco (Kasus di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor)”

dapat Penulis

selesaikan. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.

Perilaku Konsumen merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana Penyedap

Masakan Royco telah memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Sementara

penetapan strategi pemasaran yang tepat merupakan kunci bagi PT. Unilever

Indonesia Tbk sebagai produsen Penyedap Masakan agar bisa memperluas pangsa

pasarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, walaupun demikian

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi gambaran yang baik bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Bogor, September 2007

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini,

penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1.

Papa, Mama, Guruh, Fajar, Adam Sidik dan irfan atas cinta, dorongan dan doa yang

tiada henti-hentinya bagi penulis.

2.

Lina Maria, istriku yang selalu memberikan cinta, dorongan dan doa yang tiada

henti-hentinya bagi penulis.

3.

Wildan, anakku tercinta yang selalu memberikan doa yang tiada henti-hentinya bagi

penulis.

4.

Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbng dan memberikan nasehat-nasehat kepada

penulis dengan penuh kesabaran. Semoga Allah membalas semua kebaikan hati ibu.

5.

Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan saran

dan masukan bagi penulis.

6.

Tintin Sariyanti, SP sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan

saran dan masukan bagi penulis.

7.

PT. Unilever Indonesia Tbk

8.

Keluarga besar Madrasah Aliyah Negeri 1 Bogor atas segala bantuan dalam pembuatan

skripsi dan doa yang tak henti-hentinya bagi penulis.

(10)

10.

Teman-temanku tersayang yaitu Yarie, Ety, Kaka, Rika, Irna, Dika, Opiq, Rhenald,

Mayer, Denny, Yopi, Daru, Dedik, Ridho, Nanang, Tulus, Nanda, Yugi, Icha, Anan,

Dilla, Rika, Aya, Syahrini, Santi, Ochi, Sri, Kiki atas persahabatan, kebersamaan,

bantuan serta semangat selama kuliah dan dalam pembuatan skripsi serta seminar

penulis. Semoga Allah selalu memberkati kita.

11.

Islamiaran

i

sebagai pembahas pada seminar penulis.

12.

Kakak-kakakku AGB 37 yaitu Rita, Satriya, Melan, Arif, Ochi, Ambar, Ritma, Fara,

Rani, Icha, Santo, Andros, Silma, Septi, Dona, Prast atas ketulusan persahabatan,

kebersamaan serta bantuan buku-bukunya selama kuliah dan dalam pembuatan skripsi

penulis.

13.

Sri, Topan, Dewi dan Dewi Mutia atas segala kenangan indah selama KKP di Cianjur

Selatan serta persahabatan dan bantuan dalam skripsi penulis.

14.

Semua teman-teman yang telah hadir pada seminar penulis yang telah banyak

memberikan saran dan masukan untuk skripsi penulis.

15.

Adik-adikku Angkatan 39 atas persahabatan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

16.

Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu selama

(11)

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM

PEMBELIAN ROYCO

(Kasus di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

Oleh :

GUN GUN GUNAWIJAYA

A14101012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

GUN GUN GUNAWIJAYA.

Analisis Proses Keputusan Pembelian Royco (Kasus di

Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor)

.

Di bawah bimbingan

RITA NURMALINA

SURYANA

PT. Unilever Indonesia Tbk mengeluarkan inovasi baru dari Royco yaitu terdiri

terdiri dari 24

variant

Royco. Berdasarkan data P3I (2005), Royco menempati posisi ketiga

dalam pangsa pasar di Indonesia, yaitu sekitar 18 persen. Sementara menurut penelitian

Frontier Marketing & Research Consultant (2004), Royco menempati posisi pertama dalam

pangsa pasar. Berkaitan dengan penurunan posisi pangsa pasar tersebut, dapat disimpulkan

bahwa tingkat persaingan antar produsen penyedap masakan di Indonesia semakin ketat.

Untuk itu pada tahun 2005 Royco kemudian melakukan peremajaan untuk meningkatkan

pangsa pasar dengan menambahkan kegunaan royco melalui introduksi penggunaan bumbu

masak untuk nyambel, menggoreng tempe, kentang, emping dan bahkan bisa ditambahkan

pada sayur bayam dengan tujuan menaikkan posisi pangsa pasarnya. Jika para produsen

ingin dapat bertahan dalam industri ini, maka diperlukan penerapan strategi pemasaran

yang efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang dirasakan penting berkaitan dengan

strategi pemasaran tersebut adalah memahami selera konsumen. Persaingan yang ketat

diantara merek-merek penyedap masakan yang ada mengharuskan produsen untuk selalu

berorientasi pada kepentingan konsumen, karena banyaknya perusahaan yang bergerak

dalam industri ini membuat konsumen mempunyai banyak pertimbangan dalam memilih

penyedap masakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses keputusan pembelian Royco oleh

konsumen. Selain itu, juga untuk menilai tingkat kepentingan konsumen dan tingkat

pelaksanaan perusahaan terhadap atribut-atribut Royco menurut konsumen. Dari

tujuan-tujuan tersebut dapat disusun rekomendasi kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku

konsumen terhadap Royco. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juli sampai dengan

Agustus 2006, yang berlokasi di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dengan responden

wanita yang ada di Kecamanatan Ciomas. Untuk memperoleh data yang diperlukan,

penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara

Convenience Sampling

,

dengan melakukan penetapan kriteria terlebih dahulu.

Untuk menggambarkan proses keputusan konsumen, data diringkas dan disajikan

dalam tabel tabulasi sederhana. Untuk memetakan sejauh mana tingkat kepentingan

konsumen dan tingkat pelaksanaan perusahaan digunakan modifikasi dari konsep

Importance Performance Analysis.

Kemudian dengan bantuan pengolahan melalui Uji

Friedman, hasilnya dapat ditentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata skor tingkat

kepentingan dan skor tingkat pelaksanaan antar atribut-atribut yang dinilai pada taraf nyata

5 persen. Sementara itu, urutan rata-rata atribut dapat digunakan untuk mendeskripsikan

tingkat kepentingan dan pelaksanaan atribut. Strategi pemasaran yang mencakup produk,

promosi, distribusi dan harga mengacu kepada hasil proses keputusan pembelian Royco

serta hasil keragaan atribut Royco.

(13)

atribut yang paling banyak dijadikan pertimbangan utama oleh sebagian besar responden

dalam tahap evaluasi alternatif. Kemudian dalam tahap pasca pembelian, variasi rasa Royco

yang paling banyak diketahui, disukai dan sering dikonsumsi oleh responden adalah rasa

ayam dan sapi. Sementara itu tingkat loyalitas yang tinggi dengan pembelian rasa Royco

lain jika mengalami masalah ketersediaan, tetap membeli Royco jika Royco mengalami

kenaikan harga dan tidak beralih atau tidak terpengaruh jika penyedap masakan merek lain

melakukan potongan harga.

Atribut yang sangat penting adalah kemudahan memperoleh (ketersediaan) serta

rasa, sedangkan atribut yang tingkat kepentingannya berada pada urutan terendah adalah

kekeruhan air sayurnya. Atribut-atribut yang masuk kategoti baik menurut tingkat

pelaksanaan adalan kemudahan memperoleh (ketersediaan) serta merek, sedangkan atribut

yang tingkat pelaksanaannya berada pada urutan terendah adalah aroma dan rasa.

(14)

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM

PEMBELIAN ROYCO

(Kasus di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

Oleh :

GUN GUN GUNAWIJAYA

A14101012

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul

: Analisis Proses Keputusan Konsumen dalam Pembelian Royco

(Kasus di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor)

Nama

: Gun Gun Gunawijaya

NRP

: A14101012

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS

NIP. 131 685 542

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN ROYCO

(KASUS DI KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2007

Gun Gun Gunawijaya

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Gun Gunawijaya adalah anak pertama dari enam

bersaudara dengan nama Ayah Misari Rafi dan nama Ibu Dewi Komala. Penulis dilahirkan

di Bandung pada tanggal 22 Agustus 1982. Penulis menjalani pendidikan di Madrasah

Ibtidaiyah pada tahun 1989-1995, kemudian di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Nal-Ghazaly Bogor pada tahun 1995-1998 dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Bogor pada tahun

1998-2001.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia yang diberikan sehingga skripsi yang berjudul

“Analisis Proses Keputusan

Pembelian Royco (Kasus di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor)”

dapat Penulis

selesaikan. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.

Perilaku Konsumen merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana Penyedap

Masakan Royco telah memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Sementara

penetapan strategi pemasaran yang tepat merupakan kunci bagi PT. Unilever

Indonesia Tbk sebagai produsen Penyedap Masakan agar bisa memperluas pangsa

pasarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, walaupun demikian

Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi gambaran yang baik bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Bogor, September 2007

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini,

penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1.

Papa, Mama, Guruh, Fajar, Adam Sidik dan irfan atas cinta, dorongan dan doa yang

tiada henti-hentinya bagi penulis.

2.

Lina Maria, istriku yang selalu memberikan cinta, dorongan dan doa yang tiada

henti-hentinya bagi penulis.

3.

Wildan, anakku tercinta yang selalu memberikan doa yang tiada henti-hentinya bagi

penulis.

4.

Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbng dan memberikan nasehat-nasehat kepada

penulis dengan penuh kesabaran. Semoga Allah membalas semua kebaikan hati ibu.

5.

Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan saran

dan masukan bagi penulis.

6.

Tintin Sariyanti, SP sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan

saran dan masukan bagi penulis.

7.

PT. Unilever Indonesia Tbk

8.

Keluarga besar Madrasah Aliyah Negeri 1 Bogor atas segala bantuan dalam pembuatan

skripsi dan doa yang tak henti-hentinya bagi penulis.

(20)

10.

Teman-temanku tersayang yaitu Yarie, Ety, Kaka, Rika, Irna, Dika, Opiq, Rhenald,

Mayer, Denny, Yopi, Daru, Dedik, Ridho, Nanang, Tulus, Nanda, Yugi, Icha, Anan,

Dilla, Rika, Aya, Syahrini, Santi, Ochi, Sri, Kiki atas persahabatan, kebersamaan,

bantuan serta semangat selama kuliah dan dalam pembuatan skripsi serta seminar

penulis. Semoga Allah selalu memberkati kita.

11.

Islamiaran

i

sebagai pembahas pada seminar penulis.

12.

Kakak-kakakku AGB 37 yaitu Rita, Satriya, Melan, Arif, Ochi, Ambar, Ritma, Fara,

Rani, Icha, Santo, Andros, Silma, Septi, Dona, Prast atas ketulusan persahabatan,

kebersamaan serta bantuan buku-bukunya selama kuliah dan dalam pembuatan skripsi

penulis.

13.

Sri, Topan, Dewi dan Dewi Mutia atas segala kenangan indah selama KKP di Cianjur

Selatan serta persahabatan dan bantuan dalam skripsi penulis.

14.

Semua teman-teman yang telah hadir pada seminar penulis yang telah banyak

memberikan saran dan masukan untuk skripsi penulis.

15.

Adik-adikku Angkatan 39 atas persahabatan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

16.

Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu selama

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI...

iv

DAFTAR TABEL...

v

DAFTAR GAMBAR ...

vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I.

PENDAHULUAN ... 1

1.1.

Latar Belakang Penelitian ...

1

1.2.

Perumusan Masalah ...

4

1.3.

Tujuan Penelitian ...

5

1.4.

Manfaat Penelitian ...

6

II.

TINJAUAN PUSTAKA...

7

2.1.

Tinjauan Penelitian Terdahulu Mengenai

Monosodium Glutamat

... 7

2.2.

Kerangka Pemikiran Teoritis ...

9

2.2.1.

Definisi Konsumen ...

9

2.2.2.

Perilaku Konsumen...

9

2.2.3.

Proses Keputusan Pembelian ...

12

2.2.3.1.Pengenalan Kebutuhan ...

13

2.2.3.2.Pencarian Informasi ...

14

2.2.3.3.Elvaluasi Alternatif ...

16

2.2.3.4.Pembelian dan Hasil Pembelian ...

18

2.2.4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Keputusan Pembelian ...

19

2.2.4.1.Pengaruh Lingkungan ...

20

2.2.4.2.Perbedaan Individu ...

22

2.2.4.3.Proses Psikologi...

25

2.2.5.

Atribut Produk ...

26

2.2.6.

Produk Baru ...

27

2.2.7.

Strategi Pemasaran...

28

2.2.8.

Importance Performance Analysis

... 35

2.3.

Kerangka Pemikiran Penelitian ...

38

III.

METODE PENELITIAN...

42

3.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian ...

42

3.2.

Sumber dan Jenis Data...

42

3.3.

Teknik Pengambilan Sampel ...

43

3.4.

Metode Pengolahan dan Analisis Data ...

45

3.4.1.

Analisis Deskriptif ...

45

3.4.2.

Pemetaan Tingkat Kepentingan dan

Tingkat Pelaksanaan (Kinerja)...

46

(22)

3.6.

Keterbatasan Penelitian...

55

IV.

GAMBARAN UMUM ...

56

4.1.

Gambaran Umum Perusahaan ...

56

4.1.1.

Latar Belakang Perusahaan...

56

4.1.2.

Produk... 57

4.1.3.

Teknologi Tinggi dan Modern...

57

4.1.4.

Peduli Lingkungan dan Sosial ...

58

4.1.5.

Penghargaan Tahun 2006...

59

4.2.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...

60

4.3.

Karakteristik Responden...

61

V.

PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN ROYCO ...

63

5.1.

Pengenalan Kebutuhan ...

63

5.2.

Pencarian Informasi ...

65

5.3.

Evaluasi Alternatif ...

68

5.4.

Keputusan Pembelian ...

70

5.5.

Pasca Pembelian ...

75

VI.

KERAGAAN ATRIBUT SHAMPO ROYCO ...

80

6.1.

Tingkat Kepentingan Atribut ...

82

6.2.

Tingkat Pelaksanaan (Atribut) Atribut ...

86

6.3.

Pemetaan Atribut Berdasarkan Tingkat

Kepentingan dan Tingkat Pelaksanaan (Kinerja) ...

87

VII.

IMPLIKASI STUDI PERILAKU RESPONDEN

TERHADAP STRATEGI PEMASARAN ROYCO ...

94

7.1.

Strategi Produk ...

94

7.2.

Strategi Promosi...

96

7.3.

Strategi Distribusi ...

97

7.4.

Strategi Harga ...

98

VIII.

KESIMPULAN DAN SARAN ...

99

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden untuk Masing-

masing Karakteristik... ...

62

2. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Manfaat Utama Mengkonsumsi Royco...

63

3. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden untuk Setiap

Alasan/Motivasi Pertama Kali Mengkonsumsi Royco...

64

4. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Tingkat Keterlibatannya...

64

5. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Pilihan Konsumsi rasa Royco yang sering...

65

6. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Sumber Informasi untuk Tentang Royco...

66

7. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Unsur Utama dari Iklan yang Paling diperhatikan...

66

8. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Jenis Informasi Produk yang Diperhatikan oleh Responden...

67

9. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Pengetahuan Mengenai Manfaat Royco Selain Penyedap

Masakan...

68

10. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Pertimbangan Utama dalam Memilih Royco...

69

11. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Kemasan yang Diinginkan oleh Responden...

69

12. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Ukuran Kemasan yang Diinginkan oleh Responden...

70

13. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

(24)

14. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Tempat Pembelian Royco yang Dipilih...

71

15. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Alasan Memilih Tempat Pembelian ... ...

72

16. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Media yang Paling Berpengaruh dalam Pembelian...

73

17. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Besar Pengaruh Iklan dan Promosi terhadap Keputusan

Pembelian...

73

18. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Pengaruh Teman/Kenalan dalam Menyarankan

Pembelian...

74

19. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Kepentingan Faktor Teman/kenalan Mempengaruhi

Pembelian Royco...

75

20. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Kelengkapan Informasi Bahan Baku Royco...

75

21. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Tingkat Kepuasan Konsumen pada Royco...

76

22. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Tindakannya Jika Royco yang Dicari Tidak Ada... 76

23. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Sikapnya Jika Terjadi Kenaikan Harga pada Royco...

77

24. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Sikapnya Jika Ada Penyedap Masakan Lain yang Melakukan

Discount

atau Potongan Harga...

77

25. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Sikapnya Jika terhadap Pembelian Ulangan Royco...

78

26. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Royco...

79

27. Kategori Rata-rata Skor Tingkat Kepentingan Atribut Royco

(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya...

10

2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian...

13

3. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat

Ketidaksesuaian...

14

4. Proses Pencarian Internal ...

15

5. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif...

17

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ...

19

7. Matriks

Importance-Performance

………... 37

8. Kerangka Pemikiran Penelitian…………...

41

9. Matriks Kepentingan-Pelaksanan…..…...

49

10. Pemetaan Atribut Royco Berdasarkan Tingkat

(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Pohon Industri Kimia Hasil Pertanian...

104

2. Kapasitas Produksi dan Produksi Royco Indonesia

Tahun 2000 – 2005...

105

3. Daftar Pertanyaan Kuesioner...………...……...

106

4. Tingkat Kepentingan Menurut Seluruh Responden untuk

Masing-masing Atribut Royco .…...

113

5. Ranking Uji Friedman Tingkat Kepentingan Menurut

Seluruh Responden untuk Masing-masing Atribut Royco...

117

6. Tingkat Ketidakpuasan Menurut Seluruh Responden untuk

Masing-masing Atribut Royco ……….…...

121

7. Ranking Uji Friedman Tingkat Ketidakpuasan Menurut

Seluruh Responden untuk Masing-masing Atribut Royco...

125

8. Tingkat Pelaksanaan (Aktual) Menurut Seluruh Responden

Untuk Masing-masing Atribut Royco ……….…...

129

9. Ranking Uji Friedman Tingkat Pelaksanaan (Aktual) Menurut

Seluruh Responden untuk Masing-masing Atribut Royco...

133

10. Tingkat Harapan Menurut Seluruh Responden untuk

Masing-masing Atribut Royco ……….…...

137

11. Ranking Uji Friedman Tingkat Harapan Menurut

Seluruh Responden untuk Masing-masing Atribut Royco...

141

12. Perhitungan Uji Friedman Tingkat Kepentingan pada

Atribut Royco...…...

145

13. Perhitungan Uji Friedman Tingkat Ketidakpuasan pada

Atribut Royco ………...

146

14. Perhitungan Uji Friedman Pelaksanaan (Aktual) pada

(27)

16. Perhitungan Batas Sumbu X (Tingkat Pelaksanaan) dan

Batas Sumbu Y (Tingkat Kepentingan) pada Pemetaan

Tingkat Pelaksanaan dan Tingkat Kepentingan...

149

17. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Tingkat Kepentingan pada Masing-masing Atribut

Royco...

146

18. Pendapat atau Saran Responden terhadap Royco...

148

17. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Tingkat Pelaksanaan (kinerja) pada Masing-masing

(28)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebagai Negara dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia

dihadapkan pada suatu tantangan untuk menyediakan bahan pangan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Pertanian merupakan sektor yang sangat diandalkan

sebagai sektor penghasil bahan pangan bagi lebih dari 220 juta penduduk

Indonesia (Rahmatia, 2003).

Pembangunan sektor pertanian mutlak perlu dilakukan. Menurut

Wirakartakusumah (1998), visi pembangunan pertanian Indonesia menuju abad 21

adalah mewujudkan sistem pertanian tangguh yang modern dan efisien yang

antara lain harus dicirikan oleh pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal

dan lestari dengan penerapan rekayasa paket teknologi spesifik lokasi secara

dinamis. Dominasi sektor pertanian dapat mendorong perkembangan

subsistem-subsistem dalam agribisnis. Dengan demikian, pengembangan agroindustri

sabagai subsistem pertanian nasional tidak hanya ditujukan untuk pengembangan

kegiatan industri, tetapi sekaligus juga untuk mengembangkan kegiatan pasca

panen, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil pertanian.

Mengenai keterkaitan agroindustri dengan pengembangan sektor

pertanian, Pambudy (1999) berpendapat bahwa menjadikan pembangunan

berbasis agroindustri sebagai jalur pertumbuhan ekonomi merupakan strategi

umum untuk mengembangkan pertanian. Dengan kata lain, pembangunan

ekonomi nasional dapat dimulai dengan lebih memproyeksikan Indonesia sebagai

(29)

Indonesia menjadi pertanian yang bercirikan agribisnis (agribusiness base

economi).

Salah satu produk Industri yang merupakan kategori industri agro adalah

penyedap masakan, Salah satu produsen penyedap masakan di Indonesia adalah

PT. Unilever Indonesia Tbk. Produk-produk PT. Unilever Indonesia Tbk adalah

pangan, deterjen, dan kosmetika. Divisi yang ada pada PT. Unilever Indonesia

Tbk adalah Divisi Home Care, Divisi Personal Care, Divisi Es Krim dan Divisi

Makanan (Foods), Royco merupakan salah satu produk pangan yang dihasilkan

oleh Unilever dan masuk dalam Divisi Makanan (Foods).

Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2005), royco

merupakan salah satu turunan industri kimia hasil pertanian, yang termasuk

produk penyedap rasa (MSG). Hal ini digambarkan pada Lampiran 1.

Berdasarkan data Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I),

perkembangan penjualan penyedap masakan royco, sejak 2000 sampai dengan

tahun 2005 menunjukkan peningkatan rata-rata 18 persen per tahun. Peningkatan

tersebut disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat pada sejumlah

merek penyedap masakan, yang berhasil memperluas pangsa pasar dengan

iklan-iklan pada media elektronik terutama televisi. Hal ini menunjukkan bahwa seiring

dengan perkembangan zaman, semakin lama masyarakat semakin banyak

mengkonsumsi penyedap masakan. Untuk itu peningkatan investasi pada industri

penyedap masakan, merupakan peluang pasar yang menarik.

Royco merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi masakan.

Secara garis besar kegunaan royco adalah sebagai penyedap masakan yang mudah

(30)

bumbu masakan yang dibutuhkan, kita tidak usah membeli bahan-bahan bumbu

masakan yang banyak jenisnya cukup membeli royco semuanya telah tersedia.

Pengembangan produk selalu dilakukan, terutama dalam hal bentuk

kemasan dan variant (jenis) royco. Produk-produk royco merupakan wajah lama

dan ada juga yang merupakan pendatang baru, yang terdiriterdiri dari 24 variant.

Selain 24 variant royco, Royco juga kemudian melakukan peremajaan dengan

menambahkan kegunaan melalui introduksi penggunaan bumbu masak untuk

nyambel, menggoreng tempe, kentang, emping dan bahkan bisa ditambahkan pada

sayur bayam.

Menurut Kotler (2000), keputusan konsumen untuk membeli suatu produk

dipengaruhi oleh faktor perbedaan individu, pengaruh lingkungan, dan proses

psikologis. Faktor-faktor tersebut sangat berguna bagi pemasar dalam

mengidentifikasi para pembeli potensial terhadap suatu produk, mengembangkan

produk dan menetapkan promosi untuk menarik tanggapan yang kuat dari

konsumen. Berkaitan dengan produk baru royco dengan banyak varian serta

dengan menambahkan kegunaan, maka PT. Unilever Indonesia Tbk perlu

mengidentifikasi kembali faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen.

Deskripsi dari faktor-faktor tersebut akan dimasukkan dan diolah dalam

tahap-tahap proses keputusan pembelian konsumen. Kemudian berkaitan dengan inovasi

baru dari royco tersebut, perlu diketahui kepuasan yang dirasakan oleh konsumen

terhadap royco.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan data P3I (2005), Royco menempati posisi ketiga dalam

(31)

Frontier Marketing & Research Consultant (2004), Royco menempati posisi

pertama dalam pangsa pasar. Berkaitan dengan penurunan posisi pangsa pasar

tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat persaingan antar produsen penyedap

masakan di Indonesia semakin ketat. Untuk itu pada tahun 2005 Royco kemudian

melakukan peremajaan untuk meningkatkan pangsa pasar dengan menambahkan

kegunaan royco melalui introduksi penggunaan bumbu masak untuk nyambel,

menggoreng tempe, kentang, emping dan bahkan bisa ditambahkan pada sayur

bayam dengan tujuan menaikkan pangsa pasarnya. Jika para produsen ingin dapat

bertahan dalam industri ini, maka diperlukan penerapan strategi pemasaran yang

efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang dirasakan penting berkaitan dengan

strategi pemasaran tersebut adalah memahami selera konsumen. Persaingan yang

ketat diantara merek-merek penyedap masakan yang ada mengharuskan produsen

untuk selalu berorientasi pada kepentingan konsumen, karena banyaknya

perusahaan yang bergerak dalam industri ini membuat konsumen mempunyai

banyak pertimbangan dalam memilih penyedap masakan.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting dari seluruh aktivitas

suatu perusahaan. Dalam menjalankan upaya pemasaran, pemasar sangat

memerlukan pengetahuan mengenai konsumen produknya. Strategi pemasaran

bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga mengubah apa yang

dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen, tentang berbagai macam tawaran pasar,

serta tentang situasi yang tepat untuk pembelian dan penggunaan produk.

Kekuatan pemasaran serta kemampuan riset pemasaran dan analisis konsumen,

untuk mendapatkan pandangan tentang perilaku konsumen. Penelitian mengenai

(32)

Penelitian ini akan memberikan gambaran rinci mengenai tahap-tahap konsumen

dalam melakukan proses pembelian, khususnya dalam pembelian ulangan.

Sementara dalam upaya pengembangan produk yang dapat menghasilkan produk

yang lebih sesuai dengan keinginan konsumen, diperlukan pengetahuan mengenai

kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap atribut produk. Pengetahuan yang

baik tentang proses keputusan konsumen serta kepentingan dan kepuasan

konsumen terhadap atribut produk akan menjadikan upaya pemasaran lebih

terfokus dan efektif sasaran.

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan

sebagai berikut :

(1)Bagaimana proses keputusan pembelian penyedap masakan Royco oleh

konsumen?

(2)Bagaimana tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap

atribut-atribut penyedap masakan Royco?

(3)Bagaimana alternatif kebijakan pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku

konsumen terhadap penyedap masakan Royco?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

(1)Menganalisis proses keputusan pembelian penyedap masakan Royco oleh

konsumen.

(2)Menganalisis tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap

atribut-atribut penyedap masakan Royco.

(3)Menyusun rekomendasi kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen

(33)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

(1)PT. Unilever Indonesia Tbk, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan, khususnya dalam menyusun kebijakan pemasaran yang sesuai.

(2)Peneliti, sebagai sarana aplikasi dari mata kuliah perilaku konsumen dan

menambah wawasan peneliti terhadap perilaku konsumen.

(34)

II. TINJAUAN

PUSTAKA

2.1.Tinjauan Penelitian Terdahulu Mengenai Monosodium Glutamat

Penelitian Aulia Perdana (2002) mengenai perilaku pembelian produk

Monosodium Glutama), Monosodium Glutamat dikategorikan ke dalam industri

agro. Monosodium Glutamat (MSG) merupakan penyedap masakan yang

berbentuk kristal halus dan berwarna putih, dibuat melalui proses fermentasi dari

bahan dasar pati (gandum) dan gula atau molase (tetes tebu). Perkembangan MSG

tidak terlepas dari berbagai kontroversi. Sampai sekarang, MSG masih saja

dipertanyakan orang tentang keamanannya untuk kesehatan. Pihak yang

menyatakan bahwa MSG berbahaya dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit, seperti Chinese Restaurant Syndrome, kerusakan jaringan otak, kanker

dan kerusakan pada retina. Sedangkan pihak yang lain, menyatakan bahwa MSG

aman asalkan digunakan dalam dosis yang tidak berlebih. Di Indonesia, pada

akhir tahun 2000 lalu, sebuah produk MSG bermerek Ajinomoto dinyatakan

haram oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan ditarik dari peredaran.

Terlepas dari kontrovrsi MSG dari sisi kesehatan, sebenarnya

bagaimanakah tanggapan konsumen dari produk MSG sendiri, persaingan dalam

merebut posisi pemimpin pasar menjadi lebih ketat yang berarti diperlukan

pemahaman tentang perilaku konsumen untuk menetapkan strategi pemasaran.

Pemahaman perilaku konsumen penting dilakukan diantaranya adalah memahami

kebutuhan dan keinginan konsumen serta memahami proses keputusan konsumen

(35)

pihak-pihak yang kontra dengan MSG, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam

menciptakan produk substitusi MSG.

Rumah tangga dan konsumen pedagang makanan yang merupakan

pengguna utama produk MSG di Indonesia sebagai objek penelitian dalam

penelitian ini dipilih konsumen. Dari sini dapat dilihat perbedaan perilaku

pembelian MSG antara kedua jenis konsumen ini, yang tentunya juga berpengaruh

terhadap strategi pemasaran yang harus diterapkan pada keduanya.

Konsumen rumah tangga dan pedagang makanan menyatakan bahwa rasa

merupakan manfaat yang mereka cari dan yang memotivasi mereka. Pada tahap

pencarian informasi, konsumen rumah tangga memilih televisi sebagai sumber

informasi utama dan yang paling mempengaruhi dan konsumen pedagang

makanan memilih penjulan. Pada evaluasi alternatif, kedua jenis konsumen

menyatakan bahwa rasa merupakan pertimbangan awal mereka dalam membeli

MSG dan indikator kualitas dari MSG. pada proses pembelian, konsumen rumah

tangga lebih senang membeli MSG pada warung terdekat dan tergantung situasi,

sedangkan pada pedagang makanan membelinya di pasar tradisional secara

terencana. Kedua jenis konsumen puas dengan merek yang biasa dipakai dan tidak

berniat mengganti merek.

Hasil penelitian ini menghasilkan beberapa strategi pemasaran. Strategi

produk umumnya diarahkan pada peningkatan khasiat MSG dengan penggunaan

lebih irit, dengan pertimbangan kehalalan dampak kesehatan produk. Strategi

promosi umumnya diarahkan pada pemberian informasi mengenai MSG, mulai

dari tata cara pemakaian, dosis aman, tempat pembelian hingga kehalalan produk.

(36)

Islam dan pemberian hadiah langsung untuk konsumen. Strategi promosi

dilakukan menggunakan media televisi dan penjual. Sedangkan untuk strategi

distribusi diarahkan pada ketersediaan produk MSG di pasar tradisional dan

warung-warung terdekat. Strategi harga perlu dilakukan dengan cara

meningkatkan kepekaan terhadap perubahan harga yang terjadi dan menciptakan

harga yang cukup bersaing baik dengan merek MSG yang lain atau dengan

produk dengan pemanfaatan sejenis.

2.2.Kerangka Pemikiran Teoritis

2.2.1. Definisi Konsumen

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa

yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

2.2.2. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994) didefinisikan sebagai

tindakan yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan

produk dan jasa, termasuk keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini.

Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor lingkungan, perbedaan

individu, serta proses psikologis. Secara sederhana, hubungan antara ketiga faktor

tersebut dengan proses keputusan konsumen dan implikasinya pada strategi

(37)
[image:37.612.139.504.94.583.2]

Gambar 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1994)

PENGARUH LINGKUNGAN

Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi

Keluarga Situasi

PERBEDAAN INDIVIDU

Sumberdaya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan

Pengetahuan Sikap

Kepribadian dan Gaya Hidup Demografi

PROSES KEPUTUSAN

Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif Pembelian

Hasil

PROSES PSIKOLOGIS

Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/Perilaku

STRATEGI PEMASARAN

(38)

Kotler (1997) berpendapat bahwa untuk melakukan riset konsumen

terdapat beberapa pertanyaan kunci yang harus dijawab mengenai pasar dengan

menggunakan kerangka 7 O, yaitu :

(1)Occupants (siapa yang membentuk pasar)

(2)Objects (apa yang dibeli pasar)

(3)Objectives (mengapa pasar membeli)

(4)Organizations (siapa yang berpartisipasi dalam pembelian)

(5)Operations (bagaimana pasar membeli)

(6)Occasions (kapan pasar membeli)

(7)Outlets (dimana pasar membeli).

Peter dan Olson (1999) berpandangan bahwa perilaku konsumen adalah

soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah mengenai pilihan. Untuk lebih

jelasnya mereka mengatakan bahwa keputusan meliputi suatu pilihan antara dua

atau lebih alternatif tindakan atau perilaku. Terdapat tiga unsur yang harus diteliti

dan dianalisa untuk dapat mengembangkan strategi pemasaran yang efektif.

Ketiga unsur ini adalah :

(1)Afek dan kognisi konsumen (consumer affect and cognition).

Afek dan kognisi konsumen merujuk kepada dua tipe tanggapan mental

konsumen terhadap stimuli dan kejadian dalam lingkungan mereka. Afek

mengacu kepada perasaan konsumen mengenai stimuli dan kejadian. Kognisi

mengacu pada proses atau struktur mental yang tercakup dalam kegiatan

pemikiran, pemahaman, dan penginterpretasian suatu stimuli atau kejadian.

(39)

dikembangkan konsumen berdasarkan pengalaman terdahulu dan simpanan

memori mereka. Kognisi juga mencakup proses-proses yang terkait dengan

memberikan perhatian dan memahami stimuli atau kejadian, mengingat

kejadian masa lampau, memberikan evaluasi, serta membuat pilihan dan

keputusan pembelian.

(2)Perilaku konsumen (consumer behaviour).

Perilaku konsumen mengacu kepada tindakan fisik konsumen yang dapat

langsung diamati dan diukur oleh pihak lain. Perilaku ini juga disebut overt

behaviour, untuk membedakannya dengan kegiatan-kegiatan mental lain,

seperti berpikir, yang tidak dapat diamati secara langsung.

(3)Lingkungan konsumen (consumer environment).

Lingkungan konsumen mengacu kepada semua hal eksternal konsumen yang

mempengaruhi apa yang mereka pikirkan, rasakan dan lakukan. Lingkungan

konsumen mencakup stimuli sosial, seperti tindakan pihak lain dalam budaya,

sub-budaya, kelas sosial, kelompok acuan dan keluarga, yang mempengaruhi

konsumen. Lingkungan konsumen juga mencakup stimuli fisik lainnya

seperti toko, produk, iklan, dan lambang-lambang yang dapat merubah

pikiran, perasaan, dan perbuatan konsumen. Lingkungan konsumen penting

bagi strategi pemasaran karena merupakan medium dimana stimuli diletakkan

untuk mempengaruhi konsumen.

2.2.3. Proses Keputusan Pembelian

Proses keputusan pembelian meliputi beberapa tahapan. Menurut

(40)

pembelian dan hasil. Pada Gambar 2, dapat diketahui tahapan-tahapan keputusan

tersebut secara sederhana.

[image:40.612.131.495.143.178.2]

Gambar 2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1995)

2.2.3.1. Pengenalan Kebutuhan

Engel et al. (1995) mendefinisikan Pengenalan kebutuhan sebagai suatu

persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual

yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses kebutuhan. Ketika

ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun

dikenali. Namun seandainya ketidaksesuaian itu ada di bawah tingkat ambang,

maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi. Secara lebih jelas dapat dilihat pada

Gambar 3.

Menurut Kotler (2000), proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali

sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dicetuskan oleh rangsangan

internal atau eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu

kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen,

pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan

minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan

strategi pemasaran yang memicu minat konsumen. Pengenalan

Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

(41)
[image:41.612.131.508.78.231.2]

Gambar 3. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1995)

2.2.3.2. Pencarian Informasi

Engel et al. (1995) mendefinisikan pencarian informasi adalah aktivitas

yang termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang.

Pencarian informasi dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian internal tidak

lebih daripada peneropongan ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan

dengan keputusan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang. Sedangkan

pencarian eksternal merupakan pra pembelian atau pencarian terus-menerus

(pemerolehan informasi terjadi relatif secara tetap lepas dari kebutuhan pembelian

yang sporadis). Pencarian internal lebih dulu terjadi sesudah pengenalan

kebutuhan. Jika pencarian internal memberikan informasi yang memadai maka

pencarian eksternal tidak dibutuhkan. Tetapi jika pencarian internal tidak

memadai, maka dibutuhkan pencarian eksternal. Proses pencarian informasi

diilustrasikan pada Gambar 4.

Keadaan yang Diinginkan

Keadaan Aktual

Di Bawah Ambang

Di Atas Ambang Tingkat

Ketidaksesuaian

Tidak Ada Pengenalan

(42)
[image:42.612.165.501.91.298.2]

Gambar 4. Proses Pencarian Internal Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1995)

Engel et al. (1995) juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

pencarian, empat diantaranya yaitu :

(1)Determinan Situasi

Determinan situasi adalah cara dimana kekuatan situasi mempengaruhi

pengambilan keputusan konsumen. Tekanan waktu merupakan sumber

pengaruh situasi.

(2)Determinan Produk

Determinan produk diantaranya adalah ciri produk, tingkat diferensiasi

produk, harga produk serta stabilitas kategori produk.

(3)Determinan Eceran

Jarak diantara pesaing eceran dapat menentukan banyaknya toko yang

menjadi tempat belanja konsumen selama pengambilan keputusan. Pencarian

lebih mungkin terjadi ketika konsumen melihat perbedaan yang penting

diantara pengecer.

Pencarian Internal

Pencarian Internal Berhasil

Lanjutkan dengan Keputusan

Jalankan Pencarian Eksternal

Determinan dari pencarian internal :

• Pengetahuan yang sudah ada

• Kemampuan untuk memperoleh informasi Pengenalan Kebutuhan

(43)

(4)Determinan Konsumen

Karakteristik konsumen yang dilihat adalah pengetahuan, keterlibatan,

kepercayaan dan sikap, serta karakteristik demografi.

Kotler (2000) mengatakan bahwa yang menjadi perhatian utama pemasar

adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan

pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya.

Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu :

(1)Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.

(2)Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.

(3)Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.

(4)Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda

bergantung pada kategori produk dan karakteristik konsumen. Secara umum,

konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari

sumber komersial yaitu, sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi

yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Besarnya pencarian yang

dilakukan tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang

dimiliki, kemudahan memperoleh informasi tambahan, nilai yang ia berikan

kepada informasi tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari pencarian tersebut.

2.2.3.3. Evaluasi Alternatif

Engel et al. (1995) mendefinisikan evaluasi alternatif sebagai proses

dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan

(44)

kriteria evaluasi, memutuskan alternatif pilihan, menilai kinerja alternatif yang

dipertimbangkan, dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan

[image:44.612.131.501.171.320.2]

akhir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1995)

Kriteria Evaluasi menurut Engel et al. (1995) tidak lebih daripada dimensi

atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan.

Kriteria evaluasi diantaranya mencakup harga, nama merek, dan negara asal.

Setelah menentukan kriteria evaluasi, konsumen memutuskan alternatif mana

yang akan dipilih. Sedangkan determinan yang digunakan konsumen selama

pengambilan keputusan terdiri dari pengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan,

motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan. Kaidah keputusan sebagai strategi untuk

membuat pilihan akhir, disimpan dalam ingatan dan diperoleh kembali jika

dibutuhkan.

Kotler (2000) memberikan beberapa konsep dasar untuk memahami proses

evaluasi konsumen, yaitu :

(1)Konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan. Menentukan kriteria

evaluasi

Menentukan alternatif pilihan

Menilai kinerja alternatif

(45)

(2)Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.

(3)Konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut

dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang

digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

2.2.3.4. Pembelian dan Hasil Pembelian

Engel et al. (1995) mengilustrasikan bahwa pembelian merupakan fungsi

dari dua determinan yaitu niat dan pengaruh lingkungan dan atau pengaruh

individu. Pada fungsi yang kedua, situasi merupakan variabel yang paling

menonjol. Niat pembelian pada konsumen memiliki dua kategori : (1) baik produk

maupun merek, yang dikenal sebagai pembelian terencana sepenuhnya dimana

konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam

berbelanja dan membeli sehingga distribusi dapat lebih efektif, dan (2) kelas

produk saja, dimana dapat dipandang sebagai pembelian yang terencana jika

pilihan merek dibuat di tempat penjualan.

Tugas pemasaran tidak berhenti begitu penjualan terjadi, karena pembeli

akan mengevaluasi alternatif sesudah pembelian seperti halnya sebelum

pembelian. Jika keterlibatan tinggi, bukan tidak lazim pembeli mengalami periode

yang seketika dan sementara berupa penyesalan atau keraguan sesudah keputusan.

Ini dapat menimbulkan dampak pada apakah pembeli bersangkutan puas atau

tidak puas dengan transaksinya. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap

ini akan langsung mempengaruhi niat pembelian masa datang, komunikasi lisan,

(46)

2.2.4. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Engel et al. (1994) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian pada konsumen menjadi tiga, yaitu pengaruh lingkungan,

perbedaan individu, dan proses psikologis. Model lengkap proses keputusan

konsumen yang memperlihatkan pembelian dapat dilihat pada Gambar 6.

Pada Gambar 6 tersebut, dapat dilihat bagaimana pengaruh lingkungan,

perbedaan individu, dan proses psikologis mempengaruhi pengambilan keputusan

konsumen. Pengaruh lingkungan dan perbedaan individu mempengaruhi tiap

tahapan proses keputusan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil pembelian. Sementara itu,

proses psikologis, yang meliputi pemrosesan informasi, pembelajaran, serta

perubahan sikap dan perilaku, lebih banyak terkait dengan tahapan pengenalan

[image:46.612.132.489.410.675.2]

kebutuhan serta pencarian pada proses keputusan konsumen.

Gambar 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1995)

PENGARUH LINGKUNGAN

Budaya Kelas Sosial

Keluarga Situasi

PROSES PSIKOLOGI PROSES

KEPUTUSAN PERBEDAAN

INDIVIDU

(47)

2.2.4.1. Pengaruh Lingkungan

Menurut Engel et al. (1994), konsumen hidup dalam lingkungan yang

kompleks. Perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial,

pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.

Budaya. Dalam studi perilaku konsumen, istilah budaya mengacu pada

nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu

untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota

masyarakat.

Kelas Sosial. Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang

terdiri dari individu-individu dengan berbagai nilai, minat dan perilaku yang

sama. Mereka dibedakan oleh perbedaan status sosial-ekonomi yang berjajar dari

yang rendah sampai dengan yang tinggi. Status sosial kerap menghasilkan

bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda.

Pengaruh Pribadi. Pengaruh pribadi berkaitan dengan cara-cara di mana

kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain

digunakan sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan (reference group) adalah

orang atau kelompok yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu

(Bearden dan Etzel dalam Engel et al. 1994). Kelompok acuan memberikan

standar dan nilai yang dapat menjadi perspektif tertentu mengenai bagaimana

seseorang berpikir atau berperilaku.

Variabel penentu yang penting di dalam pengaruh pribadi adalah

keterlibatan. Keterlibatan produk yang tinggi dan pengaruh sosial berhubungan

dalam dua cara. Pertama, keterlibatan meningkat bila pilihan yang dibuatnya

(48)

pentingnya, keterlibatan yang tinggi kerap mencetuskan pencarian informasi dari

orang yang dapat dipercaya. Oleh karana itu, pengaruh pribadi merupakan sebab

sekaligus hasil dari keterlibatan yang tinggi dan jarang menjadi sangat penting

bila keterlibatannya rendah.

Keluarga. Menurut Engel et al. (1994), keluarga adalah kelompok yang

terdiri dari dua orang atau lebih orang yang berhubungan melalui darah,

perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga inti (nuclear family)

adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal

bersama. Keluarga besar (extended family) mencakup keluarga inti ditambah

kerabat lain seperti kakek-nenek, paman-bibi, dan sepupu. Rumahtangga

(household) berbeda dengan keluarga dalam hal rumah tangga mendeskripsikan

semua orang, baik yang berkerabat maupun yang tidak, yang menempati satu unit

perumahan.

Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan

konsumsi penting karena dua alasan (Engel et al. 1994). Pertama, banyak produk

dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga. Kedua, bahkan

ketika keputusan dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu yang

bersangkutan mungkin dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya.

Situasi. Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul

dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari

karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Belk dalam Engel et al. (1994)

mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didefinisikan sepanjang garis lima

karakteristik umum, yaitu lingkungan fisik (sifat nyata yang merupakan situasi

(49)

bersangkutan); waktu (sifat sementara dari situasi); tugas (tujuan atau sasaran

tertentu yang dimiliki konsumen dalam situasi) dan keadaan antiseden (suasana

hati sementara).

2.2.4.2. Perbedaan Individu

Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan

mempengaruhi perilaku. Menurut Engel et al. (1994) lima determinan penting

yang dapat membedakan konsumen adalah sumberdaya konsumen, motivasi dan

keterlibatan, pengetahuan, sikap, serta kepribadian, gaya hidup dan demografi.

Sumberdaya Konsumen. Setiap orang membawa tiga sumberdaya ke

dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yaitu waktu, uang dan perhatian

(penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan). Umumnya terdapat

keterbatasan yang jelas pada ketersediaan masing-masing, sehingga memerlukan

semacam alokasi yang cermat.

Motivasi dan Keterlibatan. Menurut Engel et al. (1994), perilaku yang

termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan

atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan

aktual dengan keadaan yang diinginkan atau disukai. Karena ketidakcocokan ini

meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang diacu

sebagai dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, semakin besar urgensi

respons yang dirasakan.

Antil dalam Engel et al. (1994) mendefinisikan keterlibatan sebagai

tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan atau minat yang dibangkitkan oleh

(50)

yang kuat di dalam bentuk relevansi pribadi yang dirasakan dari suatu produk atau

jasa di dalam konteks tertentu.

Pengetahuan. Menurut Engel et al. (1994), dalam bidang pemasaran,

tipologi pengetahuan seringkali dibedakan dalam tiga bidang umum : pengetahuan

produk (product knowledge), pengetahuan pembelian (purchasing knowledge),

dan pengetahuan pemakaian (usage knowledge).

Pengetahuan produk mencakup kesadaran akan kategori dan merek produk

dalam kategori produk, terminologi produk, atribut atau ciri produk, serta

kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai merek spesifik.

Pengetahuan pembelian meliputi bermacam potongan informasi yang dimiliki

konsumen yang berhubungan erat dengan pemerolehan produk. Dimensi dasar

dari pengetahuan pembelian melibatkan informasi berkenaan dengan keputusan

tentang di mana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian harus terjadi.

Pengetahuan pemakaian meliputi informasi yang tersedia dalam ingatan mengenai

bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan agar

benar-benar menggunakan produk tersebut.

Pengetahuan dapat diukur secara objektif dan subjektif. Pengukuran

pengetahuan objektif (objective knowledge) adalah pengukuran yang menyadap

apa yang benar-benar disimpan konsumen dalam ingatan, sedangkan pengetahuan

subjektif (subjective knowledge) adalah pengukuran yang menyadap persepsi

konsumen mengenai banyaknya pengetahuan mereka sendiri.

Sikap. Engel et al. (1994) mendefinisikan sikap (attitude) sebagai suatu

evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespons dengan cara

(51)

alternatif yang diberikan. Sikap yang dipegang oleh konsumen terhadap berbagai

atribut produk memainkan peranan penting dalam menentukan sikap terhadap

produk. Sikap bervariasi dalam intensitas (kekuatan) dan dukungan

(favourability). Menurut Fazio dan Zanna dalam Engel et al. (1994), sifat yang

penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. Sifat ini

penting karena tingkat kepercayaan dapat mempengaruhi kekuatan hubungan di

antara sikap dan perilaku. Sifat penting lainnya adalah bahwa sikap lebih bersifat

dinamis ketimbang statis, banyak sikap akan berubah bersama waktu.

Sikap kerap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan objek

sikap, namun dapat pula terbentuk bahkan tanpa adanya pengalaman aktual

dengan suatu objek. Karakteristik penting dari sikap yang didasarkan pada

pengalaman langsung adalah sikap biasanya dianut dengan kepercayaan yang

lebih besar (Fazio dan Zanna dalam Engel et al. 1994).

Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi. Dalam perilaku konsumen,

kepribadian didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus

lingkungan (H.H. Kasarjian dalam Engel et al. 1994). Menurut Pierre Martineau

dalam Engel et al. (1994), produk juga mempunyai kepribadian dalam bentuk

citra merek, oleh karena itu, strategi pemasaran harus berfokus pada pencocokan

kepribadian konsumen dengan kepribadian produk.

Gaya hidup berada di luar kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai

pola di mana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah

fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi,

dan variabel lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai

(52)

menentukan gaya hidup dan segmentasi konsumen. Faktor demografik antara lain

mencakup ukuran, pertumbuhan, kepadatan, dan distribusi; digunakan di dalam

penelitian konsumen untuk menjabarkan pangsa konsumen berkenaan dengan

usia, pendapatan, dan pendidikan.

2.2.4.3. Proses Psikologis

Menurut Engel et al. (1994), proses psikologis membentuk aspek motivasi

dan perilaku konsumen. Tiga proses sentral dalam pembentukan motivasi dan

perilaku tersebut adalah pemrosesan informasi, pembelajaran, serta perubahan

sikap dan perilaku.

Pemrosesan Informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada proses yang

dengannya suatu stimulus dapat diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan,

dan belakangan diambil kembali. McGuire dalam Engel et al. (1994) merinci

pemrosesan informasi menjadi lima tahap dasar, yaitu pemaparan, perhatian,

pemahaman, penerimaan, dan retensi.

Pembelajaran. Engel et al. (1994) memandang pembelajaran sebagai

suatu proses di mana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan,

sikap, atau perilaku. Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran. Pertama,

pembelajaran kognitif (cognitive learning). Dalam perspektif ini, pembelajaran

dicerminkan melalui perubahan pengetahuan, dan fokusnya adalah pada

pengertian akan proses mental yang menentukan bagaimana orang mempelajari

informasi. Perspektif yang kedua adalah pendekatan behaviourisme (behaviourist

approach). Pendekatan ini semata-mata berkenaan dengan perilaku yang dapat

(53)

Perubahan Sikap dan Perilaku. Sikap dan perilaku konsumen dapat

dipengaruhi secara persuasif melalui komunikasi. Selain itu, terdapat berbagai

teknik yang biasa digunakan pemasar untuk memodifikasi perilaku manusia.

2.2.5. Atribut Produk

Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut dan setiap

produk baik barang atau jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan

atribut-atributnya. Simamora (2003) menyatakan bahwa pengambilan keputusan

berdasarkan atribut memerlukan pengetahuan tentang apa saja atribut suatu

produk dan bagaimana kualitas atribut tersebut. Asumsinya, keputusan diambil

secara rasional dengan mengevaluasi atribut-atribut yang dipertimbangkan.

Limbong dan Sitorus (1987) mendefinisikan barang dalam arti sempit

yaitu sebagai kumpulan atribut dan sifat kimia yang secara fisik dapat diraba

dalam bentuk yang nyata. Sedangkan definisi barang dalam bidang tataniaga

adalah suatu sifat yang komplek baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba

(termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan atau lembaga tataniaga,

pelayanan perusahaan), yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan

atau kebutuhannya.

Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen.

Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk

terdiri dari tiga tipe yaitu :

(1)Features (ciri-ciri atau rupa), dapat berupa ukuran, karakteristik estetis,

komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, servis

(54)

(2)Functions (fungsi), lebih sering diperlakukan sebagai ciri-ciri atau manfaat.

(3)Benefit (manfaat), dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan

dengan panca indera, manfaat non material seperti kesehatan dan

penghematan misalnya waktu, dsb.

Karena keharusan untuk mengerti kriteria evaluasi yang digunakan oleh

konsumen, Engel et al. (1995) menyatakan bahwa ada dua sasaran pengukuran

yang penting, yaitu :

(1)Mengidentifikasi kriteria evaluasi.

Pendekatan paling jelas dan populer untuk mengidentifikasi kriteria yang

mencolok adalah dengan menyatakan langsung pertimbangan apa atau atribut

produk apa yang digunakan selama pengambilan keputusan. Asumsi yang

digunakan bahwa individu bersangkutan sadar akan kriteria yang mencolok

dan akan menyebutkannya sewaktu ditanya. Atribut yang paling sering

disebut atau menduduki peringkat tertinggi dipertimbangkan sebagai yang

paling penting.

(2)Mengukur saliensi.

Konsep saliensi biasanya dioperasionalkan dalam penelitian pemasaran

sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari

pelbagai kriteria evaluasi. Semakin penting, maka semakin besar angka yang

harus diberikan.

2.2.6. Produk Baru

Kotler (1997) mengidentifikasikan enam kategori produk baru dalam hal

(55)

(1)Lini produk baru bagi dunia, yaitu produk baru yang menciptakan pasar yang

sama sekali baru.

(2)Lini produk baru, yaitu produk baru yang memungkinka

Gambar

Gambar 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor       yang Mempengaruhinya       Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
Gambar 2. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1995)
Gambar 3. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian Sumber : Engel, Blackwell dan Miniard (1995)
Gambar 4. Proses Pencarian Internal
+7

Referensi

Dokumen terkait

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014.. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri di Desa

Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian (Studi Kasus: Dapur Geulis). Dibimbing oleh MA’MUN SARMA. Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung

Penelitian ini ditujukan untuk: (1) Mengetahui proses pengambilan keputusan pembelian ikan segar oleh konsumen di Yogya Departemen Store, Tanah Sareal Kota Bogor , dan (2)

Sop Ayam Pak Min Klaten Cabang Bogor mengenai keputusan pembelian dan kepuasan konsumen terhadap produk dan pelayanan rumah makan, yang mana nantinya diharapkan

Studi model permintaan energi biomassa rumah tangga pedesaan di Kabupaten Bogor Jawa.. Barat (Studi kasus 4 desa di wilayah Kecamatan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Melakukan Pembelian Impulsif Pada Ritel

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: “ ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN DAGING SAPI DI PASAR TRADISIONAL DAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN (KASUS: KECAMATAN CARIU, KABUPATEN BOGOR)