• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Bahan Cetak Alginat Setelah Direndam Dalam Larutan Ekstrak Buah Mengkudu 10% (Morinda citrifollia L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Bahan Cetak Alginat Setelah Direndam Dalam Larutan Ekstrak Buah Mengkudu 10% (Morinda citrifollia L.)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN BAHAN

CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM

LARUTAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU 10%

(

Morinda citrifolia L

.)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

DEDI SULAIMAN

NIM: 100600015

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2014

Dedi Sulaiman

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Bahan Cetak Alginat Setelah Direndam Dalam Larutan Ekstrak Buah Mengkudu 10% (Morinda citrifollia L.)

xi + 47 halaman

Imbibisi merupakan salah satu sifat dari alginat yang mempunyai pengaruh terhadap keakurasian hasil cetakan. Namun American Dental Association tetap menganjurkan untuk mendesinfeksi hasil cetakan. Buah mengkudu dapat digunakan sebagai bahan penghambat pertumbuhan bakteri. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan dimensi hasil cetakan alginat pada tinggi dan diameter alas die stone setelah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 10, 15, 20 dan 25 menit. Sampel berupa die stone dari hasil isian cetakan alginat pada master die

(3)

Data dianalisa dengan Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian tinggi die stone adalah 0.002%, 0.00462%, 0.01265% dan 0.017% dan pada alas adalah 0.00235%, 0.004562%, 0.012875% dan 0.017%. Hasil analisa data antara tinggi dan diameter alas die stone tidak terlihat perbedaan signifikan dengan p=0.831 (p≥0.05), p=0.916 (p≥0.05), p=0.597 (p≥0.05) dan p=0.752 (p≥0.05) untuk kelompok perendaman 10, 15, 20 dan 25 menit. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perubahan dimensi yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman pada tinggi dan diameter alas die stone serta tidak ada perbedaan perubahan dimensi yang signifikan antara tinggi dan diameter alas die stone pada masing-masing kelompok perendaman.

(4)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN BAHAN

CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM

LARUTAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU 10%

(

Morinda citrifolia L

.)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

DEDI SULAIMAN

NIM: 100600015

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 02 Juli 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Astrid Yudhit, drg., M.Si

NIP. 1978113 0200501 2 001 ...

2. Sumadhi S, drg., Ph.D

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 02 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Rusfian, drg., M.Kes

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai ungkapan puji syukur atas karunia Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta rezeki-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi saya ini adalah “Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Bahan Cetak Alginat Setelah Direndam Dalam Larutan Ekstrak Buah Mengkudu 10% (Morinda citrifolia L)’’.

Ribuan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu atas keluangan waktu dan tenaganya yakni berupa bimbingan maupun pengarahan serta motivasi yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu saya sangat berterima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Astrid Yudhit, drg., M.Si dan Sumadhi, drg., Ph.D sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan arahan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort selaku dosen wali yang selalu membimbing penulis selama penulis kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

(8)

6. Pak. Awaluddin, selaku kepala Laboratorium Obat Tradisonal Fakultas Farmasi USU yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses pembuatan ekstrak buah mengkudu.

7. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam pengolahan dan analisa data pada penelitian ini.

8. Kepada keluarga tercinta Ayah saya Syahrul Anwar Dalimunthe dan Ibu saya Rahimah serta abang-abang dan kakak saya Abdul Rasyid, Rabiatul Adawiyah, dan Mhd. Faisal Rahman yang telah banyak memberikan semangat, doa dan materil kepada saya.

9. Untuk para sahabat Zulmi, Mila, Elsa, Fandra, Mhala, Rizka, Malfi, Ridho, Jhosua, Ilwandy, Una, Inchan, Arif, Taslim, Devky, Aiga dan seluruh teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi.

Medan, Juli 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Hipotesa Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Bahan Cetak ... 6

2.1.1 Pengertian Bahan Cetak ... 6

2.1.2 Klasifikasi Bahan Cetak ... 7

2.1.2.1 Bahan Cetak Non-elastis (kaku) ... 7

2.1.2.2 Bahan Cetak Elastis ... 8

2.2 Alginat (Irreversible hydrocolloids) ... 10

2.3 Stabilitas Dimensi Pada Bahan Cetak Alginat ... 12

2.4 Desinfeksi hasil Cetakan ... 13

2.5 Herbal Sebagai Antibakteri ... 14

2.6 Buah Mengkudu Sebagai Antibakteri ... 15

2.7 Kerangka Teori ... 17

(10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Desain Penelitian ... 19

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

3.3.1 Waktu Penelitian ... 19

3.3.2 Tempat Penelitian ... 19

3.4 Sampel dan Besar Sampel ... 19

3.4.1 Sampel ... 19

3.4.2 Besar Sampel ... 19

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 20

3.5.1 Kriteria Pada Hasil Cetakan ... 20

3.5.1.1 Kriteria Inklusi Pada Hasil Cetakan ... 20

3.5.1.2 Kriteria Eksklusi Pada Hasil Cetakan ... 20

3.5.2 Kriteria Pada Die Stone ... 21

3.5.2.1 Kriteria Inklusi Pada Die Stone ... 21

3.5.2.2 Kriteria Eksklusi Pada Die Stone ... 21

3.6 Variabel Penelitian ... 21

3.6.1 Variabel Bebas ... 21

3.6.2 Variabel Tergantung ... 21

3.6.3 Variabel Terkendali ... 21

3.6.4 Variabel Tidak Terkendali ... 22

3.7 Definisi Operasional ... 22

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ... 22

3.8.1 Alat Penelitian ... 22

3.8.2 Bahan Penelitian ... 26

3.9 Prosedur Penelitian ... 27

3.9.1 Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu ... 27

3.9.2 Pembuatan Larutan Ekstrak Buah Mengkudu Konsentrasi 10% .. 31

3.9.3 Pembuatan Hasil Cetakan Alginat dan Perlakuan ... 31

3.9.4 Pengisian Hasil Cetakan Alginat ... 34

3.9.5 Pengukuran Sampel ... 36

3.9.6 Analisa Data ... 36

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN ... 37

4.1 Hasil Penelitian ... 37

4.2 Analisa Hasil Penelitian ... 40

BAB 5 PEMBAHASAN... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1 Kesimpulan ... 44

(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komponen bahan cetak alginat ... 10 Tabel 2. Hasil Pengukuran Tinggi Die Stone Pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perendaman 10, 15, 20, dan 25 menit. ... 37 Tabel 3. Hasil Pengukuran Diameter Alas Die Stone Pada Kelompok

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Buah mengkudu ... 15

Gambar 2. Master die ... 23

Gambar 3. Ring tube ... 23

Gambar 4. Timbangan gigital ... 23

Gambar 5. Spuit 10 ml ... 23

Gambar 6. Alat bantu pencetakan ... 24

Gambar 7. Wadah plastik ... 24

Gambar 8. Stopwatch ... 24

Gambar 9. Kaliper digital ... 25

Gambar 10. Lemari pengering ... 25

Gambar 11. Perkolator ... 25

Gambar 12. Electronic balance dan vacum rotary evaporator ... 26

Gambar 13. Bahan cetak Alginat ... 26

Gambar 14. Dental stone ... 26

Gambar 15. Buah mengkudu... 27

Gambar 16. Aquades ... 27

Gambar 17. Proses pengeringan buah mengkudu ... 28

Gambar 18. Simplisia (serbuk) buah mengkudu ... 28

Gambar 19. Proses maserasi ... 29

Gambar 20. Proses penyarian ... 29

Gambar 21. Proses penguapan hasil dari penyarian... 30

Gambar 22. Proses pengentalan ekstrak buah mengkudu dan pengentalan ekstrak buah mengkudu ... 30

Gambar 23. Pencetakan alginat dengan alat bantu pencetakan ... 32

(14)
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur pembuatan ekstrak buah mengkudu Lampiran 2. Alur penelitian

Lampiran 3. Uji normalitas Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data tinggi die stone

Lampiran 4. Uji normalitas Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data diameter alas die stone

Lampiran 5. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk melihat nilai tinggi die stone

Lampiran 6. Hasil uji Kruskal-Wallis untuk melihat nilai diameter alas die stone Lampiran 7. Hasil uji Mann-Whitney untuk melihat persentase perbedaan tinggi die

stone antar kelompok

Lampiran 8. Hasil uji Mann-Whitney untuk melihat persentase perbedaan diameter alas die stone antar kelompok

Lampiran 9.Hasil uji Mann-Whitney melihat persentase perbedaan perubahan dimensi antara tinggi dan diameter alas die stone pada perendaman 10, 15, 20 dan 25 menit.

Lampiran 10. Surat penelitian

(16)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2014

Dedi Sulaiman

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Bahan Cetak Alginat Setelah Direndam Dalam Larutan Ekstrak Buah Mengkudu 10% (Morinda citrifollia L.)

xi + 47 halaman

Imbibisi merupakan salah satu sifat dari alginat yang mempunyai pengaruh terhadap keakurasian hasil cetakan. Namun American Dental Association tetap menganjurkan untuk mendesinfeksi hasil cetakan. Buah mengkudu dapat digunakan sebagai bahan penghambat pertumbuhan bakteri. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan dimensi hasil cetakan alginat pada tinggi dan diameter alas die stone setelah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 10, 15, 20 dan 25 menit. Sampel berupa die stone dari hasil isian cetakan alginat pada master die

(17)

Data dianalisa dengan Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian tinggi die stone adalah 0.002%, 0.00462%, 0.01265% dan 0.017% dan pada alas adalah 0.00235%, 0.004562%, 0.012875% dan 0.017%. Hasil analisa data antara tinggi dan diameter alas die stone tidak terlihat perbedaan signifikan dengan p=0.831 (p≥0.05), p=0.916 (p≥0.05), p=0.597 (p≥0.05) dan p=0.752 (p≥0.05) untuk kelompok perendaman 10, 15, 20 dan 25 menit. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perubahan dimensi yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman pada tinggi dan diameter alas die stone serta tidak ada perbedaan perubahan dimensi yang signifikan antara tinggi dan diameter alas die stone pada masing-masing kelompok perendaman.

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan cetak digunakan untuk membuat replika dari suatu rongga mulut. Semua bahan cetak harus bersifat plastis atau mempunyai daya alir sehingga pencetakan dapat dilakukan.1,2 Menurut Scheller-Sheridan C (2010), alginat adalah salah satu bahan cetak yang paling sering digunakan di kedokteran gigi. Hal tersebut dikarenakan alginat memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah dicampur dan dimanipulasi, harga relatif murah, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan minimum, nyaman bagi pasien, cukup akurat, memiliki elastisitas yang cukup tinggi dan tidak mengiritasi jaringan mulut. Akan tetapi alginat juga memiliki kerugian yaitu mudah terjadi perubahan stabilitas dimensi, oleh karena adanya sifat imbibisi dan sineresis yang akan berpengaruh terhadap keakuratan pada hasil cetakan alginat.2,3

Pada dasarnya bahan cetak alginat digunakan dalam pembuatan model untuk gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan penuh, model studi ortodonti.4 Melalui cetakan atau model inilah infeksi silang dapat muncul yaitu dari pasien ke dokter gigi, perawat dan teknisi laboratorium. Mikroorganisme yang terdapat di rongga mulut dapat berpindah ke dokter gigi, personil laboratorium dan pasien lainnya.5

Hasil cetakan memerlukan keakurasian untuk mendapatkan kesesuaian (fit) restorasi maupun pesawat ortodonti agar didapatkan dudukan yang baik pada pemasangan restorasi dan pesawat ortodonti. Sampai sekarang ini belum ada laporan yang menyatakan dapat membuat hasil cetakan yang betul-betul sesuai dengan gigi dan rongga mulut sebagai objek cetak. Beberapa peneliti mengatakan bahwa dengan mempergunakan bahan cetak polyvinylsiloxane, irreversible dan reversible hydrocolloid

seluruhnya menunjukkan adanya perubahan dimensi hasil cetakan.5

(19)

meningkatnya kesadaran adanya potensi jalur infeksi silang ketika mempergunakan bahan cetak. Infeksi silang ini dapat muncul dari pasien ke dokter gigi, perawat, dan teknisi laboratorium. 5,6

The American Dental Association (ADA) menganjurkan bahan cetak harus dicuci terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat pada bahan cetak kemudian direndam dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri sebelum dikirim ke laboratorium.6

Hal ini menghadapkan dokter gigi pada suatu masalah yang serius dimana untuk mendapatkan cetakan yang akurat menjadi prosedur yang sulit. Seluruh perhatian dan prosedur yang diperlukan dalam pengambilan cetakan untuk mendapatkan cetakan dengan kualitas yang baik dapat hancur total bila terjadi distorsi hasil cetakan selama dilakukan prosedur desinfeksi. Hal ini tergantung penuh pada dokter gigi untuk memilih bahan desinfektan dan prosedur desinfeksi yang sesuai dengan bahan cetak yang dipergunakan. Penyemprotan dan perendaman cetakan merupakan teknik desinfeksi yang biasa dilakukan pada cetakan. Walaupun demikian penyemprotan dan perendaman ini dilaporkan dapat juga menyebabkan terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan.5,6

Proses desinfeksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara merendam bahan cetak kedalam larutan desinfektan atau dapat juga dengan cara disemprotkan. Lamanya perendaman dengan cairan desinfektan dapat dilakukan dengan kurun waktu sampai 30 menit, akan tetapi durasi dan mode pengaplikasian bahan desinfektan bergantung pada potensi bahan cetak dalam mengabsorbsi air dan waktu yang sudah berlalu sejak cetakan diambil. Bahan desinfektan yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi yaitu sodium hypochlorite, iodophor 1%, glutaraldehyde 2% dan

phenylphenol oleh karena bahan ini mampu aktif terhadap bakteri, virus, jamur, parasit dan beberapa jenis spora.5-7

(20)

perendaman selama 20 menit dalam 2% glutaraldehyde dengan pengenceran 1:4; (4) perendaman selama 20 menit dalam larutan phenylphenol dengan pengenceran 1:32.7

Pada bahan cetak alginat tampak perubahan dimensi yang signifikan bila direndam dalam glutaraldehyde, formaldehyde atau sodium hypochlorite lebih dari 15 menit dan juga dengan penyemprotan dan dibiarkan kontak dengan derifat phenol selama 30 menit. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap keakurasian pada cetakan model.7

Sodium hypochlorite, iodophor 1%, glutaraldehyde 2% dan phenylphenol

sebagai bahan desinfektan yang dapat digunakan oleh karena zat antimikroba yang dikandungnya. Selain dari bahan kimia, zat antimikroba juga terdapat pada tanaman herbal yang juga dapat digunakan sebagai bahan desinfektan. Hal ini dibuktikan dari penelitian Batubara IH (2013), menyatakan bahwa adanya perubahan dimensi dari hasil cetakan bahan cetak alginat setelah direndam ke dalam air rebusan daun jambu biji 25% selama 20 dan 30 menit.8 Jenis penelitian yang sama juga dilakukan oleh Margareth R (2013), yang menyatakan bahwa tampak perubahan yang signifikan pada hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25% pada perendaman 15 menit.9

Novitasari RDA, dkk (2013), menyatakan bahwa terdapat perbedaan perubahan dimensi antara direndam dengan disemprot, desinfektan infusa daun sirih 25% dengan teknik disemprot menghasilkan perubahan dimensi cetakan alginat yang lebih kecil dibandingkan dengan teknik direndam.10

Pada penelitian Siwsomiharjo W (1994), menyatakan bahwa adanya perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan desinfektan air sirih 25% pada perendaman 10 menit.11

(21)

mekudu (Lampung). Di pulau Jawa mengkudu disebut dengan pace (Jawa Tengah), cangkudu (Sunda), dan kudu (Madura). Sedangkan di Pulau Bali mengkudu disebut wungkudu, sedangkan di Nusa Tenggara disebut aikombo (Sumba), manakudu (Roti), dan bakulu (Timor). Di Kalimantan suku Dayak Ngaju menyebutnya mangkudu.Pada buah mengkudu terdapat genus morinda yang meliputi sekitar 50 hingga 80 spesies.12

Buah mengkudu menunjukkan efek antibakteri terhadap bakteri Bacillus subtilis,

Escherichia coli, Proteus morganii, Pseudomonas aeruginosa, Salmonell montevideo,

Salmonella schotmuelleri, Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, Shigella flexnerii,

Shigella paradysenteriae BH dan III-Z, Staphylococcus aureus, dan Vibrio Sp.12 Puspitasari , dkk (2009) , hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar Hambat Minimum (KHM) perasan buah mengkudu matang terhadap bakteri Methicillin Resistan Staphylococcus aureus (MRSA) terdapat pada konsentrasi 30%, sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM) terjadi pada konsentrasi 35%.13 Kemudian pada hasil penelitian Setyohadi R, dkk (2009), mengatakan bahwa Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak buah mengkudu terhadap bakteri Streptococcus mutans adalah pada konsentrasi 5%.14

Sejauh ini belum ada penelitian yang meneliti tentang perubahan dimensi hasil cetakan bahan cetak alginat setelah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu sebagai bahan desinfektan. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti stabilitas dimensi hasil cetakan bahan cetak alginat setelah dilakukan perendaman dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10%.

1.2 Perumusan Masalah

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan dimensi hasil cetakan alginat pada tinggi dan diameter alas die stone setelah perendaman dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 10, 15, 20 dan 25 menit.

1.4 Hipotesa Penelitian

Adapun hipotesa dari penelitian ini adalah tidak ada perubahan dimensi hasil cetakan alginat pada tinggi dan diameter alas die stone setelah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 10, 15, 20 dan 25 menit.

1.5 Manfaat Penelitian

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak

2.1.1 Pengertian Bahan Cetak

Bahan cetak merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menghasilkan suatu bentuk cetakan dari hubungan gigi dan jaringan rongga mulut (jaringan keras dan jaringan lunak). Bahan cetak akan menghasilkan cetakan negatif dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut yang kemudian akan diisi dengan dental stone atau dengan bahan yang lainnya untuk mendapatkan model. Hal ini bertujuan untuk pembuatan mahkota, gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian dan pesawat ortodonti.1

Menurut Powers JM, dkk (2008), bahan cetak yang ideal adah bahan cetak yang memenuhi persyaratan yaitu: (1) mempunyai aroma dan rasa yang menyenangkan serta warna yang baik; (2) tidak mengandung bahan-bahan yang beracun dan mengiritasi; (3) mempunyai shelf life yang adekuat sehingga dapat menjamin bahan tersebut tetap baik selama penyimpanan; (4) hasil yang diperoleh sebanding dengan harganya; (5) mudah digunakan dengan alat-alat yang minimal; (6) karakteristik pengerasan bahan sesuai dengan persyaratan klinik; (7) mempunyai konsistensi dan tekstur yang baik; (8) dapat digunakan pada jaringan rongga mulut yang lembab; (9) mempunyai sifat elastis dan mampu mencegah perubahan setelah dilepaskan dari mulut; (10) cukup kuat sehingga tidak mudah robek saat dilepaskan dari mulut; (11) tetap stabil dimensinya pada temperatur dan kelembaban dalam kisaran normal; (12) kompatible dengan bahan pengecoran; (13) memberikan hasil yang akurat pada penggunaan klinis; (14) hasil cetakan dapat didesinfeksi tanpa kehilangan akurasi dan (15) tidak melepaskan gas sewaktu reaksi pengerasan. 7

(24)

2.1.2 Klasifikasi Bahan Cetak

Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu non-elastis dan elastis.1,2

2.1.2.1 Bahan Cetak Non-elastis (kaku)

1. Impression Plaster

Impression plaster atau yang lebih dikenal dengan gips cetak merupakan bahan cetak yang berbahan dasar dari gipsum. Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4. 2H2O) murni. Sekarang bahan cetak gips jarang

digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia, karena gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah. Dalam kedokteran gigi bahan ini digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi sebagai pembuatan protesa gigi. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.1,2

2. Impression Compound

Impression compound adalah bahan cetak yang terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan pengisi dan bahan pewarna. Ada dua bentuk dasar bahan cetak

(25)

3. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)

Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk pasta. Bahan ini dikemas dalam 2 bentuk pasta yang berbeda pada masing-masing tube yaitu base

(basis) dan aselerator. Pada base mengandung zinc oxide dan minyak mineral sedangkan pada tube aselerator mengandung eugenol dan rosin. Manipulasi dilakukan dengan mengaduk kedua pasta tersebut dengan proporsi yang sama pada masing-masing tube. Bahan cetak zinc oxide eugenol terutama digunakan sebagai bahan cetak untuk gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. Bahan ini memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada bagian yang akurat dari hasil cetakan jaringan lunak oleh karena sifat daya alirnya yang rendah. Kestabilan bahan cetak ini sangat baik karena sifat pengerutan yang dapat diabaikan (<0,1%) mungkin terjadi selama reaksi pengerasan.1,2,4

4. Impression Wax (malam)

Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang memerlukan tekanan (mucocompressive) dalam pembuatan gigitiruan. Bahan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan cetakan yang disebabkan karena ukuran sendok cetak yang terlalu kecil sehingga wax dapat ditambahkan pada bagian ujung sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.1

2.1.2.2 Bahan Cetak Elastis 1. Reversible Hydrocolloids (agar)

Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar. Agar adalah koloid hidrofilik organik (polisakarida) yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Kandungan utama berdasarkan berat adalah air (>80%). Proses manipulasi terdiri atas tiga tahap yaitu persiapan bahan, conditioning atau pendinginan, dan membuat cetakan.

(26)

yang dalam, dan juga dapat digunakan untuk mencetak bagian gigi dan mulut berdasarkan kuadran tanpa undercut yang dalam. Reversible Hydrocolloid juga sering digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan model pada pembuatan gigi tiruan sebagaian cekat oleh karena bahan ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.1,2

2. Irreversible Hydrocolloids (alginat)

Alginat adalah bahan cetak yang berasal dari ekstrak rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae). Substansi alami ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu bentuk polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan atau yang disebut juga dengan asam alginik. Manipulasi bahan ini sangat mudah dan tanpa menggunakan alat khusus yaitu dengan cara mengaduk bahan cetak alginat dengan p/w ratio sesuai dengan petunjuk pabrik. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi klinis. Bahan ini biasa dipakai sebagai cetakan pendahuluan untuk membuat studi model (model diagnostik) pada perawatan konservasi, prostodonti dan orthodonti.1-4

3. Elastomer

Elastomer adalah bahan cetak yang fleksibel dan menyerupai karet setelah proses setting time (pengerasan) berlangsung. Kebanyakan bahan cetak ini adalah sistem dua komponen yang dikemas dalam bentuk pasta. Kedua pasta yang yang berbeda warna dikeluarkan dalam panjang yang sama pada kertas pengaduk dan diaduk sampai terbentuk warna homogen. Bahan ini tidak digunakan sebagai pembuatan cetakan model studi, akan tetapi memiliki tingkat keakuaratan yang sangat tinggi. Bahan cetak elastomer yang pertama kali yaitu polysulfides, kemudian diikuti dengan silikon kondensasi, polyether dan silikon addisi.1,2

2.2 Alginat (Irreversible Hydrocolloid)

(27)

klinik dokter gigi. Selain itu bahan ini juga memiliki keuntungan dengan harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan cetak yang lainnya dan mempunyai rasa yang menyenangkan bagi pasien.1,2

Penggunaan bahan cetak ini beragam, mulai dari untuk membuat cetakan pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan dengan cantolan, cetakan pendahuluan untuk gigitiruan penuh, dan studi model pada perawatan orthodonti. Akan tetapi bahan ini tidak cukup akurat untuk membuat cetakan gigitiruan sebagaian cekat.2

Adapun komposisi dari bahan cetak alginat yang meliputi komponen bubuk, persentase berat dan fungsi masing-masing ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Komponen bahan cetak alginat.6

  Komponen Persentase berat

(%) Fungsi

Sodium alginate 18 Reaktan Kalsium sulfat

dihidrat 14 Reaktan

Sodium fosfat 2 Reaktan

Potasium sulfat 10 Membuat permukaan model gipsum yang baik

Bahan pengisi (misalnya tanah diatoma)

56 Bahan pengisi untuk mengontrol pengerasan gel

Sodium silikofluorit 4 Sebagai kontrol pH

Proses gelasi bahan ini yaitu bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting. Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan waktu pengerjaan yang adekuat.2

(28)

Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air akan membentuk gel.1-3

H2O

Na alginat + CaSO4 Ca alginat + Na2SO4

(bubuk) (gel)

Metode praktis dalam mengendalikan waktu gelasi yaitu dengan mengamati waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering serta bersarung tangan. Kemungkinan waktu optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperataur ruangan (200 C). Normalnya, pabrik jenis alginat yang mengeras dengan cepat (1-2 menit) dan yang mengeras dengan kecepatan normal (2,5-4 menit).2,4

Kekuatan gel alginat meningkat beberapa menit setelah gelasi awal terjadi. Kebanyakan alginat meningkat elastisitasnya dengan berlalunya waktu, meminimalkan distorsi bahan selama cetakan dibuka, sehingga dapat mencetak sempurna bagian

undercut.6

Alginat memiliki sifat viskoelastisitas yang tergantung pada kecepatan-regangan. Maka ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan tiba-tiba. Oleh karena itu kecepatan mengeluarkan cetakan harus disesuaikan antara gerakan cepat dengan kenyamanan pasien.6

Sebagai keakurasian dari bahan ini yaitu sebagian besar cetakan alginat tidak mampu menghasilkan detail yang halus, lain halnya dengan elastomer. Surfaktan dapat digunakan untuk mendapatkan permukaan yang halus, tetapi dengan ditambahkannya selapis larutan di atas permukaan cetakan akan bisa mengaburkan keakuratannya. Untuk menjamin hasil cetakan dalam pembuatan model studi dapat diperoleh dengan baik, maka cetakan harus dilakukan dengan benar.7

(29)

dikeluarkan dari mulut menyebabkan model cetakan tidak akurat. Seperti diharapkan dari struktur hidrokoloid, sebagian besar volume gel ditempati oleh air. Bila kandungan air dalam gel dikurangi, gel akan mengerut yang disebut dengan sineresis, dan bila gel menyerap air gel akan mengembang atau yang lebih dikenal dengan imbibisi.1,2

Proses sineresis ini adalah salah satu sifat khas dari gel. Eksudat yang muncul selama dan setelah sineresis bukanlah air murni. Tetapi dapat berupa asam atau basa tergantung dari komposisi gel. Pada keadaan apapun dan kapanpun air atau cairan dikeluarkan dari jalinan gel oleh penguapan atau sineresis, gel akan mengkerut.15

Sementara itu temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara merupakan faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin dan kering.15,16

2.3 Stabilitas Dimensi Pada Bahan Cetak Alginat

Seperti hidrokoloid lainnya, alginat mengandung air sekitar > 80% dan rentan terhadap distorsi yang disebabkan oleh pengembangan yang terkait dengan imbibisi (penyerapan air) atau pengkeruran yang terkait dengan sineresis (penguapan air).1

Menurut Anusavice KJ (2004), stabilitas dimensi bahan cetak alginat dipengaruhi oleh peristiwa sineresis dan imbibisi. Sineresis adalah suatu keadaan dimana bahan cetak alginat, saat berbentuk gel akan mengalami kehilangan air karena proses penguapan dari permukaan bahan cetak alginat atau keluarnya air dari bahan cetak alginat. Selain itu adanya eksudat atau benda-benda asing pada permukaan gel juga akan mempengaruhi sebelum proses sineresis atau setelah proses sineresis. Bila proses sineresis dan imbisisi terjadi, maka mengakibatkan perubahan stabilitas dimensi dari bahan cetak alginat.1

(30)

perubahan dimensi atau stabilitas dimensi adalah proses pengerutan atau shrinkage yang dapat menyebabkan hilangnya komponen air.4 Bahan cetak alginat dapat mengembang jika terjadi penyerapan air dan bahan cetak alginat dapat berubah jika bahan cetak alginat mengeras. Faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas dimensi bahan cetak alginat adalah distortion atau creep yang akan terjadi jika bahan cetak alginat tidak mengalami recovery elastic atau perubahan elastisitas saat bahan cetak alginat mengeras dan undercut dihilangkan.4,6,7

Beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan stabilitas dimensi dari bahan cetak alginat seperti adanya tekanan di daerah terlokalisir. Salah satu penyebab dihasilkannya tekanan tersebut adalah adanya tekanan pada sendok cetak selama pada periode gelasi. Dibebaskannya tekanan internal menyebabkan terjadinya sineresis dan perubahan dimensi.1-4,7

Perubahan panas juga menyebabkan perubahan dimensi. Untuk alginat, cetakan mengerut sedikit karena perbedaan panas antara temperatur rongga mulut (350 C) dan temperatur ruangan (230 C). Bahkan perubahan yang kecil ini dapat menyebabkan cetakan mengalami perubahan dimensi dan distorsi.7

2.4 Desinfeksi Hasil Cetakan

Kebutuhan akan disinfeksi hasil cetakan telah berkembang luas. Operator secara terus-menerus terkena mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti pilek, pneumonia, tuberkulosis, herpes dan hepatitis. Terutama sejak munculnya AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom), kesadaran akan adanya jalur infeksi silang ini dapat muncul dari pasien ke dokter gigi, perawat dan teknisi laboratorium. Mikroorganisme yang terdapat di rongga mulut dapat berpindah ke dokter, personil laboratorium dan pasien lainnya melalui cetakan atau model.1,5

(31)

baik dapat hancur total bila terjadi distorsi hasil cetakan selama dilakukan prosedur desinfeksi. Hal ini tergantung pada dokter gigi untuk memilih bahan cetak yang paling sesuai dan prosedur desinfeksi yang berhubungan dengan bahan yang diinginkan.5

Bahan desinfektan yang paling sering digunakan dikedokteran gigi dan yang beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu sodium hipoklorida, iodophor,

phenylphenol, dan glutaraldehyde. Untuk desinfeksi bahan cetak alginat, O’Brien J (2002),menyarankan untuk melakukan perendaman di dalam larutan sodium hipoklorit

atau iodophor.2 Banyak laporan mengatakan bahwa penyimpanan cetakan alginat dalam kantung tertutup selama dua jam setelah dilakukan semprotan desinfektan larutan 1%

sodium hipoklorit atau larutan 2% glutaraldehyde tidak menyebabkan perubahan keakurasian cetakan.5

2.5 Herbal Sebagai Antibakteri

Tanaman herbal adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebgai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Hal ini dapat diartikan sebagai suatu tanaman yang memiliki zat aktif yang berfungsi mengobati oleh karena penyebabnya seperti bakteri dan mikroorganisme yang lainnya.13

Belakangan ini tanaman herbal sering digunakan karena tanaman herbal memiliki kelebihan yaitu mudah didapat, lebih ekonomis, serta menunjukkan efek samping yang relatif rendah.17 Beberapa tanaman herbal yang bersifat sebagai antibakteri sehingga sering digunakan sebagai pengobatan maupun pencegahan penyakit, salah satunya seperti yang dikatakan oleh Rosidah (2012), daun jambu biji adalah tanaman yang memiliki sifat antibakteri karena zat aktif yang terkandung di dalamnya yaitu tanin. Tanin bersifat antibakteri dengan cara melakukan perusakan terhadap membran sel. Alkaloid, falvonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus .18

(32)

dan etiloksida. Sebagai senyawa fenolik mekanisme kerja kurkumin sebagai antibakteri mirip dengan persenyawaan fenol lainnya yaitu menghambat metabolisme bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma dan mendenasturasi protein sel yang menyebabkan kebocoran nutrien dari sel sehingga sel bakteri mati atau terhambat pertumbuhannya .19

Pada praktik kedokteran gigi bahan herbal juga dapat digunakan sebagai bahan desinfektan untuk mencegah kontaminasi silang antara dokter, perawat dan teknisi laboratorium melalui hasil cetakan dari mulut pasien. Banyak laporan penelitian mengatakan bahwa ekstrak daun sirih dapat digunakan sebgai bahan desinfektan pada hasil cetakan karena bersifat antibakteri dengan konsentrasi 25% baik dengan cara direndam maupun disemprot, Novitasari RDA (2013).10 Air rebusan daun jambu biji dengan konsentrasi 25% juga dapat digunakan sebagai bahan desinfektan pada hasil cetakan karena zat aktif yang dikandungnya Batubara IH (2013) .8

Komponen zat aktif pada tanaman herbal tersebut juga dapat ditemukan pada buah mengkudu seperti tanin, saponin dan flavonoid. Kandungan inilah yang dikenal sebagai zat antibakteri.12

2.6 Buah Mengkudu Sebagai Antibakteri

Terdapat sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam genus Morinda. Kira-kira 60 persen dari 80 spesies Morinda tumbuh di pulau besar maupun kecil, diantaranya Malaysia dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan lautan Pasifik. Hanya sekitar 20 spesies Morinda yang mempunyai nilai ekonomis, antara lain:

Morinda bacteata, Morinda Officinalis, Morinda fructus, Morinda tinctoria dan

(33)
[image:33.595.232.425.122.230.2]

Gambar 1. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L)

Banyak studi mengatakan bahwa buah mengkudu memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, tanin dan triterpen. Zat-zat yang terkandung dalam buah mengkudu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri terhadap E. coli, Staphylococcus aureus

dan Proteus vulgaris.12-14

Tanin yang terkandung pada buah mengkudu memiliki aktivitas antibakteri dengan membentuk kompleks dengan protein polipeptida dinding sel sehingga terjadi gangguan pada bakteri. Aktivitas flavonoid kemungkinan disebabkan oleh kemampuannya untuk mengikat adhesin, membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, dan juga membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri, serta sifat lipofilik flavonoid dapat merusak membran bakteri. Saponin merupakan glikosida hasil metabolit yang tersimpan di dalam sel tumbuhan. Selain itu saponin diduga mampu menghambat sintesis enzim esensial bakteri dan menghancurkan membran sel.12

Puspitasari, dkk (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar Hambat Minimum (KHM) perasan buah mengkudu matang terhadap bakteri Methicillin Resistan Staphylococcus aureus (MRSA) terdapat pada konsentrasi 30%, sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM) terjadi pada konsentrasi 35%.13 Pada penelitian Setyohadi R, dkk (2009) menyatakan bahwa ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) memiliki daya antimikroba terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak buah mengkudu terhadap bakteri Streptococcus mutans

(34)

2.7 Kerangka Teori

Bahan Cetak Kedokteran

Non- Elastis Elastis

Gips Cetak

Impression Compound

Zinc Oxide Eugenol Impression wax

Reversible Hydrocolloid

(Agar) Kimia

Irreversible Hydrocolloid (Alginat)

Elastomer

Sineresis Imbibisi

Desinfeksi Hasil Cetakan

Herbal

Larutan Ekstrak Buah Mengkudu

sodium hypochlorite, iodophor 1%, glutaraldehyde 2%

dan phenylphenol

Jenis Cara

Sifat

Semprot

(35)

2.88 Kerangka Perubah Sw ce ek sel a Konsep han Dimens Algin

welling (men Perendama etakan deng kstrak buah m

lama 10, 15 men Imbibi Bahan

Irre

si Hasil Cet nat

ngembang) ana hasil gan larutan

mengkudu , 20 dan 25 it

isi

n Cetak Ked

(36)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan post test only control group design sebagai rancangan penelitian.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

3.3.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 sampai Juli 2014.

3.3.2 Tempat Penelitian

1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU, Medan. 2. Departemen IMTKG Fakultas Kedokteran Gigi USU, Medan.

3.4 Sampel dan Besar Sampel :

3.4.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah diestone yang merupakan hasil isian dental stone pada hasil cetakan alginat.

3.4.2 Besar Sampel.

(37)

Keterangan :

Berdasarkan rumus frederer ini akan digunakan t = 5 karena akan dilakukan perlakuan yang berbeda pada masing-masing grup yaitu grup tanpa perendaman (kontrol) dan grup perendaman 10, 15, 20 dan 25 menit, maka besar sampel pada masing-masing grup adalah:

(t-1) (r-1) ≥ 15 (5-1) (r-1) ≥ 15 4(r-1) ≥ 15 4r ≥ 19 r ≥ 5

Dari hasil perhitungan sampel untuk masing-masing grup cetakan alginat yaitu 5 buah, maka peneliti mengambil besar sampel 8 buah untuk setiap grup cetakan.

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

3.5.1 Kriteria Pada Hasil Cetakan

3.5.1.1 Kriteria Inklusi Pada Hasil Cetakan 1. Hasil cetakan alginat dengan permukaan halus 2. Cetakan master die terletak ditengah-tengah ring tube

(38)

3.5.1.2 Kriteria Eksklusi Pada Hasil Cetakan 1. Hasil cetakan alginat yang sobek

2. Permukaan hasil cetakan alginat yang poreus 3. Cetakan yang terlepas dari ring cetak

4. Cetakan yang tidak mencakup keseluruhan master die

3.5.2 Kriteria Pada Die Stone

3.5.2.1 Kriteria Inklusi Pada Die Stone

1. Die stone dengan permukaan halus 2. Die stone yang utuh

3.5.2.2 Kriteria Eksklusi Pada Die Stone

1. Die stone yang poreus 2. Die stone yang retak

3. Die stone yang tidak mencakup keseluruhan hasil cetakan.

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas

Waktu perendaman hasil cetakan dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% yaitu 10, 15, 20 dan 25 menit.

3.6.2 Variabel Tergantung

Perubahan dimensi hasil cetakan alginat.

3.6.3 Variabel Terkendali

(39)

3. Besarnya takaran (ml) larutan ekstrak buah mengkudu sebagai bahan rendam hasil cetakan alginat

4. Pencetakan menggunakan ring tube dan master die

5. Pengambilan cetakan dilakukan menggunakan alat bantu pencetakan. 6. Buah mengkudu yang masih mengkal sebanyak 12 kg.

7. Larutan ekstrak buah mengkudu 10%.

3.6.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan bahan cetak alginat 2. Kecepatan pengadukan dental stone

3. Cara melepaskan cetakan dari master die

4. Cara melepaskan die stone dari hasil cetakan 5. Temperatur ruangan.

3.7 Definisi Operasional

1. Perubahan dimensi adalah perubahan ukuran hasil cetakan alginat karena terjadinya penyerapan larutan (imbibisi) yang diketahui dari perbedaan hasil pengukuran tinggi dan diameter alas die stone pada grup kontrol dengan grup perendaman (10, 15, 20 dan 25 menit) dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10%.

2. Larutan ekstrak buah mengkudu 10% adalah larutan hasil pengenceran dari ekstrak kental buah mengkudu dengan aquadest 1:10.

(40)

4. Lama perendaman hasil cetakan alginat adalah lamanya hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% yaitu selama 10, 15, 20 dan 25 menit.

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat Penelitian

A. Alat Pembuatan Die stone

1. Master die kuningan dengan ukuran tinggi 10 mm, diameter alas 8,36 mm, diameter puncak 6,58 mm.21

[image:40.595.256.388.346.453.2]

Gambar 2. Master die

2. Ring tube kuningan yang tidak berlubang-lubang pada dindingnya dengan ukuran diameter dalam 10 mm dan tinggi 15 mm.21

Gambar 3. Ring tube

1. Rubber bowl, spatula dan sendok takar alginat

(41)

Gambar 4. Timbangan digital. 3. spuit 10 ml.

Gambar 5. Spuit.

6. Alat bantu pencetakan

(42)
[image:42.595.251.409.153.268.2]

7. Wadah plastik 30ml sebagai tempat merendam hasil cetakan.

[image:42.595.251.408.333.459.2]

Gambar 7. Wadah plastik 8. Stopwatch (Nixon, Made in China)

Gambar 8. Stopwatch

9. kaliper digital (Krisbow Brand Model KW 06-351 dengan ketelitian 0,01 mm)

(43)

B. Alat Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu 1. Timbangan

2. Lemari pengering

[image:43.595.248.393.213.327.2]

Gambar 10. Lemari pengering 1. Blender

2. Toples 3. Perkolator

Gambar 11. Perkolator

4. Electronic balance (Ohyo jp26000, Japan) dan vacum rotary evaporator

(44)
[image:44.595.233.395.122.236.2]

Gambar 12. Electronic balance dan vacum rotary evaporator

3.8.2 Bahan Penelitian

A. Bahan Pembuatan Die stone

1. Bahan cetak alginat (Aroma Fine Plus Normal Set, Tokyo-Japan)

Gambar 13. Bahan cetak alginat 2. Dental stone (Snow Rock, Korea)

(45)

B. Bahan Pembuatan Ekstrak Buah mengkudu

1. Buah mengkudu: masih mengkal

Gambar 15. Buah mengkudu 2. Etanol 70%

3. Aquadest

[image:45.595.247.392.179.272.2]

Gambar 16. Aquadest

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu.

(46)
[image:46.595.229.396.143.290.2]

Gambar 17. Proses pengeringan buah mengkudu

Daging buah yang kering selanjutnya dibuat serbuk (simplisia) dengan cara dihancurkan dengan alat blender. Simplisia yang dihasilkan sebanyak 1,2 kg, lalu serbuk disimpan dalam kantong plastik untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain.

Gambar 18. Simplisia (serbuk) buah mengkudu

[image:46.595.229.394.427.575.2]
(47)
[image:47.595.255.402.181.360.2]

Gambar 19. Proses maserasi

(48)
[image:48.595.123.500.444.650.2]

Selanjutnya hasil penyarian diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40о C.

Gambar 21. Proses penguapan hasil dari penyarian

Lalu dikeringkan dengan alat penangas hingga diperoleh 120 ml ekstrak kental.22,23

(a) (b) Gambar 22. (a) Proses pengentalan ekstrak buah mengkudu (b) Ekstrak kental buah mengkudu

(49)

Untuk mendapatkan larutan ekstrak buah mengkudu 10% maka dilakukan pengenceran larutan ekstrak kental buah mengkudu dengan aquadest berdasarkan rumus pengenceran:24

Keterangan:

M1= konsentrasi larutan sebelum pengenceran M2= konsentrasi larutan setelah pengenceran V1= volume larutan sebelum pengenceran V2= volume larutan setelah pengenceran Berdasarkan rumus diatas, maka diperoleh: M1.V1=M2.V2

100% x 3ml = 10% x (3+V2)

V2= 27ml

Maka diperlukan 27ml aquadest untuk dilakukan pengenceran sehingga didapat larutan ekstrak buah mengkudu 10%. Pengenceran dilakukan setiap sebelum perendaman untuk masing-masing kelompok perlakuan.

3.9.3 Pembuatan Hasil Cetakan Alginat dan Perlakuan

a. Grup kontrol

Dibuat 8 cetakan untuk kelompok kontrol dengan cara :

1. Bahan cetak alginat dan air diaduk dengan rasio P/W (2,1 gr/ 5 ml) pada

rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

2. Bahan cetak dimasukkan kedalam ring yang sudah diberi tanda sebelumnya .

3. Lakukan pencetakan pada master die yang telah dipasang pada alat bantu pencetakan dimana posisi master die berada ditengah-tengah ring tube

dan biarkan selama lima menit sampai bahan cetak mengeras.

(50)
[image:50.595.256.433.122.301.2]

Gambar 23. Pencetakan alginat dengan alat bantu pencetakan 4. Setelah bahan cetak mengeras, master die dilepas.

Gambar 24. Hasil cetakan alginat

b. Grup perendaman selama 10 menit

Dibuat 8 cetakan untuk grup perendaman selama 10 menit dengan cara :

1. Bahan cetak alginat dan air diaduk dengan rasio P/W (2,1 gr/ 5 ml) pada

rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

2. Bahan cetak dimasukkan kedalam ring yang sudah diberi tanda sebelumnya .

3. Lakukan pencetakan pada master die yang telah dipasang pada alat bantu pencetakan dimana posisi master die berada ditengah-tengah ring tube

[image:50.595.265.426.351.473.2]
(51)
[image:51.595.253.424.160.299.2]

5. Sepuluh hasil cetakan alginat direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% sebanyak 30ml tiap-tiap wadah selama 10 menit.

Gambar 25. Perendaman hasil cetakan alginat

c. Grup perendaman selama 15 menit

Dibuat 8 cetakan untuk grup perendaman selama 15 menit dengan cara :

1. Bahan cetak alginat dan air diaduk dengan rasio P/W (2,1 gr/ 5 ml) pada

rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

2. Bahan cetak dimasukkan kedalam ring yang sudah diberi tanda sebelumnya .

3. Lakukan pencetakan pada master die yang telah dipasang pada alat bantu pencetakan dimana posisi master die berada ditengah-tengah ring tube

dan biarkan selama lima menit sampai bahan cetak mengeras. 4. Setelah cetakan mengeras, master die dilepas.

5. Sepuluh hasil cetakan direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% sebanyak 30ml tiap-tiap wadah selama 15 menit.

d. Grup perendaman selama 20 menit

Dibuat 8 cetakan untuk grup perendaman selama 20 menit dengan cara :

1. Bahan cetak alginat dan air diaduk dengan rasio P/W (2,1 gr/ 5 ml) pada

rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

(52)

3. Lakukan pencetakan pada master die yang telah dipasang pada alat bantu pencetakan dimana posisi master die berada ditengah-tengah ring tube

dan biarkan selama lima menit sampai bahan cetak mengeras. 4. Setelah cetakan mengeras, master die dilepas.

5. Sepuluh hasil cetakan direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% sebanyak 30ml tiap-tiap wadah selama 20 menit.

e. Grup perendaman selama 25 menit

Dibuat 8 cetakan untuk grup perendaman selama 25 menit dengan cara :

1. Bahan cetak alginat dan air diaduk dengan rasio P/W (2,1 gr/ 5 ml) pada

rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen.

2. Bahan cetak dimasukkan kedalam ring yang sudah diberi tanda sebelumnya .

3. Lakukan pencetakan pada master die yang telah dipasang pada alat bantu pencetakan dimana posisi master die berada ditengah-tengah ring tube

dan biarkan selama lima menit sampai bahan cetak mengeras. 4. Setelah cetakan mengeras, master die dilepas.

5. Sepuluh hasil cetakan direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% sebanyak 30ml tiap-tiap wadah selama 25 menit.

3.9.4 Pengisian Hasil Cetakan Alginat a. Grup kontrol

Untuk mendapatkan sample die stone 8 hasil cetakan langsung diisi dengan

(53)

b. Grup perendaman selama 10 menit

Untuk mendapatkan sample die stone, 8 hasil cetakan alginat yang telah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 10 menit langsung diisi dengan dental stone tipe III yang telah diaduk hingga homogen dengan rasio P/W (5 gr/ 1,5 ml), setelah dental stone mengeras ± 30 menit lalu diberi tanda sebagai tempat pengukuran, setelah itu dikeluarkan serta diberi nomor sesuai dengan grup.

c. Grup perendaman selama 15 menit

Untuk mendapatkan sample die stone, 8 hasil cetakan alginat yang telah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 15 menit langsung diisi dengan dental stone tipe III yang telah diaduk hingga homogen dengan rasio P/W (5 gr/ 1,5 ml), setelah dental stone mengeras ± 30 menit lalu diberi tanda sebagai tempat pengukuran, setelah itu dikeluarkan serta diberi nomor sesuai dengan grup.

d. Grup perendaman selama 20 menit

Untuk mendapatkan sample die stone, 8 hasil cetakan alginat yang telah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 20 menit langsung diisi dengan dental stone tipe III yang telah diaduk hingga homogen dengan rasio P/W (5 gr/ 1,5 ml), setelah dental stone mengeras ± 30 menit lalu diberi tanda sebagai tempat pengukuran, setelah itu dikeluarkan serta diberi nomor sesuai dengan grup.

Gambar 26. (a) Hasil cetakan diisi dengan dental stone

(b) Die stone yang diberi tanda pengukuran dan nomor sesuai grup

[image:53.595.162.496.123.251.2]
(54)

e. Grup perendaman selama 25 menit

Untuk mendapatkan sample die stone, 8 hasil cetakan alginat yang telah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 25 menit langsung diisi dengan dental stone tipe III yang telah diaduk hingga homogen dengan rasio P/W (5 gr/ 1,5 ml), setelah dental stone mengeras ± 30 menit lalu diberi tanda sebagai tempat pengukuran, setelah itu dikeluarkan serta diberi nomor sesuai dengan grup.

3.9.5 Pengukuran Sampel

Setelah die stone diperoleh maka dilakukan pengukuran pada: 1. Pengukuran tinggi die stone yaitu jarak dari puncak ke alas die stone. 2. Diameter alas die stone.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper digital untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

3.9.6 Analisa Data

Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan dimensi hasil cetakan bahan cetak alginat pada tinggi dan diameter alas die stone setelah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu selama 10, 15, 20 dan 25 menit maka analisa data yang digunakan yaitu uji Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji lanjutan Mann-Whitney yang menggunakan nilai signifikansi p≤ 0,05 .25

       

         

     

Tinggi 10 mm

[image:54.595.108.486.395.555.2]

Diameter alas 8,36 mm 

(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 8 buah untuk setiap kelompok kontrol dan perlakuan. Masing-masing hasil pengukuran tinggi dan diameter alas die stone dapat dilihat pada tabel berikut ini:

[image:55.595.108.516.374.601.2]

A. Hasil Pengukuran Tinggi dan Diameter Alas Die Stone

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tinggi Die Stone Pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perendaman 10, 15, 20, dan 25 menit.

No.

Tinggi master

die (mm)

Tinggi die stone

Tanpa perendaman (mm) Perendaman 10 menit (mm) 15 menit (mm) 20 menit (mm) 25 menit (mm) 1 10

10 9,99 9,98 9,93 9,88

2 10 9,98 9,96 9,98 9,84

3 9,99 9,98 9,96 9,91 9,80

4 10 9,98 9,94 9,67 9,77

5 10 9,96 9,97 9,88 9,77

6 10 9,96 9,92 9,88 9,84

7 10,01 9,98 9,96 9,89 9,88

8 10 9,97 9,94 9,90 9,86

Mean ± SD 10 ± 0,0508 9,975 ± 0,0106 9,953 ± 0,0192 9,88 ± 0,0910 9,83 ± 0,0926

(56)
[image:56.595.104.516.161.370.2]

Tabel 3. Hasil Pengukuran Diameter Alas Die Stone Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perendaman 10, 15, 20, dan 25 menit.

No.

Diameter alas

master die

(mm)

Diameter alas die stone

Tanpa perendaman (mm) Perendaman 10 menit (mm) 15 menit (mm) 20 menit (mm) 25 menit (mm) 1 8,36

8,36 8,35 8,34 8,30 8,26

2 8,36 8,34 8,32 8,26 8,20

3 8,35 8,34 8,32 8,28 8,19

4 8,36 8,35 8,31 8,09 8,17

5 8,36 8,33 8,33 8,26 8,17

6 8,36 8,33 8,30 8,26 8,23

7 8,37 8,34 8,32 8,27 8,26

8 8,36 8,34 8,30 8,28 8,24

Mean ± SD 8,36 ± 0,0053 8,34 ± 0,02 8,3175 ± 0,0367 8,25 ± 0,0661 8,215 ± 0,0374

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel diatas, terdapat perbedaan ukuran antara diameter alas die stone dengan diameter alas master die.

[image:56.595.63.541.480.706.2]

B. Perubahan Dimensi Pada Tinggi dan Diameter Alas Die Stone

Tabel 4. Perubahan Dimensi pada Tinggi Die Stone

No. Tinggi die stone

Tanpa Perendaman

Perendaman

10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

(57)
[image:57.595.125.514.516.712.2]

Tabel 5.Perubahan Dimensi pada Diameter Alas Die Stone

No.

Diameter alas die stone

Tanpa perendaman

Perendaman

10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

mm (%) mm (%) mm (%) mm (%) mm (%) 1 0 0 (-)0,01 (-)0,0011 (-)0,02 (-)0,0024 (-)0,06 (-)0,0071 (-)0,10 (-)0,0119 2 0 0 (-)0,02 (-)0,0024 (-)0,04 (-)0,0047 (-)0,10 (-)0,0119 (-)0,14 (-)0,0167 3 (-)0,01 (-)0,0011 (-)0,02 (-)0,0024 (-)0,04 (-)0,0047 (-)0,08 (-)0,0095 (-)0,17 (-)0,0203 4 0 0 (-)0,01 (-)0,0011 (-)0,05 (-)0,0059 (-)0,27 (-)0,0321 (-)0,19 (-)0,0227 5 0 0 (-)0,03 (-)0,0035 (-)0,03 (-)0,0035 (-)0,10 (-)0,0119 (-)0,19 (-)0,0227 6 0 0 (-)0,03 (-)0,0035 (-)0,06 (-)0,0059 (-)0,10 (-)0,0119 (-)0,13 (-)0,0155 7 (+)0,01 (+)0,0011 (-)0,02 (-)0,0024 (-)0,04 (-)0,0047 (-)0,09 (-)0,0107 (-)0,10 (-)0,0119 8 0 0 (-)0,02 (-)0,0024 (-)0,06 (-)0,0059 (-)0,08 (-)0,0095 (-)0,12 (-)0,0143 Mean ± SD 0,0025 ± 0,00731 0,00022 ± 0,0008 0,02 ± 0,007 0,00235 ± 0,0009 0,0425 ± 0,1432 0,004562 ± 0,0012 0,11 ± 0,0661 0,012875 ± 0,0078 0,1425 ± 0,0369 0,017 ± 0,4

Dari tabel 4 dan 5. Dapat diketahui bahwa semakin lama hasil cetakan bahan cetakan alginat direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu maka rata-rata perubahan dimensi ukuran tinggi dan diameter alas die stone semakin besar. Perbedaan perubahan dimensi pada tinggi dan diameter alas die stone dapat dilihat pada gambar 28. 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018

0 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

Persentase

 

Perubahan

 

Dimensi

Tinggi Diameter alas

Keterangan: (+) : Ukuran die stone lebih besar dari master die

(-) : Ukuran die stone lebih kecil dari master die. 

%

 

(58)

4.2 Analisa Hasil Penelitian

Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas data yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk.

Hasil uji normalitas data pada tinggi die stone (lampiran 3) dimana terdapat p≤0,05 pada dua kelompok yaitu kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 20 menit sehingga data dinyatakan tidak terdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil uji normalitas data pada diameter alas die stone (lampiran 4) dimana p≤0,05 terdapat pada dua kelompok yaitu kelompok tanpa perendaman dan kelompok perendaman 20 menit sehingga menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, analisa data yang digunakan pada hasil penelitian die stone adalah uji data non parametrik.

Analisa data non parametrik pada penelitian ini adalah uji Kruskal-Wallis untuk melihat perbedaan perubahan dimensi pada tinggi dan diameter alas dari tiap kelompok. Pada hasil uji analisa data tersebut terlihat nilai tinggi dan diameter alas die stone yang menunjukkan nilai signifikansi p = 0,0001 (p≤0,05) yang artinya Ho ditolak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kelompok perlakuan (lihat lampiran 5 dan 6).

(59)

pada hasil uji ini membuktikan bahwa adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok.

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney (lampiran 8) menunjukkan adanya nilai p=0,0001 (p≤0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakana antar kelompok yaitu antara kelompok tanpa perendaman dengan kelompok perendaman (10, 15, 20 dan 25) menit, serta perbandingan antara kelompok perendaman 10 menit dengan kelompok perendaman (20 dan 25) menit, kemudian perbedaan yang bermakna juga terlihat pada perbandingan antara kelompok perendaman 15 menit dengan kelompok perendaman (20 dan 25) menit. Nilai signifikansi p= 0,004 (p≤0,05) yang berarti bahwa adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok perendaman 10 menit dengan 15 menit. Sementara itu perbandingan antara kelompok perendaman 20 menit dengan 25 menit yang juga memperlihatkan adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikansi p= 0,025 (p≤0,05).

(60)

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian (tabel 2) diperoleh mean dan standar deviasi tinggi die stone pada masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol sebesar 10 ± 0,0508 mm, pada perendaman 10 menit yaitu 9,975 ± 0,0106 mm, perendaman 15 menit yaitu 9,953 ± 0,0192 mm, perendaman 20 menit yaitu 9,88 ± 0,0910 mm dan pada perendaman 25 menit yaitu 9,83 ± 0,0926 mm. Pada tabel 3 terlihat mean dan standar deviasi diameter alas die stone pada masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol sebesar 8,36 ± 0,0053 mm, pada perendaman 10 menit yaitu 8,34 ± 0,02 mm, perendaman 15 menit yaitu 8,3175 ± 0,0367 mm, perendaman 20 menit yaitu 8,25 ± 0,0661 mm dan pada perendaman 25 menit yaitu 8,215 ± 0,0374 mm. Disini terlihat penurunan nilai rata-rata tinggi dan diameter alas die stone pada masing-masing kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan dimensi dari hasil cetakan alginat dimana telah terjadinya penyerapan air (imbibisi) yang selanjutnya mengalami swelling (mengembang) sehingga hasil isian cetakan alginat berupa die stone menjadi kecil.1

(61)

Pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan perubahan dimensi yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15 menit dengan nilai signifikansi p= 0,0001 (p≤0,05). Walaupun demikian hasil penelitian ini mirip dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Panza, dkk (2006) yang menyatakan bahwa perendaman bahan cetak alginat dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit 1% selama 15 menit akan tampak terjadinya perubahan dimensi yang signifikan.26

Hasil penelitian ini juga serupa dengan hasil penelitian Oderinu, dkk (2007) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa adanya perubahan dimensi yang signifikan pada hasil cetakan alginat setelah direndam dalam larutan sodium hipoklorit 1% selama 20 dan 30 menit.27

Sementara dari hasil uji Mann-Whitney (lampiran 9) yaitu hasil persentase perbedaan perubahan dimensi antara tinggi dengan diameter alas die stone pada masing-masing kelompok perendaman (10, 15, 20 dan 25) menit yang menunjukkan nilai p≥ 0,05 yang artinya tidak ada perbedaan perubahan dimensi yang bermakna antar masing-masing kelompok perbandingan. Sehingga pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan dimensi yang hampir sama besar antara tinggi dan diameter alas die stone.

(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Adanya perbedaan perubahan dimensi yang signifikan pada hasil cetakan bahan cetak alginat pada tinggi dan diameter alas die stone setelah direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu 10% selama 10, 15, 20 dan 25 menit.

2. Tidak adanya perbedaan perubahan dimensi antara tinggi dan diameter alas die stone pada masing-masing kelompok perendaman 10, 15, 20 dan 25 menit.

6.2 Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk penelitian lebih lanjut.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice KJ. Phillips: Buku ajar bahan kedokteran gigi. Alih Bahasa. Budiman JA, Purwoko S. Ed.10. Jakarta: EGC, 2004: 93-175.

2. O’Brien J. Dental material and their selection. 3rd Ed. Chicago: Quintessence, 2002: 89-99.

3. Scheller-Sheridan C. Basic guide to dental materials. United Kingdom: Wiley-Blackwell, 2010:175-91.

4. Powers JM, Sakaguchi LR. Craig’s: Restorative dental materials. 12th Ed. United Kingdom: Mosby Elsevier, 2006: 270-300.

5. Sumadhi S. Perubahan dimensi hasil cetakan gigi dan mulut. Medan: USU Press, 2010: 71-82

6. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rd Ed. United Kingdom: Mosby Elsevier, 187-207.

7. Powers JM, Wataha JC. Dental materisals: properties and manipulation. 9th Ed. United Kingdom: Mosby Elsevier, 2008: 172-87.

8. Batubara IH. Perubahan dimensi hasil cetakan bahan cetak alginat setelah direndam dalam air rebusan daun jambu biji 25%. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2013: 30-3.

9. Margareth R. Perubahan dimensi hasil cetakan alginat yang direndam dalam larutan ekstrak daun salam 25%. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2013: 30-6.

10. Novitasari RDA. Teknik disinfeksi cetakan alginat dengan infusa daun sirih 25% terhadap perubahan dimensi. Abstrak. Surabaya:Universitas Airlangga, 2013. 11. Siswomihardjo W. Perubahan dimensi cetakan alginat setelah direndam dalam air

sirih 25%. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia. 1994; 43(1): 69-71.

12. Sjabana D, Bahalwan RR. Pesona tradisional dan ilmiah: Morinda Citrifolia

(64)

13. Puspita SG, Murwani S, Herawati. Uji daya antibakteri perasan buah mengkudu matang (Morinda Citrifolia) terhadap bakteri Methicillin Resistan Staphylococcus aureus (MRSA) M.2036.T In Vitro. Malang: Universitas Brawijaya, 2009: 1-5. 14. Setyohadi R, Santoso S, Irianti A N. Uji efektivitas ekstrak ethanol buah mengkudu

(Morinda Citrifolia) Sebagai Antimikroba Terhadap Streptococcus mutans secara

In Vitro. Malang; Universitas Brawijaya, 2009: 1-7.

15. Manappallil J John. Shetty Surendra V. Basic dental material. 2nd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers: 46-64.

16. Wilson H J. Mansfield M A. Heat J R. Dental technology and materials for students. 8th Ed. London: Blacwell, 1987: 1-21.

17. Harsini, Widjijono. Penggunaan herbal dibidang kedokteran gigi. Maj Ked Gi 2008; 15(1): 61-4.

18. Rosidah, Afizia WM. Potensi ekstrak daun jambu biji sebagai antibakterial untuk menanggulangi serangan bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan gurame (Osphronemus gourame l). J Akuatika 2012; 3: 19-25.

19. Pasaraeng E, Abidjulu J, Runtuwene MR. Pemanfaatan rimpang kunyit (Curcuma domestica val) dalam upaya mempertahankan mutu ikan layang (Decapterus sp). JMUO 2013; 2: 84-7.

20. Hanafiah KA. Rancangan percobaan: teori dan aplikasi. 3rd ed. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003: 9-10.

21. Sumadhi S. Dimensional changes of alginate impression by using perforated and non-perforated ring trays. Padjajaran journal of dentistry (2010); 2(1): 49-50.

22. Meldawati. Pengaruh ekstrak buah Morinda Citrifolia Linn terhadap kualitas, kuantitas sperma dan kadar malondialdehyde testis tikus wistar diabetes mellitus. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2011: 24-36.

(65)

24. Muis Abdul. Kimia praktis: untuk kelas X, XI dan XII SMA.Yogyakarta: Kreasi wacana, 2008: 30-33.

25. Pratiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Rajawali Press, 2011: 117-32.

26. Panza, Vadenal LH. Evaluation of dimensional stability of impression materials immersed in disinfectan solutions using a metal tray. PUCRS 2006; 21 (53): 261-5. 27. Oderinu OH, Adegbulugbe IC, Shaba OP. Comparison of the dimensional stability

(66)

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu

12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis

Dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 40-50о C , selama ± 5 hari

1,2 Kg serbuk diekstrak dalam 4.000 ml etanol 70%

Potongan-potongan yang sudah kering dihancurkan menggunakan belender

Larutan disimpan dalam toples tertutup dan dibiarkan sekurang-kurangnya selama 3 jam 

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit kedalam perkolator sampai cairan mulai menetes lalu perkolator dibiarkan selama 24 jam

Hasil penyarian diuapkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu tidak lebih 40о C.

Hasil ekstraksi dikeringkan dengan alat penangas selama 2 hari hingga diperoleh ekstrak kental.

(67)

Lampiran 2. Alur Penelitian

Pencetakan dengan bahan cetak alginat

Hasil cetakan

Kontrol Perlakuan

Hasil cetakan diisi dengan dental stone tipe III

Hasil cetakan direndam dalam larutan ekstrak buah mengkudu

10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

Pengisian hasil cetakan dengan dental stone tipe III

Model die stone

(kontrol)

Pengukuran pada tinggi die stone dan diameter alas die stone

Data Model die stone

(10 menit)

Model die stone

(25 menit) Model die stone

(20 menit) Model die stone

(68)

Lampiiran 3. Uji normalitas Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi

data tinggi die stone

Kontrol

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tinggi .455 8 .000 .566 8 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tinggi_10 menit

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tinggi .305 8 .027 .860 8 .120

a. Lilliefors Significance Correction

Tinggi_15 menit

Tests of Normality

Gambar

Tabel 1. Komponen bahan cetak alginat.6
Gambar 1. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L)
Gambar 2. Master die
Gambar 7. Wadah plastik
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.4.1 Sampel : Die hasil cetakan dari bahan cetak Elastomer yang segera diisi bahan gips stone dan die hasil cetakan dari bahan cetak elastomer yang

Terjadinya perubahan stabilitas dimensi hasil cetakan bahan cetak elastomer jenis silikon yang bermakna ( p &lt; 0,05) antara sampel hasil cetakan yang direndam ke dalam

• Pengisian hasil cetakan dengan gips stone setelah perendaman, hasil cetakan dalam larutan desinfektan selama 10,20,30,40 dan 50 menit.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan dimensi hasil cetakan polivinil siloksan setelah direndam dalam larutan daun mimba 15% dengan waktu

Pada penelitian ini hasil uji Mann-Whitney pada diameter atas dan tinggi die stone memperlihatkan terjadinya perubahan yang tidak signifikan atau menunjukkan tidak ada perbedaan

bahwa perendaman bahan cetak alginat dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5%, klorheksidin 0,2%, dan hidrogen peroksida 3% selama 10 menit terjadi proses imbibisi

Hasil Uji Mann-Whitney Melihat Persentase Perbedaan Perubahan Dimensi Antara Tinggi dan Diameter Alas Die Stone Pada Perendaman 10, 15, 20 dan 25 menit. Not corrected

Menurut Powers JM, dkk (2008), bahan cetak yang ideal adah bahan cetak yang memenuhi persyaratan yaitu: (1) mempunyai aroma dan rasa yang menyenangkan serta warna yang baik; (2)