• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Negara Anggota Asean Dalam Mewujudkan Penegakan HAM di Myanmar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Negara Anggota Asean Dalam Mewujudkan Penegakan HAM di Myanmar"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

:

Irsan, Koesparmono. HukumdanHakAsasiManusia, YayasanBrataBhakti , Jakarta, 2009.

Nowak, Manfred. PengantarpadaRezim HAM Internasional.PustakaHakAsasiManusia Raoul Wallenberg Institute. Inggris,2003.

Attamini, Said. HakAsasi Manusia.Makalah,Jakarta,1994

Burkens, M.C, AlgemeneLeerstukken van GrondrechtnaarNederlandsConstiutioneelrecht, Zwolle : Tjenk-Willink.1989.

Boediardjo, Miriam. Indonesia dan Dialog HAK ASASI MANUSIA, HarianKompastanggal 10 September 1997 halaman 4.Jakarta.1997.

Thomas Buergenthal. International Human Rights.St.Paul, Minn: West Publishing , Co.,1995.

DR, Boer Mauna. PengertianPeranandanFungsiDalam Era Dinamika Global.Alumni, Edisi ke-2.2005.

LG.Saraswatidkk, HakAsasiManusia.Teorihukumdankasus, Filsafat UI Press.2006.

Ghali, Boutros-Boutros.HakAsasiManusia : HakAsasiManusia : BahasaUmumKemanusiaan,

PidatoSambutanpadaPembukaanKonfrensiDuniaHakAsasipadatanggal 14 Juni 1993 di Vienna, disalinolehKomnasHakAsasiManusia Indonesia dalambukunyaDeklarasi Vienna Program AksioJuni 1993. Jakarta.1997.

DepartemenPeneranganRepublik Indonesia, KonsepHakAsasiManusia, Jakarta,1995

ASEAN SelayangPandang,SekretariatNasional ASEAN DepartemenLuarNegeriRepublik Indonesia, Jakarta,1992

C.de Rover, To Serve and Protect Acuan Universal Penegakan HAM, Raja GrafindoPersada: Jakarta,2000.

KomisiHakAsasiManusia., KejahatanTerhadapKemanusiaan, Lokakarya

(2)

HeriAryanto SH. KondisiFaktual Muslim Rohingya di Indonesia (LaporanHasilPencarianFakta di Aceh, Medan, danTanjung Pinang)

WEBSITE

:

www.ham.go.iddiaksespada 20 April 2016

www.wikipedia.comdiaksespadatanggal 20 April 2016

http://www.republica.co.id/berita/internasional/asean/13/04/02mkllh9-konflik-buddhamuslim-di-myanmar-meredadiaksespada 30 Maret 2016

http://www.komnasham.go.id/portal/id/content/badan -ham-asean-lemahdiaksespada 26 April 2016

AviantinaSusanti,PenyelesaianKasusPelanggaran HAM BeratTerhadapEtnisRohingya di Myanmar BerdasarkanHukumInternasional, JurnalIlmiahUniversitasBrawijaya, 2014.

(3)

KONDISI MASYARAKAT DAN PELANGGARAN HAM DI MYANMAR

A. Tinjauan Umum Masyarakat Myanmar dan Etnis Rohingya

Rohingya dan Rakhine adalah dua kelompok etnis berbeda penghuni wilayah

Arakan yang saat ini bernama Rakhine. Bila Rakhine merupakan etnis mayoritas

beragama Budha, maka Rohingya adalah etnis minoritas yang beragama Islam.

Pemerintah Myanmar memperkirakan total populasi di Rakhine mencapai 3,33 juta

jiwa. Termasuk 2,2 juta jiwa adalah umat Budha Rakhine, dan 1,08 juta lainnya

adalah etnis Rohingya. Beberapa wilayah di Rakhine yang dominan ditinggali oleh

Rohingya adalah kota Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung.33

Saat ini Rohingya sedang bertahan dari beberapa bentuk pembatasan dan

penindasan Hak Asasi Manusia yakni pembatasan dalam bergerak termasuk dalam

hal pernikahan dan lapangan pekerjaan, ditolak sebagai warga Negara, penyitaan

lahan hingga pengusiran dan pengerusakan tempat tinggal.34

Asal mula penyebutan kota Rohingya dan bagaimana mereka bisa sampai ke

Myanmar masih menjadi sejarah yang terus diperdebatkan hingga saat ini.

Pemerintah Myanmar menganggap bahwa Rohingya adalah pendatang atau imigran

gelap yang tidak bisa diakui sebagai warga Negara. Namuin ada pula yang

mengatakan bahwa Rohingya adalah Rohingya, yang merupakan keturunan orang

33

Myanmar The Rohingya Minority : Fundamental Rights Denied.

http://www.amnesty.org/en/library/info/ASA16/005/2004. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016

34 “Why is There Communal Violence in Myanmar?” http://www.bbc.com/news/world-asia-18395788

(4)

Arab, Moors, Pathans, Moghuls, Bengalis dan beberapa orang Indo-Mongoloid yang

sudah tinggal di Arakan sekitar abad ke 7 Masehi.35

Beberapa sejarawan mengatakan bahwa kata Rohingya berasal dari bahasa

Arab “Rahma” yang berarti pengampunan. Ini merujuk pada cerita pedagang Arab

yang terancam hukuman mati oleh raja Arakan.36 Saat hendak dihukum mati, mereka

meneriakkan kata “Rahma”. Namun karena penduduk Arakan kesulitan menyebut

kata “Rahma”, mereka justru menyebut kata “Raham”. Kata itu kemudian berubah

menjadi “Rohang” dan akhirnya berubah menjadi “Rohingya”. Adapula sejarawan

yang mengatakan bahwa dulu diantara warga Myanmar terdapat populasi muslim dari

kerajaan kuno Arakan bernama ‘Mrohaung’ dan nama tersebut diubah menjadi

Rohang. Hingga kemudian muncul klaim bahwa Rohingya adalah bangsa Benggala

yang melarikan diri ke Burma tahun 1950-an. Ini diyakini atas dasar tidak adanya

Rohingya pada sensus penduduk tahun 1824 yang dilakukan Inggris.37

Perbedaan agama, fisik, dan bahasa dimana Rohingya berbicara Bengali

dengan dialek Chittagong yang sangat terlihat antara Rohingya dengan etnis

mayoritas Myanmar, semakin dijadikan alasan oleh pemerintah untuk tidak mengakui

Rohingya sebagai bagian dari Myanmar. Padahal menurut Nurul Islam, presiden

organisasi nasional Rohingya Arakan dan Zaw Min Htut pemimpin orang Rohingya

Jepang yang pernah datang ke Indonesia dan melakukan kampanye ‘Save

35 “Facts About The Rohingya Muslims of Arakan”

http://www.rohingya.org/portal/index.php/learn-about-rohingya.html diakses pada tanggal 21 Maret 2016

36 Aulia Akbar. “Sejarah Masyarakat Rohingya”

http://international.okezone.com/read/2012/08/17/sejarah-masyarakat-rohingya diakses pada tanggal 22 Maret 2016

37Heri Aryanto SH. “Kondisi Faktual Muslim Rohingya di Indonesia” (Laporan Hasil Pencarian Fakta

(5)

Rohingya’bersama PIARA, mengatakan bahwa bahasa dan budaya Rohingya berbeda

dengan Bengali.

Tidak diakuinya eksistensi Rohingya saat ini, berbanding terbalik dengan

masa kepemimpinan perdana menteri U Nu pada tahun 1948-1962. Pada saat

kepemerintahan U Nu, banyak tokoh asal Rohingya yang berperan dalam

pemerintahan seperti Sultan Mahmoud yang menjadi menteri kesehatan. Namun

setelah kudeta militer yang dipimpin oleh jenderal Ne Win berhasil menggulingkan

kepemerintahan U Nu di tahun 1962, sejak saat itulah pemerintah Myanmar tidak

mengakui Rohingya dengan menganggap bahwa populasi muslim yang tinggal di

Rakhine adalah Bengali.

Keyakinan pemerintah atas sejarah bahwa Rohingya bukan etnis Myanmar

berakibat sulitnya Rohingya hidup di Myanmar. Terutama setelah lahirnya peraturan

kewarganegaraan Myanmar tahun 1982 yang hanya mengakui kelompok etnis yang

telah menetap di Myanmar sebelum tahun 1823. Sebagaimana yang pernah

ditegaskan oleh pemerintah Myanmar.38

“The 1982 citizenship law defines citizen as members of ethnic groups that

have settled in Burma before 1823, the start of British Colonial rule in Burma. The

Rohingya do not feature among the 135 national races listed by government and

therefore rendered stateless.”39

38Ibid.

39 Chris Lewa. Asia’s New Boat People: Thousands of Stateless Rohingyas are Leaving Burma and

(6)

“In actual fact, although there are (135) national races living in Myanmar

today, the so-called Rohingya people is not of them. Historically, there has never

been a ‘Rohingya’ race in Myanmar…40

Pemerintah telah melakukan beberapa tindakan represi, diskriminasi dan

eliminasi terhadap Rohingya. Seperti beberapa operasi yang digencarkan pemerintah

Myanmar dengan tujuan mengusir dan menekan pertumbuhan penduduk Rohingya,

perempuan Rohingya juga tidak diperkenankan memakai jilbab, orang-orang

Rohingya juga sering dipaksa bekerja tanpa upah, penghancuran masjid dan tempat

tinggal, serta perampasan hak-hak untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidikan.41

Misalnya pada tahun 1970-an, Myanmar mewajibkan seluruh warga

negaranya untuk memiliki kartu pendaftaran warga negara.42 Namun hanya Rohingya

yang diberi kartu pendaftaran asing. Sehingga beberapa sekolah dan majikan tidak

bisa menerima mereka.43

40

Press Release of The Ministry of Foreign Affairs of The Union of The Myanmar.26 February 1992.Dikutip dari Myanmar The Rohingya Minority : Fundamental Rights Denied

41“Facts About The Rohingya Muslims of Arakan”. Op.Cit.Pemerintah Myanmar tidak hanya

melakukan diskriminasi dan represi pada Rohingya, tapi juga kepada etnis minoritas lain seperti Karen,Shan,Kachin dan Mon. Namun etnis minoritas tersebut masih diakui eksistensinya oleh Myanmar. Ini dibuktikan dengan beberapa penamaan wilayah di Myanmar sesuai dengan nama beberapa etnis tersebut.

42Human Right Watch. “The Government Could Have Stop This – Sectarian Violence and Ensuing

Abuses in Burma’s Arakan State.

43 Statement by the Ministry for Home and Religious Affairs, November 16, 1977 dikutip dari

“Burma: The Rohingya Muslims : Ending a Cycle of Exodus?” http://www.refworld.org/cgi-bin/texis/vtx/rwmain?docid=3ae6a84a2 diakses pada tanggal 24 Maret 2016

Selain itu juga pada tahun 1977, pemerintah mengadakan

program operasi atau sensus secara menyeluruh yang diberi nama Naga Min. Operasi

ini bertujuan untuk mengamati atau memeriksa setiap individu yang tinggal di

Myanmar kemudian menandai mana saja yang tergolong warga negara dan warga

(7)

secara illegal.44 Di wilayah Arakan sendiri, prosedur ini justru menjadi serangan

brutal yang ditujukan pada Rohingya mengakibatkan pembunuhan massal, perkosaan,

pengerusakan masjid dan penganiayaan oleh orang-orang Rakhine dan tentara lokal.

45

B. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Masyarakat

Myanmar dan Etnis Rohingya

Akibat dari kekerasan-kekerasan itulah yang akhirnya membuat orang-orang

Rohingya menjadi pengungsi, ‘manusia perahu’ dan berbondong-bondong keluar dari

negaranya mencoba mencari suaka ke negara lain seperti Indonesia, Malaysia, Brunei

dan Bangladesh. Dalam perjalanannya mencari perlindungan ke negara lain, tak

jarang banyak orang-orang Rohingya yang tewas karena kelaparan, kehausan atau

bahkan tenggelam. Pemberitaan media yang provokatif disertai sikap tertutup

pemerintah Myanmar atas apa yang terjadi di Rakhine, sekaligus diiringi dengan

keluarnya warga Rohingya dari Myanmar secara besar-besaran membuat banyak

negara salah tafsir atas apa yang terjadi di Myanmar.

Kerusuhan yang melibatkan Rohingya dan Rakhine ini bermula pada bulan

Juni 2012. Pada saat itu sebuah surat kabar “The New Light of Myanmar”

memberitakan sebuah pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang penjahit

44

Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya Arakan (PIARA) PAHAM Indonesia.“Rohingya, 101 Data

dan Fakta”. Orang-orang Rohingya yang berada di negara lain dengan niatan mencari perlindungan,

tak sedikit pula mendapatkan perlakuan semena-mena di negara penerima seperti penjualan ke sindikat perdagangan manusia dan kerja paksa. Baca juga: “Polisi Thailand Jual Pengungsi Rohingya”

http://international.okezone.com/read/2013/01/21/411/749580/polisi-thailand-jual-pengungsi-rohingya diakses pada tanggal 24 Maret 2016

45“Jusuf Kalla: Kita Bisa Mendesain Masa Depan Rohingya.”

(8)

wanita bernama Ma Thida Htwe di desa Kyak Ni Maw, kota Yanbye pada tanggal 28

Mei 2012 yang diduga dilakukan oleh pemuda Muslim Rohingya.46

Kasus pemerkosaan dan pembunuhan 47

46DPR RI. “Diplomasi Parlemen Indonesia di Asia Tenggara : Spektrum Kepemimpinan Indonesia di

ASEAN Inter-Parlimentary Assembly 2011-2012.” Hal 88

47Agil Iqbal Cahaya,S.AP Staf Analisis Bidang Pertahanan Deputi Bidang Polhukam.

“Rohingya,Korban Minoritas Yang Terusir Dari Negaranya”. Lihat pada

www.setkab.go.id/artikel-5309-html diakses pada tanggal 28 November 2012

tersebut dilaporkan ke kantor Polis

Kyauk Nimaw hingga pada akhirnya polisi berhasil menetapkan tiga tersangka

bernama Htet Htet (a) Rawshi bin U Kyaw Thaung, Rawphi bin Sweyuktamauk, dan

Khochi bin Akwechay. Menurut penyelidikan, tersangka merampok sejumlah barang

berharga Ma Thida dengan alasan membutuhkan uang untuk menikahi seorang gadis.

Dibantu kedua rekannya, Htet Htet mengakhiri aksi perampokannya dengan

membunuh korban.

Beberapa sumber menyatakan bahwa sehari setelah penangkapan tiga

tersangka pemerkosaan tersebut, sekelompok massa umat Buddha dating mengepung

kantor polisi tempat ketiga pelaku berada. Mereka menuntut agar ketiga pelaku

diserahkan pada massa yang marah. Setelah itu, pada 3 Juni 2012 orang-orang Budha

di Kota Taunggup membagikan selebaran peringatan potensi pemerkosaan wanita

Rakhine oleh muslim Rohingya. Sekitar 300 massa Budha Rakhine juga dilaporkan

menghadang sebuah bus yang berisikan 10 penumpang peziarah Islam. Mereka

dipukuli hingga tewas, satu orang Budha juga dinyatakan tewas dalam insiden

tersebut karena dikira muslim. Penyerangan bus ini didasari motif balas dendam atas

(9)

Jelang seminggu setelah penyerangan bus berpenumpangkan Muslim

Rohingya, segerombolan umat muslim dilaporkan melempar batu ke sebuah gedung

di wilayah Maungdaw pada 8 Juni 2012 seusai sholat jumat. Beberapa saksi

melaporkan bahwa ribuan orang Rohingya juga menyerang dan membunuh beberapa

orang non-Muslim. Pada insiden itu, polisi sempat melepaskan tembakan peringatan

agar kerumunan massa dapat dibubarkan. Namun kerusuhan justru berlanjut dengan

membakar rumah-rumah orang Budha Rakhine. Umat Budha pun juga turut

meluncurkan serangan balasan. Pada hari yang sama juga tercatat bahwa kekerasan

yang melibatkan dua kubu etnis ini muncul di berbagai wilayah.48

Aksi balas dendam berkembang secara cepat dan berkelanjutan. Kedua kubu

berkomitmen untuk saling melakukan pembunuhan, pembakaran, dan penghancuran

properti. Di beberapa daerah, ribuan pasukan bersenjata Rakhine melancarkan

serangan dan penghancuran desa muslim. Beberapa serangan memang ditargetkan

oleh orang-orang Rakhine dan pasukan keamanan Negara untuk melawan Muslim

Rohingya, serangan ini mengakibatkan mengungsinya lebih dari 100.000 jiwa yang

sebagian besar adalah Rohingya.49

Tindakan saling serang dan membalas terus terjadi antara kedua etnis.

Kerusuhan juga mulai pecah di beberapa kota seperti Sittwe, Maungtaw, dan

Buthidaung. Para perusuh juga menghancurkan dan membakar rumah, toko,

48 “Mencegah Pertumpahan Darah serta Membangun Hubungan Antar Suku yang Lebih Baik.”

http://www.crisisgroup.org/en/publication-type/alerts/2012/myanmar-alerts.aspx?alt_lang=id .baca juga “Protect The Rohingya’s Report : Hear Our Screams, Making A Case For The Rohingya Genocide.”

49

Ibid. “Protect The Rohingya’s Report : Hear Our Screams, Making A Case For The Rohingya. Baca

juga Inquiry Commission, Union of Myanmar.Final Report of Inquiry Commission on Secretarian

Violence in Rakhine State. Dapat dilihat di

(10)

penginapan serta terlibat dalam pembunuhan yang menewaskan 87 orang termasuk

31 diantaranya dari ras Rakhine dan sisanya dari Rohingya. Selain membuat ratusan

orang terluka, kerusuhan ini juga berhasil membungihanguskan 5.338 rumah.50

Setidaknya sudah 200.000 orang Rohingya melarikan diri dari rumahnya sejak

bulan Juni 2012. Setahun setengah pasca kekerasan di Rakhine pada 2012, beberapa

pengungsi etnis Rohingya masih kekurangan tempat tinggal yang memadai, air

minum, kamar mandi, dan perawatan kesehatan. 51

Kerusuhan yang terjadi sejak awal Juni 2012 silam langsung menyita

perhatian dunia internasional. Walaupun fakta membuktikan bahwa Rohingya telah di

diskriminasi cuku lama jauh sebelum kerusuhan 2012 meledak. Namun pemberitaan

media, sikap diskrimintatif pemerintah Myanmar hingga bertambahnya arus

pengungsi Rohingya ke negara-negara tetangga, seolah menggambarkan bahwa

kerusuhan ini tak akan berakhir.52

Kerusuhan yang terjadi antara Rohingya dengan Rakhine fase kedua kembali

pecah pada 21 Oktober 2012.53 Pada saat itu, ratusan etnis Rakhine menyerang

perkampungan Rohingya di desa Aung-Hlaing kota Minbya. Konflik fase kedua ini

juga berimbas kepada 7 kota di Negara bagian Rakhine termasuk Kyaukpyu dan

Myebon yang tidak terkena dampak dari kerusuhan fase pertama.54

50

Fortify Rights.Op.cit.Hal 17-18

51European Commission : “Humanitarian Aid and Civil Pretection, The Rohingya Crisis,ECHO

FactSheet”.

52Inquiry Commission. Op.cit.Hal 13

53 Benjamin Zawacki. “Defining Myanmars Rohingya Problem.” baca juga “Kerusuhan Terbaru di

Myanmar Tewaskan 56 Jiwa”

http://international.okezone.com/read/2012/10/26/411/709554/kerusuhan-terbaru-di-myanmar-tewaskan-56-jiwa diakses pada tanggal 25 Maret 2016

(11)

Pemerintah Myanmar sendiri mengakui bahwa serangan tersebut telah

terkoordinir. Aparat kemanan yang selama ini dituding telah gagal melindungi

Rohingya justru terlihat membela Rohingya pada saat kerusuhan terjadi. Ini dapat

dibuktikan dari pengakuan seseorang warga etnis Rakhine yang mengatakan bahwa

pihak keamanan melepaskan tembakan kea rah etnis Rakhine agar membubarkan diri.

Dalam insiden tersebut dilaporkan 56 orang tewas, 64 orang luka-luka dan hamper

200 rumah terbakar.55

Kerusuhan juga menjalar ke kota Meikhtila, Myanmar tengah pada bulan

Maret 2013. Sejak bentrokan antara umat Budha dan muslim Rohingya tercetus bulan

Juni 2012 yang lalu, mulai banyak gerakan atau kampanye anti muslim yang

bermunculan. Walaupun kerusuhan di Meikhtila ini tidak melibatkan etnis muslim Pertengahan September 2012, diperkirakan sudah 76.000 orang-orang

Rakhine mayoritas etnis Rohingya hidup dalam pengungsian. Angka tersebut naik

menjadi 115.000 jiwa pada bulan November 2012. Pada bulan November juga

dilaporkan bahwa sekelompok umat Budha menghadang dan membagikan pamflet

ancaman kepada dokter dan tenaga bantuan medis yang berusaha melanjutkan

pemberian antuan ke pengungsian Rohingya.

Pada 16 Maret 2013, tiga orang laki-laki Rohingya bernama Mohammad

Ullah, Manzur Alam, dan Mohammed Ayub dari kota Minbya ditemukan tewas di

dalam air dengan bekas luka potong dibagian leher, hidung dan organ intim. Mereka

dibunuh oleh esktrimis Rakhine saat akan membeli bahan makanan untuk warga desa.

55 “Konflik Budha-Muslim di Myanmar Mereda”

(12)

Rohingya dan Budha Rakhine, namun kerusuhan selama bebrapa hari tersebut

berhasil menewaskan sepuluh orang dan puluhan luka-luka serta 42 bangunan yang

hangus terbakar. Intensitas konflik etnis di Myanmar sempat mereda pada bulan April

2013. Namun meredanya konflik etnis ini tak bisa bertahan lama. Pasalnya, pada 30

April 2013 kembali muncul pemberitaan tentang penyerangan Masjid dan Toko milik

umat Islam di kota kecil Oakkan yang dilakukan oleh orang-orang Budha.

Hampir satu tahun setelah kerusuhan Rakhine dan Rohingya mencuat pada

bulan Juni 2012 silam dibawah kepemimpinannya, akhirnya Presiden Thein Sein

bersumpah bahwa pemerintah akan melakukan segala cara untuk melindungi hak-hak

minoritas Muslim yang tinggal di Rakhine. Dalam pidato yang disiarkan oleh televise

Negara senin 6 Mei 2013, Thein Sein juga meekankan pentingnya toleransi antar

pemeluk agama agar bisa hidup berdampingan secara damai.56

56 “12 Muslims Kidnaped by Rakhine Monks in Sittwe”

http://arakan24.com/en/index.php/news/news-arakan/209-12-muslims-kidnapped-by-rakhine-monks-in-sittwe diakses pada tanggal 30 Maret 2016

Rentan waktu dari pertengahan higga akhir 2013 masih terus menceritakan

tentang penyerangan yang melibatkan dua kubu etnis. Sejauh ini belum ada

pemberitaan perkembangan konflik ke arah yang lebih baik. Seperti pemberitaan

media tanggal 03 Oktober 2013. Massa Budha membawa pedang dan pisau lalu

menyerbu kota Thandwe yang mengakibatkan kematian lima orang. Mereka juga

membakar setidaknya 100 rumah. Didesa terdekat dari wilayah Pauktaw juga

(13)

Konflik antar kedua etnis ini juga masih terjadi pada tanggal 28 November

2013 dimana duabelas orang muslim yang akan berangkat bekerja di sebuah pabrik

batu bata Rakhine diculik oleh Biksu Budha di Sitwe. Tujuh orang diculiik dan 5

orang lainnya dilepaskan. Pada bulan desember juga masih ditemukan pemberitaan

yang mengabarkan bahwa orang-orang Rohingya yang tinggal di kota Maungdaw

sedang hidup dalam ketakutan karena adanya rumor yang tersebar bahwa aka nada

serangan besar yang dilakukan oleh ekstrimis Rakhine.57

Pada awal bulan Desember 2013, seorang senior politik melaporkan adanya

pertemuan rahasia yang digelar oleh hamper seluruh anggota perwira tentara dan

pimpinan ekstrimis Rakhine Buthidaung dan Maungdaw.58

Selama rentan waktu terjadinya konflik antara Rohingya dan Rakhine, muncul

pula sebuah gerakan yang disebut 969 dan 786. Gerakan 969 merupakan gerakan Pertemuan ini

membangkitkan semangat para ekstrimis sekaligus mengisyaratkan beberapa indikasi

yang sangat jelas bahwa aka nada kerusuhan lagi di wilayah Rakhine. Pertemuan ini

juga seolah membenarkan rumor yang beredar pada bulan November lalu bahwa aka

nada serangan susulan. Saat ini para pemimpin Rohingya serta semua warga di

wilayah Buthidaung dan Maungdaw hidup dalam ketakutan karena pemerintah

setempat dan para ekstrimis sedang berusaha mengurangi jumlah populasi

orang-orang Rohingya dengan membunuh dan mengusir mereka dari Myanmar.

57 “Fresh Conspiracy For a Pervasive Attack on Rohingya”

http://arakan24.com/en/index.php/news/news-arakan/210-fresh-conspiracy-for-a-pervasive-attack-on-rohingya diakses pada tanggal 30 Maret 2016

58“Rohingya are engulfed by fear of prospective violence in Maung daw”.

(14)

yang dipimpin oleh seorang biksu bernama Wirathu. Dimana orang-orang yang

berada di dalamnya merasa bangga karena menjadi Budha pertama di Myanmar. Saat

ini gerakan 969 mendapat banyak dukungan dari pejabat pemerintah dan biksu.

Wirathu sebagai pemimpinnya mendesak agar semua umat Budha memboikot

toko dan bisnis orang Islam dengan cara melakukan transaksi jual beli hanya di

toko-toko Budha yang bertanda 969.59

Gerakan 969 dengan mudah disebarkan oleh para biksu. Logo dan stikernya

tersebar ke seluruh penjuru rumah, toko, taksi dan kios-kios souvenir khususnya di

daerah-daerah yang sedang dilanda kerusuhan. Beberapa pihak berwenang bahkan

memperlakukan symbol tersebut dengan sangat hormat. Tercatat bahwa seorang pria

muslim pernah dihukum selama 2 tahun penjara karena melepas stiker tersebut dari

sebuah toko. Sama halnya dengan logo 969, Islam pun juga memiliki logonya sendiri

yakni 786. Simbol ini juga kerap dipasang di setiap toko dan rumah mereka. Menurut

mereka, ini adalah angka yang mewakili berkah Islam. Memiliki arti yang sama

dengan Bismillahirrohmanirrohim, “Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang”60

59 “Special Report: Myanmar Gives Official Blessing to Anti-Muslim Monks.”

http://www.reuters.com/article/2013/06/27/us-myanmar-969-monk-idUSBRE95Q04G20130627 diakses pada tanggal 3 April 2016

60Ibid. Tidak ada kejelasan sejak kapan gerakan 969 muncul.Pasalnya pendiri gerakan 969, Wirathu

(15)

C. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Terjadi di Masyarakat

Myanmar dan Etnis Rohingya

Human Rights yang berbasis di New York menuding bahwa pemerintah,

termasuk para biksu Budha, politisi lokal, pejabat pemerintah, dan pasukan keamanan

negara telah menggerakkan kampanye pembersihan etnis untuk melawan umat Islam.

Thein Sein adalah mantan komandan militer yang pernah menjabat sebagai perdana

menteri pada 2007 hingga kemudian berhasil menjadi presiden Myanmar pada tahun

2011. 61Dibawah kepemerintahannya, ia dituding telah mengabaikan dan bahkan

bersekongkol dalam pembersihan etnis dan pelanggaran HAM terhadap Rohingya.

Ditambah lagi dengan pernyataannya bahwa tidak ada Rohingya dalam daftar ras

Myanmar. Ia mengatakan bahwa Myanmar hanya punya Bengali yang pernah dibawa

Inggris untuk mengerjakan bidang pertanian.62

61Andrew R.C Marshall/Reuters.”Myanmars Official Embrance of Extreme Buddhism.”

62Embassy of The Republic of Indonesia,Yangon,Myanmar.”Burma President Vows to Protect Muslim

Rights”

Selain berlangsungnya pembantaian, Rohingya terus menerus mengalami

tindakan diskriminasi dari pemerintah Myanmar. Misalnya, tindakan diskriminasi

pasukan keamanan Nasaka yang sedang melakukan sensus memaksa Rohingya untuk

menulis ‘Bengali’ sebagai nama ras mereka. Beberapa orang Rohingya yang berusaha

menentang dikte dari pasukan Nasaka karena tidak sesuai dengan keinginan mereka,

(16)

Nasaka adalah pasukan perbatasan Myanmar yang dituduh telah terlibat aktif

dalam pembersihan etnis di Rakhine.63 Pada bulan Maret 2013, muncul sebuah video

disebuah website yang mengunggah rekaman pasukan Nasaka saat membunuh

muslim Rohingya. Kemudian pada bulan Mei 2013 juga dilaporkan bahwa ada

beberapa warga Rohingya yang melarikan diri setelah menolak disebut ‘Bengali’ oleh

pasukan Nasaka.64

Rohingya juga menerima perlakuan diskriminatif dadri Tatmadaw yang

merupakan Organisasi paling kuat di Myanmar yang memiliki sejarah panjang atas

kejahatan perang seperti pemerkosaan, penyiksaan, pembakaran desa, pembersihan

etnis, dan lain-lain. Dalam kasus Rohingya 2012, Tatmadaw secara terbuka

mendukung dan memberikan kontribusi terhadap kekerasan massa yang muncul

secara tiba-tiba.65

Tindakan otoritas Myanmar yang mengumumkan pasal 114 peraturan darurat

dimana inti dari aturan ini adalah melarang warga Rohingya berkumpul lebih dari

lima orang, membuat umat muslim Rohingya tidak dapat menunaikan sholat idul fitri Selain itu, sejak bulan Juni banyak masjid dan sekolah di Rakhine dan Sittwe

yang dirusak serta dibakar. Adapula yang dikunci. Rohingya tidak diperkenankan

melakukan ibadah di bulan Ramadhan. Jika memberontak, mereka akan dihukum dan

ditahan.

63 Anne Gearan.”Burma’s Thein Sein Says Military Will Always Has Special Place in Government.”

http://www.washingtonpost.com/world/national-security/burmas-thein-sein-says-military-will-always-have-a-special-place-in-goverment/2013/05/19/253c300e-c0d4-11e2-8bd8-2788030e6b44_story.html diakses pada 05 April 2016

64

Arakan Rohingya National Organization.“ARNO Request UN Intervention is Most Urgent to Protect

The Rohingya in Arakan State – 14 January 2013.” Dikutip dari Arakan Genocide of The Rohingya of Myanmar in 2012 by Dr.Habib Siddiqui. Hal 29

(17)

berjamaah dua tahun berturut-turut dari 2012 hingga 2013. Sejak tahun 2012

pemerintah Myanmar diketahui telah melarang kegiatan sholat berjamaah. Padahal

peraturan darurat 144 yang dikeluarkan Myanmar adalah sebagai tanggapan atas

situasi konflik yang terjadi. Seharusnya peraturan ini juga berlaku untuk seluruh etnis

yang berkaitan. Namun yang terlihat justru diksriminasi agama karena etnis Budha

tetap bisa merayakan hari agamanya di kuil, sementara umat Islam Rohingya tidak

diizinkan.66

Beberapa tindakan dan kebijakan yang ditujukan pada etnis Rohingya

tampak sengaja dirancang untuk membuat Rohingya tidak betah dan meninggalkan

Myanmar.

Penulis juga menemukan laporan Human Rights Watch yang mengatakan

bahwa aparat kepolisian dan paramiliter Myanmar yang berjaga di lokasi konflik tak

segan menembaki etnis Rohingya dengan peluru asli. Sebagian diantaranya juga turut

menyiksa para pemuda Rohingya yang terlibat bentrok dengan Rakhine. Seorang

warga Rohingya juga menuturkan bahwa aparat yang berjaga hanya berdiam diri saat

warga Budha membakar perkampungan Rohingya. Aparat justru menembaki etnis

Rohingya yang mencoba untuk memadamkan api.

67

66 Dr. Habib Siddiqui.Op.Cit 67 Fortify Rights.Op.cit.hal 11

Seperti pada tanggal 31 Juli 2012, menteri dalam negeri letnan jenderal

Ko Ko mengatakan kepada parlemen bahwa pihak berwenang akan memperketat

peraturan dalam melawan Rohingya. Tujuannya adalah untuk mengatur kelahiran,

(18)

diskriminatif tersebut berhasil membuat Rohingya melarikan diri ke Bangladesh,

Thailand, Malaysia dan beberapa Negara lain.68

Seperti halnya surat perjanjian daerah tahun 2005 yang menyebutkan bahwa

dalam pembuatan permohonan pernikahan bagi etnis Rohingya membutuhkan foto

dari kedua calon mempelai yang memperlihatkan foto pihak laki-laki tampil dicukur

bersih dan pihak wanita juga dilarang memakai jilbab. 69Padahal persyaratan ini

tergolong memberatkan etnis Rohingya karena bertentangan dengan aturan dan adat

agama Islam Rohingya. 70

Berdasarkan pasal 417 KUHAP Myanmar juga tertulis bahwa tersedia

hukuman hingga 1 tahun penjara bagi orang-orang rohingya yang memiliki hubungan

dengan orang lain tanpa menikah dengan persetujuan Negara.

Selain itu, pasangan Rohingya diharuskan membayar biaya tidak resmi untuk

menikah yang mencapai 100.000 kyat (US $100). Akan ada tambahan biaya sebesar

US $100 apabila akan menikahi seseorang dari kota lain. Kebanyakan pasangan

Rohingya juga sering menunggu hingga 2 tahun agar permohonan pernikahannya

disetujui.

71

Pemerintah Myanmar juga telah lama membatasi pergerakan etnis

Rohingya. Dokumen pemerintah yang beredar dalam negeri pada tahun 2005 dan Selain itu juga

terdapat syarat untuk janda, duda dan orang-orang yang sudah bercerai untuk

menunggu setidaknya hingga satu atau satu tahun apabila akan menikah lagi.

68 Fortify Rights.Op.cit.hal 30-31 69

Fortify Rights hal 31

70Fortify Rights hal 31

71 Fortify Rights.Op.cit.Hal 33. Lebih lanjut baca halaman 63-73 tentang surat perintah daerah yang

(19)

2008 berisikan tentang persyaratan diskriminatif bagi pasangan Rohingya yang telah

menikah untuk mendapatkan ijin dari pemerintah untuk bergerak dalam satu wilayah

dan ke lain wilayah. Mereka juga diharuskan untuk mengisi aplikasi yang akan

diperiksa terlebih dahulu oleh pihak berwenang dan melaporkan kepada pihak

imigrasi apabila mereka sudah tiba di tempat tujuan.72

Terakhir, penulis menemukan kebijakan diksriminatif pemerintah Myanmar

yang menetapkan ‘Keluarga Berencana’ hanya kepada Rohingya. Pada bulan Mei

2013, juru bicara kepemerintahan Rakhine Win Myaing mengatakan : 73

“Regarding family planning, they [Rohingya] can only [have] two children.

… The rule is only for certain groups… For Buddhist people, we don’t need that rule,

because Buddhist people only have one wife. …It’s being implemented to control the

population growth, because it’s becoming too crowded there.”

Kebijakan pemerintah Myanmar yang tiba-tiba menetapkan agar

orang-orang Rohingya hanya memiliki dua anak, membuat wanita Rohingya terpaksa harus

melakukan aborsi. Sementara praktek aborsi di Myanmar sendiri tergolong perbuatan

illegal dan tidak aman. Praktek aborsi di Myanmar menggunakan metode tongkat

yang dimasukkan kedalam rahim dengan tujuan menggugurkan kandungan. Ratusan

wanita Rohingya telah dirawat di rumah sakit akibat komplikasi yang dihasilkan oleh

aborsi yang tidak aman.

(20)

PENEGAKAN HAM DI MYANMAR

A.Tantangan HAM bagi Negara-Negara Anggota ASEAN

Sebuah Badan HAM tidak hanya semata-mata untuk promosi tapi harus

melakukan fungsi proteksi.Apalagi fungsi proteksi dan promosi. Rancangan awal

kerangka acuan (terms of reference) Badan Hak Asasi Manusia ASEAN dinilai masih

terlalu lemah. Dalam poin 4 TOR AICHR, bagian mengenai mandat dan

fungsi-fungsi, ada 14 hal yang merupakan mandat dan fungsi AICHR itu. Dari 14 poin itu,

tidak ada satu pun secara khusus dan detail terkait dengan perlindungan HAM, seperti

keharusan menyinkronkan peraturan perundangan sehingga selaras dengan

perlindungan HAM, keharusan menyampaikan laporan periodic mengenai

perlindungan HAM yang mendapat perhatian luas, apalagi mendorong keterbukaan

negara-negara anggota ASEAN untuk menerima misi pemantau HAM dari ASEAN

sebagai lembaga, ataupun badan-badan HAM yang sudah ada di beberapa negara

anggota ASEAN.74

ASEAN sebelumnya dikenal sebagai perhimpunan negara-negara konservatif

dan tidak demokratis dalam masalah HAM.Ketidakberanian melakukan tekanan

terhadap Myanmar dan sikap cultural relativism negara-negara ASEAN membuat

banyak orang meragukan efektivitas Badan HAM ASEAN.Sebaliknya, pendekatan

minimalis melihat hal ini sebagai langkah besar ASEAN yang sebelumnya tidak

(21)

pernah memasukkan masalah HAM dan demokrasi sebagai salah satu unsur

regionalisme ASEAN yang terbuka. Tumbuhnya kesadaran kuat di ASEAN bahwa

pelanggaran HAM di suatu Negara bisa menimbulkan ancaman keamanan bagi

negara lain dan kawasan.75Masalah HAM di Myanmar adalah contoh tentang

pengaruh situasi HAM di suatu negara terhadap interaksi di dalam dan di luar

kawasan.ASEAN sering harus membela posisinya dalam masalah HAM di Myanmar

saat berhadapan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Secara substansi, hal ini

merupakan ujian bagi komunitas ASEAN yang bersifat people oriented. Sementara

itu, secara simbolik masalah HAM adalah taruhan reputasi ASEAN di dunia

internasional yang telah mengumandangkan pembangunan ekonomi, HAM, dan

keamanan sebagai tiga pilar perdamaian internasional. Dalam APSC Blueprint jelas,

upaya untuk mempromosikan dan melindungi HAM ditekankan pada pemebentukan

kesadaran tentang HAM, identifikasi beberapa mekanisme perlidungan HAM, bentuk

kerja sama, instrument dan komisi ASEAN untuk promosi serta perlindungan HAM.

Sampai sekarang, belum ada kejelasan tentang mandat untuk melakukan penilaian,

monitoring, pelaporan, penyelidikan, serta mengambil langkah tertentu untuk

menyelesaikan masalah-masalah HAM di negara-negara anggota.76

Meski ini masih sulit dicapai dalam waktu dekat, masalah HAM hadir setiap

saat dank arena itu sumbangan nyata badan ini untuk menyelesaikan

masalah-masalah HAM harus dipikirkan sejak sekarang.77

75Ibid 76Ibid

77http://www.solocityview.com , diakses pada 26 April 2016

Konsekuensinya, ASEAN harus

(22)

untuk menilai dan membuat laporan, mengembangkan early warning HAM, dan

kriteria atau syarat minimal untuk melakukan penyelidikan dan tindakan tertentu.

Dalam kaitan ini, cultural relativism dalam HAM tidak dapat

diberlakukan.Prinsip-prinsip universal tentang HAM harus mendasari Badan HAM ASEAN.ASEAN yang

bersifat people-oriented tidak dapat dicapai jika ASEAN mempertahankan

kemutlakan kedaulatan nasional dalam masalah HAM.

Selanjutnya masalah lain yang juga signifikan adalah keanggotaan Badan

HAM ASEAN. Keanggotaan Badan HAM ASEAN harus mencerminkan

state-holders HAM sekaligus untuk membentuk idependensinya, yaitu yang terdiri dari

unsur pemerintah, para ahli, dan civil society. Jika tidak, ASEAN akan menjadi

organisasi regional yang bersifat state-centric yang jauh dari karakter komunitas

dengan sifat ke-kita-an (we feeling) seluruh warga ASEAN. Keragaman keanggotaan

berdampak pada posisi kelembagaan Badan HAM ASEAN. Di mana Badan HAM

ASEAN akan diletakkan, bertanggung jawab kepada siapa? Dan siapakah yang

memilih ketua Badan HAM ASEAN?

Membandingkan dengan kajian Setara Institute tentang Komisi HAM

ASEAN, dimana proses dan hasil pembentukan Deklarasi ini, sesungguhnya

menggambarkan bahwa ASEAN bukanlah arena dan sarana pemajuan HAM

melainkan instrument yang memproteksi keberlakuan dan justisiabilitas HAM di

negara-negara ASEAN . Dalam Deklarasi tersebut dinyatakan bahwa hak-hak asasi

akan dipertimbangkan dalam “konteks regional dan nasional”.78

78http://www.setara-institute.org diakses pada 26 April 2016

Artinya,

(23)

pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh ASEAN secara kolektif dan oleh

negara-negara anggota ASEAN secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, bukannya

pemajuan HAM dengan standar universal yang diperoleh dari deklarasi ini, tetapi

tetapi justru pembatasan kolektif atas nama prinsip non interference (tidak

mencampuri urusan nasional dalam negeri masing-masing). Semestinya, ASEAN

belajar dari pengalaman kegagalan perlindungan HAM di beberapa Negara anggota

ASEAN .Myanmar adalah contoh yang paling sering mengalami krisis HAM dan

politik dalam negeri. Namun atas nama prinsip non-interference, intervensi

kemanusiaan bahkan sulit dilakukan.

B. Penegakan HAM Di Myanmar Sebagai Negara Anggota ASEAN

Nasib etnis minoritas ini tidak selalu mendapatkan perlakuan yang baik di

wilayah Negara yang didudukinya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia

sering dialami oleh etnis minoritas ini. Mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia

(HAM), menurut C.De Rover bahwa pelanggaran HAM merupakan setiap tindakan

yang salah secara internasional yang dilakukan oleh suatu negara, dan dapat

menimbulkan pertanggungjawaban internasional kepada Negara tersebut.79

Seiring dengan perkembangannya kejadian yang terjadi, salah satunya di

Negara Myanmar.Konflik etnis Rohingya ini merupakan konflik yang di dasari atas

perlakuan diskriminasi karena perbedaan etnis dan agama.Etnis Rohingya tidak

diakui keberadaannya oleh Negara Myanmar dan tidak mendapatkan

kewarganegaraan. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya Peraturan

(24)

Kewarganegaraan Myanmar (Burma Citizenship Law1982), Myanmar menghapus

Rohingya dari daftar delapan etnis utama yaitu Burmans, Kachin, Karen, Karenni,

Chin, Mon, Arakan, Shan dan dari 135 kelompok etnis kecil lainnya.80

Presiden Myanmar Thein Sein melakukan pengusiran pada etnis ini dengan

mengatakan dalam forum internasional, bahwa “Rohingya are not our people and we

have no duty to protect them”, Presiden Thein Sein menginginkan etnis Rohingya

dikelola oleh UNHCR (United Nation High Comissioner for Refugee) atau ditampung

di Negara ketiga. Selain itu, Presiden Thein Sein menyebut etnis Rohingya di Arakan

sebagai “a threat to national security”.Pernyataan yang dilakukan oleh Presiden Thein

Sein berdampak buruk bagi etnis Rohingya yang tidak hanya berasal dari pemerintah

saja tapi juga dari masyarakat Myanmar.81

Perlakuan buruk yang terjadi terhadap etnis rohingya sebenarnya 82

Konflik tersebut dibiarkan oleh pemerintah Myanmar untuk melegalisasi

tindakan pemerintah Myanmar mengusir etnis Rohingya dari Negara sudah

dialami sejak tahun 1962 pada saat pemerintahan presiden U Nay Win.Presiden U

Nay Win membentuk operasi-operasi hingga menyebabkan orang Rohingya terusir

paksa dari Negara Myanmar. Terusir paksa melalui beberapa tindakan sistematis yang

berupa : Extra Judicial Killing, penangkapan sewenang-wenang, penyitaan property,

perkosaan, propaganda anti-rohingya dan anti-muslim, kerja paksa, pembatasan

gerak, pembatasan lapangan kerja, larangan berpraktek agama.

80C. de Rover, To Serve and Protect Acuan Universal Penegakan HAM, (Jakarta:Raja Grafindo

Persada,2000) Hal 22

81Aviantina Susanti, Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM Berat Terhadap Etnis Rohingya di

Myanmar Berdasarkan Hukum Internasional, Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya,2014,Hal 4.

(25)

Myanmar.Masalah pelanggaran HAM berat yang terjadi di Myanmar merupaka salah

satu masalah yang sangat serius di dunia ini, karena bukan hanya berdampak negative

bagi masyarakat yang berada di wilayah Myanmar saja tetapi berdampak pula pada

Negara yang lain. Selain itu, pelanggaran HAM berat ini bukanlah perkara mudah

untuk diselesaikan.83

Dalam pasal 33 United Nation Charter dijelaskan bahwa untuk menyelesaikan

kasus seharusnya menggunakan cara diplomasi terlebih dahulu sebelum ke ranah

hukum. Hal tersebut berbunyi sebagai berikut :84

Adapun bentuk-bentuk mekanisme diplomasi yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan kasus yang terjadi di Myanmar ialah dengan menggunakan Mediasi.

Mediasi adalah cara penyelesaian dengan melalui perundingan diikutsertakan pihak

ketiga sebagai penengah. Pihak ketiga disini disebut sebagai mediator.Mediator disini

tidak hanya Negara tetapi dapat individu, organisasi internasional dan lain Ayat 1, Pihak-pihak yang tersangkut dalam sesuatu pertikaian yang jika

berlangsung secara terus menerus mungkin membahayakan pemeliharaan perdamaian

dan keamanan nasional, pertama-tama harus mencari penyelesaian dengan jalan

perundingan, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian menurut

hukum melalui badan-badan atau pengaturan-pengaturan regional, atau dengan cara

damai lainnya yang dipilih mereka sendiri.

Ayat 2, Bila dianggap perlu, Dewan Keamanan meminta kepada pihak-pihak

bersangkutan untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan cara-cara yang serupa itu.

83Ibid

(26)

sebagainya.Mengenai kasus yang terjadi pada etnis rohingya, ASEAN dapat sebagai

mediator untuk menengahi para pihak yang bersegketa (etnis rohingya dengan

pemerintah Myanmar dan penduduk warga Negara Myanmar).Serta ASEAN dapat

membantu memberikan usulan-usulan bagi para pihak untuk menyelesaikan masalah

yang terjadi tanpa adanya salah satu pihak yang dirugikan.

Dalam menyikapi kasus yang terjadi di Myanmar terhadap etnis rohingya,

ASEAN memang telah mengecam keras kepada pemerintah Myanmar untuk segera

mengakhiri kekerasan yang terjadi.Namun, hal tersebut tidak ditanggapi dengan baik

oleh pemerintah Myanmar dan hingga saat ini belum ada penyelesaian. Jika dalam

menggunakan cara mediasi sudah digunakan oleh negara dalam mengakhiri

permasalahan yang terjadi, namun masih belum dapat menyelesaikan masalah yang

terjadi dapat diambil alih oleh Dewan Keamanan PBB untuk diselesaikan

menggunakan cara melalui mahkamah Pidana Internasional.

C. Upaya ASEAN Dalam Penegakan Perlindungan Terhadap HAM di Myanmar

Dikaitkan dengan keberadaannya sebagai salah satu negara ASEAN sejak

tahun 1977, Myanmar hingga kini semakin terlihat berpengaruh pada pergeseran pola

hubungan ASEAN yang selama ini sarat dengan nilai-nilai penghormatan terhadap

integritas kedaulatan, penyelesaian masalah melalui musyawarah dan konsensus serta

prinsip non-intervensi. Pembicaraan isu-isu seputar hubungan negara-negara ASEAN

yang sebelumnya selalu diwarnai dengan pengkondisian swept under the carpet

terlihat sedikit bergeser dengan maraknya diskusi terbuka oleh para pengambil

(27)

Myanmar.85

ASEAN mulai mempertimbangkan penyesuaian prinsip-prinsip dasar yang

mereka anut. Hal ini tidak berarti akan adanya penghapusan atas prinsip-prinsip

tersebut, namun harus ada gagasan dan komitmen bahwa implementasi prinsip

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan ASEAN dalam mencapai visinya yakni

terbentuknya “komunitas ASEAN 2020” yang ditopang oleh tiga pilar yakni ASEAN

Economic Community (AEC), ASEAN Security Community (ASC), dan ASEAN

Socio-Cultural Community (ASCC).

Myanmar saat ini seakan dijadikan sebuah persimpangan bagi ASEAN

untuk memilih apakah asosiasi regional ini akan terus berpegang pada prinsip-prinsip

dalam proses pencarian solusi bagi masalah dan perubahan-perubahan kontemporer

yang timbul di kawasan. Prinsip non intervensi , prinsip ini dianut oleh ASEAN sejak

awal pendiriannya sebagai salah satu sebuah strategi “penyatuan” negara-negara Asia

Tenggara yang pada dasarnya memiliki masalah domestik yang bervariasi mengingat

hamper semua negara anggota ASEAN adalah bekas daerah jajahan yang memiliki

warisan potensi konflik yang tidak sedikit seperti konflik etnis, agama seperti kasus

Rohingya di Myanmar.

86

85Nurani Chandrawati dan Bantarto Bandoro, “ASEAN,Dahulu,Kini,dan Masa Depan” dalam

Spektrum Jurnal ISIP, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta,2004.Hlm.1

86ASEAN Sekretariat, “ASEAN Annual Report 2003-2004”, Hlm.4.

Ini memberi arti bahwa ada kemungkinan

negara-negara ASEAN memiliki andil yang tepat dan terukur untuk berperan mencari solusi

bersama atas pelanggaran HAM dan demokrasi di Myanmar.Ini pun dilakukan

dengan mekanisme dan koridor yang jelas sehingga penguasa Myanmar tidak merasa

dijadikan “tersangka” yang layak untuk dijatuhi hukuman.Dalam mendukung hal ini,

(28)

legitimasi pemerintah masing-masing negara anggota mengingat ASEAN dikenal

sebagai asosiasi regional yang didominasi oleh peran state actors. Apalagi jika

ASEAN juga mampu merumuskan suatu ASEAN Charter sebagai suatu landasan

hukum atasa langkah apa yang harus diambil dalam pencarian solusi tersebut.

Dalam upaya untuk merealisasikan keberadaan sebuah deklarasi HAM di

ASEAN perlunya melihat perkembangan penegakan di belahan dunia lainnya sebagai

bahan komparasi. Di Eropa, pada awalnya tidak memuat rujukan khusus kepada

HAM karena tidak memuat rujukan khusus kepada HAM karena tidak termasuk

bidang utama kegiatan Masyarakat Eropa (European Community) pada waktu itu.

Namun pada tahun-tahun berikutnya terdapat perkembangan yang signifikan yakni

diantaranya langkah awal yang diambil oleh Eropa yang disetujuinya Deklarasi

Bersama Tentang Perlindungan Kebebasan Fundamental pada tahun 1977 oleh

Komisi Eropa yaitu Dewan Menteri dan Parlemen Eropa.87

87

Marcel Zwamborn, “Human Rights Promotion and Protection Through the External Relation of The European Community and the Twelve”, Netherlands Quarterly of Human Rights. Vol.7, No.1, 1998. Hlm.13.Pernyataan ini juga dikutip oleh Peter R Baehr, “Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar Negeri”, Yayasan Obor Jakarta, 1998.Hlm 113.

Di dalam deklarasi

tersebut ditekankan pentingnya perlindungan hak fundamental yang secara khusus

berasal dari undang-undang dasar semua negara anggota dan Konvensi Eropa bagi

perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Fundamental. Sedangkan

negara-negara Amerika, telah disetujui Piagam Organisasi Negara-Negara Amerika

(OAS), bersama dengan Deklarasi Amerika Tentang Hak dan Kewajiban Manusia

sebagai suatu perangkat standar dalam penegakan HAM. Selanjutnya berturut-turut

(29)

ditandatangani Konvensi Amerika tentang HAM yang melahirkan pengadilan antar

negara Amerika tentang HAM.

Pengawasan atas implementasi ketentuan piagam OAS dan deklarasi Amerika

tentang HAM dan kewajiban manusia dilakukan oleh komisi antar-negara Amerika

dan dan Pengadilan Antar Negara Amerika. Di Afrika, Piagam hak-hak Asasi

Manusia dan Hak Rakyat Afrika disetujui oleh Organisasi Kesatuan Afrika (OAU)

pada tahun 1986 yang didalamnya terdapat bermacam-macam hak rakyat Afrika

diantaranya adalah untuk menentukan nasib sendiri, ha katas pembangunan, hak-hak

ekonomi, dll. Namun Afrika tidak menetapkan suatu pengadilan HAM, tidak seperti

Eropa dan negara-negara Amerika yang memiliki pengadilan tersebut.Ketiadaan

pengadilan semacam ini mengandung arti bahwa bagi Afrika putusan akhir

diserahkan kepada para kepala negara dan kepala pemerintahan sehingga

kemungkinan lebih didominasi oleh kepentingan politik daripada kepentingan

peradilan.88

Pemaparan perkembangan penegakan HAM di beberapa kawasan tadi

selayaknya diartikan ASEAN sebagai bentuk peluang dan tantangan bagi

terbentuknya deklarasi HAM ASEAN yang selanjutnya diselaraskan dengan rencana

pencapaian komunitas ASEAN 2020 dimana penegakan HAM kawasan merupakan

bagian dari kerjasama politik dan keamanan yang pada gilirannya akan menciptakan

ASEAN yang lebih demokratis dan harmonis. Sedangkan mekanisme kongkrit dari

penegakan HAM tersebut, ASEAN nantinya dapat memilih apakah akan mengikuti

“gaya cepat” negara-negara Eropa dan Amerika yakni membuat deklarasi dan

(30)

pengadilannya secara sekaligus atau seperti negara-negara Afrika yang hanya baru

memiliki deklarasi namun belum memiliki pengadilan HAM.89

D. Peran Negara Anggota ASEAN Dalam Mewujudkan Penegakan HAM di

Myanmar

Pilihan yang kedua

kelihatannya akan terkesan sia-sia karena kepentingan dan pertimbangan politik akan

dominan ketimbang kepentingan hukum dan peradilan, apalagi penyelesaian akhirnya

diserahkan kembali ke negara masing-masing. Akan tetapi sebenarnya pola inilah

yang bisa dilakukan terkait dengan kelonggaran sehingga memungkinkan terjadinya

penguatan kolektif bagi penegakan HAM namun disisi lain ASEAN tetap

menghormati kedaulatan masing-masing negara anggota seperti pesan yang

disampaikan oleh Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II) pada tanggal 7

Oktober 2003, “…ASEAN shall continue to promote regional solidarity and

cooperation. Member countries shall exercise their rights to lead ther national

existence free from outside interference in their internal affairs”. Selanjutnya jika

kedewasaan politik negara-negara ASEAN telah mencapai pada tahap yang lebih

mapan , maka tidak menutup kemungkinan pengadilan HAM tersebut akan terbentuk.

ASEAN (Assoccation of South East Asian Nation) atau perhimpunan

bangsa-bangsa kawasan Asia Tenggara adalah sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi

untuk negara-negara Asia Tenggara berdiri pada 8 Agustus 1967 di Bangkok,

Thailand dimana pada saat itu dihadiri oleh 5 negara pendiri ASEAN, yaitu

Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Pertemuan tersebut

(31)

menghasilkan sebuah Deklarasi yang dinamakan Deklarasi Bangkok, cikal bakal dan

berdirinya sebuah organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama

multilateral antarnegara di kawasan Asia Tenggara. Dengan prinsip dasar sebagai

berikut pada awalnya :

a. Menghormati kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas nasional

semua negara

b. Setiap negara memiliki hak untuk menyelesaikan permasalahan nasionalnya

tanpa ada campur tangan dari luar

c. Penyelesaian perbedaan atau perdebatan antar negara dengan aman

d. Menolak penggunaan kekuatan dan kekerasan

e. Meningkatkan kerjasama yang efektif antar anggota

ASEAN yang dikukuhkan oleh lima negara pemrakarsa yaitu Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand di Bangkok. Membentuk kesepakatan

dengan hasil prinsip dasar diatas, yang dikenal dengan sebutan Deklarasi Bangkok.

Perjanjian yang ditandatangani oleh menteri luar negeri pada saat itu, adalah Adam

Malik dari Indonesia, Narciso R Ramos dari Filipina, Tun Abdul Razak dari

Malaysia, S.Rajaratnam dari Singapura, dan terakhir adalah Thanat Khoman dari

Thailand. Pada tanggal 8 Januari 1984, seminggu setelah mencapai kemerdekaannya,

negara Brunei masuk menjadi anggota ASEAN.11 tahun kemudian, tepatnya tanggal

28 Juli 1995 Vietnam bergabung dengan ASEAN.Laos dan Myanmar menjadi

anggota dua tahun kemudian, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja

(32)

menarik diri disebabkan masalah politik dalam negara tersebut. Namun, dua tahun

kemudian Kamboja kembali masuk menjadi anggota ASEAN pada 30 April 1999.

ASEAN yang telah berdiri sejak tahun 1967 dan kini mampu menunjukkan

dirinya sebagai salah satu organisasi Internasional yang mempunyai kekuatan politik

yang kuat dan mendapat pengakuan dari negara-negara anggotanya.Namun terdapat

beberapa isu-isu di forum ASEAN dan menyentuh kepentingan negara-negara

anggotanya secara kolektif, salah satunya isu Konflik Etnis Rohingya dan HAM di

Myanmar.

Di usia ke-40 nya, pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura pada bulan

November 2007 telah ditandatangani Piagam ASEAN (ASEAN Charter) yang

mengubah ASEAN dari organisasi yang longgar (loose association) menjadi

organisasi yang berdasarkan hukum (rules-based organization) dan menjadi subjek

hukum (legal personality).90

Piagam ASEAN ditetapkan pada tanggal 15 Desember 2008 setelah 91

1) Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan

identitas seluruh negara-negara anggota ASEAN,

diratifikasi oleh

semua negara anggotanya. Dalam Piagam ASEAN tersebut tercantum prinsip-prinsip

ASEAN, yaitu:

90ASEAN Selayang Pandang edisi 18, hal.5.

91Terjemahan Piagam ASEAN. Tersedia dari :www.asean.org//AC-Indonesia.pdf. Internet: diakses

(33)

2) Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan

perdamaian, kemanan dan kemakmuran di kawasan,

3) Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau

tindakan-tindakan lainnya dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan hukum

internasional,

4) Mengedepankan sengketa secara damai,

5) Tidak campur tangan urusan dalam negeri Negara-Negara Anggota ASEAN

6) Penghormatan terhadap hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi

nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi, dan paksaan,

7) Ditingkatkannya konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius

memengaruhi kepentingan bersama ASEAN,

8) Berpegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik,

prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional,

9) Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan hak asasi

manusia, dan pemajuan keadilan sosial,

10)Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum

internasional, termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh

negara-negara anggota ASEAN.

11)Tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apapun, termasuk

penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau

Negara non-ASEAN atau subjek non-negara mana pun, yang mengancam

kedaulatan, integritas wilayah, atau stabilitas politik dan ekonomi

(34)

12)Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh rakyat

ASEAN, dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan

dalam keanekaragaman,

13)Sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik, ekonomi,

sosial budaya, dengan tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif

dan non-diskriminatif,

14)Berpegang teguh pada aturan-aturan perdagangan multilateral dan

rejim-rejim yang didasarkan pada aturan ASEAN untuk melaksanakan

komitmen-komitmen ekonomi secara efektif dan mengurangi secara progresif dan

mengurangi secara progresif kea rah penghapusan semua jenis hambatan

menuju integrasi ekonomi kawasan, dalam ekonomi yang digerakkan oleh

pasar.

Keberhasilan ASEAN melahirkan sebuah piagam bersama tidak berarti ASEAN

menjadi organisasi yang lebih baik.Tantangan terbesar justru berada di lingkungan

internal ASEAN sendiri, khususnya bagaimana agar benar-benar bisa

mengimplementasikan piagam itu sehingga ASEAN menjadi kekuatan yang menyatu

dan tidak terpecah belah.

Adanya piagam ASEAN, yang di dalamnya mengharuskan para anggota

mematuhi apa-apa yang sudah diputuskan bersama oleh ASEAN, akan menimbulkan

ketidaknyamanan bagi beberapa pihak. Para pihak disini adalah para anggota ASEAN

itu sendiri yang sebenarnya keberatan atas keputusan bersama itu.Meski demikian,

(35)

terhadap para anggotanya yang belum bisa menaati kesepakatan-kesepakatan yang

telah dibuat.

Celah-celah untuk kompromi yang sering kali diistilahkan banyak kalangan

sebagai cara ASEAN atau the ASEAN way masih banyak diakomodasi di dalam

piagam tersebut. Di bidang ekonomi, misalnya, Piagam ASEAN menjamin hak-hak

negara anggota untuk berpartisipasi secara fleksibel dalam pelaksanaan

prinsip-prinsip politik ASEAN, seperti khususnya demokrasi dan penghormatan dan jaminan

atas hak-hak asasi manusia, asas yang fleksibel dipertahankan.

Satu hal penting dalam Piagam ASEAN yang memang sudah selayaknya dilakukan

adalah menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berorientasi pada rakyat

atau bukan organisasi birokrat semata. Dengan demikian, kesempatan dibuka lebih

besar kepada warga masyarakat ASEAN untuk berinteraksi satu sama lain dengan

lebih intens.

Kebebasan rakyat ASEAN untuk bersosialisasi di kawasan regional dan

internasional tentu akan berkontribusi positif kepada kerja sama ASEAN dengan

mitra-mitranya di seluruh kawasan.

Kehadiran akan Piagam ASEAN, yang di dalam nya mengharuskan para

anggota mematuhi apa-apa yang sudah diputuskan bersama oleh ASEAN, akan

menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa pihak. Para pihak disini adalah para

anggota ASEAN itu sendiri yang sebenarnya keberatan atas keputusan bersama

(36)

sehingga tidak terlalu keras terhadap para anggotanya yang belum bisa menanti

kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat. Berbagai upaya pemimpin Asia Tenggara

telah dilakukan untuk membuktikan komitmen mereka terhadap hak asasi manusia di

Myanmar menjadi boomerang untuk ASEAN sendiri, ASEAN telah berulang kali

ditekan untuk menggunakan pengaruhnya dalam meningkatkan situasi hak asasi

manusia di Myanmar, tetapi untuk memanfaatkan sedikit. Soft diplomacy dan

pemberian sanksi pada pelanggar terlihat kontras dengan sanksi yang dikenakan oleh

Amerika Serikat dan Eropa terhadap pelanggaran isu Hak Asasi Manusia.

Jelas disebutkan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara bahwa

negara-negara anggota ASEAN wajib bertindak dan melakukan perlindungan

terhadap HAM.92

1. Pembuatan keputusan berdasar consensus

Pendekatan constructive engagement merupakan upaya soft diplomacy ASEAN

terhadap Myanmar.ASEAN yang mendukung Myanmar untuk bergabung pada tahun

1997, melaui cara-cara ASEAN (ASEAN way) yang tidak mengedepankan sanksi dan

isolasi. Melalui the ASEAN way, yang berisikan komponen inti dari Prinsip

Non-interferencesebagai berikut :

2. Menghormati nilai kedaulatan nasional negara-negara anggota ASEAN

3. Tidak adanya interferensi terhadap urusan domestic antar negara ASEAN.

92The ASEAN Experience: Insight for Regional Political Cooperation. Hal 11; Christoper Roberts.

(37)

Dinamisasi ASEAN’s waydiperlukan untuk mencapai sebuah makna

bagaimana peran-peran negara anggota ASEAN untuk menjadi motor suksesnya

integrasi ASEAN. ASEAN pun penting sebagai wadah berhimpun negara anggota

yang memiliki keuntungan pada tingkat kerjasama di tingkat regional maupun

kepentingan nasional masing-masing negara di ASEAN.

Kebijakan ASEAN terhadap Myanmar seolah telah berevolusi kepentingannya

dari awal pembentukan organisasi pada tahun 1967. Pergeseran ke kebijakan

constructive engagement dapat dilihat dari konteks yang lebih besar yaitu reaksi

ASEAN terhadap Myanmar yang diikuti oleh langkah-langkah berikut :

1. Para pemimpin ASEAN telah melakukan diskusi penuh dan terbuka pada

masalah Myanmar di tiap institusi informal dimana mereka bekerja.

2. Desakan ASEAN terhadap Perdana Menteri Thein Sein yang memperjelas

bahwa situasi di Myanmar adalah urusan Myanmar domestic dan bahwa

Myanmar sepenuhnya mampu menangani situasi dengan sendirinya.

3. Para pemimpin ASEAN sepakat bahwa ASEAN akan menghormati

keinginan Myanmar dan membuka jalan bagi Myanmar untuk

berhubungan langsung dengan PBB dan masyarakat internasional dalam

rangka memperbaiki citra Negara Myanmar di dunia internasional.

ASEAN siap untuk memainkan peran kapan pun Myanmar menginginkan

(38)

ASEAN telah berulang kali ditekan untuk menggunakan pengaruhnya 93

ASEAN harus meninggalkan prinsip non-interferensinya atau Piagam

ASEAN tentang sanksi pelanggaran Hak Asasi Manusia tidak akan efektif sama

sekali. Amerika dan Eropa telah lama ditekan ASEAN untuk menggunakan

pengaruhnya untuk menekan dan membuat perubahan di Myanmar memberikan

embargo kepada Myanmar.

dalam

meningkatkan situasi hak asasi manusia di Myanmar, tetapi untuk memanfaatkan

sedikit.Soft diplomacy dan pemberian sanksi pada pelanggar terlihat sangat kontras

dengan sanksi yang deikenakan oleh negara-negara Barat terhadap pelanggaran Hak

Asasi Manusia, ASEAN mendapat banyak tekanan dari dunia internasional untuk

mendapatkan hak menghukum pelanggar hak asasi manusia yang terus menghadapi

penolakan dari Myanmar, karena ASEAN telah lama memegang prinsip

non-intervensi dalam urusan masing-masing negara anggotanya.

94

Asosiasi Negara Asia Tenggara (ASEAN), yang 10 anggota termasuk Myanmar,

memiliki kebijakan non-intervensi dalam urusan dalam negeri anggota dan telah Namun anggapan akan intervensi Negara maju,

Amerika Serikat dan Eropa mengembalikan tekanan terhadap ASEAN yang terdiri

dari lebih banyak negara relative maju seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina,

Singapura dan Thailand yang seharusnya mampu memberikan pengeruh terhadap

anggota-anggotanya seperti Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.

93Diambil dari: http://nobelprize.org/nobel_prizes/peace/laureates/1991/kyi-bio.html diakses pada

tanggal 19 Mei 2016;Lintner,Bertil.Outrage: Burma’s Struggle for Democracy.2nd ed.,Edinburg:Kiscadale,1995.

94Mirante,Edith T.Burmese Looking Glass. A Human Rights Adventure and a Jungle Revolution.New

(39)

mencoba terlibat dengan Myanmar ketimbang menjatuhkan sanksi berat , dukungan

merupakan salah satu peran yang bisa diberikan ASEAN terhadap Myanmar sebagai

negara anggotanya dimana ASEAN merealisasikan kerjasama dan tetap berpegang

pada prinsip non-intervensi.

Peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan penggerak utama dalam hubungan dan

kerjasama di kawasan Asia Tenggara dan juga peran pendukung (supporting role)

dalam proses penyelesaian masalah hak asasi manusia sehingga Negara-negara

anggota ASEAN hidup damai dengan dunia secara kesuluruhan di lingkungan yang

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bahwa hak-hak asasi manusia adalah suatu hak yang bersifat hakiki dan

lahiriah tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, kebudayaan, dan

peradaban. Setiap umat manusia dilahirkan bebas dan merdeka sepenuhnya.

Hal ini selaras dengan pernyataan yang tercantum dalam pasal 1 Deklarasi

Umum Hak Asasi Manusia “Setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan

sederajat dalam harkat dan martabatnya”. HAM bersifat universal dan tak

dapat dicabut, tak dapat dibagi, saling bergantung dan berkaitan satu sama lain

(interdependence and interrelatedness), turut berpartisipasi dan berperan aktif

(participation and inclusion), ada pertanggungjawaban dan penegakan hukum

(accountability and rule of law). HAM dalam perspektif hukum internasional

berkaitan dengan kewajiban negara untuk menghormati hak-hak asasi

warganegaranya. Dengan hak-hak sipil negara berkewajiban untuk tidak

melakukan intervensi, sedangkan berkaitan dengan hak-hak ekonomi dan

sosial negara berkewajiban memberikan layanan-layanan yang positif.

2. Kondisi masyarakat Rohingya sangatlah memprihatinkan dimana banyak

terjadi kekerasan dan pelanggaran HAM disana dan beberapa tindakan dan

kebijakan yang ditujukan kepada Rohingya sengaja dirancang agar etnis

Rohingya tidak betah dan meninggalkan Myanmar. Maka dari itu, dalam hal

(41)

mengamandemen undang-undang yang ada mengenai

kewarganegaraan,pengungsi, dan orang-orang tanpa kewarganegaraan dengan

perubahan yang memungkinkan pemerintah pusat dan otoritas lokal mengenai

masalah ini. Pemerintah Myanmar telah terbuka dengan gagasan pemberian

status kewarganegaraan kepada orang-orang Rohingya yang memenuhi

kualifikasi di Arakan, ini adalah suatu kesempatan yang positif yang

seharusnya dapat dioptimalkan oleh ASEAN.

3. Peranan ASEAN yaitu menggunakan berbagai mekanisme untuk memberikan

bantuan kemanusiaan ke Myanmar dalam penanganan masalah Rohingya.

ASEAN dapat berperan aktif dalam mencari dan menemukan akar

permasalahan konflik antar etnis di Arakan melalui pembangunan kapasitas

dalam bentuk perdamaian, mediasi konflik, pencegahan konflik, manajemen

kemanan perbatasan, masalah migrasi, penguatan kapabilitas pemerintahan

lokal dalam mewujudkan perdamaian dan ketertiban sosial.

B. Saran

1. Diperlukan suatu kesadaran atas pemahaman nilai-nilai HAM yang secara

jelas telah diatur dalam Instrumen yuridis Internasional bagi setiap Subjek

Hukum Internasional yakni Negara, dimana negara harus dapat memegang

teguh dan menghormati setiap nilai-nilai yang ada.

2. Diperlukan suatu Instrumen Yuridis Internasional tentang HAM yang

mengikat dan tegas terhadap semua subjek Hukum Internasional yang

berlaku bagi semua Negara dan membentuk suatu badan yang mandiri dan

(42)

3. ASEAN sebagai organisasi yang Myanmar merupakan bagian dari anggota

ASEAN seharusnya dapat lebih agresif dalam menegakkan HAM di

(43)

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK ASASI MANUSIA

A.Pengertian dan Latar Belakang Hak Asasi Manusia

Jhon Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah “hak - hak yang

diberikan langsung oleh Tuhan yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Oleh

karenanya tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya”.21

Berdasarkan beberapa perumusan pengertian Hak Asasi Manusia di atas,

diperoleh suatu kesimpulan bahwa Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang

melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu

anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu

masyarakat atau Negara. Dengan demikian hakikat penghormatan dan perlindungan

terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) adalah menjaga keselamatan eksistensi manusia Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan

manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam

kehidupan manusia.

Dalam pasal 1 Undang - undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang

melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha

Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan

dilindungi oleh negara,hukum,pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta

perlindungan harkat dan martabat manusia”.

21

(44)

secara utuh melalui aksi keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara kepentingan

perseorangan dengan kepentingan umum.Upaya menghormati, melindungi dan

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), menjadi kewajiban dan tanggung

jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur pemerintahan baik militer

maupun sipil) bahkan Negara.Jadi dalam memenuhi dan menuntut hak tidak terlepas

dari pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan.Begitu juga dalam memenuhi

kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang banyak

(kepentingan umum).

Karena itu pemenuhan, perlindungan dan penghormatan kepada Hak Asasi Manusia

(HAM) harus diikuti dengan pemenuhan terhadap kewajiban hak asasi manusia dan

tanggung jawab asasi manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan

bernegara.Jadi dapat disimpulkan bahwa hakikat dari Hak Asasi Manusia (HAM)

adalah keterpaduan antara Hak Asasi Manusia (HAM), kewajiban asasi manusia dan

tanggung jawab asasi manusia yang berlangsung secara sinergis dan seimbang.

Bila ketiga unsur asasi yaitu Hak Asasi Manusia (HAM), kewajiban asasi manusia

dan tanggung jawab asasi manusia yang melekat pada setiap individu manusia, baik

dalam tatanan kehidupan pribadi, kemasyarakatan, kebangsaan, kenegaraan dan

pergaulan global tidak berjalan secara seimbang, dapat dipastikan akan menimbulkan

kekacauan, anarkisme dan kesewenang - wenangan dalam tata kehidupan umat

Referensi

Dokumen terkait

Dari wawancara, observasi, dan kajian pustaka, upacara seba dapat diartikan sebagai berikut: (1) kegiatan puncak dari ritual religius masyarakat Baduy, setelah

Pem anfaat an Alat Per m ainan Edukat if Ber basis Sosial Budaya unt uk Meningkat kan Kecer dasan Nat ur alis pada Anak Didik Kelom pok Ber m ain.. Kendar i: Lapor an

Berdasarkan hasil kuisioner yang di bagikan kepada peserta di peroleh data bahwa 60% peserta hafal akan pelafalan huruf arab, 20% peserta memiliki kelancaran yang cukup baik dan

ancaman kekerasan untuk memberikan barang yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain” menurut penulis tidak terpenuhi karena sepeda motor milik saksi korban Eka ada dalam

[r]

Kami Menyembelih kambing aqiqah, mendokumentasikanya dan mengirim ketempat Anda berupa potongan kambing ( Daging, tulang dan jerohanya lengkap ) beserta bumbu khas solo.. Untuk

Berdasarkan penelitian tindakan yang telah dilakukan secara umum dapat disimpulkan bahwa menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 Sekolah

Di awal kejadian, polisi bersikap tertutup dalam kasus BMW yang dikemudikan Rasyid Rajasa dan hingga kini putra dari Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut tidak ditahan