KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI SITOTOKSISITAS
EKSTRAK BUNGA TUMBUHAN BROKOLI (Brassica
oleracea L. var. botrytis L.) DENGAN METODE
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)
SKRIPSI
OLEH: SRI KURNIASIH
NIM 091524021
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI SITOTOKSISITAS
EKSTRAK BUNGA TUMBUHAN BROKOLI (Brassica
oleracea L. var. botrytis L.) DENGAN METODE
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH: SRI KURNIASIH
NIM 091524021
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUNGA TUMBUHAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var. botrytis L.)
DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)
OLEH: SRI KURNIASIH
NIM 091524021
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Juli 2011
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dr. M. Pandapotan Nst, MPS., Apt. Dr. Marline Nainggolan, MS., Apt. NIP 194908111976031001 NIP 195709091985112001
Pembimbing II,
Dr. M. Pandapotan Nst, MPS., Apt. NIP 194908111976031001
Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt. NIP 195304031983032001
Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt. NIP 195310301980031002
Dra. Erly Sitompul, M.Si., Apt. NIP 195006121980032001
Disahkan Oleh: Dekan Fakultas Farmasi,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah, karena limpahan rahmat kasih dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
”Karakterisasi Simplisia Dan Uji Sitotoksisitas Ekstrak Bunga Tumbuhan
Brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) Dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BST)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda
tercinta, Geger Handoko dan Parjiem, yang tiada hentinya berkorban dengan tulus
ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada Adikku-adikku tersayang (Lili
Handayani, Puji Lestari dan Dina Agustina) yang selalu setia memberi doa,
dorongan dan semangat.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus
dan ikhlas kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan.
2. Bapak Dr. M. Pandapotan, MPS., Apt. dan Dra. Aswita Hafni lubis, M.Si, Apt.
selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasihat
selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Marline Nainggolan, MS., Apt., Bapak Drs. Panal Sitotus., Apt., dan
memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik
selama perkuliahan dan Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc, Apt. selaku penasehat
akademis yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama ini.
5. Ibu kepala Laboratorium Farmakognosi yang telah memberikan bantuan dan
fasilitas selama penulis melakukan penelitian.
6. Sahabat-sahabatku Ten Tuwin, Dedek Soerya, kak Ida, Dora, Mellisa, Juwita,
Agnes, Taqin, Denny yang telah memberi bantuan, dukungan dan motivasi.
Rekan-rekan farmasi ekstensi stambuk 2009, senior dan junior mahasiswa
fakultas farmasi serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaannya. Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan kefarmasian.
Medan, Juli 2011
Penulis
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI SITOTOKSITAS EKSTRAK BUNGA TUMBUHAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var. botrytis L.)
DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST) ABSTRAK
Tumbuhan brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) suku Brassicaceae merupakan tumbuhan yang bunganya digunakan sebagai sayuran dan oleh masyarakat dikenal pula sebagai obat antikanker. Brokoli disebutkan kaya akan senyawa yang bersifat antikanker seperti indol dan glukosinolat. Bunga brokoli yang dikukus memiliki aktivitas antikanker yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga brokoli mentah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik simplisia bunga brokoli dan untuk mengetahui harga LC50 dari bunga brokoli segar, bunga brokoli kukus dan simplisia. Karakterisasi simplisia bunga brokoli dilakukan dengan pemeriksaan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Ekstrak bunga brokoli diperoleh secara maserasi dengan menggunakan pelarut kloroform dan etanol. Terhadap masing-masing ekstrak diuji aktivitas sitotoksisitasnya terhadap larva
Artemia salina Leach. Data diolah menggunakan analisis regresi linear untuk
memperoleh harga LC50.
Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan simplisia bunga brokoli merupakan kuncup-kuncup bunga kering, berbentuk bulat, berkeriput. Simplisia berwarna hijau kekuningan hingga hijau kecoklatan, berbau khas dan tidak berasa. Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia menunjukkan adanya epidermis, xilem dengan penebalan bentuk spiral, jaringan gabus, kristal Ca oksalat bentuk prisma, stomata tipe anisositik, rambut penutup dan serbuk sari.
Hasil karakterisasi simplisia memberikan kadar air 6,64%, kadar sari yang larut dalam air 26,65%, kadar sari larut dalam etanol 13,59%, kadar abu total 7,50%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,37%.
Hasil uji sitotoksisitas dari ekstrak klorofom dan etanol dari bunga brokoli segar, bunga brokoli yang dikukus dan brokoli simplisia menunjukkan adanya aktivitas sitotoksisitas terhadap larva Artemia salina Leach dengan nilai LC50 berturut-turut 138,04 µg/ml; 93,32 µg/ml; 117,49 µg/ml; 35,48 µg/ml; 186,21 µg/ml dan 112,98 µg/ml.
Kata kunci: Brassica oleraceae L. var. botrytis L., ekstrak, karakterisasi, Artemia
SIMPLEX CHARACTERIZATION AND THE TEST OF CYTOTOXICITY EFFECT OF BROCCOLI FLOWER (Brassica oleraceae L. var. botrytis L.) EXTRACT BY USING THE BRINE SHRIMP LETHALITHY TEST (BST)
ABSTRACT
Broccoli (Brassica oleraceae L. var. botrytis L.) of the family Brassicaceae is a vegetable and its flowers are believed to have anticancer activity. Broccoli is rich in compounds such as indole and glucosinolate. Steamed broccoli flowers had a higher anticancer activity than the raw broccoli flowers. The purpose of the sudy was to obtain information about the charactheries of the broccoli flowers and to know the LC50 of fresh broccoli flowers, steamed broccoli flowers and the dried one. Characterization of simplex the broccoli flowers is includes the determination of the water content, water soluble extractive, ethanol-soluble extractive, total ash value and acid inethanol-soluble ash value. The broccoli flowers was extracted by maceration method using chloroform and ethanol as solvents. The cytotoxicity activity of each extract was tested on the Artemia salina Leach. To obtain the LC50, the datas were analyzed using linear regression analysis.
The results of macroscopic examination showed the simplex of broccoli flowers are dried flower buds, round, wrinkled. The simplex colours was brownish green, had a specific smell and no taste.
The result of microscopic examination of the simplex powder showed the pressnae of epidermis, spiral vessel, periderm, Ca oxalate prism, stomata anisositic type, hair cover and grains.
The result of simplex characterization gave the water content 6.64%, the water soluble extractive 26.65%, the ethanol-soluble extractive 13.59%, the total ash value 7.50% and the acid insoluble ash value 0.37%.
The result of the cytotoxicity activity of the chloroform and ethanol extract of fresh broccoli flowers, steamed broccoli flower and broccoli simplex showed cytotoxicity activity killed larvae of Artemia salina Leach with LC50 values were 138.04 ug/ml, 93.32 ug/ml; 117 , 49 ug/ ml, 35.48 ug/ml 186.21 ug/ml and 112.98 ug/ml consequtively.
Keywords: Brassica oleraceae L. var. botrytis L., extract, characterization,
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... .. ... ii
KATA PENGANTAR ... ... iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Tumbuhan ... 5
2.1.1 Sistematika Tumbuhan ... 5
2.1.2 Sinonim Tumbuhan ... 5
2.1.3 Nama Daerah ... 5
2.1.4 Daerah Tumbuh ... 5
2.1.5 Morfologi Tumbuhan ... 6
2.1.6 Kandungan Kimia ... 8
2.2 Ekstraksi ... 8
2.3 Artemia salina ... 11
2.4 Uji Aktivitas Biologi ... 13
2.4.1 Brine Shrimp Lethality Test ... 13
2.4.2 Metode Potato Disk ... 14
2.4.3 Uji Terhadap Lemna minor L. ... 15
2.4.4 Uji Terhadap cell line ... 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1 Alat-alat ... 16
3.2 Bahan-bahan ... 16
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan ... 17
3.3.1 Pengumpulan Bahan Tumbuhan ... 17
3.3.2 Identifikasi Tumbuhan ... 17
3.3.3 Pengolahan Bahan Tumbuhan ... 17
3.4 Lokasi Penelitian ... 17
3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 18
3.5.1 Larutan Kloralhidrat 70% b/b ... 18
3.5.2 Air-kloroform ... 18
3.6 Pemeriksaan Makroskopik Bahan Tumbuhan Segar ... 18
3.6.1 Bunga Brokoli Segar ... 18
3.6.2 Bunga Brokoli yang Dikukus ... 18
3.7 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 18
3.7.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 18
3.7.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 19
3.7.3 Penetapan Kadar Air ... 19
3.7.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol.. 20
3.7.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 21
3.7.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam ... 21
3.8 Pembuatan Ekstrak ... 22
3.8.1 Bahan Tumbuhan Segar ... 22
3.8.2 Bahan Tumbuhan yang Dikukus ... 23
3.8.3 Simplisia ... 23
3.9 Uji Sitotoksisitas ... 24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 26
4.2 Hasil Makroskopik Bahan Tumbuhan Segar ... 26
4.3 Hasil Karakterisasi Simplisia ... 26
4.4 Hasil Ekstraksi ... 28
4.5 Hasil Uji Sitotoksisitas ... 28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1Hasil karakterisasi simplisia ... 27
3.2Hasil ekstraksi bahan... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 33
2. Gambar Bunga Brokoli ... 34
3. Gambar Mikroskopik Serbuk Simplisia Bunga Brokoli ... 37
4. Perhitungan Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia ... 38
5. Bagan Kerja ... 43
6. Data Persen Kematian Nauplii ... 48
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI SITOTOKSITAS EKSTRAK BUNGA TUMBUHAN BROKOLI (Brassica oleracea L. var. botrytis L.)
DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST) ABSTRAK
Tumbuhan brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) suku Brassicaceae merupakan tumbuhan yang bunganya digunakan sebagai sayuran dan oleh masyarakat dikenal pula sebagai obat antikanker. Brokoli disebutkan kaya akan senyawa yang bersifat antikanker seperti indol dan glukosinolat. Bunga brokoli yang dikukus memiliki aktivitas antikanker yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga brokoli mentah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik simplisia bunga brokoli dan untuk mengetahui harga LC50 dari bunga brokoli segar, bunga brokoli kukus dan simplisia. Karakterisasi simplisia bunga brokoli dilakukan dengan pemeriksaan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam. Ekstrak bunga brokoli diperoleh secara maserasi dengan menggunakan pelarut kloroform dan etanol. Terhadap masing-masing ekstrak diuji aktivitas sitotoksisitasnya terhadap larva
Artemia salina Leach. Data diolah menggunakan analisis regresi linear untuk
memperoleh harga LC50.
Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan simplisia bunga brokoli merupakan kuncup-kuncup bunga kering, berbentuk bulat, berkeriput. Simplisia berwarna hijau kekuningan hingga hijau kecoklatan, berbau khas dan tidak berasa. Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia menunjukkan adanya epidermis, xilem dengan penebalan bentuk spiral, jaringan gabus, kristal Ca oksalat bentuk prisma, stomata tipe anisositik, rambut penutup dan serbuk sari.
Hasil karakterisasi simplisia memberikan kadar air 6,64%, kadar sari yang larut dalam air 26,65%, kadar sari larut dalam etanol 13,59%, kadar abu total 7,50%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,37%.
Hasil uji sitotoksisitas dari ekstrak klorofom dan etanol dari bunga brokoli segar, bunga brokoli yang dikukus dan brokoli simplisia menunjukkan adanya aktivitas sitotoksisitas terhadap larva Artemia salina Leach dengan nilai LC50 berturut-turut 138,04 µg/ml; 93,32 µg/ml; 117,49 µg/ml; 35,48 µg/ml; 186,21 µg/ml dan 112,98 µg/ml.
Kata kunci: Brassica oleraceae L. var. botrytis L., ekstrak, karakterisasi, Artemia
SIMPLEX CHARACTERIZATION AND THE TEST OF CYTOTOXICITY EFFECT OF BROCCOLI FLOWER (Brassica oleraceae L. var. botrytis L.) EXTRACT BY USING THE BRINE SHRIMP LETHALITHY TEST (BST)
ABSTRACT
Broccoli (Brassica oleraceae L. var. botrytis L.) of the family Brassicaceae is a vegetable and its flowers are believed to have anticancer activity. Broccoli is rich in compounds such as indole and glucosinolate. Steamed broccoli flowers had a higher anticancer activity than the raw broccoli flowers. The purpose of the sudy was to obtain information about the charactheries of the broccoli flowers and to know the LC50 of fresh broccoli flowers, steamed broccoli flowers and the dried one. Characterization of simplex the broccoli flowers is includes the determination of the water content, water soluble extractive, ethanol-soluble extractive, total ash value and acid inethanol-soluble ash value. The broccoli flowers was extracted by maceration method using chloroform and ethanol as solvents. The cytotoxicity activity of each extract was tested on the Artemia salina Leach. To obtain the LC50, the datas were analyzed using linear regression analysis.
The results of macroscopic examination showed the simplex of broccoli flowers are dried flower buds, round, wrinkled. The simplex colours was brownish green, had a specific smell and no taste.
The result of microscopic examination of the simplex powder showed the pressnae of epidermis, spiral vessel, periderm, Ca oxalate prism, stomata anisositic type, hair cover and grains.
The result of simplex characterization gave the water content 6.64%, the water soluble extractive 26.65%, the ethanol-soluble extractive 13.59%, the total ash value 7.50% and the acid insoluble ash value 0.37%.
The result of the cytotoxicity activity of the chloroform and ethanol extract of fresh broccoli flowers, steamed broccoli flower and broccoli simplex showed cytotoxicity activity killed larvae of Artemia salina Leach with LC50 values were 138.04 ug/ml, 93.32 ug/ml; 117 , 49 ug/ ml, 35.48 ug/ml 186.21 ug/ml and 112.98 ug/ml consequtively.
Keywords: Brassica oleraceae L. var. botrytis L., extract, characterization,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Di dunia ini banyak terdapat tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beraneka ragam tumbuhan,
yang sebagian besar dari tumbuhan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal
sebagai tanaman obat. Sayur-sayuran juga memegang peranan penting dalam
menunjang kesehatan dan kebugaran tubuh, sebab dalam sayur-sayuran
terkandung berbagai macam vitamin, mineral, serat pangan dan antioksidan. Salah
satu contoh sayuran yang memiliki banyak manfaat adalah brokoli.
Tumbuhan brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) suku
Brassicaceae merupakan tumbuhan yang bunganya digunakan sebagai sayuran
yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dengan kandungan nutrisi protein,
lemak, karbohidrat, vitamin C, serat, kalium, kalsium, dan karoten (Wibowo,
2010).
Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh hasil bahwa
brokoli memiliki aktivitas antioksidan sedang (nilai IC50 124,44 ppm pada ekstrak
etanol). Hasil skrining fitokomia yang dilakukan menunjukkan bahwa brokoli
mengandung senyawa alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid dan
steroid/triterpenoid (Marliani, 2010). Flavonoid merupakan senyawa yang banyak
terkandung di dalam brokoli yang dipercaya berfungsi sebagai antioksidan.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan tinggi dapat mengurangi
autooksidasi yang menghasilkan radikal bebas juga dapat menekan proliferasi
(perbanyakan) sel kanker (Gusyana, 2010).
Brokoli disebut kaya akan senyawa yang bersifat antikanker seperti indol,
glukosinolat dan ditioltion. Selain itu sayuran ini juga mengandung karotenoid
(yaitu senyawa provitamin A) yang turut berkhasiat untuk melawan kanker. Hal
tersebut kemungkinan karena adanya kandungan klorofil sehingga dengan
demikian brokoli sangat potensial untuk obat kanker (Wirakusumah, 2000).
Disebutkan pula bunga brokoli yang dikukus memiliki aktivitas antikanker yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bunga brokoli mentah (Anonima, 2011).
Dalam pencarian obat-obatan untuk kanker perlu dilakukan suatu uji
pendahuluan. Salah satu uji pendahuluan yang mudah dilakukan adalah metode
Brine shrimp Lethality Test (BST) menggunakan larva (nauplii) udang laut
Artemia salina Leach. Metode ini sangat mudah dilakukan, cepat, murah dan
hasilnya dapat dipercaya (McLaughlin and Lingling, 1998).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
karakterisasi simplisia dan melakukan uji pendahuluan sitotoksisitas terhadap
ekstrak bunga brokoli menggunakan metode BST, dimana ekstrak diperoleh
dengan cara maserasi menggunakan pelarut kloroform dan etanol 96% dari bunga
brokoli segar, bunga brokoli kukus dan simplisia bunga brokoli. Perlakuan
tersebut didasarkan pada cara masyarakat dalam mengkonsumsi brokoli dan
pembuatan simplisia bertujuan untuk persiapan bila brokoli akan dibuat dalam
bentuk sediaan obat. Pemilihan pelarut bertujuan untuk mendapatkan distribusi
senyawa berdasarkan tingkat kepolaran pelarut yang digunakan sehingga dapat
1.2 Perumusan Masalah
1. Monografi bunga brokoli belum terdapat pada Materia Medika Indonesia
sehingga belum diketahui karakteristiknya.
2. Dari ekstrak yang diperoleh, ekstrak manakah yang memiliki sitotoksisitas
lebih tinggi di antara ekstrak kloroform dan ekstrak etanol 96% dari bunga
brokoli segar, bunga brokoli kukus dan simplisia bunga brokoli?
1.3 Hipotesis
1. Karakteristik simplisia bunga brokoli dapat ditentukan dengan menggunakan
prosedur yang terdapat di Materia Medika Indonesia.
2. Ekstrak dari bunga brokoli kukus memiliki aktivitas sitotoksisitas yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan ekstrak dari bunga brokoli segar dan
simplisia bunga brokoli
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik simplisia dari bunga
brokoli yang dapat digunakan sebagai acuan untuk standarisasi simplisia.
2. Untuk mengetahui perbedaan sitotoksisitas dari ekstrak kloroform dan etanol
96% dari bunga brokoli baik yang dikukus, segar maupun simplisia terhadap
1.5Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi tentang karakteristik simplisia dari bunga brokoli
2. Memberi informasi tentang adanya perbedaan aktivitas sitotoksisitas dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
2.1.1 Sistematika Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo
Suku : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea L. var. botrytis L. (Cahyono, 2001).
2.1.2 Sinonim Tumbuhan
Brassica oleracea var. botrytis subvar. Cymosa, Brassica botrytis Miller,
Brassica oleracea var botrytis cauliflora, Brassica oleracea L. var. italica Plenck
2.1.3 Nama Daerah
Indonesia : Brokoli (Dalimartha, 1999).
2.1.4 Daerah Tumbuh
Brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.) merupakan tanaman
sayuran subtropik yang banyak dibudidayakan di Eropa dan Asia. Tanaman
brokoli termasuk tanaman musim dingin, sehingga cocok ditanam pada daerah
pegunungan (dataran tinggi) yang beriklim sejuk. Di Indonesia, tanaman brokoli
(Sumatera Barat), Karo (Sumatera Utara), Pangalengan (Jawa Barat) dan Sumber
Brantas (Jawa Timur). Di Indonesia sayuran brokoli telah dikenal sejak abad
ke-15, yaitu mulai penjajahan Belanda, sehingga lebih dikenal sebagai sayuran
Eropa. Melalui kultivasi yang dilakukan telah dihasilkan jenis brokoli yang
beragam, seperti kaelan (kale), brokoli (cabbage), brokoli umbi (kohlrabi), brokoli
bunga (cauliflower), brokoli (broccoli) dan brokoli tunas. Meskipun kelihatannya
sangat berbeda namun merupakan spesies yang sama (Muslim, 2010).
Pada mulanya bunga brokoli dikenal sebagai sayuran daerah beriklim
dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran tinggi antara
1.000 – 2.000 meter dari atas permukaan laut (dpl) yang suhu udaranya dingin dan
lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan produksi sayuran ini
antara 15,5 - 18°C dan maksimum 24°C. Setelah beberapa negara di kawasan Asia
berhasil menciptakan varietas-varietas unggul baru yang tahan terhadap
temperatur tinggi (panas), maka brokoli dapat ditanam di dataran menengah
sampai tinggi (Rukmana, 1994). Tanaman brokoli termasuk kedalam tanaman
sayuran semusim atau berumur pendek. Tanaman brokoli hanya dapat berproduksi
satu kali dan setelah itu akan mati (Cahyono, B., 2001).
2.1.5 Morfologi Tumbuhan
Brokoli memiliki tangkai daun agak panjang dan helai daun
berlekuk-lekuk panjang. Tangkai bunga brokoli lebih panjang dan lebih besar dibandingkan
dengan kubis bunga. Massa bunga brokoli tersusun secara kompak membentuk
bulatan berwarna hijau tua, hijau kebiru-biruan, kuning atau putih dengan
Bentuk tanaman ini selintas mirip dengan kubis bunga. Hanya saja kepala
bunganya tersusun atas kuntum-kuntum bunga dan tangkainya berdaging tebal.
Tergantung varietasnya, warna kepala bunga ada empat macam yaitu hijau, ungu,
putih dan hijau muda. Pada ketiak daun muncul juga kepala bunga yang lebih
kecil dan akan keluar bila kepala bunga utama telah dipangkas atau dipanen.
Kepala bunga utama dan samping serta tangkai berdaging tebal merupakan
bagian-bagian yang biasa digunakan atau dimakan.
Pada kondisi lingkungan yang sesuai, massa bunga brokoli dapat tumbuh
memanjang menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga, tiap bunga
terdiri atas 4 helai kelopak bunga (calyx), 4 helai daun mahkota bunga (corolla), 6
helai benang sari yang komposisinya 4 memanjang dan 2 pendek. Bakal buah
terdiri atas 2 ruang dan setiap ruang berisi bakal biji (Rukmana, 1994; Cahyono,
2001).
Biji brokoli memiliki bentuk dan warna yang hampir sama, yaitu bulat
kecil berwarna coklat sampai kehitaman. Biji tersebut dihasilkan oleh
penyerbukan sendiri ataupun silang dengan bantuan sendiri ataupun serangga.
Buah yang terbentuk seperti polong-polongan tetapi ukurannya kecil, ramping dan
panjangnya sekitar 3-5 mm (Rukmana, 1994).
Sistem perakaran relatif dangkal, dapat menembus kedalaman 60-70 cm.
Akar yang baru tumbuh berukuran 0,5 mm, tetapi setelah berumur 1-2 bulan
sistem perakaran menyebar ke samping pada kedalaman antara 20-30 cm
(Rukmana, 1994). Dengan perakaran yang dangkal tersebut, tanaman brokoli
dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan berpori
2.1.6 Kandungan Kimia
Brokoli mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, zat
besi, vitamin (A, C, E, tiamin, riboflavin, nikotinamid), beta karoten dan glutation.
Selain itu brokoli mengandung senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan
dan iberin yang merangsang pembentukan glutation (Dalimartha, 1999). Selain itu
dari proses biosintesis di dalam brokoli juga dihasilkan 3,3-diindolilmetana (DIM)
(Anonima, 2011).
2.1.7 Manfaat
Brokoli berkhasiat mempercepat penyembuhan penyakit serta mencegah
dan menghambat perkembangan sel-sel kanker di dalam tubuh. Terutama penyakit
kanker yang berkaitan dengan hormon, seperti kanker payudara pada wanita dan
kanker prostat yang mengancam pria.
Manfaat lainnya brokoli mampu mencegah serangan stroke. Tanaman ini
sangat baik dikonsumsi penderita kencing manis. Kandungan kromium dan
seratnya dapat mengatur kadar gula darah. Brokoli memperkuat sel-sel tulang
sehingga dapat mencegah penyakit pengeroposan tulang (osteoporosis) di usia tua
(Dalimartha, 1999). Brokoli juga dapat mencegah migrain, penyakit maag dan
dapat meningkatkan kekuatan otak. Selain itu dapat juga digunakan sebagai
antibiotik karena kandungan sulforafannya bisa membunuh bakteri yang kebal
antibiotik (Anonima, 2011).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
bahan-bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan
tertentu (Harborne, 1987).
Menurut Ditjen POM (2000), beberapa metode ekstraksi yang sering
digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:
A. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.
Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi
kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan panambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut
remaserasi. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat
aktif yang mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung zat yang
mudah mengembang dalam cairan penyari.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu
baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap
perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak)
terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
B. Cara panas
1. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan
proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga bahan dapat terekstraksi
sempurna.
2. Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada
temperatur lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50°C.
3. Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi
ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
4. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang
umumnya digunakan untuk menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air dari
bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil
dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang diperoleh
dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
5. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
2.3 Artemia salina
Artemia merupakan zooplankton yang diklasifikasikan ke dalam filum
Arthropoda dan kelas Crustaceae. Secara lengkap sistematika artemia dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustaceae
Subkelas : Branchiophoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina Leach
Artemia merupakan jenis larva udang yang hidup dalam air yang berkadar
garam tinggi. Artemia adalah spesies yang sangat tua yang tidak mengalami
perubahan sejak 100 juta tahun lalu. Artemia ini sangat populer di Amerika
Serikat, Inggris dan negara-negara lain yang biasanya dijadikan hewan peliharaan
untuk anak-anak dan didistribusikan dalam bentuk siste yang kering (Anonimb,
2011).
Pada kondisi alamiah, Artemia hidup di danau–danau dan perairan
bersalinitas tinggi. Oleh karena itu, Artemia disebut juga udang renik asin (brine
shrimp). Secara fisik, Artemia tidak mempunyai pertahanan tubuh, oleh karena itu
kemampuan hidup di danau dengan salinitas tinggi merupakan sistem pertahanan
alamiah Artemia terhadap musuh-musuh pemangsanya. Artemia dapat tumbuh
Telur Artemia ada dua jenis yaitu telur berkulit tipis, dimana jenis telur ini
akan segera menetas, dan telur yang berkulit tebal (siste), dimana jenis telur ini
bisa tetap bertahan dalam keadaan kering. Siste ini bisa disimpan selama beberapa
tahun dan akan menetas ketika mereka ditempatkan dalam air. Telur yang tebal
akan diproduksi ketika tubuh Artemia kekurangan air dan konsentrasi garam air
laut meningkat (Anonimb, 2011).
Apabila telur Artemia (udang laut) yang kering direndam dalam air laut,
akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari dalam cangkang keluar larva yang
disebut dengan istilah nauplii. Dalam perkembangan selanjutnya, nauplii akan
mengalami 15 kali perubahan bentuk (metamorfosis). Setiap kali mengalami
perubahan bentuk merupakan satu tingkatan. Tahapan perkembangan pertama
disebut instar I, bentuk lonjong dengan panjang sekitar 0,4 mm dan beratnya 15
mikrogram. Warnanya kemerah-merahan karena masih banyak mengandung
cadangan makanan. Oleh karena itu masih belum memerlukan makanan.
Setelah 24 jam menetas, nauplii akan berubah menjadi instar II. Pada
tingkat ini nauplii mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan dan dubur. Oleh
karena itu mereka mulai mencari makanan dan bersamaan dengan itu cadangan
makanannya pun mulai habis. Artemia mempunyai cara makan dengan jalan
menyaring makanannya atau filter feeder. Selama perubahan bentuk terjadi,
nauplii akan mengalami perubahan mata majemuk, antena dan kaki. Setelah
menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap 11 pasang maka nauplii telah berubah
menjadi nauplii Artemia dewasa. Proses ini berlangsung antara 1-3 minggu.
dewasa dapat hidup sampai 6 bulan dan bertelur 4-5 kali. Setiap kali bertelur
dapat menghasilkan 50-300 butir telur (Mudjiman, 1989).
2.4 Uji Aktivitas Biologis
Dewasa ini penelitian terhadap senyawa aktif dari bahan alam sangat
digalakkan. Tetapi banyak bahan-bahan obat alami yang telah diisolasi,
dikarakterisasi dan dipublikasikan tanpa dilanjutkan dengan uji aktivitas biologi.
Aktivitas biologi tumbuhan tersebut tidak diketahui hingga bertahun-tahun. Hal
ini disebabkan karena pencarian untuk senyawa yang memiliki aktivitas
farmakologi sering menggunakan uji aktivitas dengan biaya yang mahal.
Hambatan biaya ini mempengaruhi kegiatan farmakologis. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu uji aktivitas yang secara umum sederhana, mudah dan murah
namun dapat dipercaya dan dapat mendeteksi adanya senyawa yang mempunyai
aktivitas biologi secara luas yang terdapat pada ekstrak, fraksi dan isolat.
Beberapa uji pendahuluan yang memenuhi syarat-syarat di atas antara lain:
Metode Potato Disk, Brine Shrimp Lethality Test (BST) dan Uji terhadap Lemna
minor L (McLaughlin and Lingling, 1998).
2.4.1 Brine Shrimp Lethality Test
Senyawa bioaktif hampir selalu toksik pada dosis tinggi. Oleh karena itu
kematian hewan percobaan pada pengujian suatu ekstrak dapat digunakan sebagai
skrining awal terhadap ekstrak tumbuhan yang mempunyai bioaktivitas dan juga
untuk mengetahui komponen zat aktifnya.
Salah satu organisme yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut
berbagai pengujian yaitu untuk menganalisa residu pestisida, mikotoksin, polutan
pada air sungai, anastetik, toksin dinoflagelata senyawa yang berupa morfin,
toksisitas pada dispersan minyak. Dalam fraksinasi yang diarahkan dengan
bioassay, metode brine shrimp telah digunakan untuk memonitor fraksi aktif
mikotoksin dan antibiotik pada ekstrak jamur (Meyer et al, 1982).
Artemia salina Leach adalah sejenis udang air asin. Telurnya merupakan
makanan ikan tropis dan telur tersebut dapat dijumpai di toko-toko yang menjual
ikan hias tropis dengan nama brine shrimp eggs. Telur ini dapat bertahan selama
bertahun-tahun dalam keadaan kering. Setelah ditempatkan dalam larutan air laut,
telur-telur akan menetas dalam menetas dalam waktu 48 jam dan menghasilkan
sejumlah nauplii. Nauplii Artemia salina Leach ini dapat dipakai sebagai hewan
percobaan untuk mendeteksi senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas biologi
(McLaughlin and Lingling, 1998).
2.4.2 Metode Potato Disk (menghambat tumor crown gall)
Crown gall adalah penyakit tumor pada tumbuhan yang ditimbulkan oleh
strain yang spesifik dari bakteri gram negatif Agrobacterium tumefaciens.
Terdapat kesamaan antara mekanisme terjadinya tumor pada tumbuhan dan pada
hewan, senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan tumor pada tumbuhan
juga dapat berfungsi sebagai antitumor pada hewan. Uji ini merupakan uji
pendahuluan yang sederhana untuk menemukan senyawa antikanker dari bahan
alami. Penghambatan pertumbuhan crown gall tumor pada potato disk oleh
ekstrak alami, menunjukkan bahwa ekstrak bahan alami tersebut memiliki
2.4.3 Uji Terhadap Lemna minor L.
Lemna minor L. adalah tumbuhan monokotil yang hidup di daerah
perairan. Pada kondisi normal, kondisi ini secara langsung menghasilkan anak
daun. Jika ekstrak bahan alami dapat menghambat pertumbuhan dari anak daun
tumbuhan Lemna minor L., maka ekstrak bahan alami tersebut dianggap juga
dapat berkhasiat sebagai antitumor (McLaughlin and Lingling, 1998).
2.4.4 Uji Terhadap cell line
Bahan alami yang telah dinyatakan aktif pada uji pendahuluan, selanjutnya
dilakukan uji pada tahap berikutnya yaitu uji cell line. Uji ini menggunakan sel-sel
kanker secara in vitro, zat-zat antikanker diuji langsung terhadap sel kanker.
Contoh-contoh cell line yang banyak digunakan dalam pengujian zat-zat
antikanker antara lain L-1210 (leukimia pada tikus), S-256 (sarcoma pada
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi
pengumpulan dan pengolahan bahan, pemeriksaan karakteristik simplisia,
pembuatan ekstrak dan uji sitotoksisitas ekstrak bunga brokoli menggunakan larva
Artemia salina Leach.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
laboratorium, kertas saring, aluminium foil, kaca penutup, kaca objek, vial, bejana
penetasan telur Artemia salina Leach, lampu 18 watt (Hannochs), cawan berdasar
rata, botol bersumbat, krusen tang, seperangkat alat penetapan kadar air, desikator,
mikroskop (Olympus), oven listrik (Stork), penguap vakum putar (Heidolph VV
2000), neraca analitik (Vibra AJ), dandang, freeze dryer, hot plate dan penangas
air.
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bunga brokoli,
telur Artemia salina Leach, garam laut, ragi, aqua bidestilata, akuades, Na-CMC.
Bahan-bahan kimia yang digunakan yang berkualitas pro analisa produksi
E-Merck yaitu kloroform, toluen dan etanol 96%. Bahan kimia berkualitas teknis
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Tumbuhan
3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan
Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif (sengaja) yaitu
tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan yang
digunakan adalah bunga brokoli segar yang diambil dari pasar Sambu Jl. Sutomo,
Medan.
3.3.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani,
Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hasil
identifikasi dapat dilihat di lampiran 1 halaman 33.
3.3.3 Pengolahan bahan tumbuhan
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah bunga brokoli sebanyak 8 kg.
Bunga brokoli dibersihkan dari bagian yang tidak diinginkan, lalu dicuci di bawah
air mengalir hingga bersih, ditiriskan kemudian ditimbang beratnya. Setelah itu
bunga brokoli dipotong-potong bagian kuncup bunganya. Pada perlakuan yang
dikukus, bunga brokoli dikukus selama 5 menit dan untuk pembuatan simplisia
bunga brokoli dikeringkan di lemari pengering pada suhu ±40 0C hingga kering,
yaitu jika simplisia tersebut diremas akan hancur,. Setelah kering, ditimbang
beratnya kemudian diblender sampai menjadi serbuk.
3.4 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fakultas Farmasi
3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi
3.5.1 Larutan Kloralhidrat 70% b/b
Sebanyak 50 gram kloralhidrat ditimbang dan dilarutkan dalam 20 ml air
suling (Ditjen POM, 1995).
3.5.2 Air-Kloroform
Sebanyak 2,5 ml kloroform dikocok dengan air suling, ditambahkan air
suling hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1995).
3.6Pemeriksaan Makroskopik Bahan Tumbuhan Segar
3.6.1 Bunga brokoli segar
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna,
bau dan rasa bunga brokoli.
3.6.2 Bunga brokoli yang dikukus
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna,
bau dan rasa bunga brokoli.
3.7 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik
dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,
penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan
penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam.
3.7.1Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna,
3.7.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dengan
cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan
kloralhidrat kemudian ditutup dengan kaca penutup, setelah itu dilihat di bawah
mikroskop. Sebagai pembanding, untuk melihat susunan anatomis maka diperiksa
juga penampang melintang bahan segar. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat
dilihat pada lampiran 3 halaman 37.
3.7.3 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen)
(WHO, 1998).
Cara kerja:
1. Penjenuhan toluen
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu
alas bulat, didestilasi selama 2 jam. Kemudian toluen didinginkan selama 30
menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
2. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan
ke dalam labu yang berisi toluen tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetesan
perdetik, sampai sebagian air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan
hingga 4 tetes perdetik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin
dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung
sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa.
Perhitungan kadar air dapat dihitung dengan rumus:
% kadar air = 100%
(g) sampel Berat
(ml) air Volume
×
Perhitungan penetapan kadar air dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 38.
3.7.4 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah dikeringkan di udara
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform dalam labu bersumbat
sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18
jam lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan
penguap berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105 0C sampai
bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung dengan persen terhadap bahan
yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).
Perhitungan kadar sari yang larut dalam air dapat dihitung dengan rumus:
% Kadar Sari Larut Dalam Air =
20 100 simplisia berat
sari berat
× x 100%
Perhitungan kadar sari yang larut dalam air dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 39.
3.7.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah dikeringkan di udara
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat
sambil dikocok selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari
penguapan etanol 96%, sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam
105 0C sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung dalam persen
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).
Perhitungan kadar sari yang larut dalam etanol dapat dihitung dengan rumus:
% Kadar Sari Larut Dalam Etanol =
20 100 simplisia berat
sari berat
× x 100%
Perhitungan kadar sari yang larut dalam etanol dapat dilihat pada lampiran 4
halaman 40.
3.7.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama
dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan
pada suhu 500–600 °C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai
diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
di udara (Ditjen POM, 1995).
Perhitungan kadar abu total dapat dihitung dengan rumus:
% Kadar Abu Total =
20 100 simplisia berat
abu berat
× x 100%
Perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 41.
3.7.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan
dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijarkan sampai bobot tetap,
kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
Perhitungan kadar abu yang tidak larut asam dapat dihitung dengan rumus:
% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam =
20 100 simplisia berat
abu berat
× x 100%
Perhitungan kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat dilihat pada lampiran 4
halaman 42.
3.8 Pembuatan Ekstrak
3.8.1 Pembuatan ekstrak dari bahan tumbuhan segar
Sebanyak 100 g bahan tumbuhan segar yang telah dipotong-potong,
dihaluskan dalam lumpang. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertutup
rapat, lalu dimaserasi dengan 750 ml pelarut kloroform selama 5 hari terlindung
dari cahaya matahari sambil sering diaduk, lalu diserkai, diperas dengan kain
flanel. Lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 1000 ml, kemudian didiamkan selama 2 hari dan dienap
tuang. Maserat diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada
temperatur tidak lebih dari 40 0C dan di freeze dryer sampai diperoleh ekstrak
kental (Ditjen POM, 1979). Selanjutnya ampas dikeluarkan dari wadah maserasi
dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Maserasi dengan penyari etanol
dilakukan dengan cara yang sama. Bagan pembuatan ekstrak dapat dilihat pada
lampiran 5 halaman 44.
3.8.2 Pembuatan ekstrak dari bahan tumbuhan yang dikukus
Sebanyak 100 g bahan tumbuhan segar yang telah dipotong-potong,
dikukus selama 5 menit, lalu diangkat dan ditiriskan. Selanjutnya dihaluskan
matahari sambil sering diaduk, lalu diserkai, diperas dengan kain flanel. Lalu
ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh seluruh sari
sebanyak 1000 ml, kemudian didiamkan selama 2 hari dan dienap tuang. Maserat
diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak
lebih dari 40 0C dan difreeze dryer sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen POM,
1979). Selanjutnya ampas dikeluarkan dari wadah maserasi dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan. Maserasi dengan penyari etanol dilakukan dengan cara
yang sama. Bagan pembuatan ekstrak dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 45.
3.8.3 Pembuatan ekstrak dari simplisia
Sebanyak 100 gram simplisia yang telah diserbukkan dimasukkan ke
dalam wadah tertutup, lalu dimaserasi dengan 750 ml pelarut kloroform selama 5
hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, lalu diserkai, diperas
dengan kain flanel. Lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga
diperoleh seluruh sari sebanyak 1000 ml, kemudian didiamkan selama 2 hari dan
dienap tuang. Maserat diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator
pada temperatur tidak lebih dari 40 0C dan difreeze dryer sampai diperoleh ekstrak
kental (Ditjen POM, 1979). Selanjutnya ampas dikeluarkan dari wadah maserasi
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 1 jam. Maserasi dengan
penyari etanol dilakukan dengan cara yang sama. Bagan pembuatan ekstrak dapat
3.9 Uji Sitotoksisitas
Metode ini dilakukan terhadap ekstrak kloroform dan ekstrak etanol dari
bunga brokoli segar, bunga brokoli kukus dan simplisia menggunakan larva
Artemia salina Leach, yaitu sebagai berikut:
Disiapkan air laut buatan dengan melarutkan 38 gram garam laut dengan
air dua kali penyulingan dicukupkan hingga 1 liter, kemudian disaring. Bejana
penetasan disekat menjadi dua bagian, yaitu bagian yang besar dan bagian yang
kecil, lalu diberi lubang pada sekatnya. Setelah air laut buatan dimasukkan ke
dalam bejana, telur Artemia salina Leach ditaburkan ke dalam bagian yang kecil
kemudian bagian atasnya ditutup dengan aluminium foil sedangkan bagian yang
besar dibiarkan terbuka menghadap lampu. Setelah 48 jam, telur akan menetas
menjadi larva dan siap digunakan untuk hewan uji. Disiapkan larutan uji yang
terdiri dari ekstrak kloroform dan ekstrak etanol dengan konsentrasi: 1000, 100
dan 10 bpj, disiapkan 3 vial untuk masing-masing konsentrasi larutan uji sehingga
semuanya menjadi 9 vial dan 1 vial untuk kontrol. Larutan induk I dibuat dengan
menimbang 50 mg ekstrak lalu dilarutkan dengan pelarut yang sesuai sampai 5 ml
sehingga diperoleh konsentrasi 10.000 bpj. Dari larutan induk I dipipet 0,5 ml lalu
diencerkan sampai 5 ml sehingga diperoleh larutan induk II dengan konsentrasi
1000 bpj. Dari larutan induk II dipipet 0,5 ml lalu diencerkan sehingga diperoleh
konsentrasi 100 bpj. Dari konsentrasi 100 bpj dipipet 0,5 ml lalu diencerkan
sampai 5 ml sehingga diperoleh konsentrasi 10 bpj. Dimasukkan masing-masing
larutan uji ke dalam vial, lalu pelarutnya dibiarkan menguap seluruhnya. Pada
ekstrak kloroform dan kontrolnya ditambahkan 1 ml suspensi Na-CMC.
Dimasukkan 10 ekor larva Artemia salina Leach, lalu ditambahkan air laut buatan
sampai 5 ml. Ditambahkan 1 tetes suspensi ragi sebagai makanannya kemudian
semua vial diletakkan di bawah cahaya lampu. Setelah 24 jam dihitung jumlah
larva yang mati (Meyer, et al, 1982). Data dianalisis dengan Analisa regresi linear
untuk menentukan LC50. Bagan uji sitotoksisitas dapat dilihat pada lampiran 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense,
Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Bogor menunjukkan bahwa bahan termasuk suku Brassicaceae, spesies
Brassica oleracea L. var. botrytis L.
4.2 Hasil Makroskopik Bahan Tumbuhan Segar
Hasil pemeriksaan makroskopik dari bunga brokoli segar berbentuk bulat,
berwarna hijau, berbau khas dan tidak berasa. Hasil pemeriksaan makroskopik
bunga brokoli yang dikukus berbentuk bulat, berwarna lebih hijau dari bunga
segar, berbau khas dan rasanya agak manis.
4.3 Hasil Karakterisasi Simplisia
Hasil makroskopik simplisia bunga brokoli menunjukkan simplisia bunga
brokoli merupakan kuncup-kuncup bunga kering, berbentuk bulat, berkeriput.
Simplisia berwarna hijau kekuningan hingga hijau kecoklatan, berbau khas dan
tidak berasa.
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia menunjukkan adanya
epidermis, xilem dengan penebalan bentuk spiral, jaringan gabus, kristal Ca
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia
No. Parameter Hasil (%)
Hasil penelitian
sebelumnya (%)
1 Kadar air 6,64 5,33
2 Kadar sari yang larut dalam air 26,65 29,02
3 Kadar sari yang larut dalam etanol 13,59 12,09
4 Kadar abu total 7,50 0,80
5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,37 0,22
Hasil penetapan kadar air simplisia bunga brokoli memenuhi persyaratan
Materia Medika Indonesia yaitu tidak melebihi 10%. Penetapan kadar air
simplisia berfungsi untuk mengetahui apakah simplisia sudah memenuhi
persyaratan simplisia yang baik. Kadar air yang melebihi persyaratan
memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur. Kadar sari yang larut dalam air
sebanyak 26,65% dan kadar sari yang larut dalam etanol sebanyak 13,59%. Hasil
ini menunjukkan bahwa bunga brokoli mengandung lebih banyak senyawa yang
larut dalam air yaitu senyawa metabolit primer dibandingkan senyawa yang larut
di dalam etanol yaitu senyawa metabolit sekunder. Penetapan kadar abu total
untuk mengetahui kadar zat anorganik yang terdapat pada simplisia, sedangkan
penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam untuk mengetahui kadar zat
4.4 Hasil Ekstraksi
Ekstraksi bahan pada setiap perlakuan dilakukan dengan cara maserasi
secara bertingkat, mula-mula menggunakan pelarut kloroform dan dilanjutkan
dengan pelarut etanol 96%. Dimana masing-masing perlakuan bahan yang
[image:42.595.113.523.249.393.2]digunakan sebanyak 100 g.
Tabel 4.2 Hasil ekstraksi bahan
No. Perlakuan
Hasil ekstrak (g)
Pelarut kloroform Pelarut etanol 96%
1. Bunga brokoli segar 0,675 2,896
2. Bunga brokoli kukus 1,024 2,591
3. Simplisia bunga brokoli 4,730 19,676
4.5 Hasil Uji Sitotoksisitas
Tabel 4.3 Hasil Uji Sitotoksisitas
No. Perlakuan Ekstrak LC50 (µg/ml)
1. Bunga brokoli segar
Kloroform 138,04
Etanol 96% 93,32
2. Bunga brokoli segar dikukus
Kloroform 117,49
Etanol 96% 35,48
3. Bunga brokoli kering
Kloroform 186,21
Etanol 96% 112,98
Harga LC50 yang diperoleh dari hasil uji sitotoksisitas ekstrak kloroform
[image:42.595.114.514.475.673.2]simplisia menunjukkan bahwa ekstrak tersebut bersifat toksik terhadap Artemia
salina Leach. Ekstrak dikatakan bersifat toksik atau memiliki aktivitas biologi
terhadap Artemia salina Leach (Brine shrimp) apabila memiliki harga LC50 <1000
µg/ml (Meyer, 1982).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ekstrak bunga brokoli mempunyai
potensi sitotoksisitas akut. Hal tersebut berkaitan dengan senyawa glikosida dan
flavonoid yang terkandung di dalamnya (Marliani, 2010), dimana pada kadar
tertentu senyawa tersebut dapat memiliki potensi sitotoksisitas sehingga dapat
menyebabkan kematian larva.
Hasil uji sitotoksisitas di atas menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol
pada brokoli yang dikukus memiliki harga LC50 yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ekstrak yang lain. Hal ini dikarenakan pada ekstrak etanol
terlarut senyawa flavonoid dan glikosida, dimana senyawa yang bertindak sebagai
antikanker di dalam brokoli adalah sulforafan yang terikat dengan senyawa gula
dalam bentuk glukosinolat. Efek antikanker dari brokoli menurun jika dikonsumsi
mentah. Brokoli yang tidak dimasak membuat zat antikankernya sukar diserap
tubuh. Namun efek brokoli akan meningkat jika dikukus terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi (Anonim, 2011). Untuk mendapatkan efek yang maksimal,
pengukusan brokoli dilakukan pada air mendidih selama 3-5 menit (Anonim,
2010).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemeriksaan makroskopik dari simplisia bunga brokoli menunjukkan
simplisia bunga brokoli merupakan kuncup-kuncup bunga kering, berbentuk
bulat, berkeriput. Simplisia berwarna hijau kekuningan hingga hijau kecoklatan,
berbau khas dan tidak berasa.
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia menunjukkan adanya
epidermis, xilem dengan penebalan bentuk spiral, jaringan gabus, kristal Ca
oksalat bentuk prisma, stomata tipe anisositik, rambut penutup dan serbuk sari.
Pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia bunga brokoli memberikan
hasil kadar air 6,64%, kadar sari yang larut dalam air 26,65%, kadar sari yang
larut dalam etanol 13,59%, kadar abu total 7,50 % dan kadar abu yang tidak larut
dalam asam 0,37%.
Hasil uji sitotoksisitas dari ekstrak kloroform dan etanol dari bunga
brokoli segar, bunga brokoli yang dikukus dan brokoli simplisia menunjukkan
adanya aktivitas biologi terhadap larva Artemia salina Leach yaitu dengan nilai
LC50 berturut-turut 138,04 µg/ml; 93,32 µg/ml; 117,49 µg/ml; 35,48 µg/ml;
186,21 µg/ml dan 112,98 µg/ml.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian lebih
lanjut menggunakan ekstrak bunga brokoli terhadap sel kanker secara in vitro dan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Maksimalkan Kekuatan Anti Kanker Brokoli. Kompas. Tanggal akses 20 Januari 2011. www.gpdimaranatha.org.htm
Anonima. (2011). Health Secret of Broccoli. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Halaman 25, 77.
Anonimb. (2011). Artemia salina. Tanggal akses 08 Juni 2011. www.wikipedia.org.
Cahyono, B. (2001). Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius, Yogyakarta. Halaman 12-14.
Dalimartha, S., (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Niaga Swadaya, Jakarta. Halaman 25-26.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman 33.
Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman 297, 302, 321, 325.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Halaman 10-11.
Gusyana, D. (2010). Menghalau Kanker dengan Brokoli Isothiocyanates &
Sulforaphane. Tanggal akses 20 Januari 2011. www.netsains.com
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata. Edisi II. ITB Press, Bandung.
Halaman
Marliani, R. (2010). Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Dan Fraksi n-Heksan, Etil Asetat, Dan Etanol Bunga Tumbuhan Brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis L.).
Skripsi-S1, Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Halaman 37-38.
McLaughlin, J.L., and Lingling L., R. (1998). The Use Of Biological Assays To
Evaluate Botanicals. Drug Information Journal, Volume 32. Pages 514.
Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Nichols,D.E., Jacobsen,L.B., Mclaughlin,J.L. (1982).
Mudjiman, A. (1989). Udang Renik Air Asin (Artemia salina). Bhratara, Jakarta. Halaman 15-18.
Muslim, A. (2010). Budidaya Kubis Bunga & Perbanyakan Brokoli secara Kultur
Jaringan. Tanggal akses 16 Mei 2011. www://bloginvitro.blogspot.com
Rukmana, R.(1994). Brokoli. Kanisius, Yogyakarta. halaman 15, 26.
Wibowo, E. (2010). Memetik Manfaat Hebat Brokoli. Tanggal akses 20 Januari 2011. www.go4healthylife.com
Wirakusumah, E.S. (2000). Buah dan Sayuran untuk Terapi. Cetakan ke VI. Penebar Swadaya, Jakarta. Halaman 73-74.
World Health Organization. (1998). Quality Control Methods For Medicinal
Lampiran 2. Gambar Bunga Brokoli
Lampiran 2 (lanjutan)
B
Lampiran 2 (lanjutan)
D
Keterangan:
A: bunga brokoli segar B: bunga brokoli kukus
Lampiran 3. Gambar mikroskopik serbuk simplisia bunga brokoli
Gambar. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia, 1. Epidermis, 2. Rambut penutup, 3. Xilem dengan penebalan bentuk spiral, 4. Stomata tipe anisositik, 5. Kristal Ca oksalat bentuk prisma, 6. Serbuk sari, 7. Jaringan gabus.
Gambar. Hasil pemeriksaan penampang meliuntang bunga brokoli segar, 1. Kutikula, 2. Epidermis atas, 3. Jaringan spons, 4. Xilem dengan bentuk penebalan spiral, 5. Kristal Ca oksalat bentuk prisma, 6. Epidermis bawah, 7. Rambut penutup, 8. Stomata tipe anisositik.
1
2
3
4
5
7 6
3 1 2
4
Lampiran 4. Perhitungan Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia Bunga Brokoli
1. Perhitungan Kadar Air
% kadar air = 100%
(g) sampel Berat
(ml) air Volume
×
1. Berat Sampel : 5,0070 g
Volume Air : 0,3 ml
% Kadar Air =
2. Berat Sampel : 5,0130 g
Volume Air : 0,3 ml
% Kadar Air =
3. Berat Sampel : 5,0200 g
Volume Air : 0,4 ml
% Kadar Air =
Lampiran 4 (lanjutan)
2. Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air
% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100%
1. Berat simplisia = 5,0200 g
Berat sari = 0,2690 g
% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 26,79%
2. Berat simplisia = 5,0260 g
Berat sari = 0,2550 g
% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 25,40%
3. Berat simplisia = 5,0260 g
Berat sari = 0,2790 g
% Kadar Sari Larut Dalam Air = x 100% = 27,76%
% Kadar sari larut dalam air rata-rata =
Lampiran 4 (lanjutan)
3. Perhitungan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol
% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100%
1. Berat simplisia = 5,0450 g
Berat sari = 0,1410 g
% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 13,97%
2. Berat simplisia = 5,0380 g
Berat sari = 0,1310 g
% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 13,20%
3. Berat simplisia = 5,0400 g
Berat sari = 0,1370 g
% Kadar Sari Larut Dalam Etanol = x 100% = 13,59%
% Kadar Sari Larut Dalam Etanol rata-rata=
Lampiran 4 (lanjutan)
4. Perhitungan Kadar Abu Total
% Kadar Abu Total = x 100%
1. Berat simplisia = 2,0004 g
Berat abu = 0,1546 g
% Kadar Abu Total = x 100% = 7,73%
2. Berat simplisia = 2,0004 g
Berat abu = 0,1519 g
% Kadar Abu Total = x 100% = 7,59%
3. Berat simplisia = 2,0003 g
Berat abu = 0,1439 g
% Kadar Abu Total = x 100% = 7,19%
Lampiran 4 (lanjutan)
5. Perhitungan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam
% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100%
1. Berat simplisia = 2,0004 g
Berat abu = 0,0072 g
% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam= 100% = 0,36%
2. Berat simplisia = 2,0004 g
Berat abu = 0,0075 g
% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = 100% = 0,37%
3. Berat simplisia = 2,0003 g
Berat abu = 0,0074 g
% Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam = x 100% = 0,37%
% Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam rata-rata
Lampiran 5. Bagan kerja
a. Bagan pengolahan bahan
dibersihkan dari pengotor
dicuci dengan air kran mengalir
ditiriskan
dipotong-potong
ditimbang
dikeringkan di dalam lemari pengering dengan suhu ±40 0C
ditimbang
dihaluskan dengan menggunakan blender
Simplisia bunga brokoli
Serbuk simplisia bunga brokoli
Ekstraksi Karakterisasi simplisia :
- Pemeriksaan makroskopik
- Pemeriksaan mikroskopik
- Kadar air
- Kadar sari larut dalam etanol
- Kadar sari larut dalam air
- Kadar abu total
Lampiran 5 (lanjutan)
b. Bagan ekstraksi bunga brokoli segar secara maserasi
dihaluskan di dalam lumpang
dimaserasi dengan 750 ml kloroform selama 5 hari disaring
ditambahkan kloroform hingga filtrat yang diperoleh 1000 ml disaring
dikeringkan dengan cara digabung dengan filtrat I
diangin-anginkan didiamkan selama 2 hari
dimaserasi dengan 750 ml lalu dienap tuang
etanol selama 5 hari disaring
dipekatkan
diuapkan
ditambahkan etanol hingga
filtrat yang diperoleh 1000 ml difreeze dryer
disaring
digabung dengan filtrat I
didiamkan selama 2 hari lalu dienap tuang
dipekatkan
difreeze dryer
100 g bunga brokoli
Ampas Filtrat kloroform
Ampas
residu Maserat kloroform
Ekstrak kental kloroform Ampas
Ampas
residu Maserat etanol
Ekstrak kental etanol
Ekstrak kloroform kering Filtrat kloroform
Filtrat etanol
Filtrat etanol Uji BST
Lampiran 5 (lanjutan)
c. Bagan ekstraksi bunga brokoli kukus secara maserasi
dikukus selama 5 menit, ditiriskan dihaluskan di dalam lumpang
dimaserasi dengan 750 ml kloroform selama 5 hari disaring
ditambahkan kloroform hingga filtrat yang diperoleh 1000 ml disaring
dikeringkan dengan cara digabung dengan filtrat I
diangin-anginkan didiamkan selama 2 hari
dimaserasi dengan 750 ml lalu dienap tuang
etanol selama 5 hari disaring
dipekatkan
diuapkan
ditambahkan etanol hingga
filtrat yang diperoleh 1000 ml difreeze dryer
disaring
digabung dengan filtrat I
didiamkan selama 2 hari lalu dienap tuang
dipekatkan
difreeze dryer
100 g bunga brokoli
Ampas Filtrat kloroform
Ampas
residu Maserat kloroform
Ekstrak kental kloroform Ampas
Ampas
residu Maserat etanol
Ekstrak kental etanol
Ekstrak kloroform kering Filtrat kloroform
Filtrat etanol
Filtrat etanol Uji BST
Lampiran 5 (lanjutan)
e. Bagan ekstraksi bunga brokoli simplisia secara maserasi
dimaserasi dengan 750 ml kloroform selama 5 hari disaring
ditambahkan kloroform hingga filtrat yang diperoleh 1000 ml disaring
dikeringkan dengan cara digabung dengan filtrat I
diangin-anginkan didiamkan selama 2 hari
dimaserasi dengan 750 ml lalu dienap tuang
etanol selama 5 hari disaring
dipekatkan
diuapkan
ditambahkan etanol hingga
filtrat yang diperoleh 1000 ml difreeze dryer
disaring
digabung dengan filtrat I
didiamkan selama 2 hari lalu dienap tuang
dipekatkan
difreeze dryer
100 g bunga brokoli
Ampas Filtrat kloroform
Ampas
residu Maserat kloroform
Ekstrak kental kloroform Ampas
Ampas
residu Maserat etanol
Ekstrak kental etanol
Ekstrak kloroform kering
Uji BST
Filtrat kloroform
Filtrat etanol
Filtrat etanol Uji BST
Lampiran 5 (lanjutan)
f. Bagan uji sitotoksisitas
dilarutkan denngan pelarut yang sesuai sampai 5 ml
dipipet 0,5 ml dipipet 0,5 ml dipipet 0,5 ml
dicukupkan sampai 5 ml dicukupkan sampai 5 ml dicukupkan
sampai 5 ml
dipipet 0,5 ml dipipet 0,5 ml
dicukupkan sampai 5 ml dicukupkan
sampai 5 ml
dipipet 0,5 ml
dicukupkan
sampai 5 ml
diuapkan pelarutnya
ditambahkan air laut buatan sebanyak 3 ml
dimasukkan 10 ekor larva udang Artemia salina
ditambahkan air laut buatan hingga 5 ml
ditambahkan 1 tetes suspensi ragi
dibiarkan di bawah sinar lampu selama 24 jam
dihitung jumlah larva yang mati 50 mg ekstrak
Larutan konsentrasi 103 µg/ml
Larutan konsentrasi 103 µg/ml
Larutan konsentrasi 103 µg/ml
Larutan konsentrasi 102 µg/ml
Larutan konsentrasi 102 µg/ml
Larutan konsentrasi 10 µg/ml
ekstrak kering
Lampiran 6. Data Persen Kematian Nauplii
Ekstrak kloroform bunga brokoli segar
No Konsentr asi (µg/ml) Jumlah nauplii yang mati Jumlah nauplii yang hidup % kematian
nauplii % kematian rata-rata P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 10 1 1 0 9 9 10 10 10 0 6,67
2 100 2 2 3 8 8 7 20 20 30 23,33
3 1000 10 10 10 0 0 0 100 100 100 100
4 Kontrol 0 10 0 0
Ekstrak etanol bunga brokoli segar
No Konsentr asi (µg/ml) Jumlah nauplii yang mati Jumlah nauplii yang hidup % kematian
nauplii % kematian rata-rata P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 10 2 1 2 8 9 8 20 10 20 16,67
2 100 3 4 4 7 6 6 30 40 40 36,67
3 1000 10 10 10 0 0 0 100 100 100 100
4 Kontrol 0 10 0 0
Ekstrak kloroform bunga brokoli kukus
No Konsentr asi (µg/ml) Jumlah nauplii yang mati Jumlah nauplii yang hidup % kematian
nauplii % kematian rata-rata P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 10 1 0 1 9 10 9 10 0 10 6,67
2 100 4 4 2 6 6 8 40 40 20 33,33
3 1000 10 10 10 0 0 0 100 100 100 100