INTERNET DAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Peningkatan
Kompetensi Belajar di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1)
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi
Disusun oleh:
RIZKI PRATIWI NINGRUM 070904041
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Internet Dan Kompetensi Belajar Siswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Peningkatan Kompetensi Belajar Siswa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan internet terhadap peningkatan kompetensi belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara penggunaan internet terhadap peningkatan kompetensi belajar siswa pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Medan tahun ajaran 2010/2011 kelas X, XI, dan XII yang berjumlah 1.537 siswa. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 siswa. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional
Stratified Random Sampling.
Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 18.0 dan skala
Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap
variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan piranti lunak SPSS versi 18.0.
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa: “terdapat hubungan yang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik
semesta alam dan sumber segala pengetahuan. Sujud sukur kepada-Mu karena izin
dan ridha-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai.
Shalawat beriring salam kemuliaan ditujukan kepada kekasih-Nya, Rasulullah
SAW, pembimbing bagi siapa yang mencari-Nya.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan
peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ihklas peneliti menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna dihari
yang akan datang
Dalam menyelesaikan skripsi peneliti banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada kedua sumber kehidupan penulis Ibunda Hj.
Syafningsih Lisma dan Almarhum Ayahanda Drs. Marwin Nurain yang tak
habis-habisnya memberikan dukungan moril dan materil, serta curahan kasih sayang
tiada tara dan tak berbatas kepada peneliti. Buat kakak-kakak penulis yang luar
biasa: Mbak Windianingrum, Mbak Ella Lestari Ningrum yang selalu memberi
dukungan dan cinta kepada adiknya baik secara moril dan materi. Buat
abang-abang penulis, Bang Heru, Bang Muhammad Syah Marpaung dan Mas Muhyin,
terima kasih atas kebaikan hati dan perhatian buat penulis. Untuk
keponakan-keponakanku tersayang, 3 jagoan masa depan, Harya, Rafif dan Danish, aunty
Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa pula penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Siselaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi FISIP USU Terima kasih atas segala keramahan dan
kerendahan hati yang telah ibu berikan.
3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros.
4. Bapak Haris Wijaya, S.Sos, M. Comm, selaku dosen pembimbing skripsi
penulis yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan masukan
serta meluangkan waktu diantara kesibukan yang begitu padat. Peace !
5. Bapak Drs. Safrin, M.Si selaku dosen wali penulis. Terima kasih atas
bimbingan dan arahan bapak selama penulis menempuh pendidikan di
Ilmu Komunikasi FISIP USU.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada
khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah mendidik,
membimbing, dan membantu penulis selama masa perkuliahan.
7. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan, Bapak Drs. Sahlan Daulay, beserta
staff humasnya Bapak Rais dan Mam Zulfah, atas bantuan selama peneliti
meneliti di SMA Negeri 3 Medan.
8. Ketua Laboraturium Departemen Ilmu Komunikasi, Ibu Yovita Sabarina
beserta staffnya yang penulis sayangi, Kak Emilia Ramadhani, Kakanda
Farida Hanim dan Kakanda Munzaimah Masril, terima kasih atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan menjadi
bagian dari laboraturium Ilmu Komunikasi. Tak lupa kepada teman
magang seangkatan penulis, Natasia, Firman, Mulya dan Ara. Semoga
kedepannya laboraturium kita lebih baik dan baik lagi.
9. Kepada sahabat penulis, Rika Citra Utami, sehabat sedari masa kecil yang
tak habis-habisnya memberikan peneliti motivasi, spirit, bantuan, serta
kesetiaannya untuk mendengarkan segala keluh kesah penulis.
10.Sahabat Penulis lainnya, Ayu Sartika Nasution, atas 4 tahun
menyenangkan melewati masa suka dan duka perkuliahan bersama,
berbagi canda, tawa, senang, sedih bersama. Terima kasih atas segala
nasihat-nasihat religiusnya untuk penulis.
11.Sahabat-sahabat penulis yang luar biasa, Surya Hermanto (sahabat yang
paling menginspirasi penulis, terima kasih atas semua bantuan yang tak
terhitung banyaknya, god bless you), Grace (atas bimbingan dan
nasihatnya tentang kehidupan), Fazario (atas waktu yang diluangkan untuk
membantu penulis), Tetty (keluguannya yang kerap membuat penulis
tertawa), Andre (atas kesediaan waktu dan kendaraan yang siap mengantar
penulis kemana saja) Nenez (keikhlasannya membagi teman-temannya
dengan penulis), Agnesi (yang belakangan sudah jarang bertemu). Tanpa
kalian semua, penulis tidak akan menjadi seperti sekarang. Terima kasih
12.Kakanda Ilma Tsakina Tamsil, yang kerap membuat peneliti kagum akan
kepintaran dan keramahannya.
13.Kepada seluruh teman-teman seperjuangan peneliti menuntut ilmu di
Departemen Ilmu Komunikasi angkatan 2007. Semoga di akhir perjalanan
kita menuntut ilmu di kampus tercinta, kekompakan dan kekeluargaan
semakin terjalin. Very proud of being part of comm ‘07
14.Teman-teman penulis yang lain, Rizta, Boim, Siti, Wanda, Kak Dania,
Kak Adis, Dema, Jibo, Uti, Ginda, Kak Nana, Kak Emi, Uti, Ai.
15.Kakanda Ismawati Suud dan keluarga, terimakasih atas banyak sekali
kebaikan hatinya, dan selalu ada ketika penulis dilanda bosan dan stress.
16.Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian
pendidikan dan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satupersatu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang
telah diberikan oleh semua pihak.. Tidak akan cukup rasanya rasa terima kasih
penulis kalau hanya sebatas kata-kata. Harapan penulis semoga skripsi ini
kelak dapat memberi seluas-luasnya manfaat dan jika terdapat kesalahan
penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Medan, Mei 2011 Penulis,
DAFTAR ISI
I.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7
I.4.1. Tujuan Penelitian ... 7
I.4.2 Manfaat Penelitian. ... 8
I. 5. Kerangka Teori ... 8
I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 9
I.5.1.1. Komunikasi ... 9
I.5.1.2 Komunikasi Massa ... 10
1.5.2 Teknologi Komunikasi ... 11
1.5.3. Internet ... 11
I.5.4. Media Pembelajaran ... 13
I.5.5. Kompetensi Belajar ... 14
I.5.6. Sikap ... 17
I.6. Kerangka Konsep ... 18
I.7. Model Teoritis ... 19
I.8. Variabel Operasional ... 19
I.9. Definisi Operasional ... 20
I.10. Hipotesis ... 22
BAB II URAIAN TEORITIS II.1.Komunikasi Dan Komunikasi Massa ... 23
II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 23
II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi ... 25
II.1.3. Hambatan Komunikasi ... 26
II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi ... 27
II.1.5. Komunikasi Massa ... 30
II.1.6. Karakteristik, Fungsi dan Efek Komunikasi Massa ... 31
II.2.Teknologi Komunikasi ... 33
II.2.1. Pengertian Teknologi Komunikasi ... 33
II.2.2. Karakteristik Teknologi Komunikasi ... 35
II.3. Internet ... 36
II.3.1. Sejarah Internet ... 36
II.3.2.Manfaat Internet ... 38
II.3.3. Internet sebagai media komunikasi ... 39
II.4. Media Pembelajaran ... 40
II.4.1. Pengertian Media Pembelajaran ... 40
II.4.2. Fungsi media pembelajaran ... 42
II.4.4. Prosedur pemilihan media belajar ... 44
II.5. Kompetensi Belajar ... 45
II.6. Sikap ... 50
II.6.1. Faktor Pembentukan Sikap ... 51
II.6.2. Komponen Sikap ... 52
II.6.3. Ciri-ciri sikap ... 53
II.6.4. Subjek dan Objek Sikap ... 54
II.6.5. Fungsi Sikap ... 55
II.6.6. Tiga Keadaan Umum yang Mewarnai Sikap ... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57
III.1.1. Sejarah SMAN 3 Medan ... 57
III.1.2. Motto, Visi, dan Misi, SMAN 3 Medan ... 58
III.1.3. Tujuan dan Unggulan SMAN 3 Medan ... 61
III.1.4. Keadaan sarana dan prasarana sekolah ... 63
III.1.5. Personil Sekolah ... 64
III.2. Metodologi Penelitian ... 64
III.2.1. Metodologi Penelitian ... 64
III.2.2. Lokasi Penelitian ... 65
III.2.3. Populasi dan Sampel ... 65
III.2.4. Teknik Penarikan Sampel ... 67
III.2.5. Teknik Pengumpulan Data ... 68
III.2.6. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 71
IV.2. Proses Pengolahan Data ... 72
IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 73
IV.3.1. Karateristik Responden ... 74
IV.3.2. Variabel Bebas (X): Penggunaan Internet ... 78
IV.3.3. Variabel Terikat (Y): Kompetensi Belajar ... 99
IV.4. Analisis Silang ... 119
IV.5.Uji Hipotesis ... 122
IV.6.PEMBAHASAN ... 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 131
V.2. Saran ... 132
DAFTAR TABEL
9. Tuntutan Menggunakan Internet Dalam Kegiatan Belajar Mengajar ... 78
10. Tempat Biasa Mengakses Internet ... 79
11. Waktu Yang Digunakan Dalam Mengakses Internet Dalam Sehari ... 80
12. Media Yang Paling Sering Digunakan Untuk Mengakses Internet ... 81
13. Perlunya Bantuan Dari Orang Lain Saat Mengkses Internet ... 82
14. Topik Informasi Yang Sering Diakses (Politik) ... 83
15. Topik Informasi Yang Sering Diakses (Sosial) ... 84
16. Topik Informasi Yang Sering Diakses (Ekonomi) ... 85
17. Topik Informasi Yang Sering Diakses (Budaya) ... 86
18. Topik Informasi Yang Sering Diakses (Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi) ... 87
19. Topik Informasi Yang Sering Diakses (Hiburan) ... 88
20. Jenis Informasi Yang Ditelusuri ... 89
21. Kemampuan Internet Dalam Menyajikan Topik Secara Lebih Mendalam ... 90
22. Desain Dan Tampilan Internet Yang Menarik ... 91
23. Keakuratan Informasi Yang Diperoleh Dari Internet ... 92
24. Kemudahan Dalam Menemukan Informasi Yang Dibutuhkan... 93
25. Kemampuan Internet Dalam Menyajikan Informasi Yang Beragam ... 94
26. Kelengkapan Informasi Dari Internet ... 94
27. Kecepatan Informasi Yang Didapat Dari Internet ... 95
29. Kelebihan Internet Dibanding Media Lain ... 97 30. Kemampuan Internet Dalam Meningkatkan Wawasan Dan
Pengetahuan ... 98 31. Kemampuan Internet Dalam Menyajikan Hal Baru Tentang Mata
Pelajaran Di Sekolah ... 99 32. Internet Sebagai Media Untuk Bertukar Informasi Dengan Komunitas
Dunia Maya ... 100 33. Internet Sebagai Solusi Untuk Memecahkan Masalah Dalam
Memahami Pelajaran Di Sekolah ... 101 34. Kemampuan Internet Dalam Mengurangi Kesalahan Ketika
Mengerjakan Tugas Sekolah ... 102 35. Pemanfaatan Fasilitas Wi-Fi Sekolah ... 103 36. Kemampuan Internet Dalam Meningkatkan Keterampilan ... 104 37. Efisiensi Waktu Dalam Mengerjakan Tugas Sekolah Dengan Bantuan
Internet ... 105 38. Kemampuan Internet Dalam Penambahan Wawasan Tentang
Perkembangan Teknologi ... 106 39. Internet Sebagai Sarana Pengembangan Kreativitas Siswa ... 107 40. Penggunaan Internet Untuk Membantu Menyelesaikan Tugas
Sekolah ... 108 41. Partisipasi Guru Dalam Mengarahkan Siswa Untuk Menggunakan
Internet ... 109 42. Intensitas Siswa Dalam Membekali Dirinya Dengan Informasi Yang
Diperoleh Dari Internet ... 110 43. Intensitas Siswa Mendiskusikan Hasil Temuannya Di Internet
Kepada Guru ... 111 44. Internet Sebagai Media Yang Memberikan Kemudahan Dalam Proses
Komunikasi Dan Interaksi ... 112 45. Kemampuan Internet Dalam Meningkatkan Motivasi Siswa Untuk
Meraih Prestasi Yang Lebih Baik ... 113 46. Keterbukaan Siswa Tentang Sumber Informasi Kepada Guru Dan
47. Kemampuan Internet Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa... 114 48. Kemampuan Internet Dalam Membantu Menyalurkan Hobi Dan
Minat Siswa ... 115 49. Kemampuan Internet Menjadi Media Untuk Bertukar Informasi
Dengan Komunitas Yang Memiliki Minat Sama ... 116 50. Hubungan Antara Kemampuan Internet Dalam Menyajikan Informasi
Apapun Yang Dibutuhkan Terhadap Kemampuan Internet Sebagai
Sarana Pengembangan Kreativitas Siswa ... 117 51. Hubungan Antara Kemampuan Internet Dalam Menyajikan Sebuah
Topik Secara Lebih Mendalam Terhadap Kemampuan Internet Dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa Dalam Menyelesaikan
Tugas Di Sekolah ... 118 52. Hubungan Antara Kemudahan Dalam Menemukan Informasi Dari
Internet Terhadap Kemampuan Internet Dalam Membantu Siswa
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Tabel Fortran Cobol
Lampiran 3 Surat Permohonan Penelitian dari FISIP
Lampiran 4 Surat Permohonan Penelitian dari Diknas
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6 Lembaran Catatan Bimbingan Skripsi
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Internet Dan Kompetensi Belajar Siswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Peningkatan Kompetensi Belajar Siswa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan internet terhadap peningkatan kompetensi belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara penggunaan internet terhadap peningkatan kompetensi belajar siswa pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Medan tahun ajaran 2010/2011 kelas X, XI, dan XII yang berjumlah 1.537 siswa. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 93 siswa. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional
Stratified Random Sampling.
Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 18.0 dan skala
Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap
variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan piranti lunak SPSS versi 18.0.
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa: “terdapat hubungan yang
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Perkembangan terakhir teknologi komunikasi dewasa ini adalah fenomena
perkawinan antara teknologi komputer dan teknologi internet. Internet mampu
menampilkan tekhnologi media yang sebelumnya ada, berkumpul bersama dalam
dunia maya dan dapat diakses dari segala belahan dunia secara real time. Bukan
hanya media cetak saja yang sudah dapat diakses melalui internet, tetapi radio
bahkan televisi juga. Kehadiran internet tidak disangkal lagi telah membawa
revolusi pada cara manusia melakukan komunikasi.
Asal-usul internet berasal dari jaringan komputer yang dibentuk pada
tahun 1970-an. Ketika itu Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense
Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan
riset tentang bagaimana cara menghubungkan sejumlah komputer sehingga
membentuk jaringan organik. Program riset ini dikenal dengan nama ARPANET.
Pada 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama
lain sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan.
Selanjutnya, jaringan komputer tersebut diperbaharui dan dikembangkan hingga
kini. Penerusnya menjadi tulang punggung global untuk sumber daya informasi
yang disebut dengan internet.
Dengan internet, kendala ruang jarak dalam berkomunikasi telah banyak
Internet sudah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat untuk memenuhi
kepuasan akan hiburan dan pemenuhan kebutuhan informasi saat ini.
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru
berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang
dikirimkan oleh guru berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun nonverbal. Proses ini
dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa
dinamakan decoding. Namun bagaimanakah bentuk dan wujud dari media atau
perantara ini, hal tersebut harus disesuaikan dengan jenis dan karakteristik materi
yang akan disampaikan serta kemampuan guru tentang pengetahuannya mengenai
media. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran maka hal yang harus
diperhatikan ketika penyampaian materi/informasi berlangsung adalah keluasan,
kedalaman dari materi pelajaran, selain itu juga waktu yang diperlukan untuk
mengajarkan materi tersebut, dan kondisi yang tersedia di sekolah, sehingga
media menjadi efektif digunakan dalam proses pembelajaran (Diknas, 2008: 16).
Di bidang pendidikan, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
membuat pendidikan menjadi lebih fleksibel, baik dalam sistem yang hendak
dikembangkan, materi yang dapat diakses, maupun proses pembelajaran yang
akan diterapkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian mengenai teknologi
informasi dan komunikasi yang diketahui memberikan dampak positif untuk
keperluan pendidikan. Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian di Amerika
Serikat tentang efektivitas pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan.
Penelitian ini menunjukan bahwa pemanfaatan teknologi informasi lebih
tersebut 30% menghemat waktu, 30-40% menghemat biaya dan lebih
meningkatkan prestasi siswa (Pavlik, 1996: 107). Penerapan media pembelajaran berbasis teknologi dan informasi, memfasilitasi siswa agar lebih mudah memahami pelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan kognitifnya.
Menurut Kamarga (2002: 93), internet merupakan jaringan yang terdiri
dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang
terhubung melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakup
seluruh dunia. Hal ini menjadikan jaringan internet memenuhi kapasitas untuk
dijadikan sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran dalam dunia
pendidikan.
Internet sebagai suatu sumber dan media pembelajaran dimana internet
mempunyai potensi yang besar dalam pembelajaran, baik sebagai sumber belajar,
pendukung pengelolaan proses belajar mengajar maupun sebagai media. Sebagai
media, menurut Oetomo (2004: 52) media adalah sarana penyajian ide, gagasan
dan materi pendidikan kepada peserta didik itu sendiri. Media pembelajaran
menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 5) adalah suatu alat yang dapat
membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media
pembelajaran diharapkan siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman
nyata, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah
dan lebih baik.
Menurut Diknas (2008: 12), pemanfaatan internet sebagai media
pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through
sejalan dengan paradigma konsep belajar yang akhir-akhir ini berkembang.
Paradigma konsep belajar tersebut adalah paradigma konstruktivisme. Menurut
paradigma konstruktivisme, pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan
oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk membentuk
dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan
pengetahuan (Suparno, 1997: 43). Pembentukan itu sendiri harus dilakukan oleh
siswa. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal- hal yang sedang dipelajari (Budiningsih, 2005: 65).
Adapun fasilitas-fasilitas yang dimiliki internet seperti: e-mail, Telnet,
Internet Relay Chat, News groups, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), dan World Wide Web (WWW).Haughey ( dalam Prawiradilaga, 2004: 113) mengemukakan sistem pembelajaran melalui internet dapat diterapkan melalui 3
hal yaitu web course, web centric course dan web enhanced course. Web Course,
ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan
belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan
melalui internet. Web Centric Course adalah proses belajar dengan menggunakan
internet dimana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan dan latihan
disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi
dan latihan dilakukan secara tatap muka. Sedangkan web enhanced course, adalah
pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas
kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite
course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Peranan
internet dalam web enhanced course adalah untuk menyediakan content (sumber
berbagai sumber belajar. Juga tak kalah pentingnya ialah pemberian fasilitas
komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara
timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog,
berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi)
(Prawiradilaga, 2004: 116).
Hal inilah yang membuat beberapa SMA di Kota Medan menyadari betul
akan pentingnya internet dalam menunjang proses pembelajaran. Sebagian dari
SMA di Kota Medan bahkan telah melengkapi sekolah mereka dengan fasilitas
jaringan wi-fi yang merupakan penghubung jaringan internet. Sehingga dalam
proses belajar, internet digunakan untuk mengakses informasi mengenai pelajaran
dan sebagai alat bantu guru untuk membuat siswa lebih mudah memahami
pelajaran yang sedang diajarkan guru. Siswa juga sering ditugaskan untuk mencari
bahan-bahan yang berkaitan dengan pelajaran melalui internet. Siswa juga
mencari pelajaran yang tidak dimengerti melalui internet. SMA Negeri 3 Medan
dalam hal ini adalah salah satu dari banyak SMA di Kota Medan yang
memanfaatkan teknologi internet sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar
untuk meningkatkan kompetensi siswanya.
Menurut Munsyi, kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk kepada
performance dan perbuatan rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai
arah dan tujuan. Performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya
diamati, tetapi juga meliputi perihal yang tidak tampak. Dalam terminologi yang
dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power,
authority ,skill, knowledge, attitude, etc. Pengertian dasar kompetensi adalah
kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang
tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan atau keahlian selaras dengan
tuntutan bidang yang bersangkutan.
Peneliti akan meneliti hubungan antara penggunaan internet terhadap
peningkatan kompetensi belajar siswa SMA Negeri 3 Medan dimana proses
belajar mengajar dilaksanakan dengan menerapkan metode konvensional dan
metode berbasis teknologi. Saat ini SMA Negeri 3 Medan tengah giat melakukan
pengembangan metode pembelajaran berbasis teknologi internet. Salah satunya
dengan upaya melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung, seperti
laboratorium Teknologi Informasi Komputer, Hot Spot Area dan pengembangan
Website e-learning yang bisa diakses melalui
ini menunjukkan keseriusan SMA Negeri 3 Medan dalam menerapkan pendidikan
berbasis teknologi yaitu internet dalam proses belajar mengajar yang dilakukan.
Oleh sebab itu, dalam hal lokasi penelitian, peneliti mengambil lokasi di SMA
Negeri 3 Medan. Selain itu adanya unsur kedekatan antara peneliti dengan
responden juga dianggap dapat memudahkan peneliti dalam meneliti dan
mendapatkan data yang valid.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
tentang pengaruh penggunaan internet terhadap peningkatan kompetensi di
I. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh
penggunaan internet terhadap peningkatan kompetensi belajar di kalangan siswa
SMA Negeri 3 Medan?”
I. 3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan
mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah
yang lebih spesifik dan jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Penelitian bersifat korelasional, yaitu menganalisis pengaruh penggunaan
internet terhadap peningkatan kompetensi belajar di kalangan siswa SMA
Negeri 3 Medan.
2. Penggunaan internet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penggunaan internet untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan
belajar mengajar di kelas.
3. Objek penelitian yang diteliti adalah Siswa SMA Negeri 3 Medan.
4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2011 sampai dengan selesai.
I. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan
lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah,
terdiri dari:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa SMA Negeri 3
Medan tentang internet.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis informasi yang
diakses siswa melalui internet.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan internet
terhadap peningkatan kompetensi belajar siswa SMA Negeri 3 Medan.
I.4.2 Manfaat Penelitian.
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat, baik
dari segi akademis, teoritis dan praktis, di antaranya yaitu :
1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Ilmu
Komunikasi FISIP USU.
2. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah
penelitian terutama tentang komunikasi massa.
3. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.
I. 5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi dan preposisi yang
mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di
antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat,
2004: 6). Teori berfungsi untuk mejelaskan, meramalkan, dan memberikan
pandangan terhadap sebuah permasalahan.
Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain:
I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa I.5.1.1. Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communis yang artinya sama,
communico, communication atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering
disebut sebagai asal usul kata komunikasi. Menurut Carl I. Hovland dalam
karyanya yang berjudul “Social Communication”, mendefinisikan komunikasi
adalah upaya sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas pentransmisian
informasi serta pembentukan opini dan sikap (Mulyana, 2005: 4)
Sebuah definisi singkat, dikemukakan oleh Harold D Lasswell bahwa cara
yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan “Who says what to whom in which channel with what effect?”, yang
bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia ialah “siapa yang menyampaikan, apa
yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya?”.
Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban atas pertanyaan yang diajukan tersebut, yakni:
a) Komunikator
c) Media
d) Komunikan
e) Efek
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media atau
saluran dan menimbulkan efek.
I.5.1.2 Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi melalui media
massa, jelasnya merupakan siklus dari komunikasi media masssa (Mass
Communication). Mereka membatasi pengertian komunikasi massa pada
komunikasi dengan menggunakan media massa seperti surat kabar, majalah,
radio, televisi, atau film.
Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang massa beserta pesan yang
dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan dicoba diraih dan efeknya
terhadap mereka. Komunikasi massa dapat juga didefinisikan sebagai proses
komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang tergolong
mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan film.
Komunikasi massa bersumber dari komunikasi yang menyampaikan
pesannya dengan menggunakan media massa yang ditujukan untuk masyarakat
luas. Jadi salah satu ciri dari komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan
Komunikasi Massa, memiliki ciri – ciri :
a) Komunikator dalam komunikasi massa melembaga b) Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen c) Pesannya bersifat umum
d) Komunikasinya berlangsung satu arah
e) Komunikasi massa menimbulkan keserempakkan f) Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis
g) Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (Nurudin, 2003: 63).
1.5.2 Teknologi Komunikasi
Teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan maslalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers, 1986
dalam Lubis (2005: 42), mendefinisikan teknologi komunikasi sebagai ”alat
perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan untuk
mengumpulkan, memproses dan mempertukaran informasi dengan orang lain”.
Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya
sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun
kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekarang sudah dapat
diperkirakan terjadinya berbagai perubahan di bidang komunikasi maupun
bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari
perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi,
terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komunikasi
tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi
kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas.
1.5.3. Internet
Menurut Kamarga (2002: 93), internet merupakan jaringan yang terdiri
dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang
seluruh dunia. Dan hal ini menjadikan jaringan internet memenuhi kapasitas untuk
dijadikan sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran dalam dunia
pendidikan.
Menurut Sidharta (1996: 59), internet adalah lebih dari sekedar jaringan
komputer atau pelayan informasi. Internet adalah gambaran dinamis bahwa
manusia yang mampu berkomunikasi secara bebas akan memilih untuk bersikap
sosial dan tidak mementingkan diri sendiri.
Tharom (2002: 61), mengatakan bahwa pada awalnya, internet memiliki
empat aplikasi utama, yaitu e-mail, news, remote login, dan file transfer. Salah
satu aplikasi baru yang muncul yaitu world wide web (WWW), yang merupakan
arsitektur kerja dalam mengakses dokumen-dokumen yang tersebar pada ribuan
mesin di internet. Web mulai dimunculkan pada tahun 1989 oleh CERN, Pusat
Penelitian Nuklir Eropa. WWW diusulkan oleh tim Berners-Lee pada bulan Maret
1989 dan 18 bukan kemudian berhasil dibuat prototype pertama berbasis teks.
Pengembangan terus dilakukan sampai didapatkan interface grafis pada bulan
1993.
Turkle dalam Severin dan Tankard (2005: 446), menyebutkan istilah
komprehensif untuk world wide web, internet, milis elektronik,
kelompok-kelompok dan forum diskusi, ruang obrol (chatting), permainan interaktif
multi-player dan bahkan e-mail adalah dunia maya. Sebagai bagian dari media massa,
internet tidak terlepas dari aspek-apek yang harus diperhatikan dalam penggunaan
media massa. Adapun beberapa aspek yang diperhatikan dalam penggunaan
media massa termasuk internet adalah:
3. Intensitas 4. Efektivitas 5. Fleksibilitas
I.5.4. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian,
minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar dan merupakan suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi
proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa akan
dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran yang
disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik.
Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting bahkan sejajar
dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan
diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi (Diknas, 2008: 27). Jika kembali
kepada paradigma pembelajaran sebagai suatu proses transaksional dalam
menyampaikan pengetahuan.
Menurut Diknas, (2008: 30) Dalam proses pembelajaran terdapat tingkat
proses aktivitas yang melibatkan keberadaan media pembelajaran, yaitu:
a. Tingkat pengolahan Informasi b. Tingkat penyampaian informasi c. Tingkat penerimaan informasi d. Tingkat pengolahan informasi e. Tingkat respon dari peserta didik f. Tingkat diagnosis dari pengajar g. Tingkat penilaian
Terjadinya pengalaman belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran
media. Adapun peranan media menurut Diknas (2008: 31) sebagai berikut:
a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.
b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
I.5.5. Kompetensi Belajar
Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai ”kecakapan yang memadai
untuk melakukan suatu tugas” atau sebagai ”memiliki keterampilan dan
kecakapan yang disyaratkan”. Johnson menyatakan bahwa pengajaran
berdasarkan kompetensi merupakan suatu sistem dimana siswa baru dianggap
telah menyelesaikan pelajaran apabila ia telah melaksanakan tugas yang
dipelajarinya untuk dilakukannya. Johnson memandang kompetensi sebagai
perbuatan (performance) yang rasional, karena orang yang melakukannya harus
mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian
(Suparno, 2001: 27).
Kompetensi itu adalah suatu pengetahuan keterampilan dan kemampuan
atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga mewarnai prilaku kognitif, afektif dan psikomotoriknya (Sanjaya, 2005:
83). Dari pendapat tersebut maka jelas bahwa kompetensi harus didukung oleh
pengetahuan, sikap dan apresiasi. Artinya, tanpa pengetahuan dan sikap tidak
Sejalan dengan pendapat tersebut, Gordon (1988) menjelaskan beberapa
aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berfikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berfikir ilmiah. 2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu.
3. Keterampilan (Skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melaksanakan tugas yang dibebankan.
4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya.
5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang dengan munculnya peraturan baru.
6. Minat (interest), yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan (Sanjaya, 2005: 6).
Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetensi yang lain dalam hal
jumlah pembagiannya. Ada kompetensi yang tergantung pada pengetahuan dan
ada yang bergantung terhadap proses. Semakin kompleks, kreatif atau profesional
suatu kompetensi, semakin besar kemungkinannya diterapkan dengan cara
berbeda (different fashion) pada setiap kali dilakukan bahkan oleh orang yang
sama. Hal ini berbeda dengan kompetensi teknis yang diterapkan dengan
menggunakan cara yang sama, pada kompetensi profesional dituntut kreativitas
serta kecakapan dalam menyesuaikan pada keadaan yang berbeda-beda.
Belajar juga dikaitkan dengan konsep kompetensi yang berarti
kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Untuk berbagai pekerjaan dan
profesi, diperlukan kemampuan kompetensi yang generik dan melintas batas
disiplin ilmu, namun ada juga kompetensi khusus sesuai dengan sifat khusus
Tidak mudah dalam menetapkan standar kompetensi, terlebih untuk
kegiatan yang hasilnya tidak dapat langsung dilihat dan bersifat kompleks.
Kompetensi merupakan suatu gabungan dari berbagai energi dan potensi yang ada
pada seseorang. Belajar juga seringkali dihubungkan dengan tuas perkembangan
yakni, kecakapan yang diharapkan oleh lingkungan sosial untuk dapat dikuasai
(ditunjukkan) oleh individu pada tahap perkembangan tertentu.
Dalam meningkatkan kompetensi belajar, terdapat beberapa
masalah-masalah-masalah yang ditemukan dilapangan yang dikategorisasikan ke dalam
dua faktor yaitu berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri dan faktor-faktor yang
berasal dari luar subjek yang belajar.
A. Faktor yang berasal dari dalam (Internal)
Yang meliputi:
a) Mereka sukar mencerna karena materi dianggap sulit
b) Kehilangan gairah belajar disebabkan memperoleh nilai yang
rendah
c) Kesulitan mendisiplinkan diri dalam belajar
d) Tidak bisa berkonsentrasi
e) Tidak tekun dalam belajar
f) Konsep diri yang rendah
g) Gangguan emosi
B. Faktor-faktor Eksternal
a) Kemampuan sosial ekonomi
c) Kurang memperoleh dukungan dari orang sekitar
d) Lingkungan fisik
e) Kesulitan belajar dari lembaga pendidikan
I.5.6. Sikap
Menurut Sherif (dalam Dayaksini, 2003: 95), sikap merupakan suatu
keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Menurut Allport (dalam Dayakinsi, 2003: 96), pada hakekatnya sikap adalah
merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen komponen
tersebut ada tiga, yaitu:
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang
dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat
disamakan dengan pandangan terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang kontroversial. Komponen kognitif menyatakan kepercayaan
terhadap sesuatu datang dari apa yang telah dilihat atau dari yang telah diketahui.
Berdasarkan hal ini kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau
karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan terbentuk akan menjadi dasar
pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.
b. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila
dikaitkan dengan sikap.
c. Komponen konatif
Komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak
atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Komponen konatif
menunjukkan bagaimana cara berperilaku sesuai dengan objek sikap yang
dihadapi. Asumsinya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan banyak
mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras
dengan kepercayaan dan perasaan dalam membentuk sikap individual.
I. 6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan
bersifat memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.
Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesis
(Nawawi, 1995: 40).
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang
menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor atau unsur lainnya
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (Nawawi, 1995: 57). Variabel terikat ini adalah
peningkatan kompetensi belajar siswa.
3. Karakteristik Responden
Karakteristik responden menjelaskan tentang usia, jenis kelamin, kelas
responden serta uang saku perbulan.
I. 7. Model Teoritis
Model Teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan
permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi satu model
teoritis sebagai berikut:
Model Teoritis
I. 8. Variabel Operasional
Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang
dapat diamati dan diukur (Rakhmat, 1993: 132). Berdasarkan kerangka teori dan Variabel Bebas (X)
Internet
konsep diatas, maka dibuat operasional variabel untuk melakukan kemudahan
dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1
Variabel Operasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (X) Internet
1. Jenis dan isi (content) informasi 2. Kejelasan isi
Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin
2. Umur 3. Kelas
4. Uang saku perbulan
I. 9. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang menginformasikan
bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi
variabel operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana cara
mengukur variabel.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel dapat didefinisikan sebagai berikut:
a) Jenis dan isi informasi: Untuk mengetahui isi dan jenis informasi apa saja
yang sering diakses siswa.
b) Kejelasan isi: untuk mengetahui apakah segala informasi yang mereka
akses dapat ditangkap dengan baik oleh seluruh responden.
c) Intensitas: frekuensi mahasiswa mengakses internet
d) Efektivitas: apakah proses pengaksesan internet efektif dalam
meningkatkan kompetensi siswa.
e) Fleksibilitas: kefleksibelan penggunaan internet dalam meningkatkan
kompetensi siswa.
2. Variabel Terikat (Y) Kompetensi Belajar
a) Pengetahuan: peningkatan pengetahuan yang didapat siswa melalui
teknologi internet.
b) Pemahaman: kemampuan siswa untuk memecahkan masalah setelah
melewati proses belajar dengan bantuan teknologi internet.
c) Keterampilan: adanya kemauan dalam diri siswa untuk mengolah
kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan kegiatan belajar serta
menggunakan fasilitas belajar dengan bantuan teknologi internet.
d) Nilai: nilai diri dan perilaku siswa yang timbul dan menjadi bagian dirinya
setelah melewati proses pembelajaran dengan bantuan teknologi internet.
e) Sikap: bagaimana perasaan atau reaksi siswa siswa ketika didalam kelas,
bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekolah, dan saat berinteraksi
f) Minat: kecenderungan siswa untuk melakukan suatu perbuatan atau
tindakan, misalnya minat untuk mempelajari dan memperdalam materi
pelajaran melalui internet.
3. Variabel Z (Karakteristik Responden)
a) Jenis kelamin: Pria dan Wanita
b) Umur : Umur responden
c) Kelas: Kelas responden
d) Uang saku: Uang saku perbulan
I. 10. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan
antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan
penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2004: 14).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho: tidak terdapat hubungan antara pengaruh penggunaan internet terhadap
peningkatan kompetensi belajar di kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan.
Ha: terdapat hubungan antara pengaruh penggunaan internet terhadap
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi Dan Komunikasi Massa II.1.1. Pengertian Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia
untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara
individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi
adalah proses pernyataan antar manusia (Effendy, 2003: 8). Komunikasi juga
dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka,
lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2002: 20). Secara etimologi istilah
komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication, berasal dari kata Latin
communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama yang
dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003: 30). Dari hal tersebut
dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan
komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi.
Di antara sosiolog, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat yang
yang memberi pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, komunikasi
adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas
penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat (Effendy, 2003:
10). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi proses penyampaian
pesan, pembentukan kepercayaan, sikap, pendapat dan tingkah laku publik.
Sedangkan menurut Wilbur Schramm seorang ahli linguistik, mengatakan
communication berasal dari kata Latin “communis” yang artinya common atau
sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan suatu pihak,
maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak
lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, 2006: 30).
Laswell menerangkan bahwa bahwa cara terbaik untuk menerangkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Laswell
merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi: komunikator, pesan,
media, komunikan dan efek (Effendy, 2003: 253). Paradigma tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Who: Komunikator; orang yang menyampaikan pesan
2. Says What: Pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang
3. In Which Channel: Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan
yang disampaikan.
4. To Whom: Komunikan; orang yang menerima pesan.
5. With What Effect: Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat
II.1.2. Unsur-unsur Komunikasi
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan
secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.
Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi.
(Cangara, 2006: 23-26) sebagai berikut:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator (source,
sender).
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
3. Media
Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. 4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. 6. Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan
II.1.3. Hambatan Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan
beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang
melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan
yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan
hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin
komunikasinya sukses (Effendy, 2003: 45):
a) Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layer televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam sebuah pengertian.
b) Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan (Effendy, 2003: 47).
c) Motivasi Terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.
d) Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan
mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar
syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan
saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.
II.1.4. Ruang Lingkup Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan
meneliti kegiatan-kegiatan komuikasi manusia yang luas ruang lingkup dan
banyak dimensinya. Berikut ini adalah penjelasan komunikasi berdasarkan
konteksnya:
1. Bidang Komunikasi
a) Komunikasi Sosial (social communication) b) Komunikasi Organisasi/Manajemen
(organization/management communication)
c) Komunikasi Bisnis (business communication) d) Komunikasi Politik (political communication)
e) Komunikasi Internasional (international communication) f) Komunikasi Antar budaya (intercultural communication) g) Komunikasi Pembangunan (development communication) h) Komunikasi Tradisional (traditional communication)
2. Sifat Komunikasi
a). Komunikasi Verbal (verbal communication)
1. Komunikasi Lisan (oral communication)
2. Komunikasi Tulisan (written communication) b). Komunikasi Nirverbal (nonverbal communication)
1. Komunikasi Kial (gestural/body communication) 2. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Lain-lain
c). Komunikasi Tatap Muka (face-to-face-communication) d). Komunikasi Bermedia (mediated communication)
3. Tatanan Komunikasi
a) Komunikasi Pribadi (personal Communication)
1. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication) b) Komunikasi Kelompok (group communication)
1. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication) a) Ceramah
c) Simposium (symposium)
d) Diskusi panel (panel discussion) e) Seminar
f) Curahsaran (brainstorming) g) Lain-lain
2. Komunikasi Kelompok Besar (Large group
communication/public speaking)
c) Komunikasi Massa (mass communication)
1. Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media
communication)
a) Surat kabar (daily) b) Majalah (magazine)
2. Komunikasi Media Massa Elektronik (electronic mass media
communication)
a) Radio b) Televisi c) Film d) Lain-lain
d) Komunikasi Media (media communication) 1. Surat
2. Telepon 3. Pamflet 4. Poster 5. Spanduk
6. Lain-lain media yang tidak termasuk media massa
4. Tujuan Komunikasi
a) Mengubah sikap (to change the attitude)
b) Mengubah opini/pandangan/pendapat (to change the opinion) c) Mengubah Perilaku (to change the behaviour)
d) Mengubah masyarakat (to change the society)
5. Fungsi Komunikasi
a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)
c) Menghibur (to entertain) d) Mempengaruhi (to influence)
Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia
(Many Voices One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila
komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai
mengenai tukar menukar data, fakta dan ide. Fungsi komunikasi dalam setiap
sistem, yaitu sebagai berikut: (Effendy, 1995: 27-28)
1. Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
3. Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional dan lokal.
5. Pendidikan
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6. Memajukan Kebudayaan
Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu
7. Hiburan Penyebarluasan simbol, suara dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu. 8. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan
memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
6. Teknik Komunikasi
f) Komunikasi manusiawi (human relations)
7. Metode Komunikasi
a) Jurnalisme/jurnalistik (journalism) b) Hubungan masyarakat (public relations) c) Periklanan (advertising)
d) Propaganda
e) Perang urat syaraf (phsicological warfare) f) Perpustakaan (library)
g) Lain-lain (Effendy, 2003: 52-56)
II.1.5. Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human
communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakan alat-alat mekanik
yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Komunikasi massa
diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass
media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang
menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated” (Wiryanto,
2000: 1-2)
Menurut Bungin (2006: 71) komunikasi massa adalah proses komunikasi
yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan
untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka
unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah: komunikator, media massa,
informasi (pesan) massa, gatekeeper, khalayak (publik) dan umpan balik.
Dalam Wiryanto (2000: 3), Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa
sebagai, “Komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara
sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan
komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa,
II.1.6. Karakteristik, Fungsi dan Efek Komunikasi Massa
Dalam Rakhmat dikutip oleh Ardianto (2004: 7-12). Seseorang yang
menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan
komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi alat, yakni sebagai
berikut:
1. Komunikator terlembagakan, artinya komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Pesan akan disampaikan melalui media cetak maupun media elektronik dari pengumpulan sampai pada penyajian informasi.
2. Pesan bersifat umum, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa bisa berupa fakta, peristiwa atau opini yang penting dan menarik bagi sebagian besar komunikan.
3. Komunikannya anomin dan heterogen, artinya dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan, karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
4. Media massa menimbulkan keserempakan, artinya dalam komunikasi massa jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Inilah kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya.
5. Komunikasi menggunakan isi ketimbang hubungan, artinya dalam komunikasi massa yang penting adalah unsur isi dan menekankan pada “apanya” sehingga pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah, artinya dalam komunikasi massa, komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpesona.
7. Stimulasi alat indera “terbatas”, artinya dalam komunikasi massa stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada radio siaran dan rekaman auditif khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, khalayak menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera
(immediate feedback).
Wilbur Schramm dalam Wiryanto (2000: 10) menyatakan, komunikasi
massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa
men-decode lingkungan sekitar kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya,
mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Komunikasi
massa menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil
kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu
anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga
men-encode pesan-pesan yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta
menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. Peluang ini
dimungkinkan karena komunikasi massa menyampaikan kemampuan memperluas
pandangan, pendengaran dan jarak yang hampir tidak terbatas dan dapat
melipatgandakan suara dan kata-kata secara luas.
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat
pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek
komunikasi ini dapat diklasifikasikan sebagai efek kognitif, efek efektif dan efek
behavioral.
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya tidak
mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Perasaan akibat terpaan media
sehingga mencucurkan air mata, takut sampai merinding dan lain-lain peraasan
yang hanya bergejolak dalam hati.
Efek behavioral bersangkutan dengan niat, tekat, usaha yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek ini tidak langsung timbul sebagai
akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan/atau efek
afektif. Dengan perkataan lain, timbulnya efek behavioral setelah munculnya efek
kognitif dan afektif.
II.2. Teknologi Komunikasi
II.2.1. Pengertian Teknologi Komunikasi
Dalam beberapa dekade terakhir ini, teknologi informasi telah mengalami
perkembangan sedemikian pesatnya yang memungkinkan penggunaan untuk
memperoleh segala bentuk informasi dengan cepat dan akurat. Penemuan
teknologi komunikasi telah memberikan banyak kemudahan bagi manusia.
Misalnya dalam melakukan informasi transaksi maupun transportasi.
Perkembangan teknologi ini juga meningkatkan standard hidup manusia.
“Teknologi” antara lain dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam suatu bidang. “Teknologi Komunikasi” adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. “Komunikasi” adalah upaya untuk menciptakan “Kebersamaan dalam Makna” (commonness in meaning). Dengan demikian, teknologi komunikasi merupakan penerapan ilmu pengetahuan guna melancarkan upaya untuk mencapai kebersamaan dalam makna antar orang dalam masyarakat (Lubis 1997: 42).
Dalam kenyataanya teknologi merupakan proses atau hasil dari proses,
yang selain kompleks juga meliputi banyak komponen; dan “mesin” atau
“perkakas” atau lazim disebut sebagai perangkat keras hanya merupakan salah
satu saja dari komponen-komponen itu. Teknologi memang selalu meliputi atau