BAB I
PENDAHULUAN
1.1Sejarah Kejaksaan
1.1.1 Sebelum Reformasi
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada
zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit,
istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan
jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari
kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.
Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa
adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu
Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang
diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para
dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang
memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.
Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang
mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi
bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga
adalah seorang adhyaksa. 1
Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan
jaksa dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang
menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van
Justitie di dalam sidang Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen
(Pengadilan Justisi) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung ) dibawah perintah
langsung dari Residen / Asisten Residen.
Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai
perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada
masa penjajahan belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:
a. Mempertahankan segala peraturan Negara
b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana
c. Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang
Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam
menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat
dalam Wetboek van Strafrecht (WvS).
Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi
difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan
1
tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942,
No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang
pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin
(pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara
resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki kekuasaan untuk:
1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran
2. Menuntut Perkara
3. Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal.
4. Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.
Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam
Negara Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan
UUD 1945, yang diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945.
Isinya mengamanatkan bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan
peraturan negaranya sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar,
maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku.
Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua
hari setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur
Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara
terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan.
Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah
mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring dengan perjalanan
sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara
kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk negara dan sistem
pemerintahan.
Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar
pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan
Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI.
Undang-Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum
yang bertugas sebagai penuntut umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas
departemen Kejaksaan dilakukan Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan
organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan
wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan penempatan
kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan Undang-Undang
Nomor 16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.
Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI
sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
serta tata cara institusi Kejaksaan yang didasarkan pada adanya Keputusan
Presiden No. 55 tahun 1991 tertanggal 20 November 1991.
1.1.2 Masa Reformasi
Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap
pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam
penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi
Undang-undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-undang ini disambut
gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi Kejaksaan
yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, maupun pihak
lainnya.
Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2
ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain
berdasarkan undang-undang”. Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena
hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat
diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut
Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan
juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive
lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai
lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan.
Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang
diemban oleh Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini
tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah
lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas dan
wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam
melaksanakan tugas profesionalnya. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
R.I. juga telah mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 30, yaitu :
(1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara
atau pemerintah
(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
c. Pengamanan peredaran barang cetakan;
d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f. Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.
Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan
dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit
atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan
tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat
membahyakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri. Pasal 32
wewenang tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan
wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur
bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina
hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan
negara atau instansi lainnya. Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan
dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi
pemerintah lainnya.
Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya
berbagai lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran
lembaga-lembaga baru dengan tanggung jawab yang spesifik ini mestinya
dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi korupsi.
Sebelumnya, upaya penegakan hukum yang dilakukan terhadap tindak pidana
korupsi, sering mengalami kendala. Hal itu tidak saja dialami oleh Kejaksaan,
namun juga oleh Kepolisian RI serta badan-badan lainnya. Kendala tersebut
antara lain:
1. Modus operandi yang tergolong canggih
2. Pelaku mendapat perlindungan dari korps, atasan, atau teman-temannya
3. Objeknya rumit (compilicated), misalnya karena berkaitan dengan
berbagai peraturan
4. Sulitnya menghimpun berbagai bukti permulaan
6. Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak hukum
yang ada)
7. Sarana dan prasarana yang belum memadai
8. Teror psikis dan fisik, ancaman, pemberitaan negatif, bahkan penculikan
serta pembakaran rumah penegak hukum
Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan
pembentukan berbagai lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat
sorotan dari waktu ke waktu sejak rezim Orde Lama. Undang-Undang Tindak
Pidana Korupsi yang lama yaitu UU No. 31 Tahun 1971, dianggap kurang bergigi
sehingga diganti dengan UU No. 31 Tahun 1999. Dalam UU ini diatur
pembuktian terbalik bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan sanksi yang lebih
berat, bahkan hukuman mati bagi koruptor. Belakangan UU ini juga dipandang
lemah dan menyebabkan lolosnya para koruptor karena tidak adanya Aturan
Peralihan dalam UU tersebut. Polemik tentang kewenangan jaksa dan polisi dalam
melakukan penyidikan kasus korupsi juga tidak bisa diselesaikan oleh UU ini.
Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas
menyatakan bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan
secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu,
diperlukan metode penegakan hukum luar biasa melalui pembentukan sebuah
badan negara yang mempunyai kewenangan luas, independen, serta bebas dari
kekuasaan manapun dalam melakukan pemberantasan korupsi, mengingat korupsi
Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan pembentukan pengadilan
Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus
tindak pidana korupsi. Sementara untuk penuntutannya, diajukan oleh Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil
Ketua yang masing-masing membawahi empat bidang, yakni Pencegahan,
Penindakan, Informasi dan Data, Pengawasan internal dan Pengaduan masyarakat.
Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan penyidikan
dan penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan Kejaksaan RI.
Sementara khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil adalah pejabat
fungsional Kejaksaan. Hadirnya KPK menandai perubahan fundamental dalam
hukum acara pidana, antara lain di bidang penyidikan.
1.1.3 Pengertian Kejaksaan
Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam
penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang
dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung,
Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya
dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang
Gambar 1.1
Kejaksaan Negri RI
Sumber : Internet Kejaksaan
Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan
UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu
lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan
supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi
manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di dalam
UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi,
tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004).
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh
Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan berada pada
posisi sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena
Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan proses
pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan keputusan
pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah
suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang
sah menurut Hukum Acara Pidana.
Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi
pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara
pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha
Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha
Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan
tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan
pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang.
1.1.4 Logo dan Maknanya 1.4.1 Logo
Sebagaimana perusahaan besar lainnya yang memliki cirri berupa
Gambar 1.2 Logo
Sumber : Internet Kejaksaan
1.4.2 Makna Lambang Kejaksaan
Bintang bersudut tiga
Bintang adalah salah satu benda alam ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa yang tinggi letaknya dan memancarkan cahaya abadi. Sedangkan
jumlah tiga buah merupakan pantulan dari Trapsila Adhyaksa sebagai
landasan kejiwaan warga Adyaksa yang harus dihayati dan diamalkan.
Pedang
senjata pedang melambangkan kebenaran, senjata untuk
Timbangan
Timbangan adalah lambang keadilan, keadilan yang
diperoleh melalui keseimbangan antara suratan dan siratan rasa.
Padi dan Kapas
Padi dan kapas melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran
yang menjadi dambaan masyarakat.
Seloka ”Satya Adi Wicaksana”
Merupakan Trapsila Adhyaksa yang menjadi landasan jiwa dan
raihan cita-cita setiap warga Adhyaksa dan mempunyai arti serta
makna:
Satya : Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun
kepada sesama manusia.
Adi : kesempurnaan dalam bertugas dan yang berunsur utama,
bertanggungjawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap
keluarga dan terhadap sesama manusia.
Wicaksana : Bijaksana dalam tutur-kata dan tingkah laku,
1.4. 3 Makna tata warna
Warna kuning diartikan luhur, keluhuran makna yang dikandung
dalam gambar/lukisan, keluhuran yang dijadikan cita-cita.
Warna hijau diberi arti tekun, ketekunan yang menjadi landasan
pengejaran/pengraihan cita-cita.
1.1.5 Visi dan Misi
1.5.1 Visi
"Mewujudkan Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang
melaksanakan tugasnya secara independen dengan menjunjung
tinggi HAM dalam negara hukum berdasarkan Pancasila”
1.5.2 Misi
Menyatukan tata pikir, tata laku dan tata kerja dalam penegakan
hukum
Optimalisasi pemberantasan KKN dan penuntasan pelanggaran
HAM
Menyesuaikan sistem dan tata laksana pelayanan dan penegakan
kesopanan dengan memperhatikan rasa keadilan dan nilai-nilai
kemanusiaan dalam masyarakat.
1.1.6 Tugas dan Wewenang Kejaksaan
Berdasarkan Pasal 30 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia, berikut adalah tugas dan wewenang Kejaksaan.
Di bidang pidana :
melakukan penuntutan;
melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;
melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang- undang;
melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
Di bidang perdata dan tata usaha negara : Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:
pengamanan kebijakan penegakan hukum;
pengawasan peredaran barang cetakan;
pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara;
pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
1.1.7 Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
Kejaksaan Tinggi adalah Kejaksaan di Ibu kota Propinsi dengan daerah
hukum meliputi wilayah Propinsi yang bersangkutan. Kepala Kejaksaan Tinggi
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Kepala Kejaksaan
Tinggi dan dibantu oleh beberapa orang unsur pembantu pimpinan dan unsur
pelaksana. Kanal ini memuat informasi, data, serta bebagai perkembangan lain di
Gambar 1.3
Peta Indonesia
Sumber : Internet Kejaksaan
Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat dipimpin oleh Drs. H Mohammad
Amari, SH. MH. Sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi. Kantor Kejati ini berada di
JL. RE. Martadinata No. 54, Bandung. Telp. 022-423 9375. Kejati Jawa Barat
adalah kejaksaan di ibukota provinsi Jawa Barat, dengan wilayah tugas meliputi
wilayah provinsi yang bersangkutan.
1.7.1 Tugas
Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah
hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa serta
1.7.2 Fungsi
1. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis
pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai
dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;
2. penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana,
pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta
pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung jawabnya;
3. pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yang berintikan
keadilan di bidang pidana;.
4. pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang
ketertiban dan ketentraman umum, pemberian bantuan,
pertimbangan, pelayanan dan penegaakan hukum di bidang perdata
dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk
menjamin kepastian hukum, kewibawaanm pemerintah dan
penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung;
5. penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan Hakim
karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal - hal yang dapat
6. pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah, penyusunan
peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran hukum
masyarakat;
7. koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan,
baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
1.2Sejarah Divisi (bagian) Tempat PKL
Asisten Intelijen merupakan bagian dari Administrasi Umum Kejaksaan
yang meliputi keseluruhan proses kegiatan dan operasi intelijen yustisial baik
preventif maupun represif serta penyuluhan dan penerangan hukum, berupa
pencatatan proses penanganan dalam bentuk surat registerdan laporan. Dalam
melaksanakan tugasnya asisten intelijen dibantu oleh beberapa kasi,
diantaranya :
1. Kasi. Sosial dan Politik
2. Kasi. Ekonomi dan Keuangan
3. Kasi. Prodsarin (Produksi Sarana Intelijen)
4. Kasi. Penkum Humas
Pekum humas ini berada pada naungan Asistan Intelijen dan dikepalai oleh
seorang Kasi Penkum dan Humas. Pada Kasi Penkum dan Humas dipimpin oleh
Suryo Atmono, SH. Secara garis besar penkum humas merekomendasikan pada
edukasidiluar instrument represif melalui peningkatan program BINMATKUM
baik yang ada di pusat maupun daerah.
1.3Struktur Perusahaan /Instansi
Gambar 1.4
Struktur Organisasi Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
1.4Struktur Divisi Humas
Gambar 1.5
Struktur Organisasi Asisten Intelijen
1.5Job deskription
Pada job deskription dalam penkum dan humas terdapat di pasal 540,541,
542 dan 543, sebagai berikut :
Pasal 540
Seksi penerangan hukum dan hubungan masyarakat mempunyai tugas
melakukan kegiatan dibidang penerangan hukum dan hubungan masyarakat
untuk mendukung kegiatan dan operasi intelijen yustisial.
Pasal 541
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 540, seksi
penerapan hukum dan hubungan masyarakat menyelenggarakan fungsi :
a) Penyiapan bahan laporan pelaksanaan rencana dan program kerja ,
serta laporan pelaksanaannya.
b) Penyiapan perumusan pelaksanaan teknis penerangan, publikasi,
hubungan masyarakat dan dokumentasi.
c) Pelaksanaan pengumpulan dan pengelolaan data dari Kejaksaan Negri
di wilayah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan untuk kegiatan
publikasi serta pembinaan masyarakat.
d) Pelaksanaan pembinaan kerjasama denganinstansi terkaitdan
organisasi sosial kemasyarakatan dalam rangka program penerangan
hukum dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat.
Pasal 542
Seksi Penerangan Hukum dan Hubungan Masyarakat terdiri dari :
a) Subseksi Penerangan Hukum
b) Subseksi Hubungan Masyarakat
Pasal 543
1. Subseksi penerangan hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan dan
pemberian penerangan hukum mengenai berbagai masalah yang
menyangkut kegiatan Kejaksaan, melakukan urusan dokumentasi, serta
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan penerangan hukum kepada
masyarakat dan instansi pemerintah swasta.
2. Subseksi Hubungan Masyarakat mempuyai tugas melakukanpenyiapan
dan pemantauan berita-berita serta menampung aspirasi dan pendapat
umum mengenai masalah dalam masyarakat yang berkaitan dengan
Kejaksaan dan pelaksanaan hubungan dan lembaga legislatif di daerah,
instansi pemerintahan, mass media dan masyarakat.
1.6Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
adalah sebagai berikut :
Pengendaraan kendaraan dinas operasional 1. Kendaraan Tahanan
Kendaraan tahanan roda 6 merk Toyota Dyna Rhino dari Kejagung RI
Tabel 1.1
Kendaraan operasional Tahanan Toyota Dyna Rhino
No. Nama Kejati dan Kejari Banyaknya
1. Kejati Jabar 1 (satu) unit
2. Kejari Sukabumi 1 (satu) unit
3. Kejari Bogor 1 (satu) unit
4. Kejari Purwakarta 1 (satu) unit
5. Kejari Tasikmalaya 1 (satu) unit
Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010
2. Kendaraan Operasional
Kendaraan operasional roda 4 merk Toyota Innova dari proyek
sebanyak 13 unit masing-masing :
Tabel 1.2
Kendaraan operasional Toyota Innova
No. Nama Kejati dan Kejari Banyaknya
1. Kejati Jabar 7 (tujuh) unit
3. Kejari Cirebon 1 (satu) unit
4. Kejari Sumber 1 (satu) unit
5. Kejari Garut 1 (satu) unit
6. Kejari Banjar 1 (satu) unit
7. Kejari Bogor 1 (satu) unit
Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010
3. Kendaraan Roda 2 (sepeda motor)
Sepeda motor merk Honda Supra Fit sebanyak 15 unit dari Proyek,
masing-masing :
Tabel 1.3
Kendaraan Roda 2 Honda Supra Fit
No. Nama Kejari Banyaknya
1. Kejari Purwakarta 1 (satu) unit
2. Kejari Bale Bandung 1 (satu) unit
3. Kejari Bandung 1 (satu) unit
4. Kejari Cirebon 1 (satu) unit
6. Kejari Kuningan 1 (satu) unit
7. Kejari Cikarang 1 (satu) unit
8. Kejari Banjar 1 (satu) unit
9. Kejari Bekasi 1 (satu) unit
10. Kejari Ciamis 1 (satu) unit
11. Kejari Cibadak 1 (satu) unit
12. Kejari Cibinong 1 (satu) unit
13. Kejari Garut 1 (satu) unit
14. Kejari Karawang 1 (satu) unit
15. Kejari Sumber 1 (satu) unit
Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010
Pengadaan peralatan kantor 1. Komputer dan Laptop
Tabel 1.4
Personal computer sebanyak 30 unit dari Proyek
No. Nama Kejati dan Kejari Banyaknya
1. Kejati Jabar 15 (lima belas) unit
3. Kejari Banjar 1 (satu) unit
4. Kejari Bekasi 1 (satu) unit
5. Kejari Bogor 1 (satu) unit
6. Kejari Ciamis 1 (satu) unit
7. Kejari Cibinong 1 (satu) unit
8. Kejari Cikarang 1 (satu) unit
9. Kejari Cirebon 1 (satu) unit
10. Kejari Depok 1 (satu) unit
11. Kejari Garut 1 (satu) unit
12. Kejari Karawang 1 (satu) unit
13. Kejari Kuningan 1 (satu) unit
14. Kejari Majalengka 1 (satu) unit
Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010
2. Proyektor
Sebanyak 3 (tiga) unit dari proyek, dan 2 (dua) unit dari Kejagung RI.
3. Portable Wireless Amplifier
4. IP-PABX VOIP Sistem Siemen
Sebanyak 1 (satu) paket dari Kejagung RI.
5. Video Conference Sistem Sony
Sebanyak 1 (satu) paket dari Kejagung RI.
6. Meubelair dari proyek
Diperuntukkan bagi Kejati Jabar dan Kejari-kejari :
Tabel 1.5
Meubelair
No. Nama Barang Banyaknya
1. Meja biro 120 (seratus dua puluh) buah
2. Lemari kayu 60 (enam puluh) buah
3. Meja rapat 8 (delapan) set
4. Meja ½ biro 290 (dua ratus smbilan puluh)
buah
5. Rak kayu 96 (sembilan puluh enam)
buah
6. Sofa 21 (dua puluh satu) set
Tabel 1.6
Diperuntukkan bagi Kejati Jabar
No. Nama Barang Banyaknya
1. Kursi tamu 10 (sepuluh) set
2. Meja biro sedang 6 (enam) buah
3. Tempat tidur 1 (satu) buah
4. Lemari pakaian 1 (satu) buah
5. Meja baca 3 (tiga) buah
6. Meja makan 1 (satu) buah
7. Bufet 2 (dua) buah
8. Rak surat 1 (satu) buah
Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010
Tabel 1.7
Diperuntukkan bagi Kejari-kejari
No. Nama Barang Banyaknya
1. Cardenza 7 (tujuh) buah
2. Lemari buku 12 (dua belas) buah
7. Ac dari proyek
Tabel 1.8
Ac
No. Jenis AC Banyaknya Diperuntukkan
1. 1 PK 20 (dua puluh)
buah
Kejati Jabar dan Kejari-Kejari.
2. 2 PK 3 (tiga) buah 3 (tiga) Kejari.
3. 3 PK 2 (dua) buah Kejati Jabar.
Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010
8. PABX Sebanyak 1 (satu) buah dari proyek
9. Panaboard sebanyak 1 (satu) buah dari proyek
10.Pompa air sebanyak 6 (enam) buah dari proyek
11.Penangkal Petir untuk 6 (enam) titik dari proyek
12.Pemadam kebakaran sebanyak 24 (dua puluh empat) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari
13.Filling Cabinet sebanyak 154 (seratus lima puluh empat) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari
14.Mesin Tik Manual sebanyak 23 (dua puluh tiga) buah dari proyek unutk Kejari-Kejari.
15.Brankas sebanyak 11 (sebelas) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.
17.Vertikal Blinds sebanyak 175 (seratus tujuh puluh lima) meter dari proyek.
18.Lemari besi sebanyak 49 (empat puluh sembilan) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.
19.Kursi kerja sebanyak 350 (tiga ratus lima puluh) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.
20.Kursi rapat sebanyak 48 (empat puluh delapan) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.
21.Kursi undangan sebanyak 100 (seratus) buah dari proyek.
22.Kursi hadap sebanyak 170 (seratus tujuh puluh) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.
23.Kursi direktur sebanyak 8 (delapan) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.
24.Ordner plastik sebanyak 2.500 (dua ribu lima ratus) buah dari proyek.
1.7Lokasi dan waktu PKL 1.7.1 Lokasi PKL
Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat dipimpin oleh Sugiyanto, SH. MH
sebagai kepala Kejati. Kantor Kejati ini berada di JL. RE. Martadinata No. 54,
Bandung. Telp. 022-423 9375. Kejati Jawa Barat adalah kejaksaan di ibukota
provinsi Jawa Barat, dengan wilayah tugas meliputi wilayah provinsi yang
bersangkutan.
1.7.2 Waktu PKL
Pelaksanaan PKL terhitung dari tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan 5
BAB II
PELAKSANAAN PKL
2.1Aktifitas Kegiatan Pelaksanaan PKL
Selama berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan, penulis melakukan
berbagai kegiatan berupa kegiatan yang sifatnya rutin (dilakukan hampir
setiap hari kerja) dan kegiatan insedental (dilakukan pada waktu atau
acara tertentu saja).
Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan PKL yang telah penulis lakukan
selama 1 bulan lebih, yakni mulai tanggal 05 juli 2010 s/d 05 Agustus
2010, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jadwal Kegiatan Selama PKL
No. Hari/tanggal Jenis Kegiatan Keterangan
Rutin Insidental kliping pers surat kabar lokal
4. Kamis,
08-07-2010
Membuat rangkuman kliping pers surat kabar lokal
5. Jum‟at surat kabar harian lokal
8. Selasa,
13-07-2010
Mendistribusikan hasil kliping pers ke ruang asisten intelijen
9. Rabu,
14-07-2010
Membuat kliping pers surat kabar harian lokal
bagian sosial politik
Meminta bahan untuk wawancara Kajati Jabar dan wartawan ke bagian sosial politik dan
surat kabar harian lokal
15. Rabu,
21-07-2010
Membuat kliping dan merangkum kliping pers
surat kabar harian lokal
16. Kamis,
22-07-2010
Mendokumentasikan acara ulang tahun Kejati
Jabar
17. Jum‟at,
23-07-2010
Mendistribusikan hasil kliping pers ke ruang
asisten intelijen kliping pers ke ruang asisten intelijen
Merangkum kliping pers surat kabar
Mendokumentasikan kesepakatan antara Kejati Jabar dan massa (pendemo)
21. Rabu, 28-07-2010
Mengkliping, merangkum dan mengetik rangkuman kliping pers surat kabar harian lokal surat kabar harian lokal dan mendistribusikan hasil kliping pers ke ruang asisten intelijen surat kabar harian lokal.
27. Rabu,
04-08-2010
Membuat dan mengetik rangkuman kliping pers surat kabar harian lokal
Mencatat surat masuk kliping pers surat kabar harian lokal
Mencatat surat masuk penkum
2.2Deskripsi dan Contoh Kerja Rutin Selama PKL
Dalam melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) dihumas Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat Bandung, penulis melakukan aktifitas rutin yakni kegiatan
yang dilakukan setiap hari pada saat bekerja dan dilakukan secara continue atau
berulang-ulang, kerja rutin tersebut antara lain :
1. Kliping
Kliping merupakan kegiatan pengguntingan atau pemotongan
bagian-bagian tertentu dari surat kabar, majalah atau sumber yang lain
kemudian disusun dalam sistem tertentu dalam suatu bidang. Kliping
sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan penggunaannya
belumlah semaksimal sumber yang lain misalnya buku. Padahal dari
kliping juga bisa didapat sumber informasi dan pengetahuan yang tidak
kalah pentingya bahkan bisa didapatkan berita terbaru1.
Mendokumentasikan artikel atau berita dalam bentuk kliping
merupakan suatu kegiatan pokok yang rutin dilakukan oleh penulis setiap
hari selama PKL. Yang pertama dilakukan ketika akan mengkliping adalah
membaca koran, kemudian mencari suatu artikel yang beritanya berkaitan
dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negri se-Jawa Barat.
Artikel atau berita tersebut di dapat dari media cetak yaitu surat kabar
1
lokal yang ada di Bandung. Seperti koran Kompas, Pikiran Rakyat,
Republika, dan Dialog.
Setelah itu, artikel atau berita yang terkait dengan Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negri se-Jawa Barat digunting,
kemudian di tempelkan pada selembar kertas khusus yang telah disediakan
bedasarkan nama koran, hari, tanggal, bulan, tahun, halaman, kolom dan
topik.
Setelah mengkliping, kegiatan selanjutnya adalah merangkum dari
isi artikel atau berita terkait dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan
Kejaksaan Negri se-Jawa Barat. Adapun definisi dari merangkum adalah
menyusun garis besar isi bacaan dengan mengambil gagasan pokok dan
menghilangkan gagasan penjelasnya2.
Merangkum isi dari artikel atau berita yang terkait dengan
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negri se-Jawa Barat juga
merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan oleh penulis selama PKL.
Merangkum isi artikel atau berita dilakukan dikomputer. Dimana pada
lembar word sudah tersedia kepala surat seperti ditujukan kepada Kepada
Yth Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dari bagian Asisten Intelijen,
nomor, tanggal, sifat, lampiran, dan perihal. Setelah isi rangkuman diketik
kemudian di print untuk ditanda tangan oleh Kasi Penerangan Hukum dan
Humas, kemudian ditanda tangan oleh Kasubsi Humas, dan terakhir di
tanda tangan oleh Asisten Intelijen. Setelah merangkum artikel surat kabar
maka kliping pers maka hasil kliping akan diserahkan ke ruang asisten
intelijen.
Tabel 2.2
Daftar Hasil Kliping
No. Nama Media Tanggal Judul Artikel
1. Pikiran Rakyat 6 Juli 2010 “Anton Heryanto
Saodah”
3. Kompas 9 Juli 2010 “ Kasus Dugaan
Korupsi
Makan-Minum
Purwakarta”
4. Pikiran Rakyat 12 Juli 2010 “Menjanjikan
Pelayanan
Hukum Lebih
Cepat”
“Jadi Jaksa
Godaannya Luar
Biasa”
“Berharap
Kejaksaan Lebih
Mumpuni”
“Membenahi
Moral Jaksa”
5. Pikiran Rakyat 15 Juli 2010 Nenek Nyanyu
Saodah Siap
Dialog
Sejahtera Mulai
Disidangkan.
Berkas
Pemeriksaan Ab
Selesai.
Yusril diminta
Menjawab 19
Pertanyaan.
Kejari Bale
Bandung Usut
Dua Kasus
Korupsi.
Kejari Bekasi
Usut Dugaan
Penyelewengan
Dana “Rumah
Gadang.”
Kejagung Akan
Cikarang.
9. Kompas 27 Juli 2010 Vonis Korupsi
APBD Bogor
Ditunda.
10. Tribun Jabar 28 Juli 2010 Mereka Bicara
Soal Bank Jabar
Banten.
11. Pikiran Rakyat 29 Juli 2010 Kasus Lapangan
Gasibu
Memasuki
Ranah Pidana.
12. Pikiran Rakyat 30 Juli 2010 “Tanah Di
Naripan 78
Tidak Bisa
Dieksekusi”
13. Republika 02 Agustus 2010 “Demokrasi”
14. Pikiran Rakyat 03 Agustus 2010 “Barang Bukti
Ternyata Sudah
Kompas
Sumber : Arsip peneliti selama PKL, 2010
2. Mendistribusikan Hasil Kliping Pers Keruang Asisten Intelijen
Definisi dari mendistribusikan adalah menyalurkan (membagikan,
mengirimkan) kpd beberapa orang atau ke beberapa tempat3. Mendistribusikan
hasil kliping pers dilakukan setelah kliping dibuat. Pendistribusian tersebut
diserahkan keruang Asisten Intelijen, untuk selanjutnya ditanda tangani oleh
Asisten Intelijen selaku Jaksa Utama Pratama. Setelah ditanda tangani oleh
Asisten Intelijen, keliping tersebut dijadikan bundel kliping pers surat kabar
harian lokal, yang kemudian ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat.
2.3Deskripsi dan Contoh Kerja Insidental Selama PKL
Definisi dari kerja insidental adalah kegiatan yang terjadi atau
dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja, tidak secara
3
tetap atau rutin.4 Dan adapun kegiatan inseidental yang dilakukan penulis
selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat diantarannya adalah sebagai berikut :
1. Perkenalan pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
Pada saat hari pertama PKL, kegiatan yang dilakukan
adalah perkenalan dengan para pegawai humas di Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat. Perkenalan adalah suatu kegiatan
memperkenalkan pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat dengan mahasiswa yang akan melaksanakan PKL di
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
2. Mencatat Surat Masuk.
Mencatat surat masuk adalah kegiatan menulis surat
yang masuk kebagian penkum dan humas, yang kemudian
disimpan didalam agenda untuk dijadikan sebagai arsip.
3. Mengantarkan surat.
Mengantar surat adalah suatu kegiatan memberikan
surat dari bagian humas, untuk selanjutnya diberikan
kepada bagian yang lain.
4
4. Meminta Bahan Wawancara.
Meminta bahan wawancara merupakan kegiatan
meminta bahan sebagai acuan atau pedoman yang akan
digunakan pada saat wawancara dilaksanakan. Bahan
wawancara tersebut disedikan oleh bagian sosial dan politik
untuk wawancara yang dilaksanakan oleh Kepala
Kejaksaan tinggi Jawa Barat.
5. Mendokumentasikan Acara Ulang Tahun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
Mendokumentasikan adalah mengabadikan sebuah
kejadian yang berharga untuk dijadikan sebagai arsip.
Dalam mendokumentasikan acara ulang tahun kejaksaan
tinggi jawa barat, dilakukan dengan cara memofoto
kegiatan yang sedang berlangsung pada saat acara ulang
Gambar 2.1
Pemotongan tumpeng pada saat ulang tahun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
Gambar 2.2
Persembahan lagu selamat ulang tahun dari para jaksa muda perempuan
Sumber : Dokumentasi penulis selama PKL, 2010
6. Mendokumentasikan Kesepakatan Antara Kejati Jabar dan Massa
Mendokumentasikan adalah mengabadikan sebuah
kejadian yang berharga untuk dijadikan sebagai arsip.
Dalam mendokumentasikan kesepakatan antara kejati jabar
dan massa adalah memfoto kegiatan kesepakatan yang
terkait dengan permasalahan keyakian yang dianut oleh
aliran ahmadiyah .
Gambar 2.3
Kesepakatan antar GMBI dan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
2.4Analisa Kegiatan Selama PKL
2.4.1 Analisa Humas
Humas adalah salah satu cabang Ilmu Komunikasi yang sangat
penting. Setiap orang pasti melakukan fungsi humas baik untuk
kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain atau untuk kepentingan
keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat.
Public relations merupakan sebuah ujung tombak dari perusahaan.
Pada saat ini tidak ada organisasi yang tidak membutuhkan humas,
karena salah satu fungsi dari PR adalah untuk menjaga image atau citra
dari perusahaan. Oleh karena itu Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
menyadari akan pentingnya keberadaan humas dalam bagian
perusahaan.
Adapun definisi dari Public Relations itu sendiri menurut Tony Greener adalah presentasi positif suatu organisasi kepada seluruh publiknya. Sedangkan menurut The First World Forum Of Public
Relations “ Public relations practise adalah seni dan ilmu pengetahuan mengenai proses menganalisis trends, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya, memberikan konseling kepada pimpinan organisasi, dan mengimplementasikan program yang terencana yang akan
melayani kepentingan organisasi dan publik.” ( Kriyantono, 2008 : 5 )
Dalam definisi Public Relation seperti yang sudah disebutkan
diatas, dapat kita ketahui bahwa Public Relation bukan hanya ujung
tombak dari sebuah perusahaan yang salah satu fungsinya adalah untuk
menjaga image atau citra dari sebuah perusahaan, tetapi humas juga
dalam menjalankan kerjanya harus menganalisis mengenai masalah
peran seorang humas diperlukan dalam organisasi suatu perusahaan,
setelah menganalisa kasus yang terjadi dalam perusahaan tersebut,
sebaiknya seorang humas mengambil tindakan yang terbaik bagi
perusahaan tersebut dan memikirkan resiko (akibat) apa yang dapat
timbul dari keputusan yang telah diambil. Sebagai seorang humas atau
Public Relation yang baik, hendaknya seorang humas dapat
mengetahui citra perusahaan di mata publik. Apabila citra perusahaan
kurang baik di mata publik, maka seorang humas sekiranya dapat
memberikan saran, dan masukan kepada pemimpin perusahaan untuk
membuat strategi agar citra perusahaan tersebut menjadi baik di mata
masyarakat atau publik. Karena setiap sesuatu yang bersangkutan
dengan perusahaan harus mempunyai persetujuan dari pimpinan
perusahaan, selain itu seorang humas juga bertugas untuk menjalankan
program yang sudah terencana.
Perkembangan masyarakat yang sangat kompleks ternyata diikuti
oleh pertumbuhan dan perkembangan organisasi bisnis yang semakin
membesar. Kondisi ini membawa satu konsekuensi terhadap bentuk
relasi yang terjadi antara masyarakat sebagai salah satu
stakeholdernya.
Dan dapat kita ketahui bahwa fungsi Public Relations menurut
Cutlip dan Center adalah untuk menunjang kegiatan manajemen dan
mencapai tujuan organisasi, menciptakan komunikasi dua arah secara
publik dan menyalurkan opini publik kepada perusahaan, melayani
publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan untuk
kepentingan umum, serta membina hubungan secara harmonis antara
perusahaan dan publik, baik internal maupun eksternal. ( Kriyantono,
2008 : 5 )
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Public Relations juga
dapat membantu kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi,
karena keberhasilan praktisi humas dalam menjalankan tugasnya
bergantung kepada kepiawaiannya dalam mempersuasi pihak
manajemen unutk menjalankan tanggung jawab sosial dan
mempersuasi masyarakat untuk percaya kepada organisasi bahwa
mereka telah menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin. Dan
seorang humas juga dapat menciptakan komunikasi dua arah antara
perusahaan dan publik, dimana adanya feed back dari masyarakat
kepada perusahaan yang berupa opini publik. Yang kemudian akan
disampaikan oleh seorang humas kepada pimpinan perusahaan dan
peran serta seorang humas dalam memberikan saran dan masukan
kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum. Dan juga agar
terbentuknya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan publik,
2.4.2 Analisa Kerja Humas
Perkembangan teknologi dan kondisi masyarakat yang semakin
kompleks menjadi faktor penyebab yang membawa pengaruh sangat
besar terhadap PR.
PR merupakan suatu konsep dasar yang menjadi arah acuan yang
berhubungan dan bertanggung jawab sosial perusahaan terhadap
lingkungannya. Adanya hubungan timbal balik antara perusahaan
dengan masyarakat atau publiknya dapat menciptakan interaksi positif
yang pada ujungnya akan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dan PR
menjadi dibutuhkan disuatu instansi pemerintah atau perusahaan
swasta karena relasi dan interaksi merupakan satu kebutuhan penting
dalam kehidupan bisnis dan organisasi yang ada dimasyarakat. Hal
tersebut tidak dapat dipungkiri oleh setiap instansi pemerintah atu
perusahaan swasta karena komunikasi dan interaksi yang dilakukan
suatu instansi atau perusahaan akan menentukan keberhasilan serta
kemajuan instansi atau perusahaan swasta tersebut.
Organisasi atau perusahaan pasti selalu berhubungan dengan
khalayaknya. Namun praktisi humas pada saat ini sudah harus
memfokuskan pekerjaannya pada khalayak tertentu saja. Khalayak
humas, yaitu kelompok atau orang-orang yang berhubungan atau
berkomunikasi dengan perusahaan, baik khalayak internal maupun
Dan adapun ruang lingkup pekerjaan humas mencakup enam
bidang pekerjaan yaitu : 1. Publisitas. 2. Pemasaran. 3. Public Affair.
4. Manajemen Isu. 5. Lobi. 6. Hubungan Investor. Seluruh bidang
pekerjaan humas tersebut telah menghasikan spesialisasi kehumasan
yang bersifat khusus. (Morissan, 2008 : 31-32)
PR mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu perusahaan atau suatu institusi. Ke-urgen-an PR dalam suatu organisasi, perusahaan atau instansi ini sangat mempengaruhi tugas PR itu sendiri. Secara garis besar, tujuan PR itu menyangkut 3 hal yaitu :
1. Reputasi dan citra. Tugas PR tidak dapat lepas dari reputasi dan citra, dengan asumsi bahwa citra yang positif akan berkaitan
dengan semakin tingginya akses publik terhadap „output‟ dari
perusahaan tersebut.
2. Jembatan komunikasi. PR menjadi komunikator dan mediator organisasi dengan lingkungannya.
3. „Mutual benefit relationship‟, yaitu PR harus menjamin kepada publik bahwa perusahaan berada didalam operasinya memiliki niat baik dalam berbisnis yang diwujudkan dalam tanggung jawab sosial dan diekspresikan melalui hubungan yang saling menguntungkan diantara perusahaan dan publiknya. ( Darmastuti, 2007 : 16 )
2.4.3 Analisa Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
Dalam ruang lingkup pekerjaan humas, humas Kejaksaan Tinggi
Jawa Barat termasuk ke dalam spesialisasi Public Affair. Karena ruang
lingkup pekerjaan humas Public Affair melahirkan tiga bidang
kekhususan, salah satunya adalah Government Relations. Government
Relations yaitu khusus terfokus dalam hubungannya dengan aparat
banyak melakukan proyek yang harus terus menerus bekerja samaatau
berkoordinasi dengan pemerintah. (Morissan, 2008 : 31-32)
Kegiatan kehumasan dapat dilaksanakan dalam berbagai situasi
(Setting). Walaupun prinsip-prinsip humas berlaku untuk seluruh
organisasi atau perusahaan namun pekerjaan atau tugas praktisi humas
dapat bervariasi tergantung pada situasi yaitu jenis organisasi atau
perusahaan dimana praktisi humas bekerja. Dalam hal ini organisasi
atau perusahaan terbagi atas dua jenis dilihat dari tujuan organisasi
atau perusahaan bersangkutan yaitu : organisasi profit dan organisasi
nonprofit. (Morissan, 2008 : 85)
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk dalam organisasi nonprofit.
Karena organisasi nonoprofit didirikan untuk mencapai tujuan yang
bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan, dalam organisasi
nonprofit dibagi menjadi dua bagian, yaitu organisasi nonprofit
pemerintah dan organisasi nonprofit bukan pemerintah. Dalam
penggolongan tersebut Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk dalam
golongan organisasi nonprofit pemerintah. Karena kegiatan
operasionalnya dibiayai oleh pemerintah atau negara.
Humas pada organisasi pemerintah berfungsi untuk membantu
menjelaskan kegiatan yang dilakukan organisasi bersangkutan kepada
masyarakat dan menyampaikan kepada pimpinan organisasi.
(Morissan, 2008 : 90)
Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat memiliki tugas pokok yaitu
melakukan penyiapan dan pemantauan berita-berita serta menampung
aspirasi dan pendapat umum mengenai masalah dalam masyarakat yang
berkaitan dengan Kejaksaan dan pelaksanaan hubungan dengan lembaga
legislatif di daerah instansi pemerintah, mass media, dan masyarakat.
Adapun kegiatan eksternal yang dilakukan oleh humas Kejati Jabar adalah
kegiatan penerangan hukum ke daerah-daerah. Dimana kegiatan tersebut
menerangkan tentang penyuluhan hukum kepada masyarakat daerah yang
belum mengetahui tentang hukum.
Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat berada di bagian Asisten
Intelejen, yang kemudian berada di bawah bagian penerangan hukum dan
humas. Kasi penerangan hukum dan humas dipimpin oleh Suryo Atmono,
S.H. Dan dalam Kasubsi Hubungan Masyarakat dipimpin oleh Yeni
Sulastri, S.H.
Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat mempunyai peranan yang
penting dalam perusahaan. Karena citra perusahaan dijaga oleh seorang
humas, oleh karena itu humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menjaga
hubungan baik dengan para wartawan, dan masyarakat atau publik.
Kegiatan internal adalah kegiatan yang dilakukan oleh humas
akan dilaksanakan bersama orang-orang dalam perusahaan. Adapun
kegiatan internal yang dilaksanakan adalah :
1. Membuat kliping pers dan mendistribusikannya ke ruang
asisten intelijen.
2. Mencatat surat masuk yang ditujukan kepada humas kejaksaan
tinggi jawa barat.
3. Pengajian rutin yang dilakukan, sebagai kegiatan siraman
rohani yg dilakukan bersama para pegawai atau karyawan
kejaksaan tinggi jawa barat.
Kegiatan eksternalnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh
humas kejaksaan tinggi jawa barat yang aktifitasnya menyangkut kegiatan
yang dilaksanakan bersama orang-orang dalam perusahaan untuk
masyarakat atau publik. Dan kegiatan eksternal yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Mengikuti acara PORDA.
2. Melaksanakan program BINMATKUM secara efektif dan
efisien sebagai upaya penigkatan kualitas kesadaran dan
2.4.4 Analisa Pelayanan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Kepada Mahasiswa PKL
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain dan
menyediakan kepuasan pelanggan.5
Dari definisi diatas maka hal penting dari pelayanan yang pertama
adalah interaksi langsung, dan yang kedua adalah kepuasan pelanggan.
Karena dari interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain,
dapat menimbulkan kepuasan tersebut. Pelayanan yang diberikan oleh
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat terhadap penulis sangat baik. Selama
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat, penulis merasa beruntung mendapatkan kesempatan, karena pada
hari pertama melakukan PKL penulis diperkenalkan oleh pegawai humas
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, penulis merasa nyaman dengan sambutan
yang ramah dari para pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dan
karyawan-karyawan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat di bagian lainnya.
5
Kesempatan itu telah memberikanan pengalaman bagi penulis, khususnya
mengenai Praktek kerja Humas perusahaan dan umumnya mengenai
pengaplikasian teori dan praktek yang didapat mahasiswa selama perkuliahan
terhadap lingkungan perusahaan.
Penulis juga sering mendapatkan pengarahan dan bimbingan dari
pembimbing PKL. Khususnya dalam membuat kliping pers, penulis juga
diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan itu acara yang dilaksanakan di
lingkungan perusahaan. Hasil kerja praktek ini memberikan suatu pemahaman
yang berarti bagi penulis tentang bagaimana sistematika kerja humas dalam
perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dari bab-bab sebelumnya dan hasil pengamatan
yang dilakukan penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
bagian Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara
resmi difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah
zaman pendudukan tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian
diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan No.49/1944.
Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan,
yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin
(pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri).
2. Kegiatan penulis selama melakukan kerja peraktek di bagian
Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat adalah melakukan kegiatan
yang bersifat rutin dan insidental.
3. Kegiatan yang rutin dilakukan oleh Humas Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat untuk mengetahui perkembangan informasi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi, contohnya dengan melakukan pembuatan
Kejaksaan-Kejaksaan Tinggi yang berada dalam wilayah Jawa
Barat.
4. Kegiatan insidental adalah kegiatan yang tidak dilakukan setiap
hari ( dilakukan pada saat acara/waktu tertentu saja). Contohnya
seperti kegiatan acara ulang tahun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
5. Pelayanan yang diberikan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
terhadap penulis sangat baik. Selama melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, penulis merasa
beruntung mendapatkan kesempatan, karena pada hari pertama
melakukan PKL penulis diperkenalkan oleh pegawai humas
Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, penulis merasa nyaman dengan
sambutan yang ramah dari para pegawai humas Kejaksaan Tinggi
Jawa Barat, dan karyawan-karyawan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
di bagian lainnya. Kesempatan itu telah memberikanan pengalaman
bagi penulis, khususnya mengenai Praktek kerja Humas perusahaan
dan umumnya mengenai pengaplikasian teori dan praktek yang
didapat mahasiswa selama perkuliahan terhadap lingkungan
3.2 Saran-Saran
3.2.1 Saran-saran untuk perusahaan
1. Sebaiknya pembagian tugas untuk peserta PKL lebih spesifik dan
pemberian tugasnya lebih terarah agar peserta PKL fokus
mengerjakan tugas yang diberikan.
2. Sebaiknya prasarana seperti komputer dan printer lebih diperhatikan
lagi.
3.2.2 Saran Untuk Mahasiswa PKL
1. Kerja praktek ini dapat dijadikan sebagai bahan aplikasi teori dan
praktek yang didapat mahasiswa selama perkuliahan dan sebagai
saran untuk meningkatkan ketahanan mental dan kepercayaan diri
untuk memasuki dunia kerja dimasa yang akan datang.
2. Mahasiswa harus lebih aktif, produktif dan bersemangat dalam
melaksanakan tugas yang diberikan kepada kita agar pekerjaan kita
bisa terpakai oleh pihak perusahaan.
3. Mahasiswa harus disiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dan juga harus disiplin waktu masuk kerja, agar bisa
menjadi peserta kerja praktek yang berdedikasi tinggi terhadap
perusahaan sebagai bentuk penghormatan kepada perusahaan yang
4. Sebaiknya selama melakukan PKL mahasiswa juga dapat melengkapi
data-data yang diperlukan untuk penyusunan laporan PKL setelah menyelesaikan
kerja prakteknya.
5. Mahasiswa dapat bersosialisasi dengan baik dengan staf Humas Kejaksaan
Tinggi Jawa Barat maupun bagian staf lainnya, kerena hal tersebut dapat
membantu kita dalam mendapatan informasi atau dalam menyelesaikan
Diajukan sebagai bukti telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Oleh:
Dewi Soraya
NIM: 41807072
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
vi
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
Bab I Pendahuluan ... 1
1.1Sejarah Kejaksaan ... 1
1.1.1 Sebelum Reformasi ... 1
1.1.2 Masa Reformasi ... 5
1.1.3 Pengertian Kejaksaan ... 10
1.1.4 LOGO & MAKNANYA ... 12
1.4.1 Logo ... 12
1.4.2 Makna Lambang Kejaksaan ... 13
1.4. 3 Makna Tata Warna ... 15
1.1.5 VISI & MISI ... 15
1.5.1 Visi ... 15
1.5.2 Misi ... 15
1.1.6 Tugas & Wewenang Kejaksaan ... 16
1.1.7 Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 17
vii
1.3 Struktur Perusahaan /Instansi ... 21
1.4 Struktur Divisi Humas ... 22
1.5 Job deskription ... 23
1.6 Sarana dan prasarana ... 24
1.7 Lokasi dan waktu PKL ... 33
1.7.1 Lokasi PKL ... 33
1.7.2 Waktu PKL ... 33
Bab II Pelaksanaan PKL ... 34
2.1Aktifitas Kegiatan Pelaksanaan PKL ... 34
2.2Deskripsi dan Contoh Kerja Rutin Selama PKL ... 38
2.3Deskripsi dan Contoh Kerja Insidental Selama PKL ... 45
2.4Analisa Kegiatan Selama PKL ... 51
2.4.1 Analisa Humas ... 51
2.4.2 Analisa Kerja Humas ... 54
2.4.3 Analisa Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 55
2.4.4 Analisa Pelayanan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Kepada
Mahasiswa PKL ... 59
Bab III Penutup ... 61
viii
3.2.2 Saran Untuk Mahasiswa PKL ... 63
Daftar Pustaka ... 65
Daftar Lampiran ... 66
ix
Halaman
Gambar 1.1 Kejaksaan Negri RI ... 11
Gambar 1.2 Logo ... 13
Gambar 1.3 Peta Indonesia ... 18
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 21
Gambar 1.5 Struktur Organisasi Asisten Intelijen ... 22
Gambar 2.1 Pemotongan tumpeng pada saat ulang tahun Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat... 48
Gambar 2.2 Persembahan lagu selamat ulang tahun dari para jaksa muda
perempuan ... 49
Gambar 2.2 Kesepakatan antar GMBI dan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat
x
Tabel 1.1 Kendaraan operasional Tahanan Toyota Dyna Rhino ... 25
Tabel 1.2 Kendaraan operasional Toyota Innova ... 25
Tabel 1.3 Kendaraan Roda 2 Honda Supra Fit ... 26
Tabel 1.4 Personal computer sebanyak 30 unit dari Proyek ... 27
Tabel 1.5 Meubelair ... 29
Tabel 1.6 Diperuntukkan bagi Kejati Jabar ... 30
Tabel 1.7 Diperuntukkan bagi Kejari-kejari ... 30
Tabel 1.8 Ac ... 31
Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Selama PKL ... 34
xi
Lampiran 1. Surat Permohonan PKL ... 66
Lampiran 2. Surat Balasan Penerimaan PKL ... 67
Lampiran 3. Absensi PKL ... 68
Lampiran 4. Berita Acara Bimbingan Laporan ... 71
Lampiran Dokumentasi :
Gambar Lampiran 1. Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tampak depan ... 72
Gambar Lampiran 2. Ruang Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 72
Gambar Lampiran 3. Penulis Saat Sedang Membuat Rangkuman Kliping Pers
Surat Kabar ... 73
DAFTAR PUSTAKA
a. Daftar Buku
Dramastuti, Rini. 2007. Etika Pr dan E-Pr. Yogyakarta: Gava Media
Kriyantono, Rachmat.2008. Public Relations Writing. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Morissan. 2008 . Manajemen Public Relations; Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
b. Sumber lain
Kepja-115/JA/10/1999 tentang susunan organisasi dan tata usaha kerja Kejaksaan RI
Kepja No. KEP-558/A/JA/12/2003
http://www.kejaksaan.go.id/tentang_kejaksaan.php?id=3 (kamis/28-10-2010/pukul 19: 30)
http://www.tembi.org/perpus/2006_05_perpus01.htm (selasa, 2/11/2010. pukul 17:19. Tempat kosan)
http://books.google.co.id/books?id=7sektGy27UUC&pg=PA133&lpg=PA 133&dq=%22merangkum+adalah%22&source=bl&ots=jgisVI1d0Y&sig=
NivxNJi5PiKG7LC-iXdyqOVGxpo&hl=id&ei=rO_PTLaQJIaycZDOhaoC&sa=X&oi=book_r esult&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ6AEwATgU#v=onepage&q=% 22merangkum%20adalah%22&f=false (selasa, 2/11/2010. pukul 17:19. Tempat : kosan)
http://www.artikata.com/arti-362795-mendistribusikan.php ( Senin (22-11-2010) / pukul 20:25 / kosan)
http://www.artikata.com/arti-330809-insidental.php (Selasa (23-11-2010) / pukul 19:54/ kosan)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Dewi Soraya
Nama Panggilan : Dewi
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 08 Februari 1989
Agama : Islam
Hobby : Shoping, Baca komik dan Novel
Alamat : Jln. Burang-rang 3 no.21
Nomor Telepon : (021) 8843789/085720135556
Email : [email protected]
II. IDENTITAS KELUARGA
No. Nama Hubungan Pendidikan Pekerjaan
1. H. Kamal Hadi Ayah
Sekolah Dasar Pelajar
III. PENDIDIKAN FORMAL
No. Tahun Uaraian Keterangan
1 2007-Sekarang Program Studi
Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu
Politk UNIKOM
Aliyah Pesantren
Persatuan Islam
69, Jakarta Timur
3 2001-2004 Sekolah Madrasah
Tsanawiyah
Pesantren
Persatuan Islam
69, Jakarta Timur
Lulus Berijazah
4 1995-2001 Sekolah Dasar
Bani Saleh 1,
1 21 Maret 2010 Pelatihan Program
Ukur
2 21 Februari 2010 Pelatihan Program
Soft Skill Academy
3 7 Februari 2010 Pelatihan Program
Soft Skill Academy
4 31 Januari 2010 Pelatihan Program