• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Krim Anti-Aging dari Konsentrat Sari Buah Stroberi (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Formulasi Krim Anti-Aging dari Konsentrat Sari Buah Stroberi (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI KRIM ANTI-

AGING

DARI

KONSENTRAT SARI BUAH STROBERI

(

Fragaria x ananassa

Duchesne ex Weston)

SKRIPSI

matera Utar

OLEH:

CUT NURIRAMADHANI

NIM 121524062

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FORMULASI KRIM ANTI-

AGING

DARI

KONSENTRAT SARI BUAH STROBERI

(

Fragaria x ananassa

Duchesne ex Weston)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

CUT NURIRAMADHANI

NIM 121524062

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI KRIM ANTI-

AGING

DARI

KONSENTRAT SARI BUAH STROBERI

(

Fragaria x ananassa

Duchesne ex Weston)

OLEH:

CUT NURIRAMADHANI

NIM 121524062

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 20 Juni 2015

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 19600511198022001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 19600511198022001

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001 NIP 195107031977102001

Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP 195406081983031005

Medan, Juli 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Wakil Dekan I,

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan berkah, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah

satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara, yang berjudul “Formulasi Krim Anti-Aging dari Konsentrat Sari

Buah Stroberi (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.

Nazliniwaty, M.Si., Apt. dan Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku

pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama

penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,

M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Agusmal

Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Bapak Prof. Dr.

Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa

pendidikan. Bapak Dr. Martua Pandapotan Nasution, M.P.S., Apt., sebagai

penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan di

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Bapak dan Ibu dosen Fakultas

Farmasi USU yang telah mendidik dan memberikan arahan serta bimbingan

kepada penulis selama masa perkuliahan. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si.,

(5)

tata usaha Fakultas Farmasi USU yang telah membantu penulis dalam semua

proses administrasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda T. Mahmud, BBA

dan ibunda Cut Mariatun tercinta atas segala keikhlasan dan keridhaannya bagi

penulis dalam menyelesaikan pendidikan, juga kepada saudara, sahabat dan

keluarga atas segala bantuan, doa, nasehat, dan pengorbanan baik moril maupun

materil yang telah diberikan kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi

ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para sukarelawan penelitian yang

telah bersedia membantu penulis selama penelitian hingga selesainya penelitian

dan bahan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih

memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran

yang dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(6)

FORMULASI KRIM ANTI-AGING DARI KONSENTRAT SARI BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)

ABSTRAK

Latar belakang: Penuaan dini merupakan hilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri yang berlangsung lebih cepat dari seharusnya yang dapat dihambat dengan menggunakan anti-aging, yaitu kosmetik yang mencegah tanda-tanda penuaan. Buah stroberi merupakan buah yang mengandung antioksidan yaitu vitamin C 60 mg per 100 g yang kerjanya menetralisir radikal bebas.

Tujuan penelitian: Memformulasi krim dari konsentrat sari buah stroberi dan mengetahui efektivitas anti-aging pada kulit.

Metode: Konsentrat sari buah stroberi dibuat dengan cara dijuicer dan difreeze dryer kemudian diformulasikan dalam krim dengan modifikasi dasar krim

sunblock tipe m/a (propilen glikol, natrium edetat, TEA, vaselin, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, BHT, nipagin, parfum, aquadest) dengan konsentrasi konsentrat sari buah stroberi yaitu F0 (blanko), F1 (5%), F2 (7,5%), F3 (10%), dan F4 (krim Olay). Pengujian krim meliputi uji homogenitas, tipe emulsi, pengukuran pH, penentuan stabilitas selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, dan uji iritasi. Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap formula F0 sampai F4 yang terdiri dari 15 orang. Pemakaian krim 2 kali sehari. Parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, pori, noda, keriput dan kedalaman keriput menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama 4 minggu.

Hasil: Hasil homogenitas menunjukkan krim homogen. Hasil tipe emulsi menunjukkan tipe emulsi m/a. Hasil pengukuran pH F0, F1, F2, F3, dan F4 adalah 5,8; 5,5; 5,2; 4,9; dan 6,4. Semua krim stabil selama 4 minggu, tetapi pada penyimpanan 8 minggu terjadi perubahan warna pada F1, F2, dan F3 dari warna merah kecokelatan menjadi cokelat dan perubahan bau selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim tidak mengiritasi kulit. Hasil efektivitas anti-aging

diperoleh F3 memberikan hasil yang lebih baik daripada formula lain.

Kesimpulan: Konsentrat sari buah stroberi dapat diformulasikan dalam krim

anti-aging dan F3 (krim 10%) menunjukkan efektivitas anti-aging yang terbaik.

(7)

FORMULATION OF ANTI-AGING CREAM FROM STRAWBERRY FRUIT (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)

CONCENTRATED JUICE ABSTRACT

Background: Premature aging is a gradual loss of the ability of skin tissue to improve itself. It can be inhibited by using anti-aging, i.e. cosmetic which detains the onset of the skin aging signs. Strawberry fruit contain antioxidant i.e. 60 mg vitamin C per 100 g, that can neutralize the effects of free radicals.

Objective: To formulated anti-aging cream from concentrated strawberry juice and to determined the effectivity of anti-aging cream on skin.

Methods: Strawberry concentrated juice was made using juicer and freeze dryer and was formulated in a cream with modified sunblock cream base type o/w (propilen glikol, sodium edetat, TEA, vaselin, cetil alcohol, stearat acid, gliseril monostearat, BHT, nipagin, parfum, aquadest) with strawberry concentrated juice concentration of F0 (blank), F1 (5%), F2 (7.5%), F3 (10%), and F4 (comparative Olay cream). Cream testing included homogeneity test, emulsion type test, pH measurement, determination of stability during 12 weeks of storage at room temperature, and skin irritation test. Anti-aging activity test was carried out on formula F0 to F4 which consisted of 15 volunteers. Cream was applied 2 times a day. Aging parameters measured included moisture, smoothness of skin, pores, spot, wrinkles and depth of wrinkles using a skin analyzer on the initial conditions and each week for 4 weeks of cream administration.

Results: Homogeneity test results indicated that anti-aging creams was homogeneous, the type of emulsion was type O/W. pH measurement result of F0, F1, F2, F3, and F4 was 5.8; 5.5; 5.2; 4.9; and 6.4. All creams were stable for 4 weeks, but at 8 weeks of storage the color changed in F1, F2, and F3 from red-brown to red-brown and smell changed during storage of 12 weeks. Anti-aging cream did not irritated. F3 showed the best anti-aging effectivity compared to the other formula.

Conclusion: Concentrated strawberry juice can be formulated in anti-aging creams and F3 (cream 10%) showed the best effectivity of anti-aging.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kulit ... 5

2.1.1 Struktur kulit ... 5

2.1.2 Fungsi kulit ... 7

2.1.3 Jenis kulit ... 8

(9)

2.2.1 Tanda-tanda penuaan dini ... 10

2.2.2 Proses terjadinya penuaan dini ... 11

2.3 Anti Penuaan (Anti-aging) ... 13

2.3.1 Fungsi dan manfaat anti-aging ... 13

2.3.2 Pencegahan penuaan dini ... 14

2.3.3 Vitamin C sebagai antioksidan ... 14

2.4 Buah Stroberi ... 15

2.5 Skin Analyzer ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Alat-alat ... 17

3.2 Bahan-bahan ... 17

3.3 Sukarelawan ... 17

3.3.1 Sukarelawan uji iritasi ... 17

3.3.2 Sukarelawan anti-aging ... 18

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 18

3.4.1 Teknik pengumpulan sampel ... 18

3.4.2 Pembuatan konsentrat sari buah stroberi ... 18

3.5 Formula Sediaan Krim ... 19

3.5.1 Formula dasar krim ... 19

3.5.2 Formula modifikasi ... 19

3.6 Cara Pembuatan ... 20

3.6.1 Cara pembuatan dasar krim ... 20

(10)

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 21

3.7.1 Pemerikasaan homogenitas sediaan ... 21

3.7.2 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 21

3.7.3 Pengukuran pH sediaan ... 22

3.7.4 Penentuan stabilitas ... 22

3.8 Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan ... 22

3.9 Uji Efek Anti-aging ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Pembuatan Konsentrat Sari Buah Stroberi ... 24

4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 24

4.2.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan ... 24

4.2.2 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 24

4.2.3 Pengukuran pH sediaan ... 25

4.2.4 Penentuan stabilitas ... 26

4.3 Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan ... 28

4.4 Hasil Uji Efek Anti-aging ... 29

4.3.1 Kadar air (moisture) ... 29

4.3.2 Kehalusan (evenness) ... 31

4.3.3 Pori (pore) ... 33

4.3.4 Banyaknya noda (spot) ... 35

4.3.5 Keriput (wrinkle) ... 37

4.3.6 Kedalaman keriput (wrinkle’s depth) ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

(11)

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTARA ... 43

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging

pada perubahan epidermis ... 12

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis ... 13

Tabel 2.3 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap100 gram buah stroberi segar ... 16

(13)

Tabel 4.10 Hasil pengukuran kedalaman keriput (wrinkle’s depth) pada kondisi awal sebelum dan sesudah pemakaian selama 1, 2,

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Grafik persentase kadar air versus waktu pemakaian ... 30

Gambar 4.2 Grafik kehalusan kulit versus waktu pemakaian ... 32

Gambar 4.3 Grafik besar pori versus waktu pemakaian ... 34

Gambar 4.4 Grafik banyaknya noda versus waktu pemakaian ... 36

Gambar 4.5 Grafik keriput versus waktu pemakaian ... 38

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil identifikasi buah stroberi ... 45

Lampiran 2. Contoh surat pernyataan sukarelawan ... 46

Lampiran 3. Gambar tanaman stroberi dan buah stroberi ... 47

Lampiran 4. Gambar konsentrat sari buah stroberi ... 48

Lampiran 5. Gambar juicer (Sayodachi®) ... 49

Lampiran 6. Skema pembuatan krim ... 50

Lampiran 7. Gambar sediaan setelah dibuat dan setelah 12 minggu ... 51

Lampiran 8. Gambar hasil uji homogenitas dan hasil penentuan tipe emulsi ... 52

Lampiran 9. Gambar alat skin analyzer (Aramo-SG) dan moisture checker (Aramo-SG) ... 53

Lampiran 10. Gambar daerah pengolesan krim pada punggung tangan sukarelawan ... 54

Lampiran 11. Kriteria kondisi kulit sukarelawan sebelum pemakaian krim ... 55

Lampiran 12. Hasil pengukuran menggunakan skin analyzer ... 56

(16)

FORMULASI KRIM ANTI-AGING DARI KONSENTRAT SARI BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)

ABSTRAK

Latar belakang: Penuaan dini merupakan hilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri yang berlangsung lebih cepat dari seharusnya yang dapat dihambat dengan menggunakan anti-aging, yaitu kosmetik yang mencegah tanda-tanda penuaan. Buah stroberi merupakan buah yang mengandung antioksidan yaitu vitamin C 60 mg per 100 g yang kerjanya menetralisir radikal bebas.

Tujuan penelitian: Memformulasi krim dari konsentrat sari buah stroberi dan mengetahui efektivitas anti-aging pada kulit.

Metode: Konsentrat sari buah stroberi dibuat dengan cara dijuicer dan difreeze dryer kemudian diformulasikan dalam krim dengan modifikasi dasar krim

sunblock tipe m/a (propilen glikol, natrium edetat, TEA, vaselin, setil alkohol, asam stearat, gliseril monostearat, BHT, nipagin, parfum, aquadest) dengan konsentrasi konsentrat sari buah stroberi yaitu F0 (blanko), F1 (5%), F2 (7,5%), F3 (10%), dan F4 (krim Olay). Pengujian krim meliputi uji homogenitas, tipe emulsi, pengukuran pH, penentuan stabilitas selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, dan uji iritasi. Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap formula F0 sampai F4 yang terdiri dari 15 orang. Pemakaian krim 2 kali sehari. Parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, pori, noda, keriput dan kedalaman keriput menggunakan skin analyzer pada kondisi awal dan setiap minggu selama 4 minggu.

Hasil: Hasil homogenitas menunjukkan krim homogen. Hasil tipe emulsi menunjukkan tipe emulsi m/a. Hasil pengukuran pH F0, F1, F2, F3, dan F4 adalah 5,8; 5,5; 5,2; 4,9; dan 6,4. Semua krim stabil selama 4 minggu, tetapi pada penyimpanan 8 minggu terjadi perubahan warna pada F1, F2, dan F3 dari warna merah kecokelatan menjadi cokelat dan perubahan bau selama penyimpanan 12 minggu. Sediaan krim tidak mengiritasi kulit. Hasil efektivitas anti-aging

diperoleh F3 memberikan hasil yang lebih baik daripada formula lain.

Kesimpulan: Konsentrat sari buah stroberi dapat diformulasikan dalam krim

anti-aging dan F3 (krim 10%) menunjukkan efektivitas anti-aging yang terbaik.

(17)

FORMULATION OF ANTI-AGING CREAM FROM STRAWBERRY FRUIT (Fragaria x ananassa Duchesne ex Weston)

CONCENTRATED JUICE ABSTRACT

Background: Premature aging is a gradual loss of the ability of skin tissue to improve itself. It can be inhibited by using anti-aging, i.e. cosmetic which detains the onset of the skin aging signs. Strawberry fruit contain antioxidant i.e. 60 mg vitamin C per 100 g, that can neutralize the effects of free radicals.

Objective: To formulated anti-aging cream from concentrated strawberry juice and to determined the effectivity of anti-aging cream on skin.

Methods: Strawberry concentrated juice was made using juicer and freeze dryer and was formulated in a cream with modified sunblock cream base type o/w (propilen glikol, sodium edetat, TEA, vaselin, cetil alcohol, stearat acid, gliseril monostearat, BHT, nipagin, parfum, aquadest) with strawberry concentrated juice concentration of F0 (blank), F1 (5%), F2 (7.5%), F3 (10%), and F4 (comparative Olay cream). Cream testing included homogeneity test, emulsion type test, pH measurement, determination of stability during 12 weeks of storage at room temperature, and skin irritation test. Anti-aging activity test was carried out on formula F0 to F4 which consisted of 15 volunteers. Cream was applied 2 times a day. Aging parameters measured included moisture, smoothness of skin, pores, spot, wrinkles and depth of wrinkles using a skin analyzer on the initial conditions and each week for 4 weeks of cream administration.

Results: Homogeneity test results indicated that anti-aging creams was homogeneous, the type of emulsion was type O/W. pH measurement result of F0, F1, F2, F3, and F4 was 5.8; 5.5; 5.2; 4.9; and 6.4. All creams were stable for 4 weeks, but at 8 weeks of storage the color changed in F1, F2, and F3 from red-brown to red-brown and smell changed during storage of 12 weeks. Anti-aging cream did not irritated. F3 showed the best anti-aging effectivity compared to the other formula.

Conclusion: Concentrated strawberry juice can be formulated in anti-aging creams and F3 (cream 10%) showed the best effectivity of anti-aging.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kulit sering menjadi tolak ukur yang akurat untuk mengetahui kondisi

umum dan usia seseorang. Kulit anak muda cukup kenyal untuk menghadapi

berbagai gangguan, sementara kulit orang dewasa mudah terpengaruh oleh

perubahan kondisi kesehatan, pola makan, kelelahan fisik, dan pola tidur. Fungsi

kulit yang sebenarnya jauh lebih rumit dari sekedar pelapis untuk faktor

keindahan belaka. Kulit tidak hanya berperan penting dalam melindungi dari

gangguan luar, tapi juga salah satu faktor penting dalam proses penuaan (Bentley,

2005).

Penuaan (aging) merupakan proses hilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan struktur dan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan kerusakan

yang diderita (Siswanto dan Pangkahila, 2014). Proses penuaan berlangsung

sejalan dengan kemunduran fungsi organ tubuh setelah masa kematangan tercapai.

Akibatnya dari proses penuaan akan cepat tampak di kulit. Kulit usia muda

memiliki kemampuan optimal menahan kelembaban air di dalamnya. Daya

kemampuan menahan kelembaban air sangat menentukan tingkat kehalusan kulit,

kekenyalan, dan keindahannya (Kusumadewi, 2002).

Photoaging merupakan faktor penyebab penuaan itu terjadi lebih cepat.

Photoaging adalah kondisi penuaan akibat paparan kronik dari sinar UV yang

(19)

mulai tampak pada usia yang relatif muda sekitar umur 20 tahun. Proses penuaan

yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya inilah yang dikenal dengan

penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013). Banyak faktor dari luar yang

mempengaruhi penuaan kulit, tetapi yang terkuat adalah sinar matahari,

khususnya sinar UV yang terdapat di dalam sinar matahari (Tranggono dan

Latifah, 2007). Berbagai masalah dan kelainan kulit dapat timbul pada kulit yang

menua, misalnya kulit kering dan kasar, kulit kendur, timbul kerutan dan lipatan

kulit yang nyata, bercak pigmentasi, dan tumor kulit (Jusuf, 2005).

Penuaan dapat dihambat dengan menggunakan anti-aging. Anti-aging atau

anti penuaan adalah kosmetik yang memiliki bioaktivitas yang mampu mencegah

atau memperbaiki tanda-tanda penuaan seperti kerutan, kulit kendur,

hiperpigmentasi, dan lain-lain sehingga penampilan kulit menjadi lebih baik

(Draelos dan Thaman, 2006).

Penuaan kulit merupakan salah satu dari kerusakan akibat radikal bebas.

Kulit secara alami menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek

kerusakan sinar matahari, tetapi antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh dapat

menurun akibat dari sinar UV. Banyak antioksidan eksogen yang digunakan untuk

meredam efek buruk radikal bebas yang tergolong vitamin seperti vitamin C dan

vitamin E, betakaroten atau yang lain seperti ubikuinon dan glutation,

isoflavonoid, silimerin, tea polifenol, dan lain-lain (Deny, dkk., 2006).

Antioksidan alami bisa diperoleh dari sayuran atau buah-buahan salah satunya

buah stroberi. Buah stroberi memiliki aktivitas antioksidan tinggi karena

mengandung quercetin, ellagic acid, antosianin, kaempferol. Antioksidan

(20)

kanker. Fungsi antioksidan stroberi diperoleh dari kandungan vitamin C 60 mg

per 100 g (Budiman dan Saraswati, 2008). Kandungan vitamin C pada stroberi

lebih tinggi daripada jeruk yaitu 30 – 50 mg per 100 g, tomat yaitu 34 mg per 100

garam, dan apel yaitu 5 mg per 100 g (Anonim, 2015).

Kerja vitamin C sebagai antioksidan topikal terhadap efek UV adalah

dengan cara menetralisir radikal bebas dan mengaktifkan vitamin E. Vitamin C

juga penting untuk merangsang sintesis kolagen dan menghambat biosintesis

elastin yang berperan pada penuaan kulit, mengurangi pembentukan pigmen pada

kulit dengan menghambat tirosinase dan meningkatkan fungsi barrier epidermis

dengan merangsang produksi sfingolipid (Deny, dkk., 2006).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

formulasi krim anti-aging dari konsentrat sari buah stroberi (Fragaria x ananassa

Duchesne ex Weston).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah konsentrat sari buah stroberi dapat diformulasikan dalam sediaan krim

anti-aging?

2. Apakah krim yang mengandung konsentrat sari buah stroberi memberikan

efektivitas anti-aging pada kulit?

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Konsentrat sari buah stroberi dapat diformulasikan dalam sediaan krim

sebagai anti-aging.

2. Krim yang mengandung konsentrat sari buah stroberi memberikan efektivitas

(21)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsentrat sari buah stroberi dapat diformulasikan dalam

sediaan krim anti-aging.

2. Untuk mengetahui krim yang mengandung konsentrat sari buah stroberi

memberikan efektivitas anti-aging pada kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya dan hasil guna dari buah stroberi.

2. Menjadi alternatif lain dalam penggunaan buah stroberi untuk konsumen

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Secara umum kulit mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai alat

proteksi tubuh dari benda luar, untuk melakukan absorbsi, antara lain absorbsi

air, mineral, dan cahaya; alat ekskresi, untuk membantu pengaturan suhu tubuh;

tempat terjadinya pembentukan pigmen; tempat terjadinya proses pembentukan

vitamin D; dan tempat terjadinya keratinisasi atau pengelupasan kulit mati dan

pembentukan sel kulit baru (Ellis, 2010).

2.1.1 Struktur kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis, dan subkutis

(subkutan) (Tranggono dan Latifah, 2007).

1. Lapisan epidermis

Adalah kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:

- Stratum corneum

Terdiri atas beberapa lapisan sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,

tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit

(23)

protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap

bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi

tubuh dari pengaruh luar.

- Stratum lucidum

Terletak tepat di bawah stratum corneum, merupakan lapisan tipis, jernih,

mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.

- Stratum granulosum

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,

berinti mengkerut.

- Stratum spinosum (malphigi layer)

Memilki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan

oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut

protein.

- Stratum germinativum (membran basalis)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum

juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel-sel yang membentuk pigmen

melanosit.

2. Lapisan dermis

Merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada

epidermis terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen

selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas:

- Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi

(24)

- Pars retikular, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan

subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin

(Wasitaatmadja, 1997).

3. Lapisan subkutan/hipodermis

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,

berisi sel-sel lemak di dalamnya (Wasitaatmadja, 1997). Lapisan ini terdiri atas

jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang

memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lain. Lapisan ini berfungsi

sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari

benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh (Putro,1998).

2.1.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah (Muliyawan

dan Suriana, 2013):

1. Proteksi (pelindung)

Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh

lingkungan luar. Misalnya sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu,

dan lain-lain.

2. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)

Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar saat

suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya keringat

adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas temperatur.

3. Organ sekresi

Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan

(25)

4. Persepsi sensori (menerima rangsangan)

Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa

sakit, dan tekanan.

5. Absorpsi

Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit.

6. Hal yang lainnya

Seperti menggambarkan status emosi seseorang yaitu memerah ketika marah,

memucat ketika takut, dan merona ketika bahagia.

2.1.3 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan,

kulit terbagi atas tiga bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan

elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Kuit yang menpunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan

sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar

sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit

(26)

2.2Penuaan Dini

Penuaan adalah suatu proses alami yang merupakan penuaan intrinsik dan

photoaging mengarah secara progresif kepada kehilangan integritas struktural dan

fungsi fisiologis dari kulit. Penuaan intrinsik (penuaan kronologik atau biologis)

adalah secara definisi, tidak dapat dihindari karena oleh pengaruh waktu biologis

pada kulit, yang tidak dipengaruhi oleh paparan matahari berulang. Paparan

kronik berulang dari sinar matahari UV kepada kulit manusia menyebabkan yang

ditandai dengan perubahan morfologis, histologis, biokimia, biofisika yang

diuraikan sebagai photoaging (Barel, et al., 2009).

Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun

yang dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda

penuaan pada wajah mulai bermunculan. Seperti munculnya kerutan atau

garis-garis halus yang muncul di area sudut mata, kening, dan di sekitar bibir (smilling

lines). Bila garis-garis halus di sana mulai muncul, maka menjadi petunjuk bahwa

wajah membutuhkan perawatan yang lebih (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Proses penuaan kulit pada dasarnya ada dua macam, yaitu (Muliyawan dan

Suriana, 2013):

1. Penuaan kronologi (chonological aging)

Penuaan kronologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini

terjadi karena adanya perubahan struktur, fungsi, dan metabolik kulit

khususnya lapisan dermis dan epidermis seiring dengan pertambahan usia.

Perubahan ini ditandai oleh berkurangnya kelenjar minyak, kulit tampak

(27)

2. Paparan cahaya (photoaging)

Adapun photoaging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis

kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Kolagen adalah komposisi utama

lapisan kulit dermis (lapisan bawah dermis). Lapisan dermis merupakan

lapisan kulit yang berperan untuk bertanggungjawab pada sifat elastisitas dan

halusnya kulit. Kedua sifat ini merupakan kunci suatu kulit disebut indah

dan awet muda. Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan dermis kulit

(dan pasti menurun seiring pertambahnya usia dan faktor lingkungan), maka

kulit akan terlihat kering dan tidak elastis lagi.

Beberapa kasus penuaan itu terjadi lebih cepat. Tanda-tanda penuaan

mulai tampak pada usia yang relatif muda sekitar umur 20 tahun. Proses penuaan

yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya inilah yang dikenal dengan

penuaan dini. Penuaan dini ini disebabkan oleh dua faktor yaitu: (Muliyawan dan

Suriana, 2013)

1. Faktor internal, diantaranya yaitu genetik, asupan nutrisi yang kurang, dan

sakit berkepanjangan.

2. Faktor eksternal, diantaranya yaitu polusi, asap rokok, sinar matahari, dan

efek dari gaya hidup tidak sehat.

2.2.1Tanda-tanda penuaan dini

Ciri-ciri fisik penuaan dini menurut Noormindhawati (2013)adalah:

1. Keriput dan mengendur

Seiring bertambahnya usia jumlah kolagen dan elastin kulit semakin

berkurang, akibatnya kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput

(28)

2. Muncul age spot (noda hitam)

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan, dan

tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat sinar matahari membuat kulit menjadi

kering dan kasar.

4. Pori-pori membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar.

2.2.2 Proses terjadinya penuaan dini

Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor

penyebab menurunnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar

matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari

radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit,

menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung yang ada di bawah kulit

dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan menyebabkan proses

penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Wajah dan tengkuk leher serta punggung tangan sering terpapar sinar

matahari dan menjadi kasar dan sangat bergaris. Kulit yang terpapar kuat sinar

matahari dalam waktu yang lama menunjukkan perubahan karakteristik ini.

Tanda-tanda penuaan yang disebabkan oleh sinar UV disebut photoaging. Kulit

pada orang tua yang tidak terpapar sinar matahari, seperti perut dan punggung

bawah berbeda dalam struktur internal dari kulit yang terpapar matahari pada

orang yang sama. Umumnya dalam penuaan intrinsik, penurunan banyak fungsi

(29)

penipisan kulit. Sebaliknya kulit menua yang disebabkan oleh sinar UV adalah

menebal, dan ada berbagai gejala disebut elastosis yang menampilkan kulit yang

menebal dengan jumlah besar, serat elastis terdegradasi menjadi kusut. Tabel 2.1

dan Tabel 2.2 menunjukkan perubahan karakteristik dalam kedua kasus.

Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat

perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu karena

photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar

matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik

dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).

Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi

kulit yang menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit

dewasa muda dan bisa meningkat sampai 40 - 60 hari seiring bertambahnya usia

(Barel, et al., 2009).

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan epidermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik Lapisan epidermis - Tebal - Tipis

Sel-sel epidermis (keratinosit)

- Sel-sel tidak seragam - Sel-sel terdistribusi tidak

merata

- Pembesaran berkala

- Sel-sel seragam

- Sel-sel terdistribusi secara merata

- Pembesaran mendadak Stratum korneum - Peningkatan lapisan sel

- Ukuran serta bentuk korneosit bervariasi

- Lapisan sel normal

- Ukuran dan bentuk korneosit seragam

Melanosit - Peningkatan jumlah sel - Sel-sel bervariasi

- Peningkatan produksi melanosom

- Pengurangan jumlah sel - Sel-sel seragam

- Penurunan produksi melanosom

Sel-sel Langerhans

- Pengurangan sel dalam jumlah yang besar

- Sel-sel bervariasi

- Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil

- Sel-sel seragam

(30)

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis

Bagian kulit Akibat photoaging Akibat penuaan intrinsik Jaringan elastis - Meningkat secara drastis

- Berubah menjadi massa yang tidak berbentuk

- Meningkat tetapi masih dalam keadaan normal

Kolagen - Serat kolagen dan jaringan ikat menurun jumlahnya

- Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal

Pembuluh kapiler - Abnormal - Normal

(Mitsui, 1997).

2.3 Anti Penuaan (Anti-aging)

Anti-aging atau anti penuaan adalah produk kosmetik yang digunakan

secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala photoaging pada

kulit atau produk yang dapat mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala

photoaging (Barel, et al., 2009).

2.3.1 Fungsi dan manfaat anti-aging

Berikut ini adalah beberapa fungsi dan manfaat dari produk anti-aging

menurut Muliyawan dan Suriana (2013):

1. Fungsi anti-aging

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.

b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.

c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.

d. Merangsang produksi kolagen.

2. Manfaat anti-aging

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeratif yang menyebabkan kulit

terlihat kusam dan keriput.

(31)

c. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini.

2.3.2Pencegahan penuaan dini

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah proses penuaan yang

berlangsung lebih cepat daripada semestinya sebagai berikut (Prianto, 2014):

 Untuk yang memilki tipe kulit kering gunakan pelembab. Pelembab akan

melindungi tekstur dan elastisitas kulit

 Menghindari paparan langsung matahari dan menggunakan losion atau krim

tabir surya yang memiliki SPF.

 Menghindari kebiasaan merokok atau berada di lingkungan sekitar yang

penuh dengan asap rokok. Asap rokok bisa menyebabkan kulit kering dan

kusam.

 Menghindari konsumsi alkohol. Efek dari alkohol yang menarik air dari dalam

tubuh akan menyebabkan kekeringan pada kulit.

 Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C dan E yang saat ini

sangat populer sebagai anti-aging dan konsumsi cukup air minum.

 Beristirahat dengan cukup dan menghindari tidur melewati tengah malam.

Seperti organ lainnya, kulit juga butuh istirahat dan membentuk sel baru.

 menghindari mengerutkan wajah karena ekspresi ini akan membentuk garis

yang permanen menjelang umur 45 tahun. Biasanya ditemui garis ekspresi

pada daerah dahi karena pengaruh ekspresi dari bagian alis mata ke arah atas.

2.3.3Vitamin C sebagai antioksidan

Mekanisme pertahanan antioksidan vitamin C dengan menetralisir radikal

bebas dengan mendonasikan satu elektronnya. Molekul antioksidan yang telah

(32)

dianggap relatif stabil atau akan dinetralisir oleh antioksidan lain. Vitamin C

sangat esensial dalam biosintesis kolagen dan mampu menurunkan sintesis

pigmen dengan menghambat enzim tirosinase dan dianggap mampu mengurangi

keluhan kelopak mata yang gelap. Vitamin C juga merupakan senyawa reduktor

terbanyak di tubuh dan merupakan antioksidan yang paling dominan di kulit.

Vitamin C mampu mendaur ulang radikal bebas vitamin E. Dosis harian vitamin

C bervariasi dari 40 – 60 mg/hari sampai 100 mg/hari (Ardhie, 2011).

2.4 Buah Stroberi

Tabel 2.3 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah stroberi segar No Kandungan gizi Proporsi (Jumlah)

1

Bagian dapat dimakan (bdd, %)

37,00*)

yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai

stoberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria x ananassa var

(33)

Buah stroberi berkhasiat bagus untuk kesehatan tubuh seperti untuk

mencegah kanker payudara dan leher rahim. Dengan kandungan ellegic acid

pada buah stroberi, perkembangan kanker dapat dihambat. Stroberi memiliki

aktivitas antioksidan yang tinggi karena mengandung quersetin, ellagic acid,

antosianin, dan kaemferol. Antioksidan berperan sebagai pelindung tubuh dari

radikal bebas, termasuk diantaranya sel kanker. Zat tersebut mencegah

terbentuknya senyawa karsinogen, menghambat proses karsinogenesis, dan

menekan pertubuhan tumor. Fungsi antioksidan stroberi diperoleh dari kandungan

vitamin C 60 mg per 100 g (Budiman dan Saraswati, 2008).

2.5 Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan

skin analyzer, yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(noda), wrinkle (keriput), dan wrinkle’s depth (kedalaman keriput) juga terdeteksi

dengan alat ini. Tabel 2.4 menunjukkan parameter hasil pengukuran dengan

menggunakan skin analyzer.

Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Analisa Parameter

Moisture

(kadar air) (%)

Dehidrasi Normal Hidrasi 0 – 29 30 – 50 51– 100

Kecil Beberapa besar Sangat besar 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot

(Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda 0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle

(Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput 0 – 19 20 – 52 53 – 100

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan

sampel, pembuatan sari buah stroberi yang dipekatkan, formulasi sediaan,

pemeriksaan homogenitas sediaan, penentuan tipe emulsi sediaan, pengukuran pH

sediaan, penentuan stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan uji

efek anti-aging pada manusia.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pH meter (Hanna

Instruments), neraca listrik (Boeco Germany), juicer, lumpang, stamfer, objek

gelas, alat-alat gelas, cawan penguap, penangas air, spatel, sudip, pot plastik,

kertas perkamen, freeze dryer dan seperangkat skin analyzer (Aramo SG).

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest,

propilen glikol, natrium edetat, trietanol amin, vaselin, setil alkohol, asam stearat,

gliseril monosterarat, butil hidroksi toluen, metil paraben, sari buah stroberi yang

telah dipekatkan, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Sukarelawan

3.3.1 Sukarelawan uji iritasi

Sukarelawan yang dijadikan panel uji iritasi berjumlah 6 orang dari 15

(35)

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.3.2 Sukarelawan uji anti-aging

Sukarelawan yang digunakan dalam uji ini adalah 15 orang dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20 - 30 tahun

3. Memiliki kulit punggung tangan yang kering dan berkerut karena sering

terpapar sinar matahari

4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Teknik pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan tumbuhan daerah yang satu dengan yang lain. Sampel yang

digunakan adalah buah stroberi yang diambil di Desa Tongkoh, Tanah Karo.

3.4.2 Pembuatan konsentrat sari buah stroberi

Buah stroberi segar dibersihkan dan dicuci, kemudian ditimbang dengan

berat 5,3 kg. Buah selanjutnya disari dengan juicer dan menghasilkan sari buah

stroberi kemudian diukur volumenya dan dikeringkan dengan freeze dryer pada

(36)

3.5 Formula Sediaan Krim 3.5.1 Formula dasar krim

Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasar sunblock yang

menggunakan tipe minyak dalam air (Mitsui, 1997):

R/ Aquadest 54,95% Gliseril monostearat 3,0 Titanium dioksida 5,0 Oxibenzon 2,0

Formulasi krim di modifikasi dengan mengeluarkan bahan-bahan yang

berfungsi sebagai sunblock dan emolien yaitu titanium dioksida, oxibenzon,

oktilmetoksinamat, etil poliakrilat, dan squalen. Formulasi dasar krim sebagai

(37)

Konsentrasi konsentrat sari stroberi yang digunakan dalam pembuatan

sediaan krim anti-aging masing-masing adalah 5, 7,5 dan 10%. Formulasi dasar

krim tanpa konsentrat sari stroberi dibuat sebagai blanko, sebagai baku

pembanding digunakan krim anti-aging dari pasaran. Rancangan formulasi

dijelaskan sebagai berikut (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Formula dasar krim dengan konsentrat sari stroberi

Bahan

3.6 Cara Pembuatan

3.6.1 Cara pembuatan dasar krim

Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam

formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase

minyak terdiri dari vaselin, asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol

dilebur diatas penangas air dengan suhu 70o - 75oC. Setelah melebur, ditambahkan

butil hidroksi toluen ke dalam fase minyak. Fase air yang terdiri dari larutan

nipagin, propilen glikol, natrium edetat, trietanol amin dan aquadest dimasukkan

ke dalam beaker glass dengan diaduk homogen pada suhu 70°C, lalu dimasukkan

ke dalam lumpang panas, kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan fase

minyak ke dalamnya dengan pengadukan yang konstan pada suhu lebih kurang

70ºC sampai diperoleh massa krim. Kemudian diuji pH dan tipe emulsi dari dasar

(38)

3.6.2 Cara pembuatan krim anti-aging dari konsentrat sari buah stroberi

Ditimbang konsentrat sari buah stroberi dan dasar krim sesuai dengan

Tabel 3.1. Konsentrat sari buah stroberi yang telah ditimbang digerus dengan

penambahan propilen glikol sebagai pembasah dalam lumpang lalu ditambahkan

dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus sampai bahan aktif tercampur rata

dengan dasar krim. Ditambahkan parfum white musk ma.ne france diaduk sampai

homogen. Kemudian diuji homogenitas, pH, tipe emulsi, dan stabilitas.

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.7.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca, sediaan

harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar

(Ditjen POM, 1979).

3.7.2 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim dilakukan dengan dua cara,

yaitu:

Pengenceran fase dilakukan dengan mengencerkan 0,5 gram sediaan krim

dengan 25 ml air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen

dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe m/a, sedangkan jika sediaan tidak

terdispersi secara homogen dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe a/m.

Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes

pada 100 mg sediaan, lalu diaduk. Bila metilen biru tersebar merata berarti

sediaan tersebut emulsi tipe m/a, tetapi bila metilen biru tersebar tidak merata

(39)

3.7.3 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat

terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH

7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH

tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan

tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu di timbang 1 gram sediaan dan

dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang

ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

3.7.4 Penentuan stabilitas

Uji stabilitas emulsi dilakukan pada suhu 5˚C, 40˚C, dan 50˚C. Stabilitas

pada suhu 5˚C dan 40˚C selama 3 bulan dianggap sebagai stabilitas minimum dan

pada suhu 50˚C dapat digunakan sebagai uji alternatif dengan waktu yang lebih

singkat. Pengujian stabilitas pada penelitian ini dilakukan pada suhu kamar

selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat,

penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu. Sediaan dari tiap formula dimasukkan dalam

pot plastik dan ditutup bagian atasnya. Parameter yang diamati berupa pemisahan

fase, perubahan warna, bau dari sediaan. Perubahan pH diamati saat sediaan telah

selesai dibuat, penyimpan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu (Ansel, 2005).

3.8 Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi kulit ini dilakukan terhadap 6 orang dari 15 orang sukarelawan

pada anti-aging untuk formula F3 (krim 10%) dengan cara mengoleskan sediaan

(40)

8 jam selama 2 hari berturut-turut (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah,

2007).

3.9 Uji Efek Anti-aging

Uji aktivitas anti-aging pada 15 orang sukarelawan dan dibagi menjadi 5

kelompok, yaitu:

a. Kelompok I : 3 orang untuk blanko (F0)

b. Kelompok II : 3 orang untuk krim 5% konsentrat sari buah

stroberi (F1)

c. Kelompok III : 3 orang untuk krim 7,5% konsentrat sari buah

stroberi (F2)

d. Kelompok IV : 3 orang untuk krim 10 % konsentrat sari buah

stroberi (F3)

e. Kelompok V : 3 orang untuk krim pembanding Olay (F4)

Semua kelompok uji diukur kondisi kulit awal yang meliputi: moisture

(kadar air), evennes (kehalusan kulit), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput),

dan wrinkle’s depth (kedalaman keriput) dengan menggunakan alat skin analyzer.

Kemudian semua sukarelawan melakukan pengolesan krim hingga merata

pada punggung tangan yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok

yang telah ditetapkan di atas. Pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari setiap

hari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4

minggu dengan menggunakan skin analyzer. Pengujian aktivitas anti-aging juga

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Konsentrat Sari Buah Stroberi

Sari stroberi yang diperoleh dari 5,3 kg buah stroberi adalah sebanyak

4300 mL, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh konsentrat

sari buah berwarna cokelat kemerahan sebanyak 27,53 g atau 0,52%.

4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Uji homogenitas memberikan hasil krim yang homogen, tidak ada butiran

kasar, seperti yang terlihat pada Lampiran 8.

4.2.2 Penentuan tipe emulsi sediaan

Hasil penentuan tipe emulsi dengan mencampur biru metil ke dalam krim,

seperti terlihat pada Lampiran 8, biru metil larut sewaktu diaduk, tipe emulsi

minyak dalam air.

Tabel 4.1 Data hasil pengenceran fase menggunakan air

No Formula Terdispersinya sediaan dalam air

Ya Tidak

Keterangan: Formula F0 : Blangko (dasar krim tanpa sampel)

(42)

Menurut Syamsuni (2006), penentuan tipe emulsi dapat ditentukan dengan

pengenceran fase dan pewarnaan dengan metilen biru. Penentuan tipe emulsi

dengan pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan fase eksternalnya,

dengan prinsip tersebut maka tipe emulsi m/a dapat diencerkan dengan air

sedangkan tipe emulsi a/m tidak dapat diencerkan dengan air. Hasil penentuan

tipe emulsi sediaan krim dengan pengenceran fase menggunakan air dapat dilihat

pada Tabel 4.1.

4.2.3 Pengukuran pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. pH dari sari buah

stroberi yaitu 3,1.

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim konsentrat sari buah stroberi selama 12 minggu

Selama (minggu)

Hasil pengukuran pH rata-rata F0

Keterangan: Formula F0 : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula F1 : Konsentrasi konsentrat sari buah stroberi 5% Formula F2 : Konsentrasi konsentrat sari buah stroberi 7,5% Formula F3 : Konsentrasi konsentrat sari buah stroberi 10% Formula F4 : Sediaan krim m/a di pasaran (Olay)

Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat setelah dibuat, kemudian

diukur setelah penyimpanan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu. Hasil pengukuran pH

tiap formula menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi konsentrat

sari buah stroberi maka pH sediaan semakin rendah, dikarenakan semakin

(43)

sediaan krim F0 (blanko), F1 (krim 5%), F2 (krim 7,5%), dan F3 (krim 10%)

mengalami sedikit penuruna pH disetiap minggunya. pH sediaan krim setelah

dibuat dan selama 12 minggu masih memenuhi batas pH fisiologis kulit. Krim F4

(krim pembanding Olay) tidak mengalami penurunan pH. Menurut Latifah dan

Tranggono (2007), pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan

pH fisiologis kulit yaitu 4,5 – 6,5.

Perubahan pH yang terjadi sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ansel

(2005), bahwa oksidasi dari suatu zat obat yang rentan kebanyakan terjadi bila zat

tersebut dipaparkan ke cahaya, atau dikombinasi dalam formulasi dengan zat-zat

kimia lainnya tanpa melihat ke pengaruhnya terhadap oksidasi dengan tepat.

Kestabilan dari obat-obat yang dapat dioksidasi dapat dipengaruhi oleh oksigen

sehingga penambahan antioksidan natrium metabisulfit pada sari buah stroberi

perlu untuk menstabilkannya, dikarenakan oksidasi vitamin C yang terkandung di

dalamnya.

4.2.4 Penentuan stabilitas

Ketidakstabilan formulasi obat dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan

suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari

formulasi tersebut. Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika

semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk

suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu

perlu dilakukan uji evalusi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas

minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi. Pengamatan dilakukan pada saat

sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, 12 minggu pada suhu kamar.

(44)

Tabel 4.3 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim setelah selesai dibuat dan setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu

No Formula

Keterangan: Formula F0 : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula F1 : Konsentrasi konsentrat sari buah stroberi 5% Formula F2 : Konsentrasi konsentrat sari buah stroberi 7,5% Formula F3 : Konsentrasi konsentrat sari buah stroberi 10% Formula F4 : Sediaan krim m/a di pasaran

x : Perubahan warna y : Perubahan bau z : Pemisahan fase - : Tidak ada perubahan

√ : terjadi perubahan

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu

dengan pengamatan setelah 1, 4, 8, dan 12 minggu. Sediaan krim disimpan pada

suhu kamar dan diamati pemisahan fase, perubahan warna, dan bau. Hasil uji

menunjukkan bahwa sediaan krim F0 (blanko) stabil selama penyimpanan 12

minggu, sedangkan krim F1 (krim 5%), F2 (krim 7,5%), dan F3 (krim 10 %)

mengalami perubahan warna pada penyimpanan 8 minggu dari warna coklat

kemerahan menjadi coklat dan perubahan bau setelah penyimpanan selama 12

minggu. Hasil pengamatan stabilitas sediaan menunjukkan bahwa penyebab

terjadinya perubahan warna dikarenakan konsentrat sari buah stroberi mengalami

oksidasi, kemungkinan penambahan antioksidan BHT 0,1% belum cukup untuk

(45)

untuk menstabilkan konsentrat sari buah stroberi agar vitamin C yang terkandung

di dalammya tidak teroksidasi. Perubahan bau yang terjadi dikarenakan pada sari

buah stroberi yang dipekatkan terdapat glukosa sehingga dapat terjadi fermentasi

glukosa yang menyebabkan perubahan bau.

4.3 Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan

Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi krim terhadap sukarelawan pada 24 dan 48 jam

Formula Sukarelawan Reaksi 24 jam 48 jam

Keterangan (Barel, et al., 2009):

Eritema Edema

Tidak eritema 0 Tidak edema 0 Sangat sedikit eritema 1 Sangat sedikit edema 1 Sedikit eritema 2 Sedikit edema 2 Eritema sedang 3 Edema sedang 3 Eritema sangat parah 4 Edema sangat parah 4

Salah satu cara untuk menghindari terjadinya efek samping pada

penggunaan kosmetik adalah dengan melakukan uji iritasi terhadap kulit. Uji

dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kulit lengan bawah bagian

dalam sebanyak 3 kali sehari dalam selang waktu 8 jam selama 2 hari.

(46)

iritasi seperti eritema dan edema pada kulit dari setiap formula, hal ini

menunjukkan bahwa keseluruhan sediaan aman untuk digunakan.

4.4 Hasil Uji Efek Anti-aging

4.4.1 Kadar air (moisture)

Tabel 4.5 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kondisi awal sebelum pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

(47)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Berdasarkan Tabel

4.5 dapat dilihat bahwa kondisi awal kadar air semua formula adalah dehidrasi,

setelah pemakaian krim semua formula selama 4 minggu kondisi kadar air kulit

menjadi normal.

Gambar 4.1 Grafik persentase kadar air versus waktu pemakaian

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menggunakan uji One Way

Anova menunjukkan bahwa kondisi kadar air kulit pada kondisi awal tidak ada

perbedaan yang signifikan antar formula (P > 0,05), sedangkan setelah

pemakaian krim selama 1, 2, 3 dan 4 minggu menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan antar formula (P < 0,05), perbedaan ini menunjukkan adanya

perubahan kondisi menjadi lebih baik.

(48)

4.3.2 Kehalusan (evenness)

Tabel 4.6 Hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kondisi awal sebelum pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

F1 : Krim konsentrat sari buah stroberi 5% F2 : Krim konsentrat sari buah stroberi 7,5% F3 : Krim konsentrat sari buah stroberi 10% F4 : Krim pembanding (Olay)

Pengukuran kehalusan kulit (evenness) dengan menggunakan perangkat

skin analyzer lensa perbesaran 60 kali dan mode pembacaan normal dengan warna

lampu sensor biru. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kondisi awal

(49)

minggu kondisi kulit masing-masing formula adalah F0 (krim blanko) tetap

normal, sedangkan F1 (krim 5%), F2 (krim 7,5%), F3 (krim 10%), dan F4 (krim

pembanding Olay) menjadi halus.

Gambar 4.2 Grafik kehalusan kulit versus waktu pemakaian

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menggunakan uji One Way

Anova menunjukkan kondisi kehalusan kulit pada kondisi awal, pemakaian krim

selama 1 dan 2 minggu tidak ada perbedaan yang signifikan antar formula (P >

0,05), sedangkan pemakaian krim selama 3 dan 4 minggu ada perbedaan yang

signifikan antar formula (P < 0,05), perbedaan ini menunjukkan adanya

perubahan kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya, terjadi peningkatan

kehalusan pada setiap minggunya antar formula.

(50)

4.3.3 Pori (pore)

Tabel 4.7 Hasil pengukuran pori (pore) pada kondisi awal sebelum pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

F1 : Krim konsentrat sari buah stroberi 5% F2 : Krim konsentrat sari buah stroberi 7,5% F3 : Krim konsentrat sari buah stroberi 10% F4 : Krim pembanding (Olay)

Analisa pori menggunakan perangkat skin analyzer yang sama dengan

pengukuran kehalusan yaitu lensa perbesaran 60 kali dan mode pembacaan

normal dengan warna lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa

(51)

4.7 dapat dilihat bahwa kondisi kulit setelah pemakaian krim selama 4 minggu

masing-masing adalah dari F0 kondisi awal pori besar masih tetap besar, F1 dan

F2 kondisi awal pori sangat besar menjadi besar, F3 kondisi awal pori besar tetap

besar dan F4 kondisi awal besar menjadi kecil.

Gambar 4.3 Grafik pori versus waktu pemakaian

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menggunakan uji One Way

Anova menunjukkan kondisi pori pada kondisi awal, pemakaian krim selama 1, 2,

3, dan 4 minggu setelah perawatan ada perbedaan yang signifikan antar formula

(P < 0,05), perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan kondisi menjadi lebih

baik dari sebelumnya, terjadi penurunan besar pori pada setiap minggunya antar

(52)

4.3.4 Banyaknya noda (spot)

Tabel 4.8 Hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada kondisi awal sebelum pemakaian dan setelah pemakaian krim selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

F1 : Krim konsentrat sari buah stroberi 5% F2 : Krim konsentrat sari buah stroberi 7,5% F3 : Krim konsentrat sari buah stroberi 10% F4 : Krim pembanding (Olay)

Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin

analyzer lensa perbesaran 60 kali dan mode pembacaan polarisasi dengan warna

lampu sensor jingga. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kondisi noda

(53)

krim selama 4 minggu dari formula F0 (krim blanko) menjadi masih tetap banyak

noda, F1 (krim 5%), F2 (krim 7,5%), dan F3 (krim 10%) menjadi beberapa noda

dan F4 (krim pembanding Olay) menjadi sedikit noda.

Gambar 4.4 Grafik banyaknya noda versus waktu pemakaian

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik dengan menggunakan uji

One Way Anova menunjukkan kondisi banyaknya noda pada kondisi awal dan

setelah pemakaian krim selama 1 minggu tidak ada perbedaan yang signifikan

antar formula (P > 0,05), sedangkan pemakaian krim selama 2, 3, dan 4 minggu

menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antar formula (P < 0,05), perbedaan

ini menunjukkan adanya perubahan kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya,

terjadi penurunan jumlah noda pada setiap minggunya antar formula.

(54)

4.3.5 Keriput (wrinkle)

Tabel 4.9 Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kondisi awal sebelum pemakaian dan setelah pemakaian selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Sukarelawan

F1 : Krim konsentrat sari buah stroberi 5% F2 : Krim konsentrat sari buah stroberi 7,5% F3 : Krim konsentrat sari buah stroberi 10% F4 : Krim pembanding (Olay)

Pengukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer

lensa perbesaran 10 kali dan mode pembacaan normal dengan warna lampu sensor

(55)

adalah berkeriput setelah pemakaian krim selama 4 minggu F0 (krim blanko), F1

(krim 5%), F2 (krim 7,5%) masih tetap berkeriput. F3 (krim 10%) dan F4 (krim

pembanding Olay) menjadi tidak berkeriput.

Gambar 4.5 Grafik keriput versus waktu pemakaian

Berdasarkan hasil analisis data secara statistik menggunakan uji One Way

Anova menunjukkan kondisi keriput selama pemakaian 1 minggu tidak ada

perbedaan yang signifikan antar formula (P > 0,05), sedangkan kondisi awal,

pemakaian selama 2, 3, dan 4 minggu ada perbedaan yang signifikan antar

formula (P < 0,05), perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan kondisi

menjadi lebih baik dari sebelumnya, terjadi penurunan keriput pada setiap

minggunya antar formula.

(56)

Tabel 4.10 Hasil pengukuran kedalaman keriput (wrinkle’s depth) pada kondisi awal sebelum pemakaian dan setelah pemakaian selama 1, 2, 3, dan 4 minggu

Formula Suka- relawan

Kedalaman keriput

Kondisi

55,3±17,2 55,3±17,2 53,0±17,1 49,0±16,7 45,0±18,3

F1

F1 : Krim konsentrat sari buah stroberi 5% F2 : Krim konsentrat sari buah stroberi 7,5% F3 : Krim konsentrat sari buah stroberi 10% F4 : Krim pembanding (Olay)

Pengukuran kedalaman keriput dengan menggunakan perangkat skin

analyzer lensa perbesaran 10 kali dan mode pembacaan normal dengan warna

lampu sensor biru, pada waktu melakukan analisa keriput, secara otomatis analisa

kedalaman keriput ikut terbaca. Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan semua

(57)

paling besar terjadi pada F3 (krim 10%) dan F4 (krim pembanding Olay). F3(krim

10%) mengalami penurunan kedalaman keriput namun penurunannya tidak

sebesar F4 (krim pembanding Olay).

Gambar 4.6 Grafik kedalaman keriput versus waktu pemakaian

Kadar air kulit di stratum corneum berhubungan dengan kelembaban kulit.

Kelembaban kulit dapat dipertahankan karena adanya mantel asam kulit yang

bersifat higroskopis dan dapat menyerap air dari luar sehingga kulit menjadi

lembab. Mantel asam dapat hilang karena pencucian dengan air, maka

digunakanlah krim anti-aging yang dapat melembabkan. Krim pada penelitian ini

memiliki tipe emulsi minyak dalam air yang di dalam dasar krimnya terdapat

humektan (zat penyerap air) dan oklusif (zat pencegah penguapan air).

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan epidermis
Tabel 2.2 Perbedaan anatomi antara penuaan intrinsik dan photoaging pada perubahan dermis
Tabel 2.3 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 gram buah stroberi segar
Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada suatu jaringan yang dibangun dengan protokol TCP/IP (misal : Internet), untuk setiap station dialokasikan suatu pengenal unik berupa alamat sebesar 4 byte, yang disebut sebagai

1) Informasi keuangan di atas per tanggal 31 Desember 2010 dan untuk Periode dari 22 Maret 2010 (tanggal pendirian) sampai dengan 31 Desember 2010 diambil dari Laporan Keuangan

[r]

SELURUH HARTA KEKAYAAN PERSEROAN BAIK BARANG BERGERAK, MAUPUN BARANG TIDAK BERGERAK, BAIK YANG TELAH ADA MAUPUN YANG AKAN ADA DI KEMUDIAN HARI, MENJADI JAMINAN ATAS SEMUA

join Fans Page Facebook kami, juga channel telegram

The coupled pyruvate kinase and lactate dehydrogenase reaction is made especially complicated by these LDH initial effects and by the spontaneous NADH decomposition reaction,

Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang

We find that the Government classified mostly monuments or buildings built by Chinese migrants to witness the existence of Chinese culture, and tried to reaffirm the