HASIL PENELITIAN TUGAS AKHIR
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN RETENSI
15 MENIT (ICG-R15) DENGAN SKOR CHILD PUGH PADA PASIEN
TUMOR HATI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN”
TESIS Oleh Dr. Dandi
Divisi Bedah Digestif Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan
HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN RETENSI
15 MENIT (ICG-R15) DENGAN SKOR CHILD PUGH PADA PASIEN
TUMOR HATI
TESIS
Oleh:
DANDI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Keahlian Dalam
Bidang Ilmu Bedah Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan
HASIL PENELITIAN AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
SPESIALIS ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN RETENSI
15 MENIT (ICG-R15) DENGAN SKOR CHILD PUGH PADA PASIEN
TUMOR HATI
OLEH:
Dr. DANDI
Pembimbing
(Dr. Budi Irwan, SpB-KBD) NIP : 19671220 199703 1 001
DIKETAHUI OLEH
Ketua Departemen Ilmu Bedah, Ketua Program Studi Ilmu Bedah,
(Dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)ONK) (Dr. Marshal, SpBTKV) NIP : 19520304 198002 1 001 NIP : 19610316 198611 1 001
SURAT KETERANGAN
SUDAH DIPERIKSA HASIL PENELITIAN
JUDUL : HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN
RETENSI 15 MENIT (ICG-R15) DENGAN SKOR CHILD
PUGH PADA PASIEN TUMOR HATI
PENELITI : dr. DANDI
DEPERTEMEN : ILMU BEDAH FK-USU
INSTITUSI : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN, 20 APRIL 2013 KONSULTAN METODOLOGI PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN USU
(PROF. Dr. AZNAN LELO, PhD, SpFK) NIP : 19511202 197902 1 003
HASIL PENELITIAN AKHIR
NAMA : Dr. Dandi
NO. CHS :
SEMESTER : XV
JUDUL : HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN
RETENSI 15 MENIT (ICG-R15) DENGAN SKOR CHILD
PUGH PADA PASIEN TUMOR HATI
PEMBIMBING : dr. BUDI IRWAN, SpB-KBD
MEDAN, 20 APRIL 2013
SEKSI ILMIAH
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK USU
(PROF. Dr. A. GOFAR SASTRODININGRAT, SpBS(K))
NIP: 19440507 197703 1 001
PERNYATAAN
HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN
RETENSI 15 MENIT (ICG-R15) DENGAN SKOR CHILD
PUGH PADA PASIEN TUMOR HATI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, April 2013
Dandi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini yang
merupakan salah satu persyaratan tugas akhir untuk memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu
Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Selawat dan salam tak lupa
penulis sampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa
terimakasih da penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
Kedua orang tua, ayahanda dan Ibunda terimakasih yang sedalam-dalamnya dan
setulus-tulusnya, yang telah membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil dengan penuh kesabaran,
kasih sayang dan perhatian, dengan diiringi doa dan dorongan yang tiada hentinya sepanjang
waktu, memberikan contoh yang sangat berharga dalam menghargai dan menjalani kehidupan.
Kepada Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Bedah di lingkungan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kepada Ketua Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
dr. Emir T Pasaribu, SpB(K)ONK dan Sekretaris Departemen, dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA. Ketua
Program Studi Ilmu Bedah, dr. Marshal SpB, SpBTKV dan Sekretaris Program Studi Ilmu
Bedah, dr. Asrul S, SpB-KBD.
Rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada guru-guru di
divisi Bedah Digestif: Prof. dr. Bachtiar Surya, dr. liberti Sirait, dr. Sahbuddin Harahap, dr. Asrul
Simangunsong, dr. Budi Irwan, dr. Adi Muradi Semua telah tanpa pamrih memberikan
bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis selama mengikuti program pendidikan ini.Rasa
hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada guru-guru saya: Prof.
Bachtiar Surya, SpB-KBD, Prof. IskandarJapardi, SpBS(K), Prof. Adril A Hakim, SpS,
SpBS(K), Prof. Nazar Moesbar, SpB, SpOT, Prof. Hafas Hanafiah, SpB, SpOT, Alm.Prof. Usul
Sinaga, SpB, Alm.Prof. BuchariKasim, SpBP, dr. Syahbuddin Harahap, SpB, dr. Gerhard
Panjaitan, SpB(K)Onk, DR. dr. Humala Hutagalung, SpB(K)Onk, dr. Harry Soejatmiko, SpB,
Riahsyah Damanik, SpB(K)Onk, dr.Tiur Purba, SpB, dr. Kamal B Siregar, SpB(K)Onk, dr.
Bungaran Sihombing, SpU, dr. Syah M Warli, SpU, dr. Sumiardi Karakata, SpU, dr. Jaelani,
SpBP, dr. Frank Buchari, SpBP(K)RE, dr. Utama Tarigan, SpBP(K)RE, dr. Rasidi Siregar, SpB,
dr. Suhelmi, SpB, dr. Ramotan Purba, SpB, dr. Nazwir Nazar, SpB, dr. Manan, SpOT, dr. Zahri
A Rani, SpU, dr. Azwarto, SpB, dr. Albiner Simarmata, SpB(K)Onk, dr. Robert Siregar, SpB, dr.
Nasrun, SpB, dr. Afdol, SpB, dr. ErinaOutri, SpB-KBD, dr. Marahakim, SpB, dr. Amrin Hakim,
SpB, Alm. dr.Daten Bangun, SpB dan seluruh guru bedah saya yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, di lingkungan RSUP H Adam Malik, RSU Pirngadi Medan dan di semua tempat
yang telah mengajarkan ketrampilan bedah pada diri saya. Semua telah tanpa pamrih
memberikan bimbingan, koreksi dan saran kepada penulis selama mengikuti program pendidikan
ini.
Prof. Aznan Lelo, PhD, SpFK, yang telah membimbing, membantu dan meluangkan
waktu dalam membimbing statistik dari tulisan tugas akhir ini.
Mohon maaf penulis pada semua orang, atas kesalahan ucapan dan perbuatan yang telah
terjadi. Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan. Semoga ilmu yang
penulis peroleh selama pendidikan spesialisasi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Amin.
Medan, 20 April 2013
Penulis
Dandi
HASIL PENELITIAN AKHIR
NAMA : Dr. Dandi
NO. CHS :
SEMESTER : XV
JUDUL : HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN
RETENSI 15 MENIT (ICG-R15) DENGAN SKOR CHILD
PUGH PADA PASIEN TUMOR HATI
PEMBIMBING : dr. BUDI IRWAN, SpB-KBD
MEDAN, 20 APRIL 2013
SEKSI ILMIAH
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK USU
(Dr. Budi Irwan, SpB-KBD) NIP : 19671220 199703 1 001
DAFTAR ISI
3.13. Kerangka Teori………... 15
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Sampel... 16
4.2 Asal Tumor……….. 18
4.3 Sifat Tumor……….. 19
4.4 Skor Child Pugh……….. 20
BAB V PEMBAHASAN... 23
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan... 28
6.2 Saran... 28
DAFTAR PUSTAKA... 29
LAMPIRAN ... 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Klasifikasi Child Pugh
Tabel 1.2. Perbandingan survival rate hepatik kolorectal karsinoma metastase yang tidak
dilakukan reseksi hati dan yang dilakukan reseksi hati
Tabel 4.1. Distribusi pasien berdasarkan usia
Tabel 4.2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3. Distribusi pasien berdasarkan asal tumor
Tabel 4.4. Distribusi pasien berdasarkan sifat tumor
Tabel 4.5. Distribusi pasien berdasarkan skor Child Pugh
Table 4.6. Distribusi pasien berdasarkan hasil pemeriksaan ICG R-15
Tabel 4.7. Hubungan antara hasil pemeriksaan ICG R-15 dengan skor Child Pugh
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1. Proporsi jenis kelamin penderita tumor hati
Diagram 4.2. Proporsi asal tumor penderita tumor hati
Diagram 4.3. Proporsi sifat tumor penderita tumor hati
Diagram 4.4. Proporsi pasien berdasarkan skor Child Pugh
Diagram 4.5. Proporsi pasien berdasarkan hasil pemeriksaan ICG R-15
Diagram 4.6. Hubungan antara hasil pemeriksaan ICG R-15 dengan skor Child Pugh
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel bantuan untuk perhitungan korelasi pearson
Lampiran 2. Susunan peneliti
Lampiran 3. Naskah Penjelasan kepada Orang Tua / Kerabat Pasien Lainnya
Lampiran 4. Persetujuan setelah penjelasan (PSP)
Lampiran 5. Persetujuan dari komisi etika penelitian
Lampiran 6. Formulir/ Kuisioner
Hubungan hasil pemeriksaan indocyanin green retensi 15 menit
(ICG-R15) dengan skor child pugh pada pasien tumor hati di
RSUP. H Adam malik Medan
Abstrak
Latar belakang: Keganasan hati terutama hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan penyakit keganasan terbanyak ketujuh didunia. Penilaian perioperatif diantaranya pemeriksaan fungsi hati menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menetukan batas anatomi dan besarnya tumor untuk meningkatkan efektifitas reseksi. Saat ini di Indonesia pasien dengan tumor hati hanya diperiksa dengan menggunakan Child Pugh (CP), sementara yang berkembang saat ini modalitas pemeriksaan Indocyanin Green ( ICG-R15) menjadi pilihan utama pada perioperatif pasien. Untuk itu penulis ingin mengetahui tentang hubungan antara kedua pemeriksaan tersebut pada pasien tumor hati.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor CP pada penderita tumor hati di RSUP H. Adam Malik Medan.
Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan jumlah sampel 12 kasus, dilakukan pengukuran Child pugh score dan ICG-R15 tehadap semua pasien tersebut, kemudian ditentukan korelasi antara keduanya dengan perhitungan korelasi pearson.
Hasil: Dari 12 sampel penelitian penderita tumor hati, dinilai ICG-R15 dan skor CP. Pada seluruh sampel penelitian penderita tumor hati didapatkan ICG-R15 diatas nilai normal, dengan rata-rata nilai ICG-R15 adalah 33,583 ± 14,209%. Nilai ICG-R15 tertinggi adalah 50% dan terendah adalah 10%. Pada perhitungan kekuatan dengan meggunakan uji korelasi Pearson dalam menilai hubungan antara hasil pemeriksaan ICG R15 dengan skor CP didapatkan nilai r=0,964 dan p value 0,001. Hal ini berarti terdapat hubungan antara skor CP dengan ICG-R15 dengan kekuatan hubungan 0,964 (sangat kuat). Sehingga semakin tinggi skor CP maka semakin tinggi ICG-R15.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor Child Pugh dengan kekuatan hubungan yang sangat kuat (p = 0,001 r=0,964 ). Sehingga semakin meningkatnya retensi ICG pada penderita tumor hati, maka akan didapatkan juga peningkatan dari skor Child Pugh
Kata kunci: Child pugh score, Indocyanine Green Retention 15, Reseksi liver.
Hubungan hasil pemeriksaan indocyanin green retensi 15 menit
(ICG-R15) dengan skor child pugh pada pasien tumor hati di
RSUP. H Adam malik Medan
Abstrak
Latar belakang: Keganasan hati terutama hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan penyakit keganasan terbanyak ketujuh didunia. Penilaian perioperatif diantaranya pemeriksaan fungsi hati menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menetukan batas anatomi dan besarnya tumor untuk meningkatkan efektifitas reseksi. Saat ini di Indonesia pasien dengan tumor hati hanya diperiksa dengan menggunakan Child Pugh (CP), sementara yang berkembang saat ini modalitas pemeriksaan Indocyanin Green ( ICG-R15) menjadi pilihan utama pada perioperatif pasien. Untuk itu penulis ingin mengetahui tentang hubungan antara kedua pemeriksaan tersebut pada pasien tumor hati.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor CP pada penderita tumor hati di RSUP H. Adam Malik Medan.
Metode: Penelitian deskriptif analitik dengan jumlah sampel 12 kasus, dilakukan pengukuran Child pugh score dan ICG-R15 tehadap semua pasien tersebut, kemudian ditentukan korelasi antara keduanya dengan perhitungan korelasi pearson.
Hasil: Dari 12 sampel penelitian penderita tumor hati, dinilai ICG-R15 dan skor CP. Pada seluruh sampel penelitian penderita tumor hati didapatkan ICG-R15 diatas nilai normal, dengan rata-rata nilai ICG-R15 adalah 33,583 ± 14,209%. Nilai ICG-R15 tertinggi adalah 50% dan terendah adalah 10%. Pada perhitungan kekuatan dengan meggunakan uji korelasi Pearson dalam menilai hubungan antara hasil pemeriksaan ICG R15 dengan skor CP didapatkan nilai r=0,964 dan p value 0,001. Hal ini berarti terdapat hubungan antara skor CP dengan ICG-R15 dengan kekuatan hubungan 0,964 (sangat kuat). Sehingga semakin tinggi skor CP maka semakin tinggi ICG-R15.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor Child Pugh dengan kekuatan hubungan yang sangat kuat (p = 0,001 r=0,964 ). Sehingga semakin meningkatnya retensi ICG pada penderita tumor hati, maka akan didapatkan juga peningkatan dari skor Child Pugh
Kata kunci: Child pugh score, Indocyanine Green Retention 15, Reseksi liver.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keganasan hati terutama hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan penyakit
keganasan terbanyak ketujuh didunia. Angka prognosis dari keganasan hati meningkat
dalam 10 tahun terakhir, hal ini tidak lepas dari meningkatnya screening pada populasi resiko
tinggi, meningkatnya modalitas pencitraan, meningkatnya penilaian indikasi dari reseksi hati
pasien yang ketat, perbaikan dalam teknik operasi dan perawatan paska operasi yang baik.
(Philip D,2004, Fan, 1995).
Penilaian perioperatif diantaranya pemeriksaan fungsi hati menjadi suatu hal yang sangat
penting dalam menetukan batas anatomi dan besarnya tumor untuk meningkatkan efektifitas
reseksi. Hingga saat ini reseksi hati tetap menjadi pilihan utama dalam penanganan
keganasan hati. Pentingnya menentukan fungsi hati juga disebabkan meningkatnya
kebutuhan untuk meningkatkan cadangan fungsi hati dengan berbagai terapi perioperatif
sebelum dilakukan reseksi sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
Gagal hati merupakan penyebab kematian terbanyak setelah hepatektomi yang dilakukan
tanpa memperhitungkan cadangan fungsi hati. Penelitian cheng fang dkk, membuktikan
bahwa adanya hubungan antara keadaan perioperatif dengan angka kejadian terjadinya gagal
Kriteria untuk melakukan reseksi dan perluasan reseksi hati bervariasi diantara ahli bedah
maupun institusi tetapi meliputi kombinasi pemeriksaan skor Child Pugh (CP) ,computed
tomography volumetric analysis, indocyanine green retensi 15 menit (ICG- R15) dan yang
terbaru dengan scintigraphy.(Roslyn, 2006) Dengan mempergunakan skor CP, maka pasien
dengan CP C merupakan kontra indikasi untuk reseksi hati, CP B dapat dilakukan minor
reseksi, dan pasien dengan CP A merupakan kandidat untuk mayor hepatectomi.(Kim, 2007)
Jika berdasarkan hasil pemeriksaan ICG-R15, menurut makuuchi apabila nilainya
normal (<10%) dapat dilakukan trisectorectomi, bila hasilnya 10-20% dilakukan
hepatektomi kiri atau kanan, dan bila hasilnya 30-39% hanya dapat dilakukan reseksi
terbatas, kemudian bila hasilnya >39% tindakannya hanya terbatas pada enukleasi
saja.(Makuuchi, 1999) Pada beberapa kasus, klasifikasi CP tidak selalu sesuai dengan ICG
R-15, misalnya; CP A dengan skor 5 atau 6 dapat memiliki nilai ICG-R15 diatas 10%, dan
tentu saja pasien ini bila dilakukan mayor hepatektomi memiliki angka morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien yang memiliki CP A dan hasil
ICG-R15 yang normal.(Schneider, 2004).
Saat ini di Indonesia pasien dengan tumor hati hanya diperiksa dengan menggunakan
Child Pugh, sementara yang berkembang saat ini modalitas pemeriksaan ICG menjadi
pilihan utama pada perioperatif pasien. Untuk itu penulis ingin mengetahui tentang hubungan
antara kedua pemeriksaan tersebut pada pasien tumor hati
1.2Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor CP pada penderita
1.3Hipotesis Penelitian
Ada hubungan positif antara ICG-R15 dengan skor CP pada penderita tumor hati di RSUP H.
Adam Malik Medan
1.4Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor CP pada
penderita tumor hati di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.5Manfaat Penelitian
Akademik / Ilmiah
Sebagai pengembangan keilmuan di bidang Ilmu Bedah
Pelayanan masyarakat
Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi pihak RSUP H. Adam Malik
medan,terutama bagi pembuat keputusan dan pelaksana layanan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dalam perawatan dan pengobatan penderita tumor hati.
Pengembangan penelitian
Memberikan data awal kepada divisi bedah digestif tentang adanya hubungan antara hasil
pemeriksaan ICG-R15 dengan skor CP yang besar manfaatnya untuk pasien pasien yang
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
Indocyanine Green
Indocyanine green (ICG) adalah zat warna tricarbocyanine yang pertama kali diperkenalkan
oleh Fox dkk pada tahun 1957 untuk mengukur aliran darah dan mendeteksi adanya kelainan
jantung. Kemudian ICG digunakan untuk uji fungsi hati oleh J. Caesar dkk untuk pertama
kalinya pada tahun 1961. Cooke dkk pada tahun 1965 juga melakukan penelitian fungsi hati
dengan menggunakan ICG terhadap 92 orang subjek dan didapatkan retensi pada subjek tanpa
penyakit hati 0 – 10%, subjek dengan sirosis hati 6 – 77%, karsinoma sekunder pada hati 25 –
35%, infeksi hepatitis aktif 22 – 59%, hepatitis konvalesen 9 – 20%.(Cooke,1963)
Prinsip dan teknik pemeriksaan
ICG merupakan anion organik dimana setelah diinjeksikan ke dalam vena hampir seluruhnya
terikat pada protein, terutama albumin dan α1-lipoprotein. ICG tetap berada dalam ruang
intravaskuler, tidak melewati barrier plasenta, dan pengambilannya secara eksklusif dilakukan
oleh hati. ICG secara cepat dan khusus dipindahkan dari plasma oleh sel parenkim hati ke dalam
empedu. ICG tidak mengalami metabolisme di hati, ICG tidak mengalami sirkulasi ekstrahepatik
atau enterohepatik, melalui pengukuran darah vena dan arteri secara simultan telah menunjukkan
Eliminasi ICG oleh hati sangat tergantung pada dosis yang diberikan, dimana hampir seluruhnya
(97%) dikeluarkan (praktis tidak berubah) dalam empedu dan tidak diserap oleh usus. Kapasitas
transport pengambilan ICG pada sistem lokal dalam membran sel sinusoid hati adalah > 72
umol/kgBB, yang jauh melebihi kapasitas transport ekskretori. Jika jumlah pemberian ICG
intravena melebihi kapasitas ekskretori, maka ICG akan terakumulasi dalam hati, dalam hal ini
efek antikholeretik akan menghambat asam empedu dan tidak tergantung pada aliran empedu.
Oleh karena itu, dosis ICG yang digunakan jauh dibawah kemampuan maksimal ekskretori hati.
Setelah ekstrasi oleh hati hampir seluruhnya tercapai, bersihan ICG akan sesuai dengan aliran
plasma hati.
Karena kelarutan dan stabilitas ICG dalam larutan air kurang dari Bromosulfopthalein (BSP),
larutan uji yang baru harus selalu disiapkan sebelum digunakan. Penambahan albumin akan
meningkatkan stabilitas, akan tetapi menyebabkan pergeseran absorpsi spectrum dari 780 ke 805
nm.
Untuk menghindari kekeruhan lipid serum, tes dilakukan pada pagi hari setelah puasa 12 jam
dengan pasien dalam posisi berbaring. Diberikan bolus intravena (10 – 15 detik) dari 0.5%
larutan (5mg/ml) dari 0.5 mg ICG/kgBB. Setelah itu sampel darah diambil 15 menit setelah
bolus ICG intravena. Selanjutnya masa paruh ICG dalam serum diukur dengan menggunakan
photometer pada panjang gelombang 805 nm (absorben maksimum) dan dibandingkan dengan
nilai sebelum injeksi ICG dan standar 0.5%. distribusi volume ICG dapat dihitung dengan
darah hati dapat ditentukan dengan membagi bersihan ICG dengan konsentrasi ICG serum 5
menit setelah pemberian.
Dengan dosis ICG yang umum diberikan, sistem transport sel hati untuk ICG tidak menjadi
jenuh. Oleh karena itu penurunan fungsi sel hati yang sedikit tidak dapat terdeteksi dengan uji
ICG. Dengan memperbesar dosis ICG dan peningkatan gangguan fungsi sel hati atau
pengurangan massa sel hati, tingkat ekstraksi ICG semakin berkurang dan bersihan ICG tidak
lagi tergantung secara eksklusif pada aliran darah. Dalam kasus ini, pemberian ICG secara
kontinu dengan infus intravena lebih unggul dibandingka pemberian secara bolus. Namun dosis
ICG yang lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan efek samping. (Dancygier,2010)
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemeriksaan ICG
Indocyanine green tidak terganggu dengan obat – obatan kecuali rifampicin, bilirubin (samp
ai dengan 4 mg/dL) atau hipertrigliserida. Bilirubin dan rifampicin menghambat ambilan ICG
oleh hepatosit. Namun untuk tujuan klinis, penghambatan ICG dan eliminasi oleh bilirubin
dapat diabaikan sampai tingkat bilirubin serum 4 mg/dL. Berbeda dengan BSP, konsentrasi ICG
dalam jaringan limfe tidak meningkat pada obstruksi bilier. (Dancygier,2010)
Efek samping
Dengan dosis ICG yang biasa digunakan jarang terjadi efek samping, meskipun reaksi
anafilaksis pernah dijumpai. Injeksi ICG subkutan atau paravasal dalam jumlah besar yang tidak
disengaja akan menyebabkan pembengkakan tetapi tidak menyebabkan nekrosis jaringan.
Penilaian ICG
ICG telah menggantikan BSP untuk evaluasi aliran plasma hati meskipun kurang sensitif
dibandingkan BSP dalam menilai adanya kerusakan sel hati yang minimal. Uji fungsi hati
dengan ICG tidak rutin dilakukan dalam praktek sehari – hari karena biaya yang tinggi.
(Dancygier,2010)
Pada pasien dengan sirosis hati, bersihan ICG berkolerasi dengan klasifikasi Child-Pugh, (Sheng,
2009) eliminasi BSP, kapasitas eliminasi galaktosa, dan dengan hasil tes nafas aminpyrine. Pada
pasien setelah transplantasi hati atau reseksi parsial hati, bersihan ICG adalah indikator yang baik
dari uji fungsi hati dan ini dapat membantu untuk memprediksi kegagalan
transplantasi.(Hori,2006) Pada pasien dengan sirosis bilier primer, bersama dengan parameter
lain, uji ICG dapat membantu memperkirakan probabilitas kelangsungan hidup.
(Dancygier,2010)
Klasifikasi Child Pugh
Pada tahun 1964, Child dan Turcotte mempublikasikan suatu klasifikasi untuk menilai resiko
operasi pada pasien sirosis yang sembuh dari perdarahan variseal, yang menjalani operasi shunt
portosistemik.(Fong,2007) Mereka mempertimbangkan lima variabel yang terpilih berdasarkan
pengalaman klinis: asites, ensephalopati, status nutrisi, level serum bilirubin dan albumin,
mengklasifikasi pasien dalam kelas A, B atau C yang maksudnya A (baik), B (sedang), atau C
Pada tahun 1973, Pugh et al. Menggunakan versi yang telah dimodifikasi untuk klasifikasi
pasien yang menjalani operasi transeksi untuk varises oesofageal. Mereka mengganti status
nutrisi dengan prothrombin time (PT) dan menentukan skor antara 1 sampai 3 pada tiap variabel.
(Cholongitas,2005)
Tabel 1.1. Klasifikasi Child Pugh (CP).(fong,2007)
Parameter 1 point 2 point 3 point klasifikasi
Encepalofati Tidak dijumpai Grade I-II Grade III-IV A : 5-6 point
B : 7-9 point
C: 10-15 point
Bilirubin (Mg/dl) < 2 2-3 >3
PT prolongation 1-4 4-6 >6
Ascites Tidak dijumpai terkontrol berulang
Albumin (g/L) >35 28-35 <28
Tumor hati
Setidaknya ada 1 juta kasus baru HCC. Insiden HCC meningkat dengan usia, dari empat
sampai delapan kali lebih umum pada laki-laki daripada perempuan. Kanker ini sangat terkait
dengan cedera hati kronis. Dalam sebuah studi, pemeriksaan infeksi HBV dan HCC, Beasley
mengikuti subjek 22.707 pria di Taiwan, 15,2% di antaranya adalah pembawa HBV kronis
seperti yang diperagakan oleh deteksi HbsAg dalam serum. Dari 116 kasus HCC yang terjadi
selama rata-rata tiap periode 7 tahun, 113 terjadi pada pasien dengan HBsAg positif. Penelitian
ini menunjukkan bahwa HCC tidak hanya untuk riwayat infeksi HBV, tetapi untuk negara
pembawa kronis, dan bahwa risiko relatif berkembang HCC adalah 200 kali lipat lebih besar
pada individu dengan bukti infeksi HBV dibandingkan pada individu yang tidak terinfeksi.
Untuk pasien yang diduga menderita HCC, tujuan investigasi diagnostik adalah (1) verifikasi
diagnosis, (2) menentukan luasnya penyakit, (3) menentukan cadangan hati fungsional, dan (4)
menilai faktor penentu biologis yang menjadi prediktor panjang-prognosis jangka panjang.
Diagnosis HCC biasanya dapat positif ditegakkan dengan noninvasif dengan kombinasi sejarah,
fisik, imaging, dan tes darah. Ada sedikit keraguan diagnostik pada pasien dengan massa hati
yang konsisten dengan HCC pada CT atau MRI dan serum AFP> 500 ng / dL. Kombinasi
diagnostik dan pengobatan dapat ditegakkan tanpa diagnosis jaringan. Kehadiran sirosis,
hepatitis atau infeksi seperti yang didokumentasikan oleh adanya HBsAg atau HCV dalam darah
Tumor hati terdiri dari:
,
-Malignant mesenchymal tumours of the liver
3.Metastatic tumor
-Metastatic liver disease
-Carcinoid tumor(Rode’s,2007)
Tumor hati primer merupakan indikasi terbanyak untuk dilakukan reseksi hati,dimana
Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah salah satu kanker yang terbanyak didunia dan
500.000/tahun.(Benzoni,2007)Dari data yang ada ternyata kasus ini cenderung meningkat
didunia dan dilaporkan setiap tahunnya ditemukan 25.000 kasus baru.(Makuuchi,2007)
Reseksi hati memberikan harapan kesembuhan pada kasus HCC.(Alvarez,1996) Namun terapi
HCC erat kaitannya dengan staging tumor tersebut. Staging tumor memberikan panduan untuk
memberikan terapi.(Yan,2003)
Saat ini diketahui hati merupakan salah satu organ yang paling sering menjadi tempat metastasis
dari berbagai keganasan, terutama Gastrointestinal, payudara dan paru-paru.Pada umumnya
metastasis tersebut terjadi melalui vena porta, dan sebagian kecil melalui pembuluh limfe, seperti
keganasan dari ekstra hepatic bile duct system.(Kojiro,2007)
Reseksi hati telah di terima luas menjadi pilihan terapi pada kasus ini.Setelah reseksi hati, 5-
years survival rate dillaporkan sekitar 37%-58%.(Abdalla,2006) Jika metastasis ini tidak di
terapi, maka prognosisnya sangat buruk, dengan median survival 4 bulan sampai 21 bulan dan
Tabel 1.2. Perbandingan survival rate hepatik kolorectal karsinoma metastase yang tidak
dilakukan reseksi hati dan yang dilakukan reseksi hati.
kolorektal liver metastase yang tidak di
reseksi.(Bruix, 2005)
kolorektal liver metastase yang di
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik.
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Divisi Bedah Digestif Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran USU/ RSUP H. Adam Malik Medan
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan setelah proposal disetujui berlangsung sampai 2 bulan
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan tumor liver.
Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh pasien dengan tumor hati
yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan dimulai setelah proposal disetujui.
Sampel
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria
3.4 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara total sampling dimana setiap
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi :
• Pasien yang menderita penyakit tumor hati
Kriteria eksklusi :
• Pasien yang mendapatkan pengobatan dengan rifampicin
• Pasien yang menderita hipertrigliserida
• Pasien dengan kadar bilirubin sampai dengan 4 mg/dl
3.6 Persetujuan Setelah Penjelasan
Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari pasien dan keluarga pasien
setelah diberi penjelasan mengenai kondisi pasien dan tindakan yang akan
dilakukan.
3.7 Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan manusia sebagai subjek
penelitian, yang selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik. Izin didapat dari Komisi Etika
3.8 Cara kerja
3.8.1 Alokasi Subjek
Pemilihan subjek ditetapkan secara total sampling
3.8.2 Tahap Persiapan
• Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
• Melakukan pengambilan sampel dengan menilai kriteria inklusi
dan eksklusi
3.8.3 Tahap Pelaksanaan
Sampel penelitian adalah darah yang diambil melalui vena punksi dari
vena mediana cubiti tanpa stasis vena yang berlebihan. Tempat punksi
terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering.
Kemudian dilakukan punksi, pengambilan darah dilakukan dengan
menggunakan spuit disposible sebanyak 8 ml, lalu darah dibagi menjadi 2
bagian, yaitu :
o 2 ml darah dengan antikoagulan Ethylen Diamine Tetra Acetate
(EDTA) untuk pemeriksaan darah lengkap.
o 6 ml darah dan dimasukkan ke dalam tabung. Selanjutnya
dibiarkan dalam suhu kamar selama kurang lebih setengah jam,
kemudian dilakukan pemutaran dengan sentrifuge dengan
kecepatan 1500 gravitasi selama 15 menit untuk mendapatkan
serum yang digunakan untuk pemeriksaan fungsi hati.
o 1 ml serum pasien dicampur dengan 1µ l larutan ICG untuk
0,5 mg/kg BB, 15 menit kemudian dilakukan vena punksi pada
lengan lain, darah diambil dengan menggunakan spuit disposible
sebanyak 2 cc dan dimasukkan ke dalam tabung. Selanjutnya
dibiarkan dalam suhu kamar selama kurang lebih setengah jam.
Kemudian dilakukan pemutaran dengan sentrifuge dengan
kecepatan 1500 gravitasi selama 15 menit untuk mendapatkan
serum retensi ICG menit ke 15.
3.8.4 Pemeriksaan ICG-R15
Pemeriksaan ICG-R15 dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 805 nm dengan menggunakan serum pasien
sebagai blank, hasil pengukuran konsentrasi 50% diplotkan ke kurva
standar yang ada reagent, kemudian dibuat dari lulus dari titik 0 samapai
memotong titik temu antara konsentrasi 50% dan nilai absorben yang
didapat.
Hasil pengukuran ICG-R15 diplotkan ke kurva standar dengan menarik
garis lurus pada nilai absorben yang didapat sampai memotong garis yang
telah dibuat sebelumnya, dan didapatkanlah persentasi retensi ICG pada
menit ke 15.
3.8.5 Pemeriksaan Lain
Pemeriksan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan dengan menggunakan alat Sysmmex
Pemeriksaan Albumin
Pemeriksaan albumin menggunakan metode bromocresol purple dengan
panjang gelombang 629nm alat Cobas c 501
Pemeriksaan Billirubin
Pemeriksaan bilirubin menggunakan metode Diazo dengan panjang
gelombang 552 nm dengan alat Cobas c 501
3.8.6 Kontrol Kualitas
Untuk kalibrasi panjang gelombang spektrofotometer dilakukan dengan
menggunakan filter didymium dengan cara :
Atur panjang gelombang spektrofotometer pada panjang
gelombang 519 nm
Masukkan kuvet yang berisi aquabidest
Tekan transmisi 100% sampai muncul angka 100% pada layar,
kemudian pindahkan kuvet yang berisi aquabidest.
Masukkan filter didymium, catat transmisi %T pada layar
Nilai %T yang didapat harus berada diantara 526nm-532nm
3.9 Parameter yang dinilai
- Variabel dependent: Tumor hati
- Variabel independent: Skor Child Pugh, Indocyanin green retensi 15 menit (ICG
3.10. Definisi operasional
Tumor hati : Tumor yang tedapat pada hati,baik yang primer ataupun
sekunder.(Rode’s,2007)
Skor Child Pugh : Skor yang dipergunakan untuk menilai prognosis
penyakit hati yang kronik,terutama sirosis.(Rode’s,2007)
Indocyanin Green retensi 15 menit (ICG-R15) : Suatu penilaian untuk
menguji cadangan hati yang merupakan gabungan fungsi hati yang dinilai
melalui parenkim hati, sistem retikuloendotelial dan aliran darah pada hati
yang terdiri dari arteri utama, vena porta, vena hepatika dan aliran darah
mikrovaskuler.Dimana zat tersebut 95% terikat pada albumin dan secara
khusus dan cepat dipindahkan dari plasma oleh sel parenkim hati tanpa
mengalami metabolisme kedalam empedu. Indocyaningreen mempunyai
sensitivitas 85,7% dan spesifisitas 88,9% sebagai indikator prognostik
pada gagal hati akut dan mempunyai nilai retensi normal 3,5-10,6% pada
3.11. Kerangka Kerja
Data yang didapat akan di tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik:
No Skor Child pugh ICG-R15
1
2
3
4
5
6
7
Sampel
ICG-R15 Skor Child Pugh
Hasil Hasil
3.12. Analisa data
Data yang telah dikumpul,dicatat dan diolah dengan menggunakan komputer
prorgam SPSS dan kemudian dianalisa dengan korelasi pearson.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Selama periode penelitian dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2012, dijumpai 12
penderita tumor hati yang dilakukan pemeriksaan Indocyanine Green Retensi 15 menit
(ICG-R15) dan penilaian skor Child Pugh. Dari 12 penderita tumor hati didapatkan 8 orang berjenis
kelamin laki-laki dan 4 orang berjenis kelamin perempuan. Data demografi subjek yang
mengikuti penelitian ini ditampilkan dalam tabel 4.1.
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita tumor hati
adalah pada kelompok 51 – 60 tahun. Rata-rata usia pasien yang menderita tumor hati adalah 53
± 18,25 tahun dengan usia tertinggi adalah 85 tahun dan usia terendah adalah 21 tahun.
Tabel 4.1. Distribusi pasien berdasarkan usia
Usia Jumlah Proporsi
20 – 30 1 1/12
31 – 40 2 2/12
41 – 50 2 2/12
51 – 60 4 4/12
> 61 3 3/12
Tabel 4.2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Proporsi
Perempuan 4 4/12
Laki – Laki 8 8/12
Total 12
Diagram 4.1. Proporsi jenis kelamin penderita tumor hati
Berdasarkan tabel 4.2 dan diagram 4.1 daapt diketahui bahwa sebagian besar penderita
tumor hati berjenis kelamin laki laki yaitu sebanyak 8 pasien (66.7 %).
8 4
Jenis Kelamin
Laki-laki
Tabel 4.3. Distribusi pasien berdasarkan asal tumor
Asal Tumor Jumlah Proporsi
Primer 9 9/12
Sekunder 3 3/12
Total 12
Diagram 4.2. Proporsi asal tumor penderita tumor hati
Dari
tabel 4.3 dan diagram 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita tumor hati adalah
tumor hati primer yaitu sebanyak 75 % ( 9 pasien). Penderita tumor hati pada penelitian ini
sebagian besar merupakan tumor ganas yaitu sebanyak 10 pasien (83%). Hal ini dapat terlihat
pada tabel 4.4
9 3
Asal Tumor
Primer
Tabel 4.4. Distribusi pasien berdasarkan sifat tumor
Diagram 4.3. Proporsi sifat tumor penderita tumor hati
Tabel 4.5. Distribusi pasien berdasarkan skor Child Pugh
Skor Child Pugh Jumlah Proporsi
5 1 1/12
7 2 2/12
9 1 1/12
2
10
Sifat Tumor
Jinak
Ganas
Sifat Tumor Jumlah Proporsi
Jinak 2 2/12
Ganas 10 10/12
10 1 1/12
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa 75 % ( 8 pasien) sebagian besar penderita tumor
hati pada penelitian ini memiliki nilai Child Pugh 10-15, yang berarti sebagian besar pasien
memiliki skor Clhild pugh C .
Diagram 4.4. Proporsi pasien berdasarkan skor Child Pugh
Table 4.6. Distribusi pasien berdasarkan hasil pemeriksaan ICG R-15
ICG R-15 Jumlah Proporsi
<10% 1 1/12
10-19% 2 2/12
20-29% 1 1/12
30-39% 1 1/12
≥40% 7 7/12
Total 12
Diagram 4.5. Proporsi pasien berdasarkan hasil pemeriksaan ICG-R15
Dari tabel 4.6 dan diagram 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita tumor hati pada
penelitian ini memiliki nilai ICG-R15 > 40 %
Tabel 4.7. Hubungan antara hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor Child Pugh
1
2
1
1 7
ICG-R15
<10%
10-19%
20-29%
30-39%
Skor Child Pugh ICG R-15 Jumlah Proporsi
5 9% 1 1/12
7 14% 1 1/12
18% 1 1/12
9 21% 1 1/12
10 34% 1 1/12
11 40% 1 1/12
12 40% 1 1/12
13 41% 1 1/12
44% 1 1/12
14 44% 1 1/12
48% 1 1/12
15 44% 1 1/12
Total 12
Dari 12 sampel penelitian penderita tumor hati, dinilai ICG R-15 dan skor Child Pugh.
Pada seluruh sampel penelitian penderita tumor hati didapatkan ICG R-15 diatas nilai normal,
dengan rata-rata nilai ICG R-15 adalah 33,583 ± 14,209%. Nilai ICG R-15 tertinggi adalah 50%
dan terendah adalah 10%.
Pada seluruh sampel penelitian penderita tumor hati didapatkan skor Child Pugh diatas
nilai normal, dengan rata-rata skor Child Pugh penderita tumor hati adalah 10,833 ± 3,242. Dari
diagram 4, terlihat hubungan antara nilai ICG R-15 dan skor Child Pugh menggambarkan
korelasi positif.
Pada perhitungan kekuatan dengan meggunakan uji korelasi Pearson dalam menilai
hubungan antara hasil pemeriksaan ICG R15 dengan skor Child Pugh didapatkan nilai r=0,964
dan p value 0,001. Hal ini berarti terdapat hubungan antara Child Pugh score dengan ICG R-15
dengan kekuatan hubungan 0,964 (sangat kuat). Sehingga semakin tinggi skor Child pugh maka
BAB V PEMBAHASAN
Tumor hati merupakan masalah kesehatan pada negara negara di Asia Tenggara, dengan
prevalensi yang cukup tinggi yaitu sekitar 10-70 kasus per 100.000 populasi setiap tahunnya
dengan sebagian besar merupakan jenis primer. Dari jumlah tersebut hanya 5% saja yang dapat
dilakukan tindakan operasi.
Hepatocellular carcinoma (HCC) merupakan keganasan primer pada hati. Insiden dari
HCC tertinggi untuk negara-negara di wilayah Asia dan Afrika, dimana merupakan wilayah
endemis untuk hepatitis virus yang merupakan predisposisi terhadap perkembangan penyakit hati
kronis yang selanjutnya berkembang menjadi HCC. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan
oleh peneliti bahwa jenis terbanyak adalah berupa tumor ganas. (Bosch FX et al, 2004).
Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa asal tumor penderita
tumor hati ini adalah tumor primer yang merupakan jenis tumor hati yang berasal dari sel-sel hati
itu sendiri. Hasil ini sesuai dengan negara kita yang termasuk negara berkembang di Asia
dikarenakan insiden hepatitis yang masih tinggi. (American Society Facts and Figures, 2011;
Bosch FX et al, 2004).
Hepatektomi merupakan terapi pada hepatoseluler karsinoma yang paling efektif, lebih
mudah dan murah jika dibandingkan dengan jenis penanganan lain seperti transplantasi hati.
Namun prosedur ini dapat menimbulkan komplikasi berupa terganggunya fungsi hati yang dapat
mengakibatkan kematian sehingga cadangan fungsi hati harus dinilai dengan baik sebelum
dilakukannya hepatektomi. Salah satu guidelines yang digunakan dalam penanganan pasien
Guidelines pada HCC ini meliputi pencegahan, diagnosis angka harapan hidup, pilihan operasi,
kemoterapi, TACE dan ablasi.
Algoritma pada guidelines ini didasarkan pada 3 variabel yaitu derajat kerusakan akibat
tumor, jumlah tumor dan diameter dari tumor. Algoritma yang awalnya diperkenalkan oleh
Makuuchi dkk yang didasarkan dari review terhadap 7192 penelitian pada pasien HCC. Pada
guidelines ini pasien dengan derajat kerusakan hati yang masuk dalam kelompok kelas A dan B
dan hanya terdapat 1 tumor, pilhan reseksi hati merupakan hal yang direkomendasikan. Terapi
ablasi direkomendasikan jika pasien dengan kerusakan hati kelas B dan memiliki tumor dengan
diameter yang kurang dari 2 cm.Sedangkan pada pasien yang memiliki jumlah tumor 2-3 dan
memiliki diameter yang kurang dari 3 cm maka terapi berupa reseksi hati atau ablasi merupakan
hal yang direkomendasikan. Pada pasien yang memiliki jumlah tumor 2-3 dan memilki diameter
lebih dari 3 cm maka reseksi atau TACE merupakan pilihan terapi yang direkomendasikan.
Pilihan terapi TACE atau kemoterapi intrahepatik direkomendasikan pada pasien yang memiliki
jumlah tumor lebih dari 4. Pada pasien yang memiliki tingkat kerusakan hati kelas C ,
tranplantasi hati ataupun terapi paliatif merupakan terapi yang direkomendasikan. (Peipei, 2010)
Algoritma yang diperkenalkan oleh Makuuchi dkk ini sampai saat ini masih digunakan
secara umum di di Asia. Algoritma ini juga telah dilakukan evaluasi internal dan evaluasi
eksternal. Pemilihan algoritma yang digunakan hendaknya sesuai dengan keadaan di masing
masing negara. Kelebihan J-HCC Guidelines adalah bukan hanya telah terbukti memberikan
angka mortalitas yang kecil dari 1 persen namun juga sangat tepat digunakan pada negara yang
dimana ketersedian donor hati sangat jarang seperti Indonesia. (Peipei, 2010)
Penilaian fungsi hati sangat penting dalam pemilihan dan persiapan pasien sebelum
juga berguna untuk menentukan batas reseksi yang dapat dilakukan. Prinsip penentuan besarnya
reseksi hati didasari oleh besarnya reseksi yang akan dilakukan dan kemampuan hati yang
tersedia. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai kriteria preoperaif pada pasien
tumor hati berdasarkan klasifikasi klinis sepeti Child Pugh dan pemeriksaan tes fungsi hati
lainnya.
Skor Child pugh (CP) merupakan kriteria penilaian cadangan hati yang digunakan
secara luas saat ini. Penggunaan CP ini merupakan pemeriksaan yang mudah untuk dilakukan,
sehingga dapat dilakukan disamping pasien. CP terdiri dari 5 variabel penilaian yaitu serum
albumin, serum bilirubbin, Prothrombin time, asites dan ensefalopati . Penentuan fungsi hati
berdasarkan CP dapat membantu untuk memahami derajat kerusakan hati dan hipertensi portal
pada pasien tumor hati yang berhubungan dengan angka survival. Selain itu kriteria ini juga
dapat digunakan untuk menetukan pilihan tindakan akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan
oleh Yakatama menyimpulkan bahwa pasien dengan nilai Child Pugh 5- 6 tidak mempunyai
resiko kematian sedangkan pasien dengan nilai Child 10-15 memiliki resiko kematian sebesar
55% baik yang disebabkan karena komplikasi sirosis hepatis seperti pendarahan gastrointestinal
dan ensefalopati hepatik.
Pada 12 sampel penelitian penderita tumor hati, didapatkan rata-rata skor Child Pugh
penderita tumor hati adalah 10,833 ± 3,242. Pada penelitian juga diketahui bahwa 66,7 % pasien
tumor hati yang memiliki nilai Child 10-15. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa sebagian pasien HCC sering disebabkan oleh sirosis hepatis sebelumnya. Kelemahan
penilaian ini adalah terdapatnya 2 variabel yang merupakan penilain yang bersifat subjektif
hingga saat ini sebagian besar ahli bedah masih menggunakan CP sebagai kriteria penilainan
faktor prognostik pada pasien dengan tumor hati
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menilai fungsi hati adalah
indocyanin green (ICG R-15). Jenis pemeriksaan fungsi hati lain yang digunakan adalah
albumin, billirubbin, hingga Prothrombin time (PT). (American Society Facts and Figures, 2011;
Bosch FX et al, 2004) . Pada penelitian ini peneliti menggunakan ICG R-15 sebagai parameter
penilai fungsi hati dengan menggunakan ICG R-15 didasari oleh karena ICG R-15 tidak
mengalami metabolisme di hati dan pada subjek yang mempunyai fungsi hati yang normal akan
didapat hasil retensi ICG R-15 yang sangat minimal, sedangkan pada subjek yang mengalami
gangguan fungsi hati seperti pada penelitian ini akan didapatkan retensi yang meningkat terhadap
ICG R-15 (Cooke, 1963). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa seluruh sampel penelitian
penderita tumor hati mempunyai nilai ICG R-15 yang meningkat. Rata-rata nilai ICG R-15 pada
penelitian ini adalah 33,583 ± 14,209%, dimana semakin beratnya gangguan fungsi hati dalam
penelitian ini akan terlihat pada peningkatan retensi terhadap ICG
Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen-Fang Lee dkk diketahui bahwa pada
pemeriksan ICG batas nilai 15% disepakati sebagai nilai ambang batas pasien yang akan
dilakukan reseksi mayor hepatotektomi karena dengan nilai tersebut diketahui bahwa terdapat
63% hati yang sehat. Rekomendasi kubota dkk merekomendasikan bahwa maksimun terdapat
60 % jaringan hati yang sehat untuk melakukan reseksi hati. Pada penelitian yang dilakukan
oleh masafumi dkk menyimpulkan bahwa ICG juga dapat digunakan untuk memprediksi angka
ketahanan hidup 10 tahun.
Pemeriksaan fungsi hati yang ideal sampai saat ini belum ditemukan hal ini tidaklah aneh
perioperatif yang aman, mudah dilakukan dan bahkan sebaiknya dapat dilakukan melalui
poliklinik. Pada saat ini pemeriksaan ICG merupakan Gold standar pada pemeriksaan
perioperatif untuk menilai fungsi hati pada pasien dengan tumor hati, namun pemeriksaan ini
tidak mudah untuk dilakukan. Walaupun Child pugh memiliki bias yang tinggi pada pemeriksaan
parameter ensefalopati namun pemeriksaan ini relatif lebih murah dan mudah untuk dilakukan.
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui adanya hubungan yang bermakna antara nilai ICG
R-15 dan skor Child Pugh dengan kekuatan hubungan korelasi positif yang sangat kuat (r=0,964
dan p value 0,001) . Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi skor Child Pugh akan didapatkan
juga retensi ICG yang semakin tinggi. Dengan demikian keduanya merupakan alat penilaian
yang sama baiknya untuk menilai fungsi hati. Sehingga bila ditimbang dari sudut biaya, maka
penilaian fungsi hati dengan menggunakan skor Child Pugh sudah cukup untuk menilai fungsi
hati pada penderita tumor hati.
Kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah sampel yang tidak terlalu besar. Keunggulan
dari penelitian ini adalah didapatnya korelasi yang positif bermakna antara penilaian dengan skor
Child Pugh dan dengan ICG R-15 terhadap penderita tumor hati, sehingga penelitian ini dapat
menjadi acuan untuk memilih pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menilai fungsi hati pada
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Dari penelitian Hubungan Hasil Pemeriksaan Indocyanin Green Retensi 15 menit (ICG
R-15) dengan Skor Child Pugh pada Pasien Tumor Hati di RSUP H Adam Malik pada bulan Juni
2012 sampai dengan Agustus 2012 dijumpai 12 kasus. Kelompok usia terbanyak penderita tumor
hati pada penelitian ini adalah pada kelompok 51 – 60 tahun dengan rata-rata usia penderita
adalah 53 ± 18,25 tahun.
Terdapat korelasi positif bermakna antara hasil pemeriksaan ICG R-15 dengan skor Child
Pugh, dimana semakin meningkatnya retensi ICG pada penderita tumor hati, maka akan
didapatkan juga peningkatan dari skor Child Pugh (p = 0,001).
6.2. Saran
1. Karena penilaian dengan skor Child Pugh relatif sama baiknya dengan pemeriksaan ICG
R-15 untuk menilai fungsi hati pada penderita tumor hati, maka penilaian dengan skor
Child Pugh dapat lebih dipertimbangkan jika dengan pemeriksaan ICG R-15 tidak
tersedia.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai hubungan hasil pemeriksaan ICG R-15
dengan skor Child Pugh pada penderita tumor hati agar didapatkan gambaran subjek
DAFTAR PUSTAKA
Alvarez AM et al, Multimodality Treatment of hepatocellular Carcinoma in a Hepatobiliary
Specialty Center, Arch Surg 1996; 131: p: 292-298.
Bruix J, Sherman M, Management of Hepatocellular Carcinoma. American Association for the
Study of Liver Disease; 2005.
Cholongitas E, Papatheodoridis Gvet al
Cholongitas E et al, Systematic Review: The Model for End-Stage Liver Disease – Should it
Replace Child-pugh’s Classification for Assessing Prognosis in Cirrhosis, Alimentary
Pharmacology and Therapeutics 2005; 22(11): p: 1079-1089.
. 2013 Jan 21;19(3):366-74. doi: 10.3748/wjg.v19.i3.366.
Cherrick GR, Stein SW, Leevy CM, Davidson CS. Indocyanine green: observations on its
physical properties, plasma decay, and hepatic extraction. J Clin Invest 1960;39:592
Cooke AR, Harison DD, Skyring AP, Use of Indocyanine Green as a Test of Liver Function. AM
J Diges Dis 1963; 8(3): p: 244-50.
Dancygier H, Test of Liver Function, Dalam : Dancygier H, penyunting, Clinical Hepatology,
Berlin: Springer 2010: p: 333-343.
Fong Y, Allen PJ, Benign and Malignant Primary Liver Neoplasms, dalam : Zinner MJ, Ashley
SW (ed), Maingot’s Abdominal operations, 11th ed. Boston, Massachussets: Mc
Franco D, Capussotti L, Smadja C, Bouzari H, Meakins J, Kemeny F, et al. Resection of
hepatocellular carcinomas. Results in 72 European patients with cirrhosis.
Gastroenterology 1990;98(3):733–8
Hashem B et al, Diagnosis and Treatment of Hepatocellular Carcinoma, J gastro 2008:p: 02-090.
Hofmann WP, Rädle J, et all
2008 Nov;46(11):1283-9. doi: 10.1055/s-2008-1027624. Epub 2008 Nov 14.
Janecki J,Krawcy, J Labeling with Indocyanine Green of Serum Protein from Normal
Persons and Patients With Acute ViralHepatitisClinical Chemistry December 1970 vol.
16 no. 12 1008-1011
Kim RD et al, Consensus and Controversy in the Management of Hepatocellular Carcinoma, J.
Jamcolisurg 2007: p: 02-025.
Lam CM, Fan ST, Lo CM, Wong J. Major hepatectomy for hepatocellular carcinoma in
patients with an unsatisfactory indocyanine green clearance test. Br J Surg
1999;86(8): 1012–7
Lee CS, Sung JL, Hwang LY, Sheu JC, Chen DS, Lin TY, et al. Surgical treatment of 109
patients with symptomatic and asymptomatic hepatocellular carcinoma. Surgery
Makuuchi M et al, No-Mortality Liver Resection for Hepatocellular Carcinoma in Cirrhotic and
Noncirrhotic Patients, Arch surg 1999: 134: p: 984-992.
Mullin EJ et al, How Much Liver Resection is Too Much?, Am J surg 2005: 190: 87-97.
Masafumi Takata et all, What Patients Can Survive Disease Free After Complete Resection
for Hepatocellular Carcinoma?: A Multivariate Analysis
Nagao T, Inoue S, Goto S, Mizuta T, Omori Y, Kawano N, et al. Hepatic resection for
hepatocellular carcinoma. Clinical features and long-term prognosis. Ann Surg 1987;
205(1):33–40.
Nonami T, Nakao A, Kurokawa T, Inagaki H, Matsushita Y, Sakamoto J, et al. Blood loss
and ICG clearance as best prognostic markers of post-hepatectomy liver failure.
Hepatogastroenterology 1999;46(27):1669–72.
Okuchi O, Kaneko T, Sugimoto H, Inoue S, Takeda S, Nakao A. ICG pulse
spectrophotometry for perioperative liver function in hepatectomy. J Surg Res
2002;103:109–1
Purcell R et al, Indocyanine Green Elimination: A Comparison of The LiMON and Serial Blood
Sampling Methods, ANZ J. Surg 2006: 76: p: 75-77.
Rodes J et al, Textbook of Hepatology from Basic Science to Clinical practise. 2007:1427-1442.
Reisman Y, Gip CH, Lavelle SM. Assessment of liver cirrhosis severity in 1015 patients of
ascites- nutritional state (ANS) related classifications. Euricterus Project Management
Group.Hepatogastroenterology 1997;44(17):1376–84
Santambrogio R, Kluger MD, et al
HPB (Oxford)
Shirabe K, Kanematsu T, Matsumata T, Adachi E, Akazawa K, Sugimachi K. Factors linked . 2013 Jan;15(1):78-84. doi:
to early recurrence of small hepatocellular carcinoma after hepatectomy: univariate
and multivariate analysis. Hepatology 1991;14:802
Schneider PD, Preoperative Assesment of Liver Function, Surg Clin N Am 2004: 84:p: 355-373.
Sheng QS et al, Indocyanine Green Clearence Test and Model for End-Stage Liver Disease
Score of Patients With Liver Cirrhosis, Hepato pancreast Dis int. 2009:8(1):p: 46-49.
Torzilli G, Makuuchi M, Inoue K, Takayama T, Sakamoto Y, Sugawara Y, et al. Nomortality
liver resection for hepatocellular carcinoma in cirrhotic and noncirrhotic patients: is
there a way? A prospective analysis of our approach. Arch Surg 1999;134(9):984–92.
Tsao JI, Asbun HJ, Hughes KS, Abaubara S, August DA, Azurin A, et al. Hepatoma registry
of the Western world. Repeat Hepatic Resection Registry. Cancer Treat Res 1994;
69:21–31
Wakabayashi H, Okada S, Maeba T, Maeta H. Effect of preoperative portal vein
embolization on major hepatectomy for advnced-stage hepatocellular carcinomas in
injured livers: a preliminary report. Jpn J Surg 1997;27:403–10.
Yamanaka N, Okamoto E, Oriyama T, Fujimoto J, Furukawa K, Kawamura E, et al. A
prediction scoring system to select the surgical treatment of liver cancer.Ann Surg
1994;219:342–6.
Yamanaka N, Okamoto E, Kuwata K, Tanaka N. A multiple regression equation for
prediction of posthepatectomy liver failure.Ann Surg 1984;200:658–63
Yamanaka N, Okamoto E, Toyosaka A, Mitsunobu M, Fujihara S, Kato T, et al. Prognostic
Lampiran 1
Tabel bantuan untuk perhitungan korelasi pearson:
Nomor Urut Child pugh
Lampiran 2
Peneliti
Susunan Peneliti
a. Nama Lengkap : dr.Dandi
b. Pangkat /Gol / NIP : Penata muda/III b/ 19760518200912003
c. Jabatan fungsional : Staf Pengajar Departemen Ilmu Bedah
d.Fakultas : Kedokteran
e.Perguruan Tinggi : Universitas Jambi
Pembimbing
a. Nama Lengkap : dr. Budi Irwan SpB-KBD
b. Pangkat/Gol/NIP : penata muda/III b/196712201997031001
c. Jabatan Fungsional : Staf pengajar departemen ilmu bedah
d. Fakultas : Kedokteran
e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
f. Bidang Keahlian : Bedah digestif
Lampiran 3
Naskah Penjelasan kepada Orang Tua / Kerabat Pasien Lainnya
Yth. Bapak / Ibu ...
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Kami dokter Dandi dan kawan – kawan, bertugas
di Departemen Ilmu Bedah FK USU / RSUP H Adam Malik Medan. Saat ini kami sedang
melaksanakan penelitian tentang hubungan hasil pemeriksaan ICG-R15 dengan skor child pugh
yang diderita oleh anak, kerabat Bapak / Ibu.
Bersama ini kami memohon izin kepada Bapak / Ibu orang tua / kerabat dari ___________
________________ untuk melakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak / kerabat Bapak
/ Ibu tersebut. Kami juga memohon izin kepada Bapak / Ibu untuk melakukan pemeriksaan
indocyanin green test.
Persetujuan keikutsertaan Bapak / Ibu terhadap pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan
penelitian ini dituangkan dalam naskah Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP). Demikianlah yang
dapat kami sampaikan, atas perhatian Bapak / Ibu diucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
Peneliti
Lampiran 4
Persetujuan Setelah Penjelasan ( PSP )
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ________________________________
Umur : ________ tahun L/P
Alamat :________________________________
Hubungan dengan pasien : Bapak/Ibu/anak/hubungan kerabat lainnya.
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
Untuk dilakukan pendataan tentang kondisi kesehatan anak/kerabat Bapak/Ibu tersebut. Kami
juga memohon izin kepada Bapak/Ibu untuk melakukan ICG-R 15 terhadap anak/kerabat saya:
Nama : _______________________________umur ___________tahun
Alamat Rumah : ___________________________________________________
Yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta risiko yang dapat
ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Medan,……….2011
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan
Lampiran 5
PERSETUJUAN KOMISI ETIK TENTANG PELAKSANAAN Persetujuan dari Komisi Etika Penelitian
PENELITIAN BIDANG KESEHATAN
Nomor : ………
Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian usulan
penelitian yang berjudul:
HUBUNGAN HASIL PEMERIKSAAN INDOCYANIN GREEN RETENSI 15 MENIT (
ICG-R15 ) DENGAN SKOR CHILD PUGH PADA PASIEN TUMOR HATI DI RSUP.H. ADAM
MALIK MEDAN
Yang menggunakan manusia sebagai subjek penelitian dengan:
Ketua Pelaksanaan / Peneliti Utama : dr.Dandi
Institusi : Departemen Ilmu Bedah FK USU
Dapat disetujui pelaksanaannya selama tidak bertentangan dengan nilai – nilai kemanusiaan dari
kode etik penelitian biomedik.
Medan,……….
Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan
Fakultas Kedokteran USU
( …...………..)
Lampiran 6
Status Pasien
Formulir / Kuisioner
Identitas Pribadi
No.MR: Tanggal: Dilakukan Oleh _____________________
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Usia :
Tempat,Tanggal Lahir :
Alamat Rumah :
Anamnesis
Penyakit liver disease yang dialami pasien:
Hasil Pemeriksaan Indocyanin Green Test
Hasil pemeriksaan Child Pugh
Keluarga
Nama :
Alamat :
No. HP / telp. rumah :