• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Cemaran Bakteri Pada Alat Makan (Mikro Alat)Menggunakan Metode ALT (Angka Lempeng Total) di BTKLPP Kelas I Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemeriksaan Cemaran Bakteri Pada Alat Makan (Mikro Alat)Menggunakan Metode ALT (Angka Lempeng Total) di BTKLPP Kelas I Medan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)
[image:1.595.112.278.136.339.2]

Lampiran 1. Gambar Bahan

[image:1.595.317.472.138.338.2]

Gambar 1. Sampel Gambar 2. Media Nutrient Agar

[image:1.595.327.500.436.551.2]
(2)
[image:2.595.207.419.85.336.2]
(3)

Lampiran

Ga

Gambar 2

n 2. Gamba

ambar 1. In

. Cotton SW ar Alat

nkubator 35o

WAB Ga

o C

(4)
[image:4.595.115.291.85.297.2]

[image:4.595.328.501.155.299.2]
(5)

Lampiran 3. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011

TENTANG

HIGIENE SANITASI JASABOGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang dikelola jasaboga yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi, agar tidak membahayakan kesehatan;

b. bahwa persyaratan higiene sanitasi jasaboga yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Higiene Sanitasi Jasaboga;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

(6)

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Cemaran kimia pada makanan negatif

b. Angka kuman E.coli pada makanan 0/gr contoh makanan c. Angka kuman pada peralatan makan 0 (nol)

(7)

Lampiran 4.Flowsheet

Dipipet 1 mL dari tabung reaksi yang pertama

Dimasukkan kedalam cawan petri yang pertama

Di tuang 10 mL media

Nutrient Agar kedalam cawan petri yang pertama

Dihomogenkan membentuk angka 8

Didiamkan hingga media membeku

Dilakukan hal yang sama untuk sampel selanjutnya Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 35oC dengan keadaan cawan petri dibalik Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri

Sampel alat makan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., Hari, P., dan Adiono. (1987). Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Hal. 88-89.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 37-38, 40.

Gaman, P.M., dan Sherrington, K.B. (1994). Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 226, 232-236, 244-250, 273-274.

Hasyimi. (2010). Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media. Hal. 40, 42-43, 56-60.

Menteri Kesehatan RI. (2011). Permenkes Nomor 1096 tahun 2011 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Menteri Kesehatan RI. Novel, S.S., Wulandari, A.P., Safitri, R. (2010). Praktikum Mikrobiologi Dasar.

Jakarta: Trans Info Media. Hal. 29-31, 52.

Patilaya, P. (2014). Bahan Ajar Analisis Mikrobiologi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Safitri, R.,dan Novel, S.S. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme (Isolasi dan Kultur). Jakarta: Trans Info Media. Hal. 78-79.

Stainer, R.Y., Adelberg, E.A., dan Ingraham, J.L. (1984). Dunia Mikrobe II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Hal. 174-175.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat

Analisis cemaran bakteri pada alat makan (mikro alat) menggunakan

metode angka lempeng total (ALT) dilakukan di Laboratorium Biologi Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I

Medan di jalan KH.Wahid Hasyim No.15 Medan

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan terdiri dari: labu erlenmeyer 500mL, spatula,

neraca analitik, magnetik stirer, autoklaf, kapas, cawan petri, tabung reaksi

bertutup, pipet volum, cotton SWAB, dan inkubator.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari: alat makan, media NA (nutrient

agar), aquadest, NaCl 0,9%.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Preparasi Sampel

a. Disiapkan 5 tabung reaksi bertutup diberi nomor

b. Dimasukkan masing-masing 10 mL NaCl 0.9% steril kedalam tabung

reaksi bertutup

c. Dimasukkan masing-masing 1 biji alat cotton SWAB steril kedalam

(10)

d. Diambil cotton SWAB dari tabung reaksi yang pertama kemudian

goreskan/seka pada permukaan alat makan yang pertama yang akan diuji

dengan membentuk tanda bintang (*)

e. Dimasukkan kembali cotton SWAB tersebut kedalam tabung reaksi yang

pertama

f. Dilakukan hal yang sama untuk tabung reaksi yang berikutnya dan untuk

peralatan makan yang akan diuji berikutnya

3.3.2 Pembuatan Media

a. Ditimbang seksama 20 gram media nutrient agar

b. Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 1000mL

c. Ditambahkan aquadest sampai garis tanda dimasukkan magnetic stirer

d. Dihomogenkan diatas hot plate

e. Ditutup mulut labu erlenmeyerdengan kapas

f. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama ± 1,5 jam

3.3.3 Prosedur Kerja

a. Disiapkan 5 buah cawan petri steril diberi nomor

b. Dipipet 1 mL sampel dari tabung reaksi yang pertama dengan pipet volum

steril

c. Dimasukkan kedalam cawan petri yang pertama

d. Dituang 10 mLmedia nutrient agar kedalam cawan petri yang pertama

yang telah berisi sampel

e. Dihomogenkan dengan membentuk angka 8

f. Didiamkan hingga media membeku

(11)

h. Dibuat blanko

i. Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 35oC dengan keadaan cawan petri

dibalik

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan proses pengujian bakteri terhadap lima sampel alat makan

dengan menggunakan metode angka lempeng total (ALT)yang memenuhi

[image:12.595.116.470.299.576.2]

persyaratan, maka di dapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Analisis Sampel Alat Makan

No. Sampel Jumlah Mikroba

429 0

430 0

431 0

432 0

433 0

Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak

dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan

bantuan mikroskop. Mereka tersebar luas di alam dan dijumpai pula pada pangan.

Beberapa di antaranya, jika terdapat dalam jumlah yang cukup banyak dapat

menyebabkan keracunan makanan (Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran

(13)

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih

hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan

berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan di

hitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).

Dalam metoda penuangan, 1 mL contoh dipindahkan ke dasar cawan dan

dituangkan di atasnya 15-20 mL media agar yang telah didingninkan sampai

45-50oC dan dicampur serata mungkin. Setelah diinkubasi, koloni baik yang tumbuh

di dalam agar atau di permukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling

peka, sampai sejumlah 20 sel/mL dapat dihitung (Buckle, Hari dan Adiono 1985).

Cara pengambilan sampel dengan menggunakan Cotton SWAB atau lidi

yang disetiap ujung nya dibalut dengan kapas tipis cotton SWAB tersebut di

goreskan/seka ke permukaan alat makan dengan membentuk tanda (*) kemudian

cotton SWAB tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%

steril.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 5 Nomor sampel alat makan

menunjukkan bahwa sampel tersebut memenuhi persyaratan dari PERMENKES

RI No 1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa angka kuman pada

peralatan makan 0 (nol). Hal ini berarti proses pencucian dan penyimpanan alat

makan steril. Dalam menghitung jumlah koloni dilakukan dengan mata telanjang

atau tidak menggunakan alat colony counter hal ini disebabkan karena pada

permukaan cawan petri langsung terlihat tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri

melainkan pertumbuhan koloni pengganggu karena pada koloni yang tumbuh

(14)

Akibat kontaminasi bakteri pada alat makan dapat memicu terjadinya

keracunan oleh bakteri staphylococcus dan eschericia coli, gejala intoksikasi yang

paling banyak dilaporkan di Amerika Serikat, dimana setiap tahunnya meliputi 20

% - 50 % dari seluruh keracunan yang disebabkan oleh makanan.Gejala

keracunan ini disebabkan oleh tertelannya suatu toksin yang disebut enterotoksin

yang mungkin terdapat di dalam makanan atau pada alat makan dan diproduksi

oleh bakteri staphylococcusdan E.coli. Toksin ini disebut enterotoksin karena

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kerja praktek dan pembahasan yang telah dilakukan

penulis di BTKLPP Kelas I Medan, maka penulis dapat mengambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

a. Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap ke-5 sampel alat makan,

maka dapat dinyatakan bahwa ke-5 sampel alat makan tersebut

memenuhi syarat yang sesuai dengan standar dari PERMENKES RI

No 1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa cemaran

bakteri pada alat makan adalah nol (0).

b. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan maka disimpulkan bahwa

koloni bakteri berbentuk bulat, agak lebar dan koloni berdiri sendiri

sedangkan koloni dari pengganggu berbentuk kecil dan saling

berhimpitan.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam menjaga kualitas pencucian alat makan tetap dijaga

kesterilannya dengan menghindari kontak langsung pada saat proses pembilasan

untuk alat makan yang sudah tidak layak pakai sebaiknya segera diganti untuk

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianMikrobiologi

Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau

mikroorganisme atau jasad renik.Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan

hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihatdengan mata biasa,

tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan

jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang

dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron (µ), 1 mikron

adalah 0,001 mm.

Mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop dan

tersebar luas di alam dan pangan. Walaupun beberapa pengaruh yang ditimbulkan

oleh mikroorganisme telah diketahui dan dimanfaatkan selama ribuan tahun,

tetapi baru 300 tahun yang lalu organisme mikroskopik terlihat dan dipelajari

pertama kali (Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,

2003).

Adanya mikroba dalam kehidupan manusia di satu sisi memungkinkan

kehidupan berlanjut disertai kualitas hidup yang meningkat. Hal itu disebabkan

mikroba memiliki kemampuan untuk melakukan proses biokimiawi yang

diperlukan bagi kehidupan manusia seperti melakukan dekomposisi bahan organik

dan fermentasi yang memungkinkan dihasilkannya bahan kebutuhan manusia

misalnya roti, tempe, anggur, alkohol, tape, keju, dan yogurt (Tim Mikrobiologi,

(17)

2.2 Pertumbuhan Mikroba

Pertumbuhan mikroba mengandung arti pertambahan volume (besar) tiap

individu mikroba. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Suhu

mempengaruhi laju pertumbuhan, merubah proses metabolik tertentu serta

morfologi (bentuk luar) sel. Kisaran suhu bagi mikroba terbagi 3 tahap yaitu suhu

minimum, maksimum dan optimum. Suhu pertumbuhan optimum adalah suhu

inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang

singkat, yaitu antara 12 s/d 24 jam. Berdasarkan suhu inkubasi (kelompok

fisiologi) bakteri ini, bakteri kelompok ke dalam : psikrofil (suhu 0o-30oC),

mesofil (suhu 25o-40oC), termofil fakultatif (25o-55oC) dan termofil obligat (45o

-75oC) (Hasyimi, 2010).

2.3 Faktor-faktor yang MempengaruhiPertumbuhanMikroorganisme

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme,yaitu(Gaman dan Sherrington, 1994):

a. Waktu

Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi

pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, hampir semua bakteri memperbanyak diri

dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit. Untuk beberapa bakteri,

memiliki waktu generasi, yaitu selang waktu antara pembelahan, dapat mencapai

12 menit.

b. Makanan

Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan menyediakan:

(18)

ii. nitrogen untuk sintesis protein

iii. vitamin dan yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan

iv. mineral

c. Kelembaban

Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan air untuk

mempertahankan hidupnya. Air murni memiliki Aw = 1,0. Aktivitas air untuk

hampir semua pangan segera adalah 0,99, tetapi dapat diturunkan dengan

substansi terlarut seperti gula dan garam.

d. Suhu

Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok

berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya, yaitu:

i. Psikrofil (organisme yang suka dingin) dapat tumbuh baik pada suhu

dibawah 200C; kisaran suhu optimalnya adalah 100C sampai 200C.

ii. Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu

pertumbuhan optimal antara 200C-450C.

iii. Termofil ( organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh baik

pada suhu di atas 450C. Kisaran pertumbuhan optimalnya adalah 500C

sampai 600C.

e. Oksigen

Bakteri diklasifikasikan menjadi empat kelompok menurut keperluan

oksigennya.

i. Aerob obligat hanya dapat tumbuh jika terdapat persediaan oksigen

(19)

ii. Aerob fakultatif tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi juga

dapat tumbuh secara anaerob

iii. Anaerob obligat hanya dapat tumbuh jika tidak ada oksigen

iv. Anaerob fakultatif tumbuh sangat baik jika tidak ada oksigen, tetapi

mereka juga dapat tumbuh secara aerob

f. pH

Hampir semua mikroorganisme tumbuh baik jika pH pangan antara 6,6dan

7,5 (netral). Bakteri, terutama patogen toleransinya terhadap asam lebih kecil bila

dibandingkan dengan jamur dan khamir. Tidak ada bakteri yang dapat tumbuh,

jika pH di bawah 3,5. Oleh karenanya, kerusakan pangan berasam tinggi seperti

buah-buahan biasanya disebabkan oleh khamir dan jamur.

2.4 Medium Pertumbuhan Mikroorganisme

Medium berfungsi untuk mengisolasi, menumbuhkan mikroorganisme,

memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi, dan menghitung jumlah

mikroba. Dalam proses pembuatan medium harus disterilisasi dan menerapkan

metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada medium (Novel dan

Wulandari, 2010).

2.4.1 Jenis Medium Berdasarkan Komposisi Mediumnya

Atas dasar komposisi medium antara lain terbagi atas (Novel dan

Wulandari, 2010):

a. Medium umum, yaitu medium semi sintetik atau alami yang mengandung

nutrisi umum untuk mikroba, contohnya: nutrient broth/NB, nutrient

(20)

agar/PDA dipergunakan untuk mengkultur berbagai jenis jamur atau

fungi.

b. Medium diperkaya, yaitu medium sintetik yang mengandung

komponen-komponen yang berasal dari makhluk hidup, seperti: darah, serum, atau

ekstrak jaringan tumbuhan dan hewan.

c. Medium selektif, yaitu medium sintetik yang ditambahkan zat kimia

tetentu yang dapat mencegah pertumbuhan sekelompok mikroorganisme

tak diinginkan tanpa menghambat pertumbuhan mikroorganisme target.

Contohnya adalah brilliant green lactose bile broth (BGLBB) yang

digunakan dalam penentuan bakteri koli tinja, jenis medium ini dapat

menghambat pertumbuhan bakteri pemfermentasi selain bakteri coliform.

d. Medium diferensial, yaitu medium yang mengandung senyawa kimia

tertentu yang dapat membedakan sifat mikroorganisme tertentu dalam

suatu kultur campuran dari jenis mikroorganisme lainnya karena adanya

perbedaan respon terhadap senyawa kimia. Sebagai contoh adalah eosine

methylene blue (EMB) yang digunakan dalam uji konfirmasi bakteri E.coli

di dalam ujimost probable number (MPN) menampilkan tipe koloni yang

berwarna metalik kehijauan. Sedangkan bakteri enterobacter menunjukkan

warna merah muda tanpa unsur metalik.

2.4.2 Jenis Medium Berdasarkan Komposisi Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, medium terdiri atas(Novel dan Wulandari, 2010):

a. Medium cair

b. Medium semi padat

(21)

Medium padat dan semi padat adalah medium cair yang ditambahkan

bahan pemadat yaitu agar. Agar merupakan ekstrak dari ganggang laut yang

secara kimiawi tersusun dari karbohidrat kompleks dengan monomer galaktosa.

Karena sifatnya sulit dicerna oleh enzim, tidak toksik, dan bersifat padat pada

kisaran suhu 0-8oC. Agar sangat sesuai untuk digunakan sebagai pemadat untuk

digunakan sebagai bahan pemadat untuk medium tumbuh mikroorganisme.

Selain itu, karena sifatnya masih berbentuk cair pada suhu 45oC yang tidak

letal terhadap kebanyakan mikroorganisme, agar dapat digunakan untuk membuat

suspensi mikroorganisme. Suspensi mikroorganisme ini digunakan untuk tujuan

analisis kuantitatif atau isolasi mikroorganisme. Bentuk-bentuk agar padat adalah

(Novel dan Wulandari, 2010):

a. Agar miring (slant agar)

b. Agar diri (deep tube agar)

c. Agar datar (plate agar)

2.4.3 Nutrient Agar

Nutrient agar adalah medium padat untuk pertumbuhan mikroorganisme

yang umum digunakan dalam berbagai kultur mikroorganisme. Ada beberapa

medium agar yang ditumbuhi berbagai jenis bakteri. Beberapa bakteridapat hidup

dalam media yang banyak garam dan protein di dalamnya. Namun nutrient agar

adalah medium standar yang dapat ditumbuhi berbagai jenis bakteri dan

merupakan cara yang baik untuk mulai belajar tentang bagaimana koloni bakteri

(22)
[image:22.595.131.511.112.268.2]

Tabel 2.4.3Tipe mikroorganisme yang dikultur dengan menggunakan nutrient agar(Safitri dan Novel, 2010):

Mikroorganisme Pertumbuhan

Escherichia coli Sangat baik

Staphylococcus aureus Sangat baik

Staphylococcus epidermidis Sangat baik

2.5 Bakteri Bentuk Kokus

Bakteri (tunggal: bakterium) adalah kelompok mikroorganisme yang

sangat penting peranannya, karena beberapa bakteri dapat menguntungkan dan

merugikan. Bakteri dapat dijumpai di udara, air, tanah, usus binatang, lapisan

yang lembab pada mulut, hidung atau tenggorokan, dan permukaan tubuh atau

tumbuhan (Gaman dan Sherrington, 1994).

2.5.1 Genus Staphylococcus

Dalam suasana anaereob, genus staphylokokus dapat mengadakan

fermentasi glukosa menghasilkan asam dan lisis terhadap 200 µg lisostafin

(lysostaphin). Pada keadaan aerob, dapat mengadakan fermentasi gliserol yang

mengandung 0,4 µg eritromisin dengan menghasilkan gas (Tim Mikrobiologi,

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003).

2.5.1.1 Staphylococcus aureus

S.aureus bersifat aerob atau anaerob fakultatif, tes katalase positif dan

tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi

(halofilik), misalnya NaCl 10%. Untuk membiakkan staphylokokus diperlukan

(23)

dari seorang penderita, suhu optimal yang diperlukan adalah 37oC. pH optimal

untuk pertumbuhan s.aureus adalah 7,4. Pada umumnya staphylokokus dapat

tumbuh pada medium-medium yang biasa dipakai di laboratorium bakteriologi

salah satunya adalah:nutrient agar plate (NAP), medium ini penting untuk

mengetahui adanya pembentukan koloni s.aureus yang ditandai dengan

terbentuknya pigmen berwarna kuning emas. Koloni yang tumbuh berbentuk

bulat, berdiameter 1-2mm, konveks dengan tepi rata, permukaan mengkilat dan

konsistensinya lunak, pada umumnyauntuk membiakkan staphylococcus aureus,

perlu medium yang mengandung asam amino dan vitamin-vitamin, misalnya:

threonin, asam nikotinat, dan biotin (Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya, 2003)

2.5.1.2 Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis secara mikroskopis morfologinya tidak dapat

dibedakan dengan staphylococcus aureus. Koloninya bulat, halus pada umumnya

tidak menghasilkan pigmen dan warnanya putih pucat. Perbedaan dengan

Staphylococus aureus adalah pada bakteri ini memberikan hasil negatif pada tes

koagulase, demikian juga untuk tes DNAse dan fermentasi manitol (Tim

Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003)

2.5.2 Genus Eschericia 2.5.2.1 Genus Eschericia coli

E.colilebih sering digunakan sebagai objek dalam penelitian ilmiah

dibandingkan denganmikroorganisme yang lain. Organisme ini merupakan

(24)

saluran kemih dan luka infeksi, pneumonia, meningitis, serta septisemia (Tim

Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003).

2.6 Teknik Penanaman (Inokulasi)

2.6.1 Penanaman Pada Media Padat Berbentuk Plate

Metode tuang (pour plate) dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1

mLatau 0,1 mL larutan tersebut dipipet ke dalam cawan petri menggunakan pipet

1mL atau 1,1 mL. Sebaiknya waktu antara dimulainya pengenceran sampai

menuangkan ke dalam cawan petri tidak boleh lebih lama dari 30 menit (Fardiaz,

1993).

Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara

perlahan untuk menyebarkan sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan

melingkar atau seperti angka delapan, setelah agar memadat, cawan tersebut dapat

diinkubasikan di dalam inkubator dengan posisi terbalik (Fardiaz, 1993).

Inkubasi dilakukan pada suhu dan waktu tertentu sesuai dengan jenis

mikroba yang akan dihitung. Medium agar yang digunakan juga disesuaikan

dengan jenis mikroba yang akan ditumbuhkan. Selama inkubasi, sel-sel yang

masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat terlihat langsung

oleh mata (Fardiaz, 1993).

Setelah diinkubasi, koloni baik yang tumbuh dalam agar atau pada

permukaan agar dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka, sampai

sejumlah 20 sel/mL dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan dalam studi

lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan mendinginkan media

(25)

Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang

bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu dihomogenkan dan biarkan

memadat. Hal ini akan menyebarkan sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar

saja melainkan terendam (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh

dipermukaan yang kaya O2 dan ada yang tumbuh tidak begitu banyak

mengandung oksigen (Novel dan Wulandari, 2010).

2.7 Pencucian Alat-alat Makan

Semua peralatan makan sebaiknya dicuci dengan air yang mengandung

deterjen. Deterjen berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga

seluruh permukaan alat makan menjadi bersih. Deterjen sebagai pengemulsi yang

baik untuk mempertahankan kotoran dalam bentuk suspensi, sehingga lemak dan

kotoran tidak membentuk “scum” (kotoran yang mengapung). Deterjen tidak

boleh bersifat toksin, secara kimiawi stabil dan mudah di hilangkan dengan air

bersih suhu 63oC. Pada suhu tersebut hampir semua kotoran dan lemak dapat

dihilangkan. Jika suhunya lebih tinggi 100oC, protein akan kembali menempel

pada peralatan dan ini tidak dikehendaki (Gaman dan Sherrington, 1994).

Dalam setiap proses pembersihan alat makan, bahan sanitasi yang

digunakan harus mengikuti prosedur umum berikut (Buckle, Hari dan Adiono

1985):

1. Alat makan dicuci sebaik mungkin sehingga tidak ada sisa organik yang

tampak oleh mata. Pencucian ini dapat dibantu dengan menggunakan

deterjen dan apabila bahan ini digunakan harus dibasuh/dibilas secara baik

(26)

2. Lakukan sanitasi. Beberapa contoh dari keadaan sanitasi termasuk

menyiram dengan air panas 80oC selama ½ - 1 menit,

2.7.1 Peralatan

1) Peralatan yang kontak dengan makanan

a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tarapangan (food

grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahayabagi kesehatan.

b) Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau garam

yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan

logam berat beracun seperti :

(1) timah hitam (Pb)

(2) arsenikum (As)

(3) tembaga (Cu)

(4) seng (Zn)

(5) cadmium (Cd)

(6) antimon (Stibium)

(7) dan lain-lain

c) Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan beracun.

d) Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin harus

bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber pencemaran dan

tidak menyebabkan sumber bencana (kecelakaan) (Permenkes, 2011).

2) Wadah penyimpanan makanan

Adapun wadah penyimpanan alat makan yang baik adalah sebagai

(27)

a. Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup

sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk

mencegah pengembunan (kondensasi).

b. Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta makanan

basah dan kering.

c. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang

kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut.

d. Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman eschericia coli (E.coli) dan

kuman lainnya.

Selama proses pembersihan, alat sebaiknya disterilkan. Sterilisasi dapat

dicapai dengan penggunaan panas maupun bahan kimia. Pada mesin pencuci

piring, peralatan disterilkan dengan panas (Gaman dan Sherrington, 1994).

Jika pencucian dilakukan dengan tangan, harus digunakan

sekurang-kurangnya dua bak pencelup. Bak pencelupan pertama berisi air pencuci dengan

deterjen dan bak pencelup kedua berisi air pembilas. Suhu air pembilas sebaiknya

antara 77oC dan 100oC. Piring-piring harus direndam dalam air pembilas dapat

sampai dua menit, tergantung pada suhu air yang dipakai. Bak pencelupan ketiga

yang beirisi air dingin dan desinfektan dianjurkan untuk dipakai (Gaman dan

Sherrington, 1994).

Proses pembilasan memiliki dua fungsi: menghilangkan semua bekas

deterjen dan desinfektan serta membunuh sembarang bakteri yang mungkin

berada pada alat. Suhu harus cukup tinggi untuk memungkinkan alat menjadi

(28)

mikroorganisme yang berbahaya, yang dapat memindahkannya dari satu alat ke

alat yang lain (Gaman dan Sherrington, 1994).

2.8 HitunganCawan

Penghitungan bakteri dapat pula dilakukan dengan penjumlahan koloni

pada cawan, karena suatu sel hidup dipermukaan medium agar akan tumbuh, dan

membentuk koloni yang secara makroskopis dapat dilihat. Cara penghitungan ini

disebut penjumlahan sel hidup, berbeda dengan penjumlahan mikroskopik

langsung dan penghitungan dengan alat elektronik, cara itu hanya mengukur

sel-sel yang dapat tumbuh pada medium dalam cawan yang dipergunakan.

Penjumlahan sel hidup merupakan metode yang paling peka untuk menaksir

jumlah bakteri, karena satu sel pun yang hidup di dalam suspense itu dapat

diketahui (Stanier dan Adelberg, 1984).

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih

hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan

berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan di hitung

dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan

cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik karena (Fardiaz,

1993):

a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung

(29)

c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni

yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai

penampakan pertumbuhan spesifik

Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode hitungan cawan juga

mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut (Fardiaz, 1993):

a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena

beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.

b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai

yang berbeda.

c. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat

dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.

d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relative lama sehingga

pertumbuhan koloni dapat dihitung.

Hal yang paling sering dan banyak digunakan adalah prosedur perhitungan

dengan penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau

bahan pangan homongen diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrient agar

dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Keuntungan lain

adalah kemungkinan untuk mengetahui berbagai jenis organisme yang berada

dalam contoh dari perbedaan bentuk koloni yang tumbuh dan kemungkinan

mengisolasi tipe koloni yang paling dominan untuk identifikasi taksonomi

(30)

2.9 Standar Perhitungan

Perhitungan suatu hasil analisis mikrobiologi digunakan standar yang

disebut “ standard plate count” (SPC), yang menjelaskan cara memilih data yang

ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu contoh. Cara menghitung

koloni pada cawan adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1993):

1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

antara 30 dan 300

2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan

koloni yang besar dimana jumlah koloni nya diragukan, dapat dihitung

sebagai satu koloni

3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I

Medan adalah salah satu unit pelaksana teknis (UPT) dibidang pelayanan

kesehatan lingkungan yang secara teknis dibina oleh Direktorat Jendral PP-PL

yang membidangi teknis penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan di

Indonesia. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BTKLPP) mempunyai tugas melaksanakan pemecahan masalah dibidang

kesehatan lingkungan, melalui pengkajian dampak kesehatan lingkungan,

penafsiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang kesehatan

lingkungan dan pembangunan tepat guna di bidang kesehatan lingkungan.

Dalam mewujudkan kesehatan yang optimal, ada beberapa hal yang

mempengaruhi, antara lain adalah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

keturunan. Lingkungan merupakan hal yangmempengaruhi derajat kesehatan

manusia sehingga pemerintah melalui Direktorat Penanggulangan Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

berupaya keras untuk menekan angka kesakitan dan kematian yang bersumber

dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan kualitas

lingkungan serta pengawasan terhadap kesehatan lingkungan.Perwujudan kualitas

lingkungan yang sehat dijelaskan dalam Undang-Undang Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yaitu melalui upaya kesehatan

(32)

fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Analisis bakteri dalam rangka menjamin mutu produk farmasi dan

makanan serta sebagai data pendukung dalam terapi pengobatan tidak terlepas

dari perkembangan teknik inokulasi yang memungkinkan untuk memperoleh

biakan murni dari bakteri tertentu.Biakan murni digunakan untuk menentukan

bakteri spesifik yang mengkontaminasi produk dan penyebab penyakit tertentu

melalui berbagai metode pengujian (Patilaya, 2014).

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui :

a. apakah pencemaran bakteri pada alat makan dengan metode angka

lempeng total (ALT) memenuhi standar dari PERMENKES RI No

1096/MENKES/PER/VI/2011.

b. perbedaan koloni dari bakteri dan koloni dari pengganggu

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini agar dapat meningkatkan atau

mempertahankan kualitas pencucian alat makan dan untuk menambah

pengetahuan pembaca dalam membedakan koloni dari bakteri dan koloni

(33)

PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI PADA ALAT MAKAN (MIKRO ALAT) MENGGUNAKAN METODE ALT

(ANGKA LEMPENG TOTAL) DI BTKLPP KELAS I MEDAN

ABSTRAK

Peralatan makan harus dicuci secara teratur dengan air yang mengandung deterjen. Deterjen berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga

seluruh permukaan bersih dan dicuci dengan air bersuhu 63oC. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pencemaran bakteri pada peralatan makan.

Metode yang digunakan adalah metode angka lempeng total (ALT),

menggunakan media nutrient agar (NA) dan diinkubasi selama 2x24 jam pada

suhu 35oC. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cotton SWAB

steril. Hasil dari pengamatan terhadap lima nomor sampel pada cawan adalah 0 cfu tiap masing-masing nomor sampel. Dari hasil yang diperoleh terhadap jumlah angka lempeng total masih memenuhi standar dari peraturan PERMENKES RI No1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa angka kuman pada peralatan makan 0 (nol).

(34)

PEMER

(M

(ANGK

RIKSAAN

MIKRO A

KA LEMP

P

AN

UN

N CEMAR

ALAT) M

PENG TO

T

LILY

N

ROGRAM

ALIS FA

FAK

NIVERSIT

RAN BAK

MENGGU

OTAL) DI

TUGAS A

OLEH

ANAWA

NIM 1324

M STUDI

ARMASI D

KULTAS F

TAS SUM

MEDA

2016

KTERI P

NAKAN

I BTKLP

AKHIR

H:

ARI BARU

410087

I DIPLOM

DAN MA

FARMAS

MATERA

AN

6

PADA AL

METOD

PP KELA

US

MA III

AKANAN

SI

UTARA

LAT MAK

E ALT

AS I MEDA

KAN

(35)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI PADA ALAT

MAKAN(MIKRO ALAT) MENGGUNAKAN METODE ALT

(ANGKA LEMPENG TOTAL) DI BTKLPP KELAS I MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

LILY ANAWARI BARUS NIM 132410087

Medan, Agustus 2016

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt.

NIP 197806032005012004

Disahkan Oleh : Dekan ,

Dr. Masfria, M.S., Apt.

(36)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir yang berjudul “Pemeriksaan Cemaran Bakteri Pada Alat Makan

(Mikro Alat) di BTKLPP Kelas I Medan” dengan baik dan sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan

berdasarkan yang penulis lakukan pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) di

Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BTKLPP) Kelas I Medan.

Teramat khusus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada yang tercinta Ayahanda Jiwa Barus yang selalu memberikan semangat dan

dukungan yang penuh dalam menyelesaikan tugas akhir ini serta tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada (Almh) Ibunda Nurmina Tarigan karena beliau

penulis selalu semangat untuk terus berjuang mencapai gelar Ahli Madya penulis.

Terima kasih untuk semua dukungan moral dan material yang diberikan kepada

penulis.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat saran,

dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang

merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat

membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan

tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Penulis menyadari bahwa tugas

(37)

karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt.,selaku Dekan Fakultas Farmasi USU yang

telah menyetujui penulis dalam melaksanakan PKL di Instalasi terkait.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang telah memberikan

pengarahan PKL kepada penulis.

3. Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing

PKL yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

petunjuk dan saran kepada penulis.

4. Ibu Khairunnisa, S.Si, M.Pharm, Ph.D., Apt., selaku Dosen Penasehat

akademik yang telah memberi petunjuk kepada penulis selama masa

perkuliahan.

5. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., selaku Kepala Instalasi Diklat

BTKLPP Kelas I Medan dan selaku pembimbing lapangan yang telah

memberikan waktu dalam pengerjaan Tugas Akhir di BTKLPP Kelas I

Medan.

6. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

7. Adik saya Ida Barus yang telah memberikan dukungan dalam

menyelesaikan tugas akhir ini dan selalu memberi semangat kepada

penulis.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu ada dalam suka dan duka yaitu:

(38)

kasih buat persahabatan yang tulus yang telah terjalin selama ini dan

terima kasih buat segala bantuan semangat dan dukungan yang diberikan

dalam penyelesaian tugas akhir ini maupun dalam kuliah selama ini

9. Seluruhteman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, namanya namun tidak mengurangi keberadaan mereka.

Terima kasih banyak atas dukungan dan doa serta motivasi yang telah

diberikan

10.Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak

tercantum namanya.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.

Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharap kritik

dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan semua pihak yang memerlukannya, serta semoga doa dan budi baik

semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Agustus 2016 Penulis

(39)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lily Anawari Barus

NIM : 132410087

Judul Tugas Akhir : Pemeriksaan Cemaran Bakteri Pada Alat Makan (Mikro

Alat) Menggunakan Metode ALT (Angka Lempeng Total)

Di BTKLPP Kelas I Medan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan

hasil pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri.jika terdapat karya orang

lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian

hari terdapat penyimpangan dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Sumatera

Utara.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Medan, 15 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

Lily Anawari Barus

(40)

PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI PADA ALAT MAKAN (MIKRO ALAT) MENGGUNAKAN METODE ALT

(ANGKA LEMPENG TOTAL) DI BTKLPP KELAS I MEDAN

ABSTRAK

Peralatan makan harus dicuci secara teratur dengan air yang mengandung deterjen. Deterjen berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga seluruh permukaan bersih dan dicuci dengan air bersuhu 63oC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencemaran bakteri pada peralatan makan.

Metode yang digunakan adalah metode angka lempeng total (ALT), menggunakan media nutrient agar (NA) dan diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 35oC. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cotton SWAB steril. Hasil dari pengamatan terhadap lima nomor sampel pada cawan adalah 0 cfu tiap masing-masing nomor sampel. Dari hasil yang diperoleh terhadap jumlah angka lempeng total masih memenuhi standar dari peraturan PERMENKES RI No1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa angka kuman pada peralatan makan 0 (nol).

(41)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

1.2.1Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Pengertian Mikrobiologi ... 3

2.2 Pertumbuhan Mikroba ... 4

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme ... 4

2.4 Medium Pertumbuhan Mikroorganisme ... 6

2.4.1 Jenis Medium Berdasarkan Komposisi Mediumnya ... 6

(42)

KomposisiBentuknya ... 7

2.4.3 Nutrient Agar ... 8

2.5 Bakteri Bentuk Kokus ... 9

2.5.1 Genus Staphylococcus ... 9

2.5.1.1 Staphylococcus Aureus ... 9

2.5.1.2 Staphylococcus Epidermis ... 10

2.5.2 Genus Eschericia ... 10

2.5.2.1 Genus Eschericia Coli ... 10

2.6Teknik Penanaman (Inokulasi) ... 10

2.6.1 Penanaman Pada Media Padat Berbentuk Plate ... 10

2.7 Pencucian Alat-Alat Makan ... 11

2.7.1 Peralatan ... 12

2.8 Hitungan Cawan ... 14

2.9 Standar Perhitungan ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Tempat ... 17

3.2Alat dan Bahan ... 17

3.2.1 Alat ... 17

3.2.2 Bahan ... 17

3.3Prosedur Penelitian ... 17

3.3.1 Preparasi Sampel ... 17

3.3.2 Pembuatan Media ... 18

3.3.3 Prosedur Kerja ... 18

(43)

4.1 Hasil Dan Pembahasan ... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23

(44)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tipe Mikroorganisme yang Dikultur dengan Menggunakan

Nutrient Agar ... 8

(45)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 GambarBahan ... 25

2 GambarAlat ... 27

3 PERMENKES RINo 1096/MENKES/PER/VI/2011 ... 29

Gambar

Gambar 1.  Sampel
Gambar 5.  NaCl Steril 0,9 %
Gambar 5.  Colony Counter
Tabel 4.1 Hasil Analisis Sampel Alat Makan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni

Setelah diinkubasi, pada kontrol positif, sampel 2 (koloni 1 dan 2), dan sampel 3 (koloni 1) menunjukkan hasil positif, ditandai dengan adanya perubahan warna media dari

Pada pengujian kontrol dengan media PCA tanpa sampel tidak ditemukan koloni di dalam media tersebut yang menunjukkan bahwa media yang dipakai pada pengujian

Uji angka lempeng total bertujuan untuk melihat pertumbuhan bakteri mesofil aerob yang diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24-48 jam. Pengujian lempeng total

Metode: Pengujian Angka Lempeng Total pada sampel minuman es thai tea dilakukan sesuai dengan ketetapan yang tercantum dalam SNI-19-2897-1992 dengan metode hitungan

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni

Sediaan B adalah tablet yang mengandung jumlah koloni bakteri > 50 juta CFU atau 5 x 10 7 CFU/tablet dengan berat tiap tablet adalah 250 mg karena tablet yang

Standarisasi dilakukan dengan cara melakukan perhitungan koloni bakteri pada cawan petri yang sama dengan 3 kali perhitungan yaitu dihitung tanpa menggunakan peralatan, menggunakan SI