Lampiran 1. Gambar Bahan
[image:1.595.317.472.138.338.2]Gambar 1. Sampel Gambar 2. Media Nutrient Agar
[image:1.595.327.500.436.551.2]Lampiran
Ga
Gambar 2
n 2. Gamba
ambar 1. In
. Cotton SW ar Alat
nkubator 35o
WAB Ga
o C
[image:4.595.328.501.155.299.2]
Lampiran 3. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011
TENTANG
HIGIENE SANITASI JASABOGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang dikelola jasaboga yang tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi, agar tidak membahayakan kesehatan;
b. bahwa persyaratan higiene sanitasi jasaboga yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Higiene Sanitasi Jasaboga;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Cemaran kimia pada makanan negatif
b. Angka kuman E.coli pada makanan 0/gr contoh makanan c. Angka kuman pada peralatan makan 0 (nol)
Lampiran 4.Flowsheet
Dipipet 1 mL dari tabung reaksi yang pertama
Dimasukkan kedalam cawan petri yang pertama
Di tuang 10 mL media
Nutrient Agar kedalam cawan petri yang pertama
Dihomogenkan membentuk angka 8
Didiamkan hingga media membeku
Dilakukan hal yang sama untuk sampel selanjutnya Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 35oC dengan keadaan cawan petri dibalik Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri
Sampel alat makan
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., Hari, P., dan Adiono. (1987). Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Hal. 88-89.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 37-38, 40.
Gaman, P.M., dan Sherrington, K.B. (1994). Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 226, 232-236, 244-250, 273-274.
Hasyimi. (2010). Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media. Hal. 40, 42-43, 56-60.
Menteri Kesehatan RI. (2011). Permenkes Nomor 1096 tahun 2011 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Jakarta: Menteri Kesehatan RI. Novel, S.S., Wulandari, A.P., Safitri, R. (2010). Praktikum Mikrobiologi Dasar.
Jakarta: Trans Info Media. Hal. 29-31, 52.
Patilaya, P. (2014). Bahan Ajar Analisis Mikrobiologi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Safitri, R.,dan Novel, S.S. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme (Isolasi dan Kultur). Jakarta: Trans Info Media. Hal. 78-79.
Stainer, R.Y., Adelberg, E.A., dan Ingraham, J.L. (1984). Dunia Mikrobe II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Hal. 174-175.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat
Analisis cemaran bakteri pada alat makan (mikro alat) menggunakan
metode angka lempeng total (ALT) dilakukan di Laboratorium Biologi Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I
Medan di jalan KH.Wahid Hasyim No.15 Medan
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan terdiri dari: labu erlenmeyer 500mL, spatula,
neraca analitik, magnetik stirer, autoklaf, kapas, cawan petri, tabung reaksi
bertutup, pipet volum, cotton SWAB, dan inkubator.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari: alat makan, media NA (nutrient
agar), aquadest, NaCl 0,9%.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi Sampel
a. Disiapkan 5 tabung reaksi bertutup diberi nomor
b. Dimasukkan masing-masing 10 mL NaCl 0.9% steril kedalam tabung
reaksi bertutup
c. Dimasukkan masing-masing 1 biji alat cotton SWAB steril kedalam
d. Diambil cotton SWAB dari tabung reaksi yang pertama kemudian
goreskan/seka pada permukaan alat makan yang pertama yang akan diuji
dengan membentuk tanda bintang (*)
e. Dimasukkan kembali cotton SWAB tersebut kedalam tabung reaksi yang
pertama
f. Dilakukan hal yang sama untuk tabung reaksi yang berikutnya dan untuk
peralatan makan yang akan diuji berikutnya
3.3.2 Pembuatan Media
a. Ditimbang seksama 20 gram media nutrient agar
b. Dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 1000mL
c. Ditambahkan aquadest sampai garis tanda dimasukkan magnetic stirer
d. Dihomogenkan diatas hot plate
e. Ditutup mulut labu erlenmeyerdengan kapas
f. Disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama ± 1,5 jam
3.3.3 Prosedur Kerja
a. Disiapkan 5 buah cawan petri steril diberi nomor
b. Dipipet 1 mL sampel dari tabung reaksi yang pertama dengan pipet volum
steril
c. Dimasukkan kedalam cawan petri yang pertama
d. Dituang 10 mLmedia nutrient agar kedalam cawan petri yang pertama
yang telah berisi sampel
e. Dihomogenkan dengan membentuk angka 8
f. Didiamkan hingga media membeku
h. Dibuat blanko
i. Diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 35oC dengan keadaan cawan petri
dibalik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan proses pengujian bakteri terhadap lima sampel alat makan
dengan menggunakan metode angka lempeng total (ALT)yang memenuhi
[image:12.595.116.470.299.576.2]persyaratan, maka di dapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Analisis Sampel Alat Makan
No. Sampel Jumlah Mikroba
429 0
430 0
431 0
432 0
433 0
Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.
Mikroorganisme itu sangat kecil, biasanya bersel tunggal, secara individual tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan
bantuan mikroskop. Mereka tersebar luas di alam dan dijumpai pula pada pangan.
Beberapa di antaranya, jika terdapat dalam jumlah yang cukup banyak dapat
menyebabkan keracunan makanan (Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan di
hitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 1993).
Dalam metoda penuangan, 1 mL contoh dipindahkan ke dasar cawan dan
dituangkan di atasnya 15-20 mL media agar yang telah didingninkan sampai
45-50oC dan dicampur serata mungkin. Setelah diinkubasi, koloni baik yang tumbuh
di dalam agar atau di permukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling
peka, sampai sejumlah 20 sel/mL dapat dihitung (Buckle, Hari dan Adiono 1985).
Cara pengambilan sampel dengan menggunakan Cotton SWAB atau lidi
yang disetiap ujung nya dibalut dengan kapas tipis cotton SWAB tersebut di
goreskan/seka ke permukaan alat makan dengan membentuk tanda (*) kemudian
cotton SWAB tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%
steril.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 5 Nomor sampel alat makan
menunjukkan bahwa sampel tersebut memenuhi persyaratan dari PERMENKES
RI No 1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa angka kuman pada
peralatan makan 0 (nol). Hal ini berarti proses pencucian dan penyimpanan alat
makan steril. Dalam menghitung jumlah koloni dilakukan dengan mata telanjang
atau tidak menggunakan alat colony counter hal ini disebabkan karena pada
permukaan cawan petri langsung terlihat tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri
melainkan pertumbuhan koloni pengganggu karena pada koloni yang tumbuh
Akibat kontaminasi bakteri pada alat makan dapat memicu terjadinya
keracunan oleh bakteri staphylococcus dan eschericia coli, gejala intoksikasi yang
paling banyak dilaporkan di Amerika Serikat, dimana setiap tahunnya meliputi 20
% - 50 % dari seluruh keracunan yang disebabkan oleh makanan.Gejala
keracunan ini disebabkan oleh tertelannya suatu toksin yang disebut enterotoksin
yang mungkin terdapat di dalam makanan atau pada alat makan dan diproduksi
oleh bakteri staphylococcusdan E.coli. Toksin ini disebut enterotoksin karena
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek dan pembahasan yang telah dilakukan
penulis di BTKLPP Kelas I Medan, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap ke-5 sampel alat makan,
maka dapat dinyatakan bahwa ke-5 sampel alat makan tersebut
memenuhi syarat yang sesuai dengan standar dari PERMENKES RI
No 1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa cemaran
bakteri pada alat makan adalah nol (0).
b. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan maka disimpulkan bahwa
koloni bakteri berbentuk bulat, agak lebar dan koloni berdiri sendiri
sedangkan koloni dari pengganggu berbentuk kecil dan saling
berhimpitan.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam menjaga kualitas pencucian alat makan tetap dijaga
kesterilannya dengan menghindari kontak langsung pada saat proses pembilasan
untuk alat makan yang sudah tidak layak pakai sebaiknya segera diganti untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PengertianMikrobiologi
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganisme atau jasad renik.Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan
hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihatdengan mata biasa,
tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan
jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang
dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron (µ), 1 mikron
adalah 0,001 mm.
Mikroorganisme hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop dan
tersebar luas di alam dan pangan. Walaupun beberapa pengaruh yang ditimbulkan
oleh mikroorganisme telah diketahui dan dimanfaatkan selama ribuan tahun,
tetapi baru 300 tahun yang lalu organisme mikroskopik terlihat dan dipelajari
pertama kali (Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
2003).
Adanya mikroba dalam kehidupan manusia di satu sisi memungkinkan
kehidupan berlanjut disertai kualitas hidup yang meningkat. Hal itu disebabkan
mikroba memiliki kemampuan untuk melakukan proses biokimiawi yang
diperlukan bagi kehidupan manusia seperti melakukan dekomposisi bahan organik
dan fermentasi yang memungkinkan dihasilkannya bahan kebutuhan manusia
misalnya roti, tempe, anggur, alkohol, tape, keju, dan yogurt (Tim Mikrobiologi,
2.2 Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan mikroba mengandung arti pertambahan volume (besar) tiap
individu mikroba. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Suhu
mempengaruhi laju pertumbuhan, merubah proses metabolik tertentu serta
morfologi (bentuk luar) sel. Kisaran suhu bagi mikroba terbagi 3 tahap yaitu suhu
minimum, maksimum dan optimum. Suhu pertumbuhan optimum adalah suhu
inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode waktu yang
singkat, yaitu antara 12 s/d 24 jam. Berdasarkan suhu inkubasi (kelompok
fisiologi) bakteri ini, bakteri kelompok ke dalam : psikrofil (suhu 0o-30oC),
mesofil (suhu 25o-40oC), termofil fakultatif (25o-55oC) dan termofil obligat (45o
-75oC) (Hasyimi, 2010).
2.3 Faktor-faktor yang MempengaruhiPertumbuhanMikroorganisme
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme,yaitu(Gaman dan Sherrington, 1994):
a. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, hampir semua bakteri memperbanyak diri
dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit. Untuk beberapa bakteri,
memiliki waktu generasi, yaitu selang waktu antara pembelahan, dapat mencapai
12 menit.
b. Makanan
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan menyediakan:
ii. nitrogen untuk sintesis protein
iii. vitamin dan yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan
iv. mineral
c. Kelembaban
Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan air untuk
mempertahankan hidupnya. Air murni memiliki Aw = 1,0. Aktivitas air untuk
hampir semua pangan segera adalah 0,99, tetapi dapat diturunkan dengan
substansi terlarut seperti gula dan garam.
d. Suhu
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya, yaitu:
i. Psikrofil (organisme yang suka dingin) dapat tumbuh baik pada suhu
dibawah 200C; kisaran suhu optimalnya adalah 100C sampai 200C.
ii. Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu
pertumbuhan optimal antara 200C-450C.
iii. Termofil ( organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh baik
pada suhu di atas 450C. Kisaran pertumbuhan optimalnya adalah 500C
sampai 600C.
e. Oksigen
Bakteri diklasifikasikan menjadi empat kelompok menurut keperluan
oksigennya.
i. Aerob obligat hanya dapat tumbuh jika terdapat persediaan oksigen
ii. Aerob fakultatif tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi juga
dapat tumbuh secara anaerob
iii. Anaerob obligat hanya dapat tumbuh jika tidak ada oksigen
iv. Anaerob fakultatif tumbuh sangat baik jika tidak ada oksigen, tetapi
mereka juga dapat tumbuh secara aerob
f. pH
Hampir semua mikroorganisme tumbuh baik jika pH pangan antara 6,6dan
7,5 (netral). Bakteri, terutama patogen toleransinya terhadap asam lebih kecil bila
dibandingkan dengan jamur dan khamir. Tidak ada bakteri yang dapat tumbuh,
jika pH di bawah 3,5. Oleh karenanya, kerusakan pangan berasam tinggi seperti
buah-buahan biasanya disebabkan oleh khamir dan jamur.
2.4 Medium Pertumbuhan Mikroorganisme
Medium berfungsi untuk mengisolasi, menumbuhkan mikroorganisme,
memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi, dan menghitung jumlah
mikroba. Dalam proses pembuatan medium harus disterilisasi dan menerapkan
metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada medium (Novel dan
Wulandari, 2010).
2.4.1 Jenis Medium Berdasarkan Komposisi Mediumnya
Atas dasar komposisi medium antara lain terbagi atas (Novel dan
Wulandari, 2010):
a. Medium umum, yaitu medium semi sintetik atau alami yang mengandung
nutrisi umum untuk mikroba, contohnya: nutrient broth/NB, nutrient
agar/PDA dipergunakan untuk mengkultur berbagai jenis jamur atau
fungi.
b. Medium diperkaya, yaitu medium sintetik yang mengandung
komponen-komponen yang berasal dari makhluk hidup, seperti: darah, serum, atau
ekstrak jaringan tumbuhan dan hewan.
c. Medium selektif, yaitu medium sintetik yang ditambahkan zat kimia
tetentu yang dapat mencegah pertumbuhan sekelompok mikroorganisme
tak diinginkan tanpa menghambat pertumbuhan mikroorganisme target.
Contohnya adalah brilliant green lactose bile broth (BGLBB) yang
digunakan dalam penentuan bakteri koli tinja, jenis medium ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pemfermentasi selain bakteri coliform.
d. Medium diferensial, yaitu medium yang mengandung senyawa kimia
tertentu yang dapat membedakan sifat mikroorganisme tertentu dalam
suatu kultur campuran dari jenis mikroorganisme lainnya karena adanya
perbedaan respon terhadap senyawa kimia. Sebagai contoh adalah eosine
methylene blue (EMB) yang digunakan dalam uji konfirmasi bakteri E.coli
di dalam ujimost probable number (MPN) menampilkan tipe koloni yang
berwarna metalik kehijauan. Sedangkan bakteri enterobacter menunjukkan
warna merah muda tanpa unsur metalik.
2.4.2 Jenis Medium Berdasarkan Komposisi Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, medium terdiri atas(Novel dan Wulandari, 2010):
a. Medium cair
b. Medium semi padat
Medium padat dan semi padat adalah medium cair yang ditambahkan
bahan pemadat yaitu agar. Agar merupakan ekstrak dari ganggang laut yang
secara kimiawi tersusun dari karbohidrat kompleks dengan monomer galaktosa.
Karena sifatnya sulit dicerna oleh enzim, tidak toksik, dan bersifat padat pada
kisaran suhu 0-8oC. Agar sangat sesuai untuk digunakan sebagai pemadat untuk
digunakan sebagai bahan pemadat untuk medium tumbuh mikroorganisme.
Selain itu, karena sifatnya masih berbentuk cair pada suhu 45oC yang tidak
letal terhadap kebanyakan mikroorganisme, agar dapat digunakan untuk membuat
suspensi mikroorganisme. Suspensi mikroorganisme ini digunakan untuk tujuan
analisis kuantitatif atau isolasi mikroorganisme. Bentuk-bentuk agar padat adalah
(Novel dan Wulandari, 2010):
a. Agar miring (slant agar)
b. Agar diri (deep tube agar)
c. Agar datar (plate agar)
2.4.3 Nutrient Agar
Nutrient agar adalah medium padat untuk pertumbuhan mikroorganisme
yang umum digunakan dalam berbagai kultur mikroorganisme. Ada beberapa
medium agar yang ditumbuhi berbagai jenis bakteri. Beberapa bakteridapat hidup
dalam media yang banyak garam dan protein di dalamnya. Namun nutrient agar
adalah medium standar yang dapat ditumbuhi berbagai jenis bakteri dan
merupakan cara yang baik untuk mulai belajar tentang bagaimana koloni bakteri
Tabel 2.4.3Tipe mikroorganisme yang dikultur dengan menggunakan nutrient agar(Safitri dan Novel, 2010):
Mikroorganisme Pertumbuhan
Escherichia coli Sangat baik
Staphylococcus aureus Sangat baik
Staphylococcus epidermidis Sangat baik
2.5 Bakteri Bentuk Kokus
Bakteri (tunggal: bakterium) adalah kelompok mikroorganisme yang
sangat penting peranannya, karena beberapa bakteri dapat menguntungkan dan
merugikan. Bakteri dapat dijumpai di udara, air, tanah, usus binatang, lapisan
yang lembab pada mulut, hidung atau tenggorokan, dan permukaan tubuh atau
tumbuhan (Gaman dan Sherrington, 1994).
2.5.1 Genus Staphylococcus
Dalam suasana anaereob, genus staphylokokus dapat mengadakan
fermentasi glukosa menghasilkan asam dan lisis terhadap 200 µg lisostafin
(lysostaphin). Pada keadaan aerob, dapat mengadakan fermentasi gliserol yang
mengandung 0,4 µg eritromisin dengan menghasilkan gas (Tim Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003).
2.5.1.1 Staphylococcus aureus
S.aureus bersifat aerob atau anaerob fakultatif, tes katalase positif dan
tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi
(halofilik), misalnya NaCl 10%. Untuk membiakkan staphylokokus diperlukan
dari seorang penderita, suhu optimal yang diperlukan adalah 37oC. pH optimal
untuk pertumbuhan s.aureus adalah 7,4. Pada umumnya staphylokokus dapat
tumbuh pada medium-medium yang biasa dipakai di laboratorium bakteriologi
salah satunya adalah:nutrient agar plate (NAP), medium ini penting untuk
mengetahui adanya pembentukan koloni s.aureus yang ditandai dengan
terbentuknya pigmen berwarna kuning emas. Koloni yang tumbuh berbentuk
bulat, berdiameter 1-2mm, konveks dengan tepi rata, permukaan mengkilat dan
konsistensinya lunak, pada umumnyauntuk membiakkan staphylococcus aureus,
perlu medium yang mengandung asam amino dan vitamin-vitamin, misalnya:
threonin, asam nikotinat, dan biotin (Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, 2003)
2.5.1.2 Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis secara mikroskopis morfologinya tidak dapat
dibedakan dengan staphylococcus aureus. Koloninya bulat, halus pada umumnya
tidak menghasilkan pigmen dan warnanya putih pucat. Perbedaan dengan
Staphylococus aureus adalah pada bakteri ini memberikan hasil negatif pada tes
koagulase, demikian juga untuk tes DNAse dan fermentasi manitol (Tim
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003)
2.5.2 Genus Eschericia 2.5.2.1 Genus Eschericia coli
E.colilebih sering digunakan sebagai objek dalam penelitian ilmiah
dibandingkan denganmikroorganisme yang lain. Organisme ini merupakan
saluran kemih dan luka infeksi, pneumonia, meningitis, serta septisemia (Tim
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2003).
2.6 Teknik Penanaman (Inokulasi)
2.6.1 Penanaman Pada Media Padat Berbentuk Plate
Metode tuang (pour plate) dari pengenceran yang dikehendaki, sebanyak 1
mLatau 0,1 mL larutan tersebut dipipet ke dalam cawan petri menggunakan pipet
1mL atau 1,1 mL. Sebaiknya waktu antara dimulainya pengenceran sampai
menuangkan ke dalam cawan petri tidak boleh lebih lama dari 30 menit (Fardiaz,
1993).
Segera setelah penuangan, cawan petri digerakkan di atas meja secara
perlahan untuk menyebarkan sel mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan
melingkar atau seperti angka delapan, setelah agar memadat, cawan tersebut dapat
diinkubasikan di dalam inkubator dengan posisi terbalik (Fardiaz, 1993).
Inkubasi dilakukan pada suhu dan waktu tertentu sesuai dengan jenis
mikroba yang akan dihitung. Medium agar yang digunakan juga disesuaikan
dengan jenis mikroba yang akan ditumbuhkan. Selama inkubasi, sel-sel yang
masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat terlihat langsung
oleh mata (Fardiaz, 1993).
Setelah diinkubasi, koloni baik yang tumbuh dalam agar atau pada
permukaan agar dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka, sampai
sejumlah 20 sel/mL dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan dalam studi
lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan mendinginkan media
Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang
bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu dihomogenkan dan biarkan
memadat. Hal ini akan menyebarkan sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar
saja melainkan terendam (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh
dipermukaan yang kaya O2 dan ada yang tumbuh tidak begitu banyak
mengandung oksigen (Novel dan Wulandari, 2010).
2.7 Pencucian Alat-alat Makan
Semua peralatan makan sebaiknya dicuci dengan air yang mengandung
deterjen. Deterjen berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga
seluruh permukaan alat makan menjadi bersih. Deterjen sebagai pengemulsi yang
baik untuk mempertahankan kotoran dalam bentuk suspensi, sehingga lemak dan
kotoran tidak membentuk “scum” (kotoran yang mengapung). Deterjen tidak
boleh bersifat toksin, secara kimiawi stabil dan mudah di hilangkan dengan air
bersih suhu 63oC. Pada suhu tersebut hampir semua kotoran dan lemak dapat
dihilangkan. Jika suhunya lebih tinggi 100oC, protein akan kembali menempel
pada peralatan dan ini tidak dikehendaki (Gaman dan Sherrington, 1994).
Dalam setiap proses pembersihan alat makan, bahan sanitasi yang
digunakan harus mengikuti prosedur umum berikut (Buckle, Hari dan Adiono
1985):
1. Alat makan dicuci sebaik mungkin sehingga tidak ada sisa organik yang
tampak oleh mata. Pencucian ini dapat dibantu dengan menggunakan
deterjen dan apabila bahan ini digunakan harus dibasuh/dibilas secara baik
2. Lakukan sanitasi. Beberapa contoh dari keadaan sanitasi termasuk
menyiram dengan air panas 80oC selama ½ - 1 menit,
2.7.1 Peralatan
1) Peralatan yang kontak dengan makanan
a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tarapangan (food
grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahayabagi kesehatan.
b) Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau garam
yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan
logam berat beracun seperti :
(1) timah hitam (Pb)
(2) arsenikum (As)
(3) tembaga (Cu)
(4) seng (Zn)
(5) cadmium (Cd)
(6) antimon (Stibium)
(7) dan lain-lain
c) Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan beracun.
d) Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin harus
bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber pencemaran dan
tidak menyebabkan sumber bencana (kecelakaan) (Permenkes, 2011).
2) Wadah penyimpanan makanan
Adapun wadah penyimpanan alat makan yang baik adalah sebagai
a. Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup
sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk
mencegah pengembunan (kondensasi).
b. Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta makanan
basah dan kering.
c. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang
kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut.
d. Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman eschericia coli (E.coli) dan
kuman lainnya.
Selama proses pembersihan, alat sebaiknya disterilkan. Sterilisasi dapat
dicapai dengan penggunaan panas maupun bahan kimia. Pada mesin pencuci
piring, peralatan disterilkan dengan panas (Gaman dan Sherrington, 1994).
Jika pencucian dilakukan dengan tangan, harus digunakan
sekurang-kurangnya dua bak pencelup. Bak pencelupan pertama berisi air pencuci dengan
deterjen dan bak pencelup kedua berisi air pembilas. Suhu air pembilas sebaiknya
antara 77oC dan 100oC. Piring-piring harus direndam dalam air pembilas dapat
sampai dua menit, tergantung pada suhu air yang dipakai. Bak pencelupan ketiga
yang beirisi air dingin dan desinfektan dianjurkan untuk dipakai (Gaman dan
Sherrington, 1994).
Proses pembilasan memiliki dua fungsi: menghilangkan semua bekas
deterjen dan desinfektan serta membunuh sembarang bakteri yang mungkin
berada pada alat. Suhu harus cukup tinggi untuk memungkinkan alat menjadi
mikroorganisme yang berbahaya, yang dapat memindahkannya dari satu alat ke
alat yang lain (Gaman dan Sherrington, 1994).
2.8 HitunganCawan
Penghitungan bakteri dapat pula dilakukan dengan penjumlahan koloni
pada cawan, karena suatu sel hidup dipermukaan medium agar akan tumbuh, dan
membentuk koloni yang secara makroskopis dapat dilihat. Cara penghitungan ini
disebut penjumlahan sel hidup, berbeda dengan penjumlahan mikroskopik
langsung dan penghitungan dengan alat elektronik, cara itu hanya mengukur
sel-sel yang dapat tumbuh pada medium dalam cawan yang dipergunakan.
Penjumlahan sel hidup merupakan metode yang paling peka untuk menaksir
jumlah bakteri, karena satu sel pun yang hidup di dalam suspense itu dapat
diketahui (Stanier dan Adelberg, 1984).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembangbiak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan di hitung
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan
cara yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jasad renik karena (Fardiaz,
1993):
a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai
penampakan pertumbuhan spesifik
Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode hitungan cawan juga
mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut (Fardiaz, 1993):
a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
b. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai
yang berbeda.
c. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat
dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relative lama sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung.
Hal yang paling sering dan banyak digunakan adalah prosedur perhitungan
dengan penumbuhan dalam agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau
bahan pangan homongen diinokulasi ke dalam atau ke atas media nutrient agar
dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Keuntungan lain
adalah kemungkinan untuk mengetahui berbagai jenis organisme yang berada
dalam contoh dari perbedaan bentuk koloni yang tumbuh dan kemungkinan
mengisolasi tipe koloni yang paling dominan untuk identifikasi taksonomi
2.9 Standar Perhitungan
Perhitungan suatu hasil analisis mikrobiologi digunakan standar yang
disebut “ standard plate count” (SPC), yang menjelaskan cara memilih data yang
ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu contoh. Cara menghitung
koloni pada cawan adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1993):
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni
antara 30 dan 300
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan
koloni yang besar dimana jumlah koloni nya diragukan, dapat dihitung
sebagai satu koloni
3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I
Medan adalah salah satu unit pelaksana teknis (UPT) dibidang pelayanan
kesehatan lingkungan yang secara teknis dibina oleh Direktorat Jendral PP-PL
yang membidangi teknis penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan di
Indonesia. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) mempunyai tugas melaksanakan pemecahan masalah dibidang
kesehatan lingkungan, melalui pengkajian dampak kesehatan lingkungan,
penafsiran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang kesehatan
lingkungan dan pembangunan tepat guna di bidang kesehatan lingkungan.
Dalam mewujudkan kesehatan yang optimal, ada beberapa hal yang
mempengaruhi, antara lain adalah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan. Lingkungan merupakan hal yangmempengaruhi derajat kesehatan
manusia sehingga pemerintah melalui Direktorat Penanggulangan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
berupaya keras untuk menekan angka kesakitan dan kematian yang bersumber
dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan kualitas
lingkungan serta pengawasan terhadap kesehatan lingkungan.Perwujudan kualitas
lingkungan yang sehat dijelaskan dalam Undang-Undang Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yaitu melalui upaya kesehatan
fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Analisis bakteri dalam rangka menjamin mutu produk farmasi dan
makanan serta sebagai data pendukung dalam terapi pengobatan tidak terlepas
dari perkembangan teknik inokulasi yang memungkinkan untuk memperoleh
biakan murni dari bakteri tertentu.Biakan murni digunakan untuk menentukan
bakteri spesifik yang mengkontaminasi produk dan penyebab penyakit tertentu
melalui berbagai metode pengujian (Patilaya, 2014).
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui :
a. apakah pencemaran bakteri pada alat makan dengan metode angka
lempeng total (ALT) memenuhi standar dari PERMENKES RI No
1096/MENKES/PER/VI/2011.
b. perbedaan koloni dari bakteri dan koloni dari pengganggu
1.2.2 Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini agar dapat meningkatkan atau
mempertahankan kualitas pencucian alat makan dan untuk menambah
pengetahuan pembaca dalam membedakan koloni dari bakteri dan koloni
PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI PADA ALAT MAKAN (MIKRO ALAT) MENGGUNAKAN METODE ALT
(ANGKA LEMPENG TOTAL) DI BTKLPP KELAS I MEDAN
ABSTRAK
Peralatan makan harus dicuci secara teratur dengan air yang mengandung deterjen. Deterjen berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga
seluruh permukaan bersih dan dicuci dengan air bersuhu 63oC. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pencemaran bakteri pada peralatan makan.
Metode yang digunakan adalah metode angka lempeng total (ALT),
menggunakan media nutrient agar (NA) dan diinkubasi selama 2x24 jam pada
suhu 35oC. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cotton SWAB
steril. Hasil dari pengamatan terhadap lima nomor sampel pada cawan adalah 0 cfu tiap masing-masing nomor sampel. Dari hasil yang diperoleh terhadap jumlah angka lempeng total masih memenuhi standar dari peraturan PERMENKES RI No1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa angka kuman pada peralatan makan 0 (nol).
PEMER
(M
(ANGK
RIKSAAN
MIKRO A
KA LEMP
P
AN
UN
N CEMAR
ALAT) M
PENG TO
T
LILY
N
ROGRAM
ALIS FA
FAK
NIVERSIT
RAN BAK
MENGGU
OTAL) DI
TUGAS A
OLEH
ANAWA
NIM 1324
M STUDI
ARMASI D
KULTAS F
TAS SUM
MEDA
2016
KTERI P
NAKAN
I BTKLP
AKHIR
H:
ARI BARU
410087
I DIPLOM
DAN MA
FARMAS
MATERA
AN
6
PADA AL
METOD
PP KELA
US
MA III
AKANAN
SI
UTARA
LAT MAK
E ALT
AS I MEDA
KAN
LEMBAR PENGESAHAN
PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI PADA ALAT
MAKAN(MIKRO ALAT) MENGGUNAKAN METODE ALT
(ANGKA LEMPENG TOTAL) DI BTKLPP KELAS I MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
LILY ANAWARI BARUS NIM 132410087
Medan, Agustus 2016
Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,
Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt.
NIP 197806032005012004
Disahkan Oleh : Dekan ,
Dr. Masfria, M.S., Apt.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “Pemeriksaan Cemaran Bakteri Pada Alat Makan
(Mikro Alat) di BTKLPP Kelas I Medan” dengan baik dan sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan
berdasarkan yang penulis lakukan pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) Kelas I Medan.
Teramat khusus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada yang tercinta Ayahanda Jiwa Barus yang selalu memberikan semangat dan
dukungan yang penuh dalam menyelesaikan tugas akhir ini serta tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada (Almh) Ibunda Nurmina Tarigan karena beliau
penulis selalu semangat untuk terus berjuang mencapai gelar Ahli Madya penulis.
Terima kasih untuk semua dukungan moral dan material yang diberikan kepada
penulis.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat saran,
dorongan, bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang
merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara materi, namun dapat
membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan
tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Penulis menyadari bahwa tugas
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt.,selaku Dekan Fakultas Farmasi USU yang
telah menyetujui penulis dalam melaksanakan PKL di Instalasi terkait.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang telah memberikan
pengarahan PKL kepada penulis.
3. Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing
PKL yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
petunjuk dan saran kepada penulis.
4. Ibu Khairunnisa, S.Si, M.Pharm, Ph.D., Apt., selaku Dosen Penasehat
akademik yang telah memberi petunjuk kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., selaku Kepala Instalasi Diklat
BTKLPP Kelas I Medan dan selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan waktu dalam pengerjaan Tugas Akhir di BTKLPP Kelas I
Medan.
6. Bapak dan Ibu dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
7. Adik saya Ida Barus yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini dan selalu memberi semangat kepada
penulis.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu ada dalam suka dan duka yaitu:
kasih buat persahabatan yang tulus yang telah terjalin selama ini dan
terima kasih buat segala bantuan semangat dan dukungan yang diberikan
dalam penyelesaian tugas akhir ini maupun dalam kuliah selama ini
9. Seluruhteman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, namanya namun tidak mengurangi keberadaan mereka.
Terima kasih banyak atas dukungan dan doa serta motivasi yang telah
diberikan
10.Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak
tercantum namanya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal ini mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharap kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang memerlukannya, serta semoga doa dan budi baik
semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, Agustus 2016 Penulis
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Lily Anawari Barus
NIM : 132410087
Judul Tugas Akhir : Pemeriksaan Cemaran Bakteri Pada Alat Makan (Mikro
Alat) Menggunakan Metode ALT (Angka Lempeng Total)
Di BTKLPP Kelas I Medan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan
hasil pemikiran, dan pemaparan asli dari saya sendiri.jika terdapat karya orang
lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Sumatera
Utara.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Medan, 15 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
Lily Anawari Barus
PEMERIKSAAN CEMARAN BAKTERI PADA ALAT MAKAN (MIKRO ALAT) MENGGUNAKAN METODE ALT
(ANGKA LEMPENG TOTAL) DI BTKLPP KELAS I MEDAN
ABSTRAK
Peralatan makan harus dicuci secara teratur dengan air yang mengandung deterjen. Deterjen berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga seluruh permukaan bersih dan dicuci dengan air bersuhu 63oC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencemaran bakteri pada peralatan makan.
Metode yang digunakan adalah metode angka lempeng total (ALT), menggunakan media nutrient agar (NA) dan diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 35oC. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cotton SWAB steril. Hasil dari pengamatan terhadap lima nomor sampel pada cawan adalah 0 cfu tiap masing-masing nomor sampel. Dari hasil yang diperoleh terhadap jumlah angka lempeng total masih memenuhi standar dari peraturan PERMENKES RI No1096/MENKES/PER/VI/2011 yang menyatakan bahwa angka kuman pada peralatan makan 0 (nol).
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2
1.2.1Tujuan ... 2
1.2.2 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Pengertian Mikrobiologi ... 3
2.2 Pertumbuhan Mikroba ... 4
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme ... 4
2.4 Medium Pertumbuhan Mikroorganisme ... 6
2.4.1 Jenis Medium Berdasarkan Komposisi Mediumnya ... 6
KomposisiBentuknya ... 7
2.4.3 Nutrient Agar ... 8
2.5 Bakteri Bentuk Kokus ... 9
2.5.1 Genus Staphylococcus ... 9
2.5.1.1 Staphylococcus Aureus ... 9
2.5.1.2 Staphylococcus Epidermis ... 10
2.5.2 Genus Eschericia ... 10
2.5.2.1 Genus Eschericia Coli ... 10
2.6Teknik Penanaman (Inokulasi) ... 10
2.6.1 Penanaman Pada Media Padat Berbentuk Plate ... 10
2.7 Pencucian Alat-Alat Makan ... 11
2.7.1 Peralatan ... 12
2.8 Hitungan Cawan ... 14
2.9 Standar Perhitungan ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Tempat ... 17
3.2Alat dan Bahan ... 17
3.2.1 Alat ... 17
3.2.2 Bahan ... 17
3.3Prosedur Penelitian ... 17
3.3.1 Preparasi Sampel ... 17
3.3.2 Pembuatan Media ... 18
3.3.3 Prosedur Kerja ... 18
4.1 Hasil Dan Pembahasan ... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23
5.1 Kesimpulan ... 23
5.2 Saran ... 23
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tipe Mikroorganisme yang Dikultur dengan Menggunakan
Nutrient Agar ... 8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 GambarBahan ... 25
2 GambarAlat ... 27
3 PERMENKES RINo 1096/MENKES/PER/VI/2011 ... 29