SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING VOLUME ACTIVITY SEBAGAI VARIABEL
PEMODERASI DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA DI INDONESIA DAN MALAYSIA
OLEH
KHATERINE 110503143
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING
VOLUME ACTIVITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI DAN
DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA DI INDONESIA DAN
MALAYSIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, ...2015 Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING VOLUME ACTIVITY
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA
DI INDONESIA DAN MALAYSIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Earning Per Share
(EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia periode 2010-2014 berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split dengan tambahan variabel moderating yaitu Trading Volume Activity (TVA).
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 61 perusahaan yang melakukan
stock split, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dan regresi moderasi dengan alat bantu program statistik SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EPS, PER dan PBV berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Ketika TVA digunakan sebagai variabel pemoderasi, maka ditemukan bahwa TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara PER terhadap keputusan stock split di Indonesia dan TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara EPS, PER dan PBV terhadap keputusan stock split di Malaysia
ABSTRACT
ANALYSIS FACTORS THAT EFFECT TO STOCK SPLIT WITH TRADING VOLUME ACTIVITY AS MODERATING VARIABLE
AND THE IMPACTS OF STOCK SPLIT ON INDONESIA AND MALAYSIA
The aim of this research is to know whether Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) at the companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effect in making decision by the company to do stock split with addition moderating variable such Trading Volume Activity (TVA) .
Sixty one companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression and moderating regression analysis with SPSS, statistical program tool 20.
The result of this study indicated that Earning Per Share,Price Earning Ratio and Price to Book Value affects the probability of stock split desicion. When Trading Volume Activity was used as a moderating variable, the Trading Volume Activity was a moderating variable which could moderate the relationship between PER towards stock split decision in Indonesia and it was a moderating variable which could moderate the relationship between EPS, PER and PBV towards stock split decision in Malaysia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pada Yesus Kristus Sang Juruselamat atas berkat dan
kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini tepat pada waktu-Nya. Penulisan skripsi ini berguna untuk memperoleh gelar
sarjana dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga banyak mendapat bimbingan, arahan dan motivasi dari
berbagai pihak yang mendukung penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis berterima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua
Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku
Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan
Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih untuk bimbingan dan pembelajaran selama ini.
Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembanding. Terimakasih
yang sedalam-dalamnya atas pembelajaran, bimbingan, motivasi dan kasih
sayang kepada penulis selama penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Terima kasih untuk kedua orang tua penulis, Papa M. Marpaung SE dan
Mama dra. Roswita Sitorus. Terima kasih yang tak terhingga untuk segala
kasih sayang, uang, tenaga, waktu, motivasi, dan doa yang mengiringi
setiap langkah penulis dalam pencapaian hidup, penulis menyayangi
kalian dengan segenap cinta dan kasih. Yesus Kristus melalui Roh Kudus
senantiasa menaungi kehidupan kalian dan memenuhi hidup kalian dengan
berkat-Nya. Untuk adik penulis, Kharina Melati br Marpaung terima kasih
untuk doa, semangat, candaan dan motivasi. Semoga penulis dapat
menjadi teladan kakak yang baik untuk kamu. Terima kasih yang
mendalam untuk keluargaku tersayang Bou Nadya, yang selalu menjaga
dan menyayangi penulis selama perkuliahan penulis di Medan, Ka Nadya
dan Bang Bengar yang selalu memotivasi dan memberikan banyak
kesempatan berharga kepada penulis, dan juga untuk keponakanku
tersayang Eugene Joshua Edward (EJE) yang selalu mengganggu ante dan
menjadi hiburan yang sangat menggemaskan. I love you to the moon and back! Terima kasih juga untuk segala dukungan moral dan materil dari keluarga besar Op. Sihasudungan dan keluarga besar Op. Grace yang
sangat penulis cintai.
6. Untuk sahabat-sahabatku tersayang, Fantastic Four (Angel, Sinar, dan
perjuangan, segala suka duka, canda tawa yang kita lalui bersama selama
di kampus, saat-saat kesepian ketika teman-teman satu per satu telah lulus,
you are my best!!; Carpediem! (Anita, Dessy, Febri, Gloria, Moia, Yenni) terima kasih telah saling memanfaatkan, saling merepotkan, saling
membocorkan rahasia, saling menjatuhkan, namun tetap saling
menyayangi.; F.A.K.E friends (Agung, Feisal, Topan, Monica) terima
kasih untuk saling menipu, menyusun skenario FTV, mencaci maki
dengan tulus, tak akan ada yang bisa menggantikan ke-fake-an kalian; Nci-nci (Evelyn, Mery, Winny) yang selama ini selalu direpotkan oleh penulis,
namun tetap sabar dan setia memberikan semangat dan selalu
mengingatkan penulis sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini;
Kantin Nitra (Annisa, Christian, Sindhu, Udin) terima kasih telah menjadi
teman menggila, meskipun kita tersebar di berbagai kota di seluruh
Indonesia, namun setiap pulang tetap kalian yang selalu menjadi jadwal
prioritas untuk meet up. Terima kasih untuk kegilaan dari SMA sampai sekarang, kalian sumber informan terkece sepanjang masa. Terima kasih
juga kepada musuhku tercinta Vorries dan Chika, hubungan kita bagaikan
Tom and Jerry, kalo ada saling menghina, tapi kalo ga ada saling merindu.
Temen seperjuangan ngejar-ngejar ka Dame, bang Prapto and the gank, Dhyta dan Surya, kita laah yang paling tau bagaiman perjuangan mau
sidang itu. Terima kasih juga kepada Chili (Ance, Ester, Jessica, Wenny),
junior-junior terlovable yang selalu setia menjadi informan mata-mata
lulus yaa. Terakhir dan tak terlupa untuk teman-teman S1 Akuntansi
terimakasih untuk kebersamaan, pembelajaran dan semangat selama
tahun-tahun terakhir penyelesaian tugas akhir kita. Semoga kita sukses!
Penulis sudah melakukan usaha berjuang semaksimal mungkin untuk
penyelesaian skripsi ini.Walaupun begitu penulis menyadari terdapat
ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini yang merupakan keterbatasan
penulis. Akhir kata terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah mendukung proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Agustus 2015 Penulis,
KHATERINE
DAFTAR ISI
Halaman PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 01 1.2.Rumusan Masalah ... 9
1.3.Tujuan Penelitian ... 10
1.4.Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis... ... 12
2.1.1 Pasar Modal ... 12
2.1.1.1Efficient Market Theory ... 13
2.1.2 Pemecahan Saham (Stock Split) ... 14
2.1.2.1 Pengertian Pemecahan Saham... 14
2.1.2.2 Jenis Pemecahan Saham ... 16
2.1.2.3 Tujuan Pemecahan Saham... 16
2.1.3 Teori dalam Pemecahan Saham (Stock Split) ... 18
2.1.3.1 Signaling Theory ... 18
2.1.3.2 Trading Range Theory ... 19
2.1.4 Pengaruh EPS Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham ... 20
2.1.5 Pengaruh PER Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham ... 21
2.1.6 Pengaruh PBV Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham ... 23
2.1.7 Likuiditas Saham ... 24
2.4.Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Desain Penelitian ... 33
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.3.Batasan Operasional ... 34
3.4.Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel ... 34
3.4.1 Variabel Dependen ... 34
3.4.2 Variabel Independen ... 34
3.4.3 Variabel Pemoderasi ... 37
3.5.Populasi dan Sampel... 39
3.6.Jenis dan Sumber Data ... 40
3.7.Metode Analisis Data ... 40
3.7.1 Statistik Deskriptif ... 40
3.7.2 Uji Kualitas Data... 41
3.7.3 Pengujian Univariate ... 41
3.7.4 Pengujian Multivariate ... 43
3.7.5 Uji Multikolinearitas ... 45
3.7.6 Uji Interaksi (Uji Moderating) ... 46
3.7.7 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 48
4.2 Analisis Hasil Penelitian Sampel Indonesia... 49
4.2.1 Statistik Deskriptif... 49
4.2.1.1 Stock Split, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, Trading Voume Activity ... 49
4.2.1.2 Return Saham ... 50
4.2.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 53
4.2.2.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi ... 53
4.2.2.2 Penilaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 54
4.2.3 Pengujian Univariate ... 54
4.2.3.1 One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 55
4.2.3.2 Independent Sample t-test ... 56
4.2.4 Pengujian Multivariate ... 57
4.2.4.1 Pengujian Multivariate Secara Serentak ... 58
4.2.4.2 Analisis Multivariate Secara Terpisah ... 60
4.2.6 Uji Interaksi (Uji Moderating) ... 63
4.2.6.1 Uji Interaksi EPS dengan TVA... 63
4.2.6.2 Uji Interaksi PER dengan TVA ... 64
4.2.6.3 Uji Interaksi PBV dengan TVA ... 65
4.2.7 T-Test Paired Two Sample ... 66
4.3 Analisis Hasil Penelitian Sampel Malaysia... 67
4.3.1 Statistik Deskriptif... 67
4.3.1.1 Stock Split, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, Trading Voume Activity ... 67
4.3.1.2 Return Saham ... 68
4.3.2 Hasil Uji Kualitas Data ... 71
4.3.2.1 Pengujian Kelayakan Model Regresi ... 71
4.3.2.2 Penilaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 72
4.3.3 Pengujian Univariate ... 72
4.3.3.1 One Sample Kolmogorov-Smirnov ... 72
4.3.3.2 Independent Sample t-test ... 74
4.3.4 Pengujian Multivariate ... 74
4.3.4.1 Pengujian Multivariate Secara Serentak ... 74
4.3.4.2 Analisis Multivariate Secara Terpisah ... 77
4.3.5 Uji Multtikolinearitas ... 78
4.3.6 Uji Interaksi (Uji Moderating) ... 78
4.3.6.1 Uji Interaksi EPS dengan TVA... 78
4.3.6.2 Uji Interaksi PER dengan TVA ... 79
4.3.6.3 Uji Interaksi PBV dengan TVA ... 80
4.3.7 T-Test Paired Two Sample ... 81
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 82
4.4.1 Faktor-Faktor Yyang Mempengaruhi Keputusan Stock Split ... 82
4.4.1.1 Earning Per Share (EPS) ... 82
4.4.1.2 Price Earning Ratio (PER) ... 83
4.4.1.3 Price to Book Value (PBV) ... 84
4.4.2 Pengaruh Trading Volume Activity (TVA) Sebagai Variabel Pemoderasi pada Sampel Indonesia ... 86
4.4.2.1 Moderasi TVA Dalam Pengaruh EPS Terhadap Stock Split ... 86
Stock Split ... 87
4.4.2 Pengaruh Trading Volume Activity (TVA) Sebagai Variabel Pemoderasi pada Sampel Malaysia ... 87
4.4.2.1 Moderasi TVA Dalam Pengaruh EPS Terhadap Stock Split ... 87
4.4.2.2 Moderasi TVA Dalam Pengaruh PER Terhadap Stock Split ... 87
4.4.2.3 Moderasi TVA Dalam Pengaruh PBV Terhadap Stock Split ... 88
4.4.3 Dampak yang Ditimbulkan Stock Split... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... ... 90
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 91
5.3 Saran ... ... 91
DAFTAR PUSTAKA... ... 93
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 26
3.1 Operasional Variabel... 38
4.1 Statistik Deskriptif Sampel Indonesia ... 49
4.2 Statistik Deskriptif Return Saham Sampel Indonesia ... 51
4.3 Hosmer and Lemeshow Test Sampel Indonesia ... 54
4.4 Overall Model Fit Sampel Indonesia ... 54
4.5 Hasil Uji One Sample Komogorov-Smirnov Sampel Indonesia .. 55
4.6 Hasil Uji One Sample Komogorov-SmirnovReturn Saham Sampel Indonesia ... 56
4.7 Hasil Independent Sample t-test Sampel Indonesia ... 57
4.8 Koefisien Regresi Logistik Sampel Indonesia ... 58
4.9 Model Summary Sampel Indonesia ... 59
4.10 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak Sampel Indonesia ... 59
4.11 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II Sampel Indonesia ... 61
4.12 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap III Sampel Indonesia ... 61
4.13 Uji Multikolinearitas Sampel Indonesia ... 62
4.14 Uji F Test EPS x TVA Sampel Indonesia ... 63
4.15 Uji T Test EPS x TVA Sampel Indonesia ... 64
4.16 Uji F Test PER x TVA Sampel Indonesia ... 64
4.17 Uji T Test PER x TVA Sampel Indonesia ... 65
4.18 Uji F Test PBV x TVA Sampel Indonesia... 65
4.19 Uji T Test PBV x TVA Sampel Indonesia ... 66
4.20 Paired Sample Test Return Saham Sampel Indonesia ... 66
4.21 Statistik Deskriptif Sampel Malaysia... 67
4.22 Statistik Deskriptif Return Saham Sampel Malaysia ... 69
4.23 Hosmer and Lemeshow Test Sampel Malaysia ... 71
4.24 Overall Model Fit Sampel Malaysia ... 72
4.25 Hasil Uji One Sample Komogorov-Smirnov Sampel Malaysia ... 72
4.26 Hasil Uji One Sample Komogorov-SmirnovReturn Saham Sampel Malaysia ... 73
4.27 Hasil Independent Sample t-test Sampel Malaysia ... 74
4.29 Model Summary Sampel Malaysia ... 76
4.30 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak Sampel Malaysia ... 76
4.31 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II Sampel Malaysia ... 77
4.32 Uji Multikolinearitas Sampel Malaysia ... 78
4.33 Uji F Test EPS x TVA Sampel Malaysia ... 79
4.34 Uji T Test EPS x TVA Sampel Malaysia ... 79
4.35 Uji F Test PER x TVA Sampel Malaysia ... 80
4.36 Uji T Test PER x TVA Sampel Malaysia ... 80
4.37 Uji F Test PBV x TVA Sampel Malaysia ... 81
4.38 Uji T Test PBV x TVA Sampel Malaysia ... 81
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Indonesia
Yang Melakukan Stock Split... 97
2 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Malaysia Yang Melakukan Stock Split... 98
3 Daftar Sampel Perusahaan Indonesia yang Melakukan Stock Split... 100
4 Daftar Sampel Perusahaan Malaysia yang Melakukan Stock Split... 101
5 Daftar Sampel Perusahaan Indonesia yang Tidak Melakukan Stock Split... 102
6 Daftar Sampel Perusahaan Malaysia yang Tidak Melakukan Stock Split... 103
7 Pengujian Univariate Sampel Indonesia... 104
8 Pengujian Multivariate Sampel Indonesia Tahap Pertama... 105
9 Pengujian Multivariate Sampel Indonesia Tahap Kedua ... 105
10 Pengujian Multivariate Sampel Indonesia Tahap Ketiga ... 105
11 Pengujian Univariate Sampel Malaysia ... 106
12 Pengujian Multivariate Sampel Malaysia Tahap Pertama... 107
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DENGAN TRADING VOLUME ACTIVITY
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI DAN DAMPAK YANG DITIMBULKANNYA
DI INDONESIA DAN MALAYSIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Earning Per Share
(EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia periode 2010-2014 berpengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split dengan tambahan variabel moderating yaitu Trading Volume Activity (TVA).
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 61 perusahaan yang melakukan
stock split, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dan regresi moderasi dengan alat bantu program statistik SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EPS, PER dan PBV berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Ketika TVA digunakan sebagai variabel pemoderasi, maka ditemukan bahwa TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara PER terhadap keputusan stock split di Indonesia dan TVA merupakan variabel moderasi yang memoderasi hubungan antara EPS, PER dan PBV terhadap keputusan stock split di Malaysia
ABSTRACT
ANALYSIS FACTORS THAT EFFECT TO STOCK SPLIT WITH TRADING VOLUME ACTIVITY AS MODERATING VARIABLE
AND THE IMPACTS OF STOCK SPLIT ON INDONESIA AND MALAYSIA
The aim of this research is to know whether Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) at the companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effect in making decision by the company to do stock split with addition moderating variable such Trading Volume Activity (TVA) .
Sixty one companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression and moderating regression analysis with SPSS, statistical program tool 20.
The result of this study indicated that Earning Per Share,Price Earning Ratio and Price to Book Value affects the probability of stock split desicion. When Trading Volume Activity was used as a moderating variable, the Trading Volume Activity was a moderating variable which could moderate the relationship between PER towards stock split decision in Indonesia and it was a moderating variable which could moderate the relationship between EPS, PER and PBV towards stock split decision in Malaysia.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu
negara. Perkembangan pasar modal sebagai piranti investasi memiliki fungsi
ekonomi dan keuangan yang semakin diperlukan oleh masyarakat sebagai media
alternatif dalam penghimpun dana (Husnan, 1994:1). Memasuki usia yang ke-37,
pasar modal Indonesia terus berkembang dan menunjukkan pertumbuhan yang
cukup signifikan. Berbagai perubahan ekonomi dan politik yang terjadi baik dari
dalam lingkungan nasional maupun internasional tidak menghambat pasar modal
Indonesia mencatatkan prestasinya, indikatornya dapat dilihat dari pertumbuhan
laju IHSG sebesar 21,15%, dan kapitalisasi pasar modal Indonesia dengan
pertumbuhan 22.76%. (http://www.idx.co.id/Beranda/BeritadanPengumuman)
Prestasi-prestasi yang diraih ini tidak terlepas dari beberapa inisiatif baru yang
dilakukan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk terus meningkatkan
kontribusi pasar modal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bersama
seluruh pelaku pasar, beberapa persiapan juga terus dilakukan oleh BEI agar dapat
meningkatkan daya saing pasar modal Indonesia dalam menyongsong Asean
Economic Community (AEC) yang mulai diberlakukan di 2015 ini.
Serangkaian inisiatif yang dilakukan oleh BEI salah satunya adalah
Kebijakan ini menurunkan jumlah saham dalam 1 lot, dari 500 lembar saham
setiap satu lot menjadi 100 lembar saham setiap satu lot. Hal tersebut dilakukan
sebagai upaya BEI untuk melakukan pendalaman pasar (market deepening), membuka akses masyarakat dalam menggunakan atau memanfaatkan jasa
keuangan (financial inclusion), serta memperluas inklusivitas investasi di pasar modal sehingga dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain
itu, perubahan tersebut dilakukan agar dapat menurunkan volatilitas perdagangan
saham sehingga perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat
menjadi lebih stabil. (http://www.idx.co.id/Beranda/BeritadanPengumuman)
Inisiatif yang dilakukan oleh BEI ini merupakan suatu perubahan yang
sangat signifikan bagi investor. Berkurangnya nilai lot size menyebabkan modal awal yang dikeluarkan untuk membeli suatu saham umumnya akan relatif lebih
kecil, hal ini membuat semakin banyaknya investor ritel yang ikut bergabung
dalam pasar modal Indonesia. Meningkatnya jumlah investor ritel ini mebuat
pasar modal Indonesia menjadi sangat mudah bereaksi terhadap suatu informasi,
khususnya yang menyangkut dengan harga saham.
Menurut Lorie, Dodd, and Kimpton (1985) yang dimaksud dengan harga
saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham
yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan. Investor
memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham dalam
mengambil keputusan untuk menjual atau pun membeli suatu saham.
Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investa si yang
ketidakpastian yang terjadi sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Sutrisno, 2000)
Informasi memiliki makna apabila informasi tersebut menyebabkan investor
melakukan transaksi di pasar modal yang akan tercermin dalam indikator atau
karakteristik pasar modal, seperti volume perdagangan dan harga saham. Di pasar
modal banyak sekali informasi yang dapat dimanfaatkan, salah satunya adalah
informasi yang berkaitan dengan tindakan korporasi (corporation action).
KSEI membagi tindakan korporasi menjadi dua, yaitu tindakan korporasi
wajib dan voluntary corporate action. Tindakan korporasi wajib adalah tindakan korporasi atau corporate action (CA) yang tidak memerlukan tindakan atau instruksi dari pemegang rekening yang akan mendapatkan hak CA. Salah satu
jenis corporate action yang terjadi dalam tindakan korporasi jenis ini adalah stock split dan reverse split.
Stock split dan reverse split akan mengubah komposisi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang rekening. Sistem akan mengubah komposisi
itu secara otomatis berdasarkan data yang diberikan emiten terkait dan perubahan
ini dilakukan pada tanggal yang sudah ditentukan oleh emiten.
(http://www.ksei.co.id/services/corporate_action_services)
Stock split atau pemecahan saham merupakan suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan yang telah go public dalam rangka meningkatkan jumlah saham yang beredar. Pemecahan saham membuat jumlah lembar saham perusahaan akan
terjangkau oleh investor sehingga diharapkan penjualan sahamnya bisa dimiliki
oleh banyak investor (Brigham and Gapenski, 1994)
Pemecahan saham atau stock split menurut Halim (2005:97) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak
dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembar sahamnya
secara proporsional. Motivasi yang melatar belakangi perusahaan melakukan
stock split yaitu berdasarkan signaling theory dan trading range theory (Mason dan Shelor, 1998). Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal kepada investor mengenai prospek kinerja keuangan perusahaan pada masa
mendatang dan juga menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi
keuangan yang baik (Grinblatt, Masulis, dan Titman, 1984). Mereka berpendapat
bahwa pengumuman stock split memberikan sinyal positif terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang. Sinyal positif ini menggambarkan bahwa
manajer perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan para investor, juga menunjukkan sinyal yang valid
bahwa tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik yang dapat melakukan stock split, karena perusahaan harus menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan oleh stock split
tersebut. Trading range theory menjelaskan keinginan manajer perusahaan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Stock split akan menambah daya tarik saham perusahaan sehingga akan menarik para investor dan berdampak pada
Signaling theory berkaitan dengan sinyal mengenai prospek perusahaan dimasa depan. Prospek perusahaan yang baik diukur dari kinerja keuangan
perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan mampu menarik banyak investor
untuk berinvestasi. Kinerja keuangan suatu perusahaan, dapat dilihat dari laba
perusahaan. Para pemegang saham akan menaruh banyak perhatian terhadap laba
perusahaan yang diperoleh karena hal tersebut secara langsung akan
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen. Oleh
karena itu, informasi tentang laba suatu perusahaan sangat diperlukan dalam
melakukan penilaian terhadap saham. Stock split membuat penurunan harga saham terjadi diikuti dengan peningkatan jumlah lembar saham sesuai dengan
faktor split-nya. Setelah perusahaan melakukan pemecahan saham, maka ada kemungkinan bahwa harga saham akan bereaksi postif yang disebabkan oleh
kemungkinan peningkatan laba akuntansi.
Kinerja keuangan merupakan hasil dari keputusan yang dibuat secara terus
menerus oleh manajemen perusahaan. Penelitian ini mengukur kinerja keuangan
dengan menggunakan rasio EPS (Earning Per Share). EPS dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu perusahaan. Jika EPS meningkat maka
kinerja perusahaan juga dinilai baik.
Kinerja perusahaan yang baik akan membuat investor tertarik untuk
membeli saham perusahaan. Semakin banyak investor yang tertarik, maka harga
saham akan semakin tinggi. Tingkat kemahalan harga saham dapat dihitung
dengan rasio PER dan PBV. Tingkat kemahalan harga saham ini jugalah yang
dikarenakan, seiring dengan semakin mahalnya harga suatu saham perusahaan,
maka kemampuan investor untuk membelinya akan semakin berkurang, sehingga
sahamnya menjadi tidak likuid.
Penelitian mengenai hubungan PER dan PBV terhadap keputusan
perusahaan melakukan stock split telah diteliti oleh Widiastuti dan Usmara. Hasil penelitian Widiastuti dan Usmara (2005) menyimpulkan bahwa tingkat kemahalan
harga saham yang diukur dengan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Namun penelitian ini tidak berhasil menunjukkan bahwa harga saham yang diukur dengan PER merupakan
variabel yang berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan stock split. Likuiditas yang diukur dengan bid-ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan
stock split.
Pemecahan saham (stock split) merupakan fenomena yang menarik untuk diamati. Secara teoritis, stock split hanya meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar, tidak menambah kesejahteraan para investor dan tidak langsung
mempengaruhi arus kas perusahaan atau tidak memberikan tambahan nilai
ekonomi bagi perusahaan, tetapi dalam penerapannya di pasar, stock split
menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan dalam beberapa kasus menunjukkan hasil yang kontroversi mengenai efek
stock split.
Pada tanggal 8 Desember 2010, Charoen Pokphand Indonesia Tbk, dengan
lembar saham CPIN sebelum pemecahan saham adalah Rp 9.550,- dan volume
penjualan saham 20.167.500 dengan rasio tersebut, maka harga per lembar
sahamnya menjadi Rp 1.910,-. CPIN menutup hari itu dengan closing price Rp
2.050,- dan dengan volume penjualan 20.687.500. Berselang 3 hari kemudian,
volume penjualan CPIN meningkat menjadi 35.043.500. Hal ini menunjukkan
bahwa strategi pemecahan saham CPIN berhasil meningkatkan likuiditas
sahamnya. CPIN yang pada periode Agustus 2010 - Januari 2011 tidak termasuk
dalam daftar jajaran perusahaan LQ 45, pada periode selanjutnya, yaitu pada
periode Februari 2011 – Juli 2011 berhasil mencatatkan namanya pada daftar
perusahaan LQ 45. Perusahaan LQ 45 merupakan perusahaan-perusahaan yang
sahamnya dinyatakan paling likuid oleh BEI.
Pada tanggal 7 Agustus 2012, Kresna Graha Sekurindo Tbk, dengan kode
bursa KREN melakukan pemecahan saham dengan rasio 4:1. Harga per lembar
saham KREN sebelum pemecahan saham adalah Rp 930,- dan volume penjualan
saham 1.836.000 dengan rasio tersebut, maka harga per lembar sahamnya menjadi
Rp 233,-. KREN menutup hari itu dengan closing price Rp 220,- dan dengan
volume penjualan 335.500. Tiga hari kemudian, tepatnya pada tanggal 10 Agustus
2012 volume saham KREN hanya dapat terjual sebanyak 189.000. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi pemecahan saham KREN tidak berhasil
meningkatkan likuiditas sahamnya.
Berbagai studi yang membahas mengenai dampak stock split dilakukan diberbagai pasar modal di seluruh dunia. Di Kenya, Aduda dan Caroline (2010)
pengumuman stock split dan terdapat rata-rata positif dari abnormal return pada perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split dan terdaftar di Nairobi Stock Exchange. Ghazali, Taib dan Othman (2014) melakukan penelitian mengenai
stock split pada pasar modal Malaysia yang biasa disebut dengan Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) dan menemukan bahwa pengumuman stock split
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perubahan harga saham
(abnormal return). Di Indonesia, Lasmanah dan Bagja (2014) melakukan penelitian serupa dan menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada abnormal return dan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah stock
split.
Selain Lasmanah dan Bagja penelitian mengenai stock split di Indonesia juga diteliti juga oleh Mila (2010) yang menganalisis pengaruh pemecahan saham
(stock split) terhadap volume perdagangan dan abnormal return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2009 dan menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara volume perdagangan saham pada peristiwa
stock split, sedangkan terhadap abnormal return, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sadikin (2011) melakukan penelitian mengenai analisis abnormal
return saham dan volume perdagangan saham, sebelum dan sesudah pemecahan saham di Bursa Efek Indonesia menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan
terhadap abnormal return baik sebelum dan sesudah pengumuman stock split, sedangkan terhadap volume perdagangan terdapat pengaruh signifikan baik
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan
keputusan stock split dan dampak yang ditimbulkan dari pengumuman stock split, khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan Bursa Malaysia. Peneliti memilih negara Indonesia dan Malaysia dikarenakan
kesamaan kondisi perekonomian di kedua negara tersebut dan juga karena
kebijakan stock split sering menjadi pilihan bagi perusahaan di kedua negara tersebut. Selain itu saat ini Malaysia juga merupakan salah satu negara Asia yang
memiliki kebijakan lot size yang sama dengan Indonesia. Ketertarikan peneliti juga didukung dengan bukti-bukti adanya ketidak-konsistenan antar hasil
penelitian sebelumnya dan juga perbedaan fenomena yang ada di pasar. Peneliti
mereplikasi penelitian yang dilakukan Rohana, Jeannet, dan Mukhlasin yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Dampak
Yang Ditimbulkannya” penelitian ini menggunakan variabel harga saham,
frekuensi perdagangan saham dan pertumbuhan laba operasi dalam melakukan
pengukuran terhadap kebijakan stock split dan dampaknya, sedangkan penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split Dengan Trading Volume Activity Sebagai Variabel Pemoderasi dan Dampak Yang Ditimbulkannya di Indonesia dan Malaysia”
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya berfokus pada masalah-masalah yang diajukan
1. Apakah Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) secara parsial memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split ?
2. Apakah Trading Volume Activity (TVA) mampu memoderasi perngaruh
Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split ?
3. Apakah stock split mempunyai pengaruh terhadap return saham
perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) secara parsial terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split
2. Untuk mengetahui kemampuan Trading Volume Activity (TVA) dalam memoderasi hubungan antara Earning Per Share (EPS), Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh stock split terhadap return saham perusahaan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti mengenai faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk
melakukan kebijakan stock split dan dampak yang ditimbulkan stock split
dalam hubungannya dengan return saham.
2. Bagi perusahaan (Emiten), hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam melakukan
kebijakan perusahaan khususnya stock split.
3. Bagi investor, sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi
dengan informasi pengumuman stock split sebagai acuannya.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi bukti empiris
mengenai faktor-faktor yang mendorong perusahaan untuk melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat
utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana
bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan
instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,
obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti
option, futures, dan lain-lain.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek”.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh
dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi,
penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana
bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham,
obligasi, reksa dana, dan lain-lain, sehingga masyarakat dapat menempatkan
dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko
masing-masing instrumen.
2.1.1.1 Efficient Market Theory
Salah satu teori yang berkembang di pasar modal adalah
Efficient Market Theory. Pasar yang efisien adalah suatu pasar bursa dimana efek yang diperjualbelikan merefleksikan seluruh informasi
yang mungkin terjadi dengan cepat serta akurat. Konsep efisiensi pasar
menyatakan bahwa pemodal selalu menyertakan faktor informasi yang
tersedia kedalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga yang
mereka transaksikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga yang
berlaku di pasar telah mengandung informasi tersebut (Ang, 1997)
Jika pasar efisien, maka suatu pengumuman yang tidak
ekonomis tidak akan mengakibatkan reaksi pasar atas pengumuman
peristiwa tersebut, apabila pasar bereaksi pada pengumuman yang tidak
memiliki nilai ekonomis berarti pasar tersebut belum efisien, karena
tidak bisa membedakan pengumuman yang berisi informasi ekonomis
Pengujian bentuk – bentuk efesiensi pasar di bagi menjadi 3
yaitu (Fama, 1970) :
1) Bentuk lemah
Bentuk lemah menguji seberapa kuat informasi masa lalu bisa digunakan untuk memprediksi return masa depan.
2) Bentuk setengah kuat
Bentuk setengah kuat menguji seberapa cepat harga sekuritas bisa merefleksikan informasi yang dipublikasikan
3) Bentuk kuat
Bentuk kuat menjawab apakah calon investor memiliki informasi privat yang tidak terefleksi di harga sekuritas.
Berdasarkan uraian di atas maka teori efesiensi pasar yang
digunakan adalah efesiensi pasar setengah kuat yaitu untuk melihat
seberapa cepat informasi yang dipublikasikan (stock split) terefleksi pada harga sekuritas.
2.1.2 Pemecahan Saham (Stock Split)
2.1.2.1 Pengertian Pemecahan Saham
Pemecahan saham (stock split) adalah penerbitan saham tambahan bagi pemegang saham sesuai dengan persentase kepemilikan.
Melakukan pemecahan saham berarti menurunkan nilai nominal atau
nilai tertera di saham (Kieso, 2008:191). Pengurangan nilai nominal
dapat menambah jumlah lembar saham tanpa adanya penyebaran atau
kapitalisasi nilai perusahaan, karena dalam stock split tidak terjadi penambahan modal yang disetor (Ang, 1997:18).
Fees (2005:16) menyatakan jika saham dipecahkan, penurunan
nilai nominal ditetapkan berlaku bagi seluruh saham, termasuk saham
nominal yang lebih rendah akan menarik lebih banyak investor untuk
membeli saham dan memperluas jenis serta jumlah pemegang saham,
sehingga secara otomatis jumlah saham yang beredar juga akan
meningkat secara proporsional.
Hal ini serupa dengan McNichols dan Dravid (1990) yang
menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen
untuk menata kembali harga saham pada rentan harga tertentu, dengan
mengarahkan harga saham pada rentan tertentu, diharapkan semakin
banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan.
Pemecahan saham merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap
jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai
dengan split factor. Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar setelah dilakukannya stock split dengan jumlah saham yang beredar sebelum dilakukannya stock split.
Secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena
stock split hanya mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham, sedangkan saldo modal saham dan laba
praktik di pasar modal apabila perusahaan tersebut mempunyai kinerja
yang bagus maka harga akan meningkat dengan cepat.
2.1.2.2 Jenis Pemecahan Saham
Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat
dilakukan (Erwijaya dan Nur Indriantoro, 1999) :
1) Pemecahan turun (split down atau reverse split)
Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan dengan faktor pemecahan 1:2, 1:3, dan 1:4. Pemecahan saham dengan faktor pemecahan 1:2 maksudnya adalah satu lembar saham baru (lembar setelah pemecahan saham) dapat ditukar dengan dua lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan saham).
2) Pemecahan naik (split up atau forward split)
Pemecahan naik adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan yang telah ditentukan sebelumnya 2:1, 3:1, dan 4:1. Pemecahan saham dengan faktor pemecahan 2:1 maksudnya adalah dua lembar saham baru (lembar setelah pemecahan saham) dapat ditukar dengan satu lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan saham).
Pada penerapannya, para emiten umunya melakukan stock split naik (stock split-up) dan hanya sedikit kasus reverse stock (stock split-down).
2.1.1.3 Tujuan Pemecahan Saham
Tujuan utama emiten melakukan pemecahan saham adalah
untuk mengarahkan harga sahamnya pada titik optimal sehingga
likuiditas saham meningkat dan distribusinya menjadi lebih luas.
Harapannya adalah untuk mendorong tingkat transaksi yang terjadi
Baker dan Gallanger melakukan tanya jawab terhadap 100
CFO perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam NYSE dengan
distribusi 25% atau lebih. Hasil survei menunjukkan bahwa 94% dari
sampel mengindikasi bahwa perusahaan melakukan pemecahan saham
agar tingkat perdagangan berada pada kondisi yang lebih baik sehingga
dapat menambah daya tarik investor dan meningkatkan likuiditas
perdagangan.
Keiso dan Weygant (2002 : 366), menjelaskan beberapa tujuan
perusahaan melakukan stock split yaitu :
1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan hingga
pada tingkat dimana lebih banyak individu dapat berinvestasi
dalam saham.
2. Untuk menyebarkan dasar pemegang saham dengan
meningkatkan jumlah saham yang beredar dan membuatnya
lebih dapat dipasarkan.
3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan
memungkinkan mereka untuk mengambil manfaat dari suatu
penyesuaian pasar tidak sempurna setelah melakukan stock split.
Stock split akan efektif jika dilakukan terhadap saham-saham yang harganya sudah cukup tinggi. Mengambil keputusan stock split
dalam suatu perusahaan harus didasarkan atas persetujuan pemegang
keputusan untuk melakukan stock split dilakukan, maka jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan
nilai nominal per saham yang lebih kecil, tetapi pada saat yang
bersamaan, harga saham tersebut secara teoritis akan turun secara
proporsional, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan.
2.1.3 Teori dalam Pemecahan Saham (Stock Split)
Secara teoritis motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan
stock split tertuang dalam beberapa teori, yaitu Signaling Theory dan Trading Range Theory.
2.1.3.1 Signaling Theory
Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:36).
Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi (Jogiyanto, 2000:392).
Signaling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan
return masa depan yang substansial. Return yang meningkat tersebut
dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan
sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa
perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan.
Menurut Signaling theory, stock split hanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik, dimana
perusahaan yakin bahwa harga saham setelah di pecah akan naik sesuai
dengan kenaikan kinerja perusahaan di masa depan (Ika dan
Purwaningsih, 2008). Copeland (1979) menyatakan bahwa stock split
memerlukan biaya transaksi yang besar, misalnya mencetak sertifikat
baru, sehingga perusahaan yang memiliki prospek yang baik saja yang
mampu menanggung biaya tersebut. Jika pasar bereaksi pada waktu
pemecahan saham bukan berarti pasar bereaksi atas informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui
pemecahan saham. Jadi faktor yang memotivasi perusahaan melakukan
pemecahan saham adalah kinerja perusahaan.
2.1.3.2 Trading Range Theory
Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split
didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan
bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang
optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor
sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang
Menurut teori ini, stock split akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga saham yang terlalu tinggi (overprice)
menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangan.
Pemecahan saham akan membuat harga saham menjadi tidak terlalu
tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu
bertransaksi (Marwata,2001). Selain itu, dengan melakukan kebijakan
pemecahan saham, maka hal ini merupakan upaya dari perusahaan
untuk mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang dapat
menjangkau lebih banyak investor.
Hasil penelitian Ikenberry et. al (1996) mengatakan pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga
saham pada rentang yang lebih rendah. Survei yang dilakukan Baker
dan Gallagher (1980) menunjukkan bahwa manajer cenderung
menyebutkan alasan likuiditas sebagai motivasi stock split.
Jika ditinjau dari perspektif perusahaan, teori ini menjelaskan
bahwa tingkat kemahalan harga saham adalah penyebab kurang
aktifnya saham tersebut diperdagangkan, sehingga perusahaan akan
terdorong untuk melakukan keputusan stock split agar sahamnya menjadi lebih likuid di pasar.
2.1.4 Pengaruh EPS Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham (Stock Split)
Kinerja keuangan merupakan hasil dari keputusan-keputusan individual
(Helfret, 1999). Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari sudut
pandang finansial yang tercermin dari informasi laporan keuangan seperti
likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dan sudut pandang nonfinansial seperti
kepuasan pelanggan, inovasi dalam produksi dan pengembangan perusahaan.
Alat analisis yang umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan adalah rasio keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan
analisis berupa rasio ini diharapkan akan dapat lebih mudah menjelaskan atau
memberi gambaran kepada analis tentang baik buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Earning Per Share (EPS). Apabila semakin tinggi EPS maka semakin bagus juga kinerja keuangan suatu perusahaan. Nilai EPS yang tinggi di tiap lembar
sahamnya akan memperkuat sinyal perusahaan mengenai prospek yang cerah
di masa depan.
2.1.5 Pengaruh PER Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham (Stock Split)
Tingkat kemahalan harga saham dapat diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER). Price earning ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmadji,
saham sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal, karena harga
pasar saham yang paling diperhatikan oleh investor. Harga pasar saham
mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi pula nilai dari suatu perusahaan dan berlaku sebaliknya. Oleh
karena itu, setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan
harga pasar sahamnya.
Harga saham perusahaan yang terlalu rendah dapat diartikan bahwa
kinerja perusahaan kurang baik, namun bila harga saham terlalu tinggi juga
menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi
akan mengurangi kemampuan investor untuk bisa membelinya, sehingga
menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkat lagi (Widiastuti &
Usmara, 2005). Dalam mengantisipasi hal tersebut, banyak perusahaan yang
melakukan stock split. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli investor dan menata harga saham ke rentang yang lebih optimal.
Ikenberry, Rankine, dan Stice (1996) menemukan bukti bahwa stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Harga saham yang lebih rendah akan membuat investor
potensial melakukan investasi sehingga akan menunjukkan pasar yang
semakin likuid. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai
PER suatu perusahaan akan membuat semakin besar kemungkinan
2.1.6 Pengaruh PBV Terhadap Pengambilan Keputusan Perusahaan Melakukan Pemecahan Saham (Stock Split)
Kemahalan harga saham mempengaruhi minat investor, khususnya
investor kecil. Hal ini dikarenakan investor harus mengeluarkan dana yang
lebih besar untuk mendapatkan suatu saham, sehingga untuk mengantisipasi
keadaan tersebut perusahaan berupaya untuk menurunkan harga saham yaitu
salah satunya dengan cara melakukan keputusan stock split, kebijakan stock split membuat perusahaan dapat menata kembali harga sahamnya dalam rentang harga yang lebih rendah.
Tingkat kemahalan harga saham dapat diukur melalui rasio penilaian
(valuation ratio) yaitu PBV (Price to Book Value). Rasio ini menjadi tolak ukur yang mengaitkan hubungan antara harga saham biasa dengan
pendapatan perusahaan dan nilai buku saham atau mencerminkan kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai rasio ini mengindikasi
bahwa harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi (Untung dan
Sugiono, 2008).
Nopiyana (2009) dalam penelitiannya untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi stock split menyimpulkan bahwa kemahalan harga saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan perusahaan
melakukan stock split. Menurut trading range theory, perusahaan melakukan
stock split karena memandang bahwa harga sahamnya terlalu tinggi. Dapat disimpulkan bahwa harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong
PBV yang tinggi merupakan penjelasan yang konsisten dengan trading range theory. Saham-saham dengan PBV tinggi akan dihindari oleh pasar, karena aturan keputusan investasi yang banyak digunakan analis adalah
membeli saham yang PBV-nya rendah (Marwata 2001)
Semakin tinggi harga saham yang beredar di pasar modal menyebabkan
minat investor terhadap saham tersebut menjadi rendah. Hal ini dapat
mengakibatkan kurang aktifnya perdagangan saham di pasar modal.
Kebijakan stock split akan membuat harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu untuk bertransaksi.
2.1.7 Likuiditas Saham
Salah satu cara untuk mengukur tingkat likuiditas saham adalah dengan mengguanakan Trading Volume Activity (TVA). Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara permintaan dan
penawaran yang merupakan interpretasi dari tingkah laku investor (Robert
Ang, 1997). Pendekatan volume perdagangan saham dapat digunakan sebagai
proksi reaksi pasar. Argumen yang dikemukakan adalah bahwa volume
perdagangan saham lebih merefleksikan aktivitas investor karena adanya
suatu informasi baru melalui jumlah saham yang diperdagangkan.
Meningkatnya volume perdagangan saham juga merupakan peningkatan
aktivitas jual beli saham oleh para investor di bursa efek. Jika permintaan dan
penawaran suatu saham semakin meningkat maka akan menyebabkan
fluktuasi harga saham tersebut semakin besar sehingga akan berpengaruh
Tujuan utama stock split adalah agar membuat saham perusahaan lebih likuid, maksudnya adalah kemudahan untuk memperjualbelikan saham dan
lebih sering diperdagangkan di bursa. Saham yang tidak likuid sering kali
disebabkan oleh dua hal yaitu harga saham yang terlalu tinggi dan jumlah
saham yang diperdagangkan terlalu sedikit. Oleh sebab itu dengan strategi
pemecahan saham membuat jumlah saham yang beredar lebih banyak dan
harga saham lebih murah, sehingga diharapkan calon investor tertarik untuk
melakukan investasi (Muharam, 2009). Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa likuiditas dapat menjadi salah satu faktor yang memperkuat atau
memperlemah keputusan stock split.
Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah saham
perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan
keseluruhan jumlah saham perusahaan yang beredar pada kurun waktu yang
sama. Semakin kecil nilai TVA mengindikasi likuiditas perdagangan saham
perusahaan di bursa saham rendah.
2.1.8 Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Return Saham Return saham adalah hasil atau tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang saham terhadap investasi yang telah dilakukan. Jika tingkat
keuntungan akan investasi tersebut tidak ada, maka investor akan berpikir
ulang untuk melakukan investasi kembali. Jadi setiap investasi, baik jangka
pendek ataupun jangka panjang memiliki tujuan utama yaitu memperoleh
Return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return atau actual return) dan return ekspektasi (expected return), return
relisasi adalah return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return ini adalah hasil dari selisih harga sekarang dengan harga sebelumnya secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan sebagai dasar penentuan return ekspektasi. Return
ekspektasi merupakan return yang diharapkan diperoleh dimasa yang akan datangoleh para investor (Jogiyanto, 2003:109)
Berdasarkan teori trading range theory, perusahaan melakukan stock split untuk menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi lebih murah sehingga terjangkau oleh
calon investor, dengan demikian diharapkan aktivitas perdagangan saham
tersebut meningkat. Meningkatnya aktivitas perdagangan saham akan
menyebabkan fluktuasi harga saham tersebut menjadi tinggi, tingginya
fluktuasi harga saham diharapkan diiringi dengan tingginya return saham yang akan diterima oleh investor.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
[image:44.595.106.514.678.752.2]Berikut merupakan beberapa tinjauan penelitian terdahulu :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu N
o
Nama (Tahun)
Judul Penelitian
Variabel Teknik Analisis
Hasil Penelitian
1 Rohana, Jeannet dan
Analisis Faktor-Faktor
H1 dan H2 Dependen :
Regresi logistik
N o Nama (Tahun) Judul Penelitian
Variabel Teknik Analisis
Hasil Penelitian
(2003) Mempengaruhi
Stock Split dan Dampak Yang Ditimbulkan-nya Stock split Independen : Harga saham, frekuensi perdagangan saham
H3 dan H4 Dependen : Frekuensi perdagangan saham dan pertumbuhan laba operasi Independen : Stock split
beda t-test hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split 2. Frekuensi perdaga-ngan saham tidak mempunyai hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split 3. Terdapat perbedaan frekuensi perdaga-ngan saham yang signifikan 4. Earning perusahaan yang diproksikan dengan operating income setelah stock split tidak lebih tinggi dibanding dengan sebelum stock split
2 Muniya
Alteza Kinerja Keuangan dan Dependen : Keputusan Regresi logistik
pertumbu-N o Nama (Tahun) Judul Penelitian
Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian sebagai Determinan Keputusan
Stock Split : Studi Empiris terhadap Perusahaan Terdaftar di BEJ Independen : Earning After Tax, pertumbuhan EAT, Earning per Share, Price
to Book Value dan
Price Earning Ratio berpenga-ruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split 2. PBV dan
PER berpenga-ruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split
3 I Gusti Mila W (2010)
Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock
Split) Terhadap
Volume Perdagangan dan Abnormal Return Saham
Dependen : Stock Split Independen: Volume Perdagangan Saham, Abnormal return saham
Uji beda t test Terdapat pengaruh signifikan pada volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split dan tidak terdapat pengaruh signifikan pada abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split
4 Josiah Omollo Aduda dan Chemarum Caroline (2010) Market Reaction to Stock Splits :
Emperical Evidence from the Nairobi Stock Exchange Dependen : Abnormal return dan
Trading Volume Activity
Independen:
Stock Splits
N o Nama (Tahun) Judul Penelitian
Variabel Teknik Analisis
Hasil Penelitian
5 Djoni
Budiardjo dan Jhose Hana Hapsari (2011) Pertumbuhan Earning per Share, Price to
Book Value
dan Price Earning Ratio Sebagai Dasar Keputusan Stock Split Independen : Pertumbuhan EPS, PBV dan PER Dependen: Keputusan stock splits Model regresi logistik 1. Variabel pertumbu-han EPS mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split 2. Variabel PBV mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split 3. Variabel PER mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan
N o Nama (Tahun) Judul Penelitian
Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian bagi perusahaan dalam melakukan
stock split.
6 Prof.
Suresha B dan Dr.Gajendr a Naidu (2013) An Emperical Study On Price
Preasure And Liquidity Effect of Stock
Split Announcement – Evidencefrom Indian Market Dependen : Abnormal Return dan
Trading Volume Activity
Independen:
Stock Split
Uji beda t test Stock split berpengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return dan volume saham
7 Ghazali, Taib and Othman (2014) Reminiscing Stock Splits Announcement
: A Malaysian Case Dependen : Abnormal return Independen: Stock splits
Uji beda t test Pengumuman stock splits berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perubahan harga saham (abnormal returns) 8 Lasmanah
dan Bambang Bagja (2014) Abnormal Return and Stock Trading Volume Analysis on the
1.3 Kerangka Konseptual
Stock split merupakan salah satu corporate action yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendandani sahamnya agar terlihat lebih menarik di mata
investor. Stock split didasari oleh 2 teori yaitu Signaling Theory dan Trading Range Theory. Signaling theory menyatakan perusahaan ingin menyampaikan kepada investor tentang kinerja perusahaan yang baik, yang dapat diukur dengan
Earning Per Share (EPS).
Trading Range theory menjelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat kemahalan saham yang tinggi akan melakukan kebijakan stock split agar sahamnya kembali diminati pasar. Tinggi rendahnya harga saham dapat dilihat
dari nilai rasio Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Bagi perusahaan, likuiditas sangat berpengaruh pada kelangsungan bisnisnya,
hal ini dikarenakan perusahaan membutuhkan modal tambahan untuk
kelangsungan bisnisnya melalui penjualan saham. Tingkat likuiditas saham dapat
diukur melalui Trading Volume Activity (TVA). Semakin rendah TVA suatu perusahaan, maka menunjukkan semakin rendah pula tingkat transaksi
perdagangan saham, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan stock split.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa faktor yang mendorong
perusahaan untuk melakukan stock split diantaranya adalah EPS, PER, PBV dan TVA. Dari adanya keputusan stock split ini, investor akan menilai, apakah keputusan ini akan membawa dampak yang positif atau negatif terhadap return
Berdasarkan teori yang melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini,
serta tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual yang dibangun
[image:50.595.144.482.194.402.2]dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 EPS berpengaruh positif terhadap keputusan stock split.
H2 PER berpengaruh positif terhadap keputusan stock split.
H3 PBV berpengaruh positif terhadap keputusan stock split.
H4 TVA memoderasi hubungan EPS terhadap keputusan stock split.
H5 TVA memoderasi hubungan PER terhadap keputusan stock split.
H6 TVA memoderasi hubungan PBV terhadap keputusan stock split.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Untuk hipotesis 1-6 desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah desain asosiatif kausal, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara satu variabel dengan variabel lainnya atau menjelaskan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini mencoba menjelaskan
fenomena yang ada dan menganalisis informasi yang didapatkan untu