• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Trauma Kapitis Yang Dilakukan Dengan Tindakan Craniotomy Di RSU Materna Medan Tahun 2008-2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Trauma Kapitis Yang Dilakukan Dengan Tindakan Craniotomy Di RSU Materna Medan Tahun 2008-2009"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA TRAUMA KAPITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN CRANIOTOMY DI RS UMUM MATERNA MEDAN

TAHUN 2008-2009

SKRIPSI

Oleh :

FRIDA. M.R. SIAHAAN NIM. 081000251

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA TRAUMA KAPITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN CRANIOTOMY DI RS UMUM MATERNA MEDAN

TAHUN 2008-2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FRIDA. M.R. SIAHAAN NIM. 081000251

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

KARAKTERISTIK PENDERITA TRAUMA KAPITIS YANG DILAKUKAN TINDAKAN CRANIOTOMY DI RS. UMUM MATERNA MEDAN

TAHUN 2008-2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: FRIDA. M. R. SIAHAAN

081000251

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19640404 199203 1 005

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19450817 197302 2 001 NIP. 19590818 198503 2 002

Medan, Juli 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Trauma kapitis craniotomy merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurolagis, bahkan kematian. Menurut Depkes RI tahun 2007, cedera intrakranial menempati urutan kedua penyakit terbanyak penderita rawat inap di RSU di Indonesia yang menyebabkan kematian dengan case fatality rate (CFR) 4,37%.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy di RS Umum Materna Medan tahun 2008-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel adalah seluruh penderita Trauma kapitis craniotomy sebanyak 107 orang (Total sampling). Analisa data dilakukan dengan menggunakan t-test dan chi-square test.

Hasil penelitian menunjukkan distribusi proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 25-34 tahun (20,6%) dengan sex ratio laki-laki (71%) dan perempuan (29%), dimana umur termuda adalah 4-14 tahun (14,0%) dan umur tertua adalah 75-84 tahun (4,7%), pendidikan akademik/PT (41,1%), pekerjaan wiraswasta (26,2%), status perkawinan menikah (66,4%), penyebab trauma kapitis karena kecelakaan lalu lintas (69,2%), klasifikasi trauma kapitis hematoma intraserebral (34,6%), tingkat keparahan berat (47,7%), lama rawatan rata-rata (14 hari), lokasi tempat kejadian di kota Medan (84,1%), keadaan sewaktu pulang dengan pulang berobat jalan (54,2%), CFR (7,5%). Penderita dengan tingkat keparahan berat, lama rawatan rata-rata secara bermakna lebih lama dibandingkan dengan tingkat keparahan ringan-sedang (18 hari (47,7%) vs 10 hari (52,3%); p=0,042), proporsi penderita dengan tingkat keparahan ringan-sedang, keadaan sewaktu pulang sembuh/PBJ/PAPS secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keparahan berat ( 98,2% vs 86,3%; p=0,019), dan proporsi penderita dengan klasifikasi trauma hematoma epidural dan subdural, tingkat keparahan ringan-sedang secara bermakna lebih tinggi dengan klasifikasi trauma hematoma intracerebral dan fraktur basis kranii terbuka ( 100% vs 97,3%; p=0,000).

Diperlukan kesadaran kepada masyarakat untuk mencegah benturan pada kepala yang dapat menyebabkan Trauma kapitis craniotomy oleh karena kecelakaan lalu lintas (KLL), dan diperlukan kesadaran kepada tim medis dan perawatan untuk mencegah tidak terjadinya infeksi nasokomial dirumah sakit.

(5)

ABSTRACT

Craniotomy head injury is a serius public health problem that directly or indirectly on the head which may result in disruption neurologis function, even death. According to the health department in 2007, intracranial injuries second highest disease patients hospitalized in public hospitals in indonesia that led to death with a case fatality rate (CFR) 4,37%.

The study aims to determine the characteristic of patients with trauma capitis craniotomy performed actions in the General Hospital Materna Medan in 2008-2009, conducted a descriptive research design of case series. Population and sample is all Trauma capitis craniotomy patients were 107 people (Total sampling). Data analysis performed using t-test and chi-square test.

The results showed the distribution of the proportion of patients with Trauma capitis craniotomy based on the largest age group of 25-34 years of age (20,6%) with male gender (16,8%), academic/PT (41,1%), job self-employed (26,2%), married marital status (66,4%), cause of head injury due to traffic accidents (69,2%), intracerebral hematoma classification of head injury (34,6%), severe severity (47,7%), duration of treatment on average (14 days), the location of the scene in the city field (84,1%), while home with the home state of outpatient (54,2%). Trauma capitis craniotomy in patients with severe severity, duration of treatment on average were significantly higher compared with mild to moderate severity (18 days vs 10 days; p=0,042), Trauma capitis craniotomy in patients with mild to moderate severity, circumstances when home cured/PBJ/PAPS was significantly higher compared with the severity of weight (98,2% vs 86,3%; p=0,019), and in patients with Trauma capitis classification trauma craniotomy with epidural and subdural hematoma, the severity of mild-was significantly higher with the classification of traumatic intracerebral hematoma and cranial base fracture is open (100% vs 97,3%; p=0,000).

It takes awareness to the public to obey traffic regulations on the highway to prevent collisions on the head which can cause Trauma craniotomy capitis due to traffic accidents (KLL).

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Frida Mindo Romauli Siahaan Tempat/tanggal lahir : Medan/31 Oktober 1984 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 2 dari 3 bersaudara Nama Ayah : Drs. S. Siahaan

Nama Ibu : R. Siagian

Alamat Rumah : JL.SEMBADA, Psr.V Gang. Bunga Mawar XX No.30 Padang Bulan Koserna Medan

Riwayat Pendidikan : SD Methodist 1 Medan (1990-1996)S : SMP Gajah Mada Medan (1996-1999) : SMU Kristen 1 Medan (1999-2002) : Akademik Keperawatan USU (2002-2005)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Trauma Kapitis Yang Dilakukan Dengan Tindakan Craniotomy Di RSU Materna Medan Tahun 2008-2009.”

Dalam penulisan SKRIPSI ini, banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasehat akademik. 2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan.

4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan.

5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan.

(8)

7. Ibu Dra. Apt. Lina Tarigan, MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberi bimbingan dan nasehat selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

8. Bapak Dr. Richard Sutanto, Aifk. MHA selaku Direktur RSU Materna Medan dan staff Rekam Medik yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam memperoleh data-data.

9. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan pengajaran selama penulis mengikuti proses perkuliahan di FKM-USU, beserta seluruh pegawai.

10. Ayahanda Drs. S. Siahaan dan Ibunda R. Siagian yang selalu mendoakan dan telah memberikan kasih dan sayangnya dalam membesarkan, mendidik, dan juga memberikan semangat, abang (Freddy Siahaan) serta adek (Fitriani Siahaan) yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

11. Teman-teman peminatan Epidemiologi dan rekan-rekan stambuk 2008, serta semua pihak yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2011

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .. .. ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Trauma kapitis craniotomy ... 7

2.2. Klasifikasi Trauma kapitis craniotomy ... 8

2.2.1. Klasifikasi Trauma kapitis Berdasarkan Lokasi Anatomi ... 8

2.2.2. Anatomi Trauma kapitis craniotomy... 10

2.3. Etiologi Trauma kapitis craniotomy ... 11

2.4. Pathofisiologi Trauma kapitis craniotomy... ... 12

2.4.1. Proses Primer ... ... 12

2.4.2. Proses Sekunder ... ... 12

2.5. Cara Pengkajian Trauma kapitis craniotomy ... 12

2.5.1. Adanya Fraktur dan CT-Scan ... 12

2.5.2. Status Neurologis ... 13

(10)

2.5.4. Status Kardiopulmonal ... 13

2.6. Tanda dan Gejala Trauma kapitis craniotomy ... 13

2.6.1. Gejala dari Hematoma Epidural ... 13

2.6.2. Gejala dari Hematoma Subdural ... 13

2.6.3. Gejala dari Hematoma Intraserebral ... ... 14

2.6.4. Gejala dari Fraktur Basis Kranii Terbuka ... ... 14

2.7. Tingkat Keparahan Trauma kapitis craniotomy ... 14

2.7.1. Pemeriksaan Neurologis ... 14

2.7.2. Pemeriksaan Penunjang ... 16

2.8. Epidemiologi Trauma kapitis ... ... 17

2.8.1. Distribusi dan Frekuensi Trauma kapitis ... ... 17

2.8.2. Determinan Trauma kapitis ... 19

2.9. Pencegahan Trauma kapitis craniotomy ... ... 20

2.9.1. Pencegahan Tingkat Pertama ... 20

2.9.2. Pencegahan Tingkat Kedua ... 21

2.9.3. Pencegahan Tingkat Ketiga ... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

3.2. Definisi Operasional ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 27

4.2.2. Waktu Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel ... 28

4.3.1. Populasi Penelitian ... 28

4.3.2. Sampel ... 28

(11)

4.5. Teknik Analisa Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Penelitian ... 29 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 30 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Pendidikan ... 30 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan ... 31 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Status Perkawinan ... 32 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Penyebab Trauma kapitis ... 33 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis ... 33 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 34 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Trauma kapitis craniotomy ... 35

5.10. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Lokasi Tempat Kejadian ... 35 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat

Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 36 5.12. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 37 5.13. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tingkat

Keparahan ... 37 5.14. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Klasifikasi

(12)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 40 6.2. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Pendidikan ... 41 6.3. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan ... 42 6.4. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Status Perkawinan ... 44 6.5. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Penyebab Trauma kapitis ... 45 6.6. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis ... 46 6.7. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 47 6.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Trauma kapitis craniotomy ... 48 6.9. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Lokasi Tempat Kejadian ... 49 6.10. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 49 6.11. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 51 6.12. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tingkat

Keparahan ... 52 6.13. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Klasifikasi

Trauma kapitis ... 53

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 30 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Pendidikan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 31 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 31 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Status Perkawinan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 32 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Penyebab Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 33 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Klasifikasi Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 34 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Tingkat Keparahan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 34 Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Trauma kapitis craniotomy di

Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009... 35 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Lokasi Tempat Kejadian di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 36 Tabel 5.10. Distibusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 36 Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan di Rumah

(15)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tingkat Keparahan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 38 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Klasifikasi Trauma

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 40 Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 42 Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009... .... 43 Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 44 Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Penyebab Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 45 Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 46 Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Tingkat Keparahan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 47 Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Lokasi Tempat Kejadian di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 49 Gambar 6.9. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009 ... 50 Gambar 6.10. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat

Keparahan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009... 51 Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tingkat

(17)
(18)

ABSTRAK

Trauma kapitis craniotomy merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurolagis, bahkan kematian. Menurut Depkes RI tahun 2007, cedera intrakranial menempati urutan kedua penyakit terbanyak penderita rawat inap di RSU di Indonesia yang menyebabkan kematian dengan case fatality rate (CFR) 4,37%.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy di RS Umum Materna Medan tahun 2008-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel adalah seluruh penderita Trauma kapitis craniotomy sebanyak 107 orang (Total sampling). Analisa data dilakukan dengan menggunakan t-test dan chi-square test.

Hasil penelitian menunjukkan distribusi proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 25-34 tahun (20,6%) dengan sex ratio laki-laki (71%) dan perempuan (29%), dimana umur termuda adalah 4-14 tahun (14,0%) dan umur tertua adalah 75-84 tahun (4,7%), pendidikan akademik/PT (41,1%), pekerjaan wiraswasta (26,2%), status perkawinan menikah (66,4%), penyebab trauma kapitis karena kecelakaan lalu lintas (69,2%), klasifikasi trauma kapitis hematoma intraserebral (34,6%), tingkat keparahan berat (47,7%), lama rawatan rata-rata (14 hari), lokasi tempat kejadian di kota Medan (84,1%), keadaan sewaktu pulang dengan pulang berobat jalan (54,2%), CFR (7,5%). Penderita dengan tingkat keparahan berat, lama rawatan rata-rata secara bermakna lebih lama dibandingkan dengan tingkat keparahan ringan-sedang (18 hari (47,7%) vs 10 hari (52,3%); p=0,042), proporsi penderita dengan tingkat keparahan ringan-sedang, keadaan sewaktu pulang sembuh/PBJ/PAPS secara bermakna lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keparahan berat ( 98,2% vs 86,3%; p=0,019), dan proporsi penderita dengan klasifikasi trauma hematoma epidural dan subdural, tingkat keparahan ringan-sedang secara bermakna lebih tinggi dengan klasifikasi trauma hematoma intracerebral dan fraktur basis kranii terbuka ( 100% vs 97,3%; p=0,000).

Diperlukan kesadaran kepada masyarakat untuk mencegah benturan pada kepala yang dapat menyebabkan Trauma kapitis craniotomy oleh karena kecelakaan lalu lintas (KLL), dan diperlukan kesadaran kepada tim medis dan perawatan untuk mencegah tidak terjadinya infeksi nasokomial dirumah sakit.

(19)

ABSTRACT

Craniotomy head injury is a serius public health problem that directly or indirectly on the head which may result in disruption neurologis function, even death. According to the health department in 2007, intracranial injuries second highest disease patients hospitalized in public hospitals in indonesia that led to death with a case fatality rate (CFR) 4,37%.

The study aims to determine the characteristic of patients with trauma capitis craniotomy performed actions in the General Hospital Materna Medan in 2008-2009, conducted a descriptive research design of case series. Population and sample is all Trauma capitis craniotomy patients were 107 people (Total sampling). Data analysis performed using t-test and chi-square test.

The results showed the distribution of the proportion of patients with Trauma capitis craniotomy based on the largest age group of 25-34 years of age (20,6%) with male gender (16,8%), academic/PT (41,1%), job self-employed (26,2%), married marital status (66,4%), cause of head injury due to traffic accidents (69,2%), intracerebral hematoma classification of head injury (34,6%), severe severity (47,7%), duration of treatment on average (14 days), the location of the scene in the city field (84,1%), while home with the home state of outpatient (54,2%). Trauma capitis craniotomy in patients with severe severity, duration of treatment on average were significantly higher compared with mild to moderate severity (18 days vs 10 days; p=0,042), Trauma capitis craniotomy in patients with mild to moderate severity, circumstances when home cured/PBJ/PAPS was significantly higher compared with the severity of weight (98,2% vs 86,3%; p=0,019), and in patients with Trauma capitis classification trauma craniotomy with epidural and subdural hematoma, the severity of mild-was significantly higher with the classification of traumatic intracerebral hematoma and cranial base fracture is open (100% vs 97,3%; p=0,000).

It takes awareness to the public to obey traffic regulations on the highway to prevent collisions on the head which can cause Trauma craniotomy capitis due to traffic accidents (KLL).

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya secara menyeluruh, terarah, berkesinambungan dan realistis.1

Hal ini tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat dengan cepat sehingga berakibat terjadinya mobilisasi penduduk yang tinggi. Perkembangan di bidang industri dan pertumbuhan kota-kota yang disertai dengan adanya peningkatan yang sangat tinggi di bidang transportasi memberikan dampak negatif. Salah satu dampak negatif adalah terjadinya Trauma kapitis akibat pekerjaan maupun meningkatnya Trauma kapitis karena kecelakaan lalu lintas.2

Trauma kapitis (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis, bahkan pada kematian.3

(21)

Bagian anggota tubuh yang lain sering terkena Trauma kapitis pada kepala, termasuk pada thoraks, abdomen, maksilofasial, dan tulang leher. Kepala merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena trauma pada kecelakaan, sehingga pada Trauma kapitis intrakranial sering dilakukan tindakan pembedahan craniotomy.5

Pada Trauma kapitis di daerah kepala (kalvarium), kulit kepala dapat mengalami robekan, perdarahan karena terdapat pembuluh darah di dalam jaringan subkutis, dalam otot-otot dan tendon sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang besar, maka dilakukan pembedahan craniotomy untuk mengeluarkan darah yang ada di dalam rongga isi otak kepala dan kemudian melakukan pemasangan pembalut untuk menekan pada kepala.6

Setiap tahun diperkirakan insiden penduduk dunia yang mengalami Trauma kapitis pada otak sekitar 300-500 per 100.000 penduduk. Di Amerika Serikat menurut Shackford dkk (1993), Cause Specific Death Rate (CSDR) Trauma kapitis 13,2 per 100.000 penduduk, dan merupakan penyebab kematian utama dari seluruh kasus trauma. Di Perancis menurut Tiret dkk (1990), insiden Trauma kapitis 281 per 100.000 penduduk dengan CSDR 22 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 4,4%.7,8 Di Hungaria (1990), setiap tahun terdapat 50.000 penduduk yang mengalami Trauma kapitis dengan insiden sebesar 0,42%, dan lebih kurang 15% diantaranya disertai dengan perdarahan otak.7

(22)

penduduk. Menurut Judith A.Falconer di Amerika Serikat (1994), lebih dari 50% penyebab Trauma kapitis di Amerika Serikat karena kecelakaan lalu lintas dengan kendaraan bermotor.9 Menurut Dahnert W, dkk di Amerika Serikat (1993), epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri, subacute hematoma (31%), cronic hematoma (11%).10

Setiap tahun di Indonesia insiden Trauma kapitis berkisar antara 200-300 per 100.000 penduduk, pada tahun (1992) terdapat korban meninggal karena kecelakaan lalu lintas sebanyak 11.933 orang dengan CFR (21,5%), dan yang meninggal disebabkan karena Trauma kapitis.11 Hasil SURKESNAS (2001), menunjukkan bahwa kecelakaan merupakan penyebab kematian utama dengan Proporsional MortalityRasio (PMR) 5,6%.12

Berdasarkan data WorldHealthReport (1998), yang dikutip oleh Departemen Kesehatan menyatakan bahwa Trauma Kapitis merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dan yang diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas sebesar 5,8 juta orang per 100.000 penduduk. Data dari Kepolisian RI selama tahun 2003-2005, frekuensi kasus kecelakaan lalu lintas meningkat dari 13.399 kasus menjadi 20.623 kasus dengan CFR dari (34,32%) menjadi (39,91%).13 Proporsi penyebab Trauma kapitis terbanyak 45% karena kecelakaan lalu lintas, 35% karena terjatuh, 10% karena kecelakaan dalam pekerjaan, 5% karena pada saat berolahraga, dan 5% karena diserang/dipukul.14

(23)

terdapat korban meninggal dunia karena kasus Trauma kapitis yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan CFR (32,69%).16

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Medan penyakit cedera intrakranial selama kurun waktu 3 tahun (2005-2007) berada pada peringkat kedua dari 10 penyakit terbesar yang menyebabkan kematian di seluruh rumah sakit kota Medan dengan CFR (4,37%), dan selama kurun waktu 3 tahun (2005-2007) berada pada peringkat kelima dari 10 penyakit terbesar di seluruh rumah sakit rawat inap kota Medan dengan CFR ( 2,18%).17

Berdasarkan penelitian Japardi (1995-1998) di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, terdapat penderita Trauma kapitis karena kecelakaan lalu lintas sebesar 96,5% dan yang dilakukan tindakan craniotomy dengan PMR (3,3%).18 Menurut penelitian Siahaan (2000) di RS Santa Elisabeth Medan, penderita Trauma kapitis dengan sebab kecelakaan lalu lintas 80,7% dan bukan kecelakaan lalu lintas 19,3%, yang dilakukan tindakan craniotomy dengan PMR (2,7%).19 Menurut penelitian Winarti Siregar (2006) di RSUP Haji Adam Malik Medan, penderita Trauma kapitis dengan sebab kecelakaan lalu lintas 85% dan bukan kecelakaan lalu lintas 15%, yang dilakukan tindakan craniotomy dengan PMR (1,4%).20

(24)

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009. 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy berdasarkan Sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan) di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy berdasarkan Penyebab Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy berdasarkan Tingkat Keparahan Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

(25)

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy berdasarkan Lokasi Tempat Kejadian Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

h. Untuk mengetahui Lama Rawatan Rata-Rata berdasarkan Tingkat Keparahan di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan Tingkat Keparahan di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi Tingkat Keparahan berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi pihak manajemen dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di RSU Materna Medan.

1.4.2. Sebagai informasi dan bahan masukkan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan masalah penyakit Trauma kapitis post-op craniotomy. 1.4.3. Sebagai sarana menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan peneliti

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Trauma kapitis.

Trauma kapitis merupakan trauma pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan kompleks di kulit kepala, tulang tempurung kepala, selaput otak dengan pembuluh darahnya, dan jaringan otak itu sendiri. Craniotomy merupakan suatu tindakan operasi pada kepala untuk membuka tengkorak (tempurung otak) dengan tujuan untuk memperbaiki kerusakkan pada jaringan otak.6

Trauma kapitis terbuka (ekstrakranial) bila terjadi hubungan antara isi rongga kepala dengan dunia luar, seperti pada luka tembak, luka bacok, luka memar otak, benturan kepala, dan lain-lain. Trauma kapitis tertutup (intrakranial) jika otak tidak berhubungan dengan dunia luar, seperti pada hematoma (pembekuan darah/perdarahan) epidural, subdural, subaraknoid, intraserebral, dan fraktur kranii terbuka. Pada Trauma kapitis intrakranial ini sering dilakukan tindakan pembedahan craniotomy.4

(27)

Hematoma epidural yang progresif membesar memerlukan operasi craniotomy untuk mengeluarkan hematoma dan menghentikan perdarahan. Bila hematoma tidak membesar dalam keadaan baik, maka operasi tidak perlu dilakukan karena bekuan darah akan mencair dan diserap, dan perlu dilakukan pemeriksaan CT-Scan.6

2.2. Klasifikasi Trauma kapitis

2.2.1. Klasifikasi Trauma kapitis Berdasarkan Lokasi Anatomi6

Berdasarkan lokasi anatomi Trauma kapitis digolongkan dalam dua bagian yaitu : Trauma kapitis yang tidak membutuhkan tindakan operasi craniotomy dan Trauma kapitis yang membutuhkan tindakan operasi craniotomy.

a. Trauma kapitis yang tidak membutuhkan tindakan operasi craniotomy Trauma kapitis yang tidak membutuhkan tindakan operasi craniotomy adalah: a.1. Komosio serebri yaitu disfungsi neuron otak sementara yang disebabkan oleh

trauma kapitis tanpa menunjukkan kelainan makroskopis jaringan otak a.2. Kontusio serebri (memar otak) yaitu trauma kapitis yang menimbulkan lesi

perdarahan intersinial pada jaringan otak tanpa terganggunya kontinuitas jaringan otak dan dapat mengakibatkan gangguan neurologis yang menetap b. Trauma kapitis yang membutuhkan tindakan operasi craniotomy

Trauma kapitis yang membutuhkan tindakan operasi craniotomy adalah : b.1. Hematoma epidural adalah perdarahan dalam ruang antara tabula interna

(28)

b.2. Hematoma subdural adalah perdarahan yang terjadi antara duramater dan araknoid, biasanya sering di daerah frontal, pariental dan temporal. Hematoma subdural ini sering bersamaan dengan kontusio serebri

b.3. Hematoma intraserebral adalah perdarahan dalam jaringan otak karena pecahnya arteri yang besar di dalam jaringan otak, sebagai akibat dari trauma kapitis berat

b.4. Higroma (Hidroma) subdural adalah penimbunan cairan diantara duramater dan araknoid. Higroma ini sering terjadi di daerah frontal dan temporal b.5. Hematoma serebri adalah massa darah yang mendesak jaringan di sekitarnya

akibat robeknya sebuah arteri, biasanya terjadi di dalam serebelum dan diensefalon

(29)

2.2.2. Anatomi Trauma kapitis

Anatomi Tauma kapitis secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.2.2

(30)

2.3. Etiologi Trauma kapitis craniotomy22

Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy dapat disebabkan oleh benturan di dalam rongga otak kepala yang menyebabkan perdarahan, dan biasanya terjadi pada kecelakaan bermotor lalu lintas jalan raya, jatuh, kecelakaan pada saat berolah raga, dan cedera kekerasan.

Klasifikasi Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy sebagai berikut :

2.3.1. Hematoma epidural

Penyebab akibat Trauma kapitis yang biasanya berhubungan dengan perdarahan tulang tengkorak, laserasi pembuluh darah, perdarahan akibat dari robeknya salah satu cabang arteri meningea media dan sinus venosus duramater

2.3.2. Hematoma subdural

Penyebab akibat Trauma kapitis yang terjadi karena geseran atau putaran otak terhadap duramater, misalnya pada orang yang jatuh terduduk, pecahnya aneurisma atau malformasi pembuluh darah di dalam ruang subdural (yang terletak antara duramater dan araknoid), dan gangguan pembekuan darah

2.3.3. Hematoma intraserebral

Perdarahan dalam jaringan otak karena pecahnya arteri yang besar di dalam jaringan otak, sebagai akibat Trauma kapitis berat, dan kontusio berat

2.3.4. Higroma (Hidroma) subdural

(31)

2.3.5. Fraktur basis kranii

Penyebab biasanya terjadi karena fraktur pada os.petrosum, unilateral/bilateral orbital hematom (Brill”s hematom), dan perdarahan melalui hidung dan likuorrhoe. 2.4. Pathofisiologi Trauma kapitis11

2.4.1. Proses primer

Proses primer merupakan kerusakan otak yang diakibatkan oleh benturan/proses mekanik yang membentur kepala. Derajat kerusakan tergantung pada kuatnya benturan dan arahnya, kondisi kepala yang bergerak/diam, dan percepatan/perlambatan gerak kepala. Proses primer ini mengakibatkan fraktur tengkorak, perdarahan dalam rongga tengkorak/otak, robekan selaput saraf dan kematian langsung neuron pada daerah yang terkena

2.4.2. Proses sekunder

Proses sekunder merupakan tahap lanjutan dari kerusakan otak primer dan timbul karena berubahnya struktur anatomi maupun fungsional dari otak, misalnya: meluasnya perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berlanjut, iskemia lokal/global otak, dan hipertermi

2.5. Cara Pengkajian Trauma kapitis craniotomy22

Hal yang penting harus diperhatikan dalam Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy adalah :

(32)

2.5.2. Status neurologis : perubahan kesadaran, pusing kepala, menurunnya refleks, malaise, kejang, kegelisahan, pupil ( ukuran dan refleks terhadap cahaya), hemiparesis, letargi, coma

2.5.3. Status gastrointestinal : adanya mual dan muntah

2.5.4. Status kardiopulmonal : kesukaran bernafas atau sesak, depresi nafas, nafas lambat, hipotensi, dan bradikardi.

2.6. Tanda dan Gejala Trauma kapitis craniotomy23

Trauma kapitis yang dilakukan craniotomy dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala seperti :

2.6.1. Gejala dari Hematoma epidural a. Penurunan kesadaran (koma)

b. Binggung dan gelisah sehingga tekanan darah meningkat dan tekanan nadi menurun

c. Sindrom Weber, yaitu midriasis (pembesaran pupil) pada sisi yang sama dari garis fraktur dan hemiplegi (gangguan fungsi motorik/sensorik pada satu sisi tubuh) pada sisi yang berlawanan

d. Fundoskopi dapat memperlihatkan papilledema (pembengkakan mata) setelah 6 jam dari kejadian

2.6.2. Gejala dari Hematoma subdural

a. Penderita mengeluh sakit kepala yang bertambah hebat b. Tampak adanya gangguan psikis

(33)

d. Kelainan neurologis seperti : hemiparesis (kelumpuhan salah satu anggota tubuh) dan bangkitan epilepsi

2.6.3. Gejala dari Hematoma intraserebral

a. Hemiplegi (gangguan fungsi motorik/sensorik pada satu sisi tubuh)

b. Papilledema (pembengkakan mata) serta gejala-gejala lain dari tekanan intrakranium yang meningkat

c. Arteriografi karotis dapat memperlihatkan suatu pergeseran dari arteri perikalosa ke sisi berlawanan serta gambaran cabang-cabang arteri serebri media yang tidak normal

2.6.4. Gejala dari Fraktura basis kranii terbuka a. Kesadaran menurun (koma)

b. Setelah siuman sering terjadi amnesia retrograd (amnesia tentang hal-hal yang terjadi beberapa saat sampai beberapa hari sebelum dan sesudah terjadi trauma kapitis) yang cukup panjang

c. Fraktur basis kranii media : keluar darah dari telinga dan liquorhe

d. Fraktur basis kranii anterior : perdarahan melalui hidung dan liquorhe biasanya jarang sembuh

e. Fraktur basis kranii posterior : kesadaran menurun, tampak belakang telinga bewarna biru

2.7. Tingkat Keparahan Trauma kapitis craniotomy24,25 2.7.1. Pemeriksaan neurologis

(34)

dan koma sulit dikomunikasikan diantara para petugas medis karena batasan dan interpretasi yang tidak tegas. Skala Koma Glasglow (SKG) adalah kriteria kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk respon mata, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan motorik yang disusun berdasarkan sebuah studi internasional di kota Glasglow dan diterima secara luas untuk menilai tingkat/derajat kesadaran penderita Trauma kapitis.

Skala Koma Glasgow

Derajat Kesadaran Reaksi Skore

Respon Membuka Mata ( E ) Membuka mata spontan 4 Membuka mata terhadap panggilan (atas

perintah)

3

Membuka mata terhadap rangsangan nyeri 2 Tidak membuka mata (tidak bereaksi) 1 Respon Motorik Terbaik (M) Mengikuti perintah 6

Melokalisasikan rangsangan nyeri 5

Menarik ekstremitas yang dirangsang 4 Sikap fleksi pada perangsangan nyeri 3 Sikap ekstensi pada perangsangan 2 Tidak ada respon motorik (gerakkan) 1 Respon Verbal Terbaik (V)

(kemampuan berkomunikasi)

Bicara terarah (orientasi baik) 5

Bingung (disorientasi) 4

(35)

Mengeluarkan bunyi tidak jelas 2 Tidak ada suara (tidak bereaksi) 1

Nilai Skala Koma Glasgow berkisar 13-15

Berdasarkan SKG maka pembagian Trauma kapitis sebagai berikut : SKG 13-15 = Trauma kapitis Ringan

SKG 9-12 = Trauma kapitis Sedang SKG 3-8 = Trauma kapitis Berat

Jika dilakukan tindakan craniotomy dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik, karena kerusakkan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar antara 7-15% dan prognosis sangat buruk pada penderita yang mengalami koma sebelum dilakukan tindakan operasi craniotomy.22

2.7.2. Pemeriksaan Penunjang11,26

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : a. Foto polos kepala

Pemeriksaan ini untuk melihat pergeseran (displacement) fraktur tulang tengkorak, tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial

b. CT-Scan kepala

(36)

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala

Pemeriksaan ini untuk menemukan perdarahan subdural kronik yang tidak tampak pada CT-Scan kepala

d. Angiografi

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien yang mengalami hemiparesis (kelumpuhan salah satu anggota tubuh) dengan kecurigaan adanya hematoma. Bila ada kelainan di dalam otak akan terlihat adanya pergeseran lokasi pembuluh darah. Pemeriksaan ini bermanfaat bila alat CT-Scan tidak ada

e. Arteriografi

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya efek massa, letak, dan luas hematoma tetapi tidak dapat menunjukkan penyebab hematoma dan kelainan otak yang terjadi

2.8. Epidemiologi Trauma kapitis

2.8.1. Distribusi dan Frekuensi Trauma kapitis

Epidemiologi penyakit Trauma kapitis yaitu mempelajari frekuensi, distribusi penyakit Trauma kapitis serta faktor-faktor (determinan) yang mempengaruhinya. Dalam distribusi penyakit Trauma kapitis ada 3 variabel yang dapat dilihat yaitu: variabel orang (person), variabel tempat (place), dan variabel waktu (time).27

a. Menurut Orang (person)

(37)

Trauma kapitis 180 per 100.000 penduduk, dan cause specific death rate 23 per 100.000 penduduk.8

Menurut penelitian Junandar Siahaan (2002) di RS Santha Elisabeth Medan, proporsi penderita Trauma kapitis terbanyak pada kelompok umur 17-24 tahun (23,8%), dan proporsi jenis kelamin laki-laki (63,1%).19

Menurut penelitian Wahyoepramono dan Yunus (2002) di RS Siloam Gleneagle Lippo Karawaci, Trauma kapitis 89 kasus dengan proporsi Trauma kapitis berat 41 kasus (46,1%) diantaranya memerlukan tindakan operasi craniotomy dan 48 kasus (53,9%) proporsi Trauma kapitis ringan-sedang yang tidak memerlukan tindakan operasi. Dari 41 kasus yang memerlukan tindakan operasi craniotomy, diantaranya 13 kasus (31,71%) disebabkan kontusio serebri, 11 kasus (26,83%) hematoma subdural, 9 kasus (21,95%) hematoma intraserebral, dan 8 kasus (19,51%) hematoma epidural.28

b. Menurut Tempat (place)

Dari pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kematian Trauma kapitis di kota cenderung lebih besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh mobilisasi penduduk yang tinggi dan perkembangan di bidang industri dan pertumbuhan kota disertai dengan adanya peningkatan yang sangat tinggi di bidang transportasi yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.2

(38)

c. Menurut Waktu (time)

Berdasarkan Data Depkes RI (2000-2007), bahwa proporsi kematian karena Trauma kapitis di Indonesia menunjukkan penurunan dan peningkatan yaitu pada tahun (2000) dengan Proporsi Mortality Rasio (PMR) sebesar 2,3%, tahun (2002) PMR sebesar 6,7%, tahun (2004) PMR sebesar 2,3% dan tahun (2006-2007) PMR sebesar 4,3%.17

Berdasarkan Data Kepolisian RI selama kurun waktu 2003-2005, frekuensi kasus kecelakaan meningkat dengan CFR dari (34,32%) menjadi (39,91%).13

2.8.2. Determinan Trauma kapitis a. Faktor Agent (Penyebab)

Penyebab Trauma kapitis bersifat mekanis, yaitu berupa benturan, pukulan, jatuh, peluru, tusukan, dan tenaga mesin.6

b. Faktor Host (Pejamu) b.1. Umur

(39)

b.2. Jenis Kelamin

Menurut penelitian Dwikoryanto dan Paranrengi (2002) di RSUD Dr. Soetomo, terdapat kecenderungan tingkat kematian pria lebih tinggi daripada wanita.29 Menurut penelitian Yuda Turana (2001) di RSCM diperoleh 263 penderita Trauma kapitis dengan pendarahan intrakranial, terdapat sebesar 83% pada penderita laki-laki dan 17% pada penderita wanita.30

c. Faktor Lingkungan (Environment)

Keadaan lingkungan fisik seperti konstruksi jalan yang tidak layak menyebabkan kurang/hilangnya kontrol pada beberapa kasus kecelakaan lalu lintas. Jarak penglihatan dan tanda bahaya di persimpangan juga ikut berperan selain arus lalu lintas dan cuaca.7

2.9. Pencegahan Trauma kapitis30

Upaya pencegahan Trauma kapitis pada dasarnya adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas yang berakibat trauma pada kepala. Upaya yang dilakukan yaitu :

2.9.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadi yang dirancang untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang terjadinya Trauma kapitis seperti : lampu lalu lintas dan kendaraan bermotor, memakai sabuk pengaman, dan memakai helm.

2.9.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

(40)

Dilakukan dengan memberikan pertolongan pertama, yaitu : menghentikan pendarahan, usahakan jalan nafas yang lapang, memberikan bantuan nafas buatan bila keadaaan berhenti bernafas.

Tindakan Pengobatan Trauma kapitis craniotomy5,11 a. Meningkatkan jalan nafas dan pola nafas yang efektif

Pada pasien Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy kesadaran menurun tidak dapat mempertahankan jalan nafas dan pola nafas yang efekif, maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik tanda-tanda vital, memberikan posisi ekstensi pada kepala, mengkaji pola nafas, memberikan jalan nafas tetap terbuka dan tidak ada sekret (sputum) yang mengganggu pola nafas

b. Mempertahankan perfusi otak

Tekanan perfusi otak dipengaruhi oleh tekanan darah arteri dan tekanan intrakranial. Oleh karena itu pada Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy tekanan darah perlu diperhatikan supaya tidak menurun. Jika terdapat syok dan pendarahan, harus segera diatasi serta menghindari terjadinya infeksi pada otak

c. Meningkatkan perfusi jaringan serebral

(41)

d. Cairan dan elektrolit

Pada pasien Trauma kapitis craniotomy dengan kesadaran menurun atau pasien dengan muntahan, pemberian cairan dan elektrolit melalui infus merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada tubuh

e. Nutrisi

Pada pasien dengan Trauma kapitis craniotomy dengan kesadaran menurun kebutuhan kalori dapat meningkat karena terdapat keadaan katabolik. Perlu diberikan makanan melalui sonde lambung

f. Pasien yang gelisah

Pada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang, misalnya haloperidol. Untuk nyeri kepala dapat diberikan obat analgetik

2.9.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

(42)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Penderita Trauma kapitis craniotomy

1. Sosiodemografi :

( Umur, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, dan Status perkawinan )

2. Penyebab Trauma kapitis craniotomy 3. Klasifikasi Trauma kapitis craniotomy 4. Tingkat Keparahan craniotomy

5. Lama Rawatan Rata-Rata 6. Keadaan Sewaktu Pulang 7. Lokasi Tempat Kejadian

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defenisi Operasional

(43)

3.2.2. Umur adalah ulang tahun terakhir penderita Trauma kapitis craniotomy, sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien yang dikategorikan berdasarkan rumus Sturgess.

3.2.3. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita Trauma kapitis craniotomy sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan Skala : Nominal

3.2.4. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dicapai penderita Trauma kapitis craniotomy sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA

4. Akademik/PT Skala : Ordinal

3.2.5. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan penderita Trauma kapitis craniotomy dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. PNS

2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta

4. Ibu Rumah Tangga (IRT) 5. Pelajar/Mahasiswa 6. Pensiunan

(44)

3.2.6. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita Trauma kapitis craniotomy sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. Menikah 2. Tidak menikah Skala : Nominal

3.2.7. Penyebab Trauma kapitis craniotomy adalah hal-hal yang menyebabkan timbulnya trauma kapitis pada penderita craniotomy sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) 2. Jatuh

3. Luka tembak 4. Tertimpa Skala : Nominal

3.2.8. Klasifikasi Trauma kapitis craniotomy adalah jenis Trauma kapitis craniotomy yang dialami oleh penderita berdasarkan hasil pemeriksaan CT-Scan sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. Hematoma epidural 2. Hematoma subdural 3. Hematoma intraserebral 4. Fraktur basis kranii terbuka Skala : Ordinal

(45)

1. Trauma kapitis ringan (SKG 13-15) 2. Trauma kapitis sedang (SKG 9-12) 3. Trauma kapitis berat (SKG 3-8)

Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas : 1. Trauma kapitis ringan-sedang (SKG 9-15) 2. Trauma kapitis berat

Skala : Ordinal

3.2.10. Lama rawatan adalah lama rawatan rata-rata penderita Trauma kapitis craniotomy menjalani perawatan di rumah sakit dari hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien. 3.2.11. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan kondisi penderita Trauma kapitis

craniotomy sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. Sembuh

2. Pulang Berobat Jalan( PBJ)

3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 4. Meninggal Dunia

Untuk uji statistik, variabel ini dikategorikan atas : 1. Sembuh (PBJ/PAPS)

2. Meninggal Dunia Skala : Ordinal

3.2.12. Lokasi Tempat Kejadian adalah lokasi daerah tempat kejadian dimana sewaktu terjadinya Trauma kapitis sesuai dengan yang tertulis pada kartu status pasien, yang dikelompokkan atas :

1. Kota Medan

(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain Case Series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Umum Materna Medan. Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan sebagai berikut :

a) RS Umum Materna Medan memiliki data yang diperlukan dalam penelitian ini.

b) Belum pernah dilakukan penelitian tentang Karakteristik Penderita Trauma Kapitis Dengan Tindakan Craniotomy di RS Umum Materna Medan.

c) RS Umum Materna Medan sebagai rumah sakit swasta dengan fasilitas yang lengkap dan alat kesehatan yang tersedia.

4.2.2. Waktu Penelitian

(47)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy yang dirawat inap RS Umum Materna Medan tahun 2008-2009 yaitu sebanyak 107 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy yang dirawat inap RS Umum Materna Medan tahun (2008-2009) besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berupa medical record penderita Trauma kapitis yang dilakukan tindakan craniotomy dirawat inap RS Umum Materna Medan Tahun 2008-2009, kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Data dianalisa dengan menggunakan t-test dan Chi-Square test. Kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi proporsi, narasi, dan grafik (garis, pie, dan bar diagram).

(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Materna Medan

Rumah Sakit Umum Materna Medan berdiri sejak tanggal 10 April 1979 dikategorikan sebagai Rumah Sakit Umum Swasta Utama setara dengan kelas B Non Pendidikan yang berada di Jl. Teuku Umar No.11 Kotamadya Medan Propinsi Sumatera Utara.

Rumah Sakit Umum Materna merupakan rumah sakit swasta yang melayani masyarakat umum dan karyawan-karyawan perusahaan serta keluarganya di daerah Sumatera Utara bahkan sebagian dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Perusahaan yang dilayani antara lain ; PTPN, PLN, TELKOM, Pertamina, Bank Mandiri, Pelindo I, Inalum, dan lain-lain. Selain itu juga melayani peserta Askes Sosial, Askes Komersial/Asuransi Inhealth, dan asuransi-asuransi swasta lainnya.

Rumah Sakit Umum Materna Medan memiliki fasilitas bidang pelayanan medis dan keperawatan ( pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan intensif, bedah sentral), bidang penunjang medis (pelayanan radiologi, rehabilitasi medis, laboratorium, apotek, laporan keuangan, rekam medis, kegiatan pemasaran, pelayanan rohani dan kegiatan akreditasi).

Jenis pelayanan yang terdapat di Rumah Sakit Umum Materna Medan adalah Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap, Pelayanan Spesialis (Spesialis Jantung, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Spesialis Bedah Saraf, Bedah Orthopedi, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Spesialis Penyakit

(49)

5.2. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi proporsi penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Umur (tahun) Laki-Laki Perempuan Total

1

(50)

5.3. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Pendidikan

Distribusi proporsi penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun

2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Pendidikan f %

1 SD 7 6,6

2 SLTP 15 14,0

3 SLTA 41 38,3

4 Akademik/PT 44 41,1

Total 107 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy rawat inap di RS Umum Materna Medan berdasarkan pendidikan yang terbanyak adalah pada akademik/PT yaitu 44 penderita (41,1%), sedangkan yang terendah adalah pada SD yaitu 7 penderita (6,6%)

5.4. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Pekerjaan

(51)

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Pekerjaan f %

1 PNS 8 7,5

2 Pegawai Swasta 23 21,5

3 Wiraswasta 28 26,2

4 Ibu rumah tangga 16 14,9

5 Pelajar/Mahasiswa 26 24,3

6 Pensiunan 6 5,6

Total 107 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy rawat inap di RS Umum Materna Medan berdasarkan pekerjaan yang terbanyak adalah pada wiraswasta yaitu 28 penderita (26,2%), sedangkan yang terendah adalah pada pensiunan yaitu 6 penderita (5,6%)

Berdasarkan pekerjaan diatas diperoleh proporsi yang terendah adalah PNS yaitu 8 penderita (7,5%) dan Pensiunan yaitu 6 penderita (5,6%) karena berhubungan dengan biaya pengobatan dan tindakan medis serta perawatan total yang tinggi/mahal 5.5. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Status Perkawinan

(52)

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Status Perkawinan f %

1 Menikah 71 66,4

2 Tidak menikah 36 33,6

Total 107 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy rawat inap di RS Umum Materna Medan berdasarkan status perkawinan yang terbanyak adalah pada menikah yaitu 71 penderita (66,4%), sedangkan yang terendah adalah pada tidak menikah yaitu 36 penderita (33,6%) 5.6. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Penyebab Trauma

kapitis

Distribusi proporsi penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap berdasarkan penyebab Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Penyebab Trauma kapitis Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Penyebab f %

1 KLL (kecelakaan lalu lintas) 74 69,2

2 Jatuh 18 16,8

3 Luka tembak 7 6,5

4 Tertimpa 8 7,5

Total 107 100,0

(53)

trauma kapitis yang terbanyak adalah pada kecelakaan lalu lintas yaitu 74 penderita (69,2%), sedangkan yang terendah adalah pada luka tembak yaitu 7 penderita (6,5%)

Penyebab Trauma kapitis luka tembak terjadi pada penderita polisi dan pencuri dengan menggunakan senjata peluru yang terkena pada otak kepala, sedangkan penyebab karena jatuh terjadi pada penderita anak-anak yang terjatuh dari ketinggian tempat tidur dan orangtua yang terjatuh dari becak mesin yang melintasi adanya lubang besar di jalan raya (KLL)

5.7. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis

Distribusi proporsi penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap berdasarkan klasifikasi Trauma kapitis di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Klasifikasi f %

1 Hematoma epidural 18 16,8

2 Hematoma subdural 36 33,6

3 Hematoma intraserebral 37 34,6

4 Fraktur basis kranii terbuka 16 15,0

Total 107 100,0

(54)

(34,6%), sedangkan yang terendah adalah pada fraktur basis kranii terbuka yaitu 16 penderita (15,0%)

5.8. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Tingkat Keparahan

Distribusi proporsi penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap berdasarkan tingkat keparahan di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Tingkat Keparahan f %

1 Ringan 18 16,8

2 Sedang 38 35,5

3 Berat 51 47,7

Total 107 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy rawat inap di RS Umum Materna Medan berdasarkan tingkat keparahan yang terbanyak adalah pada berat yaitu 51 penderita (47,7%), sedangkan yang terendah adalah pada ringan yaitu 18 penderita (16,8%)

5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Trauma kapitis craniotomy

(55)

Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Trauma kapitis craniotomy Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Lama rawatan rata-rata (Hari)

1 Mean = 13,90

2 SD (Standart Deviasi) = 7,429 3 95% Confidence Interval = 12,47-15,32 4 Coefisien of Variation = 53,44 % 5 Minimum = 3 6 Maksimum = 28

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata adalah 13,90 (14 hari) Standard Deviasi (SD) = 7,429 Coefisien of Variation = 53,44 % ( > 10%) artinya lama rawatan rata-rata penderita Trauma kapitis sangat bervariasi, dimana lama rawatan minimum = 3 hari, dan maksimum = 28 hari

Lama rawatan 3 hari penderita dengan tingkat keparahan ringan dan keadaan sewaktu pulang PBJ/PAPS, karena berhubungan dengan tindakan medis, obat-obatan, perawatan dan ruangan kamar sehingga memerlukan biaya pengobatan dan perawatan sedangkan lama rawatan 28 hari penderita dengan tingkat keparahan berat dan keadaan sewaktu pulang sembuh/PBJ memerlukan pengobatan dan perawatan yang khusus sehingga membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu yang lama

5.10. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Lokasi Tempat Kejadian

(56)

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Lokasi Tempat Kejadian Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Lokasi Tempat Kejadian f %

1 Kota Medan 90 84,1

2 Diluar Kota Medan 17 15,9

Total 107 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy rawat inap di RS Umum Materna Medan berdasarkan lokasi tempat kejadian yang terbanyak adalah kota Medan yaitu 90 penderita (84,1%), sedangkan yang terendah adalah diluar kota Medan yaitu 17 penderita (15,9%)

5.11. Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Keadaan Sewaktu Pulang f %

1 Sembuh/ Pulang Berobat Jalan (PBJ) 20+58=78 18,7+54,2=72,9

2 PAPS 58 54,2

3 Meninggal dunia 8 7,5

Total 107 100,0

(57)

sewaktu pulang yang terbanyak adalah sembuh/pulang berobat jalan (PBJ) yaitu 78 penderita (72,9%), sedangkan yang terendah adalah meninggal dunia yaitu 8 penderita (7,5%)

5.12. Lama rawatan rata-rata Berdasarkan Tingkat Keparahan

Lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan pada penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.11. Lama rawatan rata-rata Berdasarkan Tingkat Keparahan pada Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Tingkat Keparahan Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

n X SD

1 Ringan-sedang 56 9,89 5,26

2 Berat 51 18,29 6,98

Total 107 28,18 12,24

df = 105 p = 0,042

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 107 penderita Trauma kapitis craniotomy, lama rawatan rata-rata dari 56 penderita Trauma kapitis craniotomy dengan tingkat keparahan ringan-sedang yaitu 9,89 hari (10 hari) dan lama rawatan rata-rata dari 51 penderita Trauma kapitis craniotomy dengan tingkat keparahan berat yaitu 18,29 hari (18 hari)

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t diperoleh nilai p<0,05 artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita Trauma kapitis craniotomy berdasarkan tingkat keparahan

5.13. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Tingkat Keparahan

(58)

pada penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang pada Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Keadaan Sewaktu Pulang

Tingkat Keparahan Total

Ringan-sedang Berat f %

f % f %

1 PBJ/PAPS 55 55,6 44 44,4 99 100

2 Meninggal Dunia 1 12,5 7 87,5 8 100

df = 1 p = 0,019 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 99 penderita Trauma kapitis craniotomy dengan keadaan sewaktu pulang PBJ/PAPS proporsi tertinggi yaitu ringan-sedang (55,6%), dari 8 penderita Trauma kapitis craniotomy dengan keadaan sewaktu pulang meninggal dunia proporsi tertinggi yaitu berat (87,5%), dan terdapat 1 penderita meninggal dunia dengan tingkat keparahan ringan-sedang karena kekurangan biaya pengobatan (obat-obatan)

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50%) dengan frekuensi harapan <5 dari tabel 5.13 merupakan tabel 2x2 sehingga dilanjutkan dengan uji Fisher Exact diperoleh nilai p<0,05, artinya secara statistik ada perbedaan yang bermakna proporsi tingkat keparahan berdasarkan keadaan sewaktu pulang

(59)

laki-laki 4 orang dan perempuan 3 orang, dan tertimpa terdapat laki-laki-laki-laki 6 orang dan perempuan 2 orang

5.14. Tingkat Keparahan Berdasarkan Klasifikasi Trauma kapitis

Distribusi proporsi tingkat keparahan berdasarkan klasifikasi trauma kapitis pada penderita Trauma kapitis dengan tindakan craniotomy rawat inap di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Klasifikasi

Trauma pada Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009

No Klasifikasi Tingkat Keparahan Total

Ringan-sedang Berat f %

f % f %

1 Hematoma epidural 18 100 0 0 18 100

2 Hematoma subdural 36 100 0 0 36 100

3 Hematoma intraserebral 1 2,7 36 97,3 37 100 4 Fraktur Basis kranii

terbuka

1 6,3 15 93,7 16 100

(60)
(61)

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Distribusi Penderita Trauma kapitis craniotomy 6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy berdasarkan umur dan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009

9.3

(62)

perempuan 3,7%. Pada semua kelompok umur proporsi laki-laki lebih besar daripada perempuan kecuali pada kelompok umur 75-84 tahun, karena pada perempuan sering terjatuh pada umur usia lanjut

Proporsi umur berdasarkan jenis kelamin laki-laki dari umur termuda 4-14 tahun (9,3%) meningkat pada umur 15-24 (14%) meningkat pada umur 25-34 tahun (16,8%) menurun pada umur 35-44 tahun (11,2%) menurun pada umur 45-54 tahun (10,3%) menurun pada umur 55-64 tahun (2,8%) meningkat pada umur 65-74 tahun (4,7%) dan menurun pada umur tertua 75-84 tahun (1,9%). Pada jenis kelamin perempuan dari umur termuda 4-14 tahun (4,7%) menurun pada umur 15-24 tahun (2,8%) meningkat pada umur 25-34 tahun (3,7%) meningkat pada umur 35-44 tahun (4,7%) menurun pada umur 45-54 tahun (3,7%) menurun pada umur 55-64 tahun (1,9%) meningkat pada umur 65-74 tahun (4,7%) menurun pada umur 75-84 tahun (2,8%).

Menurut sosio-ekonomi kelompok laki-laki usia produktif yang paling aktif dengan mobilitas tinggi dibandingkan anak-anak dan orangtua, sehingga laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan perempuan. Menurut penelitian Sahudi dan Umar Kasan (2001) di RSUD Dr.Soetomo, umur penderita Trauma kapitis craniotomy terbanyak adalah 21-55 tahun yaitu 68,75%.34

(63)

Amandus Siahaan (2005) di RSUP H.Adam Malik Medan, penderita Trauma kapitis craniotomy terbanyak adalah laki-laki yaitu 68,2%, dan perempuan yaitu 31,8%.35 6.1.2. Pendidikan

Proporsi penderita Trauma kapitis craniotomy berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Umum Materna Medan tahun 2008-2009 dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Umum Materna Medan Tahun 2008-2009

41.1%

38.3% 14.0%

6.6%

Pendidikan

Akademik/PT SLTA SLTP SD

Berdasarkan gambar 6.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan pendidikan proporsi terbanyak penderita Trauma kapitis craniotomy adalah Akademik/PT 41,1%

sedangkan yang terendah adalah SD 6,6%.

Gambar

Gambar 2.2.2. Anatomi Trauma kapitis berdasarkan Lokasi Anatomik
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat Inap Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di RS Umum Materna Medan Tahun 2008 – 2009
Tabel 5.2.  Distribusi Proporsi Penderita Trauma kapitis craniotomy Rawat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.19 Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan dalam Setahun berdasarkan Kadar Gula Darah Akhir Penderita DM yang di Rawat Jalan di Klinik Alifa Diabetic Centre

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi rawat inap berdasarkan status komplikasi di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 dapat dilihat pada gambar

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita kanker colorectal berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 dapat

Diagram Bar Distribusi Proporsi Derajat Bronkopneumonia Balita Penderita Bronkopneumonia Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Distribusi Proporsi Penderita Struma Berdasarkan Status Perkawinan Proporsi penderita struma rawat inap di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2005-2009 berdasarkan status perkawinan

Distribusi Proporsi Rata-Rata Lama Rawatan Berdasarkan Stadium Klinik Penderita Kanker Payudara yang Dirawat Inap di.

Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata

Distribusi Proporsi Sumber Biaya Penderita Meningitis Anak yang di Rawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata di RSUP H. Distribusi Proporsi Sumber Biaya