ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA VERBA SURU DAN YARU DALAM NOVEL ASHINAGA OJISAN (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)
IMIRON KARA MITA “SURU” TO “YARU” NO IMI TO KINOU NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat
ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh: SISKA SILVIA
100708053
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mengkaruniakan berkat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat beriring salam penulis kirimkan
kepada junjungan umat yaitu Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa
kabar tentang pentingnya ilmu bagi hari kemudian.
Skripsi ini berjudul “ Analisis Fungsi dan Makna Verba Suru dan Yaru
dalam Novel Ashinaga Ojisan” merupakan salah satu persyaratan untuk dapat
mneyelesaikan program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
Dalam penulisan skripsi ini mungkin masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan khritik dan saran dari semua pihak
sehingga skripsi ini lebih bermanfaat dan lebih sempurna.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasihyang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, sebagai ketua Departemen Sastra
3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
telah menyediakan waktu, pemikirannya dan memberikan arahan kepada
penulis untuk lebih teliti dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Hj. Siti Muharami Malayu, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II
yang juga telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Para Dosen dan Staff di Universitas Sumatera Utara, khususnya di Jurusan
Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu kepada penulis selaku mahasiswa
selama masa perkuliahan.
6. Teristimewa kepada semua keluargaku yang tercinta yang telah memberikan
dukungan, perhatian, semangat, dan bantuan yang tak terhingga baik dalam
bentuk moril ataupun materi hingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini
dengan baik sampai selesai.
7. Sahabat- sahabat baikku yang selalu setia dan terus memberikan semangat
kepadaku setiap saat. Gracias guys.
8. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Perumusan Masalah...3
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...4
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...4
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian...7
1.6 Metodologi Penelitian...7
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG VERBA BAHASA JEPANG, MAKNA DAN VERBA SURU DAN YARU 2.1 Verba...9
2.1.1 Pengertian Verba...9
2.1.2 Jenis-jenis Verba Bahasa Jepang ...10
2.1.3 Fungsi Verba...17
2.2 Makna ...18
2.2.1 Defenisi Makna...18
2.2.2 Jenis-jenis Makna...19
2.3 Fungsi dan Makna Verba Suru dan Yaru......26
2.3.1 Fungsi dan Makna Verba Suru...26
2.3.1.1 Fungsi Verba Suru...26
2.3.1.2 Makna Verba Suru...31
2.3.2 Fungsi dan Makna Verba Yaru...34
2.3.2.1 Fungsi Verba Yaru...34
2.3.2.2 Makna VerbaYaru ...37
BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA VERBA SURU DAN YARU DALAM NOVEL ASHINAGA OJISAN 3.1 Fungsi dan Makna Verba Suru dalam Novel Ashinaga Ojisan...41
3.2 Fungsi dan Makna Verba Yaru dalam Novel Ashinaga Ojisan...48
3.3 Perbedaan Fungsi dan Makna VerbaSuru dan Yaru dalam Novel Ashinaga Ojisan...55
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan...58
4.2 Saran...60
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Dalam bahasa Jepang banyak kata yang maknanya hampir sama disebut
ruigigo (sinonim). Sinonim merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh pembelajar bahasa asing dalam mempelajari bahasa Jepang. Karena kesulitan
tersebut, sehingga diperlukan penelitian dan pemahaman tentang fungsi dan
nuansa makna yang terkandung dari kata-kata tersebut. Bahasa Jepang memiliki
keanekaragaman verba, diantaranya verba suru dan yaru.
Penelitian ini bertujuan untuk memeperoleh gambaran yang jelas
mengenai perbedaan fungsi dan makna verba suru dan yaru dalam kalimat berbahasa Jepang. Dalam penyelesaiannya, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dan data yang digunakan ialah data kualitatif. Langkah- langkah yang
dilakukan untuk memperoleh tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
mengumpulkan verba suru dan yaru yang terdapat dalam novel Ashinaga Ojisan.(2) menganalisis fungsi dan makna verba suru dan yaru untuk mengetahui fungsi dan makna dari kedua verba tersebut.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Verba suru dan yaru memiliki persamaan fungsi dan makna.
2. Verba suru dan yaru dalam pemakaiannya dapat saling menggantikan pada konteks kalimat tertentu.
4. Digunakan untuk menunjukkan adanya sesuatu yang dirasakan oleh tubuh,
baik itu suara, bau, rasa, maupun perasaan badan serta hal- hal yang
terlihat oleh mata.
5. Digunakan untuk menunjukkan adanya suatu sifat atau suatu kondisi.
6. Digunakan untuk menunjukkan perbuatan mengenakan sesuatu pada tubuh.
7. Digunakan untuk menunjukkan suatu keputusan.
8. Digunakan untuk menunjukkan perasaan menghormati tingkah laku dari
pihak lain.
9. Digunakan untuk menunjukkan pekerjaan suatu bagian tubuh.
10.Verba suru bermakna melakukan/ mengerjakan/ berbuat, merasa, memakai, memutuskan ~, mempunyai, dan membicarakan/ berbicara.
11.Verba yaru digunakan utnuk menunjukkan prilaku mengirim seseorang ke tempat lain.
12.Digunakan untuk memindahkan (sesuatu) ke tempat lain.
13.Digunakan untuk menunjukkan prilaku melaksanakan/ melakukan/ berbuat
sesuatu.
14.Digunakan untuk memperlihatkan dan melakukan hal yang ekstrem.
15.Verba yaru bermakna melihat/ melepaskan pandangan, mengirim, belajar, melakukan, bermain, bekerja sebagai, dan memberi (perlakuan yang
要旨
意味論から見た「する」と「やる」の意味と機能の分析
日本語では多くの単語が類似した意味をもっていて、それは類義語
と呼ばれる。外国語学習者にとって、類義語が日本語を勉強の難しいの一
つの困難になるとしてである。そのためそれらの困難のため、そのような
機能や意味の色合いの必要な研究と理解はこれらの単語をふくんでいる。
日本語は様々な動詞をもって、その中で「する」と「やる」である。
この研究では、日本文で「する」と「やる」の日本語の動詞の機能
と意味の違いについて明確に把握を得ることを目的とした。本研究の完成
は、記述分析法を使用して、使用したデータが質的データであった。 次
のように本研究の目的を得るために実行されるステップは、以下のとおり
である。ア、あしながおじさんの小説に含まれる動詞恋するとヤルを収集
します。イ、動詞の機能と意味を決定するために収集したデータを分析し
た。
本研究の結果から、それを示している。
一、 動詞恋するとやるは、同様の機能と意味を持っている。
二、 使用中の動詞恋するとやるは、特定の文章の文脈で交換すること
ができる。
四、 動詞恋するは、それが、音匂い、あじ、及び身体の感覚、並びに
目には見えないものかどうか、体によって知覚されるようなもの
を示すために使用される。
五、 形質または状態の存在を示すために使用される。
六、 身体に何かを身に着けている行為を示すために使用される。
七、 決定を示すために使用される。
八、 尊敬の気持ちを相手の挙動を示すために使用される。
九、 身体部分の仕事を示すために使用される。
十、 動詞恋するは行って、感じ、着用して、決め、持っていって、話
すの意味を持っている。
十一、 動詞恋やるは別の場所に誰かを送信する動作を示すために使用さ
れる。
十二、 別の場所に(何か)を移動するために使用される。
十三、 何かを実行するおこないを示すために使用される。
十四、 極度を表示して行うために使用される。
十五、 動詞恋やるは見、実行して、学んで、送信して、遊んで、~とし
て働いていて、(治療問題を引き起こす)を上げの意味を持って
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Samsuri (1994: 4) menyatakan bahwa bahasa adalah alat yang dipakai
manusia untuk membentuk dan menyampaikan pikiran, perasaan, keinginan dan
perbuatan- perbuatan; alat yang dipakai manusia untuk mempengaruhi dan
dipengaruhi.
Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk menyampaikan ide,
pikiran, hasrat, keinginan dan perasaan kepada orang lain baik itu secara lisan
maupun tulisan.
Studi, kajian, atau ilmu yang obyeknya bahasa disebut dengan linguistik.
Dalam linguistik kita dapat mengkaji antara lain berupa kalimat, kosakata, atau
bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana
sosio-kultural yang mempengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dengan
adanya berbagai objek kajian tersebut maka lahirlah cabang-cabang linguistik
Semantik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang arti
dan makna.
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Jepang, seringkali kita temui
adanya hubungan kemaknaan atau relasi makna antara sebuah kata atau satuan
bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi
kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna ( sinonimi), kebalikan
makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas).
Sinonim dalam bahasa Jepang disebut dengan Ruigigo. Contohnya pada kata suru dan yaru, kedua kata tersebut merupakan verba yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang sama yaitu
‘mengerjakan/ melakukan’, namun pada konteks tertentu verba ‘suru’ dan ‘yaru’
akan berbeda makna. Sebagai contoh, pemakaian verba suru dan yaru adalah pada kalimat berikut :
1. 実験をする。
Jikken wo suru.
Melakukan
(Shirou, Hayashi, 1993: 526) percobaan.
2. へまをやる。
Hema o yaru.
Melakukan
(Shirou, Hayashi, 1993: 1004) kesalahan yang tolol.
Melihat kedua contoh kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa meskipun
makna ‘mengerjakan/ melakukan’, tetapi dalam pemakaian pada beberapa kalimat,
antara kedua verba ini masing-masing memiliki fungsi dan nuansa makna yang
berbeda.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai sinonim verba Suru dan Yaru yang selanjutnya akan penulis bahas dalam skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Verba Suru dan
Yaru dalam Novel Ashinaga Ojisan”.
1.2 Perumusan Masalah
Banyaknya verba suru ditemukan di dalam bahasa Jepang dan ternyata bersinonim dengan verba yaru yang artinya sama-sama ‘mengerjakan/ melakukan’ membuat penulis merasa kesulitan dalam menentukan kata mana yang cocok
digunakan pada kalimat bahasa Jepang dan dalam konteks kalimat yang
bagaimana seharusnya digunakan. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan
penelitian untuk mendeskripsikan makna kata satu persatu. Untuk itu penulis
mengumpulkan beberapa kalimat dari sebuah novel yang di dalamnya banyak
terdapat verba suru dan yaru.
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
3. Apa perbedaan fungsi dan nuansa makna verba suru dan yaru dalam novel Ashinaga Ojisan?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, pada penulisan skripsi ini
penulis membatasi pembahasan mengenai fungsi dan nuansa makna kata yang
bersinonim yaitu suru dan yaru. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan masalah tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok
permasalahan yang dibahas.
Pembahasan dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada analisis
perbedaan fungsi dan nuansa makna dari kedua kata yang bersinonim tersebut.
Untuk masing-masing kata suru dan yaru akan dibahas 10 buah kalimat, yang diambil dari kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang terdapat pada novel Ashinaga
Ojisan karya Jean Webster yang diterjemahkan oleh Tsuboi Ikumi dengan tebal
248 halaman.
1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Kosakata (goi) merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan
(rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi (kandoushi), konjungsi (setsuzokushi), verba bantu (jodoushi), partikel (joushi), (Dahidi dan Sudjianto, 2007: 98).
Nomura dalam Dahidi dan Sudjianto (2011: 149) menyatakan bahwa
Verba (doushi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi
dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat.
Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis makna verba suru dan
yaru yang bermakna sama namun berbeda cara penggunaannya di dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu semantik.
Semantik (imiron ) merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna antar satu sukukata dengan kata lainnya (go no imi kankei), makna frasa
(ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi) (Sutedi, 2011: 127). Relasi makna merupakan objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas
pada penelitian ini, khususnya sinonim karena verba suru dan yaru termasuk ke dalam kata-kata bersinonim.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori fungsi dan makna, selain
itu juga menggunakan pendekatan linguistik di bidang semantik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, fungsi ialah: (1) Jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, (2)
satu berubah, besaran yang lain juga berubah, (4) kegunaan suatu hal, (5) peran
sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas (KBBI, 2007: 322).
Fungsi suatu verba sangat berkaitan dengan semantik terutama dalam segi makna.
Dalam semantik (imiron) terdapat beberapa objek kajian, antara lain adalah makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei) antar satu kata dengan kata lainnya, makna frase dalam satu idiom (ku no imi) dan makna kalimat (bun no imi) (Sutedi, 2011: 127).
Berdasarkan pada relasi makna terdapat hubungan antar makna (go to go no imi kankei) yang terdiri dari: hubungan kesinoniman(ruigi kankei), antonim (hangi kankei), dan hubungan hipponimi dan hipernimi (jouge kankei).
Verhaar dalam Pateda (2001: 223) mengatakan bahwa sinonimi adalah
ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frasa atau malah kalimat) yang
kurang lebih sama maknanya dengan satu ungkapan lain. Artinya, meskipun
maknanya sama tetapi memperlihatkan perbedaan-perbedaan, apalagi jika
dihubungkan dengan pemakaian kata- kata tersebut. Hal ini terjadi karena
berbagai faktor, diantaranya penggunaannya dalam kalimat. Misalnya pada verba
‘suru’ dan ‘yaru’, kedua kata tersebut merupakan verba yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bermakna sama yaitu ‘mengerjakan/
melakukan’. Akan tetapi, meskipun kedua kata tersebut bersinonim, namun
maknanya bisa berbeda pada konteks dan situasi tertentu. Makna yang muncul
sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks ini disebut dengan makna
Untuk menganalisis fungsi dan makna verba suru dan yaru dalam novel Ashinaga Ojisan, penulis menggunakan teori fungsi dan makna serta teori
kontekstual.
1.5 Tujuan Dan Manfaat 1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna verba suru dalam novel Ashinaga Ojisan.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna verba yaru dalam novel Ashinaga Ojisan.
3. Untuk mendeskripsikan perbedaan fungsi dan makna verba suru dan yaru
dalam novel Ashinaga Ojisan.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai verba bahasa
Jepang, terutama verba suru dan yaru.
2. Menambah referensi dalam bidang linguistik khususnya bidang semantik
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Djadjasudarma (1993: 15) menyatakan bahwa deskripsi merupakan gambaran
ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri.
Data- data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research), ialah teknik-teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari
buku-buku, baik itu buku pelajaran bahasa Jepang maupun novel berbahasa
Jepang yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Sedangkan teknik
penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan teknik deskriptif, yaitu dengan
memberikan penjabaran-penjabaran dan uraian yang menggunakan kata-kata.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Membaca novel Ashinaga Ojisan.
2. Mengumpulkan verba suru dan yaru yang terdapat dalam novel Ashinaga Ojisan.
3. Menganalisis fungsi dan makna verba suru dan yaru
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG VERBA BAHASA JEPANG, MAKNA DAN VERBA SURU DAN YARU
2.1. Verba Bahasa Jepang
2.1.1 Pengertian Verba
Sebelum menelaah fungsi bahasa Jepang secara umum dan pemakaian
verba suru dan yaru, penulis akan memaparkan beberapa definisi tentang verba yang diambil dari beberapa sumber. Verba merupakan kata yang menggambarkan
proses, perbuatan, atau keadaan: kata kerja (KBBI, 2007: 1260). Verba di dalam
bahasa Jepang disebut doushi.
Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Situmorang, 2010: 9)
mengatakan bahwa, makna doushi jika dilihat dari kanjinya ialah:
動く ugoku, dou ‘bergerak’
詞 shi, kotoba ‘kata’
動詞 doushi ‘kata yang bermakna gerakan’
Doushi yaitu salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan ajektiva-i dan ajektiva- na menjadi salah satu jenis yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat, Nomura
dengan Nomura yang menurutnya doushi adalah kata yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan bisa berdiri sendiri.
2.1.2 Jenis- Jenis Verba Bahasa Jepang
Shimizu dalam Sudjianto dan Dahidi (2007: 150) menjabarkan jenis- jenis
verba (doushi) sebagai berikut:
1. Jidoushi 自動詞 (verba intransitif)
Jidoushi merupakan kelompok verba yang tidak berarti mempengaruhi pihak lain.
Contoh:
行く iku ‘pergi’
来る kuru ‘datang’
閉まる shimaru ‘tertutup’
起きる okiru ‘bangun’
2. Tadoushi他動詞 (verba transitif)
Tadoushi merupakan kelompok verba yang menyatakan arti mempengaruhi pihak lain.
Contoh:
寝かす nekasu ‘menidurkan’
出す dasu ‘mengeluarkan’
3. Shodoushi 所動詞
Shodoushi merupakan kelompok verba yang memasukkan pertimbangan pembicara, maka tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif dan kausatif. Selain itu
tidak memiliki bentuk perintah dan ungkapan kemauan(ishi hyougen). Di antara kata- kata yang termasuk kelompok ini, kelompok doushi yang memiliki makna potensial seperti ikeru dan kikeru disebut kanoo doushi ‘verba potensial’.
Contoh:
見える mieru ‘terlihat’
聞こえる kikoeru ‘terdengar’
行ける ikeru ‘dapat pergi’
Selain jenis- jenis doushi di atas (jidoushi,tadoushi, dan shodoushi), Terada Takanao dalam Dahidi dan Sudjianto (2007: 150) menambahkan Fukugou doushi, haseigo toshite no doushi, dan houjo doushi sebagai jenis- jenis doushi.
4. Fukugou Doushi
Fukugou doushi adalah doushi yang terbentuk dari gabungan dua buah kata atau lebih. Gabungan kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai
suatu kata.
Contoh:
話し合う hanashiau ‘berunding’
近寄る chikayoru ‘mendekati’
5. Hoseigo toshite no doushi
Hoseigo toshite no doushi ialah doushi yang memakai prefiks atau doushi
yang terbentuk dari kelas kata lain dengan cara menambahkan sufiks. Kata-kata
tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai suatu kata.
Contoh:
寒がる samugaru ‘merasa kedinginan’
学者ぶる gakushaburu ‘sok berjiwa sarjana’
汗ばむ asebamu ‘berkeringat’
6. Hojo doushi
Hojo doushi adalah doushi yang menjadi bunsetsu tambahan. Bunsetsu
ialah satuan kalimat yang lebih besar daripada tango (kata) yang pada akhirnya dapat membentuk sebuah bun (kalimat).
Contoh:
机の上に本がある。 彼はあそこにいる。
Tsukue no ue ni hon ga aru Kare wa asoko ni iru
Sutedi, (2009: 49) mengungkapkan bahwa verba bahasa Jepang digolongkan
ke dalam tiga kelompok berdasarkan pada perubahan bentuknya.
1. Kelompok I
Kelompok ini disebut dengan goudan doushi (verba lima tingkatan), karena mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi bahasa Jepang, yaitu
deretan bunyi: あいうえお ‘a-i-u-e-o’
Cirinya yaitu verba yang berakhiran huruf(gobi) う、つ、る、く、ぐ、む、ぬ、 ぶ、す ‘u-tsu-ru-ku-gu-mu-nu-bu-su’
Contoh:
買う ka-u ‘membeli’
立つ ta-tsu ‘berdiri’
売る u-ru ‘menjual’
書く ka-ku ‘menulis’
泳ぐ oyo-gu ‘berenang’
読む yo-mu ‘membaca’
死ぬ shi-nu ‘meninggal’
遊ぶ aso-bu ‘bermain’
2. Kelompok II
Kelompok ini disebut dengan ichidan doushi (verba satu tingakatan), karena perubahannya terjadi pada satu deretan bunyi saja. Ciri utama dari verba
ini, yaitu yang berakhiran suara ‘e-ru’ yang disebut dengan kami- ichidan- doushi, dan verba yang berakhiran bunyi ‘i-ru’ yang disebut dengan shimo- ichidan- doushi.
Contoh:
見る mi-ru ‘melihat’
起きる oki-ru ‘bangun’
寝る ne-ru ‘tidur’
食べる tabe-ru ‘makan’
3. Kelompok III
Verba kelompok ini merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan,
sehingga disebut henkaku doushi. Verba ini hanya terdiri atas dua verba, yaitu:
する su-ru ‘melakukan’
来る ku-ru ‘datang’
Sedangkan Kindaichi dalam Sutedi (2011: 94) membagi jenis verba yang
1. Shunkan doushi
Shunkan doushi merupakan verba yang menyatakan suatu aktifitas atau kejadian, mengakibatkan terjadi suatu perubahan dalam waktu singkat. Perubahan
yang dimaksud adalah “dari tidak... menjadi ...”. Verba ini tidak digunakan untuk
menyatakan suatu kebiasaan seseorang atau perbuatan yang dilakukan berulang-
ulang.
Contoh:
Pada verba 死 ぬ shinu (mati) perubahan yang terjadi, yaitu ‘dari tidak mati menjadi mati’ atau perubahan ‘dari mati menjadi tidak mati’, perubahan tersebut
terjadi hanya dalam waktu yang singkat/ sesaat. Begitu pula halnya dengan verba
結 婚 す る kekkon suru (menikah), perubahan yang terjadi, yaitu ‘dari tidak
menikah menjadi menikah’ atau ‘dari membujang menjadi beristri/ bersuami’,
perubahan ini pun terjadi dalam tempo yang singkat.
2. Keizoku doushi
Keizoku doushi ialah verba yang menyatakan suatu aktifitas atau kejadian yang memerlukan waktu tertentu dan pada setiap bagian waktu tersebut terjadi
suatu perubahan. Sehingga waktu kapan dimulai dan kapan berakhirnya dari
Contoh:
Pada verba 書くkaku (menulis) dan 走るhashiru (berlari), kapan dimulainya dan kapan berakhirnya akan teramati, dan pada setiap bagian (titik) waktu akan terjadi
perubahannya.
3. Joutai doushi
Joutai doushi adalah verba yang menyatakan keadaan sesuatu, jika dilihat dari titik waktu tertentu, samasekali tidak akan terlihat terjadinya suatu perubahan.
Contoh:
Verba ある aru (ada) dan 書ける kakeru (bisa menulis), jika dilihat dari titik waktu tertentu, tidak akan terjadi suatu perubahan. Verba kakeru (bisa menulis) jika dibandingkan dengan verba kaku (menulis) yang merupakan keizouku doushi, akan jelas perbedaannya.
4. Daiyonshu doushi
Daiyonshu doushi ialah verba yang menyatakan keadaan sesuatu secara khusus, dan selalu dinyatakan dalam bentuk sedang (te iru). Pada verba ini pun jika dilihat dari titik waktu tertentu, tidak akan terjadi suatu perubahan, karena
memang sudah menjadi suatu kondisi yang tetap.
Verba 勝 れ る sugureru (unggul) dalam kalimat jirou no sakuhin wa motto sugurete iru (karya Jiro lebih unggul).
2.1.3 Fungsi Verba
Secara umum verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat dan
di dalam bahasa Jepang predikat tereletak di akhir kalimat.
Contoh:
インドネシアは資源に富んでいる。
Indonesia wa shigen ni tondeiru.
‘Indonesia kaya akan sumber alam.’
Verba juga berfungsi sebagai keterangan bagi kelas kata lainnya pada
sebuah kalimat, dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vokal / u/, dan
memiliki bentuk perintah (Sudjianto dan Dahidi, 2007: 149).
Contoh:
行く iku ‘pergi’
ある aru ‘ada’
2.2 Makna
2.2.1 Definisi Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu
berkaitan dengan sebuah kata. Apakah itu makna yang berasal dari kata tunggal
ataupun berasal dari kata yang terbentuk dari hubungan antar kata dengan kata
atau gabungan kata, atau apakah itu kata benda, kata sifat, ataupun kata kerja.
Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:
79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata- kata dan istilah yang
membingungkan. Ullman dalam Pateda (2001:82) mengemukakan bahwa makna
adalah hubungan antara makna dengan pengertian.
Sedangkan di dalam KBBI ( 2007: 703), makna adalah maksud pembicara
atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.
Kemudian Chaer (2009: 33) juga mengatakan bahwa makna adalah unsur dari
sebuah kata atau lebih tepat sebagai gejala- dalam- ujaran (utterane internal -phenomenon).
Jadi, makna ialah maksud pembicara atau penulis tentang kata, frasa,
2.2.2 Jenis- Jenis Makna
Chaer (2009: 59) mengatakan bahwa jenis atau tipe makna dapat
dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang, yakni:
1. Berdasarkan jenis semantiknya, makna dapat dibedakan antara makna
leksikal dan makna gramatikal.
Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang
sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh- sungguh nyata
dalam kehidupan kita. Misalnya: kata tikus, makna leksikalnya adalah sebangsa
binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna ini
tampak jelas dalam kalimat ‘tikus itu mati diterkam kucing’. Kata tikus pada
kalimat tersebut, jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain.
Tetapi dalam kalimat ‘yang menjadi tikus di gudang kami ternyata berkepala
hitam’, bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang
tikus melainkan kepada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip
dengan perbuatan tikus.
Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat
adanya proses gramatikal atau proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses
komposisi. Contoh: Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat
‘batu seberat itu terangkat juga oleh adik’, melahirkan makna ‘dapat’, dan dalam
gramatikal ‘tidak sengaja’. Contoh reduplikasi dapat dilihat pada kata ‘buku’ yang
bermakna ‘sebuah buku’ menjadi ‘buku- buku’ yang bermakna ‘banyak buku’.
Sedangkan contoh komposisi dapat dilihat pada kata ‘sate ayam’ yang tidak sama
dengan ‘sate madura’. Yang pertama menyatakan ‘asal bahan’ dan yang kedua
menyatakan ‘asal tempat’. Begitu juga komposisi ‘anak asuh’ tidak sama
maknanya dengan komposisi ‘orang tua asuh’. Yang pertama bermakna ‘anak
yang diasuh’ sedangkan yang kedua bermakna ‘orang tua yang mengasuh’.
2. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/ leksem dapat dibedakan
menjadi makna referensial dan makna non- referensial.
Makna referensial ialah bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu
sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh: kata ‘meja’ dan ‘kursi’
termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen,
yaitu ‘sejenis perabot rumah tangga’.
Sedangkan makna non-referensial ialah kata yang mempunyai makna,
tetapi tidak memiliki referen. Contoh: kata ‘karena’ dan kata ‘tetapi’ tidak
mempunyai referen, jadi kata tersebut bermakna non- referensial.
3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/ leksem dapat
dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu
mempunyai ‘nilai rasa’, baik positif maupun negatif. Sedangkan makna denotatif
pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim
diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut
Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif.
Oleh karena itu, makna ini sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh: kata
‘perempuan’ dan ‘wanita’. Kedua kata ini memiliki makna denotasi yang sama,
yaitu ‘manusia dewasa’ bukan laki-laki. Walaupun kata perempuan dan wanita
mempunyai makna denotasi yang sama tetapi dewasa ini kedua kata itu
mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata perempuan mempunyai nilai rasa yang
rendah, sedangkan kata wanita memiliki nilai rasa yang tinggi. Ini terbukti dari
tidak digunakannya kata perempuan itu di dalam berbagai nama organisasi atau
lembaga. Misalnya: dharma wanita, gedung wanita, ikatan pengusaha wanita, dan
lain-lain.
4. Berdasarkan ketepatan maknanya, dapat dibedakan menjadi makna kata dan
makna istilah.
Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan
makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Contoh: kata ‘tangan’ dan
‘lengan’. Dalam bahasa umum lengan dan tangan dianggap besinonim. Tetapi
dalam bidang kedokteran kata tersebut digunakan sebagai istilah untuk pengertian
yang berbeda. ‘Tangan’ adalah ‘pergelangan sampai ke jari-jari’, sedangkan
lengan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’.
5. Berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat dibedakan menjadi
makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Makna ini
masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contoh: kata ‘melati’
berasosiasi dengan makna ‘suci’, atau ‘kesucian’. Begitu juga dengan kata
‘cendrawasih’ berasosiasi dengan makna ‘indah’.
Makna idiom adalah makna sebuah satuan bahasa (entah kata, frasa, atau
kalimat) yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal
unsur-unsur pembentuknya. Contoh: ‘membanting tulang’ adalah sebuah leksem dengan
makna ‘bekerja keras, dan ‘meja hijau’ adalah sebuah leksem dengan makna
‘pengadilan’.
Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam
kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam
sebuah frasa. Contoh: frase ‘gadis itu cantik’, ‘pemuda itu tampan’, dan ‘bunga itu
indah’. Kita tidak dapat mengatakan gadis itu tampan, pemuda itu cantik, dan
bunga itu molek. Karena cantik, tampan, indah dan molek maknanya tidak sama,
namun hanya informasinya yang sama.
2.2.3 Relasi Makna
Chaer, (1994: 297) mengatakan bahwa relasi makna ialah hubungan
semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa
lainnya. Dalam relasi makna biasanya membicarakan masalah- masalah yang
disebut dengan sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan
redundasi.
Sinonim atau sinonimi ialah hubungan semantik yang menyatakan adanya
kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya . Contoh:
kata ‘bunga’ dan kata ‘kembang’ adalah dua buah kata yang bersinonim.
Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Jadi,
kalau kata ‘bunga’ bersinonim dengan kata ‘kembang’, maka kata ‘kembang’ juga
bersinonim dengan kata ‘bunga’ (Chaer, 2009: 83).
2. Antonim
Antonim atau antonimi adalah hubungan semnatik antara dua buah satuan
ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara
yang satu dengan yang lain. Contoh: kata ‘membeli’ dengan kata ‘menjual’.
Hubungan antara dua satuan ujaran yang berantonim juga bersifat dua arah. Jadi,
kalau kata ‘membeli’ berantonim dengan kata ‘menjual’, maka kata ‘menjual’
juga berantonim dengan kata ‘membeli’.
3. Polisemi
Sebuah kata atau satuan ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai
makna lebih dari satu. Contoh: kata ‘kepala’ yang mempunyai makna sebagai
berikut: .(1) bagian tubuh manusia. Contoh: kepalanya luka kena pecahan kaca.
(2) ketua atau pemimpin. Contoh: kepala kantor itu bukan paman saya.
(3) sesuatu yang berada di sebelah atas. Contoh: kepala surat biasanya
berisi nama dan alamat kantor.
(4) sesuatu yang berbentuk bulat. Contoh: kepala jarum itu terbuat dari
(5) sesuatu atau bagian yang sangat penting. Contoh: yang duduk di
kepala meja itu tentu orang penting.
4. Homonim
Homonim adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya
“kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing
merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Contoh: kata ‘pacar’ yang
bermakna ‘inai’ dan kata ‘pacar’ yang bermakna ‘kekasih’, dan kata ‘bisa’ yang
berarti ‘racun ular’ dan kata ‘bisa’ yang berarti ‘sanggup’.
5. Hiponim
Hiponim adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang
maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran lainnya. Contoh: kata ‘merpati’
dan kata ‘burung’. Makna kata merpati tercakup dalam makna kata burung. Kita
dapat mengatakan ‘merpati adalah burung’, tetapi ‘burung bukan hanya merpati’.
6. Ambiguiti
Ambiguiti adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran
gramatikal yang berbeda. Contoh: ‘buku sejarah baru’. Maknanya menjadi (1)
buku sejarah itu baru terbit, (2) buku itu memuat sejarah zaman baru. Makna (1)
dan (2) itu terjadi karena kata baru yang ada dalam kontruksi itu, dapat dianggap
menerangkan frase buku sejarah, dapat juga dianggap hanya menerangkan kata
7. Redundansi
Redundansi ialah berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam
suatu bentuk ujaran. Contoh: ‘bola itu ditendang oleh Dika’ tidak akan berbeda
maknanya bila dikatakan ‘bola itu ditendang Dika’. Penggunaan kata oleh ini
dianggap redundans, berlebih-lebihan. Begitu juga pada kalimat ‘Nita
mengenakan baju berwarna merah’, tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan
‘Nita berbaju merah’.
2.4 Fungsi dan Makna Verba Suru dan Yaru 2.4.1 Fungsi dan Makna Verba Suru
2.4.1.1Fungsi Verba Suru
Verba suru ialah verba yang termasuk ke dalam henkaku doushi
(kelompok III) dan tadoushi (verba transitif). Shirou, dkk dalam Reikai Shinkokugo Jiten (1993: 526) mengatakan bahwa fungsi dari verba suru adalah:
1. ある事を行う。
Aru koto o okonau.
‘Mengerjakan/ melakukan/ berbuat sesuatu.’
Contoh:
いたずらをする。
Itazuru o suru.
2. そこにあり、それが身に感じられる。音やにおい、あじ、また、か
らだの感じ、目に見えるものなどかが、自然にわかる場合にいう。
Soko ni ari, sore ga mi ni kanjirareru. Oto ya nioi, aji, mata, karada no kanji, me ni mieru mono nado kaga, shizen ni wakaru baai ni iu.
‘Menunjukkan adanya sesuatu yang dirasakan oleh tubuh, baik itu suara,
bau, rasa, maupun perasaan badan serta hal- hal yang terlihat oleh mata.’
Contoh:
においがする。
Nioi ga suru.
‘Mencium bau.’
3. ある状態である。
Aru joutai de aru.
‘Berada dalam suatu kondisi atau keadaan (yang tidak bisa diterangkan).’
Contoh:
ばくぜんとした感じ。
Bakuzen to shita kanji.
‘Perasaan yang samar- samar.’
4. 時間やねだんなどの数量が、どれだけであるかを表わす。
Jikan ya nedan nado no suuryou ga, dore dake de aruka o arawasu.
‘Menunjukkan banyaknya kuantitas waktu dan harga.’
Contoh:
それから、三時間して、救助の船がやってきた。
‘Setelah itu, selama tiga jam, kapal penyelamat datang.’
5. 思わずある動作を行う。
Omowazu aru dousa o okonau.
‘Melakukan gerakan dengan spontan.’
Contoh:
あくびをする。
Akubi o suru.
‘Menguap.’
6. ある性質や状態がそこにあることを表わす。
Aru seishitsu ya joutai ga soko ni aru koto o arawasu.
‘Menunjukkan adanya suatu sifat atau suatu keadaan.
Contoh:
あどけない顔をした子どもたち。
Adokenai kao o shita kodomotachi.
‘Anak-anak berwajah tidak berdosa.’
7. からだが、一時的にそういう状態になる。
Karada ga, ichiji teki ni souiu joutai ni naru.
‘Menunjukkan keadaan tubuh yang bersifat sementara’
Contoh:
病気をする。
Byouki o suru.
8. 身につける。
Mi ni tsukeru.
‘Mengenakan sesuatu pada tubuh.’
Contoh:
眼帯をする。
Gantai o suru.
‘Memakai penutup mata.’
9. (「…うとする」の形で、全体で)「もう少しである状態になる」
「もう少しである動作が行なわれる」「…しそうだ」という意味を
表わす。
(“... u to suru” no katachi de) “mou sukoshi de aru joutai ni naru” “mou sukoshi de aru dousa ga okonawareru” “... shisouda” to iu imi o arawasu.
‘Pada bentuk “… u tosuru” secara keseluruhan menunjukkan makna “keadaaan yang hampir jadi” atau “tindakan yang akan dilakukan” ataupun
“akan ~”.
Contoh:
帰ろうとするところに雨が降り出した。
Kaerou to suru tokoro ni ame ga furi dashita.
‘Baru saja mau pulang ke rumah hujan turun.’
10. (「…にする」の形で、全体で)「…にならせる」「…の地位につ
かせる」「…の役をさせる」という意味を表わす。
‘Pada bentuk “... nisuru” secara keseluruhan menunjukkan makna tentang “memutuskan menjadi ~” atau “memutuskan menduduki jabatan ~” ataupun
“menjabat sebagai ~”.’
Contoh:
運動選手にする。
Undou senshu ni suru.
‘Memutuskan menjadi atlet.’
11. (「…とする」の形で、全体で)「一時的に…ときめる」「…と仮
定する」という意味を表わす。
(“... to suru” no katachi de, zentai de) “ichiji teki ni ... to kimeru” “... to katei suru” to iu imi o arawasu.
‘Pada bentuk “…to suru” secara keseluruhan menunjukkan makna tentang “menetapkan/ memutuskan ~untuk sementara waktu” atau “menduga ~” .’
Contoh:
いま、マグにチュード7の地震がおきたとする。
Ima, magu ni chuudo nana no jishin ga okita to suru.
‘Sekarang, telah terjadi gempa berkekuatan7 SR.’
12. (「お…する」「ご…する」の形で、全体で)その動作のおよぶ先
方の人を尊敬する気持ちを表す。
(“o... suru” “go... suru” no katachi de, zentai de) sono dousa no oyobu senpou no hito o sonkei suru kimochi o arawasu.
Contoh:
このあいだお借りしたご本、お返します。
Kono aida okari shita gohon, okaeshimasu.
‘Buku yang dipinjam selama ini, dikembalikan.’
2.4.1.2Makna Verba Suru
Makino dan Tsutsui pada A Dictionary of Basic Japanese Grammar (2003:
428- 437 ) mengatakan bahwa makna dari verba suru adalah:
1. Pada kasus dimana subjek melakukan/ mengerjakan sesuatu, verba suru
bermakna ‘melakukan/ mengerjakan’.
Contoh:
日本人はたいてい土曜日も仕事をする。
Nihonjin wa taitei doyōbi mo shigoto o suru.
‘Orang Jepang biasanya juga bekerja pada hari sabtu.’
2. Pada bentuk adverbial dari kata sifat (i/na)) dan kata benda, verba suru
bermakna ‘membuat’.
Contoh:
先生はテストをやさしくした。
Sensei wa tesuto o yasashi ku shita.
‘Guru membuat ujiannya dengan mudah.’
3. Pada kasus dimana subjek memainkan peran sosial atau dramatis, verba
Contoh:
リーズさんは英語の先生をしている。
Rizu san wa eigo no sensei o shiteiru.
‘Tuan Leads adalah seorang guru bahasa Inggris.’
4. Pada kasus dimana subjek memainkan sesuatu, verba suru bermakna ‘bermain’.
Contoh:
ビールはハムレットをするつもりだ。
Biiru wa hamuretto o suru tsumori da.
‘Bill akan bermain hamlet.’
5. Bila verba suru berfungsi menunjukkan adanya sesuatu yang dirasakan oleh indera non- visual seseorang, verba suru bermakna merasa, mencium (bau), dan mendengar,
Contoh:
子供達の声がした。
Kodomo tachi no koe ga shita.
‘Saya mendengar suara anak- anak.’
6. Jika verba suru berfungsi menunjukkan banyaknya biaya sesuatu atau durasi waktu, maka verba suru bermakna ‘harga’ dan ‘selang (waktu)’.
Contoh:
もう少しすれば主人が帰ってまいります。
Mou sukoshi sureba shujin ga kaette mairimasu.
7. Pada beberapa perubahan kausatif yang berada di bawah kendali manusia,
misalnya pada cedera atau kasus penyakit masa lalu, verba suru bermakna ‘menderita (sakit)’,
Contoh:
いつも病気をしてすみません。
Itsumo byouki o shite sumimasen.
‘Saya minta maaf karena saya selalu sakit.’
8. Verba suru bermakna ‘memakai’, jika objek pelengkap yang digunakan ialah item yang menutupi sebagian kecil dari tubuh manusia seperti dasi,
sarung tangan, jam tangan, dll.
Contoh:
京子はきれいなスカーフをしている。
Kyoko wa kirei na sukaafu o shiteiru.
‘Kyoko sedang memakai selendang yang cantik.’
9. Pada pola kalimat (kata benda+ nisuru), verba suru bermakna ‘memutuskan ~’.
Contoh:
木口は息子を医者にした。
Kiguchi wa musuko o isha ni shita.
Anak laki- laki Kiguchi memutuskan menjadi seorang dokter.’
10. Verba suru bermakna mempunyai, jika pola kalimatnya ‘topik (subjek) + kata sifat (i/ na) + (KB bagian dari bagian tubuh/ KB atribut ) + shite iru/
Contoh:
長い足をしている/した陽子。
‘Yoko, yang memiliki kaki panjang.’
2.4.2 Fungsi dan Makna Verba Yaru 2.4.2.1Fungsi Verba Yaru
Verba yaru ialah verba yang termasuk ke dalam goudan doushi (kelompok I) dan tadoushi (kata kerja transitif). Shirou, dkk dalam Reikai Shinkokugo Jiten (1993: 1004) mengatakan bahwa fungsi verba yaru ialah:
1. 送りとどける。
Okuri todokeru.
‘Mengantarkan.’
Contoh:
しらせをやる。
Shirase o yaru.
‘Memberitahukan kabar/ berita.’
2. そこへ行かせる。
Soko e yukaseru.
‘Memindahkan (sesuatu/ seseorang) ke tempat lain.’
Contoh:
車をやる。
Kuruma o yaru.
3. 目下の者や動物などにあたえる。
Meshita no mono ya doumono nado ni ataeru.
‘Memberi kepada bawahan, hewan, dan yang lainnya.’
Contoh:
小鳥にえさをやる。
Kotori ni esa o yaru.
‘Memberi makan burung.’
4. 実行する。行う。「する」よりもくだけた言いかた。
Jikkou suru. Okonau. “Suru” yori mo kudaketa iikata.
‘Melaksanakan (sesuatu). Bertindak (sesuatu). Ucapan yang lebih santai
daripada “suru”.’ Contoh:
へまをやる。
Hema o yaru.
‘Melakukan kesalahan yang tolol.’
5. (「やっていく」の形で、全体で)どうにか生活する。
(“Yatte iku” no katachi de, zentai de) dounika seikatsu suru.
‘“(Pada bentuk “yatte iku” secara keseluruhan), menunjukkan hidup yang
pas-pasan.’
Contoh:
この給料では、とてもやっていけない。
Kono kyuuryou dewa, totemo yatte ikenai.
6. ちょっと酒を飲む。
Chotto sake o nomu.
‘Meminum sedikit minuman keras.’
Contoh:
一杯やる。
Ippai yaru.
‘Minum segelas (minuman keras).’
7. 恩をきせるような気持ちで、目下の者のためにする。
On o kiseru youna kimochi de, meshita no mono no tame ni suru.
‘Melakukan (sesuatu) untuk bawahan dengan perasaan seperti berhutang
budi.’
Contoh:
弟に勉強を教えてやる。
Otouto ni benkyou o oshiete yaru.
‘Saya akan memberitahu saudara saya untuk belajar.’
8. あてつけに極端なことをしてみせる。
Atetsuke ni kyokutan na koto o shite miseru.
‘Memperlihatkan dan melakukan hal yang ekstrem.’
Contoh:
殺してやる。
Koushite yaru.
2.4.2.2Makna verba yaru
Makino dan Tsutsui pada A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar
(2003: 586) mengatakan bahwa makna dari pelengkap transitif yaru tergantung pada struktur yang digunakan dan makna dari kata benda objek pelengkap.
1. Verba yaru bermakna ‘mengirim’, jika strukturnya, ‘KB (orang) ga KB (orang) o KB(tempat) ni yaru’.
Contoh:
息子を郵便局にやって、切手を買って来させた。
Musuko o yuubinkyoku ni yatte, kitte o katte kosaseta.
‘Saya mengirim anak saya ke kantor pos dan menyuruhnya membeli
perangko.’
2. Verba yaru bermakna ‘memberi’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga KB (orang) ni KB oyaru’.
Contoh:
僕は弟に自転車をやるつもりです。
Boku wa otouto ni jitensha o yaru tsumori desu.
‘Saya berniat memberikan sepeda untuk adik saya.’
3. Verba yaru bermakna ‘melakukan/ mengerjakan’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga KB (pekerjaan/ tugas) o yaru.)
Contoh:
宿題をやりましたか。
Shukudai o yarimashitaka?
4. Verba yaru bermakna‘bermain’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga KB (olahraga/ permainan) o yaru’.
Contoh:
午後、テニスをやりませんか。
Gogo, tenisu o yarimasenka?
‘Tidakkah anda akan bermain tenis sore ini?’
5. Verba yaru bermakna ‘bekerja sebagai’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga KB (okupasional) o yaru).
Contoh:
今アメリカで日本語の教師をやってします。
Ima Amerika de nihongo no kyoushi o yatte shimasu.
‘Saya sekarang seorang instruktur bahasa Jepang di AS.’
6. Verba yaru bermakna ‘memainkan sebuah peran’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga seseorang KB (peran) o yaru).
Contoh:
みふねとしろうのやるやくは正義感の強い男だ。
Mifune Toshiro no yaru yaku wa seigikan no tsuyoi otoko da.
’Peran yang dimainkan oleh Toshiro Mifune adalah pria dengan rasa
keadilan yang kuat.’
7. Verba yaru bermakna ‘memegang (memangku jabatan)’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga KB (event) o yaru.)
Contoh:
来月クラス会をやります。
‘Kita akan memegang reuni kelas bulan depan.’
8. Verba yaru bermakna ‘belajar’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga (hobi/ subjek) o yaru.)
Contoh:
私は去年から生け花をやっています。
Watashi wa kyonen kara ikebana o yatteimasu.
‘Saya telah belajar merangkai bunga sejak tahun lalu.’
9. Verba yaru bermakna ‘makan/ minum’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga
(makanan/ minuman berakohol/ rokok) o yaru.) Contoh:
私は酒もたばこもやりません。
Watashi wa sake mo tabako mo yarimasen.
‘Saya tidak minum ataupun merokok.’
10. Verba yaru bermakna ‘menderita’, jika strukturnya ‘KB (orang) ga
(penyakit) o yaru.) Contoh:
僕は小さい時いろいろな病気をやりました。
Boku wa chiisai toki iro- iro na byouki o yarimashita.
‘Ketika saya masih kecil saya menderita berbagai penyakit.’
11. Verba yaru bermakna ‘menjalankan’, jika ‘KB (orang) ga (toko/ perusahaan) o yaru.)
Contoh:
友達がジャズ喫茶店をやっている。
‘Teman saya menjalankan sebuah kafe jazz.’
12. Verba yaru bermakna ‘memberi perlakuan’, pada perbuatan melakukan sesuatu untuk seseorang ataupun perlakuan yang akan menimbulkan
seseorang bermasalah/ kesulitan.
Contoh:
私は正をからかってやった。
Watashi wa Tadashi o karakatte yatta.
BAB III
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA VERBA SURU DAN YARU DALAM NOVEL ASHINAGA OJISAN
3.1 Fungsi dan Makna Verba Suru dalam Novel Ashinaga Ojisan
Contoh 1:
匿名にすることをはっきり条件にしておいでだから。(hal - 8)
Tokumei ni suru koto o hakkiri jouken ni shite
‘Ia
oide dakara.
memutuskan secara tegas menjadi anonim.’
Analisis:
Pada kalimat 1, verba suru dikarenakan ada konjugasi berubah menjadi shite, berfungsi untuk menunjukkan suatu keputusan. Pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna memutuskan, dikarenakan ia mengambil sebuah
keputusan dengan menjadi anonim agar jati dirinya tidak diketahui orang lain.
Contoh 2:
「そうでしょうね、先生。」ジェルーシャはここで何か答えなければいけ
“sou deshou ne, sensei.” Jerusha wa koko de nanika kotae nakereba naranai youna ki ga shita
‘“Saya kira begitu, Bu.” gumam Jerusha, karena ia
node, kou tsubuyaita.
merasa sepertinya harus
menjawab sesuatu saat ini.’
Analisis:
Pada kalimat 2, verba suru berfungsi untuk menunjukkan adanya sesuatu yang dirasakan oleh pembicara. Pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna merasa. Ini dikarenakan ia merasakan sesuatu di dalam hatinya bahwa ia harus
segera memberikan sebuah jawaban kepada lawan bicaranya (Bu Lipett).
Contoh 3:
「あのう、お話がそれだけでしたら、わたし、これからフレデイー.パー
キンズのずばんのつぎ当てをしなければなりませんのです。」(hal - 14)
Anou, ohanashi ga sore dake deshitara, watashi, kore kara Furedi Paakinzu no zuban no tsugi ate o shina
‘anu.., kalau pembicaraan hanya itu saja, saya harus
kereba narimasen no desu.
menambal celana Freddie
Perkins.’
Analisis:
Perkins. Pekerjaan penambalan celana merupakan suatu pekerjaan yang
mengandung makna perbuatan yang dilakukan di dalamnya.
Contoh 4:
きのうの朝、出発前に、リペット先生とわたしは、たいへん重要なお話を
しました。(hal - 18)
Kinou no asa, shuppatsu mae ni, Ripetto sensei to watashi wa, taihen juuyou na ohanashi o
‘Sebelum berangkat kemarin pagi, Bu Lippett dan saya telah
shimashita.
berbicara dengan
sangat serius.’
Analisis:
Pada kalimat 4, bentuk “o ... suru” yang digunakan di dalam kalimat di atas berfungsi untuk menunjukkan perasaan menghormati tingkah laku lawan bicara.
Pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna melakukan. Bu Lipett adalah seseorang yang lebih tua dari saya dan beliau juga merupakan ibu asrama
di tempat tinggal saya. Oleh karena itu, ada perasaan hormat dalam diri saya
kepada beliau dan saya menghormati setiap tingkah lakunya. Perasaan hormat
subjek (saya) terhadap Bu Lipett dikarenakan beliau merupakan ibu asrama
tempat saya tinggal. Karena itu, kalimat tersebut bermakna saya melakukan
pembicaraan yang sangat serius dengan seseorang yang saya hormati yaitu Bu
Contoh 5:
でも、このごろでは、わたしの知らないことを友だちが話していたら、そ
の場はだまっていて、あとで百科辞典で調べることにしています。(hal -
23)
Demo, kono goro dewa, watashi no shiranai koto o tomodachi ga hanashite itara, sono ba wa damatte ite, ato de hyakka jiten de shiraberu koto ni shite imasu
‘Tetapi, baru-baru ini, kalau teman-teman berbicara tentang hal-hal yang tidak
saya ketahui, saya hanya diam, kemudian saya
.
memutuskan untuk mencari di
ensiklopedia.’
Analisis:
Pada kalimat 5, verba suru berfungsi menunjukkan suatu keputusan. Keputusan yang saya ambil adalah mencari hal- hal yang tidak saya ketahui di ensiklopedia.
Karena itu, pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna memutuskan. Kalimat di atas bermakna saya memutuskan untuk mencari hal- hal yang tidak
saya ketahui agar mengerti pembicaraan teman- teman.
Contoh 6:
それにしても、買い物をして、本物の五ドル札で支払ったり、おつりをも
らったりすることがこんなも楽しいとは―これまで数セントしか手にした
ことのない人間には、ぜったい想像できるものではありません。(hal - 24)
shika te ni shita
‘Meskipun demikian, Anda tidak dapat membayang kanapa yang menyenangkan
itu adalah berbelanja, kemudian membayar dengan uang lima dolar asli dan
menerima kembaliannya, ketika anda tidak pernah
koto no nai ningyou ni wa, zettai souzou dekiru mono dewa arimasen.
mempunyai lebih dari beberapa
sen dalam hidup anda.’
Analisis:
Pada kalimat 6, verba suru verba suru berfungsi menunjukkan adanya suatu kondisi. Pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna mempunyai. Kondisi yang saya miliki adalah mempunyai uang yang cukup banyak, dimana
sebelumnya saya tidak pernah memiliki lebih dari beberapa sen. Karena itu,
kalimat di atas bermakna saya sangat senang saat mempunyai uang lima dolar dan
masih menerima kembaliannya ketika saya gunakan untuk berbelanja.
Contoh 7:
こんど、だれかが塩づけライムのことを口にしたときには、わたしにもそ
の意味がわかるんです!(hal - 39)
Kondo, dareka ga shiogeke raimu no koto o kuchi ni shita
‘Kali ini, ketika seseorang
toki niwa, watashi nimo sono imi ga wakarun desu.
membicarakan tentang limau acar, saya akan tahu
Analisis:
Pada kalimat 7, verba suru berfungsi menunjukkan pekerjaan suatu bagian tubuh (mulut). Pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna membicarakan. Hal ini dikarenakan mulut biasanya digunakan untuk berbicara atau makan. Namun
pada konteks kalimat di atas, verba suru bermakna berbicara dikarenakan diikuti kata koto (hal). Pemakaian verba suru pada kalimat di atas, tidak memiliki fungsi dan makna yang sesuai dengan teori (Shirou, dkk: 1993) dan (Makino dan tsutsui:
2003).
Contoh 8:
わたし、スケートの練習をしているんです。(hal – 51)
Watashi, sukeeto no renshuu o shiteiru
‘Apakah tidak ada lagi topik yang menyenangkan lainnya? Oh, ada!
Saya
n desu.
berlatih sepatu luncur.’
Analisis:
Pada kalimat 8, verba suru dikarenakan ada konjugasi berubah menjadi shite, berfungsi menunjukkan berbuat sesuatu. Pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna melakukan. Perbuatan yang saya lakukan adalah latihan sepatu
Contoh 9:
そして、三人とも、サテンの舞踏ぐつと、絹のストッキングをはき、それ
ぞれに合った色のシフォンのスカーフをしました。(hal – 174)
Soshite, sannin tomo, saten no butougutsu to, kinu no sutokkingu o haki, sorezore ni atta iro no shifon no sukaafu o shimashita
‘Kemudian,kami bertiga
.
memakai sepatu tari satin dan stoking sutra, kemudian
syal sifon yang warnanya cocok satu sama lain.’
Analisis:
Pada kalimat 9, verba suru dikarenakan ada konjugasi berubah menjadi shita, berfungsi menunjukkan mengenakan sesuatu pada tubuh.Pemakaian verba suru
pada kalimat di atas bermakna memakai. Sesuatu yang kami kenakan pada tubuh
kami adalah syal berbahan syifon, sepatu tari dari bahan satin, dan stoking sutra.
Karena itu, kalimat di atas bermakna kami memakai syal dari bahan sifon, stoking
sutra, dan sepatu tari berbahan satin yang warnanya cocok satu sama lain.
Contoh 10:
―行程四マイル―そして女子大生がよく食事をするレストランに寄りまし
た。(hal – 44)
--Koutei yon mairu – soshite joshi daisei ga yoku shokuji o suru
‘Setelah berjalan empat mil, saya singgah di sebuah restoran dimana mahasiswi
biasanya
resutoran ni yorimashita.
Analisis:
Pada kalimat 10, verba suru berfungsi menunjukkan berbuat sesuatu. Pemakaian verba suru pada kalimat di atas bermakna melakukan. Hal ini dikarenakan kata
shokuji merupakan kata benda yang mengandung makna perbuatan makan. Karena itu, kalimat di atas bermakna saya (melakukan) makan di sebuah restoran.
3.2 Fungsi dan Makna Verba Yaru dalam Novel Ashinaga Ojisan
Contoh 1:
ジェルーシャは受け待ちの子どもたちを集めると、洋服のしわをのばして
やり、鼻をふいてやった。(hal – 4)
Jerusha wa ukemochi no kodomotachi o atsumeru to, youfuku no shiwa o nobashite yari
‘Jerusha mengumpulkan teman- teman sekelompoknya, kemudian
, hana o fuite yatta.
meluruskan
kerutan pakaian ala Barat mereka, dan menyeka hidung mereka.’
Analisis:
Pada kalimat 1, verba yaru berfungsi memberikan perlakuan terhadap sesuatu. Pemakaian verba yaru pada kalimat di atas bermakna memberi (perlakuan). Perlakuan yang Jerusha dan teman- teman sekelompoknya berikan pada pakaian
dan teman- teman sekelompoknya memberi perlakuan pada pakaian mereka
dengan meluruskan kerutan yang ada pada pakaian tersebut.
Contoh 2:
ジェルシャ、凍りついたひろいしばふのはずれにある、孤児院の境界をし
るす高い鉄柵のかなたへ目をやった。(hal – 4)
Jerusha, koori tsuita hiroi shibafu no hazure ni aru, kojiin no kyoukai o shirusu takai tessaku no anata e me o yatta
‘Jerusha
.
melepasakan pandangan ke luar di hamparan luas rumput beku, di luar
pagar besi tinggi yang menandai batas panti asuhan.’
Analisis:
Pada kalimat 2, verba yaru berfungsi memindahkan (sesuatu) ke tempat lain. Makna dari verba yaru ini tidak ada dalam teori (Makino dan tsutsui: 2003), namun bila disesuaikan dengan fungsi verba yaru yaitu memindahkan (sesuatu) ke tempat lain, dimana sesuatu yang dimaksud pada konteks kalimat di atas adalah
mata, maka pemakaian verba yaru pada kalimat di atas bermakna melihat/ melepaskan pandangan.
Contoh 3:
ジェルーシャは、のがれるようにドアのほうへ目をやった。(hal – 13)
Jerusha wa, nogareru youni doa no hou e me o
‘Jerusha melepaskan pandangan ke arah pintu untuk membebaskan diri.’
Analisis:
Pada kalimat 3, verba yaru dikarenakan ada konjugasi berubah menjadi yatta, berfungsi memindahkan (sesuatu) ke tempat lain. Makna dari verba yaru ini tidak ada dalam teori (Makino dan tsutsui: 2003). Namun, pemakaian verba yaru pada kalimat di atas bermakna melepaskan pandangan, jika disesuaikan dengan fungsi
verba yaru yaitu memindahkan (sesuatu) ke tempat lain, dimana sesuatu yang dimaksud pada konteks kalimat tersebut adalah mata.
Contoh 4:
サリー.マクブライドには、父母はなくなったけど、ある親切な老人が大
学へやってくれてるんだっていってあります。(hal – 29)
Sarii Makuguraido ni wa, fubo wa naku natta kedo, aru shinsetsu na roujin ga daigaku e yatte
‘Saya mengatakan kepada Sallie McBride bahwa ibu dan ayah saya sudah
meninggal, dan juga ada orang tua baik hati yang
kureterun datte itte arimasu.
mengirim saya ke perguruan
tinggi yang tempatnya benar- benar jauh.’
Analisis:
Pada kalimat 4, verba yaru dikarenakan ada konjugasi maka yaru berubah menjadi yatte, berfungsi mengantarkan (seseorang) ke suatu tempat. Pemakaian verba yaru dalam kalimat di atas bermakna mengirim. Seseorang yang diantarkan oleh orang tua yang baik hati ke tempat lain (perguruan tinggi) adalah saya.
baik hati ke sebuah tempat yaitu sebuah perguruan tinggi yang letaknya sangat
jauh.
Contoh 5:
ジュリア.ペンドルトンが、毎晩幾何をやりにわたしのへやへやってくる
んですが、カならず絹のストッキングをはいてきて、おまけにその足を組
んで長いすにすわるんです。(hal – 43)
Juria Pendoruton ga, maiban kika o yar
‘Julia Pendleton datang ke kamarku untuk
i ni watashi no heya e yatte kurun desu ga, kanarazu kinu no sutokkingu o haite kite, omake ni sono ashi o kunde nagaisu ni suwarun desu.
melakukan geometri, dengan memakai
stoking sutra dan duduk bersiladi sofa setiap malam.’
Analisis:
Pada kalimat 5, verba yaru berfungsi menunjukkan mengerjakan sesuatu Pemakaian verba yaru pada kalimat di atas bermakna mengerjakan. Perbuatan mengerjakan geometri yang dilakukan Julia merupakan sebuah tugas. Karena itu,
kalimat di atas mengandung makna Julia datang ke kamarku untuk mengerjakan
tugas geometri, dengan memakai stoking sutra dan duduk bersila di sofa setiap
Contoh 6:
ここでは一週間に二回バター作りをやります。(hal – 81)
Koko dewa ishhuukan ni nikai bataa tsukuri o yarimasu
‘Saya
.
membuat mentega dua kali seminggu di sini.’
Analisis:
Pada kalimat 6, verba yaru berfungsi menunjukkan mengerjakan sesuatu. Pemakaian verba yaru pada kalimat di atas bermakna mengerjakan. Pekerjaan yang saya lakukan adalah membuat mentega. Karena itu, kalimat di atas
bermakna saya mengerjakan pembuatan mentega dua kali seminggu.
Contoh 7:
ライフルや、連発ピストルの射撃も、乗馬もやりました。(hal 152- 153)
Raifuru ya, renpatsu pisutoru no shageki mo, jouba mo yarimashita
‘Saya
.
bermain olahraga menembak dengan menggunakan senapan dan pistol, dan
juga olahraga menunggang kuda.’
Analisis:
Pada kalimat 7, verba yaru berfungsi menunjukkan melakukan sesuatu. Olahraga menembak dan menunggang kuda tergolong ke dalam macam- macam olahraga.
Oleh karena itu, pemakaian verba yaru pada kalimat di atas bermakna bermain. Kalimat di atas mengandung makna saya bermain olahraga tembak dengan
Contoh 8:
とにかく、今年の夏は、先生をやって、自活はじめることがわたしにはい
ちばん大切なことだと心の底から考えているということなんです。(hal -
195)
Tonikaku, kotoshi no natsu wa, sensei o yatte
‘Pokoknya, saya punya perasaanyang sangat kuatbahwa satu-satunyahal
yangpenting bagi saya adalah
, jikatsu hajimeru koto ga watashi ni wa ichiban taisetsu na koto da to kokoro no soko kara kangaete iru to iu koto nan desu.
bekerja sebagai guru dimusim panas
inidanmulaimandiri.’
Analisis:
Pada kalimat 8, verba yaru berfungsi menunjukkan perbuatan melakukan sesuatu. Kata sensei (guru) termasuk ke dalam okupasional yaitu sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan/ tugas seseorang. Oleh karena itu, pemakaian
verba yaru pada kalimat di atas bermakna bekerja sebagai. Sehingga, kalimat di atas mengandung makna saya akan mulai mandiri dengan bekerja sebagai guru
pada musim panas ini.
Contoh 9: