• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effectiveness Communications of Optimalization Backyards Program (Case of Sustainable Food Home Area Program in the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Effectiveness Communications of Optimalization Backyards Program (Case of Sustainable Food Home Area Program in the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java)"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

i

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

(2)

ii

RESTIAWAN PERMANA. Effectiveness Communications of Optimalization Backyards Program (Case of Sustainable Food Home Area Program in the Mulyasari Village Ciampel District Karawang of West Java). Under the supervision: SARWITITI SARWOPRASODJO, DJOKO SUSANTO, and AMIRUDDIN SALEH.

(3)

iii

Pekarangan (Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat). Di bawah bimbingan: SARWITITI SARWOPRASODJO, DJOKO SUSANTO, dan AMIRUDDIN SALEH.

Sempitnya lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat di wilayah perdesaan bahkan perkotaan, belum memasyarakatnya pengetahuan warga tentang optimalisasi manfaat pekarangan meskipun luasnya terbatas, serta terbatasnya informasi tentang optimalisasi lahan pekarangan yang tidak hanya berfungsi untuk memanfaatkan yang luasnya sempit tetapi juga sekaligus juga dapat meningkatkan gizi dan kesejahteraan keluarga merupakan masalah yang cukup kompleks yang perlu dipecahkan. Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan sarana diseminasi yang mengedepankan inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan atau ruang terbuka menjadi sangat penting untuk sumber pendapatan, mengurangi beban belanja rumah tangga, membuka kesempatan kerja, dan agrowisata.

Untuk terjadinya perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat diperlukan komunikasi efektif. Untuk berhasilnya tujuan dalam program KRPL perlu adanya pembinaan. Keberhasilan ini sangat bergantung pada efektivitas komunikasi yang terjadi antara pemandu lapang sebagai pembawa atau sumber pesan (source) dan masyarakat sebagai penerima pesan (receiver). Dalam kaitan itu, perlu dilakukan suatu kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi antara sumber pesan dengan penerima pesan mampu menghasilkan perubahan dalam tataran kognitif, afektif, dan konatif pada masyarakat peserta program tersebut sehingga pada akhirnya mereka mampu mengadopsi dan mengaplikasikan sebuah inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam rangka pencapaian sasaran utama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas pangan yang dampaknya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga.

(4)

iv

sebagian peserta program KRPL dapat memahami informasi yang mereka dapatkan dari penyuluh tentang program tersebut, mereka juga ingin menerapkan program optimalisasi lahan pekarangan ini, serta mereka juga menjalankan program Kementerian Pertanian ini karena mampu mengoptimalkan lahan pekarangan yang mereka miliki; (2) karakteristik individu yang berhubungan nyata positif dengan efektivitas komunikasi adalah pendidikan dan luas lahan. Faktor eksternal yang berhubungan nyata positif dengan efektivitas komunikasi adalah akses informasi, kebijakan publik, dan intensitas penyuluhan; dan (3) efektivitas komunikasi program KRPL (kognitif, afektif, konatif) yang berhubungan nyata dengan optimalisasi lahan pekarangan adalah pemanfaatan pekarangan.

(5)

v

©Hak Cipta milik IPB 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(6)

vi

Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat)

RESTIAWAN PERMANA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

vii

(8)

viii Nama : Restiawan Permana

NRP : I352080141

Mayor : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Ketua

Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS Anggota Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.S Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Agr

(9)

ix

Alhamdulillahirobbil„alamin, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Program Optimalisasi Lahan Pekarangan (Kasus Program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Kabupaten Karawang Jawa Barat)” dengan baik.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS, Bapak Prof. (Ris) Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM, dan Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS sebagai Komisi Pembimbing yang selalu meluangkan waktu membimbing dan berbagi ilmu demi penyempurnaan tesis ini. Tidak lupa, penulis juga ingin berterima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta: (Alm) Ayahanda H. Ambang Djamaludin, Ibunda Tintin Sriyatin, serta kakak-kakak Tiara Chandra Dewi, Harimulya Aditya, dan (Alm)

Tiar Lesmana atas segala do‟a, dukungan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

2. Bapak Dr. Djuara P. Lubis, MS selaku Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

3. Dinas lingkup terkait di Kabupaten Karawang.

4. Masyarakat dan aparat pemerintah Desa Mulyasari yang telah bekerjasama selama masa penelitian.

5. Ikhsan Fuady, Ali Kusumadinata, dan Bapak Nandang Mulyasantosa atas segala bantuan dan saran-sarannya, serta dukungan moral yang diberikan kepada penulis, serta untuk teman-teman KMP 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

6. Seluruh sivitas akademik di lingkungan Institut Pertanian Bogor, khususnya di Fakultas Ekologi Manusia.

7. Seluruh kerabat di lingkungan Akademi Bina Sarana Informatika.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, namun telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis berharap nantinya karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran bagi penyempurnaan karya ilmiah ini sangat penulis harapkan.

Bogor, Juli 2012

(10)

x

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Mei 1983, sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan (Alm) H. Ambang Djamaludin dan Tintin Sriyatin.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar hingga Sekolah Menengah Umum di Jakarta, dan melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Sahid Jakarta pada Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Hubungan Masyarakat. Pada tahun 2008 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(11)

xi

Efektivitas Komunikasi ... 10

Karakteristik Individu ... 16

Ketersediaan Informasi dan Sarana Produksi ... 17

Kebijakan Publik ... 19

Penyuluhan Pertanian ... 21

Optimalisasi Lahan Pekarangan ... 22

Penelitian Terdahulu ... 23

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 37

Kerangka Pemikiran ... 37

Definisi Operasional ... 43

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ... 46

Pengumpulan Data ... 48

Analisis Data .. ... 48

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

Gambaran Umum Program KRPL ... 54

Tujuan dan Sasaran Program KRPL ... 55

Organisasi Pelaksana Program KRPL ... 56

Mekanisme Sosialisasi Program KRPL ... 57

Karakteristik Individu ... 59

Faktor Eksternal ... 62

Efektivitas Komunikasi Program KRPL ... 65

Optimalisasi Lahan Pekarangan ... 67

(12)

xii

KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

Kesimpulan .... ... 77

Saran ... ... 77

(13)

xiii

1. Hubungan karakteristik karakteristik individu (penelitian terdahulu) ... 24

2. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi (penelitian terdahulu ... 26

3. Hubungan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi (penelitian terdahulu ... 27

4. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi (penelitian terdahulu ... 28

5. Hubungan karakteristik individu dengan keberdayaan petani (penelitian terdahulu ... 30

6. Hubungan faktor eksternal dengan keberdayaan petani (penelitian terda- hulu ... 32

7. Hubungan efektivitas komunikasi dengan keberdayaan petani (penelitian terdahulu ... 34

8. Koefisien Cronbach alpha hasil uji coba kuesioner ... 47

9. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampel ... 52

10. Luas lahan wilayah Desa Mulyasari ... 53

11. Pendidikan di Desa Mulyasari ... 54

12. Kegiatan usaha Desa Mulyasari ... 54

13. Distribusi responden menurut karakteristik indvidu ... 59

14. Rataan skor faktor eksternal ... 62

15. Rataan skor efektivitas komunikasi ... 65

16. Rataan skor optimalisasi lahan pekarangan ... 67

17. Koefisien korelasi karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi ... 69

18. Koefisien korelasi faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi ... 72

(14)

xiv

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran, dan lain-lain) di Indonesia diperkirakan 106.000 hektar per lima tahun, sehingga menyebabkan lahan pertanian di Indonesia semakin sempit. Analisis RT/RW oleh BPN pada tahun 2004 memperoleh indikasi bahwa di masa datang akan terjadi perubahan lahan sawah beririgasi 3,1 juta hektar untuk penggunaan non pertanian, dimana perubahan terbesar di pulau Jawa – Bali seluas 1,6 hektar atau 49,2 % dari luas lahan sawah beririgasi.

Sempitnya lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat di wilayah perdesaan bahkan perkotaan, belum memasyarakatnya pengetahuan warga tentang optimalisasi manfaat pekarangan meskipun luasnya terbatas, serta terbatasnya informasi tentang optimalisasi lahan pekarangan yang tidak hanya berfungsi untuk memanfaatkan yang luasnya sempit tetapi juga sekaligus juga dapat meningkatkan gizi dan kesejahteraan keluarga merupakan masalah yang cukup kompleks yang perlu dipecahkan.

Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik, nyaman dan sehat, serta menyenangkan. Pekarangan rumah dapat dimanfaatkan dengan selera dan keinginan masing-masing sesuai kebutuhan apa yang dibutuhkan. Dengan menanam tanaman produktif di pekarangan maka akan memberi keuntungan ganda, salah satunya adalah kepuasan jasmani dan rohani.

(16)

aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi dan sarana produksi sehingga sulit meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya tanpa difasilitasi oleh pemerintah. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani serta peningkatan kualitas penyuluhan merupakan tantangan ke depan.

Dalam menyikapi hal demikian, masyarakat harus memiliki inisiatif dan kreativitas dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk memenuhi ketersediaan (supply) makanan sehari-hari di samping makanan pokok atau nasi. Dalam rangka membantu masyarakat untuk meningkatkan optimalisasi penggunaan lahan pekarangan yang sempit maupun yang didiamkan begitu saja, perlu dilakukan usaha yang dapat meningkatkan daya guna pekarangan. Manfaat yang diharapkan adalah masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sayur-sayuran, toga, budidaya ikan dan ternak di pekarangan. Masyarakat bisa memilih makanan dan mengonsumsi makanan yang bergizi, beragam, berimbang dan aman dari bahan–bahan kimia berbahaya pada sayuran, buah-buahan, dan aneka produk ternak.

Dalam memanfaatkan lahan pekarangan, pemerintah berupaya menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kementerian Pertanian Republik Indonesi melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) mengajak masyarakat agar pekarangan rumah dimanfaatkan untuk berbudidaya. Artinya pekarangan rumah jangan sampai nganggur, tidak harus mengandalkan polibag dari kantong plastik, namun karung bekas yang sudah tidak dipakai lagi bisa dimanfaatkan untuk berbudidaya atau bercocok tanam, tergantung inisiatif dan kreativitas serta kemauan pemilik lahan.

Program KRPL merupakan sarana diseminasi yang mengedepankan inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian. Optimasi pemanfaatan lahan pekarangan atau ruang terbuka menjadi sangat penting untuk ketahanan pangan, sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan agrowisata.

(17)

tanaman pangan sehingga kemandirian pangan dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dalam sayuran maupun protein hewani, dan juga dapat mengurangi belanja harian. Prinsipnya adalah dilarang membiarkan lahan-lahan kosong, bila akses pangan terhadap keluarga terpenuhi sebagai bentuk pengejawantahan konsep ketahanan pangan maka ketahanan pangan nasional bukanlah suatu hal yang tidak mungkin untuk dicapai.

Upaya pengembangan program ini harus terus dilanjutkan bahkan ditingkatkan, sehingga KRPL dapat dikenali, dipahami dan dikembangkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga, dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga, menciptakan lingkungan hijau yang bersih, dan sehat secara mandiri.

Oleh karena itu, kiranya perlu konsep KRPL atau rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan dusun, desa, kecamatan, dan sebagainya dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan pangan, gizi keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat.

Untuk menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi individu, serta kelompok dalam masyarakat melalui program pemberdayaan diperlukan sumberdaya komunikasi apapun tema pembangunan tersebut. Seperti yang dikatakan Pearce (1986) bahwa komunikasi memegang peran penting dalam proses pembangunan. Komunikasi dalam konteks pembangunan adalah bagian integral dari pembangunan, dan komunikasi sebagai peubah penting yang diterima dalam mewujudkan pembangunan (an integral part of development, and communication as accept of variables instrumental in bringing about development).

(18)

pembaharuan dalam masyarakat diperlukan komunikasi efektif. Secara sederhana, komunikasi efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya (Goyer dalam Tubbs & Moss, 2005).

Untuk berhasilnya tujuan dalam program KRPL perlu adanya pembinaan. Keberhasilan ini sangat bergantung pada efektivitas komunikasi yang terjadi antara pemandu lapang sebagai pembawa atau sumber pesan (source) dan masyarakat sebagai penerima pesan (receiver). Dalam kaitan itu, perlu dilakukan suatu kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi antara sumber pesan dengan penerima pesan mampu menghasilkan perubahan dalam tataran kognitif, afektif, dan konatif pada masyarakat peserta program tersebut sehingga pada akhirnya mereka mampu mengadopsi dan mengaplikasikan sebuah inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam rangka pencapaian sasaran utama, yaitu untuk meningkatkan produktivitas pangan yang dampaknya dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga.

Perumusan Masalah

Pelaksanaan program KRPL bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lahan pekarangannya untuk ditanami sayuran, tanaman obat, budidaya ikan dan ternak sehingga optimalisasi lahan pekarangan dapat tercapai. Selain itu juga dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga terhadap sayuran dan buah-buahan maupun protein hewani, sehingga dapat mengurangi belanja harian.

Dalam realitasnya, tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan. Meskipun dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.

(19)

komunikasi. Struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui interaksi. Bahasa yang dipakai dalam komunikasi adalah untuk menciptakan struktur-struktur sosial.

Secara sederhana komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila terjadinya kesamaan makna antara orang-orang yang terlibat dalam berinteraksi. Kesamaan makna ini dapat dikatakan bahwa komunikasi dikatakan efektif. Dengan kata lain, orang-orang yang saling berinteraksi tersebut (komunikator dan komunikan) memiliki rangsangan dan respons yang sama-sama dapat dipahami oleh mereka. Perubahan dalam masyarakat dan individu banyak faktor yang mempengaruhinya. Selain komunikasi itu sendiri, efektivitas dan tingkat keberdayaan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti adanya kebijakan publik dari pemerintah, adanya intensitas penyuluhan, informasi dan ketersediaan sarana produksi yang bisa mendukung aktivitas petani dan masyarakat.

Menurut Effendy (2003), komunikasi efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yaitu meningkatkan pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan; serta (3) konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Perubahan pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap. Adapun efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu.

(20)

menghasilkan suatu kawasan pekarangan yang produktif yang hasilnya dapat menciptakan kemandirian pangan rumah tangga.

Sejalan dengan uraian di atas, untuk mengetahui sejauh mana efektivitas komunikasi pada tataran pemandu lapang dengan masyarakat (peserta program KRPL) sebagai salah satu prasyarat utama kesuksesan program KRPL perlu dilakukan kajian dan analisis secara mendalam dan terarah. Beberapa permasalahan pokok yang dijadikan fokus dalam penelitian ini meliputi:

1. Sejauh mana efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat?

2. Sejauh mana hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi program KRPL pada keluarga di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat?

3. Sejauh mana hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel, Karawang – Jawa Barat?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi program KRPL di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat.

3. Menganalisis hubungan antara efektivitas komunikasi program KRPL dengan optimalisasi lahan pekarangan di Desa Mulyasari Kecamatan Ciampel Karawang Jawa Barat.

Kegunaan Penelitian

(21)

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak terkait dalam merumuskan kebijakan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(22)

Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris adalah communication. Secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna „berbagi‟ atau „menjadi milik bersama‟ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada pengertian Ruben dan Stewart (1988) mengenai komunikasi manusia, yaitu proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain (process through which individuals-in relationships, groups, organizations and societies-respond to and create messages to adapt to the environment and one another).

Menurut Berlo (1960), komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, akan tetapi perlu dipahami bahwa komunikasi tidak hanya sampai pada batas penerima tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan dan diterima. Berlo menyebutnya sebagai model linier atau searah. Dalam model linier, komunikasi dikatakan efektif jika penerima mampu menerima pesan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sumber. Model komunikasi linier sering juga disebut sebagai model S-M-C-R-E (Source, Message, Channel, Receiver, and Effect).

(23)

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dengan tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama tentang hal yang dikomunikasikan, sehingga orang tersebut dapat menerima dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk itu, di antara orang-orang yang berkomunikasi harus tercapai kesamaan pengertian. Apabila kesamaan pengertian tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000).

Wood (2004) mengartikan komunikasi sebagai sebuah proses yang sistemik di mana individu-individu berinteraksi dengan dan melalui simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan arti. Pengertian ini mempunyai empat kata kunci, yakni: proses, sistemik, simbol, dan arti. Pendapat ini juga dipertegas oleh West dan Turner (2008), yaitu komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.

Efektivitas Komunikasi

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya yang telah ditetapkan. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak seperti (1) kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan (3) konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap; sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Jahi, 1988).

(24)

1. Pemahaman

Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator) dan dikatakan efektif, bila penerima (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.

2. Kesenangan

Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, karena adakalanya berkomunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagiaan bersama.

3. Mempengaruhi sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dalam hal ini kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.

4. Memperbaiki hubungan

Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten dapat mengubah makna.

5. Tindakan

(25)

Effendy (2000) mengatakan supaya terjadi komunikasi yang efektif, maka komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator, pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi.

1. Komunikator

Faktor penting pada diri komunikator dalam melancarkan komunikasi adalah daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Adapun kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Dengan kata lain, seorang komunikator akan mendapat kepercayaan, bila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke komunikasi yang tidak efektif.

2. Pesan

Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi dapat satu, tetapi lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.

3. Saluran

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.

4. Komunikan

(26)

seseorang dapat dan akan menerima pesan kalau terdapat empat kondisi secara simultan, yaitu:

a. Komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi.

b. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuan.

c. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.

d. Komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik.

Menurut Berlo (1960), komunikasi akan berjalan efektif apabila ketepatannya dapat ditingkatkan dan gangguannya dapat diperkecil. Oleh karena itu, meningkatkan ketepatan dan mengurangi gangguan harus terjadi pada setiap unsur komunikasi. Hal tersebut dapat terjadi apabila:

1. Seorang komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi (communication skills), pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibahasnya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude), serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan budaya (social and cultural system).

2. Seorang komunikan harus memiliki kemampuan berkomunikasi, bersikap positif kepada komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi pesan yang disampaikan, serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan pesan.

3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan, kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan bahasa dan isi pesan.

4. Media komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan isi pesan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta efisien dalam memilih media. Prinsip media harus dapat dilihat, didengar, disentuh, dicium dan dirasakan.

(27)

1. Komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri. Beberapa tujuan yang lazim dalam komunikasi intrapersonal adalah berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal tersebut dikembangkan teori-teori tentang konsep diri. Konsep komunikasi intrapersonal yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain memperkuat diri, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan pengendalian diri, mengurangi stres, mengatasi konflik, dan lain-lain.

2. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi. Tujuannya untuk mengenal, berhubungan, membantu, dan lain-lain. Beberapa teori yang diaplikasikan dalam konsep komunikasi ini antara lain mengapa orang mengembangkan hubungan, apa yang menyatukan sahabat, kerabat, keluarga dan apa yang memisahkannya, bagaimana hubungan dapat diperbaiki. Aplikasi keterampilan dari konsep komunikasi ini adalah meningkatkan efektivitas komunikasi satu lawan satu, mengembangkan dan memelihara hubungan yang efektif, meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik.

3. Komunikasi kelompok kecil. Bertujuan berbagi informasi, mengembangkan gagasan, memecahkan masalah, membantu. Teori yang dapat diaplikasikan adalah apa yang membuat seseorang menjadi pemimpi, tipe kepemimpinan mana yang paling berhasil, apa peran anggota kelompok, apa yang berhasil dikerjakan kelompok dan apa yang gagal dilakukan kelompok, bagaimana kelompok dapat dibuat lebih efektif. Keterampilan yang diperlukan dalam komunikasi kelompok kecil adalah meningkatkan efektivitas sebagai anggota kelompok, meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin, dan lain-lain.

(28)

5. Komunikasi dengan publik atau khalayak. Tujuannya memberi informasi, mempengaruhi dan menghibur. Hal yang menyangkut teori adalah bagaimana khalayak dapat dianalisis dan diadaptasi secara efektif. Keterampilan yang diperlukan adalah mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif, meningkatkan kemampuan persuasif, mengembangkan, mengorganisasikan, dan lain-lain.

6. Komunikasi antarbudaya atau komunikasi antar orang dari budaya yang berbeda. Tujuannya mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan membantu. Teori yang dikembangkan adalah bagaimana budaya yang berbeda memandang komunikasi, apa yang menghambat komunikasi yang bermakna di antara orang-orang yang budayanya berlainan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan menghindari hamabatan-hambatan utama dalam komunikasi antarbudaya.

7. Komunikasi massa atau komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang sangat luas. Tujuannya untuk menghibur, meyakinkan, mengukuhkan status, mengubah, mengaktifkan, memberi informasi dan menciptakan rasa persatuan. Teori yang dikembangkan adalah apa fungsi yang dijalankan media dan bagaimana media mempengaruhi kita, bagaimana kita dapat mempengaruhi media, dengan cara apa informasi disensor oleh media. Hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan komunikasi bermedia massa adalah meningkatkan kemampuan menggunakan media agar lebih efektif.

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap-muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi interpersonal seringkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar orang lain (komunikan) bersedia menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

(29)

komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, apabila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

Pembahasan mengenai beberapa teori dan pengertian-pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa komunikasi dan efektivitas komunikasi dapat dikatakan berjalan dengan baik jika pesan yang disampaikan oleh pengirim berkaitan erat dengan pesan yang ditangkap dan diterima oleh penerima. Pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan, dan tindakan positif merupakan tujuan dari efektivitas komunikasi.

Karakteristik Individu

Rakhmat (2007) menyatakan bahwa karakteristik manusia terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor-faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup komponen genetik, sistem syaraf, dan sistem hormonal. Faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen konatif (tindakan) yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (faktor emosional). Selanjutnya Sampson dalam Humaedah (2007), mengemukakan bahwa faktor internal individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis. Karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui perilaku suatu masyarakat.

Soekartawi (2005) mengemukakan lebih rinci mengenai perbedaan individu yang mempengaruhi cepat-lambatnya proses adopsi inovasi, yaitu: (1) umur, (2) pendidikan, (3) status sosial ekonomi, (4) pola hubungan (lokalit atau kosmopolit), (5) keberanian mengambil resiko, (6) sikap terhadap perubahan sosial, (7) motivasi berkarya, (8) aspirasi, (9) fatalisme (tidak adanya kemampuan mengontrol masa depan sendiri), dan (10) dogmatisme (sistem kepercayaan yang tertutup).

(30)

efektivitas komunikasi tergantung kepada tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini diarahkan untuk melihat hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi, dan efektivitas komunikasi dengan keberdayaan rumah tangga atau masyarakat. Karakteristik individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan utama, dan luas pekarangan.

Ketersediaan Informasi dan Sarana Produksi

Ketersediaan informasi bagi masyarakat sangat tergantung pada di mana dia bertempat tinggal. Hal ini akan sangat mempengaruhi aspek komunikasi atau aksesibilitas masyarakatnya. Akses petani pada suatu daerah dengan daerah lainnya tidak selalu sama. Hal ini sangat terkait dengan ketersediaan sumber informasi serta keragaman informasi yang diperlukannya. Tubbs dan Moss (2005) dan Purwasito (2003), mengatakan bahwa globalisasi yang dipicu oleh kemajuan teknologi komunikasi telah mendorong semua bangsa ke arah komunikasi massa. Pada kondisi seperti inilah kerapatan dan keterbukaan komunikasi menjadi relatif karena dipengaruhi oleh eksistensi fasilitas komunikasi. Fasilitas seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku, internet, pusat informasi publik, dan kelompok atau kelembagaan masyarakat.

Menurut van den Ban dan Hawkins (1999), dengan teknologi komunikasi modern memungkinkan petanu dapat dengan cepat memperoleh informasi dan menyeleksi yang paling tepat dengan menggunakan model tertentu untuk pengambilan keputusan.

Informasi sangat penting dalam membangun hubungan antarmanusia dan melakukan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Informasi dapat dilakukan dengan jalan komunikasi secara kontinu sebagai upaya kebersamaan dan membangun jaringan. Hal ini dapat dilakukan secara formal maupun nonformal, yang salah satu modelnya dapat dikembangkan melalui diskusi (Ruben & Stewart, 1988).

(31)

1. Media massa, terdiri dari majalah pertanian, surat kabar, siaran pertanian melalui radio dan televisi.

2. Sumber informal, terdiri dari tetangga petani/peternak dan teman, kelompok usaha, kelompok profesi dan kelompok sosial.

3. Sumber komersial, terdiri dari hubungan petani/peternak dengan pedagang dan dealer, demonstrator dan buletin komersial.

4. Sumber agen pemerintah, terdiri dari buletin, pertemuan dan hubungan petani/peternak dengan penyuluh dan ahli.

Selanjutnya Lionberger dan Gwin (1982), mengatakan bahwa proses penyebaran informasi pertanian dilakukan melalui empat tahapan, yaitu: (1) melalui penelitian, (2) pengujian lokal, (3) penyebaran informasi, dan (4) bimbingan kepada petani atau peternak. Depari dan McAndrews (1998) menambahkan bahwa peranan media massa dalam pembangunan nasional adalah sebagai agen pembaru (agent of social change). Letak peranannya adalah dalam membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern.

Berbicara tentang sumber informasi, setiap orang atau lembaga apa saja di mana saja masing-masing berperan sebagai sumber informasi. Sesama petani, aparat desa, penyuluh, fasilitator, televisi, radio, majalah, koran, dan sumber lainnya. Sebagai sumber informasi, sudah seharusnya mengedepankan kredibilitasnya, karena ini berkaitan dengan metode komunikasi dan pesan-pesannya. Menurut Rakhmat (2007), kredibilitas itu tidak secara inheren ada dalam diri komunikator, namun kredibilitas itu juga terletak pada khalayak yang menerima sumber informasi tersebut.

(32)

terhadap perkembangan perilaku efisiensi dan daya saing petani (Sumardjo, 1999).

Uraian di atas menjelaskan bahwa setiap informasi dan sarana produksi selayaknya memiliki nilai inovasi. Ketidaktersediaan sumber informasi dan sarana produksi tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat perkembangan dan perubahan sosial, berkomunikasi serta tingkat keberdayaan, tingkat berkomunikasi, serta tingkat keberdayaan petani tersebut.

Kebijakan Publik

Dalam perkembangannya, kebijakan publik (pemerintah) menjadi ilmu yang mempelajari proses pengambilan keputusan dengan menganalisis berbagai informasi yang terkait, tujuannya untuk menghasilkan nilai-nilai otoritatif. Nilai-nilai ini dicakup dalam legislasi untuk kemudian diterjemahkan dalam rencana atau program, sebagai wujud akuntabilitas pemerintah. Keberhasilan kebijakan ini sangat ditentukan oleh aktor-aktor kunci yang intinya adalah tepat dan bijak dalam mengambil keputusan pada saat mengimplementasikan kebijakan tersebut.

Kebijakan pemerintah dapat didefinisikan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas kebijakan pemerintah adalah segala sesuatu atau apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever governments choose to do or not to do). Dalam arti sempit atau khusus adalah suatu arah aksi yang tetap yang diikuti oleh pelaku-pelaku atau aturan dalam menangani masalah atau keprihatinan (a purposive course of action followed by an actor or set actors in dealing with a problem or matter of concern) (Young & Quinn, 2002).

(33)

positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, (5) kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Dye 1978 dalam Hosio (2007) mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu atau apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever governments choose to do or not to do). Kebijakan publik sebagai suatu upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukannya, dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya secara berbeda-beda. Dye juga mengatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan, maka tindakan tersebut harus memiliki tujuan. Kebijakan publik tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan hanya merupakan keinginan atau pejabat pemerintah saja. Di samping itu, sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besar dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah.

(34)

Menurut Mosher (1978) kebijakan (policies) dan tindakan-tindakan pemerintah mempunyai pengaruh yang sangat besar atas kecepatan pembangunan pertanian. Perencanaan nasional adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan oleh pemerintah mengenai tiap kebijakan dan kegiatan yang mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Syarat mutlak perlu mendapat prioritas tertinggi, syarat pelancar dapat membantu apabila syarat mutlak telah tersedia. Memberikan prioritas kepada syarat mutlak bukan berarti bahwa usaha-usaha terhadap syarat pelancar harus ditangguhkan sampai semua telah terpenuhinya syarat-syarat mutlak. Pengaruh dari semua syarat mutlak dan pelancar itu terletak dalam fasilitas-fasilitas yang tersedia bagi para petani serta mengubah kondisi cara berusahatani. Syarat mutlak yang dicari tersebut di antaranya: (1) keberadaan pasar, (2) teknologi, (3) saprodi lokal, (4) perangsang produksi dan (5) aspek pengangkutan. Syarat pelancar yang dilihat meliputi aspek: (1) pendidikan pembangunan, (2) kredit produksi, (3) kegiatan gotong-royong, (4) aspek lahan dan tanah pertanian dan (5) perencanaan nasional.

Jadi, kebijakan pemerintah merupakan rencana kegiatan, pernyataan suatu tujuan yang ideal yang dibuat oleh pemerintah, partai politik atau kegiatan usaha. Kebijakan pemerintah merupakan hasil rumusan pola intervensi atau pengaturan pemerintah berdasarkan ketetapan legislatif, aturan main administrasi publik, serta adanya dukungan publik yang berpengaruh bagi masyarakat luas. Dalam negara yang demokratis kebijakan dibuat berdasarkan kebutuhan publik. Jadi sebelum pemerintah menetapkan kebijakan, terlebih dahulu menampung aspirasi dari masyarakat.

Penyuluhan Pertanian

(35)

pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani; (4) membantu petani memperoleh pengetahuan yang khsusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5) membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal; (6) meningkatkan motivasi petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

Menurut Mardikanto (1993), penyuluhan dapat dipahami sebagai sebuah proses, yakni: (1) proses penyebaran informasi, (b) sebagai proses penerangan; (c) proses perubahan perilaku; dan (d) proses pendidikan. Sementara Slamet (2003) mengatakan bahwa penyuluhan adalah program pendidikan luar sekolah yang bertujuan memberdayakan sasaran, meningkatkan kesejahteraan sasaran secara mandiri dan membangun masyarakat; sistem yang berfungsi secara berkelanjutan dan tidak bersifat adhoc, serta program yang menghasilkan perubahan perilaku dan tindakan sasaran yang menguntungkan sasaran dan masyarakatnya.

Secara singkat penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu pendidikan nonformal yang bertujuan untuk membantu masyarakat atau petani mengubah perilakunya dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

Optimalisasi Lahan Pekarangan

(36)

desa selain untuk konservasi keragaman jenis biologi. Selain itu, luas pemilikan pekarangan di desa yang ideal secara ekologis dan ekonomis diharapkan dapat dijadikan pegangan bagi Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam mengimplementasikan kegiatan Reformasi Agraria dengan basis pendistribusian lahan pekarngan bagi masyarakat landless di Pulau Jawa (Arifin et al, 2007).

Menurut Danoesastro (1976) pemanfaatan pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam secara terus menerus guna pemenuhan gizi keluarga. Di pekarangan bisa ditanam dengan beraneka jenis tanaman yang menghasilkan yang dibutuhkan sehari-hari seperti tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan, tanaman obat-obatan, bumbu-bumbuan, rempah-rempah, kelapa dan lain-lain.

Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori (Rukmana, 2005), yaitu:

1. Di daerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah serta unttk pelestarian lingkungan.

2. Di daerah perdesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan pelestarian lingkungan.

3. Di daerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan.

Penelitian Terdahulu

Menurut Indra (2011) yang melihat pengaruh karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi kelompok tani dalam mewujudkan keberdayaan petani di Kabupaten Aceh Singkil, didapat hasil sebagai berikut:

(37)

Tabel 1. Hubungan karakeristik individu dengan efektivitas komunikasi

Sumber: Indra (2011)

Pada Tabel 1, pendidikan formal sangat berhubungan nyata dengan indikator kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan yang baik dan tindakan positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seorang petani, maka semakin bagus juga tingkat efektivitas komunikasinya. Efektifnya komunikasi sangat tergantung pada siapa yang memberikan pesan dan penerima pesan, jadi pelaku komunikasi sangat berperan penting. Sebagai pelaku komunikasi diutamakan adanya kesamaan makna dalam menginterpretasikan pesan-pesan yang dimunculkan dan hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pribadi. Namun dalam hasil analisis ini pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan indikator pemahaman, ini dikarenakan tingkat pemahaman seseorang bukan berdasarkan pada tingkat pendidikan formalnya seorang petani, tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan non formal seperti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh PPL.

Berdasarkan uraian di atas, karakteristik individu berhubungan dengan tingkat efektivitas komunikasi. Keberagaman karakteristik tersebut sebagai fakta yang bisa mempengaruhi tingkat efektivitas individu sebagai pribadi dan makhluk sosial, jelas tidak dapat dipisahkan dari faktor eksternalnya. Karena sebagai makhluk sosial maupun sebagai pelaku utama di sektor pertanian, petani jelas tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh lingkungannya. Kesulitan petani bukan

Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata

Pendapatan (X4) Tidak Nyata Nyata Nyata Nyata Nyata

Pengalaman (X5) Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata

Luas Garapan (X6) Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Nyata Tidak Nyata

Kekosmopolitan (X7)

(38)

karena pemalas atau tidak bekerja keras, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor luar yang membuat petanu menjadi semakin termarjinalkan.

Pendidikan nonformal berhubungan nyata dengan tingkat pemahaman. Ini menjelaskan bahwa tingginya pengaruh pelatihan yang pernah diikuti oleh petani terhadap tingkat pemahaman. Pelatihan yang pernah diikuti oleh petani lebih mengedepankan kepada praktek di lapangan dan ini sangat memudahkan petani dalam meniru dan mengingat kegiatan tersebut. Berbeda dengan pendidikan formal yang mengedepankan teori dengan cara mendengar saja. Namun pada hasil analisis yang dilakukan, pendidikan nonformal tidak berhubungan nyata dengan tingkat kesenangan, sikap, hubungan baik dan tindakan positif. Kemungkinan disebabkan tingkat motivasi petani yang rendah. Rendahnya motivasi dikarenakan oleh ketidakmampuan secara finansial dan kepentingan yang lain, sehingga pelatihan yang pernah diikuti tidak memberikan dampak positif terhadap petani itu sendiri.

Pendapatan petani berhubungan nyata dengan indikator kesenangan, sikap, hubungan baik dan tindakan positif. Artinya, semakin tinggi pendapatan maka tingkat indikator kesenangan, sikap, hubungan baik dan tindakan positif akan cenderung menurun. Kecenderungan seperti ini pada dasarnya berhubungan dengan sikap dan watak individu manusia yang pada saat mendapatkan kelebihan atau pendapatan kemungkinan seseorang untuk individualis bisa saja muncul. Hal ini bisa menyebabkan interaksi di kelompok akan terabaikan dan dapat menjadikan efektivitas komunikasi dalam kelompok bisa terkendala.

Pengalaman berorganisasi dan luas lahan garapan tidak berhubungan nyata dengan semua indikator efektivitas komunikasi, disebabkan efektivitas komunikasi itu didasarkan atas pesan-pesan yang disampaikan itu mengalami kesamaan makna antara komunikan dan komunikator.

(39)

mampu berhubungan baik dengan sesama anggota maupun pada sumber informasi.

Menurut Indra (2011), efektivitas komunikasi dipengaruhi karakteristik individu, seperti: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, kekosmopolitan. Selain itu, efektivitas komunikasi juga dipengaruhi faktor eksternal, seperti: ketersediaan informasi, kebijakan publik, intensitas penyuluhan dan ketersediaan sarana produksi. Dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang nyata positif antara efektivitas komunikasi dengan keberdayaan petani. Penelitian Suwanda (2008), yang melihat pengaruh faktor internal dengan efektivitas komunikasi Model Prima Tani Usahatani Padi, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi model prima tani usahatani padi

Orientasi Usahatani (X9) Nyata Tidak Nyata Nyata

Status Petani (X10) Nyata Tidak Nyata Nyata

Sumber: Suwanda (2008)

(40)

bertani, pendapatan rata-rata, pola usahatani, status lahan, luas lahan garapan, orientasi usahatani, dan status petani dengan afektif petani dalam efektivitas komunikasi model Prima Tani tidak terdapat hubungan yang signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan nyata antara faktor internal dengan efektivitas komunikasi model Prima Tani usahatani padi, sebagian besar diterima.

Secara umum, karakteristik personal seseorang mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasi. Keberagaman karakteristik-karakteristik personal sebagai fakta yang mempengaruhi tingkat efektivitas individu sebagai pribadi maupun sebagai mahluk sosial, jelas tidak dapat dipisahkan dari faktor eksternalnya. Karena sebagai mahluk sosial maupun sebagai pelaku utama di sektor pertanian, petani jelas tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh lingkungannya. Kesulitan petani bukan karena petani menjadi pemalas atau tidak bekerja keras, tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor luar yang membuat petani menjadi makin tidak menguntungkan sehingga berada di luar jangkauan petani.

Penelitian Indra (2011) melihat pengaruh faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi kelompok tani dalam mewujudkan keberdayaan petani di Kabupaten Aceh Singkil, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Hubungan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi

Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak

(41)

antaranya adalah kebijakan publik dengan pemahaman dan tindakan positif, intensitas penyuluhan dengan pemahaman, ketersediaan sarana produksi dengan pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap dan hubungan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan publik, intensitas penyuluhan, ketersediaan sarana produksi dan ketersediaan informasi sangat mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasi.

Dari penjelasan hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi, beserta juga penjelasan indikator-indikatornya maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang nyata positif antara karakteristik individu, faktor eksternal dengan efektivitas komunikasi.

Pada karakteristik individu, secara umum terdapat hubungan nyata pada hampir semua indikator kecuali pada indikator pendapatan petani, pengalaman organisasi dan luas lahan garapan. Pada indikator pendapatan petani berhubungan nyata negatif dengan semua indikator efektivitas komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan petani efektivitas komunikasi dalam kelompok tani cenderung menurun, sedangkan pada indikator pengalaman berorganisasi, terdapat hubungan nyata negatif dengan indikator pemahaman dan mempengaruhi sikap. Sementara itu, pada indikator luas lahan garapan memiliki hubungan nyata negatif dengan indikator kesenangan dan mempengaruhi sikap.

Hasil penelitian Anas (2003) tentang keefektivan komunikasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, melihat hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hubungan faktor internal dengan efektivitas komunikasi

Pendidikan Formal (X2) Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata

Pendidikan Non Formal (X3) Tidak Nyata Nyata Tidak Nyata

Jenis Usaha (X4) Tidak Nyata Nyata Tidak Nyata

Jumlah Tanggungan Keluarga (X5) Nyata Nyata Nyata

Pendapatan Keluarga (X6) Nyata Nyata Nyata

Pengeluaran Keluarga (X7) Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata

(42)

Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor umur, pendidikan formal, dan pengeluaran keluarga tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan efektivitas komunikasi baik dalam meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap maupun dalam mengambil tindakan.

Pendidikan nonformal dan jenis usaha tidak mempunyai hubungan yang nyata dengan efektivitas komunikasi dalam meningkatkan pengetahuan dan mengambil tindakan. Pendidikan nonformal hanya berhubungan nyata positif dalam menentukan sikap. Jenis usaha hanya berhubungan nyata negatif dengan sikap. Jumlah tanggungan keluarga berhubungan nyata negatif dengan efektivitas komunikasi yang dilakukan nelayan, baik yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Nilai koefisien korelasi negatif menunjukkan adanya hubungan yang negatif pula. Artinya, nelayan dengan tanggungan keluarga kecil, akan lebih efektif berkomunikasi dalam meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan tindakan terhadap program yang disampaikan. Pendapatan keluarga berhubungan sangat nyata positif dengan efektivitas komunikasi, baik yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Ini berarti bahwa semakin besar pendapatan nelayan semakin efektif mereka berkomunikasi dalam meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan mengambil keputusan.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa karakteristik individu juga berkaitan dengan efektivitas komunikasi, yaitu Djunaedi (2003) yang meneliti tentang efektivitas komunikasi dalam Program Imbal Swadaya di Kecamatan Dramaga, menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat efektivitas komunikasi tentang bagaimana Program Imbal Swadaya bisa diterima oleh masyarakat. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas komunikasi seseorang.

(43)

Hasil penelitian Anas (2003) tentang keefektivan komunikasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir menunjukkan bahwa karakteristik individu yang merupakan faktor penentu dalam membentuk efektivitas komunikasi adalah pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Masyarakat dengan tanggungan keluarga kecil dan pendapatan lebih besar, akan lebih efektif berkomunikasi dalam meningkatkan pengetahuan, menentukan sikap dan mengambil suatu tindakan terhadap suatu program yang disampaikan.

Penelitian yang dilakukan Suwanda (2008) hubungan antara faktor internal dengan efektivitas komunikasi model usahatani padi untuk: umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan luas lahan dengan ranah kognitif berhubungan sangat nyata.

Dalam penelitian Indra (2011) juga ditemukan adanya hubungan antara karakteristik individu dengan keberdayaan petani, menunjukkan bahwa sebagian besar indikator karakteristik individu berhubungan positif dengan keberdayaan petani, didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Hubungan karakteristik individu dengan keberdayaan petani di Kabupaten Aceh Singkil

Tidak Nyata Tidak Nyata Nyata Tidak Nyata

Pendapatan

Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Nyata

Luas Lahan

Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Kosmopolitan

(X6)

Nyata Nyata Nyata Nyata Nyata Nyata

Sumber: Indra (2011)

(44)

keberdayaannya. Kemandirian sangat ditentukan dari tingkat kematangan atau kedewasaan seseorang; bagaimana petani bisa mampu memilih jalan hidupnya dan menentukan pilihan dalam aktivitas bertaninya. Mengenai wawasan juga sangat ditentukan oleh tingkat umur, apalagi ditambah dengan tingkat pengalaman hidup yang banyak. Pengalaman hidup bisa dilihat dari tingkatan umur, semakin tinggi maka pengalaman hidupnya juga semakin banyak dan ini akan berdampak secara kognitif kepada individu seseorang. Semakin tinggi umur petani maka semakin produktif juga dalam mengumpulkan aset produksinya, selain didukung oleh kebutuhan pribadi juga didukung oleh anggota keluarga lainnya. Umur juga meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, pemahaman akan hal ini akan meningkatkan tingkat keberdayaan secara individu. Semakin tinggi umur akan meningkatkan saling ketergantungan dengan orang lain, hal ini sesuai dengan hakikat sebagai manusia bahwasanya tidak akan berdiri sendiri tanpa ada bantuan orang lain. Lain halnya dengan hasil analisis yang menyatakan bahwa umur berhubungan nyata dengan kemampuan petani dalam mendapatkan peluang pasar, artinya semakin tinggi umur seseorang maka kemampuan mendapatkan peluang pasar juga akan semakin mudah, ini mungkin didukung oleh tingkat pengalaman petani dalam melakukan hubungan jual beli dengan pihak lain dalam menjual hasil panennya.

Pendidikan formal berhubungan sangat nyata dengan indikator mandiri, berwawasan, mempunyai aset, kesadaran hak dan kewajiban dan saling ketergantungan. Ini menggambarkan bahwa pendidikan formal sangat berhubungan dengan keberdayaan seseorang. Pendidikan biasanya menciptakan manusia dengan berbagai kemampuan baik secara pengetahuan, sikap dan tindakan. Berbagai kemampuan ini menjadi dasar petani dalam beraktivitas dan akan meningkatkan keberdayaannya. Lain halnya dengan pendidikan nonformal, dari hasil analisis menunjukkan bahwa adanya hubungan yang nyata dengan kemandirian dan saling ketergantungan. Ini menunjukkan bahwa pendidikan nonformal dengan pendidikan formal memiliki fungsi yang sama, karena dapat meningkatkan keberdayaan petani itu sendiri.

(45)

aset, kesadaran hak dan kewajiban. Ini berarti bahwa semakin meningkat pendapatan petani maka tingkat keberdayaan petani akan menurun. Untuk menyatakan bahwa seseorang itu berdaya, banyak ukuran yang bisa dijadikan patokan, tidak hanya melihat pada tingkat pendapatan seseorang yang tinggi.

Pengalaman organisasi dan luas lahan garapan dari Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa secara umum tidak ada hubungan yang nyata dengan keberdayaan petani. Tidak adanya hubungan nyata ini dikarenakan bahwa petani dalam berorganisasi tidak terlalu serius mengikutinya dan hanya kegiatan-kegiatan formal saja yang diikuti sehingga hubungan dengan orang lain semakin sedikit dan akan menjadikan petani menjadi obyek dari organisasi. Lain halnya dengan luas lahan garapan yang tidak mempunyai hubungan nyata dengan tingkat keberdayaan petani, ini jelas menunjukkan bahwa seluas apapun petani memiliki lahan garapan, tidak berhubungan nyata dengan tingkat wawasan, kemandirian, dan lainnya.

Pada indikator kekosmopolitan terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata dengan semua indikator keberdayaan petani seperti kemandirian, berwawasan, mempunyai aset, kesadaran hak dan kewajiban, saling ketergantungan dan kemampuan mendapat peluang pasar. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kemampuan petani dalam mencari informasi maka semakin tinggi juga tingkat keberdayaannya. Ini menunjukkan betapa strategisnya makna informasi bagi keberdayaan petani.

Tabel 6. Hubungan faktor eksternal dengan keberdayaan petani di

Tidak Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata Nyata

Ketersediaan (X4) Informasi

Nyata Nyata Nyata Nyata Nyata Tidak Nyata

(46)

Tabel 6 menjelaskan bahwa secara umum hubungan antara faktor eksternal dengan keberdayaan petani positif. Faktor eksternal yang berhubungan postif adalah indikator kebijakan publik, intensitas penyuluhan dan ketersediaan informasi. Walaupun kebijakan publik adalah program-program bantuan dari pemerintah, ini sangat membantu petani baik secara individual maupun kelompok dalam hal aktivitas bertani. Begitu juga dengan intensitas penyuluhan yang berhubungan sangat nyata dengan indikator keberdayaan petani kecuali pada indikator kemampuan mendapatkan peluang pasar. Ini sejalan dengan Slamet (2003) yang berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pembangunan. Pengertian pemberdayaan mayarakat adalah bagaimana membuat masyarakat mampu membangun dirinya sendiri, mampu membangun/memperbaiki kehidupan sendiri, atau masyarakat yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya sendiri, tidak tergantung dari “belas

kasih” pihak lain.

Hasil analisis tersebut yang menghasilkan hubungan yang sangat nyata didukung oleh tingkat intensitas penyuluhan di kabupaten tersebut yang aktif. Sehingga akan menciptakan keberdayaan petani yang baik. Penelitian Sumardjo (1999) di Jawa Barat, mengungkapkan bahwa pelaksanaan penyuluhan akan menempatkan martabat petani secara lebih layak, keberadaan petani dengan aspek kepentingan dan kemampuannya menjadi lebih dikenali dan dihargai sehingga lebih mendorong terjadinya partisipasi masyarakat yang lebih tinggi. Ketersediaan informasi yang didapat oleh petani sebagian besar diperoleh dari media televisi, tenaga penyuluh pertanian dan pedagang. Walaupun ketersediaan informasi masih terbatas, namun tingkat keberdayaan petani cukup baik. Begitu juga dengan ketersediaan informasi yang sangat mendukung tingkat keberdayaan petani. Dengan demikian informasi dapat dikatakan sebagai faktor yang sangat berperan dalam proses pemberdayaan petani.

(47)

Dilihat dari karakteristik individu, secara umum terdapat hubungan nyata positif pada indikator umur, pendidikan formal dan kekosmopolitan, sedangkan pada indikator pendapatan petani memiliki hubungan nyata negatif dengan indikator mempunyai aset, kesadaran hak dan kewajiban dan kemampuan mendapatkan peluang pasar. Indikator pendidikan nonformal, pengalaman organisasi dan luas lahan garapan memiliki hubungan nyata negatif dengan indikator berwawasan, mempunyai aset, kesadaran hak dan kewajiban dan kemampuan mendapat peluang pasar.

Tabel 7. Hubungan efektivitas komunikasi dengan keberdayaan petani di Kabupaten Aceh Singkil

Pemahaman secara umum berhubungan berhubungan nyata dengan mandiri, dan berhubungan nyata dengan indikator mempunyai aset, saling ketergantungan dan kemampuan mendapat peluang pasar. Pemahaman tidak memiliki hubungan nyata dengan berwawasan dan kesadaran hak dan kewajiban. Hal ini menggambarkan bahwa pentingnya pemahaman dalam berkomunikasi baik antara komunikan maupun komunikator, dan ini dapat dikatakan bahwa komunikasi bisa efektif. Pada saat tingkat pemahaman antara pelaku komunikasi tersebut terjadi maka pada titik itulah petani dikatakan berdaya, karena sudah mampu memahami potensi dirinya dan memiliki kebebasan mengemukakan pendapat.

(48)

mempunyai aset, saling ketergantungan dan mampu mendapatkan peluang pasar, terbangun ketika terjadi pertukaran pesan-pesan seperti informasi-informasi pasar, informasi penggunaan modal usaha tani.

Pada indikator kesenangan terlihat bahwa terdapat hubungan yang nyata dengan indikator mandiri, berwawasan, mempunyai aset, kesadaran hak dan kewajiban dan saling ketergantungan, kecuali pada indikator kemampuan mendapat peluang pasar. Ini menggambarkan bahwa selain pemahaman pelaku komunikasi yang mencerminkan seseorang berdaya, indikator kesenangan juga dapat mempengaruhi keberdayaan seseorang. Adanya tingkat kesenangan pada pelaku komunikasi ini akan menggambarkan bahwa petani merasa terbebaskan dan lepas dari tekanan pihak lain dalam berkomunikasi. Berkaitan dengan hasil penelitian yang ada hubungannya dengan indikator-indikator di atas menunjukkan bahwa dengan kesenangan yang baik maka akan meningkatkan keberdayaan petani.

Mempengaruhi sikap berhubungan nyata dengan indikator mandiri, berwawasan, mempunyai aset, kesadaran hak dan kewajiban dan saling ketergantungan, kecuali pada indikator kemampuan mendapat peluang pasar. Ini menggambarkan bahwa semakin tinggi komunikasi bisa efektif dalam mempengaruhi sikap maka akan meningkatkan keberdayaan petani. Adanya tindakan mempengaruhi orang lain dalam kelompok itu sering terjadi. Namun, bagaimana seseorang bisa mempengaruhi orang lain tergantung pada sejauh mana komunikator bisa menyampaikan pesan yang dengan mudah dipahami oleh komunikan. Jika dihubungkan pada tingkat keberdayaan petani, pada saat seseorang bisa mempengaruhi sikap orang lain dan sebaliknya maka pesan yang disampaikan itu bisa dikatakan efektif (saling memahami) dan ada umpan balik di antara keduanya. Jika terjadi seperti ini maka secara individual petani mampu menonjolkan dirinya yang tidak bisa dipengaruhi oleh orang lain secara cepat.

(49)

komunikasi dapat menciptakan hubungan yang baik. Dalam komunikasi hal yang seperti ini mencerminkan keharmonisan di antara anggota kelompok tani, begitu juga dengan adanya hubungan yang baik ini juga memperlihatkan bahwa komunitas di kelompok masyarakat dapat dikatakan berdaya.

Tindakan positif juga sangat berhubungan nyata dengan tingkat keberdayaan petani. Komunikasi yang efektif bisa dilihat sejauh mana pesan yang dimunculkan ketika berkomunikasi dalam kelompok bisa mempengaruhi orang lain dan menghasilkan tindakan positif bagi pelaku komunikasi. Tindakan positif sangat mencerminkan tingkat keberdayaan petani, karena berdayanya seseorang bukan hanya dilihat dari aspek ekonominya saja tetapi juga bisa dilihat dari aspek perilaku individual yang positif.

Dari penjelasan hubungan antara efektivitas komunikasi dengan keberdayaan petani, beserta juga penjelasan indikator-indikatornya maka dapat katakan bahwa terdapat hubungan nyata antara efektivitas komunikasi dengan keberdayaan petani.

Gambar

Gambaran Umum Lokasi Penelitian  .......................................................
Tabel 1. Hubungan karakeristik individu dengan efektivitas komunikasi
Tabel  5.  Hubungan  karakteristik  individu  dengan keberdayaan petani di
Tabel  6.  Hubungan   faktor   eksternal   dengan   keberdayaan   petani   di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, pada kondisi seperti ini atau pada pasien dengan sakit berat dimana dicurigai tuberkulosis, maka penilaian klinis dapat digunakan untuk memulai

SKPD atau Unit Kerja yang telah memenuhi persyaratan substantif dan persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

IPMLM berisi perangkat-perangkat pembelajaran yang mengacu pada upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan toleransi siswa, perangkat-perangkat

Kabupaten Bone Nomor 14 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan. Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013 dicabut dan

Putra priyayi juga tidak hanya bergaul dengan putra priyayi. Mereka juga bergaul dengan teman-teman sekolah yang bukan putra priyayi.. 60), yang dilihat dari namanya

KONDISI AWAL Administrator sudah masuk ke halaman lihat tipe sepeda motor.. PEMICU Administrator menambahkan data baru tipe

Kekuatan perolehan dana IPO untuk mengimplementasikan rencana ekspansi usaha, sehingga akan menghindarkan perusahaan dari tingkat gearing ratio yang tinggi juga menjadi