• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipis Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Tahu Segar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipis Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Tahu Segar"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN KITOSAN JERUK

NIPIS DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU

TAHU SEGAR

SKRIPSI

OLEH:

BRANANDA HASIHOLAN PERANGIN-ANGIN

080305049/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

TAHU SEGAR

SKRIPSI

OLEH:

BRANANDA HASIHOLAN PERANGIN-ANGIN

080305049/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

SripsiSebagai Salah Satu Syarat Memulai Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Ir. Terip Karo-Karo, MS

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP

Ketua

Anggota

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

Brananda Hasiholan Perangin-angin : Pengaruh Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipis Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Tahu Segar dibimbing oleh Terip Karo-karo dan Herla Rusmarilin.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh larutan konsentrasi kitosan jeruk nipis dan lama penyimpanan terhadap mutu tahu segar. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu larutan kitosan jeruk nipis (K): (0,25%), (0,5%), (0,75%), (1%) dan (1,25%) dan lama penyimpanan (P) : (5 hari), (10 hari), dan (15 hari). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, total mikroba, pH, kadar protein, dan nilai organoleptik (warna, rasa dan aroma serta tekstur).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan kitosan jeruk nipis memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total mikroba, pH, kadar protein, dan nilai organoleptik warna, aroma dan rasa serta tekstur. Lama Penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total mikroba, pH, kadar protein, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa, serta tekstur. Interaksi kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap total mikroba, pH, kadar protein, dan nilai organoleptik warna, rasa dan aroma. Konsentrasilarutan kitosan jeruk nipis 0,5% memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu tahu segar.

(4)

Brananda Hasiholan Perangin-angin : The Effect of Lime Chitosan Concentration And Storage time on the Quality of Fresh Tofu supervised by Terip Karo-karo and Herla Rusmarilin.

The research was conducted to determine the effect of lime chitosan concentration and storage time on the quality of fresh tofu. This study used a completely randomized design with two factors is: lime Chitosan concentration (K) : 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1% and1.25% and storage time (P) : 5, 10, and 15 days. The parameters analyzed were moisture content, ash content, total microbes, pH, protein content, and sensory characteristics (color, flavor and aroma, and texture).

The results showed that the lime chitosan concentration had highly significant effect on all parameters and sensory characteristics. Storage time had highly significant effect on all parameters and sensory characteristics. Interaction of both factors had highly significant effect on total microbial, pH, protein content, and color, flavor and aroma. Lime chitosan concentration of 0.5% was the best treatment for the fresh tofu.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 16 July 1990 dari ayah Bangun

Perangin-angin dan ibu Rasmi Br Ginting. Penulis merupakan putra kedua dari

dua bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA RK Deli Murni Bandar Baru dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN). Penulis memilih

program studi Ilmu dan Teknologi Pangan di Fakultas Pertanian USU.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota IMITP

(Ikatan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan), sebagai anggota IMKA mbuah

page dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Satuan Operasi.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipis dan

Lama Penyimpanan terhadap Mutu Tahu Segar”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ir. Terip Karo-karo, MS dan Dr. Ir. Herla Rusmarilin, MP sebagai ketua dan

anggota komisi pembimbing yang telah bersedia memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

ayahanda Bangun Perangin-angin dan ibunda Rasmi Br Ginting yang telah

membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini, kakak dan adikku

tersayang (kakak Roseva Sari S.Sos dan Royman Simamora) atas motivasi dan

dukungannya. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

semua staf pengajar dan pegawai di Progran Studi Ilmu Teknologi Pangan, kepada

saudara Joncer Naibaho S.TP dan Farhan Hawari Harahap serta semua rekan

mahasiswa stambuk 2008 yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat.

Medan, April 2013

(7)

DAFTAR ISI

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Tahu 5 Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Tahu ... 8

Kitosan ... 9

Sifat kimia dan biologi kitosan ... 13

Sifat antimikroba kitosan ... 13

Ekstrak Jeruk Nipis ... 14

Penelitian Sebelumnya ... 15

BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

Bahan Penelitian ... 16

Reagensia ... 16

Alat Penelitian ... 16

Metoda Penelitian ... 17

Model Rancangan ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 18

(8)

Uji organoleptik warna, aroma, dan rasa ... 23

Uji organoleptik tekstur ... 24

Skema ekstrsi kitin dari kulit udang ... 25

Skema ekstraksi kitosan dari kitin ... 26

Skema pembuatan ekstrak jeruk nipis ... 27

Skema penelitian ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi Kitosan terhadap Parameter yang Diamati ... 29

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati ... 30

Kadar Air Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar air tahu ... 31

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air tahu ... 33

Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap kadar air tahu ... 35

Kadar Abu Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar abu tahu ... 35

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu ... 36

Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu ... 37

Total Mikroba Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap total mikroba tahu ... 37

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikrobatahu ... 38

Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap total mikrobatahu ... 39

pH Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap pH tahu ... 41

Pengaruh lama penyimpanan terhadap ph tahu... 42

Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap ph tahu ... 43

Kadar Protein Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar proteintahu ... 45

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar protein tahu ... 47

Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap kadar proteintahu ... 47

Uji Organoleptik Warna Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap organoleptik warna tahu ... 49

Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik warna tahu ... 50

Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap organoleptik warna tahu ... 51

(9)

Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik rasa tahu ... 54 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosandan lama penyimpanan

terhadap organoleptik rasa tahu ... 55 Uji Organoleptik Aroma

Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap organoleptik aroma tahu ... 57 Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik aroma tahu ... 58 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosandan lama penyimpanan

terhadap organoleptik aroma tahu ... 59 Uji Organoleptik Tekstur

Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap organoleptik tesktur tahu ... 61 Pengaruh lama penyimpanan terhadap organoleptik tekstur tahu ... 62 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dengan lama penyimpanan

terhadap organoleptik tekstur tahu ... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

(10)

No. Hal

1 Komposisi nilai gizi pada 100 g tahu segar ... 8

2 Skala uji hedonik terhadap warna, aroma, dan rasa (numerik) ... 23

3 Skala uji hedonik terhadap tekstur (numerik) ... 24

4 Pengaruh konsenrasi kitosan terhadap parameter yang diamati ... 29

5 Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati ... 30

6 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar air tahu ... 31

7 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air tahu ... 33

8 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar abu tahu .... 35

9 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu .... 36

10 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap total mikroba tahu ... 37

11 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu ... 38

12 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu ... 40

13 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap pH tahu ... 41

14 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap pH tahu ... 42

15 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap pH tahu ... 43

16 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar protein tahu ... 45

17 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar protein tahu ... 46

(11)

19 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap uji organoleptik warna tahu ... 49

20 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna tahu ... 50

21 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna tahu ... 52

22 Uji LSR efek utama pengaruh konsetrasi kitosan terhadap uji organoleptik rasa tahu ... 53

23 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik rasa tahu ... 54

24 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dengan lama penyimpanan terhadap uji organoleptik rasa tahu ... 56

25 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap uji organoleptik aroma tahu ... 57

26 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma tahu ... 58

27 Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma tahu ... 60

28 Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap uji organoleptik tekstur tahu ... 61

29 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik tekstur tahu ... 63

(12)

No. Hal

1 Struktur kitosan ... 12

2 Skema ekstraksi kitin dari tepung kulit udang ... 25

3 Skema ekstraksi kitosan dari kitin ... 26

4 Skema pembuatan ekstraksi jeruk nipis ... 27

5 Skema penelitian ... 28

7 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar air tahu ... 33

8 Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air tahu... 34

9 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar abu tahu ... 36

10 Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu ... 37

11 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap total mikroba tahu ... 38

12 Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu ... 39

13 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu ... 41

14 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap pH tahu ... 42

15 Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH tahu ... 43

16 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap pH tahu ... 44

17 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar protein tahu ... 46

18 Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar protein tahu ... 47

19 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap kadar protein tahu ... 48

20 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap uji organoleptik warna tahu ... 50

(13)

22 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan

terhadap uji organoleptik warna tahu ... 52

23 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap uji organoleptik rasa tahu ... 54

24 Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik rasa tahu ... 55

25 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan

terhadap uji organoleptik rasa tahu ... 56

26 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap uji organoleptik aroma tahu ... 58

27 Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma tahu ... 59

28 Pengaruh interaksi antara konsentrasi kitosan dengan lama penyimpanan

terhadap uji organoleptik aroma tahu ... 61

29 Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap uji organoleptik tekstur tahu ... 62

(14)

No. Hal

1 Data pengamatan kadar air (%) ... 69

2 Daftar analisis sidik ragam kadar air (%) ... 70

3 Data pengamatan kadar abu (%) ... 71

4 Daftar analisis sidik ragam kadar abu (%) ... 72

5 Data pengamatan total mikroba (logCFU/g) ... 73

6 Daftar analisis sidik ragam total mikroba (logCFU/g) ... 74

7 Data pengamatan pH ... 75

8 Daftar analisis sidik ragam pH ... 76

9 Data pengamatan kadar protein (%) ... 77

10 Daftar analisis sidik ragam kadar protein (%)... 78

11 Data pengamatan uji organoleptik warna (numerik) ... 79

12 Daftar analisis sidik ragam uji organoleptik warna (numerik) ... 80

13 Data pengamatan uji organoleptik rasa (numerik) ... 81

14 Daftar analisis sidik ragam uji organoleptik rasa (numerik) ... 82

15 Data pengamatan uji organoleptik aroma (numerik) ... 83

16 Daftar analisis sidik ragam uji organoleptik aroma (numerik) ... 84

17 Data pengamatan uji organoleptik tekstur (numerik)... 85

18 Daftar analisis sidik ragam organoleptik tekstur (numerik) ... 86

(15)

ABSTRAK

Brananda Hasiholan Perangin-angin : Pengaruh Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipis Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Tahu Segar dibimbing oleh Terip Karo-karo dan Herla Rusmarilin.

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh larutan konsentrasi kitosan jeruk nipis dan lama penyimpanan terhadap mutu tahu segar. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu larutan kitosan jeruk nipis (K): (0,25%), (0,5%), (0,75%), (1%) dan (1,25%) dan lama penyimpanan (P) : (5 hari), (10 hari), dan (15 hari). Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, total mikroba, pH, kadar protein, dan nilai organoleptik (warna, rasa dan aroma serta tekstur).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan kitosan jeruk nipis memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total mikroba, pH, kadar protein, dan nilai organoleptik warna, aroma dan rasa serta tekstur. Lama Penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total mikroba, pH, kadar protein, dan uji organoleptik warna, aroma dan rasa, serta tekstur. Interaksi kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap total mikroba, pH, kadar protein, dan nilai organoleptik warna, rasa dan aroma. Konsentrasilarutan kitosan jeruk nipis 0,5% memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu tahu segar.

(16)

Brananda Hasiholan Perangin-angin : The Effect of Lime Chitosan Concentration And Storage time on the Quality of Fresh Tofu supervised by Terip Karo-karo and Herla Rusmarilin.

The research was conducted to determine the effect of lime chitosan concentration and storage time on the quality of fresh tofu. This study used a completely randomized design with two factors is: lime Chitosan concentration (K) : 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1% and1.25% and storage time (P) : 5, 10, and 15 days. The parameters analyzed were moisture content, ash content, total microbes, pH, protein content, and sensory characteristics (color, flavor and aroma, and texture).

The results showed that the lime chitosan concentration had highly significant effect on all parameters and sensory characteristics. Storage time had highly significant effect on all parameters and sensory characteristics. Interaction of both factors had highly significant effect on total microbial, pH, protein content, and color, flavor and aroma. Lime chitosan concentration of 0.5% was the best treatment for the fresh tofu.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (daging, ikan, susu).

dan nabati (tahu, tempe). Dari segi nutrisi, protein hewani memiliki komposisi

protein yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati,namun di Indonesia

konsumsi protein hewani masih tergolong rendah, hal ini diakibatkan karena

tingginya harga protein hewani.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemenuhan

kebutuhan protein masyarakat yaitu dengan meningkatkan konsumsi terhadap

protein nabati, misalnya kedelai. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang

memiliki daya cerna tinggi dan harga yang relatif murah dibandingkan dengan

harga protein hewani.Di Indonesia kebutuhan kedelai mencapai 3 juta ton

pertahun, dimana 800 ribu ton pertahun merupakan hasil produksi dalam negeri

dan hampir 60% merupakan impor dari luar. Dari segi proteinnya, kedelai

mengandung sekitar 35% protein, bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya

mencapai 35-40%.

Kedelai memiliki asam amino pembatas yaitu metionindan sistin,

sedangkan kandungan lisin dan treoninnya sangat tinggi. Hal tersebut sangat

menguntungkankarena pada umumnya bahan pangan bijian sangat miskin akan

lisin. Kedelai mengandung lemak sekitar 18 -20 %, 85 % di antaranya merupakan

asam lemak tidak jenuh. Lemak kedelai mengandung asam lemakesensial yang

(18)

produk olah kedelai yang dapat memenuhi kebutuhan protein diantaranya yaitu

tahu.

Tahu memiliki nilai gizi yang tinggi dan harga yang relatif murah. Di

Indonesia tahu memiliki tempat tersendiri untuk masalah pangan, dimana tahu

merupakan salah satu pangan yang disukai oleh masyarakat Indonesia.Sebagai

hasil olahan kacang kedelai, tahu merupakan makanan andalanyang mengandung

protein hampir sama dengan protein daging,dapat digunakan untuk perbaikan

gizi, mempunyai komposisi asam amino lengkap dan diyakini memiliki daya

cerna tinggi. Kandungan gizi dalam tahu, sedikit lebih rendah dibandingkan telur,

daging dan ikan,namun dengan harga yang relatif murah, masyarakat cenderung

lebih memilih tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani dalam

memenuhi kebutuhan gizinya.

Tingginya tingkat konsumsi tahu di masyarakat ditandai dengan

banyaknya bermunculan industri tahu khususnya industri menengah dan skala

rumah tangga,namun terdapat salah satu kendala dalam hal produksi tahu jika

dilihat dari masa simpannya yang relatif singkat yaitu sekitar 1-2 hari. Tahu

mudah mengalami kerusakan karena kandungan protein dan airnya yang relatif

tinggi, sehinggga diperlukan penanganan yang lebih baik.

Rendahnya masa simpan tahu tersebut mengakibatkan tahu tidak dapat

didistribusikan ke tempat yang berjarak jauh, dan produksinya pun harus

dilakukan tiap hari untuk menghindari kebusukan. Oleh karena itu perlu dilakukan

suatu usaha pengawetan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga tahu yang

dihasilkan memiliki masa simpan yang lebih lama. Salah satu pengawet alami

(19)

3

Kitosan adalah turunan kitin yang hanya dibedakan oleh gugus radikal

CH3 CO

-Kitosan adalah senyawa organik turunan kitin, yang dewasa ini banyak

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain membersihkan dan

menjernihkan air, immobilasi enzim sel bakteri, dan pengawet bahan makanan.

Kitosan dapat digunakan sebagai pengawet karena sifat-sifat yang dimilikinya

yaitu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak dan sekaligus

melapisi produk yang diawetkan sehingga terjadi interaksi yang minimal antara

produk dan lingkungannya.

pada struktur polimernya. Kitosan merupakan senyawa kimia yang

berasal dari bahan hayati kitin, suatu senyawa organik yang melimpah di alam ini

setelah selulosa. Kitin dapat diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari

kelompok Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp,

dan beberapa dari kelompok jamur, dan juga banyak ditemukan pada bagian

insang, trachea, dan dinding usus ikan serta banyak terdapat pada kulit cumi-cumi.

Sumber utaman kitosan adalah cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster,

kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama yangberasal dari laut.

Salah satu mekanisme yang mungkin terjadi dalam pengawetan makanan

yaitu senyawa kitosan memilikikemampuan untuk berinteraksi dengan senyawa

pada permukaan sel bakteri kemudian teradsorbsi membentuksejenis layer

(lapisan) yang dapat menghambat saluran transportasi sel sehingga sel mengalami

kekurangan substansiuntuk berkembang dan mengakibatkan matinya sel. Selain

telah memenuhi standard secara mikrobiologi ditinjaudari segi kimiawi juga aman

karena dalam prosesnya kitosan cukup dilarutkan dengan asam asetat encer

(20)

4

Perkembangan penggunaan kitosan meningkat sejak tahun 1940-an

terlebih dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri sekitar

tahun 1970-an. Penggunaan kitosan terutama aplikasi dibidang farmasi,

kesehatan, industri membran, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah,

kosmetik, industri perkayuan, polimer, dan industri kertas.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk

mempertahankan mutu tahu dengan menggunakan pengawet alami yaitu kitosan.

Hal-hal tersebutlah yang mendorong penulis memilih judul “Pengaruh

Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipis dan Lama Penyimpanan Terhadap

Mutu Tahu Segar”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan

kitosan jeruk nipis serta lama penyimpanan terhadap mutu tahu segar.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat dalam meningkatkan daya simpa

tahu segar.

2. Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan..

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh larutan kitosan jeruk nipis dan lama penyimpanan serta

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Tahu

Tahu merupakan salah satu bahan makanan pokok yang termasuk dalam

empat sehat lima sempurna. Tahu juga merupakan makanan yang mengandung

banyak gizi dan mudah diproduksi. Untuk memproduksi tahu bahan-bahan yang

dibutuhkan hanya berupa kacang kedelai, sehingga saat ini dapat ditemukan

banyak pabrik pembuat tahu baik dalam bentuk usaha kecil maupun usaha

menengah yang masih menggunakan cara konvensional(Lihannoor, 2010).

Tahu adalah ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan

menggunakan bahan penggumpal protein seperti asam, garamkalsium, atau bahan

penggumpal lainnya. Tahu merupakan makanan sehari-hari yang sering

dikonsumsi dalam bentuk makanan ringan seperti gorengan.Pada skala industri

pembuatan tahu membutuhkan alat khusus, seperti alat penggilingan kedelai

menjadi bubur.Namun tahu juga dapat dibuat dalam skala rumah tangga atau

industri kecil, dimana tahu dibuat dengan menggunakan blender untuk proses

penggilingan kedelai,namun mutu tahu yang dihasilkan kurang baik

(Wikipedia, 2011).

Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar

air dipengaruhi oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu.

Bahan penggumpal asam menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi

dibanding garam kalsium. Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah

protein tahu tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat

(22)

agak rendah. Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai

daya awet rendah (Hamid, 2012).

Tahu merupakan produk kedelai non-fermentasi yang disukai dan

digemari di Indonesia seperti halnya tempe, kecap, dan tauco. Tahu adalah salah

satu produk olahan kedelai yang berasal dari daratan Cina. Pembuatan tahu dan

susu kedelai ditemukan oleh Liu An pada zaman pemerintahan Dinasti Han,

kira-kira 164 tahun sebelum Masehi. Komposisi zat gizi dalam tahu cukup baik. Tahu

mempunyai kadar protein sebesar 8-12%, sedangkan mutu proteinnya yang

dinyatakan sebagai NPU sebesar 65%. Tahu juga mempunyai daya cerna yang

sangat tinggi karena serat dan karbohidrat yang bersifat larut dalam air sebagian

besar terbuang pada proses pembuatannya. Dengan daya cerna sekitar 95%, tahu

dapat dikonsumsi dengan aman oleh semua golongan umur dari bayi hingga orang

dewasa, termasuk orang yang mengalami gangguan pencernaan

(Shurtleff dan Aoyagi 2001).

Jenis-jenis tahu

Tahu putih

Tahu jenis ini biasanya ada yang berbentuk padat. Bentuknya bervariasi mulai

dari yang besar hingga yang kecil. Untuk tahu ini biasanya digunakan untuk

digoreng, dibuat tahu bacem ataupun dibuat untuk campuran makanan berkuah.

Tahu kuning

biasanya tahu jenis ini padat atau disebut juga dengan tahu takwa. Karena

kepadatannya yang lebih dari pada tahu putih ketika dipotong tahu jenis ini tidak

(23)

7

Tahu sutera

Disebut tahu sutera karena sangat halus. Tahu jenis ini berwarna putih. Karena

lembutnya tahu ini, biasanya ketika dijual direndam dalam wadah yang berisi air

dan tahu yang di dalamnya terendam..

Tahu kering/kulit tahu

Biasanya jika kita akan menggunakannya kita perlu merenam terlebih dahulu agar

lunak. Bisanya disajikan dalam makanan berkuah ataupun dibuat cemilan.

(Sarwono dan Saragih 2003).

Tahu bersifat mudah rusak. Pada kondisi normal (suhu kamar) daya

tahannya rata-rata sekitar 1 – 2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut rasanya

menjadi asam dan terjadi penyimpanganwarna, aroma, dan tekstur sehingga tidak

layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh kadar air dan protein tahu relatif

tinggi, masing-masing 86 persen dan 8 – 12 persen. Tahu mengandung lemak 4,8

persen dan karbohidrat 1,6 persen. Dengan komposisi nutrisi tersebut, tahu

merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme pembusuk,

(24)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Komposisi kimia tahu

Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi pada 100 g Tahu Segar

Komposisi Jumlah (Sumber : Depkes, 1996)

Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Tahu

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan mikrobiologis pada tahu

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Adanya bakteri yang tahan panas seperti golongan pembentuk spora dan

bersifat termodurik

2. Adanya bakteri kontaminan yang mencemari tahu pada saat proses

pembuatan tahu sampai selesai

3. Suhu penyimpanan

4. Adanya enzim tahan panas yang dihasilkan oleh jenis mikroba tertentu

yang dapat menghidrolisis lemak tahu

(Mustafa, 2006).

Menurut Suprapti (2005), beberapa hal yang menyebabkan kondisi

(25)

9

1. Tingkat kepadatan

Pembuatan tahu padat seperti halnya tahu kediri, memerlukan bahan (bakal tahu)

yang jauh lebih banyak daripada bahan yang diperlukan dalam pembuatan tahu

gembur.

2. Adanya bau asam

Tahu yang dicetak tidak terlalu padat, umumnya relatif lebih mudah rusak (karena

kadar airnya lebih tinggi). Oleh karena itu, umumnya tahu gembur dipasarkan

atau dijual dalam keadaan direndam air. Selain mengawetkan, perlakuan ini juga

dapat mencegah mengecilnya ukuran tahu karena kandungan airnya keluar

(apabila tidak direndam). Namun, air perendaman tersebut harus diganti setiap

hari. Apabila tidak, tahu akan menjadi berlendir, berbau dan berasa asam.

3. Penampilan

Penampilan produk tahu menyangkut warna serta keseragaman bentuk dan

ukurannya. Warna yang biasa digunakan untuk tahu adalah kuning, disamping

warna aslinya (putih). Sementara, untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang

sama dapat digunakan cetakan.

4. Cita rasa tahu

Cita rasa tahu akan menjadi lebih lezat apabila ke dalam bakal tahu (sebelum

dicetak) ditambahkan bahan-bahan yang dapat berfungsi sebagai penyedap rasa,

seperti garam dan flavour buatan.

Kitosan

Sifat kitin yang tidak beracun dan mudan terdegradasi mendorong

dilakukannya modifikasi kitin dengan tujuan mengoptimalkan kegunaan maupun

(26)

dikembangkan karena aplikasinya yang luas adalah kitosan. Kitosan merupakan

suatu amina polisakarida hasil proses deasetilasi kitin. Senyawa ini merupakan

biopolimer alam yang penting dan bersifat polisakatonik sehingga dapat

diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti adsorben logam, penyerab zat warna

tekstil, bahan pembuat kosmetik serta agen bakteri (Bhuvana, 2006).

Kitosan merupakan polimer karbohidrat (polisakaridal linear) di dalam

unit dasar suatu gula amino yang diturunkan dari deasetilasi kitin yang merupakan

biopolimer alami yang berlimpah setelah selulosa, kitosan tidak beracun dan

bahkan terurai secara hayati. Bentuk fisiknya merupakan padatan amorf yang

berwarna putih kekuningan. Keberadaan kitosan di alami umumnya terikat dengan

protein, mineral, dan berbagai macam pigmen (Sugita, 2009).

Kitosan adalah turunan kitin yang diisolasi dari kulit udang, rajungan,

kepiting dan kulit serangga lainnya. Kitosan merupakan kopolimer alam yang

mempunyai bentuk lembaran tipis, tidak berbau, berwarna putih, dan terdiri dari

dua jenis polimer yaitu poli ( deoksi-asitilamin-glukosa) dan poli (

2-deoksi- 2- aminoglukosa) yang berikatan secara beta (1,4). Kitosan merupakan

kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dengan menggunakan basa pekat sehingga

bahan ini merupakan polimer D- glukosamin dan mampu berikatan dengan

protein (Rismana, 2003).

Sebagai biomaterial bahan makanan, kitosan banyak digunakan dalam

makanan siap santap karena memiliki sifat-sifat biofisik yang menguntungkan,

seperti kandungan kolestrolnya rendah bahkan sama sekali tidak mengandung

(27)

11

memfilter mikroba yang merugikan serta memiliki warna dan aroma yang

disenangi (Hawab, 2004).

Janesh (2003) mengelompokkan kitosan berdasarkan BM dan

kelarutannya sebagai berikut :

- kitosan larut asam dengan BM 800.000 sampai 1.000.000 Dalton

- kitosan mikrokristalin (larut air) dengan BM sekitar 150.000 Dalton

- kitosan nanopartikel dengan BM 23.000 Dalton sampai 70.000 Dalton, dimana

dapat berfungsi sebagai imunomodulator.

Kitosan adalah suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri dari

monomer N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan D-glukosamin (GlcN). Bentukan

derivatif deasetilasi dari polimer ini adalah kitin. Kitin adalah jenis polisakarida

terbanyak ke dua di bumi setelah selulosa dan dapat ditemukan pada eksoskeleton

invertebrata dan beberapa fungi pada bagian dinding selnya. Kitosan memiliki

bentuk yang unik dan memiliki manfaat yang banyak bagi pangan, pertanian, dan

medis. Namun, untuk melarutkan kitosan ini cukup sulit karena kitosan hanya

pada asam dengan viskositas yang tinggi (Wikipedia, 2012a

Dua faktor utama yang mencirikan kitosan adalah viskositas atau berat

molekul dan derajat deasetilasi. Oleh sebab itu, pengontrolan kedua parameter

tersebut dalam proses pengolahannya akan menghasilkan kitosan yang sangat

bervariasi dalam aplikasinya diberbagai bidang. Misalnya kemampuan kitosan

membentuk gel dalam N-methyl morpholine-N-oxide, akhir-akhir ini telah

dimanfaatkan untuk formulasi obat. Derajat deasetilasi dapat didefinisikan sebagai ).

rasio 2-amino-2-deoxy-D-glucopiranosa dan 2-acetamido-2-deoxy-Dglukopyranose,

dan menunjukkan sejauh mana proses deasetilasi berjalan. Derajat deasetilasi dan

(28)

sendiri juga berkaitan dengan kemampuan kitosan untuk membentuk interaksi

isoelektrik dengan molekul lain (Wibowo 2006).

Kitosan dapat diperoleh dengan mengkonversi kitin, sedangkan kitin

diperoleh dari kulit udang. Produksi kitin biasanya dilakukan dalam tiga tahap

yaitu: (1) tahap demineralisasi, penghilangan mineral; (2) tahap deproteinasi,

penghilangan protein; dan (3) tahap depigmentasi, pemutihan. Sedangkan kitosan

diperoleh dengan deasetilasi kitin yang didapat dengan larutan basa konsentrasi

tinggi. Proses deproteinasi biasanya digunakan larutan natrium hidroksida, karena

lebih mudah dan efektif, protein diekstraksi sebagai natrium proteinat yang larut

(Wikipedia, 2011).

Kitosan merupakan senyawa turunan kitin, senyawa penyusun rangka luar

hewan berkaki banyak seperti kepiting, ketam, udang dan serangga. Kitosan dan

kitin termasuk senyawa kelompok polisakarida. Senyawa- senyawa lain yang

termasuk polisakarida yang sudah tidak asing lagi bagi kita adalah pati dn

sellulosa. Polisakarida ini berbeda dalam jenis monosakarida penyusunnya dan

gabungan dari monosakarida saling berikatan membentuk polisakarida

(Rismana, 2006).Struktur kitosan dapat disajikan pada Gambar 1.

(29)

13

Sifat kimia dan biologi kitosan

Menurut Rismana (2006) sifat alami kitosan dapat dibagi menjadi dua sifat

besar yaitu, sifat kimia dan biologi. Sifat kimia kitosan sama dengan kitin tetapi

memiliki karateristik khas antara lain :

• Merupakan polimer poliamin berbentuk linear.

• Mempunyai gugus amino aktif.

• Mempunyai kemampuan mengikat beberapa logam.

Sedangkan sifat biologi kitosan diantaranya adalah :

 Bersifat biokompatibel artinya sebagai polimer alaminya tidak mempunyai

akibat samping, tidak beracun, tidak dapar dicerna, mudah diuraikan oleh

mikroba.

 Dapat berikatan dengan sel mamalia dan mikroba secara agresif.

 Bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor, antikolestrol.

 Bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat. Berdasarkan kedua sifat

tersebut maka kitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu mudah dibentuk

menjadi spons, larutan, pasta, membran, dan serat yang sangat bermanfaat.

Biologi kitosan bersifat non toksik, polimer alami, sedangkan sifat kimianya

seperti linear poliamin, gugus amino dan gugus hidroksil yang bersifat reaktif.

Aplikasi kitosan tergantung sifat kationik, biologi, dan kimianya

Sifat antimikroba kitosan

Aktivitas antimikroba dari kitosan diamati terhadap berbagai jenis

mikroorganisme termasuk jamur dan beberapa bakteri. Aktivitas antimikroba

(30)

konstituen nutrien, komposisi kimia atau nutrien dari substrat dan kondisi

lingkungan (Coma dkk., 2002).

Kitosan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan antimikroba,

karena mengandung enzim lysosimdan gugus aminopolisakarida yang dapat

menghambat pertumbuhan mikroba. Efisiensi daya hambat kitosanterhadap

bakteri tergantung dari konsentrasi pelarutan khitosan. Kemampuan dalam

menekan pertumbuhan bakteri disebabkan kitosan memiliki polikation bermuatan

positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang (Wardaniati

dan Setyaningsih, 2010).

Kitosan telah banyak diteliti dalam bentuk bakterisidal terutama untuk

mengontrol pertumbuhan berbagai jenis bakteri. Pada bakteri gram positif,

konstituen utama yang dipengaruhi adalah dari dinding selnya yaitu

peptidoglikan dan sejumlah protein. Sedangkan dinding sel dari gram negatif yang

dipengaruhi adalah tekstur yang lebih halus mengandung berbagai macam

polisakarida, protein dan lemak disamping peptidoglikan. Dingding sel bakteri

gram negatif mempunyai membran bagian luar yang berada pada permukaan luar

dingding sel (Black, 1996).

Salah satu alasan dari karakter antimikroba kitosanadalah muatan positif

dari gugus amino yang berinteraksi dengan muatan negatif dari membran sel dari

mikroba, sehingga menyebabkan hilangnya protein dan konstituen intraseluler

dari mikroorgannisme ( Shahidi, dkk., 1999).

Ekstrak Jeruk Nipis

Jeruk nipis (citrus aurantifolia) termasuk salah satu jenis citrus jeruk,

(31)

15

memiliki kandungan vitamin C yang tinggi, jeruk nipis juga mengandung asam

sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren,

lemon kamfer, geraniolasetat, linaliolasetat, aktilaldehid, nildehid) damar,

glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C

(Wikipedia, 2012b

Jeruk nipis mempunyai rasa lebih asam dari jenis jeruk lainnya. Jenis asam ).

utama yang dikandungnya adalah asam sitrat.Asam yang terkandung jeruk nipis

berfungsi dapat menurunkan pH suatumakanan, sehingga dapat menghambat

pertumbuhan bakteri pembusuk (Mustafa, 2006).

Penelitian Sebelumnya

Suratman (1997), menyatakan bahwa pengawetan tahu dengan proses

perendaman tahu dalam larutan kunyit pada konsentrasi 18,73% b/v selama 30

menit, menunjukkan kualitas tahu relatif lebih baik dilihat dari segi bakteriologis,

fisik dan daya terima panelis.Dari hasil penelitiannya menunjukan daya awet tahu

dapat bertahan 13 jam yaitu 5 jam lebih lamadari tahu yang tidak direndam di

dalam larutan kunyit.

Herlina (1992), menyatakan bahwa pengawetan tahu dengan proses

peredaman dalam natrium klorida dan asam sirat, tahu dapat bertahan selama 12

(32)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember sampai Januari di

Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahu segar

yang berasal dari pabrik tahu Tanjung rejo (industri rumah tangga), buah jeruk

nipis yang berasal di pasar tradisional, kulit udang yang berasal dari KIM

Martubung, Medan.

Reagensia

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah PCA (Plate Count

Agar), asam sulfat (H2SO4), K2SO4, CuSO4. 5H2

Alat Penelitian

O, NaOH, toluena, indikator

mengsel.

Labu kjeldahl, alat destruksi, alat destilasi, erlenmeyer, biuret, bunsen, pH

meter, cawan porselin, desikator, tanur, oven, cawan alumunium, petridis,

timbangan, tuperwere, beaker glass, gelas ukur, loyang, stirer, magnetik stirer,

(33)

17

Metode Penelitian (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:

Faktor I : Konsentrasi Pengawet (K)

Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination (Tc) adalah5 x 3 =

15, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut: = 15 hari

Tc (n-1) ≥ 15

15 (n-1) ≥ 15

15 n ≥ 30

n ≥ 2

(34)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua

faktorial dengan model sebagai berikut:

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

dimana:

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf

ke-j dalam ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor Kpada taraf ke-i

βj : Efek faktor Lpada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j

εijk : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j

dalam ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan

dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Kitosan

A. Ekstraksi kitin dari tepung kulit udang

1. Direndam 100 gram tepung kulit udang dalam larutan NaOH 10% 1:10

selama 12 jam

2. Disaring menggunakan kain saring

3. Dicuci residu sisa penyaringan dengan air mengalir sampai bersih

4. Diambil 64 g residu sisa penyaringan kemudian direndam dalam larutan

(35)

19

5. Disaring menggunakan kain saring

6. Dicuci residu sisa penyaringan dengan air mengalir sampai bersih

7. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105o

8. Diperoleh 28 g kitin kasar

C selama 24 jam

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

B. Ekstraksi kitosan dari kitin

1. Direndam 28 g kitin dalam larutan NaOH 50% (1:10) kemudian

dipanaskan pada suhu 100o

2. Disaring menggunakan kain saring

C selama 1 jam

3. Dicuci residu sisa penyaringan dengan air mengalir sampai bersih

4. Dikeringkan pada suhu 105o

5. Diperoleh 11,2 g kitosan kasar

Cselama 24 jam

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Pembuatan Ekstrak Jeruk Nipis

Dalam pembuatan ekstrak jeruk nipis, dipilih jeruk nipis yang banyak

mengandung cairan jeruk nipis. Adapun tahapannya sebagai berikut:

1. Disediakan jeruk nipis yang masih segar dan matang

2. Dicuci dan dipotong melintang

3. Diambil sarinya

4. Disaring dengan saringan biasa untuk memisahkan antara ekstrak jeruk

nipis dengan pulp dan bijinya

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Pengawetan Tahu

(36)

2. Tahu dicuci dan ditiriskan

3. Dibuat larutan kitosan 0,25; 0,5;0,75; 1 dan1,25% dari 300 mljumlah total

larutan atau 0,75; 1,5; 2,25; 3 dan3,75g; kemudian masing-masing dilarutkan

dengan cara merendam kitosan kasar dalam ekstrak jeruk nipis sebanyak 40

ml kemudian ditambahkan aquades sampai 300 ml

4. Direndam tahu sebanyak 3 potongan, ukuran tahu sama untuk setiap

perlakuanyang sama

5. Disimpan dalam suhu ruang selama 5, 10, dan 15 hari

6. Dilakukan analisa kadar air, kadar abu, total mikroba, kadar protein, pH, dan

uji organoleptik untuk masing-masing lama penyimpanan (5, 10 dan 15 hari).

Penilaian untuk uji organoleptik rasa

a. Tahu yang sudah diawetkan dengan kitosan dicuci dengan air bersih

b. Tahu kemudian digoreng

c. Dilakukan uji organoleptik rasa untuk masing-masing perlakuan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap

parameter sebagai berikut:

1. Kadar Air (%)

2. Kadar Abu (%)

3. Total Mikroba (LogCFU/g)

4. Kadar Protein (%)

5. pH

(37)

21

7. Uji Organoleptik Tekstur (Numerik)

Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil analisa yang

meliputi beberapa parameter :

Penentuan kadar air (Dengan Metode Oven) (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam aluminium foil yang telah

diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven

dengan suhu sekitar 80o

Kadar air =

C sampai berat konstan, selanjutnya didinginkan di dalam

desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan

kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan kembali dengan

desikatorselama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh

berat yang konstan.

Penentuan kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1989)

Siapkan cawan pengabuan, kemudian bakar dalam tanur, dinginkan dalam

desikator, dan timbang. Timbang sebanyak 3-5 g sampel dalam cawan tersebut,

kemudian letakkan dalam tanur pengabuan, bakar sampai di dapat abu berwarna

abu abu atau sampai berat tetap. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap : Pertama

pada suhu sekitar 400oC dan kedua pada suhu 550o

(38)

Penentuan total mikroba dengan metode total plate count (Fardiaz, 1992)

Bahan diambil sebanyak 1g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan akuades 9 ml dan diaduk sampai merata. Hasil

pengenceran ini diambil dengan pipet tetes sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan

akuades 9 ml. Pengenceran ini dilakukan sampai 100000 kali (10-5

Dari hasil pengenceran pada tabung reaksi yang terakhir diambil sebanyak

1 ml dan diratakan pada medium agar PCA yang telah disterilkan dan disiapkan di

atas cawan petridish, selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 32°C

dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang ada dihitung dengan colony counter. ).

Total koloni = jumlah koloni x 1/FP

FP = Faktor Pengencer

Penentuan kadar protein (Sudarmadji, dkk., 1989)

Kadar protein ditetapkan dengan cara contoh dihitung dengan menentukan

nitrogen yang dikalikan dengan faktor konversi 6,25 dan protein ditetapkan secara

semi mikro kjedhal. Contoh yang telah dikeringkan sebanyak 0,2 gram

dimasukkan ke dalam labu kjedhal dan ditambahkan 2 gram campuran K2SO4

dan Cu2SO4 (1:1) dan 3 ml H2SO4

Hasil penyulingan ditampung dengan erlenmeyer berisi 25 ml H

pekat lalu didekstruksi sampai cairan

berwarna hijau jernih dan dibiarkan dingin. Setelah dingin ditambahkan 10 ml

akuades dan dipindahkan ke erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan 10 ml NaOH

40%atau lebih sampai terbentuk warna hitam dan segera didestilasi.

2SO4 0,02 N dan

3 tetes indikator mengsel (425 mg metil red dan 500 mg metil blue yang murni

(39)

23

larutan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna dan juga dilakukan dengan

cara yang sama pada blanko (tanpa bahan).

Kadar protein =

faktor konversi = 6,25

Penentuan pH (Apriyantono et al., 1989)

Penetapan pH menggunakan pH meter yang telah dilakukan kalibrasi

dengan larutan buffer pada pH 4 dan 7. Suhu sampel diukur menggunakan

pengatur suhu pH meter pada suhu terukur. Kemudian pH meter dinyalakan dan

dibiarkan sampai stabil (15 – 30 menit). Elektroda pada pH meter dibilas dengan

akuades dan dikeringkan elektroda dengan kertas tissue. Setelah itu elektroda

dicelupkan ke dalam larutan sampel (1:1) dan di-set pengukur pH-nya. Elektroda

dibiarkan tercelup di dalam larutan selama beberapa saat sampai diperoleh

pembacaan yang stabil. Kemudian pH sampel dicatat.

Uji Organoleptik warna, aroma dan rasa (Numerik) (Soekarto,1985)

Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang

terhadap warna, aroma dan rasa dengan uji kesukaan secara hedonik sesuai

dengan tabel .

Tabel2. Skala uji hedonik terhadap warna, aroma dan rasa (numerik)

Skala Hedonik Skala Numerik

(40)

Uji Organoleptik tekstur (Soekarto,1985)

Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang

terhadap tekstur dengan uji kesukaan secara hedonik sesuai dengan tabel.

Tabel 3. Skala uji hedonik terhadap tekstur (numerik).

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat lunak Lunak Agak lunak Tidak lunak

(41)

25

100 g tepung kulit udang

Gambar 2. Skema ekstraksi kitin dari tepung kulit udang Direndam dalam 1000 ml

NaOH 10% 1:`10

Dibiarkan selama 12 jam

Disaring dengan kertas saring

Diambil residu sisa penyaringan

Direndam 64 g dalam 1000 ml HCl 8% 1:10

Direndam selama 6 jam

Disaring dengan kertas saring

Residu dicuci sampai bersih

Dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam

(42)

Gambar 3. Skemaneraca massa ekstraksi kitosan dari kitin 28 g Kitin

Dicampurkan dalam NaOH 50% (1:10) Kemudian panaskan pada suhu 60-80oC

selama 8 jam

Disaring dengan kertas saring

Residu dicuci sampai bersih

Dikeringkan ada suhu

105oC selama 24 jam

(43)

27

Gambar 4. Skema pembuatan ektrak jeruk nipis

Buah jeruk nipis matang

morfologi

Disortasi dan dicuci

Dipotong melintang kemudian di peras

Disaring

(44)

Kitosan

Gambar 5. Skema penelitian Dilarutkan dengan ekstrak

jeruk nipis sebanyak 40 ml

Diencerkan dengan perlakuan terdiri dari 3

potong tahu (ukuran

(45)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Konsentrasi KitosanTerhadap Parameter Yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, total

mikroba, pH, kadar protein, dan uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur

(sebagai faktor mutu) seperti pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap parameter yang diamati

Parameter amatan

Uji organoleptik tekstur 3,467 3,656 3,566 3,454 3,444

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa konsentrasi kitosan memberikan

pengaruh terhadap parameter yang diuji. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar

air tertinggi terdapat pada perlakuan K1(0,25%) yaitu sebesar 68,156% dan

terendah terdapat pada K5 (1,25%) yaitu sebesar 58,745%. Kadar abu tertinggi

terdapat pada perlakuan K5 (1,25%) yaitu sebesar 1,081% dan terendah terdapat

pada perlakuan K1 (0,25%) yaitu sebesar 0,754%. Total mikroba tertinggi terdapat

pada perlakuan K1 (0,25%) yaitu sebesar 7,08 log CFU/gram dan terendah

terdapat pada perlakuan K5 (1,25%) yaitu sebesar 6,96 log CFU/gram. pH

(46)

terdapat pada perlakuan K1 (0,25%) yaitu sebesar 4,240. Kadar protein tertinggi

terdapat pada perlakuan K5 (1,25%) yaitu sebesar 8,428% dan terendah terdapat

pada perlakuan K1 (0,25%) yaitu sebesar 8,060%. Nilai uji organoleptik warna

tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (0,50%) yaitu sebesar 3,322 (suka) dan

terendah terdapat pada perlakuan K5 (1,25%) yaitu sebesar 2,774 (agak suka).

Nilai uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (0,25%) yaitu

sebesar 2,656 (agak suka) dan terendah terdapat pada perlakuan K5 (1,25%) yaitu

sebesar 2,423 (agak suka). Nilai uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada

perlakuan K2 (0,50%) yaitu sebesar 3,188 (suka) dan terendah terdapat pada

perlakuan K5 (1,25%) yaitu sebesar 2,767 (agak suka).Nilai uji organoleptik

tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (0,50%) yaitu sebesar 3,656 (suka)

dan terendah terdapat pada perlakuan K5

Pengaruh Lama PenyimpananTerhadap Parameter Yang Diamati

(1,25%) yaitu sebesar 3,444 (suka).

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, total

mikroba, pH, kadar protein, dan uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur

(sebagai faktor mutu) seperti pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter yang diamati.

Parameter amatan Lama penyimpanan

L1 (5 hari) L2 (10hari) L3 (15 hari)

Uji organoleptik warna 3,322 3,167 2,766

Uji organoleptik rasa 2,921 2,880 1,867

Uji organoleptik aroma 3,373 2,953 2,660

(47)

31

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan memberikan

pengaruh terhadap parameter yang diuji. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kadar

air tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 66,422% dan

terendah terdapat pada P3 (15 hari) yaitu sebesar 60,280%. Kadar abu tertinggi

terdapat pada perlakuan P3 (15 hari) yaitu 0,928% dan terendah terdapat pada

perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 0,862%. Total mikroba tertinggi terdapat pada

perlakuan P3 (15 hari) yaitu sebesar 7,14 log CFU/gram dan terendah terdapat

pada perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 6,88 log CFU/gram. pH tertinggi terdapat

pada perlakuan P3 (15 hari) yaitu sebesar 4,476 dan terendah terdapat pada

perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 4,240. Kadar protein tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 8,343% dan terendah terdapat pada perlakuan

P3 (15 hari) yaitu sebesar 8,121%. Nilai uji organoleptik warna tertinggi terdapat

pada perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 3,322 (suka) dan terendah terdapat pada

perlakuan P3 (15 hari) yaitu sebesar 2,766 (agak suka). Nilai uji organoleptik rasa

tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 2,921 (agak suka) dan

terendah terdapat pada perlakuan P3 (15 hari) yaitu sebesar 1,867 (tidak suka).

Nilai uji organoleptik aroma tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (5 hari) yaitu

sebesar 3,373 (suka) dan terendah terdapat pada perlakuan P3 (15 hari) yaitu

sebesar 2,660 (agak suka).Nilai uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 (5 hari) yaitu sebesar 3,820 (suka) dan terendah terdapat pada

(48)

Kadar Air

Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar air tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

air tahu. Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar air tahu

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0,05 0,01 kitosan(%) 0,05 0,01

- - - K1=0,25 68,156 a A

2 0,497 0,688 K2=0,5 65,475 b B

3 0,521 0,717 K3=0,75 63,127 c C

4 0,536 0,736 K4=1 61,344 d D

5 0,547 0,754 K5=1,25 58,745 e E

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan K2, K3,

K4, dan K5. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K3, K4 dan K5. Perlakuan

K3 berbeda sangat nyata dengan K4 dan K5, K4 berbeda sangat nyata dengan K5.

Kadar air tertinggi diperoleh pada K1 (0,25%) yaitu sebesar 68,156% sedangkan

terendah diperoleh pada K5 (1,25%) yaitu sebesar 58,745%. Hubungan

(49)

33

Gambar 6. Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar air tahu

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan

maka kadar air semakin menurun. Hal ini karena kemampuan protein untuk

mengikat air (water holding capacity) semakin kuat akibat adanya penambahan

kitosan dimana kitosan yang digunakan dilarutkan menggunakan asam. Semakin

tinggi kitosan yang ditambahkan maka semakin tinggi kemampuan mengikat air

pada protein tahu tersebut, sehingga membentuk daya ikat protein dengan air

semakin kuat, air bebas terikat menjadi air terikat, hal ini menyebabkan kadar air

semakin menurun. Poedjiadi dan Titin (2006) menyatakan bahwa apabila protein

dilarutkan dalam larutan asam maka konsentrasi ion H+ yang tinggi berikatan

dengan ion –COO

-Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air tahu

sehingga terbentuk gugus –COOH. Adanya gugus ini akan

mengikat air bebas menjadi air terikat.

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama

penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air

tahu. Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 7.

(50)

Tabel 7. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan kadar air tahu

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa P1 berbeda sangat nyata dengan P2, dan

P3. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan P3. Kadar air tertinggi diperoleh

pada P1 (5 hari) yaitu sebesar 66,422% sedangkan terendah diperoleh pada P3 (15

hari) yaitu sebesar 60,280%. Hubungan lama penyimpanan dengan kadar air dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air tahu

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka

kadar air tahu semakin menurun. Hal ini terjadi karena selama penyimpanan

kandungan air didalam tahu mudah lepas diakibatkan kemampuan kitosan untuk

mengikat air berkurang sehingga air dalam tahu semakin berkurang. Dutta, et al.,

(2003) menyatakan bahwa kitin dan kitosan memiliki kemampuan yang tinggi

untuk mengikat dan mengeluarkan air.

(51)

35

Pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap kadar air

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2)dapat dilihat bahwa interaksi

konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda

tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air sehingga tidak dilanjutkan dengan uji

LSR.

Kadar Abu

Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar abu tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

abu tahu. Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosanterhadap kadar abu tahu

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0,05 0,01 kitosan(%) 0,05 0,01

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan K2, K3,

K4, dan K5. Perlakuan K2 berbeda tidak nyata dengan K3, berbeda nyata dengan

K4 dan berbeda sangat nyata dengan K5. Perlakuan K3 berbeda tidak nyata

dengan K4 dan berbeda sangat nyata dengan K5, K4 berbeda sangat nyata dengan

K5. Kadar abu tertinggi diperoleh pada K5 (1,25%) yaitu sebesar 1,081%

sedangkan terendah diperoleh pada K1 (0,25%) yaitu sebesar 0,754%. Hubungan

(52)

Gambar 8. Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar abu tahu

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan

maka kadar abu semakin meningkat. Hal ini karena kitosan dapat mengikat

beberapa jenis logam. Sesuai dengan pernyataan Rismana (2006) yang

menyatakan bahwa kitosan dapat mengikat logam. Semakin banyak kitosan maka

semakin banyak logam yang diikat.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa lama

penyimpanan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar abu tahu.

Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa P1 berbeda nyata dengan P2, dan P3.

Perlakuan P2 berbeda nyata dengan P3. Kadar abu tertinggi diperoleh pada P3 (15

hari) yaitu sebesar 0,928% sedangkan terendah diperoleh pada P1 (5 hari) yaitu

(53)

37

sebesar 0,862%. Hubungan lama penyimpanan dengan kadar abu dapat dilihat

pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka

kadar abu semakin meningkat. Hal ini karena semakin lama penyimpanan maka

kadar air semakin menurun, dimana menurunnya kadar air menyebabkan

perubahan struktur pada tahu yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar

abu pada tahu.

Pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap kadar abu tahu

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4)dapat dilihat bahwa interaksi

konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda

tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu sehingga tidak dilanjutkan dengan uji

LSR.

Total Mikroba

Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap total mikroba tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap total

mikroba tahu. Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 10.

(54)

Tabel 10. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap total mikroba tahu

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0,05 0,01 kitosan(%) 0,05 0,01

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan K2, K3,

K4, dan K5. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K3, K4 dan K5. Perlakuan

K3 berbeda nyata dengan K4 dan K5, K4 berbeda sangat nyata dengan K5. Total

mikroba tertinggi diperoleh pada K1 (0,25%) yaitu sebesar 7,076 logCFU/g

sedangkan terendah diperoleh pada K5 (1,25%) yaitu sebesar 6,963 logCFU/g.

Hubungan konsentrasi kitosan dengan total mikroba dapat dilihat padaGambar 10.

Gambar 10. Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap total mikroba tahu

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa lama

penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba

tahu. Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 11.

(55)

39

Tabel 11. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa P1 berbeda nyata dengan P2, dan P3.

Perlakuan P2 berbeda nyata dengan P3. Total mikroba tertinggi diperoleh pada P3

(15 hari) yaitu sebesar 7,140 logCFu/g sedangkan terendah diperoleh pada P1 (5

hari) yaitu sebesar 6,880 logCFU/g. Hubungan lama penyimpanan dengan total

mikroba dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pengaruh lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

Pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6)dapat dilihat bahwa interaksi

konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap total mikroba yang dihasilkan. Hasil pengujian

dengan LSR pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan

terhadap total mikroba tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.

(56)

Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada setiap taraf konsentrasi kitosan

semakin lama disimpan maka total mikroba semakin meningkat. Semakin tinggi

konsentrasi kitosan total mikroba semakin menurun. Hal ini dipengaruhi sifat

kitosan sebagai anti mikroba. Shahidi dkk (1996) menyatakankarakter

antimikroba kitosan adalah muatan positif dari gugus amino yang berinteraksi

dengan muatan negatif dari membran sel dari mikroba, sehingga menyebabkan

hilangnya protein dan konstituen intraseluler dari mikroorgannisme.

Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

(57)

41

Gambar 12. Pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap total mikroba tahu

pH

Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap pH tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pH

tahu. Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosan terhadap pH tahu

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0,05 0,01 kitosan(%) 0,05 0,01

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan K2, K3,

(58)

tertinggi diperoleh pada K5 (1,25%) yaitu sebesar 4,42 sedangkan terendah

diperoleh pada K1 (0,25%) yaitu sebesar 4,240 . Hubungan konsentrasi kitosan

dengan pH dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap pH tahu

Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 8) dapat dilihat bahwa lama

penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pH tahu.

Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap pH tahu

Jarak LSR Lama Rataan Notasi

0,05 0,01 penyimpanan 0,05 0,01

- - - P1 =5 4,240 b B

2 0,044 0,060 P2 =10 4,267 b B

3 0,046 0,063 P3 =15 4,476 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa P1 berbeda nyata dengan P2, dan P3.

Perlakuan P2 berbeda nyata dengan P3. pH tertinggi diperoleh pada P3 (15 hari)

yaitu sebesar 4,476 sedangkan terendah diperoleh pada P1 (5 hari) yaitu sebesar

4,240. Hubungan lama penyimpanan dengan pH dapat dilihat pada Gambar 14.

(59)

43

Gambar 14. Pengaruh lama penyimpanan terhadap pH tahu

Pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap pH

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 8)dapat dilihat bahwa interaksi

konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap pH yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR

pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan terhadap pH

tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15. Pengaruh interaksi antara konsentrasi

kitosan dengan lama penyimpanan terhadap pH tahu dapat dilihat pada Gambar

15.

ŷ= 0.0236P + 4.0917 r = 0.9135

4,000 4,100 4,200 4,300 4,400 4,500 4,600

0 5 10 15

pH

(60)

Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi konsentrasi kitosandan lama penyimpanan terhadap pH tahu

Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Gambar 15. Pengaruh interaksi konsentrasi kitosan dengan lama penyimpanan terhadap pH tahu

Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa pada semua konsentrasi kitosan

(61)

45

lama waktu penyimpanan akan meningkatkan jumlah mikroorganisme sehingga

dapat menyebabkan terjadinya degradasi protein yang meghasilkan NH3 yang

bersifat basa sehingga pH pada tahu meningkat. Wijana (1993), bahwa banyaknya

degradasi protein akan menyebabkan semakin banyaknya senyawa NH3

Kadar Protein

yang

dihasilkan, hal tersebut akan menyebabkan naiknya pH tahu.

Pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kadar protein tahu

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 10) dapat dilihat bahwa

konsentrasi kitosan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar

proint tahu. Hasil pengujian dengan LSR dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi kitosanterhadap kadar protein tahu

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0,05 0,01 kitosan(%) 0,05 0,01

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan K2, K3,

K4, dan K5. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K3, K4 dan K5. Perlakuan

K3 berbeda sangat nyata dengan K4 dan K5, K4 berbeda sangat nyata dengan K5.

Kadar protein tertinggi diperoleh pada K5 (1,25%) yaitu sebesar 8,428%

sedangkan terendah diperoleh pada K1 (0,25%) yaitu sebesar 8,060%. Hubungan

Gambar

Tabel 3. Skala uji hedonik terhadap tekstur (numerik).
Gambar 2. Skema ekstraksi kitin dari tepung kulit udang
Gambar 3. Skemaneraca massa ekstraksi kitosan dari kitin
Gambar 4. Skema pembuatan ektrak jeruk nipis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap total mikroba dimana semakin lama penyimpanan maka total mikroba akan semain meningkat, pH

Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Dalam Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia S.) Terhadap Kualitas Protein dan Total Mikroba Pada..

Ada pengaruh konsentrasi perasan jeruk nipis terhadap total mikroba p value = 0,000 (&lt;0,05) Simpulan : Semakin tinggi pemberian konsentrasi jeruk nipis yang

Di Indonesia tahu memiliki tempat tersendiri untuk masalah pangan, dimana tahu merupakan salah satu pangan yang disukai oleh masyarakat Indonesia.Sebagai hasil olahan kacang

Tahu merupakan makanan sehari-hari yang sering dikonsumsi dalam bentuk makanan ringan seperti gorengan.Pada skala industri pembuatan tahu membutuhkan alat khusus, seperti

Lama penyimpanan (L) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap total mikroba, pH tahu, pH air rendaman, kadar air, kadar protein, dan uji

Lama penyimpanan (L) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap total mikroba, pH tahu, pH air rendaman, kadar air, kadar protein, dan uji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bubuk kunyit memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap total mikroba, pH tahu, pH air rendaman, kadar abu, dan uji