PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI KORBAN BANJIR PASANG SURUT PASCA RELOKASI
(Studi: Dusun Kampung Aur, Nagari IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan)
Chandra1, Ardi Abbas 2, Ariesta 2
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected] ABSTRACT
This study was conducted in the background of the tidal flood disaster that occurred in Muaro Hamlet, the people affected by the disaster get relocation done by the government in Kampung Aur village as many as 8 heads of household, the purpose of this research is to describe the socio-economic changes of the tidal flood victims after the relocation both socially and culturally. Where this condition affects the community, especially the people in the relocation. The theory used in this study is the theory of social change proposed by Arnold Toynbee. This research uses qualitative approach with descriptive type. Selection of informants using purposive sampling technique with the number of informants 9 people. The type of data used is primary data and secondary data. Data collection techniques were conducted by observation (non-participant), in-depth interviews and document studies. The unit of analysis is the group. Data analysis using interactive model using Milles and Huberman technique. The results of this study indicate the socio-economic changes in post-relapse tidal floods in Kampung Aur Village, Nagari IV Koto Hilie, Batang Kapas Subdistrict, there is a decrease. In view of 4 aspects 1. work 2. Income 3. Education 4. social interaction. The relocation that is done has an impact on the decrease in income due to changes in livelihood.
Keywords: Socio-Economic, Relocation, Tidal Flood
PENDAHULUAN
Sumatera Barat selain terkenal karena keindahan alam dan kekayaan alam, juga merupakan provinsi yang rawan terhadap
bencana. Sumatera Barat memiliki
aktivitas kegempaan dan vulkanik sangat
tinggi, dengan posisi ini juga
menyebabkan bentuk relief Sumatera Barat yang bervariasi mulai dari bentuk pantai sedang hingga curam dan perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan sedang hingga terjal. Keberagaman bentuk dan
letak dearah di Sumatera Barat semuanya memiliki kerentanan terhadap bencana.
Dari banyak bencana yamg terjadi di Sumatera Barat, diambil tiga bencana yakni terjadinya longsor Bukik Lantiak tahun 2005 yang menelan korban jiwa sebanyak 56 orang, gempa Sumatera Barat yang terjadi tahun 2009 yang menelan korban jiwa sebanyak 1.117 orang, tsunami Mentawai pada tahun 2010 yang menelan korban jiwa sebanyak 445 orang
dan berbagai bentuk bencana yang terjadi sebelum dan sesudahnya.
Umumnya bencana tersebut terjadi tidak hanya menelan korban jiwa, juga menelan korban harta benda dan mata pencaharian. Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam daerah rawan bencana beberapa rentetan bencana yang melanda Pesisir Selatan salah satu nya, terjadinya limpahan air bah di Kecamatan Lengayang pada tahun 2013, bencana banjir pasang surut di Kecamatan Batang Kapas tepatnya di Dusun Muaro pada tahun 2009 yang bersamaan dengan terjadi nya gempa Sumatera Barat.
Bencana ini menyebabkan
terjadinya perubahan sosial masayarakat. Menurut Davis dalam (Martono 2011: 2-5) perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi didalam masyarakat mencakup sistem sosial, maka adanya perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu yang berlainan. Dengan demikian akan mengakibatkan dimensi dan ruang waktu. Dimensi dan ruang
menunjukkan pada wilayah terjadi
perubahan sosial serta kondisi yang melingkupinya. Dimensi waktu studi perubahan meliputi masa lalu, sekarang, dan masa depan. Perubahan yang di maksudkan adalah perubahan sosial
ekonomi masyarakat setelah adanya relokasi di Dusun Kampung Aur akibat bencana banjir pasang surut yang telah merenggut mata pencaharian masyarakat Dusun Kampung Muaro yang mayoritas adalah nelayan, yang mana jumlah penduduk di Dusun Kampung Muaro berjumlah 259 jiwa, memiliki 35 kepala keluarga yang memiliki mata pencaharian yang berbeda.
Tabel 1
Surut Mata Pencaharian Masyarakat Sebelum Bencana Banjir Pasang
No Mata Pencaharian Jumlah Kepala Keluarga 1. Nelayan 28 Kepala Keluarga 2. Pegawai Negeri Sipil 3 Kepala Keluarga 3. Pedagang 4 Kepala Keluarga Jumlah 35 Kepala Keluarga
Sumber: (Arsip Kantor Wali Nagari IV Koto Hilie)
Dari tabel 1 dapat dilihat dari 35 kepala keluarga di Dusun Kampung Muaro terdapat 28 kepala keluarga mata pencaharian sebagai nelayan, 3 kepala keluarga sebagai pegawai negeri sipil, dan 4 kepala keluarga sebagai pedagang. Bencana banjir pasang surut yang terjadi di Dusun Kampung Muaro, Kecamatan Batang Kapas mengakibatkan kerusakan pada bangunan rumah warga, kerusakan
bangunan yang diakibatkan oleh banjir pasang surut meliputi kerusakan berat, kerusakan ringan dan tidak mengalami kerusakan.
Tabel 2
Kerusakan Yang Diakibatkan Bencana Banjir Pasang Surut
No Kerusakan Jumlah
1. Kerusakan Berat 15 Rumah
2. Kerusakan Ringan 10 Rumah
3. Tidak Mengalami
Kerusakan
10 Rumah Jumlah 35 Rumah
Sumber: (Arsip Kantor Wali Nagari IV Koto Hilie)
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa bangunan rumah yang rusak berat akibat bencana banjir pasang surut terdapat 15 rumah, rusak ringan 10 rumah, dan 10 rumah tidak mengalami kerusakan.
Adapun demikian bangunan yang
mengalami rusak berat akibat banjir
pasang surut mendapatkan bantuan
relokasi oleh pemerintah ke Dusun Kampung Aur, dan bangunan yang mengalami kerusakan yang ringan tidak mendapatkan relokasi. Dari 15 kepala keluarga yang mendapatkan relokasi hanya 8 kepala keluarga yang mau menerima relokasi tersebut, selebihnya lebih memilih tetap tinggal di Dusun Kampung Muaro dengan alasan tertentu. Delapan kepala keluarga yang menerima relokasi memiliki mata pencaharian nelayan.
Tabel 3
Mata Pencaharian Korban Sebelum Dan Setelah Relokasi
No Mata Pencaharia n Sebelum Relokasi Setelah Relokasi 1. Nelayan 8 Kepala Keluarg a 0 Kepala Keluarg a 2. Pedagang 0 Kepala Keluarg a 3 Kepala Keluarg a 3. Petani 0 Kepala Keluarg a 5 Kepala Keluarg a Jumlah 10 Kepala Keluarg a
Sumber: (Arsip Kantor Wali Nagari IV Koto Hilie)
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 8 kepala keluarga yang dulunya mata pencaharian nelayan, sekarang telah memiliki mata pencaharian yang berbeda. Sebelumnya mata pencaharian yang dominan menjadi nelayan 8 kepala keluarga setelah relokasi tidak ada lagi bermata pencaharian nelayan. Setelah relokasi di Dusun Kampung Aur, masyarakat Dusun Muaro yang terkena dampak bencana gelombang pasang merasakan kenyamanan pada tempat yang dihuninya sekarang, selain daerahnya jauh dari laut dan aksesnya mudah dilalui,
masyarakatnya harus menyesuaikan dirinya dengan tempat tinggalnya yang baru, baik dari segi sosial ekonominya maupun dari segi budayanya. Dimana kondisi ini mempengaruhi masyarakat, khususnya masyarakat yang terkena dampak bencana. Perpindahan merupakan suatu sektor yang tidak jauh berbeda dengan sektor ekonomi yaitu dalam proses perkembangan yang mempunyai pengaruh
dibidang sosial dan ekonomi
masyarakatnya. Perpindahan rumah
penduduk dari Dusun Muaro ke Dusun Kampung Aur akan mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat. Jadi berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perubahan
Sosial Ekonomi Korban Banjir Pasang Surut Pasca Relokasi di Dusun Kampung Aur, Nagari IV Koto Hilie, Kecamatan Batang Kapas”.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan
pendekatan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan, pada latar belakang dan individu tersebut secara
holistik atau utuh (Moleong, 2010:4). Tipe
penelitian deskriptif dipilih karena peneliti
ingin memperoleh gambaran atau
deskriptif tentang perubahan sosial
ekonomi korban banjir pasang surut pasca relokasi.
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan tentang situasi kondisi serta permasalahan yang berhubungan
dengan penelitian, berguna untuk
membantu penelitian dalam menjelaskan permasalahan yang diteliti. Artinya,
informan adalah orang-orang yang
mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi dan bersedia meluangkan waktu
agar kita sebagai peneliti bisa
mendapatkan informasi yang valid dan faktual (Moleong, 2010:132). Dalam penelitian ini informan diperoleh melalui
purposive sampling merupakan teknik
penentuan informan sesuai dengan tujuan penelitian yang ditetapkan. Maksud Sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari orang-orang yang banyak mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahaan penelitian.
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari hasil bebagai sumber yang telah ada yaitu dokumen dari kantor wali nagari, foto korban banjir pasang pasca relokasi
Teknik observasi merupakan metode pengamatan secara langsung pada objek
yang diteliti dengan menggunakan
pancaindra. Dengan observasi kita dapat melihat, mendengar dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi. Teknik observasi
bertujuan untuk data yang dapat
menjelaskan atau menjawab permasalah penelitian. Data observasi berupa data faktual, cermat dan terperinci tentang
keadaan lapangan, observasi yang
digunakan adalah participant as oservasi yaitu peneliti memberitahu maksud dan tujuan pada kelompok yang diteliti (Ritzer, 2012 :74). Teknik observasi adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data lapangan dengan cara langsung kelokasi penelitian. Dengan observasi penelitian dapat melihat, mengetahui bagaimana keadaan objek yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara adalah pertemuan langsung dengan informan peneliti serta mengumpulkan informasi dari hasil percakapan dengan informan untuk tujuan tertentu. Sebagaimana yang diungkapkan Licoln dan Guba
tujuan-tujuan tertentu itu berupamengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Moleong, 2010: 135). Wawancara dalam penelitian ini bersifat mendalam dan tidak berstruktur maksudnya pewawancara (peneliti) bebas menanyakan berbagai pertanyaan kepada
informan dan informan menjawab
pertanyaan menurut apa yang mereka inginkan, dalam hal ini informan bebas mengungkapkan perasaan, pikiran dan pandangan dari pertanyaan yang diajukan tanpa ada intervensi dari peneliti (Afrizal, 2008: 69).
Studi dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, (life
historis), cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugyono, 2012:329). Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang di perhitungkan sebagai subjek. Unit analisis dapat berupa kelompok, individu dan keluarga (Arikunto, 2010: 187). Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok yaitu Korban bencana banjir
pasang surut pasca relokasi sebanyak 8 kepala keluarga yang bermata pencaharian nelayan. Bogdan dan Taylor (dalam
Moleong, 2010:288) mendefinisikan
analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman. Penelitian ini dilakukan di Dusun Kampung Aur, Nagari IV Koto Hillie, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan. Lokasi ini dipilih karena setelah adanya relokasi pasca bencana banjir pasang surut ini berada di Dusun Kampung Aur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dusun Muaro merupakan salah satu daerah rawan bencana banjir pasang surut di Nagari IV Koto Hilie, Kecamatan
Batang Kapas dikarenakan jarak
pemukiman dengan pantai sekitar 10 meter dengan bibir pantai. Bencana banjir pasang surut di dusun ini hampir setiap air pasang laut dan berbarengan dangan musim hujan pada bulan Oktober, November dan Desember. Menurut data yang didapatkan, banjir pasang surut yang terjadi di tahun 2009 adalah banjir pasang
surut yang terbesar dalam rentetan banjir pasang surut yang terjadi dari tahun 2004, mengakibatkan kerugian yang sangat besar, jumlah kerugian yang ditaksir sebesar Rp. 15.400.000.000. Pada banjir pasang surut yang terjadi pada tahun 2009 tersebut dengan tinggi gelombang yang tinggi dan tidak dapat dielakan lagi di karnakan bencana banjir pasang surut tersebut terjadi pada pukul 20.00 WIB malam hari disaat masyarakat sedang beristrirahat, kerugian yang besar tersebut dikaranakan kerusakan sebagian besar masyarakat tidak dapat menyelamatkan harta benda mereka. Kerusakan pada rumah masyarakat Dusun Muaro dibagi atas 2 kategori kerusakan berat, kerusakan ringan. Kerusakan berat dengan kriteria seperti: dinding rumah hancur, atap rumah hancur, lantai rumah hancur sedangkan kriteria kerusakan ringan seperti: dinding retak, lantai rusak.
1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sebelum Relokasi
Menurut Soejono Soekanto sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain
dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasinya, dan hak-hak serta
kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya (Soekanto, 2010: 384). Berdasarkan pengertian diatas keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah
kedudukan atau posisi seseorang dalam
masyarkat berkaitan dengan mata
pencaharian, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas jenis tempat tinggal dan interaksi
sosial masyarakat. Sosial ekonomi
masyarakat sebelum di relokasi ke Dusun Kampung Aur baik, sosial ekonomi yang terbilang baik tersebut di jelaskan dari mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan, pendapatan masyarakat yang terbilang lebih dari cukup, tingkat
pendidikan serjana, dan interaksi
sosialantar masyarakat yang harmonis.
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Setelah Relokasi
Masyarakat korban banjir pasang surut yang direlokasi pada umumya memiliki pekerjaan yang tetap yakni dengan nelayan, hanya sebagian kecil yang yang memiliki pekerjaan pedagang, sehingga perekomonian masyarakat masih dapat dikatakan baik. Namun setelah relokasi masyarakat yang dahulunya mempunyai pekerjaan tetap sekarang tidak memeliki pekerjaan lagi.
Mata pencaharian masyarakat
sebelum relokasi ke Dusun Kampung Aur mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Pekerjaan sebagai nelayan
merupakan pekerjaan tetap bagi
masyarakat, waktu bekerja masyarakat yang setiap hari dan laut sebagai ladang
emas untuk memenuhi kebutahan ekonomi masyarakat, bencana banjir pasang surut yang menghancurkan rumah dan mata
pencaharian masyarakat, sekarang
masyarakat relokasi ke Dusun Kampung Aur daerah yang dianggap aman terhadap bencana. Perubahan yang paling dirasakan masyarakat sekarang bermata pencaharian seperti: bertani, buruh bangunan dan pedagang. Pendapatan adalah uang yang diterimah oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, dan laba termasuk juga beragam tunjangan seperti tunjangan kesehatan dan pensiun. Pendapatan yang dirasakan masyarakat setelah relokasi sangat jauh berkurang untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang rata-rata pendapatan masyarakat dibawah dari yang diharapkan.
KESIMPULAN
1. Relokasi Menyebabkan Terjadinya Perubahan Mata Pencaharian. Masyarakat Dusun Kampung Muaro yang di relokasi ke Dusun Kampung Aur yang dahulunya mayoritas bermata pencaharian nelayan, mengalami perubahan mata pencaharian tidak menentu.
2. Relokasi Menyebabkan Penurunan
Pendapatan. Pendapatan masyarakat
sebelum di relokasi yang cendrung lebih baik dan bisa mentaksir pendapatan mereka perbulan, memenuhi kebutuhan
masyarakat. Penurunan pendapatan yang sangat jauh dari yang diharapkan oleh masyarakat yang di sebabkan oleh relokasi.
3. Relokasi Menyebabkan Terjadinya Penurunan Taraf Pendidikan. Sebelum relokasi masyarakat sangat mementingkan taraf pendidikan anak-anak Dengan mengkedepan pendidikan sebagai satu hal yang perlu, anak-anak mereka mempunyai pendidikan sampai sarjana. Akibat dari relokasi berdampak kepada Penurunan taraf pendidikan tersebut diakibatkan oleh ekonomi msyarakat yang tidak mendukung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan berdampak kepada anak mereka yang diajarkan untuk hidup mandiri.
4. Relokasi Menyebabkan Perubahan Hubungan Sosial Masyarakat. Hubungan sosial masyarakat sebelum relokasi dapat
dilihat hubungan antar masyarakat
terbilang sangat baik sekali. Dampak setelah relokasi di karnakan masyarakat harus memulai bersosialisai dan harus mengenali satu sama lain agar terjalin hubungan yang baik yang berdampak kepada kehidupan bersama yang tidak harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2008. Pengantar Metode
Penelitian Kualitatif. Dari
Pengertian Sampai Penulisan
Laporan UNAND:
Laboratorium Sosiologi FISIP UNAND.
Arikunto,Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:
2010. Prosedur
Penelitian. Yogyakarta: PT
Rineka Cipta.
Ishaq, Isjoni. 2002. Masyarakat Dan
PerubahanSosial.PekanBaru:
Unri Press Pekanbaru.
Mahmud.2011. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Miles B, Matthew dan Huberman A.
Micheal. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).
Moelong, Lexy J.2012. Metologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Ritzer, George dan Goodman J. Douglas. 2010. Teori Sosiologi Modern
Edisi Keenam. Jakarta: Kencana.
Ritzer, George. 2009. Sosiologi Ilmu
Berparadigma Ganda. Jakarta:
Rajawali Pers.
Soejono, Soekanto. 2010. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi