ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PEMBELAJARAN STAD
SISWA KELAS III SEMESTER I SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2011/2012
Chandra Noveriawan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan operasi hitung pembagian
Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Kadirojo.Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV.Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2011, Siklus II dilaksanakan pada tanggal 24 dan 26 Oktober 2011.Pengumpulan data untuk mengetahui prestasi peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi hitung pembagian, peneliti menggunakan tes tertulis.Untuk mengamati peneliti dalam kegiatan pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi yang berisi sejumlah item.Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif yaitu untuk mendikripsikan persentase siswa yang mencapai KKM dan hasil observasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa oenerapan teknik STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung pembagian. Hal itu ditunjukan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa yaitu pada pretes siswa mencapai KKM 55,56% (20 siswa), pada akhir Siklus I persentase siswa yang mencapai KKM 63,89% (23 siswa) pada Siklus II yang mencapai KKM 86,11% (31 siswa)
ix ABSTRACT
THE IMPROVEMENTOF LEARNING ACHIEVEMENT ON MATHEMATIC
ON ARITHMETHIC OPERATIONS OF DIVISION USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STAD LEARNING
TECHNIQUES
IN KANISIUS KADIROJO ELEMENTARY SCHOOL ON FIRST SEMESTER OF CLASS THREE
ACADEMIC YEAR 2011/2012 Chandra Noveriawan Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This study aims to improve student achievement in solving mathematical problems related to arithmetic operations division. The experiment was conducted in Kanisius Kadirojo elementary school.
The subjects of the reserach were fourth grade students. This classroom action research (CAR) was conducted for 2 cycles, each cycle consisting of 2 meetings. The first cycle held on September 17 and October 19, 2011. The second was held on October24 and 26, 2011. Data collection, which take form as a written test, was used to determine student achievement in solving arithmethic operations of division. To observe the learning activities, researcher use observation sheet that contains a number of items. This study used a descriptive quantitative analysis techniques to describe the percentage of students who achieve minimum mastery criterion (KKM) and do some observations.
The results showed that the implementation of STAD technique can improve student achievement in solving arithmethic operations of division. There was an increasingof students' mastery learning, on pretest students reach 55.56 % (20 students) of KKM, at the end of the first cycle the percentage of students achieve 63.89 % (23 students) of KKM. The second cycle showed that the students reach 86.11 % of KKM (31 students).
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PEMBELAJARAN STAD
SISWA KELAS III SEMESTER I SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi PGSD
Disusun oleh : Chandra Noveriawan
NIM : 081134233
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus yang selalu memberikan jalan terang
Kedua orang tua bapak dan ibu yang tercinta
Adik yang tersayang
v MOTTO
Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta
Tuhan Selalu memberikan apa yang kita butuhkan
Setiap pekerjaan bagi Allah yang kurang dimotivasi oleh kasih
bagi Yesus Kristus akan berakhir dengan hati yang hancur
dan keputusasaan
Suka cita adalah payung yang menjaga kita saat menghadapi hari-hari
ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PEMBELAJARAN STAD
SISWA KELAS III SEMESTER I SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2011/2012
Chandra Noveriawan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan operasi hitung pembagian
Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Kadirojo.Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV.Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2011, Siklus II dilaksanakan pada tanggal 24 dan 26 Oktober 2011.Pengumpulan data untuk mengetahui prestasi peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi hitung pembagian, peneliti menggunakan tes tertulis.Untuk mengamati peneliti dalam kegiatan pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi yang berisi sejumlah item.Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif yaitu untuk mendikripsikan persentase siswa yang mencapai KKM dan hasil observasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa oenerapan teknik STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung pembagian. Hal itu ditunjukan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa yaitu pada pretes siswa mencapai KKM 55,56% (20 siswa), pada akhir Siklus I persentase siswa yang mencapai KKM 63,89% (23 siswa) pada Siklus II yang mencapai KKM 86,11% (31 siswa)
ix ABSTRACT
THE IMPROVEMENTOF LEARNING ACHIEVEMENT ON MATHEMATIC
ON ARITHMETHIC OPERATIONS OF DIVISION USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STAD LEARNING
TECHNIQUES
IN KANISIUS KADIROJO ELEMENTARY SCHOOL ON FIRST SEMESTER OF CLASS THREE
ACADEMIC YEAR 2011/2012 Chandra Noveriawan Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This study aims to improve student achievement in solving mathematical problems related to arithmetic operations division. The experiment was conducted in Kanisius Kadirojo elementary school.
The subjects of the reserach were fourth grade students. This classroom action research (CAR) was conducted for 2 cycles, each cycle consisting of 2 meetings. The first cycle held on September 17 and October 19, 2011. The second was held on October24 and 26, 2011. Data collection, which take form as a written test, was used to determine student achievement in solving arithmethic operations of division. To observe the learning activities, researcher use observation sheet that contains a number of items. This study used a descriptive quantitative analysis techniques to describe the percentage of students who achieve minimum mastery criterion (KKM) and do some observations.
The results showed that the implementation of STAD technique can improve student achievement in solving arithmethic operations of division. There was an increasingof students' mastery learning, on pretest students reach 55.56 % (20 students) of KKM, at the end of the first cycle the percentage of students achieve 63.89 % (23 students) of KKM. The second cycle showed that the students reach 86.11 % of KKM (31 students).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kupanjatkan pada Tuhan pemilik Semesta, karena atas bimbingan dan berkat yang diberikanNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang jauh belum sempurna ini yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Operasi Hitung Pembagian Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Pembelajaran Stad Siswa Kelas III Semester I SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2011/2012” ini diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini tidak bakal pernah terwujud. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Sang Khalik yang disembah dengan berbagai cara yang telah menyinari berkat dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis selalu percaya bahwa DIA akan selalu hadir untuk membimbing dan memberikan jalan yang terbaik untuk penulis.
2. Orang Tua tercinta, FX Tohari, untuk pelajaran sebagaimana menjadi sebagai seorang pria. Dukungan serta pendidikan tanggung jawab dalam lingkup
sebagaimana biasa disebut sebagai sebuah keluarga akan selalu hidup dan berkobar pada jiwa ini. Untuk Ibunda tercinta V Eni Widi Muryani yang
sampai saat ini tidak pernah lelah memberikan semangat dan doa untuk segala kelancaran penulis.
3. Albertus Harimurti, terima kasih untuk semangat dan kehangatan yang tidak pernah ada habisnya sebagai bagian dari keluarga ini.
4. Untuk Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atas ijin yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini. 5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Batasan Istilah ... 4
F. Tujuan ... 5
xiii
H. Sistematika ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI ... 7
A. Belajar Dan Prestasi Belajar ... 7
1. Definisi Belajar ... 7
2. Prestasi Belajar ... 9
B. Pengertian Matematika ... 10
C. Pengertian Pembagian ... 12
D. Strategi Menyelesaikan Soal Pembagian ... 12
E. Pembelajaran Kooperatif ... 14
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 14
2. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
3. Pembelajaran Kooperatif Model STAD ... 17
F. Kerangka Pikir ... 30
G. Hipotesis Tindakan ... 30
BAB III. METODE PENELITIAN ... 31
A. Setting Penelitian ... 31
1. Tempat Penelitian ... 31
2. Subyek Penelitian ... 31
3. Obyek Penelitian ... 31
xiv
B. Desain Penelitian ... 32
1. Jenis dan Model Penelitian ... 32
2. Kriteria Keberhasilan ... 34
C. Tindakan Penelitian ... 34
1. Persiapan ... 34
2. Pelaksanaan ... 35
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 45
E. Analisis Data ... 48
1. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 48
2. Penskoran ... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Deskripsi Data ... 51
1. Siklus I ... 51
2. Siklus II ... 57
B. Analisis Data ... 64
1. Penghargaan Kelompok ... 64
2. Persentase Nilai Yang Mencapai KKM ... 66
3. Data Observasi ... 67
xv
BAB V. PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 71
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 32
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Siswa ... 34
Tabel 3. Pengumpulan Data ... 46
Tabel 4. Indikator Pencapaian Penelitian ... 48
Tabel 5. Penskoran ... 49
Tabel 6. Deskripsi Data Penghargaan Siklus I ... 64
Tabel 7. Deskripsi Data Penghargaan Siklus II ... 65
Tabel 8. Deskripsi Data Persentase Nilai yang Mencapai KKM ... 66
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus Matematika ... 75
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 76
Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal ... 88
Lampiran 4 : Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 89
Lampiran 5 : Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 90
Lampiran 6 : Daftar Nilai Postes ... 91
Lampiran 7 : Soal Postes Siklus I ... 92
Lampiran 8 : Soal Postes Siklus II ... 93
Lampiran 9 : Kunci Jawaban dan Penskoran Jawaban Postes Siklus I ... 94
Lampiran 10 : Kunci Jawaban dan Penskoran Jawaban Postes Siklus II ... 95
Lampiran 11 : Lembar Jawab Postes Siklus I ... 96
Lampiran 12 : Lembar Jawab Postes Siklus II ... 98
Lampiran 13 : Foto Penelitian ... 100
Lampiran 14 : Surat Ijin Penelitian ... 101
Lampiran 15 : Surat Melaksanakan Penelitian ... 102
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan pelajaran yang relatif dekat dengan kehidupan
siswa, sehingga bila dipahami secara logika seharusnya matematika
merupakan materi pelajaran yang potensial untuk diminati siswa.Namun pada
kenyataannya kesan umum tentang mata pelajaran matematika kurang
menggembirakan.
Guru sebagai faktor utama keberhasilan pembelajaran matematika,
dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran
matematika kepada siswa dengan baik. Guru perlu mendapat pengetahuan
tentang materi pembelajaran matematika dengan baik. Di samping itu guru
harus menguasai berbagai strategi, model dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Dalam pembelajaran matematika terdapat berbagai alternatif metode
belajar yang dapat dipilih dan dapat diterapkan dalam pembelajaran. Selain
itu, guru hendaknya dapat menentukan dengan tepat model dan metode
pembelajaran apa yang akan digunakan untuk mengajarkan materi tertentu
misalnya materi pembagian. Namun kenyataan di lapangan guru sering kali
mengabaikan hal tersebut. Guru kebanyakan hanya menggunakan metode
pelajaran matematika, sehingga menimbulkan perasaan jenuh dan tidak
adanya ketertarikan siswa pada pembelajaran matematika. Hal ini
mengakibatkan rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa.
Operasi hitung pembagian merupakan kemampuan yang sangat
penting dalam pelajaran matematika dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut sering dijumpai, misalnya saat ibu membagikan permen kepada anak
kembarnya, ibu harus membagi 2 sama banyak agar anaknya tidak menangis
karena pembagiannya tidak sama jumlahnya. Operasi hitung pembagian ini
sudah mulai dipelajari dari kelas II.Seharusnya saat di kelas III siswa sudah
lebih lancar dari kelas II, tetapi kenyataannya siswa masih belum bisa
mengerjakan operasi hitung pembagian.
Hal itu dapat dilihat dari hasil pengerjaan soal pembagian siswa kelas
III SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2010/2011 dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal 65 hanya 48% yang mencapai KKM. Kemungkinan penyebabnya
adalah kurang sesuainya metode pembelajaran yang digunakan dan
keterlibatan siswa pada operasi hitung pembagian.Masalahnya adalah
memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam melakukan operasi hitung pembagian.
Dari adanya masalah di atas maka peneliti ingin mencoba
meningkatkan prestasi belajar operasi hitung pembagian dengan melakukan
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division).Peneliti memilih metode tersebut
konkrit bagi siswa, sehingga siswa dapat terjun langsung dalam pembelajaran
tersebut.Dengan penggunaaan metode tersebut diharapkan siswa dapat lebih
mudah menangkap materi yang disampaikan dan dapat memperoleh banyak
pengetahuan, sehingga prestasi belajar siswa kelas III semester 1 SD Kanisius
Kadirojo tahun ajaran 2011/2012 dapat meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Sebelum dipilih model pembelajaran pembelajaran terlebih dahulu
dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut proses pembelajaran
matematika khususnya materi operasi hitung pembagian, yaitu:
1. Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal pembagian
2. Siswa kesulitan dalam menentukan model matematika
3. Nilai matematika rata-rata kurang dari KKM
4. Pembelajaram matematika sering kali mengunakan metode ceramah dan
penugasan secara individu.
Berdasarkan masalah di atas peneliti mengunakan tipe STAD dalam
membantu siswa menyelesaikan operasi hitung pembagian dengan maksud
tidak hanya aspek kognitif saja yang digali namun aspek afektif dan
psikomotorik juga tergali.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi pada usaha peningkatan
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif juga dibatasi pada model
pembelajaran tipe STAD. Tipe STAD dipilih karena dianggap bisa
meningkatkan prestasi siswa dari pengaruh kegiatan yang biasanya secara
individu menjadi kegiatan berkelompok
Dalam penelitian ini juga perlu diperhatikan semua kemungkinan
penyebabnya. Untuk mengatasi hal tersebut tidak hanya membutuhkan waktu
yang singkat, maka peneliti membatasi hanya pembagian sederhana tanpa
variasi.
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model STAD?
2. Apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar operasi hitung pembagian siswa kelas III SD
Kanisius Kadirojo semester I tahun ajaran 2011/2012?
E. Batasan Istilah
1. Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan.
2. Prestasi belajar adalah hasil dari aktivitas belajar berdasarkan penilaian
hasil kegiatan belajar yang berupa angka.
3. Operasi hitung pembagian adalah operasi hitung yang memecahkan suatu
4. Model pembelajaran tipe STAD merupakan pendekataan kooperatif yang
paling sederhana.tipe STAD adalah siswa ditempatkan dalam kelompok
belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang heterogen (jenis
kelamin dan kemampuan akademik).
Jadi, pengertian dari judul skripsi ini adalah proses, cara, perbuatan
meningkatkan hasil dari aktivitas belajar berdasarkan penilaian hasil kegiatan
belajar yang berupa angka dalam memecahkan suatu bilangan dengan
bilangan tertentu dengan cara siswa ditempatkan dalam kelompok belajar
beranggotakan empat atau lima orang siswa yang heterogen.
F. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk meningkatkan profesionalitas peneliti sebagai guru SD dalam
melaksanakan PTK.
2. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran tipe STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar operasi hitung pembagian siswa kelas III
SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2011/2012.
G. Manfaat
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan peneliti dalam meningkatkan
2. Bagi rekan-rekan guru merupakan salah satu contoh model pembelajaran
yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, mata pelajaran lain
dan di kelas lain.
3. Untuk perpustakaan sekolah laporan penelitiannya dapat menambah satu
bacaan yang dimanfaatkan teman-teman guru sebagai contoh penelitian
tindakan kelas, terutama bagi yang masih mengalami kesulitan
melakukan PTK dan belum berani untuk memulainya; sedangkan bagi
yang sudah biasa melakukan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding.
H. Sistematika
Dalam penelitian ini tiap-tiap bab akan menguraikan apa yang ingin
diuraikan. Bab I pendahuluan akan menguraikan tentang latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah,
tujuan, manfaat dan sistematika. Bab 2 landasan teori akan menguraikan
tentang pengertian matematika, tinjauan belajar dan prestasi belajar,
pengertian pembagian, strategi menyelesaikan soal pembagian serta
pembelajaran kooperatif. Bab 3 metodologi penelitian akan menguraikan
tentang setting penelitian, rencana tindakan, pengumpulan data dan
instrument serta analisis data. Bab 4 deskripsi data, analisis data, dan
pembahasan.Bab 5 kesimpulan dan saran.
7 BAB II KAJIAN TEORI
A. Belajar dan Prestasi Belajar 1. Definisi Belajar
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Adapun definisi belajar
menurut para tokoh adalah sebagai berikut:
a. Menurut Hilgard dalam Simandjuntak Pasaribu (1983: 59), belajar itu
adalah proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan,
perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh
pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau
disebabkan obat-obatan.
b. Menurut Winkel dalam Riyanto (2009: 5), belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
c. Menurut Walker dalam Riyanto (2009: 5), belajar adalah suatu
perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan
faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
belajar.
d. Menurut Gagne dalam Riyanto, (2009: 5), belajar merupakan
kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan
selama proses pertumbuhan.
Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan
tingkah laku, sifat perubahan relatif permanen, dan perubahan tersebut
disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, pada
prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber
yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya
terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru. Hasil belajar
yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan
sumber-sumber belajar lainnya. (Kunandar, 2008: 320)
Menurut Kunandar (2008: 322) ada beberapa hal yang dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
a. Usahakan agar tujuan pembelajaran jelas dan menarik.
b. Guru harus antusias dalam melaksanakan tugas mengajar dan
mendidik.
c. Ciptakan suasana yang sejuk dan menyenangkan.
d. Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
f. Usahakan banyak memberikan penghargaan dan pujian dari pada
menghukum dan mencela.
g. Berikan PR yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
h. Hargailah hasil pekerjaan siswa.
i. Berikan kritik dengan senyuman.
j. Gunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.
Menurut Wens Tanlain (2006: 23) tujuan belajar siswa adalah apa
yang hendak dicapai siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Tujuan
belajar ini perlu disadari dan dirumuskan secara tegas. Tujuan belajar
siswa berupa kemampuan apa yang hendak diperoleh siswa yang
mendasari perilakunya.
Dari beberapa pendapat para tokoh di atas tentang definisi belajar,
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
diharapkan bisa mengubah tingkah laku pada diri setiap individu yang
belajar.
2. Prestasi Belajar
Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan
menjadi lima aspek, yaitu; kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam
Suharsimi Arikunto (1990: 110) mengatakan bahwa hasil belajar
Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar
yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil
kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa
angka-angka ulangan harian.Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering
dikenal dengan tes prestasi belajar.Menurut Saifudin Anwar (2005: 8)
mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu
mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar.Tes prestasi belajar
berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap sejauh mana
seseorang menguasi bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.Dalam
kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan
harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk
perguruan tinggi.
(http://www.scribd.com/doc/23735462/Pengertian-Prestasi)
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam proses
pembelajaran seseorang berdasarkan pengukuran dan penilaian berupa
skor yang telah ditentukan.
B. Pengertian Matematika
Menurut Purwadarminto (1985: 156) matematika adalah ilmu
pengetahuan tentang bilangan-bilangan yang berhubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
Sedangkan menurut Paling (1982: 1) dalam bukunya ‘Pendidikan Bagi
Anak Berkesulitan Belajar’, matematika adalah perhitungan yang mencakup
tambah, kurang, kali, dan bagi, dan perlu melibatkan adanya topik-topik
seperti aljabar, geometri, dan trigonometri.
Adapun menurut Hudoyo (1981: 10) mengemukakan bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang terdiri dari kumpulan sistem matematika
yang masing-masing sistem itu mempunyai struktur tersendiri yang sifatnya
bersistem dedukatif.Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
unsur matematika terdiri dari bilangan, prosedur operasional, sistem
matematika yang dapat digunakan sedemikian rupa yang melibatkan tambah,
kurang, kali, dan bagi sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.
Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution
(1982:12) yang diuraikan dalam bukunya, bahwa istilah matematika berasal
dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari.Kata ini
memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang
memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia.Dalam bahasa Belanda,
matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar
(hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).
Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan perhitungan yang terdiri dari
C. Pengertian Pembagian
Hasan Alwi (2002:86) pembagian adalah proses, cara, perbuatan
membagi atau membagikan. Menurut Djati Keram dan Cornentyna
Sitanggung mengatakan bahwa pembagian merupakan operasi balikan dari
perkalian.
Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009:253) Pembagian merupakan
kebalikan dari operasi perkalian. Pembagian dapat didefinisikan sebagai
pengurangan berulang. Pembagian disebut juga operasi hitung yang mencari
suatu faktor jika hasil kali dan faktor lain diketahui.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembagian adalah operasi hitung
balikan dari perkalian atau merupakan operasi pengurangan berulang.
D. Strategi Menyelesaikan Soal Pembagian
Metode bermain sambil belajar dapat menumbuhkan sikap kreatifitas
pada diri anak.Dari hal ini siswa diharapkan juga mampu berfikir kreatif yaitu
berfikir matematis dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
matematika. Definisi masalah menurut Polya (1957) adalah suatu soal yang
harus dipecahkan oleh seseorang, tetapi cara atau langkah untuk
memecahkannya belum segera ditemukan oleh orang itu.
Berdasarkan definisi di atas menurut Suwarsono (2001:6) suatu soal
merupakan masalah atau bukan bagi seseorang merupakan sesuatu yang
relatif; jika ia sudah terbiasa dengan soal itu sehingga ia bisa segera
sedangkan bagi orang yang belum bisa menemukan pemecahannya soal
tersebut merupakan suatu masalah.
Teknik dalam pemecahan masalah dengan metode heuristik
(Sujono,1988:216-217) adalah sebagai berikut:
1. Memahami masalahnya. Apa yang tidak diketahui? Apa yang diketahui?
Apa syarat-syaratnya? Gambarlah, dan berilah tanda yang tepat dan sesuai.
Pisahkanlah berbagai bagian dari syarat-syarat itu.
2. Buatlah rencana: carilah hubungan antara yang diketahui dengan yang
tidak diketahui. Apakah hal ini pernah saudara ketahui? Apakah saudara
mengetahui kaitannya dengan masalah itu?
3. Laksanakan rencana itu. Periksa setiap langkahnya. Apakah saudara tahu
bawa setiap langkahnya benar? Apakah saudara dapat membuktikan
bahwa hal itu benar?
4. Periksalah kembali. Selidikilah penjelasan yang saudara lakukan, Apakah
saudara dapat mengecek hasilnya? Apakah saudara dapat memperoleh
jawaban dengan cara yang lain? Apakah saudara dapat menggunakan
hasilnya, atau metodenya untuk masalah yang lain?
Dengan menggunakan metode heuristik ini diharapkan siswa mampu
menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam matematika.
Dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa masalah
mendapatkan cara memecahkannya, jika orang sudah mengetahui cara
memecahkannya maka sudah bukan menjadi masalah.
E. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif didefinisakan sebagai suatu pendekatan
mengajar dimana murid bekerjasama di antarasatu sama lain dalam
kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu
atau kumpulan yang diberikan oleh guru menurut Johnson & Johnson,
dalam Isjoni (2007:30).
Menurut Effendi Zakaria dalam Isjoni (2007:30) Pembelajaran
kooperatif dirangka bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam
proses pembelajaran menerus perbincangan dengan rekan-rekan dalam
kumpulan kecil.
Menurut Johnson dalam Isjoni (2007:30), pembelajaran
kooperatif sebagai kaedah pengajaran. Kaedah merupakan suatu proses
pembelajaran yang berkaitan pelajar yang belajar dalam kumpulan yang
kecil.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar yang melibatkan siswa
2. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif :
a. Jigsaw
Dalam Jigzaw, diawali dengan pembentukan kelompok yang
beranggotakan kurang lebih 4 orang dengan kemampuan yang
heterogen. Para anggota dari beberapa kelompok yang berbeda
(kelompok pakar) mempelajari suatu materi yang sama dan saling
membantu jika ada yang mengalami kesulitan. Selanjutnya
kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar
anggotanya tentang materi yang telah dipelajari.Setelah selesai
diadakan evaluasi secara individual tentang materi yang telah
dipelajari. Pemberian skor dan penghargaan kelompok dilakukan
sesuai dengan peningkatan nilai individual seperti model STAD.
b. Cooperative Integerated Reading and Compotition (CIRC)
CIRC merupakan model pembelajaran untuk pengajaran
membaca dan menulis di II - VIII. Dalam CIRC peserta didik dibagi
dalam kelompok yang memiliki kecepatan pemahaman yang sama
dalam membaca. Kegiatan dalam kelompok melibatkan ranah
kognitif, peserta didik saling membacakan teks, membuat
prediksi-prediksi tentang akhir cerita naratif dari bacaan tersebut, menulis
tanggapan-tanggapan terhadap cerita, praktek pengejaan.Tujuan dari
CIRC ini adalah untuk melatih peserta didik dalam mencari ide-ide
c. Team Accelerated Instruction (TAI)
Dalam TAI, peserta didik dikelompokkan sesuai dengan
kemampuannya. Guru memberikan materi kepada peserta didik
dalam kelompok-kelompok kecil kemudian peserta didik
menyelesaikan soal-soal yang berbeda untuk setiap kelompok.
Peserta didik dapat membantu teman dalam kelompoknya yang
mengalami kesulitan belajar. Peserat didik harus memiliki
pemahaman individual yang matang karena hasilnya akan
dipresentasikan dan dilanjutkan tes individu. Hasil dari presentasi
dan tes individu dikumpulkan menjadi hasil akhir kelompok.
Kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan
penghargaan.
d. STAD
Dalam STAD, peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok
yang beranggotakan 4 orang yang memiliki perbedaan kemampuan,
jenis kelamin dan suku. Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD
dimulai dengan guru mempresentasikan materi pelajaran kepada
peserta didik. Kemudian peserta didik mengerjakan latian-latihan
soal dalam kelompok untuk memastikan bahwa semua anggota
kelompoknya sudah menguasai materi tersebut. Proses akhir STAD
adalah pelaksaan kuis individu, pada saat pelaksanaan kuis peserta
dibandingkan dengan rata-rata skor mereka yang lalu, poin diberikan
berdasarkan seberapa jauh peserta didik dapat melampaui kinerja
mereka terdahulu. Poin-poin itu kemudian di tambah untuk
mendapatkan skor kelompok dan kelompok-kelompok yang
memenuhi kriteria-kriteria tertentu mendapatkan penghargaan.
e. Turnament Game Team (TGT)
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament adalah model pembelajaran kooperatif yang dilakukan
oleh peserta didik untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti
pola urutan kegiatan dalam kelompok (team), permainan (games),
turnamen (tournament).
Dari macam-macam metode pembelajaraan kooperatif, penulis
memilih tipe STAD.Penulis memilih tipe STAD karena STAD
merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
3. Pembelajaran Kooperatif model STAD (Student Team Achievement
Division)
a. Pengertian STAD
Menurut Rahayu (2003:13) bahwa “STAD adalah salah satu
teknik pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah
model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk
Menurut Salvin dalam Model pembelajaran kooperatif ( Nur
Asma. 2006:133) teknik STAD adalah siswa ditempatkan dalam
kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang
merupalan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda,
sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi
tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras
dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.
Menurut Rahayu (2003:13) bahwa “STAD adalah salah satu
teklnik pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah
model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk
mendekatkan pendekatan kooperatif”.
Menurut Isjoni (2007:35) metode STAD adalah Pelajar-pelajar
ditugaskan untuk bekerja dalam satu kelompok kecil yang terdiri dari
empat orang yang mempunyai latar belakang dan tahap pencapaian
yang berbeda.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan metode STAD
adalah salah satu metode kooperatif sederhana yang dibentuk
kelompok-kelompok kecil terdiri dari empat anak yang heterogen.
b. Penerapan Teknik STAD dalam Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran menggunakan teknik STAD menurut
Asma Nur (2006:133) ada 6 tahap yaitu ; a) persiapan pembelajaran,
kegiatan kelompok f) penentuan skor peningkatan individual.
Tahap-tahap belajar kooperatif dalam teknik STAD sebagai berikut:
1). Tahap 1 : Persiapan Pembelajaran
a). Materi
Materi dirancang sedemikan rupa untuk pembelajaran secara
berkelompok dan membuat LKS.
b). Menempatkan siswa dalam kelompok
Membuat kelompok yang terdiri dari 5-6 anak yang heterogen
(kemampuan dan jenis kelamin).
c). Menentukan skor dasar
Memberikan tes pengetahuan awal, skor tes tersebut dipakai
sebagai skor dasar.Skor dasar merupakan rata-rata pada
kuis/tes sebelumnya.
2). Tahap 2: Penyajian Materi
Penyajian materi dimulai dari guru menyampaikan tujuan
pelajaran, memberikan motivasi dan menjelaskan materi. Penyajian
materi dapat menggunakan model ceramah, tanya jawab, dan
diskusi.
3). Tahap 3: Belajar Kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar kelompok diberkan lembar
LKS. Guru menjelaskan tahapan dalam metode STAD ini. Siswa
diberi motivasi dengan tujuan setiap anggota termotivasi untuk
menunjukkan tanggung jawab terhadap kelompoknya (Nur
Asma,.2006:52) adalah:
a) Meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah
mempelajari materi.
b) Tidak seorangpun menghentikan belajar sampai semua anggota
mengguasai materi.
c) Meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk
menyelesaiukan masalah sebelum menanyakan kepada guru.
d) Setiap anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain,
saling menghormati dan menghargai.
4) Tahap 4: Pemeriksaan Terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Dalam memeriksa hasil kelompok, setiap kelompok
diwakili salah satu anggotanya untuk mempresentasikan hasil
kelompok di depan kelas. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian
agar terjadi interaksi antar kelompok.Pada kegiataan ini juga guru
memeriksa hasil kelompok dan kelompok mengoreksi sendiri jika
ada yang salah dibetulkan.
5) Tahap 5: Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes Secara Individual
Pada tahap ini siswa mengerjakan sendiri sesuai dengan
kemampuannya, setelah apa yang mereka peroleh selama
6) Tahap 6: Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dan membuat
daftar skor untuk melihat peningkatan rata-rata skor setiap individu
untuk disumbangkan bagi kinerja pencapaian kelompok.
c. Lima komponen utama dalam teknik STAD menurut Slavin (1995)
(dalam Hesti Setianingsih http://digilibuness.ac.id) yaitu :
1) Penyajian kelas (Class Presentation)
Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasikal yang
difokuskan pada konsep materi yang akan dibahas saja.
Masing-masing siswa harus benar-benar memperhatikan penjelasan guru
karena dapat membantu para siswa dalam mengerjakan kuis
berikutnya.
2) Pembentukan kelompok belajar
Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen
(baik akademiknya maupun jenis kelaminnya).Caranya dengan
melihat siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai yang diperoleh
sebelum pembelajaran kooperatif teknik STAD.
3) Pemberian tes atau kuis (Quizzes)
Setelah belajar kelompok selesai, diadakan tes atau kuis
dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan
belajar siswa terhadap materi yang dipelajari.
Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk
memotivasi agar siswa berusaha dan bertanggungjawab secara
individual.Siswa dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus
sebagai hasil setelah belajar kelompok.
4) Pemberian skor peningkatan individu
Skor didapat dari hasil tes, selanjutnya dibandingkan dengan
rata-rata skor dasar. Kemudian ditambah skor peningkatan semua
anggota dalam satu tim. Nilai rata-rata kelompok diperoleh dengan
membagi jumlah skor peningkatan dibagi jumlah anggota tim. Hal
ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yaitu
berupa nilai yang dapat dicapai bila mereka bekerja sama dan
memperlihatkan hasil yang terbaik dibandingkan sebelumnya.
Berdasarkan skor peningkatan individu hasil tes dihitung
poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun
oleh Slavin (1995) :
a) Lebih dari sepuluh point di bawah skor dasar mendapat 5 poin
Skor hasil tes individu yang diperoleh dibawah skor dasar
lebih dari sepuluh mendapat 5 poin
b) 10 poin di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar
mendapat 10 poin.
Skor hasil tes individu yang diperoleh di bawah 10 sampai
1 poin dari skor dasar mendapat 10 poin.
c) Sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Skor hasil tes individu yang diperoleh sama dengan skor
dasar sampai 10 point di atas skor dasar mendapat 20 poin
d) Lebih dari 10 point skor dasar mendapat 30 poin.
Skor hasil tes individu yang diperoleh lebih dari 10 poin
dari skor dasar mendapat 30 poin
e) Pekerjaan sempurna mendapat 30 poin
Skor hasil tes individu mendapat nilai 100, maka mendapat
30 poin.
Keterangan :
NR = Nilai Rata-rata
R = Jumlah skor pertambahan
SM = Jumlah anggota kelompok
5) Penghargaan kelompok
Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat
memotivasi para siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Berdasarkan poin perkembangaan yang diperoleh terdapat
tiga tingkatan penghargan yang diberikan yaitu:
a) Kelompok yang memperoleh nilai rata-rata 15 sampai 19,
sebagai kelompok baik.
b) Kelompok yang memperoleh nilai rata-rata 20 sampai 24,
c) Kelompok yang memperoleh nilai 25 sampai 30, sebagai
kelompok super.
Berdasarkan pendapat Hesti Setianingsih dan Nur Asma
tentang tahap pembelajaran STAD, penulis menggabungkan tahap
pembelajaran STAD dari Nur Asman dan Hesti Setianingsih yaitu:
a) Tahap 1 : Persiapan Pembelajaran
Materi dirancang sedemikan rupa untuk pembelajaran
secara berkelompok dan membuat LKS
Menempatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari
empat anak yang homogen (kemampuan, jenis kelamin, dan
etnis).
Memberikan tes pengetahuan awal, skor tes tersebuat
dipakai sebagai skor dasar.Skor dasar merupakan rata-rata
kuis/tes sebelumnya.
b) Tahap 2: Penyajian Materi
Penyajian materi dimulai dari guru menjelaskan tujuan
pelajaran, memberikan motivasi, menjelaskan materi dan lain
sebagainya. Penyajian metri dapat menggunakan model
ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya.
c) Tahap 3: Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam setiap kegiatan belajar kelompok diberkan LKS,
lembar jawaban. Guru menjelaskan tahapan dalam metode
tujuan setiap anggota termotivasi untuk diskusi. Hal hal yang
perlu dilakukan pembelajar untuk menunjukkan tanggung jawab
terhadap kelompoknya (Nur Asama.2006:52) adalah
(1) Meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah
mempelajari materi.
(2) Tidak seorangpun menghentikan belajar sampai semua
anggota mengguasai materi.
(3) Meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya
untuk menyelesaiukan masalah sebelum menanyakan
kepada guru.
(4) Setiap anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama
lain, saling menghormati dan menghargai.
d) Tahap 4: Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok
Dalam memeriksa hasil kelompok, setiap kelompok
diwakili salah satu anggotanya untuk mempresentasikan hasil
kelompok di depan kelas. Kegiatan ini dilakukan secara
bergantian agar terjadi interaksi antar kelompok.Pada kegiataan
ini juga guru memeriksa hasil kelompok dan kelompok
mengoreksi sendiri jika ada yang salah dibetulkan.
Pada tahap ini siswa mengerjakan sendiri sesuai dengan
kemampuannya, setelah apa yang mereka peroleh selama
berkelompok.
f) Tahap 6: Pemeriksaan Hasil Tes
Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dan membuat
daftar skor untuk melihat peningkatan rata-rata skor setiap
individu untuk disumbangkan bagi kinerja pencapaian
kelompok.
g) Tahap 7: Penghargaan Kelompok
Berdasarkan skor peningkatan individual hasil kuis
dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman
yang disusun oleh Slavin (1995) yaitu:
(1) Lebih dari sepuluh poin di bawah skor dasar mendapat 5
poin
Skor hasil tes individu yang diperoleh dibawah skor
dasar lebih dari sepuluh mendapat 5 poin
(2) 10 poin di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar
mendapat 10 poin.
Skor hasil tes individu yang diperoleh di bawah 10
sampai 1 poin dari skor dasar mendapat 10 poin.
(3) Sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Skor hasil tes individu yang diperoleh sama dengan
skor dasar sampai 10 point di atas skor dasar mendapat 20
poin
(4) Lebih dari 10 point skor dasar mendapat 30 poin
Skor hasil tes individu yang diperoleh lebih dari 20
point dari skor dasar mendapat 30 poin
(5) Pekerjaan sempurna mendapat 30 poin.
Skor hasil tes individu mendapat nilai 100, maka
mendapat 30 poin.
Rumus :
Keterangan: N = Nilai jadi
R = Jumlah total perkembangan anggota
SM = Jumlah anggota kelompok yang ada
Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat
tiga tingkatan penghargan yang diberikan yaitu:
(1) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15 sampai 19,
sebagai kelompok baik.
(2) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20 sampai 24,
(3) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25 sampai 30,
sebagai kelompok super.
d. Keunggulan dan Kelemahan STAD
1) Keunggulan
Setelah mengkaji lebih jauh ternyata metode kooperatif tipe
STAD ini memiliki beberapa kekuatan atau keunggulan,
diantaranya adalah:
a) Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkn guru
untuk memonitor siswa dalam belajar bersama.
b) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang tinggi.
c) Melatih siswa belajar berdebat dan mendengarkan pendapat
orang lain
d) Melatih peserta didik untuk bekerjasama dalam anggota
kelompok yang berbeda satu sama lain, salah satu contohnya
adalah perbedaan kemampuan dalam memahami materi.
e) Dapat melatih peserta didik untuk menjadi tutor teman sebaya
sehingga dapat membantu pendidik dalam mengatasi para
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
f) Dapat melatih peserta didik untuk menjadi tutor teman sebaya
sehingga dapat membantu pendidik dalam mengatasi para
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/skripsi/acchives/HASHacea/7c4/
72ac/dir/doc.pdf.)
2) Kelemahan
Ada beberapa kelemahan yang ada pada metode kooperatif
tipe STAD yaitu:
a) Tidak mudah dalam mengkondisikan situasi dimana para
peserta didik dapat aktif dan bekerjasama dalam kelompok
terutama untuk peserta didik di kelas rendah pada sekolah
dasar.
b) Bahwa dapat dimungkinkan jumlah peserta didik yang
memiliki kemampuan memahami materi dengan cepat sangat
sedikit sehingga pelaksanaan tutorial yang ada dalam langkah
pembelajaran mengalami kesulitan.
c) Membutuhkan banyak waktu dalam kegiatan
pembelajarannya.
d) Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir
tidak dapat berlatih belajar mandiri.
Pembagiandapat ditingkatkan dengan tipe STAD merupakan
teknik pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan dalam
pembelajaran STAD banyak keunggulanya salah satunya tidak hanya
meningkatkan aspek kognitif tetapi aspek afektif dan psikomotorik
F. Kerangka Pikir
Metode pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa
bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah
atau memecahkan suatu masalah secara bersama.Selain itu, pembelajaran
kooperatif dapat membatu siswa meningkatkan sikap positif dalam
matematika. Para siswa secara individual membangun kepercayaan diri
terhadap kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika,
sehingga akan mengurangi dan menghilangkan rasa cemas terhadap
matematika yang dialami banyak siswa.
Pembelajaran koperatif tipe STAD memberikan kesempatan pada siswa
untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran, mengekspresikan ide
pengetahuan yang telah dimiliki secara komprehensif dalam kelompoknya.
Ketika siswa belajar matematika dalam menyelesaikan masalah melalui
operasi hitung pembagian melalui kelompok kecil, akan mendorong potensi
anggota kelompok untuk berpikir lebih tinggi sehingga akan membentuk
intelegensi matematika pada diri siswa. Hal tersebut akan berpengaruh
terhadap peningkatan pencapaian hasil belajar siswa.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah
penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat
meningkatkan prestasi belajar matemtika siswa kelas III dalam operasi hitung
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SD Kanisius Kadirojo,
Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo
yang terdiri dari satu kelas yang berjumlah 36 siswa, laki-laki 20 siswa
dan perempuan 16 siswa.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar pada mata
pelajaran Matematika tentang operasi hitung pembagian siswa kelas III SD
Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2011/2012.
4. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli tahun 2011. Jadwal
Tabel 1.
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2011/2012
Juli Agt. Sept. Okt. Nov. Des. 1 Pengumpulan data kondisi awal
2 Observasi
3 Ijin pengambilan data
4 Pengambilan data
5 Analisis data
6 Penyusunan laporan
7 Ujian skripsi
8 Revisi laporan skripsi
B.Desain Penelitian
1. Jenis dan Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc
Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari
konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang
diutarakan di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan
observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.Disatukannya
kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara
implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisahkan.Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu
observasi juga harus dilaksanakan.Untuk lebih tepatnya, berikut ini
dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart, 1990:14).
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan
McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau
untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu;
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.Keempat komponen yang
berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.Oleh karena itu,
pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang
terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat gambar model penelitian menurut Kemmis dan Mc
Taggart di bawah ini.
Gambar.1 Model penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart
PERENCANAAN PERENCANAAN
REFLEKSI TIDAKAN REFLEKSI TIDAKAN
PENGAMATAN PENGAMATAN
2. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah siswa dapat tuntas yaitu siswa yang mencapai skor KKM 65.
Dengan target indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria pencapaian
[image:53.595.93.566.241.586.2]hasil awal, tindakan I dan tindakan II adalah sebagai berikut:
Tabel 2.
Indikator keberhasilan siswa
No Peubah Indikator Kondisi awal Kondisi akhir
Tindakan 1 Tindakan 2
1. Kemampuan dalam
menyelesaikan
masalah operasi
hitung pembagian
1. Siswa mampu
memecahkan soal
berkaitan dengan
operasi hitung
pembagian
55 % dari 36 siswa
tuntas KKM
65 % dari 36
siswa tuntas
KKM
80% dari 36
siswa tuntas
KKM
C.Tindakan Penelitian 1. Persiapan
Persiapan penelitian tindakan kelas ini disusun sebagai berikut:
a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Kanisius Kadirojo.
Permintaan ijin di sini dimaksudkan agar kegiatan penelitian
dapat berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan
mendapatkan data yang sesuai.
b. Wawancara
Wawancara di sini dimaksudkan untuk mencari informasi
guru dalam menyampaikan materi belajar.Informasi-informasi
diperoleh dengan hasil wawancara dari para guru.
c. Identifikasi masalah.
Setelah diperoleh data dari hasil wawancara maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak
lanjutnya.
d. Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan media belajar.
e. Membuat kisi-kisi dan soal untuk tes atau evaluasi pada siklus I dan
siklus II.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan terdapat prosedur-prosedur.Prosedur
penelitian ini meliputi prosedur umum dan prosedur khusus.
a. Prosedur umum
Secara umum kegiatan pembelajaran ini didasarkan pada sistematika
sebagai berikut:
1) Kegiatan awal
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru pada
awal pembelajaran, misalnya mengucapkan salam, mengecek
kehadiran siswa dan yang terpenting adalah mengadakan apersepsi
untuk menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat mengikuti
2) Kegiatan Inti
Kegiatan ini berisi tentang langkah-langkah pembelajaran
yang akan diberikan kepada siswa. Langkah-langkah pembelajaran
tersebut juga harus runtut, jelas, dan sistematis supaya siswa dapat
menerima pembelajaran yang diberikan guru dengan mudah.Selain
itu dalam kegiatan inti guru juga memberikan soal evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana kemajuan belajar siswa.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan ini berupa kegiatan penutup dimana guru dan siswa
dapat menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan
mengadakan refleksi untuk mengetahui apakah siswa masih
mengalami kesulitan atau tidak.
b. Prosedur Khusus
Siklus I
1) Pertemuan 1
a) Perencanaan
Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu
menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1)Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi pembagian siklus I.
(2)Menyusun lembar kerja siswa.
(3)Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang
pembagian. Mengapa anak kecil menangis ketika
permennya lebih sedikit dari saudara kembarnya?
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi
pembagian.
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam enam kelompok, setiap kelompok
terdiri dari enam siswa.
(b) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
(c) Siswa melakukan pembagian dengan cara setiap anak
mengambil jumlah yang sama banyak.
(d) Siswa mengisi lembar kerja yang telah diberikan guru.
(3) Kegiatan akhir
(a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
tadi secara bersama-sama.
(b) Penugasan
(c) Refleksi
(4) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada
waktu berlangsungnya kegiatan belajar.Observasi yang
dilakukan adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan.
(5) Refleksi
Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau
observasi berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan
tindakan tentang jalannya pembelajaran dan
kendala-kendala yang dihadapi.Data tersebut digunakan untuk
menilai apakah pelaksanaan tindakan tersebut lebih efektif
dan efisien untuk menemukan daftar permasalahan yang
muncul pada saat tindakan.Temuan di atas digunakan
dasar untuk melaksanakan perencanaan berulang dan
menentukan langkah-langkah berikutnya.
2) Pertemuan 2
a) Perencanaan
Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu
menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi pokok pembagian cara pengurangan berulang.
(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.
(4) Menyusun penilaian.
(5) Menyiapkan alat dan bahan percobaan.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang
pembagian berulang.
20–5-5-5-5 = 0, sebanyak berapa kali pengurangan
agar habis tanpa sisa?
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi
pengurangan berulang.
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam enam kelompok, setiap kelompok
terdiri dari enam siswa.
(b) Siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan
pembagian.
(c) Siswa mendengarkan petunjuk mengerjakan dari guru.
(d) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
(3) Kegiatan akhir
(a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran
(b) Penugasan
(c) Refleksi
(d) Salam penutup
(4) Observasi
Observasi pada siklus I pertemuan kedua ini peneliti
masih mengamati kegiatan belajar dan mencatat
peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran.
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang
perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh
tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas. Pada akhir
pertemuan siklus I dilakukan tes tertulis untuk mengetahui
hasil prestasi yang dicapai siswa.
(5) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya
evaluasi yang dilakukan guru dalam penelitian tindakan
kelas. Refleksi di sini dilakukan dengan cara berdiskusi
terhadap berbagai masalah yang muncul selain proses
pembelajaran. Pada kegiatan refleksi ini juga diungkapkan
aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana
tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah
menentukan keputusan untuk melakukan siklus lanjutan
ataukah berhenti karena masalahnya telah terpecahkan.
Siklus II
1) Pertemuan 1
a) Perencanaan
Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu
menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi pembagian siklus II.
(2) Menyusun lembar kerja siswa.
(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.
(4) Menyusun penilaian.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang pembagian
Mengapa anak kecil menangis ketika permennya lebih
sedikit dari saudara kembarnya?
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam sembilan kelompok, setiap
kelompok terdiri dari empat siswa.
(b) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
(c) Siswa melakukan pembagian dengan cara setiap anak
mengambil jumlah yang sama banyak.
(d) Siswa mengisi lembar kerja yang telah diberikan guru.
(3) Kegiatan akhir
(a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tadi
secara bersama-sama.
(b) Penugasan
(c) Refleksi
(d) Salam penutup
(4) Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada
waktu berlangsungnya kegiatan belajar.Observasi yang
dilakukan adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan.
(5) Refleksi
Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau
observasi berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan
tindakan tentang jalannya pembelajaran dan
menilai apakah pelaksanaan tindakan tersebut lebih efektif
dan efisien untuk menemukan daftar permasalahan yang
muncul pada saat tindakan.Temuan di atas digunakan dasar
untuk melaksanakan perencanaan berulang dan menentukan
langkah-langkah berikutnya.
2) Pertemuan 2
a) Perencanaan
Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu
menyusun perangkat pembelajaran yaitu:
(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
materi pokok pembagian cara pengulangan berulang.
(2) Menyusun lembar kerja siswa.
(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.
(4) Menyusun penilaian.
(5) Menyiapkan alat dan bahan percobaan.
b) Pelaksanaan
(1) Kegiatan awal
(a) Salam pembuka dan berdoa.
(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.
(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang pembagian
berulang.
20-5-5-5-5 = 0, sebanyak berapa kali pengurangan agar
(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi
pengurngan berulang.
(2) Kegiatan Inti
(a) Siswa dibagi dalam sembilan kelompok, setiap
kelompok terdiri dari empat siswa.
(b) Siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan
pembagian.
(c) Siswa mendengarkan petunjuk mengerjakan dari guru.
(d) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
(3) Kegiatan akhir
(a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran tadi
secara bersama-sama.
(b) Penugasan
(c) Refleksi
(d) Salam penutup
(4) Observasi
Observasi pada siklus I pertemuan kedua ini peneliti
masih mengamati kegiatan belajar dan mencatat
peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran.
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang
perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh tindakan
siklus I dilakukan tes tertulis untuk mengetahui hasil
prestasi yang dicapai siswa.
(5) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi
yang dilakukan guru dalam penelitian tindakan kelas.
Refleksi di sini dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap
berbagai masalah yang muncul selain proses pembelajaran.
Pada kegiatan refleksi ini juga diungkapkan aspek-aspek
mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang
dilakukan mampu memperbaiki masalah secara
bermakna.Melalui kegiatan inilah peneliti menentukan
keputusan untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti
karena masalahnya telah terpecahkan.
D. Pengumpulan Data dan Instrumennya
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh
data yaitu berupa data kondisi awal hasil prestasi belajar siswa kelas III
semester I SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2011/2012.Data kondisi awal
prestasi belajar siswa kelas III semester I SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran
2011/2012 terlampir dalam lampiran.
Menurut Nana Syaodih (2008: 222) teknik pengukuran bersifat
dan menghasilkan data dari hasil pengukuran yang berbetuk
angka-angka.Instrumen yang bersifat mengukur secara umum dapat dibedakan dalam
dua macam, yaitu tes dan skala.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran dengan tes.Tes
yang digunakan dalam pendidikan biasa dibedakan antara tes hasil belajar dan
tes psikologi. Tes hasil belajar mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa
selama kurun waktu tertentu, misalnya tes akhir pertemuan, tes mingguan, tes
akhir pokok bahasan, tes tengah semester, tes semester, tes-tes jenjang
pendidikan, dan tes-tes lainnya. Tes hasil belajar yang dilakukan peneliti
[image:65.595.98.519.273.531.2]adalah tes akhir pertemuan.
Tabel 3. Pengumpulan Data
No. Peubah Data Pengumpulan Instrumen
1 Prestasi belajar Skor nilai tes Tes evaluasi Soal-soal evaluasi
Dalam kegiatan pengukuran ini peneliti menggunakan tes tertulis untuk
mengukur prestasi belajar siswa kelas III semester I SD Kanisius Kadirojo
tahun ajaran 2011/2012.Jumlah soal tes tertulis tersebut adalah sepuluh soal,
terdiri dari soal isian singkat.Soal isian singkat berjumlah sepuluh soal dengan
skor maksimal satu.
Pada dasarnya instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur dalam rangka pengumpulan data.Dalam pendidikan, instrumen alat
ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat berupa tes atau non tes.
1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)