• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan motivasi kerja pada karyawan yang sudah menikah dan belum menikah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan motivasi kerja pada karyawan yang sudah menikah dan belum menikah"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Franzeska Ardiyati

NIM : 099114121

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita,

(5)

v

PERSEMBAHAN

Hasil karya yang sederhana ini aku persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Bapak Ibu yang selalu mendukung dan mendoakan

(6)
(7)

vii

PERBEDAAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN YANG SUDAH MENIKAH DAN YANG BELUM MENIKAH

F ranzeska Ardiyati

ABSTRAK

Manusia tidak dapat terlepas dari motivasi yang berfungsi sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan dan meningkatkan prestasi kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja pada karyawan yang sudah menikah dan yang belum menikah. Hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan motivasi kerja antara karyawan yang sudah menikah dan yang belum menikah. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 90 orang karyawan yang terdiri dari 44 orang karyawan yang sudah menikah dan 46 orang karyawan yang belum menikah. Subjek penelitian merupakan karyawan tetap perusahaan, berstatus menikah atau lajang dan telah bekerja minimal 6 bulan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala motivasi kerja. Reliabilitas skala motivasi kerja diuji menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil 45 aitem vaid. Analisis data menggunakan independent sample t test dengan signifikansi > 0,05. Hasil analisis data hitung=1,362 ; t table= 1,987 (t hitung ≤ t table). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan motivasi kerja antara karyawan perempuan yang sudah menikah dan belum menikah.

(8)

viii

THE DIFFERENCE OF WORK MOTIVATION BETWEEN MARRIED AND UNMARRIED EMPLOYEE

F ranzeska Ardiyati

ABSTRACT

Individu can not be separated from the motivation which has function to push or as a spirit to reach the succes and to improve the achievement. The purpose of this research is to find out the defference of work motivation between married and unmarried employee. The hypothesis for this research is any differencies between married and unmarried employee. The subject of this research is 90 employees wich is consist of 44 married employees and 46 unmarried employees. The subjects are the woman employed of company, married or unmarried and already work for compa ny at least six months. The data collecting use work motivation scale. The reliability scale of work motivation was tested use Alpha Cronbach with the result 45 valid items. The data analysis use the independent sample t test wih signification > 0,05. The result of data t counting = 1,362 , t table = 1,987 (t counting ≤ t table). The result tell that is no difference work motivation between married and unmarried woman employee.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan

membimbing penulis sehingga dapat tekun menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perbedaan Motivasi Kerja Antara Karyawan yang Sudah Menikah dan yang Belum

Menikah” dengan baik. Penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang berperan

dalam proses penyelesaian skripsi baik saceara langsung maupun tidak langsung.

Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak termakasih kepada orang orang-orang

yang berperan dan selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi penulis :

1. Tuhan Yesus Kristus yang tak henti-hentinya memberikan rahmat kesehatan

dan kelimpahan berkat yang selalu penulis terima dalam kehidupan sehingga

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M. Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik atas arahan dan pendampingan

selama kegiatan akademik.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku kepala Program Studi Fakultas Psikologi

USD.

4. Ibu Dewi Soerna A. S.Psi,.M.Psi selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan sabar memberikan arahan dan membimbing hingga penulisan skripsi

(11)

xi

5. Ibu P. Henrietta PDADS., M.A dan Ibu MM. Nimas Eki Suprawati., M. Si.,

Psi selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih atas masukan dan

kesabarannya.

6. Kedua orang tua, Bapak Fransiskus Sungadi dan Ibu Serena Suyati atas doa

dan dukungan yang tak pernah berhenti menyertaiku.

7. Sahabat-sahabat terhebat di Fakultas Psikologi (Lita, Nana, Gaby, Arin, Awi,

Cela dkk) yang selalu mendukung dan menyemangatiku.

8. Kakak-kakak dan adik yang telah memberi dukungan dan doa (Rm. Berry

MSC, Br. Petu MSC, Br. Fendy MSC, Fr. Andre MSC, Fr. Adi MSC, Fr. Edi

MSC, Lucky dkk)

9. Karyawan PT. Hyup Sung – Gombong yang telah berpartisipasi dengan baik

dalam mengisi kuesioner.

10.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih

atas dukungan, doa dan semangat yang tak henti-hentinya mengalir untuk

penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………….……... ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK………... vii

ABSTRACT ………... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI………...…...… xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN………..……… 1

A. Latar Belakang……….……….. 1

B. Rumusan Masalah……….………. 7

C. Tujuan Penelitian……… 7

D. Manfaat Penelitian………. 7

1. Teoretis... 7

2. Praktis... 7

(13)

xiii

A. Motivasi Kerja……… 9

1. Pengertian Motivasi………..………… 9

2. Pengertian Motivasi Kerja………...……… 10

3. Teori Motivasi Kerja………...… 10

4. ERG Theory of Motivation………..……… 11

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja….………… 14

B. Status Pernikahan……….. 16

1. Pengertian Status Pernikahan……….. 16

2. Jenis Status Pernikahan……… 17

C. Karyawan yang sudah Menikah dan yang belum Menikah………. 19

1. Karyawan yang sudah Menikah………. 19

2. Karyawan yang belum Menikah……… 20

D. Dinamika Perbedaan Motivasi Kerja berdasarkan Status Pernikahan.21 E. Kerangka Berfikir……….. 24

F. Hipotesis……… 25

BAB III. METODE PENELITIAN……… 26

A. Jenis Penelitian………. ……… 26

B. Identifikasi Variabel………. 26

C. Definisi Operasional………. 26

1. Motivasi Kerja……… 26

2. Status Pernikahan……… 27

D. Subjek Penelitian……….. 27

(14)

xiv

F. Validitas dan Reliabilitas………... 30

G. Metode Analisis Data……… 33

1. Uji Asumsi……….. 33

a. Uji Normalitas………. 33

b. Uji Homogenitas………. 34

2. Uji Hipotesis……… 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 36

A. Pelaksanaan Penelitian………. 36

B. Deskripsi Subjek Penelitian……… 36

1. Status Pernikahan………. 36

2. Jenis Kelamin……… 37

3. Umur……… 37

4. Lama Bekerja……… 37

C. Hasil Penelitian………... 38

1. Uji Asumsi……… 38

a. Uji Normalitas……….. 38

b. Uji Homogenitas……….. 39

2. Uji Hipotesis……….. 40

D. Deskripsi Data Penelitian……… 41

E. Pembahasan………. 43

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 49

A. Kesimpulan……… 49

(15)

xv

C. Saran……… 49

DAFTAR PUSTAKA………..…... 51

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Motivasi Kerja Karyawan Sebelum Tryout…………..30

Tabel 2. Blue Print Skala Motivasi Karyawan Setelah Tryout………..32

Tabel 3. Blue Print Skala Penelitian………..32

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian……….36

Tabel 5. Jenis Kelamin Subjek Penelitian……….37

Tabel 6. Umur Subjek Penelitian………...37

Tabel 7. Lama Bekerja Subjek Penelitian………..37

Tabel 8. Ringkasan Uji Normalitas (One-Sample-Kolmogorov-Smirnov Test)….38 Tabel 9. Ringkasan Independent Samples Test……….39

Tabel 10. Ringkasan Uji Hipotesis (Independent Samples T Test)………...40

Tabel 11. Mean Empiris dan Mean Teoritis………...…...41

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Format Skala Motivais Kerja (Tryout)..……….55

Lampiran B. Uji Reliabilitas dan Validitas (Tryout)..……….62

Lampiran C. Format Skala Motivasi Kerja ……..………...…...67

Lampiran D. Uji Normalitas………....71

Lampiran E. Uji Varian dan Uji Hipotesis………..73

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa karyawan

yang sudah menikah dan yang belum menikah yang bekerja sebagai buruh pabrik.

Wawancara ini dilakukan pada bulan Agustus 2012. Dari hasil wawancara dapat

disimpulkan bahwa karyawan yang sudah menikah jarang sekali resign dari

tempat kerja. Karyawan yang sudah menikah memilih resign biasanya disebabkan

karena kehamilan, kelahiran anak dan urusan keluarga. Sedangkan karyawan

yang belum menikah cenderung lebih sering mengalami perpindahan tempat kerja

atau lebih sering resign karena merasa sudah tidak cocok dan merasa tidak

nyaman bekerja.

Resiko karyawan yang memilih resign dari tempat kerja adalah mereka

harus kembali mencari dan mendapatkan tempat kerja baru. Dengan adanya

resiko tersebut, maka semakin menambah jumlah angkatan kerja di Indonesia.

Hal ini sesuai dengan adanya berita resmi No. 33/05/Th. XV dari Badan Pusat

Statistik pada 7 Mei 2012 yang menerangkan bahwa kondisi tenaga kerja

Indonesia pada bulan Agustus 2011 hingga Februari 2012 khususnya pada jumlah

angkatan kerja mengalami peningkatan sekitar 3 juta orang dan jumlah penduduk

(19)

Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia per-enam

bulan sekali. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin banyak orang yang

membutuhkan pekerjaan dan secara tidak langsung bekerja menjadi suatu hal

yang penting bagi setiap orang.

Seseorang mampu bertahan hidup atau dapat menunjukkan eksistensi diri

dengan cara bekerja. Menurut Kartono (1981), bekerja merupakan suatu kegiatan

yang menjadi aktivitas dasar pada seseorang yang kemudian menjadi bagian

esensial dan dapat memberikan status yang mengikat seseorang dengan individu

lain serta masyarakat. Munandar (2001) menyebutkan bahwa motivasi merupakan

proses dimana kebutuhan-kebutuhan yang mendorong seseorang untuk

melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan.

Motivasi menjadi suatu hal yang penting karena berhubungan dengan

prestasi dan komitmen organisasi. Penelitian tentang Hubungan Antara Motivasi

Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan di Jurnal Bogor (Furqon, 2009),

menyebutkan bahwa motivasi kerja sangat berperan penting dalam kegiatan

operasional suatu perusahaan. Dalam jurnal tersebut juga dikatakan bahwa

motivasi kerja pada karyawan tidak selalu terlihat tinggi, sehingga hal tersebut

dapat menghambat kegiatan operasional perusahaan. Penelitian lain yang terkait

dengan motivasi kerja, yaitu Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja terhadap

(20)

2011). Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa bentuk motivasi kerja yang

memberi pengaruh paling besar terhadap komitmen organisasi adalah tanggung

jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, capaian, pengakuan. Selain itu,

munculnya motivasi dalam penelitian tersebut disebabkan oleh kebutuhan yang

termasuk tekanan psikologis, faktor intrinsik dan keadaan-keadaan yang bisa

memenuhi kebutuhan seperti kepribadian, sikap, pengalaman masa lampau,

harapan masa mendatang, serta kepuasan kerja.

Status pernikahan memiliki hubungan penting dengan motivasi. Dalam

penelitian ini, status pernikahan termasuk dalam kategori motivasi intrinsik.

Menurut Devung (Dalam Suwatno & Priansa, 2011) motivasi intrinsik adalah

motif-motif yang berfungsi karena adanya dorongan dari dalam diri individu

untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik yang terkait dengan status

pernikahan, yaitu faktor kebutuhan. Seseorang yang memiliki kebutuhan

mempunyai dorongan untuk melakukan kegiatan dalam upaya memenuhi

kebutuhannya. Santrock (1995) menyatakan bahwa pernikahan merupakan

penyatuan dua pribadi yang unik, dengan membawa pribadi masing-masing

berdasar latar belakang budaya serta pengalamannya. Menurut Hurlock (dalam

Liza &Julinda, 2010) status perkawinan dianggap penting karena pernikahan dan

keluarga memberikan motivasi serta beban bagi individu masa dewasa awal untuk

memperoleh pekerjaan dan penghasilan agar mampu memenuhi kebutuhan hidup

(21)

bahwa pernikahan memaksa peningkatan tanggung jawab yang dapat membantu

suatu pekerjaan menjadi lebih berharga dan penting. Karyawan yang menikah

lebih sedikit absensinya, mengalami perputaran tenaga kerja yang rendah, dan

lebih puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan rekan kerjanya yang belum

menikah. Hasil riset pada analisis sikap kerja karyawan perbankan syariah

(Muhammad & Sulhan, 2011) mengatakan bahwa karyawan yang sudah menikah

lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas

dengan pekerjaan mereka daripada rekan sekerjanya yang masih bujangan. Dari

hasil riset tersebut menyebutkan bahwa perkawinan meningkatkan rasa tanggung

jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga

dan penting. Dalam hal ini, rasa tanggung jawab sebagai motivator dalam

motivasi ekstrinsik karena rasa tanggung jawab merupakan faktor pendorong

yang berasal dari luar diri individu.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Jordan, College dan Zitek (2012)

tentang Marital Status Bias in Perceptions of Employee menyatakan bahwa salah

satu faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi adalah status pernikahan. Hasil

penelitian yang dilakukan Jordan, et al (2012) bahwa pelamar atau karyawan yang

sudah menikah kurang cocok dan kurang menguntungkan dalam bekerja daripada

yang belum menikah. Jordan, et al (2012) juga menemukan bahwa prestasi kerja

karyawan yang sudah menikah menurun. Pada sebuah penelitian yang dilakukan

(22)

karyawan yang sudah menikah lebih banyak yang mengundurkan diri. Hal ini

disebabkan karena karyawan yang sudah berkeluarga mengalami kesulitan dalam

membagi waktu untuk mengurus anak dan pasanganya.

Penelitian yang juga terkait dengan status pernikahan yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Eddy dan Lusi (2011). Sebelum melakukan penelitian, Eddy

dan Lusi (2011) menemukan fenomena bahwa karyawan Hotel Hyatt Regency

Yogyakarta yang sudah menikah lebih bersemangat menghadiri rapat serikat

pekerja untuk menentukan servirce charge pada setiap bulannya. Menurut Eddy

dan Lusi, karyawan yang sudah menikah yang sering mengikuti rapat serikat

pekerja dianggap memiliki kepuasan kerja yang rendah karena karyawan yang

memiliki kepuasan kerja yang relatif tinggi semakin pasif mengikuti rapat serikat

pekerja. Hal ini disebabkan karena sebagian besar isi rapat serikat pekerja adalah

untuk menuntut hak karyawan. Dalam penelitiannya, Eddy dan Lusi (2011)

menemukan bahwa karyawan yang sudah menikah lebih puas dengan tunjangan

kesejahteraan yang didapat, lingkungan kerja yang dihadapi dan pengawasan

yang didapat. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribuan

(2007) bahwa karyawan yang sudah menikah atau berkeluarga lebih mudah puas

terhadap pekerjaannya karena rasa tanggung jawabnya kepada keluarga.

Di Indonesia pekerja lajang dianggap lebih bisa diandalkan untuk

ditugaskan ke luar kota sewaktu-waktu, lebih mudah diajak bekerja sampai diluar

(23)

ijin tak masuk kerja karena alasan keluarga (Ira dalam Kompasiana, 2012). Untuk

perusahaan yang memiliki cabang di berbagai kota, pekerja lajang dianggap lebih

mudah jika harus menjalani mutasi ke cabang lain.

Studi komparatif mengenai motivasi kerja pada karyawan yang sudah

menikah dan yang belum menikah dirasa penting karena dilatarbelakangi oleh 3

(tiga) alasan mendasar. Pertama, Triguna (2001) mengatakan bahwa motivasi

merupakan komponen penting dalam meraih keberhasilan kerja karena memuat

unsur pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan sendiri

maupun berkelompok. Hal tersebut berarti bahwa dalam sebuah pekerjaan,

manusia tidak bisa lepas dari motivasi yang dijadikan sebagai pendorong untuk

mencapai keberhasilan. Kedua, Wijono (2010) menyampaikan bahwa motivasi

kerja memberi sumbangan besar terhadap prestasi dan produktivitas kerja.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanpa adanya motivasi kerja, keahlian

atau usaha untuk bekerja dari seorang karyawan tidak dapat meningkatkan

prestasi kerjanya. Ketiga, Robbins (1998) mengemukakan bahwa karyawan yang

menikah lebih sedikit absensinya, mengalami perputaran tenaga kerja yang

rendah, dan lebih puas dengan pekerjaan mereka dibandingkan rekan kerjanya

yang belum menikah. Pendapat tersebut berbeda dengan kenyataan yang terjadi di

Indonesia bahwa menurut Ira (dalam Kompasiana, 2012) pekerja yang belum

menikah di Indonesia lebih bisa diandalkan dalam bekerja daripada pekerja yang

(24)

fenomena-fenomena terkait, maka saya ingin meneliti kembali perbedaan

motivasi kerja pada karyawan yang sudah menikah dan belum menikah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan motivasi kerja pada

karyawan yang sudah menikah dan yang belum menikah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja

pada karyawan yang sudah menikah dan yang belum menikah.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis

a. Memberikan kontribusi pengembangan penelitian di bidang ilmu

Psikologi Industri dan Organisasi tentang motivasi kerja.

b. Memberikan kontribusi pengembangan penelitian di bidang ilmu

Psikologi Perkembangan yang terkait dengan status pernikahan

karyawan.

2. Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refleksi

karyawan yang sudah menikah untuk melihat motivasi kerjanya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refleksi

(25)

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

perusahaan, apakah perusahaan tetap menggunakan status pernikahan

sebagai salah satu persyaratan rekrutmen karyawan.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

referensi dalam pengembangan penelitian selanjutnya yang terkait

dengan motivasi kerja pada karyawan yang sudah menikah dan yang

(26)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Kerja

1. Pengertian Motivasi

Kartono (1981) menyebutkan bahwa motivasi berasal dari kata Latin

yaitu, Motivatus yang artinya: sebab, alasan dasar, pikiran dasar, pikiran

dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Greenberg dan Baron

(dalam Yuswono, Suhariadi, Handoyo, Fajriathi, Muhamad & Septarini,

2005) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang membangkitkan,

mengarahkan dan menjaga atau memelihara perilaku manusia agar terarah

pada tujuan. As’ad (1978) mengatakan bahwa motivasi dalam arti sebenarnya

adalah pemberian atau penimbulan motif.

Robbins (2005) mendefinisikan motivasi sebagai kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang

dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan

individual. Steers dan Porter (dalam Riggio, 2008) mendefinisikan motivasi

sebagai kekuatan yang memiliki tiga fungsi: energi, atau menyebabkan orang

untuk bertindak; mengarahkan perilaku ke arah pencapaian tujuan tertentu;

(27)

2. Pengertian Motivasi Kerja

Munandar (2001) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu proses

dimana kebutuhan-kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan

serangkaian kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan tertentu. As’ad

(1978) menyebutkan bahwa motivasi kerja merupakan sesuatu yang

menimbulkan semangat kerja. Motif pada karyawan menjadi tenaga

pendorong untuk menentukan produktivitas dalam bekerja.

Jadi motivasi kerja dalam penelitian ini adalah timbulnya

kebutuhan-kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

dengan tingkat upaya yang tinggi untuk mencapai suatu tujuan tertentu

(Munandar, 2001).

3. Teori Motivasi Kerja

Menurut Munandar (2001) dalam membahas tentang motivasi kerja

terdapat 2 sub, yaitu teori motivasi isi dan teori motivasi proses. Teori

motivasi isi adalah teori-teori yang meyakini tentang adanya kondisi internal

dalam individu yang dinamkan kebutuhan atau motif. Teori proses adalah

teori-teori mengenali atau mempelajari proses-proses yang memprakarsai,

mempertahankan dan mengakhiri perilaku. Teori motivasi isi terdiri dari : 1)

Teori Tata Tingkat Kebutuhan, 2) Teori Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan, 3)

Teori Dua Faktor dan 4) Teori Motivasi Berprestasi (Achievement

(28)

Pengukuhan (Reinforcement Theory), 2) Teori Penetapan Tujuan (Goal

Setting Theory), 3) Teori Harapan (Expectancy) dan4) Teori Keadilan (Equity

Theory)

Dalam penelitian ini, teori motivasi yang digunakan merujuk pada

teori motivasi isi yaitu ERG Theory of Motivation yang dikemuk oleh

Alderfer (dalam Riggio, 2008). Pembahasan lebih lanjut mengenai ERG

Theoryof Motivation menurut Alderfer dibahas pada sub bab selanjutnya.

4. ERG Theory of Motivation

Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ERG

Theory yang dikemukakan oleh Alderfer (dalam Riggio, 2008). Menurut

Alderfer ada tiga kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Existence Needs (Kebutuhan Keberadaan)

Menurut Alderfer (dalam Riggio, 2008) kebutuhan keberadaan

merupakan kebutuhan yang serupa dengan kebutuhan fisiologikal dan rasa

aman dari teori herarki kebutuhan Maslow. Alderfer (dalam Wijono,

2010) mengemukakan bahwa kebutuhan keberadaan berisi berbagai

kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan materi dan fisik.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain gaji, keuntungan, dan keselamatan fisik.

Jika sumber yang diingkan terbatas dan kebutuhan materi tidak dapat

(29)

Alderfer (dalam Winardi, 2011) mengemukakan bahwa

kebutuhan-kebutuhan eksistensi meliputi keinginan-keinginan fisiologikal

dan material. Menurut Alderfer (dalam Munandar, 2001) kebutuhan

eksistensi meliputi kebutuhan substansi material seperti man, air,

perumahan, uang , mebel, dan mobil. Kebutuhan eksistensial ini secara

garis besar berisi kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman dari

Maslow. Kebutuhan eksistensi disebut sebagai kebutuhan yang paling

konkret menurut Alderfer.

b. Relatedness Needs (Kebutuhan Berelasi)

Alderfer (dalam Riggio, 2008) mengatakan bahwa kebutuhan

berelasi berasal dari interaksi sosial pada hierarki Maslow. Menurut

Alderfer (dalam Wijono, 2010) kebutuhan relasi adalah kebutuhan untuk

membuat suatu hubungan dan bersosialisasi dengan orang lain. Dalam

membangun hubungan, individu ingin dipahami dan dimengerti oleh

orang lain. Orang lain yang dimaksud adalah orang-orang yang berada di

sekitar kehidupannya seperti pasangan, keluarga, teman dan sahabat.

Dalam organisasi, maka individu berusaha membina hubungan baik

dengan orang-orang di lingkungan kerjanya seperti rekan kerja, kolega,

atasan dan bawahan. Kebutuhan berelasi ini terpenuhi ketika individu

dapat bekerja sama dan saling memberi dukungan dalam mencapai sebuah

(30)

Menurut Alderfer (dalam Munandar, 2001) relatedness needs

merupakan kebutuhan untuk memiliki hubungan yang berarti dengan

pihak-pihak penting. Kepuasan dalam kebutuhan tersebut tercapai ketika

mereka dapat berbagi pemilikan dan berbagi perasaan. Alderfer (dalam

Winardi, 2011) mengemukakan bahwa kebutuhan berhubungan

merupakan kebutuhan untuk berbagi pikiran dan perasaan dengan

orang-orang di sekitarnya. Dalam kebutuhan berhubungan, individu memiliki

keinginan untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengan orang lain.

Orang lain yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki peran

penting dalam kehidupan inidividu dan memiliki hubungan yang

bermakna seperti keluarga dan teman. Kebutuhan berhubungan ini secara

garis besar mencangkup kebutuhan sosial dan merupakan bagian eksternal

dari kebutuhan penghargaan (esteem) dari tata tingkat kebutuhan Maslow.

c. Growth Needs (Kebutuhan Berkembang)

Menurut Alderfer (dalam Riggio, 2008) kebutuhan berkembang

merupakan kebutuhan untuk pengembangan prestasi kerja dan menyadari

potensinya. Alderfer (dalam Wijono, 2010) mengemukakan bahwa

kebutuhan berkembang mengarah pada bentuk kebutuhan yang

mendorong seseorang untuk menjadi orang yang kreatif dan produktif.

Selain itu, kebutuhan berkembang ini juga mendorong seseorang untuk

(31)

Kepuasan dalam kebutuhan berkembang ini muncul ketika seseorang

mampu menyelesaikan masalah-masalah dan dapat mengembangkan

potensi dalam diri sehingga dapat tumbuh secara optimal. Bentuk

kebutuhan berkembang seperti dapat mengembangkan karier atau

meningkatkan diri dalam pengetahuan, keterampilan dan keahliannya.

Alderfer (dalam Winardi, 2011) mengemukakan bahwa

kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan meliputi kebutuhan untuk dapat

tumbuh sebagai manusia dan dapat memanfaatkan kemampuan hingga

mencapai potensi maksimal. Menurut Alderfer (dalam Munandar, 2001)

kebutuhan berkembang merupakan kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki

seseorang untuk mengembangkan kecakapan secara penuh. Kebutuhan

berkembang ini merupakan kebutuhan aktualisasi diri dan mencakup

bagian intrinsik dari kebutuhan harga diri dalam teori tata tingkat

kebutuhan Maslow. Kebutuhan berkembang disebut sebagai kebutuhan

yang paling kurang konkret (abstrak)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Ardana, Mujiati dan Sriathi (2008) mengemukakan ada dua faktor

yang mempengaruhi motivasi, yaitu faktor karakteristik individu dan faktor

pekerjaan. Faktor karakteristik individu terdiri dari minat, sikap (terhadap diri

sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan), kebutuhan individual, kemampuan

(32)

perasaan keyakinan, nilai-nilai). Sedangkan faktor-faktor pekerjaan terdiri

dari dua kelompok, yaitu faktor lingkungan pekerjaan dan faktor dalam

pekerjaan. Faktor lingkungan pekerjaan, yaitu : (1) Gaji dan benefit yang

diterima; (2) Kebijakan-kebijakan perusahaan; (3) Supervisi; (4) Hubungan

antar manusia; (5) Kondisi pekerjaan seperti jam kerja, lingkungan fisik dan

sebagianya; (6) Budaya organisasi. Sedangkan faktor dalam pekerjaan, yaitu :

(1) Sifat pekerjaan; (2) Rancangan tugas/pekerjaan; (3) Pemberian pengakuan

terhadap prestasi; (4) Tingkat/besarnya tanggung jawab yang diberikan; (5)

Adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan; (6) Adanya kepuasan

dari pekerjaan.

Selain itu Ardana et al (2008) juga mengemukakan bahwa

karakteristik biografis merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

individu dalam organisasi. Karakteristik biografis tersebut yaitu, (1) Umur,

mempunyai hubungan dengan tingkat keluar masuknya karyawan,

produktifitas dan kepuasan kerja. Semakin tua umur semakin kecil intensitas

seseorang keluar masuk perusahaan, semakin produktif dan semakin

menikmati kepuasan dalam pekerjaan. (2) Jenis kelamin, tidak memiliki

perbedaan yang signifikan dalam produktivitasnya. (3) Status perkawinan,

hasil riset menunjukkan bahwa karyawan yang sudah menikah memiliki

tingkat absensi yang lebih rendah dan mengalami pergantian yang rendah. (4)

(33)

dan berhubungan dengan tingkat absensi dan kepuasan kerjanya. (5) Masa

kerja, mempunyai korelasi positif antara senioritas dengan produktivitas kerja

dan kepuasan kerja. Namun, senioritas mempunyai korelasi negatif dengan

keluar masuknya pegawai.

As’ad (1978) mengemukakan faktor-faktor yang menjadi pendorong

semangat kerja bagi karyawan antara lain: 1) Pekerjaan yang tetap; 2) Teman

kerja yang baik; 3) Pimpinan yang baik; 4) Kesempatan untuk memperoleh

pengalaman dari pekerjaannya; 5) Suasanan kerja yang menyenangkan; 6)

Kesempatan untuk mengabdi masyarakat; 7) Jaminan sosial yang baik; 8)

Keadaan tempat kerja yang menyenangkan kesempatan untuk maju

memperoleh jabatan yang lebih tinggi; 9) Gaji yang tinggi; 10) Jam kerja

yang singkat; 11) Pekerjaan yang mudah.

B. Status Pernikahan

1. Pengertian Status Pernikahan

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Santrock (1995),

pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang unik, dengan membawa

(34)

Dua individu tersebut berasal dari dua keluarga yang berbeda yang bersatu

membentuk satu sistem keluarga yang baru.

2. Jenis Status Pernikahan

Menurut Saluter (1966) status pernikahan terdiri dari 4 kelompok

utama, yaitu menikah, tidak pernah menikah, menjanda dan bercerai. Dalam

kategori status perkawinan, yang termasuk dalam kategori single adalah tidak

pernah menikah, janda dan bercerai. Jika dalam konteks orang tua tunggal

dalam keluarga atau rumah tangga, berarti hanya ada satu orang tua yang ada

di rumah. Dalam penelitian ini, variabel status pernikahan yang dipakai adalah

menikah dan belum menikah (tidak pernah menikah).

a. Menikah

Menurut Schaum (2008) menikah adalah melakukan pernikahan

secara hukum dan hidup dengan atau tanpa pasangan. Menurut Ward dan

Belanger (2011), pernikahan telah diatur untuk alasan status, baik secara

ekonomi maupun sosial. Selain itu pernikahan dirancang untuk merawat

anak. Menikah juga merupakan bentuk pemberian identitas. Coontz

(dalam Ward & Belanger, 2011) mengemukakan salah satu alasan untuk

menikah dan memulai keluarga adalah ekonomi. Laki-laki dan menikah

dengan beberapa alasan, yang meliputi dimensi sosio-budaya, afeksi,

ekonomi, hukum dan keagamaan (Konferensi Wali Gereja, 2011).

(35)

pernikahan, yaitu komposisi optimal keluarga, siklus kehidupan keluarga,

kelayakan sosioekonomi dan kesesuaian peran.

Menurut Gilarso (1996), tujuan pernikahan antara lain: 1).

Pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami-istri, 2). Kelahiran dan

pendidikan anak, 3). Pemenuhan kebutuhan seksual, 4). Lain-lain,

misalnya: kesejahteraan keluarga, jaminan perlindungan dan keamanan;

demi ketenangan, nama baik, kerukunan keluarga; jaminan

nafkah/ekonomi, sah dan sehatnya keturunan, dsb.

b. Tidak Menikah (Lajang)

Giddens (dalam Sunarto, 2004) menyatakan bahwa salah satu

faktor yang menyebabkan penundaan pernikahan atau bahkan memiliki

keinginan untuk tetap hidup membujang di kalangan orang muda adalah

keinginan untuk tetap bebas. Pada usia lebih lanjut kehidupan membujang

lebih cenderung disebabkan faktor lain seperti perceraian atau

meninggalkan suami atau istri.

Faherty (1967) mengemukakan bahwa banyak wanita tidak

menikah disebabkan karena tanggungan pekerjaan atau tugas, ibu yang

posesif atau ayah yang mendominasi. Selain itu wanita lajang

menganggap bahwa pria yang tepat untuknya belum datang. Faherty

menambahkan bahwa konflik antara orang tua juga dapat menyebabkan

(36)

Menurut Munroe (2003) alasan tetap melajang adalah menikah merupakan

suatu hal yang sulit dan mungkin suatu pengalaman yang negatif.

Menurut Rieka (2007) beberapa alasan seseorang hidup melajang

antara lain : 1). Masih ingin bekerja dan dapat membiayai hidup sendiri,

2). Belum menemukan pasangan yang tepat, 3). Kurang percaya diri, 4).

Faktor Ekonomi, 5). Kebebasan, 6). Trauma masa lalu, 7). Karier dan

mencapai target pribadi, 8). Belum yakin dengan pasangan, 9). Keluarga

yang belum menyetujui, 10). Apatis terhadap lembaga pernikahan karena

masalah-masalah dalam rumah tangga.

C. Karyawan yang sudah Menikah dan yang belum Menikah. 1. Karyawan yang sudah Menikah

Karyawan yang sudah menikah merupakan karyawan yang telah

melakukan pernikahan secara hukum dan hidup dengan atau tanpa pasangan

(Scaum, 2008). Menurut Jordan, et al (2012) dalam penelitian pertama,

ditemukan hasil bahwa karyawan yang sudah menikah kurang cocok bekerja.

Penelitian kedua, menemukan bahwa karyawan yang sudah menikah kurang

menguntungkan dalam bekerja. Pada penelitian ketiga, ditemukan bahwa

prestasi kerja pada karyawan yang sudah menikah menurun.

Eddy dan Lusi (2011) menemukan fenomena bahwa karyawan Hotel

(37)

mengikuti rapat serikat pekerja pada setiap bulannya untuk menuntut hak

karyawan. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan, maka semakin

pasif pula karyawan dalam mengikuti rapat serikat pekerja. Hasil penelitian

Eddy dan Lusi, yaitu 1) Karyawan yang sudah menikah lebih puas dengan

tunjangan kesejahteraan yang didapat, 2) Karyawan yang sudah menikah lebih

puas dengan lingkungan kerja yang dihadapi, 3) Karyawan yang sudah

menikah lebih puas dengan pengawasan yang didapat.

Hasil riset Muhammad dan Sulham (2011) pada sikap kerja karyawan

perbankan syariah, menemukan bahwa karyawan yang sudah menikah lebih

sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah dan memiliki

kepuasan yang lebih tinggi. Pasaribuan (2007) menemukan bahwa karyawan

yang sudah berkeluarga cenderung lebih mudah merasa puas dalam

pekerjaannya dibandingkan dengan orang yang belum berkeluarga. Salah satu

faktor penyebabnya adalah rasa tanggung jawab yang besar untuk menghidupi

keluarga. Selain itu, karyawan yang sudah berkeluarga tidak mempunyai

keinginan untuk pindah tempat kerja.

2. Karyawan yang belum Menikah

Karyawan yang belum menikah adalah karyawan yang memilih untuk

tetap hidup membujang (Giddens dalam Sunarto, 2004). Penelitian tentang

analisis sikap kerja karyawan perbankan syariah berdasarkan karakteristik

(38)

karyawan yang belum menikah memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi

dibandingkan yang sudah menikah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eddy

dan Lusi (2011) menunjukkan bahwa karyawan yang belum menikah lebih

mudah mencapai kepuasan kerja. Sedangkan pada karyawan yang belum

menikah lebih mudah mencapai kepuasan gaji.

Dalam penelitiannya, Sesilia (2011) menemukan bahwa tingkat

pengunduran diri pada karyawan PT. Panarub Industry rendah, khususnya

pada karyawan yang belum menikah. Di Indonesia, karyawan yang belum

menikah atau lajang dianggap lebih bisa diandalkan untuk ditugaskan ke luar

kota sewaktu-waktu dan dianggap lebih mudah diajak bekerja sampai diluar

waktu normal sehingga karyawan yang belum menikah dianggap lebih

menguntungkan perusahaan (Ira dalam Kompasiana, 2012).

D. Dinamika Perbedaan Motivasi Kerja berdasarkan Status Pernikahan

Menurut Schaum (2008) menikah adalah melakukan pernikahan secara

hukum dan hidup dengan atau tanpa pasangan. Menurut Saluter (1966) dalam

kategori status perkawinan, yang termasuk dalam kategori single adalah tidak

pernah menikah, janda dan bercerai. Status perkawinan yang digunakan dalam

kategori single atau lajang adalah karyawan yang belum menikah. Dalam

penelitian ini, status perkawinan karyawan yang digunakan adalah karyawan yang

(39)

Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan yang

mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan untuk suatu tujuan tertentu

(Munandar, 2001). Selain itu, Robbins (2005) mendefinisikan motivasi sebagai

suatu tingkat upaya yang tinggi pada tujuan organisasi untuk memenuhi suatu

kebutuhan individual. Dalam penelitian ini, motivasi kerja didefinisikan sebagai

proses dimana kebutuhan-kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan atau perilaku untuk sebuah tujuan tertentu dengan

tingkat upaya yang tinggi.

Teori motivasi yang digunakan adalah teori kebutuhan dasar menurut

Alderfer. Menurut Alderfer (dalam Riggio, 2008) kebutuhan yang dapat

mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan dikelompokkan menjadi tiga

kebutuhan, yaitu kebutuhan eksistensi, berelasi dan kebutuhan untuk berkembang.

Menurut Alderfer (dalam Wijono, 2010) kebutuhan eksistensi merupakan

kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan materi dan fisik dalam

bekerja seperti gaji, keuntungan dan keselamatan fisik. Alderfer (dalam Wijono,

2010) mengemukakan bahwa kebutuhan berelasi merupakan kebutuhan untuk

menjalin hubungan dan bersosialisasi dengan orang-orang di lingkungannya.

Kebutuhan untuk berkembang menurut Alderfer (dalam Wijono, 2010) adalah

kebutuhan untuk berkembang menjadi karyawan yang kreatif dan produktif

(40)

Menurut Gilarso (1996), beberapa tanggungjawab yang harus dipenuhi

dalam tujuan pernikahan adalah adanya jaminan nafkah atau ekonomi, kelahiran

dan pendidikan anak, kesejahteraan keluarga, jaminan perlindungan dan

keamanan dan kesehatan keturunan. Seseorang yang sudah menikah memiliki

kebutuhan ekonomi yang lebih banyak daripada yang belum menikah. Selain

memenuhi kebutuhan eksistensi diri, karyawan yang sudah menikah juga harus

memenuhi kebutuhan eksistensi keluarganya. Rieka (2007) mengungkapkan

bahwa salah satu alasan seseorang tetap hidup melajang adalah faktor ekonomi

dan dapat membiayai hidup sendiri. Seseorang yang belum menikah hanya

bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan eksistensi atas dirinya sendiri.

Hal ini memperlihatkan bahwa kebutuhan eksistensi karyawan yang sudah

menikah lebih tinggi daripada karyawan yang belum menikah.

Menurut Rieka (2007) salah satu alasan seseorang hidup melajang adalah

kebebasan. Hal tersebut berarti bahwa karyawan yang belum menikah masih

memiliki kebebasan untuk menjalin hubungan dengan orang lain sehingga

kebutuhan berelasi lebih mungkin terpenuhi. Sedangkan pada karyawan yang

sudah menikah tidak lagi memiliki kebebasan dalam berelasi karena adanya

keluarga. Oleh karena itu, salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan relasinya

adalah dengan bekerja sehingga kebutuhan hubungan (relatedness) karyawan

(41)

Karyawan yang sudah menikah memiliki tanggung jawab atas jaminan

nafkah atau jaminan ekonomi keluarga (Gilarso, 1996). Kemungkinan seseorang

yang sudah menikah memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi untuk dapat

memenuhi tanggung jawabnya dalam keluarga dengan mengembangkan

kemampuan dan prestasi kerjanya. Sedangkan menurut Rieka (2007), karyawan

yang belum menikah masih dalam proses menentukan target dan karier yang

dicapai sehingga karyawan yang belum menikah cenderung masih mengalami

kebimbangan dalam menentukan tujuan kariernya. Hal ini menunjukkan bahwa

kebutuhan berkembang (growth) karyawan yang sudah menikah lebih tinggi

daripada karyawan yang belum menikah.

Berdasarkan dinamika motivasi kerja yang terjadi pada karyawan yang

sudah menikah dan karyawan yang belum menikah, maka peneliti ingin

mengetahui perbedaan motivasi kerja pada karyawan yang sudah menikah dan

(42)

E. Kerangka Berfikir

Gambar Bagan Dinamika Perbedaan Motivasi Kerja

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah terdapat perbedaan motivasi kerja antara

karyawan yang sudah menikah dan karyawan yang belum menikah.

(43)

26

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan komparatif. Narbuko dan Achmadi (2007) mengatakan bahwa

pendekatan komparatif bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan

sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari fakta

yang menjadi penyebabnya.

B. Identifikasi Variabel

Variabel bebas : Status Perkawinan

Variabel terikat : Motivasi Kerja

C. Definisi Operasional

Menurut Sarwono (2006), definisi operasional merupakan definisi yang

menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional

atau abstrak sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan pengukuran.

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Motivasi Kerja

Motivasi kerja didefinisikan sebagai suatu proses dimana

kebutuhan-kebutuhan yang dapat mendorong karyawan untuk melakukan suatu kegiatan

atau perilaku untuk sebuah tujuan tertentu dengan tingkat upaya yang tinggi.

(44)

teori kebutuhan dasar menurut Alderfer dengan 3 komponen kebutuhan, yaitu

kebutuhan keberadaan (exixtence), kebutuhan berelasi (relatedness) dan

kebutuhan berkembang (growth).

a. Kebutuhan keberadaan (exixtence), yaitu kebutuhan yang berkaitan

dengan kebutuhan fisiologikal dan asa aman.

b. Kebutuhan berelasi (relatedness), yaitu kebutuhan yang berkaitan

dengan relasi sosial.

c. Kebutuhan berkembang (growth), yaitu kebutuhan yang berkaitan

dengan pengembangan karier, prestasi dan pengenalan potensi diri.

Motivasi kerja diketahui dengan cara melihat data skor pada skala

motivasi kerja. Semakin tinggi data skor berarti semakin tinggi motivasi

kerjanya. Semakin rendah data skor berarti semakin rendah motivasi kerjanya.

2. Status Pernikahan

Status Perkawinan dapat didefinisikan sebagai ikatan antara pria dan

wanita dengan tujuan membentuk keluarga dan melaksan tujuan perkawinan.

Dalam penelitian ini, status pernikahan yang digunakan adalah menikah dan

belum menikah (lajang). Status pernikahan diketahui dengan cara mengisi

data demografi pada skala yang diberikan kepada karyawan.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih menggunakanakan metode nonprobability

(45)

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Salah satu bentuk teknik nonprobability sampling yang

digunakanakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dalam teknik

purposive sampling ini, karyawan yang menjadi subjek penelitian adalah

karyawan-karyawan yang dipilih berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria

tertentu (Sujarweni dan Endrayanto, 2012). Kriteria subjek dalam penelitian ini

antara lain:

1. Karyawan yang bekerja di perusahaan X dengan status karyawan

tetap.

2. Karyawan yang memiliki status menikah dan belum menikah (lajang).

3. Karyawan yang sudah memiliki masa kerja minimal 6 bulan.

Alasan peneliti menggunakan kriteria tersebut karena karyawan tetap yang

sudah bekerja lebih dari 6 bulan dianggap lebih dapat mengenali kondisi

lingkungan kerja, kebutuhan eksistensinya, relasi sosialnya dan potensi yang

dimiliki daripada karyawan yang baru bekerja dibawah 6 bulan. Selain itu masa

kerja juga memiliki korelasi yang positif dengan produktivitas kerja dan kepuasan

kerja yang secara tidak langsung berarti berhubungan dengan motivasi kerja

(Ardana, Mujiati, Sriathi, 2008)

E. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakanakan 2 skala, yaitu

(46)

menggunakanakan metode likert. Dalam skala likert ini, subjek diminta untuk

menyatakan tanggapan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap

pernyataan-pernyataan yang telah disusun oleh peneliti. Menurut Sarwono (2006), skala likert

digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Sikap dalam skala likert

diekspresikan dengan sikap yang paling negatif, netral sampai ke yang paling

positif dalam bentuk sangat tidak setuju, tidak setuju, tidak tahu (netral), setuju

dan sangat setuju. Kemudian skala tersebut diberikan kuantifikasi dalam bentuk

angka-angka sebagai simbol untuk mempermudah perhitungan.

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1

Tidak Setuju (TS) : 2

Tidak Tahu (netral) (N) : 3

Setuju (S) : 4

Sangat Setuju (SS) : 5

Pernyataan sikap terdiri dari pernyataan favorable dan unfa vorable. Pernyataan

favorable berisi pernyataan-pernyataan yang mendukung atau memihak pada

objek sikap. Sedangkan pernyataan unfavorable berisi pernyataan-pernyataan

yang tidak mendukung objek sikap (Seno & Hadi, 1991). Pada pernyataan

favorable, maka skor yang diberikan adalah :

STS : 1

TS : 2

(47)

SS : 4

Sedangkan pada pernyataan unfavorable, maka skor yang diberikan adalah :

STS : 4

TS : 3

S : 2

SS : 1

Tabel 1. Blue Print Skala Motivasi Kerja Karyawan Sebelum Tryout

Indikatakanor Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

Kebutuhan

F. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2009). Uji validitas

pertama kali menggunakanakan validitas isi yaitu dengan melihat derajat

(48)

(Reksoatmodjo, 2007). Pengujian validitas isi dilakukan dengan profesional

judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

Pengambilan data uji coba dilakukan pada tanggal 29 Juni 2013 sampai

dengan tanggal 1 Juli 2013 di PT. Hyup Sung. Jumlah karyawan yang digunakan

dalam uji coba yaitu 30 karyawan tetap dan yang sudah bekerja minimal 6 bulan.

Uji coba pada karyawan tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

karyawan yang sudah menikah dan kelompok karyawan yang belum menikah.

Masing-masing kelompok berjumlah 15 karyawan.

Analisis aitem dalam penelitian ini menggunakan SPSS for windows

16.0 dengan melihat nilai Corrected Item Total Correlation pada Reliability

Statistics. Setelah dilakukan seleksi aitem dengan menguji konsistensi item

totalnya. Dari uji konsistensi item total tersebut menghasilkan koefisien korelasi

aitem total. Kriteria batasan yang digunakan adalah menggunakan batasan 0,3.

Aitem yang dianggap memenuhi kriteria adalah aitem yang memiliki korelasi

aitem total lebih besar dari 0,3 (>0,3), sedangkan aitem yang memiliki korelasi

aitem total kurang dari 0,3 (<0,3) dianggap tidak memenuhi kriteria sehingga

harus digugurkan (Azwar, 1999). Dari 90 aitem yang ada, terdapat 43 aitem yang

gugur dan 47 aitem yang sahih. Dari 47 aitem tersebut diseleksi kembali menjadi

45 aitem agar setiap aspeknya memiliki jumlah aitem yang sama rata. Jumlah

(49)

Tabel 2. Blue Print Skala Motivasi Karyawan Setelah Tryout

Indikatakanor Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

Kebutuhan

1) Aitem gugur ditandai dengan *

2) Aitem yang dibuang ditandai dengan angka yang di bold

Berikut ini adalah rincian jumlah total aitem pada tiap aspek yang

termasuk dalam aitem fa vorable dan unfavorableyang telah diacak kembali:

Tabel 3. Blue Print Skala Penelitian

Indikatakanor Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

(50)

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji sejauhmana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009). Uji reliabilitas skala ini dilakukan

dengan metode Cronbach’s Alpha, yaitu dengan menghitung rata-rata

interkorelasi di antara butir-butir pertanyaan dalam skala. Rentang nilai reliabel

pada aitem dikatakan baik apabila nilai yang diperoleh >0,9 (Azwar, 1999).

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah uji t (T test)

yang dibantu dengan bantuan SPSS for windows 16.0 untuk membandingkan

motivasi kerja dua kelompok karyawan yang memiliki status yang berbeda yaitu

karyawan yang sudah menikah dan karyawan yang belum menikah. Uji t

digunakan untuk membandingkan rata-rata data populasi dengan data yang

berskala interval (Sarwono, 2006).

1. Uji Asumsi

Uji Asumsi dilakukan untuk melihat asumsi varian dan sampel

bebas pada kedua kelompok penilitian. Uji asumsi terdiri dari uji

normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah

sebaran kedua kelompok data terdistribusi dengan normal atau

tidak (Priyatno, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan bantuan

(51)

Sample Kolmogorov Smirnov Z. Jika signifikansi (Asymp.sig) >

0,05 maka data berdistribusi normal dan jika signifikansi

(Asymp.sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Menurut Priyatno (2010) uji homogenitas dengan

Levene Test dilakukan untuk melihat apakah asumsi pada varian

penelitiannya sama atau berbeda. Pengujian dilakukan

menggunakan SPSS for windows 16.0. Jika varian sama berarti

uji t menggunakan Equal Variance Assumed dan jika varian

berbeda maka uji t menggunakan Equal Variance Not Assumed.

Pengambilan keputusan dengan cara melihat nilai signifikansinya.

Jika Signifikansi > 0,005 maka berarti bahwa data berasal dari

populasi yang memiliki varian sama dan jika signifikansi < 0,005

maka berarti bahwa data berasal dari populasi yang memiliki

varian berbeda.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah hipotesis yang

diajukan dapat diterima atau ditolak. Uji hipotesis didapat dengan cara

melihat nilai signifikansi pada Independent Samples T Test kemudian

dibanding dengan 0,05 (Signifikansi > 0,05 atau Signifikansi ≤. 0,05).

(52)

perbandingan antara Mean Empirik dan Mean Teoretis. Mean Empiris

didapatkan dari Independent Samples T Test. Sedangkan Mean Teoretis

dicari dengan menggunakan rumus :

MT = � ℎ× � ℎ� + ( �� × � ℎ� )

(53)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksan pada tanggal 24 Juli 2013. Dalam penelitian ini,

jumlah aitem yang lulus uji coba adalah 45 aitem pertanyaan. Subjek dalam

penelitian ini adalah karyawan tetap dan sudah bekerja minimal 6 bulan. Skala ini

disebarkan kepada 100 karyawan PT. Hyup Sung. Namun, kuesioner yang

kembali dan dapat dianalisis hanya berjumlah 90 eksemplar.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di cabang PT. Hyup Sung di Gombong,

Kebumen-Jawa Tengah. Pabrik ini memproduksi bulu mata sintetis yang hanya

menerima pesan borongan. Total karyawan di pabrik cabang tersebut 270

karyawan. Peneliti hanya memakai 120 karyawan, yaitu 30 karyawan untuk

pelaksanaan tryout dan 90 karyawan untuk pelaksanaan penelitian. Berikut ini

merupakanakan deskripsi subjek penelitian:

1. Status Pernikahan

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian

No Karyawan Jumlah

1. Karyawan yang sudah menikah 44 orang

2. Karyawan belum menikah 46 orang

(54)

2. Jenis Kelamin

Tabel 5. Jenis Kelamin Subjek Penelitian No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. 90 100%

2. Laki-laki - -

TOTAL 90 100%

3. Umur

Tabel 6. Umur Subjek Penelitian

Umur Menikah Belum

Menikah

Jumlah Persentase

20-25 17 30 47 52,2 %

26-30 17 16 33 36,6 %

31-35 10 - 10 11,1 %

TOTAL 44 46 90 100 %

4. Lama Bekerja

Tabel 7. Lama Bekerja Subjek Penelitian Lama Bekerja Menikah Belum

Menikah

Jumlah Persentase

6 bulan - 1 tahun 10 16 26 28,8 %

1 - 2 tahun 22 27 49 54,4 %

2 – 3 tahun 7 3 10 11,1 %

≥ 4 tahun 5 - 5 5,5 %

(55)

C. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Uji Asumsi dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis sehingga

dengan kata lain uji asumsi digunakan sebagai syarat untuk dapat melakukan

uji hipotesis. Dalam uji asumsi, yang dilakukan meliputi uji normalitas dan uji

homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi dengan normal atau tidak (Priyatno, 2010). Uji normalitas

dilakukan dengan metode One Sample Kolmogorov Smirnov Z dengan

bantuan SPSS for windows 16.0. Pengambilan keputusan dengan melihat

signifikansinya, jika signifikansi (Asymp.sig) > 0,05 maka data

berdistribusi normal dan jika signifikansi (Asymp.sig) < 0,05 maka data

tidak berdistribusi normal.

Tabel 8.

Ringkasan Uji Normalitas (One-Sample-Kolmogorov-Smirnov Test)

N Karyawan Sudah

Menikah

Karyawan Belum Menikah

44 46

Kolmogorov Smirnov Z 1.128 .591

Asymp.sig (2 tailed) .157 .875

Data selengkapnya dapat dilihat di lampiran D.

Dari uji normalitas skala motivasi kerja diperoleh hasil

(56)

dan (Asymp.sig 2-tailed) pada karyawan yang belum menikah sebesar

0,875. Dengan hasil tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa p > 0,05

maka data pada kedua kelompok karyawan berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Menurut Priyatno (2010), uji homogenitas menggunakan uji

Levene’s digunakan untuk mengetahui apakah varian pada data penelitian

yang diperoleh sama atau berbeda, jika varian sama maka uji t

menggunakan Equal Variance Assumes (diasumsikan varian sama) dan

jika varian berbeda menggunakan Equal Variance Not Assumed

(diasumsikan varian berbeda). Jika Signifikansi > 0,005 maka berarti

bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varian sama dan jika

signifikansi < 0,005 maka berarti bahwa data berasal dari populasi yang

memiliki varian berbeda. Nilai signifikansi dari uji Levene’s adalah 0,409

( p > 0,05 ), berarti bahwa data berasal dari pupulasi varian yang sama.

Dapat disimpulkan bahwa Independent Sample T Test menggunakan nilai

yang Equal variance assumed.

Tabel 9.Ringkasan Independent Samples Test

Data selengkapnya dapat dilihat di lampiran E.

Levene’s Sig. T df Sig (2-tailed)

(57)

2. Uji Hipotesis

Pengambilan keputusan dengan cara melihat nilai signifikansinya. Jika

p > 0,05 maka tidak ada perbedaan rata-rata motivasi kerja antara karyawan

yang sudah menikah dan yang belum menikah dan jika p ≤ 0,05 maka ada

perbedaan rata-rata motivasi kerja antara karyawan yang sudah menikah dan

yang belum menikah. Telah diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,177

lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedaan rata-rata motivasi kerja antara karyawan yang sudah

menikah dan karyawan yang belum menikah. Nilai mean empiris karyawan

yang sudah menikah sebesar 142,30 sedangkan karyawan yang belum

menikah sebesar 144,54, jadi dapat disimpulkan bahwa karyawan yang sudah

menikah memiliki motivasi yang lebih rendah daripada karyawan yang belum

menikah.

Tabel 10. Ringkasan Uji Hipotesis (Independent Samples T Test)

Karyawan N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

(58)

D. Deskripsi Data Penelitian

Uji mean digunakan untuk melihat tinggi rendahnya motivasi kerja pada

karyawan yang sudah menikah dan karyawan yang belum menikah. Mean teoritik

didapatkan dari hasil membandingkan Mean Teoretis (MT) dan Mean Empiris

(ME). Untuk mendapatkan mean teoritik digunakan rumus sebagai berikut :

MT = � ℎ× � ℎ� + ( � � × � ℎ� )

Dengan rangkuman hasil mean empiris dari Independent Samples T Test ,

maka perbandingannya adalah :

Tabel 11. Mean Empiris dan Mean Teoretis

(59)

Rata-rata mean empiris pada karyawan yang sudah menikah dan karyawan

yang belum menikah lebih besar dari mean teoretis (142,30 > 112,5 ; 144,54 >

112,5). Artinya, motivasi kerja pada karyawan yang sudah menikah dan yang

belum menikah pada PT Hyup Sung masuk ke dalam kategori motivasi yang

tinggi.

Uji tiap aspek dilakukan guna melihat tinggi rendahnya kebutuhan tiap

aspek pada karyawan yang sudah menikah dan yang belum menikah.

Tabel 12.

Ringkasan Uji Mean Teoretis dan Mean Empiris Tiap Aspek

Aspek MT Married Single

ME ME

Kebutuhan Eksistensi 37.5 142.295 144.543

Kebutuhan Berelasi 37.5 142.295 144.543

Kebutuhan Berkembang 35.5 142.295 144.543

Mean empiris kebutuhan eksistensi, kebutuhan berelasi dan kebutuhan

untuk berkembang pada karyawan yang sudah menikah dan karyawan yang

belum menikah lebih besar dari mean teoretis (142.295 > 37.5 dan 144.543 >

37.5). Artinya, rata-rata kebutuhan eksistensi, kebutuhan berelasi dan kebutuhan

(60)

E. Pembahasan

Dari hasil analisis data penelitian, diperoleh p dari Sig. (2-tailed) sebesar

0,177. Hal ini menunjukkan p > 0,05 (0,177 > 0,05), artinya hipotesis penelitian

ini ditolak yaitu tidak ada perbedaan motivasi kerja antara karyawan yang sudah

menikah dan karyawan yang belum menikah. Hal ini mungkin terjadi karena

karyawan yang sudah menikah dan belum menikah memiliki kebutuhan yang

sama banyak sehingga mereka memiliki motivasi yang sama untuk memenuhi

kebutuhan. Dugaan tersebut didukung oleh keterangan HRD PT. Hyup Sung yang

mengatakan bahwa penyebab tidak adanya perbedaan motivasi kerja adalah

jumlah kebutuhan yang sama banyak pada karyawan yang sudah menikah dan

belum menikah serta sebagian besar karyawan belum menikah memiliki tempat

tinggal yang jauh dari pabrik.

Tidak adanya perbedaan motivasi pada karyawan yang sudah menikah

dan yang belum menikah terlihat pada nilai rata-rata mean empirisnya. Rata-rata

mean empiris pada kedua kelompok karyawan tersebut memiliki skor lebih besar

daripada mean teoretisnya. Hal ini terlihat dari ketiga indikator motivasi kerja,

yaitu kebutuhan eksistensi, relasi dan berkembang pada dua kelompok karyawan

yang tergolong tinggi.

Pada uji tiap aspek, karyawan yang sudah menikah dan karyawan yang

belum menikah memiliki kebutuhan keberadaan (need of exixtence) yang tinggi.

(61)

dengan kebutuhan materi dan fisik sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan

materi dan fisik pada kedua kelompok karyawan tergolong tinggi. Hal ini

mungkin disebabkan oleh faktor perusahaan yang tidak menjamin terpenuhinya

kebutuhan karyawan seperti gaji yang sesuai sehingga baik karyawan yang sudah

menikah dan karyawan yang belum menikah pun tidak dapat memenuhi

kebutuhan keberadaannya yang semakin tinggi. Hal ini didukung oleh keterangan

yang diberikan oleh HRD PT. Hyup Sung bahwa kedua kelompok karyawan

memiliki kebutuhan yang sama banyak dan sebagian besar karyawan yang belum

menikah memiliki tempat tinggal yang jauh dari pabrik. Pendapat tersebut

didukung dengan adanya pandangan bahwa semakin tidak terpenuhinya suatu

kebutuhan, maka semakin besar pula keinginan untuk memuaskannya (Suwatno

& Priansa, 2011). Karyawan yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya maka

akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan keberadaannya. Selain

itu Alderfer (dalam Wijono, 2010) menyebutkan jika sumber yang diinginkan

terbatas dan kebutuhan materi tidak dapat terpenuhi maka timbul persaingan. Hal

inilah yang menyebabkan kebutuhan keberadaan pada kedua kelompok karyawan

tinggi.

Uji aspek kebutuhan berhubungan (need of relatedness) pada karyawan

yang sudah menikah dan belum menikah memiliki kebutuhan berhubungan yang

tinggi. Kebutuhan berhubungan (need of relatedness) yang tinggi dikarenakan

(62)

usaha mencapai prestasi kerja yang diinginkan (Wijono, 2010). Hal ini mungkin

disebabkan oleh karena gaji yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang berdampak

pada persaingan dan kurangnya kerja sama pada karyawan. Dugaan tersebut

didukung oleh keterangan HRD PT. HYyup Sung yang menyebutkan bahwa gaji

yang diberikan perusahaan tergolong rendah. Selain itu jam kerja yang tinggi

pada karyawan yang belum menikah juga menjadi salah satu penyebab kebutuhan

relasi yang tinggi.

Karyawan yang sudah menikah dan karyawan yang belum menikah

sama-sama memiliki kebutuhan untuk berkembang (need of growth) yang tinggi.

Kondisi seperti ini dikarenakan oleh beberapa hal. Pertama, karyawan belum

dapat mengenali potensi yang dimiliki sehingga belum dapat mengembangkan

karier dan prestasi kerjanya secara maksimal (Riggio, 2008). Kedua, belum dapat

terpenuhinya kebutuhan sebelumnya, sehingga kebutuhan semakin banyak dan

mengakibatkan pada kebutuhan berkembang yang tinggi. Menurut Wijono

(2010), kebutuhan untuk berkembang need of growth) merupakan kebutuhan yang

paling kurang konkret (abstrak) yang harus dipenuhi setelah kebutuhan-kebutuhan

konkret (eksistensi dan berelasi) terpenuhi. Hal tersebut sesuai dengan teori

E.R.G. yang menjelaskan salah satu alasan mendasar adanya kebutuhan konkret,

yaitu semakin sempurna kebutuhan yang paling konkret dicapai, maka semakin

besar pula kebutuhan yang kurang konkret (abstrak) dipenuhi (Wijono, 2010).

Gambar

Tabel 1. Blue Print Skala Motivasi Kerja Karyawan Sebelum Tryout
Tabel 3. Blue Print Skala Penelitian
Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 6. Umur Subjek Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

“X” Kota Bekasi, untuk menggunakan hasil penelitian mengenai role salience pada karyawan wanita yang sudah menikah sebagai salah satu faktor yang berkaitan

Keberadaan motivasi kerja dalam diri karyawan di perusahaan sangat penting karena dengan motivasi kerja tinggi akan membangun dan mengembangkan organisasi ke arah yang

Well-Being antara pria usia 18-40 tahun yang belum menikah dan sudah menikah, dengan fokus penelitian yang dilakukan pada jemaat di Gereja “X”

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam menyikapi motivasi yang terdapat di dalam diri karyawan tetap dan karyawan kontrak

Karyawan akan memiliki kepuasan kerja jika dengan bekerja mereka mampu memiliki motivasi kerja. Artinya perusahaan harus memperhatikan tingkat kebutuhan karyawan. Kinerja yang

Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, adanya pengaruh tersebut menunjukkan bahwa pemberian motivasi kerja yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dapat membuat

Motivasi Kerja Aktualisasi Diri 0.601 Reliabel Penghargaan 0.604 Reliabel Kebutuhan Sosial 0.625 Reliabel Kebutuhan Rasa Aman 0.869 Reliabel Kebutuhan Fisik 0.645

Motivasi diri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja Hal ini menunjukan jika persepsi karyawan akan motivasi diri akan terpenuhi sesuai keinginan