• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 232010039 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 232010039 Full text"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

i

URGENSI

ENVIRONMENTAL

DISCLOSURE

: SEBUAH

TELAAH LITERATUR

Oleh :

TIMOTIUS AGUNG WAHONO NIM : 232010039

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS

: EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)

ii

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jalan Diponegoro 52-60 Telp : (0298) 21212, 311881

Telex 22364 ukwsa ia Salatiga 50711 – Indonesia Fax. (0298) 213433

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Timotius Agung Wahono NIM : 232010039

Program Studi: AKUNTANSI

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Unversitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,

Judul : Urgensi Environmental Disclosure : Sebuah Telaah Literatur

Pembimbing : Paskah Ika Nugroho, SE., M.Si, CMA Tanggal diuji : 24 Januari 2014

adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan tanpa penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, termasuk pencabutan gelar keserjanaan yang telah saya peroleh.

Semarang, Desember 2013 Yang memberi pernyataan,

(5)
(6)

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa selama proses perkuliahan dan penyelesaian penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu serta memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Oleh karena itu dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

Bapak Hari Sunarto, SE., MBA. PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Bapak Dr.Usil Sis Sucahyo, SE., MBA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Bapak Paskah Ika Nugroho, SE., M.Si, CMA selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran selama proses bimbingan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Ibu Yeterina Widi Nugrahanti, SE., M.Acc, Akt. selaku wali studi yang membimbing dan memberi saran maupun kritik selama penulis menempuh studi.

Ibu Like Sugiono, SE., M.Si untuk diskusinya dalam proses penulisan skripsi ini. Papaku Wahono Jahja, mamaku Fenny Iswati, adikku Theofilus Aldo yang selalu

menyayangi serta memberi dukungan.

Seluruh staf pengajar FEB-UKSW yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi.

(7)

v

Dosen-dosen pembimbing lomba akuntansi, Mbak Ery, Ko Paskah, Ko Ari, Mbak Gustin, Mbak Pat yang telah mendukung penulis dalam persiapan mengikuti perlombaan.

Yonathan, Kenneth, Marcell, Dimas “Cimol”, Ardy, Redya, sahabat-sahabatku yang paling baik dan menyenangkan, terima kasih untuk kebersamaan di masa kuliah ini.

Garry, Citra, Redya, Susan partner lomba terbaik sekaligus sahabatku, terimakasih untuk semua momen menegangkan, mengecewakan, serta membahagiakan selama mengikuti komepetisi-kompetisi akuntansi.

Wahyu, Dimaz Beruk, Joko, Rion, Tommy Sule, Shidqi, Eriza Mayang, Rara, Munk,

Diva, Yunita, Novenny, Tita, David, Taka, Eko, Risang, Dhoni, Frendy,

Ghea, Vonny, Fanny Djongkang, Harison, Ima, Diven, Luluk, Didha, Devi,

Giovanny, Monica, Winny, Ruth, Tri, Silvy, Livia, Mbak Cholina, Mas

Yulius Bolep. Terima kasih untuk dukungannya selama kuliah.

Adik-adikangkatantersayang Michael, Adi, Ian, Boe, Gilang, Venny, Navika, Puspa, Arin, Fadjar, Bella, Bayu, Maya, Marcia, Vania CK, Mateus, Elvina Rosa,

Vano. Terima kasih, senang bisa kenal kalian.

Anak-anak asistenku terkasih, Eli, Kevin, Freddy, Anne, Nerissa, Karina, Rafli, Nor Khasanah, Anjar, Gery, Inneke, Amy, Ony, Pauline, Andriana, Melisa dan

Ade, terima kasih untuk waktunya yang menyenangkan. Teman-teman Korps Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis,

Semua teman dan pihak yang tidak dapat kusebutkan namanya satu persatu. Tuhan Yesus Memberkati.

Salatiga, Desember 2013

(8)

vi

Kupersembahan skripsi ini kepada :

 Papa , Mama, dan Adikku tercinta untuk doa, kasih sayang, dan perhatiannya selama ini

 Sahabat-sahabatku tersayang, Yonathan, Kenneth, Marcell, Cimol, Garry, Citra, Ardy, Redya untuk kebersamaan, dukungan, dan semua moment berharga di masa kuliah

MOTTO

Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api,

tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

(Lukas 6:30)

Do it because you want to, not because you want something back in return (NN)

People are often unreasonable, irrational, and self-centered, forgive them anyway,

Remember, in the final analysis, it is between you and God, It was never between you and them anyway

(Mother Theresa)

Belajar tenang karena saya pernah menyesal karena tergesa-gesa, belajar sabar karena saya pernah menyesal karena marah, belajar serius karena saya tahu sudah waktunya menata hidup

(9)

vii

Abstract

The increase of public attention to environmental issues makes the companies need to be more responsible at those matters. Environmenta l disclosure is a tool to meassure that responsibility. Based on the economic perpective, prior studies tried to find out the relation hip beetwen voluntary environmental disclosure (VED) and economic performance, and they found various results. Another studies captured there are many enviromental disclosure-performance gap phenomenon. Therefore, this study attemps to analyze whether VED is neccesary or not and find out the cause of environmental disclosure-performance gap. The results shows that companies with bad environmental performance are recommended to release VED for creating a good image in order to defend its self from the third parties assesment, and companies with good environmental performance are recommended to release VED only if it is possible to increase economic performance. The result also shows that common causes of environmental disclosure-performance gap are getting economic benefit as the concequences of being a environmental-friendly company without doing any good environmental performance, besides, the company might minimize cost because environmental disclosure is predicited can’t give any economic benefit and avoiding loss from the accuse of the third parties who might doubt the credibility of data and look for the company’s environmental violation that caused by producing environmental disclosure too extensively and self-serving.

(10)

viii

SARIPATI

Meningkatnya perhatian publik terhadap isu lingkungan menyebabkan perusahan menjadi perlu lebih bertanggungjawab pula terhadap lingkungannya. Environmental disclosure merupakan salah satu alat untuk mengukur tanggung jawab lingkungan tersebut. Berdasarkan perspektif ekonomi, penelitian-penelitian sebelumnya yang mencari hubungan voluntary environmental disclosure (VED) dengan economic performance menemukan hasil yang beragam. Penelitian-penelitian lain juga menemukan banyak terjadi environmentaldisclosure-perfomance gap. Berdasarkan realita tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan apakah VED perlu dilakukan atau tidak, serta mencari penyebab terjadinya environmental disclosure-performancegap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang buruk direkomendasikan untuk melakukan VED sebagai sarana pembentuk image untuk membela dirinya dari penilaian pihak ketiga, sedangkan perushaan dengan kinerja lingkungan baik hanya direkomendasikan untuk melakukan VED jika VED berpotensi meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penyebab terjadinya environmental disclosure-performance gap umumnya adalah keinginnan perusahaan untuk mendapatkan manfaat ekonomi karena reputasi sebagai perusahaan peduli lingkungan tanpa harus melakukan kinerja lingkungan yang baik atau sebaliknya, perusahaan ingin meminimalkan biaya karena pengungkapan lingkungan dianggap tidak mendatangkan manfaat ekonomi serta menghindari kemungkinan tuduhan dari pihak ketiga yang meragukan kredibilitas informasi dan mencari-cari pelanggaran perusahaan terkait lingkungan ketika pengungkapan lingkungan dilakukan terlalu luas dan self-serving.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas perkenanan-Nya lah penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “URGENSI

VOLUNTARY ENVIRONMENTAL DISCLOSURE: SEBUAH TELAAH LITERATUR” ini dengan baik sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana

Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana.

Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekuarangan, maka kritik dan saran dari pembaca terus penulis tunggu untuk perbaikan ke depan. Akhir kata, semoga tulisan ini berguna bagi para pembacanya. Terimakasih.

Semarang, Desember 2013

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan/Pengesahan ... iii

Halaman Moto dan Persembahan . ... iv

Abstract . ... v

Saripati . ... vi

Kata Pengantar . ... vii

Ucapan Terima Kasih . ... viii

Daftar Isi . ... ix

Pendahuluan ... 1

Metode Penelitian dan Kerangka Berpikir ... 4

Environmental Disclosure ... 8

Environmental Performance ... ... 11

Latar Belakang EnvironmentalDisclosure Menurut Perspektif Ekonomi ... 13

Hubungan EnvironmentalDisclosure dengan EnvironmentalPerformance ... 15

Hubungan Environmental Performance dan Environmental Disclosure dengan Economic Performance……….……….... 17

Konsekuensi Ekonomi Bagi Poor Environmental Performance ... 22

Apakah EnvironmentalDisclosure Direkomendasikan untuk dilakukan? ... 23

Mengapa Mungkin Terjadi EnvironmentalDisclosure-PerformanceGap? ... 25

Kesimpulan ... ... .. 28

Implikasi Terapan ... .. 30

Keterbatasan dan Saran ... .. 31

Daftar Pustaka ... 32

Lampiran ... 39

(13)

1

Pendahuluan

“Ketika pohon terakhir tumbang, sungai terakhir kering, dan ikan terakhir mati, maka kita akan sadar uang tidak bisa kita makan” (Greenpeace). Slogan tersebut adalah

contoh betapa isu lingkungan semakin disorot publik. Istilah environmental accounting yang menggambarkan kepedulian sektor bisnis terhadap lingkungan pun makin sering terdengar. Meski demikian, laporan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) beberapa tahun terakhir masih menunjukkan berbagai kasus kerusakan lingkungan akibat operasi bisnis perusahaan.

Fitriasari (2012) menyatakan penyesuaian peran akuntan terkait tuntutan akuntabilitas lingkungan antara lain: kebutuhan akuntan dalam hal transparansi pelaporan kinerja lingkungan, kebutuhan akuntan sebagai penyedia informasi dampak operasi perusahaan atas lingkungan, dan kebutuhan akuntan sebagai penyedia informasi dampak ekonomi dari aktivitas perusahaan terkait lingkungan. Perhatian dunia akuntansi terhadap isu lingkungan juga tampak dari meningkatnya jumlah penelitian tentang environmental disclosure. Menurut Rupley et al. (2012), meski fokus utama shareholders adalah kinerja finansial perusahaan, terdapat pula non-shareholder stakeholders yang memperhatikan isu-isu yang tidak berhubungan langsung dengan kinerja finansial seperti isu lingkungan.

(14)

2

besar negara lain juga belum mewajibkan pengungkapan lingkungan, hanya beberapa negara maju, antara lain: Amerika Serikat, Denmark, Swedia, dan Jepang yang telah menetapkan environmental disclosure sebagai mandatory disclosure (pengungkapan yang bersifat wajib).

Dalam konteks Indonesia, voluntary environmental disclosure berarti perusahaan memiliki pilihan untuk mengungkapkan informasi lingkungannya atau tidak, sementara di negara lain yang telah mewajibkan pengungkapan lingkungan, voluntary environmental disclosure berarti pengungkapan informasi lingkungan secara lebih luas daripada yang telah diwajibkan oleh otoritas terkait.

Secara umum, teori-teori yang mendorong voluntary environmental disclosure dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu teori dalam perspektif sosial yang menekankan

pentingnya environmental disclosure sebagai kewajiban sosial perusahaan kepada publik

dan teori dalam perspektif ekonomi yang meyakini environmental disclosure akan memberikan economic benefit bagi perusahaan (Susi, 2007). Menurut economic based voluntary disclosure theory, environmental disclosure berhubungan positif dengan economic performance (Clarkson et al., 2006), maka, perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik akan memperluas environmental disclosure untuk mendefirensiasikan dirinya dengan perusahaan dengan kinerja lingkungan yang buruk (Dye, 1985; Verrecchia, 1983 dalam Clarkson et al., 2006).

(15)

3

yaitu publikasi hasil penilaian kinerja lingkungan yang dilakukan pihak ketiga. Di Indonesia, penilaian tersebut dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup lewat PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja). Di luar negeri, antara lain terdapat EPA (Environmental Protection Agency) dan CERES (Coalition for Environmentally Responsible Economic).

Penelitian sebelumnya banyak membahas faktor-faktor yang melatarbelakangi environmental disclosure dan environmental performance, cost and benefit dari kedua kebijakan tersebut, serta implikasi kedua kebijakan tersebut terhadap economic performance.

Hasil penelitian yang beragam menyebabkan perdebatan tentang relevansi isu lingkungan bagi sektor bisnis tak kunjung usai. Sebagian pihak menilai, akuntabilitas lingkungan yang sifatnya tidak wajib tersebut sangat costly namun tidak pasti mendatangkan manfaat ekonomi. Di samping itu, hasil-hasil penelitian juga menunjukkan environmental disclosure, yang idealnya selaras dengan environmental performance, justru tidak menggambarkan kinerja lingkungan aktual atau environmental performance perusahaan.

(16)

4

Berdasarkan realita di atas, penelitian ini akan berusaha menjawab dua persoalan berikut :

1. Berdasarkan perspektif ekonomi, apakah voluntary environmental disclosure direkomendasikan untuk dilakukan?

2. Mengapa mungkin terjadi environmental disclosure-performance gap?

Dengan menjawab kedua persoalan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi-kondisi yang menyebabkan environmental disclosure bersifat recommended atau tidak untuk dilakukan, menurut perspektif ekonomi. Disamping itu, penelitian ini mencoba menganalisis penyebab terjadinya environmental disclosure-performance gap. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan secara holistik bagi perusahaan, stakeholder, serta akademisi dalam memanfaatkan dan memahami praktik environmental disclosure.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur, yang artinya menjadikan tulisan-tulisan, baik dari buku teks, artikel jurnal, artikel media massa, teks-teks internet, maupun tulisan yang tidak dipublikasikan sebagai refrensi dalam melakukan analisis pokok-pokok masalah yang dibahas dalam penelitian (FE UKSW, 2005).

(17)

5

1. Menjelaskan konsep environmental disclosure dan environmental performance beserta masing-masing biaya dan manfaatnya dalam rangka memberikan gambaran yang utuh tentang kedua kebijakan tersebut

2. Menjelaskan hubungan antara environmental disclosure dengan environmental performance baik menurut teori maupun menurut hasil pnelitian-penelitian sebelumnya, dengan tujuan menunjukkan bahwa kondisi environmental disclosure yang secara teoritis idealnya menggambarkan environmentalperformance tidak selalu terjadi

3. Menjelaskan perbandingan latar belakang kebijakan environmental disclosure menurut perspektif ekonomi dan perspektif sosial untuk memberi penjelasan tentang dasar perumusan rekomendasi dan menjelaskan terjadinya disclosure -performance gap yang berpotensi berasal dari perbedaan perspektif tersebut.

4. Menggambarkan perbandingan pengaruh environmental performance dan environmental disclosure terhadap economic performance perusahaan di negara maju dan negara berkembang berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya untuk menunjukksn bahwa perbedaan karakteristik stakeholder di negara maju dan berkembang akan berimplikasi pada perbedaan respon pasar

(18)

6

6. Menganalisis kondisi-kondisi yang menyebabkan environmental disiclosure menjadi recomended atau tidak untuk dilakukan perusahaan menurut perspektif ekonomi dengan cara menggambarkan perbandingan antara biaya pengungkapan lingkungan dengan economic benefit yakni respon pasar terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan dengan kinerja baik maupun buruk, kemudian membandingkan rekomendasi tersebut dengan latar belakang environmentaldisclosure secara teoritis.

(19)

7

Kerangka Berpikir Persoalan Penelitian 1

Kerangka Berpikir Persoalan Penelitian 2

Teori Rujukan:

-Hubungan disclosure dengan

economicperformance

-Dampak ekonomi bagi poor environmental performers

Perbedaan cost & benefit

dari environmental

disclosure dan performance

Perbedaan perspektif (ekonomi dan sosial) dalam

environmentaldisclosure

Penyebab

(20)

8 Environmental Disclosure

Environmental disclosure atau pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi-informasi terkait manajemen dan kinerja lingkungan perusahaan di masa lalu, masa kini, dan masa datang, termasuk dampak ekonomi dari tiap-tiap kebijakan lingkungan tersebut (Berthelot et al, 2003 dalam Ling 2007). Environmental disclosure bisa terdapatpada bagian sustainability report, CSR report, ataupun notes to financial statement dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan. Banyak perusahaan yang menggunakan format pengungkapan lingkungan versi GRI (Global Reporting Initiative), ataupun standar tersendiri yang diterbitkan otoritas terkait di negara masing-masing.

Bagi perusahaan di Indonesia, environmental disclosure termasuk kategori voluntary diclosure (pengungkapan yang bersifat sukarela) kecuali untuk perusahaan dibidang sumber daya alam (UU No.40 tahun 2002 tentang Perseroan Terbatas). Maka, dalam konteks Indonesia, voluntary environmental disclosure berarti perusahaan memiliki pilihan untuk mengungkapkan informasi lingkungannya atau tidak, sementara di negara lain yang telah mewajibkan pengungkapan lingkungan, voluntary environmental disclosure berarti pengungkapan lingkungan secara lebih luas atau item-item yang diungkapkan lebih banyak daripada standar yang diwajibkan oleh otoritas terkait.

(21)

9

Proses dan hasil kegiatan lingkungan mencakup pengumpulan keseluruhan

hasil dari penerapan akuntansi lingkungan dan menyajikan ringkasan hasil kegiatan konservasi lingkungan yang utama. Alasan-alasan peningkatan atau penurunan kegiatan konservasi lingkungan dibanding periode sebelumnya serta kebijakan konservasi lingkungan di masa kini dan masa depan.

Item-item dasar penyusun akuntansi lingkungan, meliputi status ( periode

target dan lingkup pengumpulan aktivitas lingkungan), indeks dan perhitungan standar biaya konservasi lingkungan, rincian dari manfaat kegiatan konservasi lingkungan dan standar perhitungannya, rincian dari keuntungan ekonomi yang terkait kegiatan konservasi lingkungan, standar pengumpulan untunk mengkonsolidasikan akuntansi lingkungan, dan revisi terhadap kebijakan akuntansi lingkungan yang penting.

Hasil yang dikumpulkan dari akuntansi lingkungan, hal-hal terkait hasil

(22)

10

Berikut adalah perbandingan biaya dan pengungkapan lingkungan (Beierle, 2003) :

Biaya Pengungkapan Lingkungan Manfaat Pengungkapan Lingkungan

Cost of collecting and reporting information, biaya kategori ini paling tinggi jumlahnya dibanding biaya lainnya. Chemical Manufacturers Association memperkirakan rata-rata biaya pengumpulan dan pelaporan data lingkungan mencapai $1,5 juta untuk tahun pertama dan $800.000 untuk tahun berikutnya serta menghabiskan 150.000 jam pegawai untuk suatu periode pelaporan (EPA,1995 dalam Beierle,2003)

Normative benefits : Manfaat pada tataran normatif dari pengungkapan lingkungan adalah memberikan informasi dan edukasi bagi komunitas sekitar perusahaan tentang risiko lingkungan yang mereka hadapi terkait operasi perusahaan. Publik

berpandangan bahwa mereka memiliki hak untuk mengetahui risiko tersebut.

Cost of dealing with public reaction, ketika pengungkapan menunjukkan kinerja lingkungan yang sangat baik, publik mungkin meragukan kredibilitas informasi tersebut dan menudingnya self-serving. Ketika pengungkapan dilakukan secara tidak maksimal, akan terjadi kemungkinan misinterpretasi publik. Namun, ketika full disclosure dilakukan, LSM, pemerintah, dan kompetitor mungkin menggunakannya sebagai celah mencari kesalahan perusahaan.

Substantive benefits : Ada dua komponen dari manfaat jenis ini. Pertama, pengungkapan lingkungan akan membantu perusahaan untuk mampu menargetkan, memahami, dan mengevaluasi dampak lingkungan besarta cara mengatasinya. Kedua, meningkatnya keberanian publik untuk berdialog dan bekerja sama dengan perusahaan dalam rangka

meminimalkan dampak lingkungan dari operasi perusahaan.

Cost of unintended use of data, potensi penyalahgunaan informasi lingkungan oleh mata-mata dan teroris. Ketika jumlah, konten, dan proses produksi kimiawi diungkapkan, ada

kemungkinan para kompetitor mengetahui rahasia produksi

perusahaan. Sementara, fasilitas kimia di suatu lokasi juga mungkin menjadi serangan teroris.

Instrumental benefits: Pengungkapan lingkungan akan mendorong

(23)

11 Environmental Performance

Environmental performance mencakup segala upaya yang dilakukan perusahaan dalam rangka menciptakan lingkungan yang baik atau green (Suratno et al, 2007). Perusahaan dianggap bertanggung jawab terhadap lingkungan karena operasi perusahaan mempeburuk kualitas lingkungan (Ikhsan, 2008). Di Indonesia penilaian kinerja lingkungan dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup lewat PROPER (Program Penilaian Kinerja). Lewat program ini diharapkan kinerja lingkungan meningkat karena penilaian investor mungkin dipengaruhi peringkat PROPER.

Tingkat Penaatan

Peringkat Warna Area dan Metode Penilaian

Lingkup Penilaian Metoda Penilaian Lebih dari

Taat Biru 1.Pencamaran air 2.Pencemaran laut 3.Pencemaran udara 4.Pengelolaan limbah B3 5.Penerapan AMDAL

(24)

12

Berikut adalah perbandingan biaya dan manfaat terkait kinerja lingkungan : Environmental Cost

(Hansen dan Mowen, 2007)

Environmental Benefit (Ikhsan, 2009)

Environmental prevention cost : biaya atas aktivitas pencegahan

diproduksinya limbah yang dapat merusak lingkungan. Contoh: evaluasi dan pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat pencegah polusi, dan audit risiko lingkungan.

Environmental benefits merupakan manfaat penerapan akuntansi lingkungan, yang dapat berupa

penghematan biaya maupun pendapatan lingkungan. Pendapatan lingkungan aktual dapat berupa subsidi dan awards eksternal yang berupa penerimaan tunai, ataupun laba dari penjualan daur ulang limbah. Sementara itu,

penghematan biaya lingkungan dapat berupa pembebasan pajak terkait proyek manajamen lingkungan, serta penghindaran biaya yang lebih besar karena kegagalan memenuhi regulasi lingkungan, seperti ganti rugi kepada masyarakat jika perusahaan terbukti melakukan pencemaran yang merugikan publik.

Environmental detection cost : biaya atas aktivitas dalam rangka menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Contoh : pengembangan ukuran kinerja lingkungan, pengujian pencemaran, dan pengukuran tingkat pencemaran.

Environmental internal failure cost: biaya dalam rangka menghilangkan dan mengolah limbah ketika diproduksi. Aktivitas kegagalan internal memiliki satu dari dua tujuan berikut: (1) memastikan limbah yang diproduksi tidak dibuang ke lingkungan, atau (2) mengurangi tingkat limbah yang dibuang sehingga jumlahnya tidak melewati standar.

Environmental external failure cost : biaya atas aktivitas yang dilakukan setelah pelepasan limbah ke

lingkungan. Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi adalah biaya yang ditanggung perusahaan, misalnya biaya pembersihan tanah yang tercemar. Sementara, biaya kegagalan eksternal yang tidak direalisasi disebabkan perusahaan namun dialami dan dibayar oleh pihak eksternal, misalnya

(25)

13

Latar Belakang Environmental Disclosure : Economic Perspective VS Social Perspective

Social Perspective Economic Perspective

Stakeholdertheory berfokus bahwa keberlangsungan hidup perusahaan akan bergantung dari dukungan stakeholder, seperti pelanggan, karyawan, pemegang saham,

pemerintah, dan elemen sosial lain di sekitar perusahaan, yang akan

memperhatikan isu lingkungan. Environmentaldisclosure merupakan salah satu cara untuk membentuk persepsi stakeholder (Clarkson, 1995 dalam Susi, 2009)

Proprietary Cost of Environmental Disclosure berfokus bahwa perusahaan

hanya akan melakukan environmental disclosure jika benefit yang didapatkan melebihi cost untuk melakukannya, maka perusahaan akan mengungkapkan good news saja, untuk mendiferensiasikan diri dari perusahaan berkinerja lingkungan buruk, yang akan minim mengungkapkan karena badnews mereka berpotensi menimbulkan proprietarycost (menurunkan arus kas masa depan) (Verrechia,1983; Dye,1985; Watts & Zimmerman,1986, dalam Susi 2009).

Acccountabilitytheory berfokus bahwa atas nama etika, maka perusahaan perlu mengungkapkan kewajiban yang harus dan telah dilakukan terkait lingkungan sebagai bentuk tanggung atas jawab operasinya yang telah berdampak terhadap lingkungan (Susi, 2009)

Political Cost Theory of Environmental Disclosure berfokus bahwa kepedulian

terhadap lingkungan untuk

meminimalkan cost berupa tekanan-tekanan politis dalam menjalankan operasi bisnisnya dari pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang terjadi ketika perusahaan tidak

mempedulikan isu lingkungan (Watts dan Zimmerman, 1978 dalam Susi, 2009)

Legitimacytheoryberfokus bahwa legitimacygap (ketika perusahaan hanya mengejar profit tanpa

(26)

14

Secara umum ada dua perpektif yang menjelaskan latar belakang perusahaan melakukan environmental disclosure. Pertama, persepektif sosial, yang berisi teori-teori yang berlandaskan pendekatan etis atau normatif (stakeholder theory, legitimacy theory, accountability theory). Kedua, perpektif ekonomi, yang berisi teori-teori yang murni berdasarkan pertimbangan cost-benefit (theoryofdiscretionarycost, theoryof politicalcost) (Susi, 2009).

Perpektif ekonomi sendiri telah mengalami perubahan paradigma, karena perspektif ekonomi tradisional yang meyakini bahwa kepedulian lingkungan hanya akan menurunkan daya saing perusahaan karena menimbulkan biaya besar (Blanco et al, 2009) tampaknya telah terbantahkan dengan banyaknya fakta empiris yang menyatakan bahwa kepedulian perusahaan terhadap isu lingkungan akan meningkatkan pula kinerja ekonomi perusahaan.

(27)

15

yang diungkapkan terlalu self-serving, maka akan ada celah untuk mengkritik kredibilitas informasi tersebut.

Hubungan Environmental Disclosure dengan Environmental Performance

Secara teoritis, environmental disclosure akan berhubungan positif dengan environmental performance karena menurut discretionary disclosure theory (Al Tuwaijri et al.,2004) dan voluntary disclosure theory (Dye, 1985; Verecchia, 1983 dalam Patten 2002) pelaku kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan kinerjanya, karena hal tersebut merupakan good news bagi pelaku pasar dan dapat mendiferensiasikan dirinya dengan pelaku kinerja lingkungan yang buruk, yang akan lebih minimal atau tidak melakukan pengungkapan, maka semakin baik kinerja lingkungan akan semakin luas pengungkapan lingkungan.

Faktanya, Greenpeace menyoroti banyaknya terjadi fenomena green washing, artinya upaya pembentukan publicimage sebagai perusahaan, termasuk lewat pengungkapan, padahal faktanya kinerja lingkungan perusahaan berbeda dari yang dicitrakan. Fenomena tersebut disebut Marquis dan Toffel (2012) sebagai corporate symbolic compliance yakni upaya perusahaan menunjukkan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan lewat pengungkapan lingkungan semata, tanpa ingin memperbaiki kinerja lingkungan aktualnya.

(28)

16

celah untuk mencari kesalahan perusahaan terkait lingkungan.( Li et al., 1997 dalam Al-Tuwaijri et al, 2004).

Maka tak heran, apabila salah satu masalah yang belum terselesaikan terkait akuntansi lingkungan adalah bagaimana mencapai konsistensi antara environmental disclosure dengan environmental performance (Chen and Metcalf, 1980; Hughes et al., 2001, Al Tuwaijri et. al., 2004 dalam Clarkson, 2006). Font 2012 menyebut fenomena tersebut sebagai disclosure-performancegap

Berikut adalah beberapa kasus environmental performance-disclosure gap:

Nama Peneliti dan Tahun

Judul Penelitian Hasil Font (2012) Corporate Social

Responsibility: The Disclosure-Performance Gap.

Aspek CSR yang memiliki disclosure -performancegap terbesar adalah informasi lingkungan

Perusahaan dengan direksi para politisi melakukan pengungkapan lingkungan dalam rangka pembentukan image semata, bukan berkomitmen sungguh terhadap lingkungan

Patten (2002) The relation between

Terdapat hubungan negatif antara environmentaldisclosure dan performance, perusahaan dengan limbah yang semakin banyak justru makin luas mengungkapkan, demikian pula sebaliknya

(29)

17

Penelitian Cho et al. (2012) di Amerika Serikat menemukan bahwa perusahaan yang terdaftar di Dow Jones Sustainability Index (DJSI) melakukan environmental disclosure dengan lebih ekstensif untuk membentuk reputasi sebagai “green

company”, padahal kinerja lingkungan perusahaan-perusahaan tersebut tidak sebaik yang mereka ungkapkan. Penyebabnya pasar ternyata lebih memperhatikan environmental disclosure daripada peringkat kinerja lingkungan perusahaan.

Hubungan Environmental Performance dan Environmental Disclosure dengan

Economic Performance

Economic performance merupakan kinerja keuangan secara makro dari perusahaan-perusahaan dalam industri sejenis (Suratno et al, 2006). Pengukuran economic performance dapat menggunakan capital market based (profitability, price earning ratio, dll) maupun accounting based meassure (rasio-rasio dalam neraca dan laporan rugi laba) (Nuraini, 2010).

(30)

18

Hasil Penelitian di Negara Maju

Nama Peneliti dan Tahun

Lokasi Judul Penelitian Hasil Penelitian Gozali, Janice,

dan Verhoeven (2002)

Australia The Economic Consequences of

(31)

19

Nama Peneliti dan Tahun

Lokasi Judul Penelitian Hasil Penelitian

King, A. dan Lenox

“The Impact of Climate Change Information: New Evidence from the Stock Market

Hasil Penelitian di Negara Berkembang

Nama Peneliti dan Tahun

Lokasi Judul Penelitian Hasil Nuraini (2011) Indonesia Pengaruh Environmental

Performance dan

EnvironmentalDisclosure Terhadap Economic Performance (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

(32)

20

Nama Peneliti dan Tahun

Lokasi Judul Penelitian Hasil Almalia dan

Wijayanto (2007)

Indonesia Pengaruh Environmental Performance dan

Indonesia Pengaruh Environmental Performance Terhadap

Susi (2009) Indonesia The Occurance of Environmental

Disclosures In The Annual Report

Indonesia The Relation Between Environmental

Malaysia Determinants of

Environmental Disclosure In a Developing Country: An Application of

(33)

21

Nama Peneliti dan Tahun

Lokasi Judul Penelitian Hasil Penelitian Suratno,

Darsono, dan Mutmainah (2006)

Indonesia Pengaruh Environmental Performance Terhadap EnvironmentalDisclosure Dan Economic

Performance: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004

Environmental performance berpengaruh positif signifikan terhadap economicperformance

Secara umum, penelitian di negara berkembang (Indonesia dan Malaysia) menunjukkan bahwa kinerja dan pengungkapan lingkungan tidak berpengaruh signifikan ataupun berhubungan negatif terhadap kinerja ekonomi perusahaan. Realita tersebut sesuai dengan penelitian Nuswantara (2008) bahwa tekanan pasar terhadap isu lingkungan yang relatif rendah dan tidak ada standar mengenai akuntansi lingkungan menyebabkan akuntabilitas lingkungan perusahaan di Indonesia lebih rendah dibanding perusahaan di negara maju dengan perhatian publik yang lebih tinggi terhadap isu lingkungan.

(34)

22

perusahaan melakukan environmental disclosure, Commision for Environmental Cooperation (CEC) (2006) menyatakan informasi lingkungan yang diungkapkan sering tidak sesuai dengan kebutuhan pasar, sehingga informasi lingkungan tidak menjadi pertimbangan signifikan dalam penilaian perusahaan.

Konsekuensi Ekonomi Bagi Poor Environmental Performers

Berdasarkan pengamatan peneliti, studi tentang dampak ekonomi bagi perusahaan dengan kinerja lingkungan buruk belum banyak dilakukan, namun berdasarkan data yang diperoleh, secara umum pasar merespon negatif kinerja lingkungan yang buruk.

Nama Peneliti dan Tahun

Lokasi Judul Penelitian Hasil Penelitian Gupta dan Goldar

(2004)

(35)

23

Nama Peneliti dan Tahun

Lokasi Judul Penelitian Hasil Penelitian Dasgupta,

Do Principal Pay ? Poorenvironmental performance

berdampak negatif terhadap firm performance

Apakah Environmental Disclosure Direkomendasikan untuk Dilakukan?

The question whether or not it pays to be green can not have an unconditional

answer (Reindhart, 1999 dalam Blanco et al, 2009).

(36)

24

Chili yang notabene nya merupakan negara berkembang dengan perhatian publik terhadap isu lingkungan yang relatif rendah

Berdasarkan realita tersebut, maka perusahaan dengan kinerja lingkungan buruk sebaiknya melakukan voluntary environmental disclosure dalam rangka pembentukan reputasi sebagai friendly-environmental company sebagai upaya pembelaan untuk meminimalkan respon negatif pasar. Hal ini juga menunjukkan perusahaan berkinerja lingkungan buruk tidak bisa mendasarkan keputusan environmental disclosure pada economic perspective (propietary cost of voluntary disclosure) yang menyatakan tidak perlu mengungkapkan kinerja lingkungan yang buruk untuk menghindari timbulnya cost akibat bad news tidak sepenuhnya berlaku ketika perhatian publik terhadap isu lingkungan tinggi seperti masa kini karena akan ada pihak ketiga yang menilai kineja lingkungan perusahaan, dan fakta menunjjukkan penilaian buruk dari pihak ketiga tersebut akan menurunkan kinerja ekonomi perusahaan.

Dewasa ini, tampaknya perusahaan berkinerja lingkungan buruk harus lebih mendasarkan praktik environmenrtal disclosure pada social perspective (legitimacy theory, stakeholder theory) bahwa ketika lingkungan tidak diperhatikan, maka legitimasi dari stakeholder akan turun (terbukti dari respon negatif pasar) dan perusahaan dapat mengubah persepsi stakeholder tersebut lewat pengungkapan lingkungan (stakeholder theory).

(37)

25

menghindari dampak negatif dari buruknya kinerja mereka menunjukkan bahwa pasar lebih mempercayai pengungkapan lingkungan daripada peringkat kinerja lingkungan menurut pihak ketiga.

Dalam konteks perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang baik, voluntary environmental disclosure direkomendasikan jika karakteristik stakeholder memiliki perhatian yang tinggi terhadap isu lingkungan, karena faktor tersebutlah yang menyebabkan environmental disclosure mampu meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan. Jika syarat tersebut terpenuhi, perusahaan harus juga membandingkan manfaat ekonomi tersebut dengan biaya pengungkapan lingkungan, antara lain: cost ofcollection and reporting, cost ofdealing with public reaction, cost ofunintended useofdata (Beierle, 2003), sesuai economicperspective (propiertycostofdisclosure theory). Jika pengungkapan lingkungan tidak berpotensi mendatangkan economic benefit, perusahaan tidak perlu melakukannya, selain karena pertimbangan cost-benefit, pihak ketiga pun tidak akan menilai negatif kinerja lingkungannya sehingga kemungkinan respon negatif pasar tidak perlu dikhawatirkan.

(38)

26

Mengapa Mungkin Terjadi Environmental Disclosure-Performance Gap ?

Realita menunjukkan bahwa kondisi environmental disclosure yang idealnya menggambarkan environmental performance perusahaan seringkali tidak terjadi. Font et al.(2012) menyebutnya dengan istilah disclosure-performance gap.

Perusahaan dengan environmental disclosure yang tampak jauh lebih baik daripada kinerja lingkungannya yang aktual ingin memanfaatkan adanya potensi peningkatan kinerja ekonomi karena tingginya perhatian stakeholder terhadap isu lingkungan, tanpa harus meningkatkan kinerja lingkungannya. Hal tersebut dilakukan karena “mempercantik” pengungkapan lingkungan dengan informasi yang self-serving

sebagai strategi untuk membentuk citra environmental-friendlycompany lebih murah dilakukan daripada perusahaan harus benar-benar meningkatkan kinerja lingkungannya yang akan berbiaya besar (biaya pencegahan, penilaian, kegagalan internal, kegagalan eksternal). Ironisnya konidis ini juga terjadi pada perusahaan dengan direksi para politisi, yang sering mengaku peduli pada isu lingkungan (Graf dan Kock,2011).

Realita di atas didukung studi yang menunjukkan pasar lebih memilih mempercayai atau menilai perusahaan berdasarkan environmental disclosure daripada environmental performance (Cho et al, 2012). Maka, tak heran, Marquais dan Toffel (2012) menyatakan:

(39)

27

Sebaliknya, ketika tingkat environmental disclosure perusahaan lebih rendah dibandingkan environmental performance, maka perusahaan merasa bahwa pengungkapan lingkungan yang dilakukan tidak berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi perusahaan, karena karakteristik stakeholder perusahaan yang belum terlalu concern terhadap isu lingkungan (umumnya di negara berkembang). Maka, perusahaan merasa cukup melakukan kinerja lingkungan dengan baik dalam rangka meminimalkan terjadinya future cost yakni biaya yang lebih besar di masa depan akibat kegagalan memenuhi regulasi lingkungan (Ikhsan, 2009) (misalnya tekanan publik dan ganti rugi kepada masyarakat akibat terjadinya pencemaran lingkungan) sebagai tujuan utama perusahaan.

(40)

28

Adanya kemungkinan bahwa pengungkapan lingkungan yang terlalu luas dan self -serving justru akan membuka celah bagi pihak ketiga untuk mengktitik kredibilitas informasi dan mencari kesalahan perusahaan terkait lingkungan (environmental disclosure cost) juga menjadi pertimbangan bagi perusahaan melakukan banyak voluntary environmental disclosure (Beierle, 2003, Li 1997 dalam Al-Tuwaijri, 2004).

Kesimpulan

1. Perusahaan dengan kinerja lingkungan buruk direkomendasikan untuk melakukan

(41)

29

pengungkapan lingkungan. Studi di negara maju umumnya menunjukkan voluntary environmental disclosure berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi perusahaan. Sebaliknya, studi di negara berkembang umumnya menunjukkan environmental disclosure berpengaruh negatif atau netral terhadap kinerja ekonomi perusahaan.

2. Ketika environmental disclosure menampilkan informasi yang jauh lebih baik dibanding kinerja lingkungan perusahaan, artinya perusahaan ingin membentuk image sebagai environmental-friendly company tanpa harus meningkatkan kinerja lingkungan aktualnya. Upaya tersebut dipilih karena lebih murah dibandingkan dengan perusahaan harus peningkatan kinerja lingkungan aktual terlebih dahulu dan lebih dipercaya pasar. Namun, kebijakan tersebut hanya akan dilakukan jika perusahaan melihat adanya potensi bahwa pengungkapan informasi lingkungan yang berkualitas akan berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi.

(42)

30

sebagai sarana bagi pihak ketiga untuk mengkritik kredibilitas informasi dan mencari celah kesalahan perusahaan terkait lingkungan.

Implikasi Terapan

Studi terdahulu banyak membahas hubungan antara pengungkapan sukarela dan kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi, artinya penelitian lebih banyak dilakukan dalam lingkup economicperspectif, begitu pula penelitian ini.

Lebih dari sekedar merekomendasikan kapan pengungkapan sukarela menjadi recommended atau tidak, penulis juga ingin merekomendasikan kepada regulator untuk berani menaikkan status pengungkapan lingkungan dari voluntary (sukarela) menjadi mandatory (wajib), karena perusahaan bertanggung jawab secara etis terhadap lingkungan.. Kepedulian perusahaan terhadap isu lingkungan sudah merupakan hal yang urgent atau mendesak untuk dilakukan terlepas dari ada atau tidak manfaat ekonominya, karena masyarakat berhak mengetahui risiko-risiko kerusakan lingkungan akibat dampak operasi bisnis, serta mengontrol upaya perusahaan untuk mengatasinya. Bencana alam dan perubahan iklim ekstrim yang menjadi feneomena yang menjamur di masa kini baik di dalam, maupun luar negeri, yang salah satunya akibat operasi bisnis yang tidak mempedulikan aspek lingkungan.

Keterbatasan dan Saran

(43)

31

bisa jadi mengurangi tingkat keandalan hasil rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini.

(44)

32

DAFTAR PUSTAKA

Afdal, 2012, “Pengaruh Penalaran Moral dan Sikap Lingkungan terhadap Akuntabilitas Lingungan”, Simposium Nasional Akuntansi IAI XV Banjarmasin.

Al-Tuwaijri, S. A., Christensen T. E., and Hughes K. E., 2004, “The Relations Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and

Economic Performance: A Simultaneous Equations Approach”, Accounting, Organizations and Society 29.

Almilia, L.S. dan Wijayanto, D., 2007, "Pengaruh Environmental Performance

dan Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance”, 1st Accounting Conference, Department Accounting Conference, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Beatty, T. K. M. dan Shimshack, J. P., 2010, “The Impact of Climate Change

Information: New Evidence from the Stock Market”, Contributions to Economic Analysis and Policy: The Berkeley Electronic Journals of Economic Analysis and Policy.

(45)

33

Blanco, E., Rey-Maquieira, J. dan Lozano, J. 2009, “The Economic Impacts Of Voluntary Environmental Performance Of Firms: A Critical Review”, Journal of Economic Surveys (2009) Vol. 23, No. 3, pp. 462–502. Cho, C. H., Guidry, R. P., Hageman, Amy, M., dan Patten, D. M. 2012, “Do actions

speak louder than words? An empirical investigation of corporate

environmental reputation”, Accounting, Organization, and Society. Volume 37, Issue 1, Januari 2012.

Clarkson, P.M. , Yue Li, Richardson, G.D., dan Vasvari F. P., 2006. Revisiting the

Relation Between Environmental Performance and Environmental

Discosure: An Empirical Analysis. http://www.ssrn.com.1 Maret 2013.

Connors, E. dan Johnston, H. H. 2013. “Voluntary Environmental Disclosures in 10-Ks and Environmental Reports: Determinants and Relationship to

Firm Risk Permium”. http://www.ssrn.com.2 Maret 2013.

Cormier, D. dan Magnan, M. 2003, Does Disclosure Matter?, Chartered Acountants of Canada Magazine.

Darwin, A. 2012, “Manajemen dan Pelaporan Keberlanjutan; Peran Baru Profesi Akuntan?”, Seminar Nasional “Green Accounting : Wujud Kepedulian Akuntan Terhadap Pembangunan Indonesia yang Berkelanjutan”.

Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

(46)

34

Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. 2005, Panduan Penulisan dan

Penyajian Skripsi, FE UKSW, Salatiga.

Fitriasari, D., 2012, Akuntansi Lingkungan, Peran Akuntan, dan Pembangunan

Berkelanjutan. Seminar Nasional, Green Accounting : Wujud Kepedulian

Akuntan Terhadap Pembangunan Indonesia yang Berkelanjutan”. Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Font, Walmsley, Cogotti, McCombes, and Hausler. 2012. Corporate Social

Responsibility: The Disclosure-Performance Gap. Occasional Paper 23.

http://www.icrtourism.org. 6 Maret 2013

Ganzi, J. T., Steedman, E. dan Quenneville, S. 2004. Lingking Environmental

Performance to Business Value: A North American Perspective.

Commision For Environmental Cooperation.http://www.cec.org. 5 Maret 2013.

Gozali, N. O., Janice C.Y., dan Verhoeven, P. 2002. The Economic Consequences

of Voluntary Environmental Information Disclosure. International

Environmental Modelling and Modell Society Procedings. http://www.iemss.org/society/. 7 Maret 2013.

Graf T. dan Kock C.J. 2011. “Do Directors With A Political Background Make

Firms Greener?” IE Business School Working Paper 31-08-2011. Gupta, S. dan Goldar, B. 2004 “Do Stock Markets Penalize

(47)

35

Handayani, A. R. 2010. “Pengaruh Environmental Performance Terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance Serta

Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponergoro.

Hora, M. dan Subramanian R. 2013. Relationship Between Environmental

Disclosure dan Enviornmental Performance.http://www.ssrn.com.6 Maret

2013.

Hansen D. R., Mowen M.M., Fitriasari D., Kwary, D.A. 2004. Akuntansi

Manajerial. Salemba Empat. Jakarta.

http://www.cec.org

http://www.forbes.com/sites/feeonlyplanner/2013/04/24/socially-responsible-investing-what-you-need-to-know/

https;//www.globalreporting.org/sourcelibrary/Bahasa-Indonesia-G3-Reporting- Guidelines.pdf

http://www.greenpeace.org/usa/en/ http://www.menlh.go.id/proper/ http://walhi.or.id/

Idris, 2012, “Akuntansi Lingkungan Sebagai Instrumen Pengungkapan Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Lingkungan di Era Green

Market”, Seminar and Call For Paper “Improving Performance by Improving

(48)

36

Ikhsan, A., 2008, Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ikhsan, A., 2009, Akuntansi Manajemen Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta. King, A. dan Lenox M. 2001. Does it Really Pay to be Green? An Empirical Study

of Firm Environmental and Financial Performance.

http://www.stern.nyu.edu/~mlenox/. 6 Oktober 2013.

Kwarto, F., 2012, “Synchronization Of Green Accounting With Company

Managerial Accounting; A Corporate Financial Department”, Simposium

Nasional Akuntansi IAI XV Banjarmasin.

Ling, Q. 2007. Voluntary Environmental Disclosure Strategy and Environmental

Disclosure Quality. Disertasi Doctor of Philosopy Oklahoma State

University. http://dc.library.okstate.edu/cdm/singleitem/collection/Dissert/id/ 73362/rec/10. 7 Maret 2013.

Lyon, T. P. dan Shimshack, J. P. 2011. Environmental Disclosure: Evidence from

Newsweek’s Green Companies Rankings. www.erb .umich.edu.10

September 2013.

Marquis, C. dan Toffel M. W., 2012. “When Do Firms Greenwash? Corporate Visibility, Civil Society Scrunity, and Environmental Disclosure”. Harvard

Business School Working Paper 10 Desember 2012.

(49)

37

Nuraini, E.F. , 2010, “Pengaruh Environmental Performance dan Environmental Disclosure Terhadap Economic Performance (Studi pada Perusahaan

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Skripsi, Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro, Semarang.

Nuswantara, D. A. ,2008, “Akuntansi Lingkungan : Antara Mandatory Atau Voluntary” , Call For Paper Bursa Efek Indonesia.

Paranoan, N. 2010. “Akuntansi Lingkungan dan Penerapannya di Indonesia”,

Adiwia September 2010 No.1.

Patten D. M., 2002, “The relation between environmental performance and environmental disclosure: a research note”, Accounting, Organizations and Society 27 (2002) 763-773.

Plumlee M., Brown, D., Hayes, R.M., Marshall R.S. 2011. Voluntary

environmental disclosure quality and firm value: Further evidence.

www2.business.umt.edu/seminar/draft_Montana.pd. 10 Juni 2013.

Romi, A. W dan Sam M. 2008. Determinants of Environmental Sanction

Disclosure: Firm Fears of Impairment to Reputation and Legitimacy.

http://www.business.utah.edu. 10 Juni 2013.

Rupley K.H, Brown D., dan Marshall S. 2012. Governance, Media, and the Quality

of Environmental Disclosure. http://www.ssrn.com. 6 Maret 2013.

Sarumpaet, S. 2007. The Relation Between Environmental Performance and

(50)

38

files/published/journals/ AKU/AKU050702/AKU05070201.pdf. 6 Maret 2013.

Smith, M., Yahya, K., Amarudin, A.M. 2007, “Evironmental Disclosure and Performance Reporting in Malaysia”. Asian Review of Accounting Vol. 15

No. 2, 2007.

Suratno, Darsono, dan Mutmainah, S. 2006, “Pengaruh Environmental Performance Terhadap Environmental Disclosure Dan Economic

Performance: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.

Susi, 2009, “The Occurance Of Environmental Disclosures In The Annual Report” Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol 13, No.1.

Susi, 2009, “Why Firms Disclose Environmental Information? A Literatur Riview” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 14, Nomor 2, Juli 2009. FE

Universitas Lampung.

Tagle, M. T. R., 2006, “How Do Capital Markets Respond To Environmental News?” Discussion Paper Series. Department of Land Economy, Unviersity Of Cambridge.

Yusoff, H. dan Lehman, G., 2012, “ International Differences On Corporate Envioronmental Disclosure Practices: A Comparison Between Malaysia

(51)

39

LAMPIRAN

Lampiran 1

Indikator Sustainability Reporting

Aspek Lingkungan

Material  Penggunaan Bahan; diperinci berdasarkan berat atau volume.

Persentase Penggunaan Bahan Daur Ulang

Energi  Penggunaan Energi Langsung dari Sumber daya Energi Primer.

 Pemakaian Energi Tidak Langsung berdasarkan Sumber Primer

 Penghematan Energi melalui Konservasi dan Peningkatan Efisiensi

 Inisiatif untuk mendapatkan produk dan jasa berbasis energi efisien atau energi yang dapat diperbarui, serta pengurangan persyaratan kebutuhan energi sebagai akibat dari inisiatif tersebut.

 Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan pengurangan yang dicapai.

Air  Total pengambilan air per sumber

 Sumber air yang terpengaruh secara signifikan akibat pengambilan air

 Persentase dan total volume air yang digunakan kembali dan didaur ulang

Biodiversitas  Lokasi dan Ukuran Tanah yang dimiliki, disewa, dikelola oleh organisasi pelapor yang berlokasi di dalam, atau yang berdekatan dengan daerah yang diproteksi (dilindungi) atau daerah-daerah yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar daerah yang diproteksi

 Uraian atas berbagai dampak signifikan yang diakibatkan oleh aktivitas, produk, dan jasa organisasi pelapor terhadap keanekaragaman hayati di daerah yang diproteksi (dilindungi) dan di daerah yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi di luar daerah yang diproteksi (dilindungi)

 Perlindungan dan Pemulihan Habitat

 Strategi, tindakan, dan rencana mendatang untuk mengelola dampak terhadap keanekaragaman hayati

 Jumlah spesies berdasarkan tingkat risiko kepunahan yang masuk dalam Daftar Merah IUCN (IUCN Red List Species) dan yang masuk dalam daftar konservasi nasional dengan habitat di daerah-daerah yang terkena dampak operasi

(52)

40

dan limbah berdasarkan berat

 Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya diperinci berdasarkan berat

 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaiannya

 Emisi bahan kimia yang merusak lapisan ozon (ozone-depleting substances/ODS) diperinci berdasarkan berat

 NOx, SOx dan emisi udara signifikan lainnya yang diperinci berdasarkan jenis dan berat

 Jumlah buangan air menurut kualitas dan tujuan

 Jumlah berat limbah menurut jenis dan metode pembuangan

 Jumlah dan volume tumpahan yang signifikan

 Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah yang dianggap berbahaya menurut Lampiran Konvensi Basel I, II, III dan VIII, dan persentase limbah yang diangkut secara internasional.

 Identitas, ukuran, status proteksi dan nilai keanekaragaman hayati badan air serta habitat terkait yang secara signifikan dipengaruhi oleh pembuangan dan limpasan air organisasi pelapor.

Produk dan jasa  Inisiatif untuk mengurangi dampak lingkungan produk dan jasa dan sejauh mana dampak pengurangan tersebut.

 Persentase produk terjual dan bahan kemasannya yang ditarik menurut kategori.

Kepatuhan  Nilai Moneter Denda yang signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter atas pelanggaran terhadap hukum dan regulasi lingkungan.

Transportasi  Dampak lingkungan yang signifikan akibat pemindahan produk dan barang-barang lain serta material yang digunakan untuk operasi perusahaan, dan tenaga kerja yang memindahkan.

Keseluruhan  Jumlah pengeluaran untuk proteksi dan investasi lingkungan menurut jenis.

(53)

41

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : TIMOTIUS AGUNG WAHONO NIM : 232010039

ALAMAT ASAL : JL. TAMAN KETAPANG TIMUR AG/129 JUDUL SKRIPSI : URGENSI ENVIRONMENTALDISCLOSURE :

SEBUAH TELAAH LITERATUR RIWAYAT PENDIDIKAN :

 SD KATOLIK SANG TIMUR SEMARANG, LULUS TAHUN 2004  SMP KRISTEN YSKI SEMARANG, LULUS TAHUN 2007

 SMA KARANGTURI SEMARANG, LULUS TAHUN 2010

 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN 2014

PRESTASI :

 JUARA 3 “ACCONTING COMPETITION FOR COLLEGE STUDENT” UNS SURAKARTA, 22-24 NOVEMBER 2012

 JUARA 2 “DIPONEGORO ACCOUNTING COMPETITION” UNDIP SEMARANG, 7-9 NOVEMBER 2013

 JUARA 2”ACCOUNTING COMPETITION FOR COLLEGE STUDENT” UNS SURAKATA, 18-20 NOVEMBER 2013

PENGALAMAN PANITIA / KERJA:

 PANITIA “NATIONAL SEMINAR ON ACCOUNTING” 5 APRIL 2013

 PANITIA “LOMBA DEBAT ILMU EKONOMI” FEBRUARI 2011

 ASSISTEN DOSEN “AKUNTANSI MANAJEMEN” SMT GENAP 2012/2013

 ASSISTEN DOSEN “LAB AKUNTANSI BIAYA” SMT ANTARA 2012/2013

 ASSISTEN DOSEN “PENGANTAR AKUNTANSI” SMT GANJIL 2013/2014

Gambar

Tabel 1. Lingkup Penilaian PROPER

Referensi

Dokumen terkait

Nilai akurasi pada jenis kelamin perempuan lebih rendah dibandingkan dengan jenis kelamin laki – laki karena perempuan mempunyai bentuk postur tubuh yang tidak sama tiap

Peta Sebaran Bahan Galian Di Kabupaten Bangka Belitung Timur (digambar ulang dari Natasia et al. Proses ini terkait dengan pembentukan batuan granitik. Selain proses

To test machine learning algorithms what’s usually done is to have a training set of data and a separate dataset, called a test set.. Initially the program is fed the

Kantor Pengelolaan Taman Pintar Kota Yogyakarta, dan berdasarkan evaluasi, maka perlu mencabut dan mengganti Peraturan Walikota Nomor : 66 Tahun 2008 tentang Fungsi, Rincian

Hasil persentase dari tiga indikator soal diketahui bahwa persentase rata-rata siswa yang menuliskan perencanaan penyelesaian (rumus) kurang lengkap sebesar 7,7%

Kondisi wilayah kawasan Danau Mawang dan beragamnya topografi, kemiringan, iklim, keindahan alam, dan kondisi sosial budaya masyarakat sehingga kawasan ini memiliki

Menurut Supardi dan Sukamto (2004) mikroba tumbuh lebih baik pada bahan pangan mentah karena zat – zat gizi yang tersedia lebih baik dan tekanan persaingan

1.7 Definisi Operasional Di sini disertakan beberapa definisi operasional untuk beberapa terminologi yang digunakan dalam kajian ini: 1 Perbezaan Individu: Perbezaan individu di