41
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan
Penelitian yang dilakukan penulis dilakukan pada salah satu perusahaan
farmasi di Indonesia, berikut ini adalah profil perusahaan tersebut:
Nama Perusahaan : PT. Kalbe Farma Tbk.
Jenis Perusahaan : Manufaktur
Bidang : Farmasi
Alamat : Jalan MH Thamrin Blok A3-1 Kawasan Delta Silicon
Lippo Cikarang 17550
Telepon : (021) 89907333
4.1.2 Sejarah Singkat PT. Kalbe Farma Tbk.
PT. Kalbe Farma, Tbk. merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri farmasi di Indonesia. Didirikan pada tanggal 10 September 1966 oleh
seorang farmakolog bernama Dr. Boenyamin Setiawan. Nama Kalbe diambil dari
nama para pemegang saham pada awalnya yaitu Khow Sioe Tjiang, Liem Lian Kiok
dan Dr. Boenyamin Setiawan.
Seiring dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Indonesia No. 43/Menkes/SK/II/1998 yang berisi tentang himbauan kepada seluruh
industri farmasi di Indonesia untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dalam melakukan kegiatan produksinya, mendorong PT Kalbe Farma Tbk.
membangun pabrik baru di kompleks industri Delta Silicon (Cikarang) pada tahun
1994. Semua jalur produksi dipindahkan secara bertahap dari Pulomas ke Cikarang
pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998. Pabrik baru tersebut diresmikan pada
tanggal 17 Desember 1998 bersamaan dengan diterimanya sertifikat ISO 9001 yang
lebih menekankan pada Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) terhadap
produk yang dihasilkan. Selain itu, PT Kalbe Farma Tbk. juga mendapatkan
sertifikasi ISO 14000 dan OHSE 18000.
Tahun 2005 dilakukan konsolidasi Grup Kalbe dan konsolidasi tersebut telah
memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga
meningkatkan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha baik di tingkat lokal
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan 4.1.3.1 Visi
Dalam menjalankan setiap kegiatannya, PT Kalbe Farma Tbk. selalu
menerapkan visinya yaitu untuk menjadi perusahaan yang dominan dalam bidang
kesehatan di Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan merek dagang
yang kuat, didasarkan oleh manajemen, ilmu dan teknologi yang unggul (to be the
best Indonesian healthcare company driven by innovation, strong brands, and excellent management).
4.1.3.2 Misi
Misi yang ingin dicapai adalah meningkatkan kesehatan untuk kehidupan
yang lebih baik (to improve health for a better life). Visi dan misi tersebut dicapai
melalui Kalbe Panca Sradha, yaitu :
1. Trust is the glue of life. (Saling percaya adalah perekat diantara kami).
2. Mindfulness is the foundation of our action. (Kesadaran penuh adalah dasar
setiap tindakan kami).
3. Innovation is the key to our success. (Inovasi adalah kunci keberhasilan
kami).
4. Strive to be the best (Bertekad untuk menjadi yang terbaik).
Interconnectedness is an universal way of life (Saling keterkaitan adalah
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. Kalbe Farma dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini:
4.1.5 Produk PT. Kalbe Farma Tbk.
Secara umum, line di bagian Produksi dibagi menjadi dua, yaitu dedicated
line (line 1, 2, 4, dan 9) dan non-dedicated line / general line (line 5, 6, 7, 8A, dan
8B). Dedicated line adalah line yang memproduksi obat dalam jumlah item yang
sedikit tetapi dengan kapasitas batch atau batch size yang besar. General line adalah
line yang memproduksi obat dalam jumlah item yang relatif banyak, namun dengan
kapasitas batch atau batch size yang kecil. Line yang berada di Departeman Produksi
dan produk yang diproduksi adalah sebagai berikut:
1. Line 1
Line 1 merupakan dedicated line. Line 1 hanya memproduksi satu item
produk, yaitu tablet Promag®.
2. Line 2
Line ini memproduksi tablet, kaplet, kaplet film coating, tablet inti, dan tablet
hisap. Contoh produknya adalah Xon-Ce®, Neo Entrostop®, Pronicy®,
Zegavit®, Zegase®, dan Neuralgin RX®.
3. Line 4
Line ini memproduksi Procold® untuk kepentingan lokal dan ekspor.
4. Line 5
Line ini memproduksi sediaan cair oral sirup dan suspensi, seperti Woods®,
Cerebrofort®, Plantacid Forte®, Plantacid®, Bronsolvan®, dan
Mucosolvan®.
5. Line 6
Line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) non beta lactam,
6. Line 7
Line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, jeli, salep,
suppositoria, dan ovula. Contohnya Bioplacenton®, Mycoral®, dan
Kaltrofen®.
7. Line 8
Line ini memproduksi banyak item obat namun volumenya kecil seperti
Cetinal®, Kalmethasone®, Mycoral®, Cholestat®, dan Divoltar®. Produk
yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan produk solid ethical.
Line ini dibagi menjadi 2, yaitu line 8A yang menangani proses pembuatan
produk dan line 8B yang menangani pengemasan primer dan sekunder untuk
produk yang dihasilkan oleh line 8A.
8. Line 9
Line ini khusus memproduksi liquid non oral seperti Kalpanax tincture® dan
menangani labelling finished goods.
9. Line 10
Line ini khusus melakukan kemas ulang (repack) untuk produk impor.
4.1.6 Proses Produksi
Proses pembuatan obat terdiri dari beberapa tahap, dan masing – masing
tahap tersebut selalu disertai oleh proses pengawasan mutu. Tahap – tahapnya yaitu :
1. Penanganan bahan meliputi penerimaan, pemeriksaan, serta penyimpanan di
2. Pengolahan, yaitu tahap produksi yang mencakup penimbangan dan penanganan
bahan sampai diperoleh produk ruahan.
3. Pengemasan, yaitu tahap produksi yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk
menghasilkan obat jadi.
4. Penanganan obat jadi. Setelah dikemas, obat jadi disimpan dan disiapkan
pengirimannya di gudang obat jadi untuk selanjutnya didistribusikan kepada
konsumen.
Tahapan proses pembuatan obat secara umum di PT. Kalbe Farma dapat
dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 4.2).
Keterangan :
Produk Antara
Produk hasil pengolahan yang masih memerlukan tahap pengolahan lebih lenjut
untuk menjadi produk ruahan.
Contoh: granul kering, tablet inti sebelum coating, massa siap cetak
Produk Ruahan
Produk hasil pengolahan bahan yang tinggal memerlukan tahap pengemasan.
Contoh: tablet siap kemas, massa sirup/salep/injeksi siap isi.
Produk Jadi
Produk hasil pengolahan yang telah dikemas dan siap dipasarkan setelah
mendapat rilis dari QC.
Pengemasan
Pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengemasan Primer : Proses pengemasan dimana obat bersentuhan langsung
dengan wadah.
b. Pengemasan Sekunder : Proses pengemasan produk yang telah melalui
pengemasan primer.
KP ( Kartu Produksi )
Berisi prosedur dan intruksi yang lengkap dan terperinci mengenai cara
harus dilaksanakan selama proses tersebut. Di dalam KP ini disediakan kolom
yang harus diisi sebagai catatan hasil pekerjaan. KP terdiri dari:
a. KP 1, berisi daftar bahan yang dipakai ( lengkap dengan kode bahan
jumlahnya ). Merupakan pedoman yang dipakai dalam proses penimbangan
bahan baku dan serah terima bahan.
b. KP 2, berisi secara lengkap dan rinci mengenai tahap – tahap proses dan
intruksi pengawasan dalam proses yang harus dilakukan oleh bagian produksi
atau QA termasuk juga hal – hal khusus yang perlu diperhatikan selama
pengerjaan ( misalnya kondisi ruangan, kondisi penyimpanan, perlengkapan
kerja yang digunakan, dsb ). Dalam KP 2 terdapat kolom – kolom untuk
mencatat data – data hasil kerja.
c. KP 3, berisi kebutuhan wadah dan kemasan untuk 1 batch dan intruksi secara
lengkap dan rinci mengenai tahap – tahap pengemasan, nama, kode, dan
jumlah yang digunakan. Dalam KP 3 terdapat kolom – kolom untuk mengisi
data – data hasil pengemasan. KP 3 terdiri dari :
- KP 3A, digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengemasan
primer.
- KP 3B, digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengemasan
sekunder.
4.1.7 Pengendalian Mutu dan Kualitas
Demi menghasilkan produk yang berkualitas, maka pengendalian mutu dan
kualitas dilakukan disetiap tahapan proses mulai dari input, proses dan output.
Quality Operational Quality Assurance EBR Audit Proses Validasi
Infrastruktur Validasi Proses & Pemberihan Kalibrasi PM
Quality Control Finished Good Raw Material Packaging
Material (Microbiology) Bio Assay
bawah naungan Departemen Quality Operational. Berikut adalah struktur organisasi
dari Departemen Quality Operational (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Departemen Quality Operational
4.1.8 Pengujian Sampel di Laboratorium Mikrobiologi Quality Control
Departemen Quality Control memiliki tugas untuk memastikan bahwa semua
sampel baik itu bahan baku, wadah, kemasan, produk setengah jadi dan produk jadi
yang akan dipasarkan senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pengujian
yang dilakukan bisa berupa pengujian fisik, kimia maupun mikrobiologi.
Ada beberapa jenis pengujian yang dilakukan secara mikrobiologi. Pengujian
tersebut meliputi uji bakteri endotoksin, uji batas mikroba, uji potensi antibiotika, uji
sterilita dan uji bakteri patogen. Pengujian yang diangkat dalam penelitian ini
merupakan salah satu dari jenis pemeriksaan mikrobiologi, yaitu uji bakteri patogen.
Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi Quality Control
Gambar 4.4 Jenis Pengujian di Laboratorium Mikrobiologi QC
4.2 Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku
Keberadaan bakteri patogen pada sampel bahan baku tidak diperbolehkan
karena dapat membahayakan konsumen (pengguna) obat yang diproduksi dengan
menggunakan bahan baku tersebut. Oleh karena itu, salah satu parameter pengujian
sampel bahan baku adalah dilakukannya pengujian bakteri patogen.
Pengujian bakteri patogen dilakukan oleh analis mikrobiologi dan
pengerjaannya dilaksanakan dalam sebuah laminar airflow cabinet (LAF). Flow
chart pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku yang dilakukan di
laboratorium mikrobiologi quality control PT. Kalbe Farma Tbk dapat dilihat pada
gambar 4.5.
4.2.1 Peralatan Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku
Pada pengujian bakteri patogen digunakan beberapa peralatan laboratorium.
Peralatan yang kontak langsung dengan sampel harus steril agar tidak
mengkontaminasi dan mempengaruhi hasil analisa. Peralatan yang digunakan untuk
pengujian bakteri patogen adalah sebagai berikut:
1. Quiltec steril
2. Sarung tangan steril
3. Pipet ukur steril
4. Cawan petri steril
5. Bulp
6. Botol 100ml
Peralatan pengujian bakteri patogen dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini:
Gambar 4.6 Peralatan Uji Bakteri Patogen
Dari alur pengerjaan bakteri patogen pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa
jumlah penggunaan peralatan untuk pengujian patogen setiap 5 batch sampel bahan
baku adalah sebagai berikut:
Cawan petri steril : 5 buah
Pipet ukur steril : 5buah
Penggunaan quiltec steril dan sarung tangan steril cukup 1buah setiap kali
melakukan pengujian bakteri patogen untuk beberapa batch sampel bahan baku.
Sedangkan penggunaan bulp dapat digunakan seterusnya selama tidak rusak.
4.2.2 Media Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku
Bahan yang digunakan pada pengujian bakteri patogen berupa media cair
Tryptic Soy Broth (TSB) yang berfungsi sebagai media pengkayaan. Jika pada suatu
sampel mengandung bakteri, maka keberadaan bakteri tersebut pada media TSB akan
diperkaya sehingga secara kualitatif diperoleh hasil yang jelas.
Selain TSB, digunakan pula media agar Tryptic Soy Agar (TSA) yang
berperan untuk pemeriksaan bakteri secara kuantitatif, dimana media ini digunakan
untuk pengujian control negative dari media TSB yang digunakan pada pengujian
bakteri patogen. Dalam penggunannya, media TSB dan TSA harus dalam kondisi
steril. Kedua media tersebut dapat dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Bahan (Media) Pengujian Bakteri Patogen
Dari alur pengerjaan bakteri patogen pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa
jumlah penggunaan media untuk pengujian patogen setiap 5 batch sampel bahan
baku adalah sebagai berikut:
Tryptic Soy Agar : 5 cawan petri @ 20ml = 100ml
4.3 Suggestion System (SS) atau Sistem Saran 4.3.1 Analisis Permasalahan
Dalam analisis masalah, penulis melakukan pengamatan permasalahan yang
terjadi pada laboratorium mikrobiologi quality control PT. Kalbe Farma Tbk.
Permasalahan yang sering muncul adalah kekurangan stok untuk kebutuhan
pengujian bakteri patogen di laboratorium mikrobiologi yang meliputi stok peralatan,
stok media siap pakai dan stok media serbuk.
Stok peralatan yang dimaksud adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku yang sudah di sterilisasi dan siap
digunakan untuk pengujian. Media siap pakai yang dimaksud adalah media yang
digunakan untuk pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku yang sudah
disterilisasi sehingga dapat dipastikan bahwa tidak terjadi pertumbuhan mikroba
sebelum media tersebut digunakan untuk pengujian. Sedangkan media serbuk yang
dimaksud adalah bahan untuk membuat media siap pakai yang masih berbentuk
serbuk.
Pada Bulan Juni 2013, dibuat checklist kekurangan stok untuk pengujian
bakteri patogen pada sampel bahan baku (lampiran 1), kemudian dilakukan
pendataan frekuensi kekurangan stok peralatan, stok media siap pakai dan media
serbuk untuk pengujian bakteri patogen yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Frekuensi Kekurangan Stok Kebutuhan Pengujian di Laboratorium Mikrobiologi
Jenis Stok f fk %f %fk
Media Siap Pakai 26 39 66.67 100
Peralatan 13 13 33.34 33.34
Dari tabel 4.1, dibuat diagram pareto untuk mengetahui permasalahan yang paling tinggi prioritasnya.
Gambar 4.8 Diagram Pareto Kekurangan Stok untuk Pengujian di Laboratorium Mikrobiologi
Seperti terlihat pada lampiran 1, media siap pakai yang dimaksud dalam
diagram pareto di atas adalah media Tryptic Soy Broth (TSB) yang digunakan untuk
pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku.
Untuk mengetahui persen kekurangan dari media TSB untuk pengujian
bakteri patogen pada sampel bahan baku maka dilakukan pendataan stok media TSB
yang tersedia dan jumlah kebutuhan media TSB setiap harinya yang dapat dilihat
Gambar 4.9 Grafik Kebutuhan Media TSB vs Stok Media TSB Periode Juni 2013
Jumlah kekurangan media TSB tertinggi terjadi pada tanggal 17 dan 18 Juni
2013 dengan persen kekurangan media TSB sebesar 60%.
4.3.2 Penentuan Tema SS
Dari hasil penjabaran fakta dan data pada diagram pareto sebelumnya,
diperoleh bahwa permasalahan utama adalah kekurangan stok media Tryptic
Soy Broth (TSB) untuk pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku.
Oleh karena itu, ditentukan tema Suggestion System (SS) yaitu “Mencegah
Terjadinya Kekurangan Stok Media TSB untuk Pengujian Bakteri Patogen
4.3.2.1 Alasan Penentuan Tema
Kekurangan stok media TSB untuk pengujian bakteri patogen pada sampel
bahan baku harus dihindari karena dapat mengakibatkan keterlambatan pengerjaan
sampel yang bisa berdampak pula pada keterlambatan rilis sampel. Sasaran manfaat
yang dapat diperoleh jika tema ini dilaksanakan dilihat dari beberapa faktor yaitu:
Quality, bahan baku yang digunakan sebagai salah satu input dalam pembuatan obat adalah bahan baku yang bebas dari bakteri patogen.
Cost, tidak ada tambahan biaya untuk overtime analis akibat pengerjaan sampel yang tertunda.
Delivery, tidak terjadi penundaan sampel sehingga tidak terjadi penundaan laporan rilis sampel.
Productivity, tidak terjadi waktu menunggu/menganggur karena penundaan pengerjaan sampel akibat kurangnya media TSB.
4.3.3 Penentuan Target Perbaikan
Perlu ditetapkan target yang ingin dicapai dari perbaikan yang akan dilakukan
sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan. Untuk itu, dalam penelitian ini target
yang ingin dicapai adalah “Menghilangkan Terjadinya Kekurangan Stok Media TSB untuk Pengujian Bakteri Patogen pada Sampel Bahan Baku dari 60% Menjadi 0%
per Agustus 2013”.
Target yang baik harus memenuhi unsur SMART (Specific, Measureable,
Achieveable, Reasonable, Time Oriented). Berikut ini adalah penjelasan dari
Specific : Menurunkan kekurangan stok media TSB untuk pemeriksaan bakteri patogen pada sampel bahan baku.
Measurable : Berdasarkan pendataan yang telah dilakukan didapat hasil kekurangan stok media TSB untuk pemeriksaan bakteri patogen pada sampel bahan baku sebesar
60% dan target yang ingin dicapai adalah 0% kekurangan media TSB.
Achieveable : Dapat dicapai oleh seksi Mikrobiologi melalui perbaikan yang akan dilakukan ini.
Reasonable : Berdasarkan KPI seksi mikrobiologi lead time release raw material in
time 100% yang berarti lead time release tidak boleh mundur akibat adanya
kekurangan stok media.
Time Base : Terdapat jangka waktu untuk perbaikan yang akan dilakukan.
4.3.4 Analisa Faktor Penyebab
Setelah diketahui permasalahan yang terjadi, perlu dilakukan analisa faktor
penyebab yang mengakibatkan terjadinya permasalah tersebut, tapi sebelumnya
dilakukan analisa kondisi yang terjadi. Analisa kondisi yang terjadi ini dilakukan
dengan jalan membandingkan antara kondisi yang seharusnya dilakukan dengan
kondisi aktual yang terjadi di lapangan dilihat dari faktor manusia, bahan, peralatan,
metode dan lingkungan. Analisis kondisi pada penelitian ini ditampilkan pada tabel
Tabel 4.2 Analisis Kondisi Kekurangan Media TSB pada Pengujian Bakteri Patogen
No. Faktor Kondisi Seharusnya Kondisi yang Terjadi OK/NOK
1. Manusia
Bekerja dalam kondisi baik
Bekerja dalam kondisi
baik OK
Kompeten Kompeten OK
Bekerja dengan urutan prioritas
Belum bekerja dengan
urutan prioritas NOK
2. Alat/mesin
Botol tersedia Botol terkadang kurang NOK Autoklaf Hirayama
Berfungsi baik dengan kapasitas optimal
Kapasitas autoklaf
kurang optimal NOK
3. Metode Metode yang digunakan efektif dan efisien
Metode yang digunakan
kurang efisien NOK
4. Material Stok media serbuk TSB mencukupi
Stok media serbuk TSB
mencukupi OK
5. Lingkungan Kondisi lingkungan baik dan memenuhi syarat
Kondisi lingkungan baik
dan memenuhi syarat OK
Kondisi aktual yang tidak sesuai dengan kondisi yang seharusnya terjadi
perlu dicari akar penyebab masalahnya agar permasalahan dapat ditanggulangi.
Penyebab dari permasalahan yang terjadi tersebut dituangkan dalam diagram tulang
ikan seperti pada gambar 4.10. Masalah yang terjadi menjadi kepala pada diagram
tulang ikan. Sebagai duri ikan adalah penyebab yang mengakibatkan terjadinya
masalah. Duri halus ikan adalah root cause atau akar penyebab yang perlu dicarikan
rencana perbaikannya untuk selanjutnya diperbaiki atau ditanggulangi agar masalah
Gambar 4.10 Diagram Tulang Ikan Penyebab Kekurangan Stok Media TSB
4.3.5 Rencana Perbaikan
Perbaikan yang dilakukan terbagi menjadi dua sifat, yaitu:
1. Quick action
Perbaikan ini dapat dilakukan dengan cepat. Akar penyebab masalah dapat
langsung ditangani sehingga dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Not quick action
Perbaikan ini tidak dapat dilakukan dengan cepat karena membutuhkan
proses dan atau diperlukan rencana serta percobaan penelitian yang
membutuhkan akurasi data.
Rencana perbaikan untuk menanggulangi kekurangan stok media TSB untuk
Tabel 4.3 Rencana Perbaikan Kekurangan Media TSB untuk Pengujian Bakteri Patogen
Faktor Masalah Kenapa Harus
Ditangani Solusi Aktivitas PIC Due Date
Alat
Autoklaf Rusak
Quality: Agar menjamin
alat dan media steril Delivery: Agar tidak terjadi antrian proses sterilisasi Productivity: Untuk meningkatkan kapasitas media
dan alat steril
Dilakukan perbaikan autoklaf WR ke bagian Teknik Spv Mikro 15-Juni-13 Dilakukan Kalibrasi Autoklaf Meminta bagian kalibrasi untuk mengkalibrasi autoklaf Spv Mikro 15-Juni-13 Pembagian kerja belum optimal Moral: Untuk meningkatkan Kalbe Service Excelent Productivity: Agar kerja analis
dan laboran maksimal Delivery: media TSB ada ketika dibutuhkan Dilakukan perbaikan jobdesk analis dan laboran Revisi jobdesk Spv Mikro 1-Juli-13 Manusia Tidak ada urutan prioritas di jobdesk Productivity: Agar kerja analis
dan laboran maksimal Dilakukan perbaikan jobdesk Revisi jobdesk Spv Mikro 1-Juli-13 Metode Pembuatan TSB dengan botol volume kecil dalam kuantitas yang banyak Productivity: Agar penggunaan alat, bahan dan waktu pengujian lebih efisien Dilakukan penggantian wadah media TSB dari botol kecil ke botol besar Membuat media TSB dengan botol besar dalam kuantitas yang sedikit RWT 1-Juli-13 Membuat logsheet pembuatan media TSB dan penyediaan botol steril RWT 1-Juli-13
4.3.6 Pelaksanaan Perbaikan
Perbaikan yang dilakukan sebagai implementasi dari rencana perbaikan pada
tahap sebelumnya dituangkan pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Pelaksanaan Perbaikan Kekurangan Media TSB untuk Pengujian Bakteri Patogen
Faktor Masalah Aktivitas Hasil PIC Waktu Selesai Biaya
Alat
Autoklaf rusak
WR ke bagian Teknik OK Spv Mikro 15-Juni-13 Rp 0,-
Meminta bagian kalibrasi untuk mengkalibrasi autoklaf OK Spv Mikro 15-Juni-13 Rp 0,- Pembagian kerja belum optimal Revisi jobdesk berdasarkan kebutuhan alat/media. OK Spv Mikro 1-Juli-13 Rp 0,- Manusia Tidak ada urutan prioritas di jobdesk Revisi jobdesk berdasarkan urutan prioritas OK Spv Mikro 1-Juli-13 Rp 0,- Metode Pembuatan TSB dengan botol volume kecil dalam kuantitas yang banyak Membuat media TSB dengan botol besar dalam kuantitas yang
sedikit
OK RWT 1-Juli-13 Rp 0,-
Membuat logsheet pembuatan media TSB
dan penyediaan botol steril
OK RWT 1-Juli-13 Rp 0,-
Adapun perbaikan yang dilakukan untuk menanggulangi kekurangan media
TSB untuk pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku di laboratorium
mikrobiologi QC PT. Kalbe Farma Tbk. adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan WR (Work Request) ke bagian teknik (maintenance). WR dibuat
permintaan dari bagian lab. mikro kepada bagian teknik untuk memperbaiki alat
yang ada di lab. mikro, dalam hal ini autoklaf. Orang yang berwenang untuk
membuat WR yaitu supervisor lab. mikro QC. Pembuatan WR dilakukan secara
online menggunakan sistem oracle yang ada di PT.Kalbe Farma Tbk. Bagian
Teknik akan memperbaiki alat/mesin yang rusak setelah adanya approval dari
pihak berwenang (supervisor) teknik.
2. Meminta bagian kalibrasi untuk mengkalibrasi autoklaf. Setiap alat/mesin yang
digunakan di laboratorium untuk melakukan analisa harus dikalibrasi oleh bagian
QA kalibrasi. Kalibrasi dilakukan untuk memastikan kesesuaian alat. Orang yang
berwenang untuk meminta permohonan kalibrasi kepada bagian QA kalibrasi
adalah supervisor lab.mikro QC. Permintaan kalibrasi dilakukan melalui telepon
ke bagian QA kalibrasi.
3. Revisi jobdesk baru berdasarkan urutan prioritas pekerjaan. Orang yang
berwenang untuk melakukan revisi jobdesk adalah supervisor lab.mikro. Penulis
memberi saran prioritas pekerjaan berdasarkan kondisi di lapangan dan
supervisor lah yang melakukan revisi. Dalam hal ini, pengamatan bakteri patogen
dilakukan setelah rilis produk dengan tujuan agar botol yang terpakai bisa segera
disteril ulang (musnah bakteri) setelah pengamatannya selesai dilakukan.
Kemudian setelah proses musnah selesai, botol dicuci dan dikeringkan. Setelah
itu botol dapat digunakan kembali untuk pembuatan media TSB. Dengan
demikian siklus penggunaan botol TSB lebih teratur. Jobdesk lebih jelas
Gambar 4.11 Jobdesk Sebelum dan Setelah Improvement
4. Membuat media TSB menggunakan botol besar dalam kuantitas yang sedikit.
Sebelumnya media TSB yang digunakan untuk pengujian bakteri patogen pada
sampel bahan baku menggunakan botol volume 100ml. Setiap botol berisi
sejumlah 90ml media TSB. Kemudian dilakukan perubahan, media TSB dibuat
dalam botol volume 500ml yang berisi 450ml media TSB. Media TSB
Gambar 4.12 Media TSB Sebelum dan Setelah Improvement
Botol volume 500ml yang digunakan untuk menggantikan botol 100ml
merupakan botol yang sudah tidak terpakai yang kuantitasnya di lab.mikro cukup
banyak. Oleh karena itu, improvement yang dilakukan dengan menggunakan
botol ini tidak menambah biaya untuk penyediaan botol baru.
5. Membuat logsheet pembuatan media TSB (Lampiran 2) dan logsheet penyediaan
botol steril (Lampiran 3). Setiap harinya, analis yang melakukan pengamatan
hasil uji bakteri patogen menghitung jumlah botol yang terpakai pada saat
pengamatan bakteri patogen. Kemudian analis tersebut mengisi logsheet jumlah
media TSB yang harus dibuat dan jumlah botol yang harus disteril untuk
mengganti sejumlah pemakaian pada hari itu. Laboran yang bertugas pada hari
itu akan melihat logsheet tersebut untuk mengetahui jumlah botol yang harus di
steril dan jumlah media TSB yang harus dibuat. Sebagai stok awal dibuat media
TSB sejumlah 25 botol. Pertimbangan minimum stok ini berdasarkan jumlah
rata-rata sampel bahan baku yang masuk pada Bulan Juni 2013 yaitu sebanyak
25batch yang berarti membutuhkan 5botol media TSB ukuran 500ml. Dengan
stok media TSB menjadi 25botol. Logsheet pembuatan media TSB dan
penyediaan botol steril ditampilkan pada gambar 4.13 berikut ini.
Gambar 4.13 Logsheet Pembuatan Media TSB dan Penyediaan Botol Steril
4.4 Pengaruh Perubahan Penggunaan Botol Media TSB
Sebelumnya, media TSB ditempatkan pada botol berukuran 100ml dan tiap
botol berisi 90ml media TSB. Tiap satu botol media TSB digunakan untuk satu
sampel bahan baku. Sebelum media TSB dituang ke dalam botol berisi sampel bahan
baku, terlebih dahulu dipipet 1ml ke dalam cawan petri yang selanjutnya diberi
media TSA untuk digunakan sebagai kontrol negatif. Maksudnya adalah untuk
mengetahui bahwa media TSB yang digunakan steril dan tidak ada pertumbuhan
mikroba di dalamnya sehingga tidak mempengaruhi hasil analisa.
Setelah perubahan, media TSB ditempatkan pada botol berukuran 500ml
berisi media TSB sejumlah 450ml yang dapat digunakan untuk pengerjaan lima
sampel bahan baku. Dari satu botol media TSB 450ml, dipipet 1 ml ke dalam cawan
petri yang selanjutnya diberi media TSA untuk kontrol negatif. Untuk pengerjaan
lima sampel bahan baku menggunakan cara baru cukup membuat satu kontrol
Alur pengujian bakteri patogen sebelum dan setelah dilakukan perubahan
pada penggunaan botol media TSB ditampilkan pada gambar 4.14 dan 4.15 agar
lebih terlihat secara jelas perubahannya.
Gambar 4.14 Flow Chart Pengujian Bakteri Patogen Sebelum Perubahan
Dengan adanya perubahan botol media TSB yang digunakan, maka
berpengaruh pada jumlah alat dan bahan yang digunakan. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Perbedaan Jumlah Alat Pengujian Bakteri Patogen
(Tiap 5 Sampel Bahan Baku)
Jenis Alat Sebelum Setelah
cawan petri steril 5 buah 1 buah
pipet ukur steril 5 buah 1 buah
botol media TSB 5 buah 1 buah
Tabel 4.6 Perbedaan Jumlah Bahan Pengujian Bakteri Patogen
(Tiap 5 Sampel Bahan Baku)
Jenis Bahan Sebelum Setelah
TSA (Tryptic Soy Agar) 100 ml 20 ml
Tabel di atas berisikan data perbandingan antara pengujian bakteri patogen
sebelum dan setelah dilakukan perubahan dari segi jumlah alat dan bahan yang
digunakan pada pengujian bakteri patogen. Perbandingan dilakukan tiap lima sampel
bahan baku karena botol media TSB pada cara yang baru berisi sejumlah 450 ml
media TSB yang bisa digunakan untuk lima sampel bahan baku. Selanjutnya untuk
memperhitungkan jumlah peralatan dan bahan yang digunakan saat pengujian bakteri
patogen pada sampel bahan baku di laboratorium mikrobiologi quality control PT.
Kalbe Farma Tbk mengacu pada tabel tersebut.
4.4.1 Perbandingan Penggunaan Peralatan Pengujian Bakteri Patogen
Perubahan penggunaan botol media TSB berpengaruh pada penggunaan
peralatan yang digunakan mengalami perubahan, perubahan jumlah peralatan hanya
pada botol, pipet steril dan cawan petri steril.
Tabel 4.7 Perbandingan Penggunaan Peralatan Sebelum dan Sesudah Improvement
Bulan Juli
Tanggal
Jumlah Jumlah alat
Sampel Sebelum Sesudah
Cawan petri Pipet ukur Botol TSB Cawan petri Pipet ukur Botol TSB 1 20 20 20 20 4 4 4 2 26 26 26 26 6 6 6 3 28 28 28 28 6 6 6 4 26 26 26 26 6 6 6 5 34 34 34 34 7 7 7 6 20 20 20 20 4 4 4 7 20 20 20 20 4 4 4 8 39 39 39 39 8 8 8 9 42 42 42 42 9 9 9 10 11 11 11 11 3 3 3 11 32 32 32 32 7 7 7 12 18 18 18 18 4 4 4 13 20 20 20 20 4 4 4 14 20 20 20 20 4 4 4 15 40 40 40 40 8 8 8 16 16 16 16 16 4 4 4 17 53 53 53 53 11 11 11 18 24 24 24 24 5 5 5 19 37 37 37 37 8 8 8 20 20 20 20 20 4 4 4 21 20 20 20 20 4 4 4 22 50 50 50 50 10 10 10 23 43 43 43 43 9 9 9 24 58 58 58 58 12 12 12 25 34 34 34 34 7 7 7 26 15 15 15 15 3 3 3 27 20 20 20 20 4 4 4 28 20 20 20 20 4 4 4 29 23 23 23 23 5 5 5 30 16 16 16 16 4 4 4 31 22 22 22 22 5 5 5 Σ 867 867 867 180 180 180
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa dengan adanya perubahan penggunaan botol
media TSB yang mulanya menggunakan botol 100ml dirubah menggunakan botol
500ml memberi pengaruh pada penggunaan jumlah peralatan pengujian bakteri
patogen. Hal ini dikarenakan penggunaan botol berkurang, sehingga pembuatan
control negative media TSB menjadi berkurang. Berkurangnya control negative juga
berpengaruh pada berkurangnya pipet ukur steril yang digunakan untuk memipet
media TSB untuk control. Begitu pula dengan cawan petri yang digunakan sebagai
wadah pertumbuhan control negative pun turut berkurang jumlahnya.
Dari data sampel bahan baku yang masuk ke lab.mikro untuk dilakukan
pengujian bakteri patogen pada bulan Juli 2013 diperoleh hasil bahwa penggunaan
cawan petri steril, pipet ukur steril dan botol media TSB berkurang. Sebelum
dilakukan perubahan jumlah peralatan tersebut masing-masing adalah 867 buah.
Setelah dilakukan perubahan jumlah peralatan tersebut menjadi masing-masing 180
buah. Besarnya pengurangan masing-masing peralatan setelah dilakukannya
improvement adalah 687 buah/867batch sampel bahan baku.
4.4.2 Perbandingan Penggunaan Bahan Pengujian Bakteri Patogen
Perubahan penggunaan botol media TSB berpengaruh pada penggunaan
jumlah bahan yang digunakan pada pengujian bakteri patogen. Jumlah media TSB
yang digunakan untuk pengujian bakteri patogen tetap, karena setiap 1batch sampel
bahan baku mebutuhkan 90ml media TSB dan tidak ada pengaruh dengan perubahan
penggunaan botol media TSB yang digunakan. Perubahan terjadi pada penggunaan
pun menjadi berkurang. Pengurangan jumlah media TSA yang digunakan
ditampilkan pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Perbandingan Penggunaan Bahan Sebelum dan Sesudah Improvement
Bulan Juli
Tanggal Jumlah Jumlah Media TSA (ml) Sampel Sebelum Sesudah
1 20 400 80 2 26 520 120 3 28 560 120 4 26 520 120 5 34 680 140 6 20 400 80 7 20 400 80 8 39 780 160 9 42 840 180 10 11 220 60 11 32 640 140 12 18 360 80 13 20 400 80 14 20 400 80 15 40 800 160 16 16 320 80 17 53 1060 220 18 24 480 100 19 37 740 160 20 20 400 80 21 20 400 80 22 50 1000 200 23 43 860 180 24 58 1160 240 25 34 680 140 26 15 300 60 27 20 400 80 28 20 400 80 29 23 460 100 30 16 320 80 31 22 440 100 Σ TSA (ml) 17340 3660 Σ TSA (L) 17.34 3.66 Σ TSA (gr) 693.6 146.4 Σ TSA (Rp) 854515.2 180364.8 Cost Saving (Rp) 674150.4
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa jumlah penggunaan media TSA setelah
dilakukan improvement berkurang. Pada bulan Juli dengan total sampel bahan baku
sebesar 867batch, jumlah media TSA yang dibutuhkan sebelum improvement adalah
17,34L kemudian setelah improvement berkurang menjadi 3,6L. setiap 1L media
TSA membutuhkan 40gr media serbuk TSA. Dengan begitu, media serbuk TSA yang
diperlukan untuk membuat 17,34L media TSA siap pakai adalah 693,6gr, sedangkan
untuk membuat 3,6L membutuhkan 146,4gr media TSA serbuk. Harga media TSA
serbuk setiap 500gr adalah Rp.616.000,-. Harga dari pembuatan media TSA siap
pakai sejumlah 693,6gr adalah senilai Rp.854.515,- dan 146,4gr senilai Rp.180.364,-.
Dengan demikian, penghematan yang dapat diperoleh adalah sebesar
Rp.674.150,-/867batch sampel bahan baku.
4.4.3 Perbandingan Waktu Pengujian Bakteri Patogen
Pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku dilakukan oleh analis
mikrobiologi. Berikut adalah data yang menunjukkan waktu analis dalam melakukan
pengujian bakteri patogen pada sampel bahan baku (per 5 sampel bahan baku).
Tabel 4.9 Waktu Pengujian Bakteri Patogen Per 5 Sampel Bahan Baku
No.
Waktu Pengujian (detik)
No.
Waktu Pengujian (detik)
Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Improvement Improvement improvement Improvement
1 250.9 96.4 11 251 96.5 2 253.2 99.1 12 253.8 99.4 3 253.5 96.7 13 253.8 97.6 4 251.5 96.9 14 251.2 99.2 5 250.6 99.4 15 253.9 97.1 6 250.4 96.5 16 251.2 99.6 7 251.8 97.2 17 253.4 99.2 8 253.9 97.4 18 250.4 96.5 9 253.7 99.3 19 251.1 99.6 10 250.3 97.2 20 250.4 99.2
4.4.3.1 Uji Keseragaman Data
Sebelum Improvement
Sub Grup ke Waktu penyelesaian berturut-turut Harga rata-rata
1 250.9 253.2 253.5 251.5 252.275 2 250.6 250.4 251.8 253.9 251.675 3 253.7 250.3 251 253.8 252.2 4 253.8 251.2 253.9 251.2 252.525 5 253.4 250.4 251.1 250.4 251.325 Jumlah 1260 Ẋ 252
No. Xi Xi-Ẋ (Xi-Ẋ)2 Xi2
1 250.9 -1.1 1.21 62950.8 2 253.2 1.2 1.44 64110.2 3 253.5 1.5 2.25 64262.3 4 251.5 -0.5 0.25 63252.3 5 250.6 -1.4 1.96 62800.4 6 250.4 -1.6 2.56 62700.2 7 251.8 -0.2 0.04 63403.2 8 253.9 1.9 3.61 64465.2 9 253.7 1.7 2.89 64363.7 10 250.3 -1.7 2.89 62650.1 11 251 -1 1 63001 12 253.8 1.8 3.24 64414.4 13 253.8 1.8 3.24 64414.4 14 251.2 -0.8 0.64 63101.4 15 253.9 1.9 3.61 64465.2 16 251.2 -0.8 0.64 63101.4 17 253.4 1.4 1.96 64211.6 18 250.4 -1.6 2.56 62700.2 19 251.1 -0.9 0.81 63051.2 20 250.4 -1.6 2.56 62700.2 Ʃ 5040 2.8E-14 39.36 1270119
Pengukuran Standar Deviasi Sebenarnya √ ( Ẋ) √
Standar Deviasi dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup
√
√
Batas Kendali Atas & Batas Kendali Bawah
Untuk pengujian keseragaman data dengan tingkat keyakinan 99%,
maka dari kurva normal didapat Z= 2,58 ~ 3
BKA = Ẋ + Z ( ẋ) = 252 + 3(0,72) = 252 + 2,16 = 254,2 BKB = Ẋ - Z ( ẋ) = 252 – 3(0,72) = 252 – 2,16 = 249,8
Gambar 4.16 Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen Sebelum Improvement
Karena tidak ada data yang keluar dari batas kendali atas dan batas kendali
bawah maka data dikatakan seragam.
Setelah Improvement 249 249.5 250 250.5 251 251.5 252 252.5 253 253.5 254 254.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Wak tu Peng u jia n ( d et ik ) Pengukuran ke-
Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen
(Sebelum Improvement)
Xi Ẋ BKA BKB
Sub Grup ke Waktu penyelesaian berturut-turut Harga rata-rata
1 96.4 99.1 96.7 96.9 97.275 2 99.4 96.5 97.2 97.4 97.625 3 99.3 97.2 96.5 99.4 98.1 4 97.6 99.2 97.1 99.6 98.375 5 99.2 96.5 99.6 99.2 98.625 Jumlah 490 Ẋ 98
No. Xi Xi-Ẋ (Xi-Ẋ)2 Xi2 1 96.4 -1.6 2.56 9292.96 2 99.1 1.1 1.21 9820.81 3 96.7 -1.3 1.69 9350.89 4 96.9 -1.1 1.21 9389.61 5 99.4 1.4 1.96 9880.36 6 96.5 -1.5 2.25 9312.25 7 97.2 -0.8 0.64 9447.84 8 97.4 -0.6 0.36 9486.76 9 99.3 1.3 1.69 9860.49 10 97.2 -0.8 0.64 9447.84 11 96.5 -1.5 2.25 9312.25 12 99.4 1.4 1.96 9880.36 13 97.6 -0.4 0.16 9525.76 14 99.2 1.2 1.44 9840.64 15 97.1 -0.9 0.81 9428.41 16 99.6 1.6 2.56 9920.16 17 99.2 1.2 1.44 9840.64 18 96.5 -1.5 2.25 9312.25 19 99.6 1.6 2.56 9920.16 20 99.2 1.2 1.44 9840.64 Ʃ 1960 1.4E-14 31.08 192111
Pengukuran Standar Deviasi Sebenarnya
√ ( Ẋ) √
Standar Deviasi dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup
√
√
Batas Kendali Atas & Batas Kendali Bawah
Untuk pengujian keseragaman data dengan tingkat keyakinan 99%,
maka dari kurva normal didapat Z= 2,58 ~ 3
BKA = Ẋ + Z ( ẋ) = 98 + 3(0,64) = 99,9 BKB = Ẋ - Z ( ẋ) = 98 – 3(0,64) = 95,0006 = 96,1
Gambar 4.17 Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen Setelah Improvement
Karena tidak ada data yang keluar dari batas kendali atas dan batas kendali
bawah maka data dikatakan seragam.
95.6 96.1 96.6 97.1 97.6 98.1 98.6 99.1 99.6 100.1 100.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Wak tu Peng u jia n ( d et ik ) Pengukuran ke-
Grafik Kendali Waktu Pengujian Bakteri Patogen
(Setelah Improvement)
Xi Ẋ BKA BKB
4.4.3.2 Uji Kecukupan Data
Dengan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 99%, maka berikut ini
perhitungan untuk uji kecukupan data
Sebelum Improvement [ √ ( ) ] [ √ ( ) ( ) ]
Karena nilai N’≤N (0,028≤20) maka data dikatakan cukup.
Setelah Improvement [ √ ( ) ] [ √ ( ) ( ) ]
Karena nilai N’≤N (0,145≤20) maka data dikatakan cukup. Data yang telah diperoleh dan di uji keseragaman dan kecukupan datanya, untuk selanjutnya akan
digunakan dalam perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku pengujian
bakteri patogen pada sampel bahan baku di laboratorium mikrobiologi quality
4.4.3.3 Pengukuran Waktu Siklus dan Waktu Normal Pengujian Bakteri Patogen Sebelum Improvement Setelah Improvement 4.4.3.4 Pengukuran Waktu Baku Pengujian Bakteri Patogen
Faktor Kelonggaran Kelonggaran %
Ref Yang Diambil Tenaga yang dikeluarkan (sangat ringan) 6.0 - 7.5 6
Sikap Kerja (duduk) 0.0 - 1.0 0.5
Gerakan Kerja (normal) 0 0
Kelelahan mata (pandangan terus menerus dengan
fokus berubah) 7.5-12 8
Keadaan temperatur tempat kerja (normal) 0-5 0.6
Keadaan atmosfer (baik) 0 0
Keadaan lingkungan (baik bersih cerah kebisingan
rendah) 0 0 Sub total 15.1 Kebutuhan pribadi Pria 0-2.5 2 Wanita 2-5
Hambatan tak terhindarkan 1
Sebelum Improvement Wb = Wn + (Wn x L) Wb = 252 + (252 x 0,181) Wb = 297,6 Setelah Improvement Wb = Wn + (Wn x L) Wb = 98 + (98 x 0,181) Wb = 115,7
Dari perhitungan di atas diperoleh waktu baku untuk pengujian bakteri
patogen per 5 sampel bahan baku sebelum improvement adalah 297,6 detik,
sedangkan setelah improvement 115,7 detik. Dengan demikian, waktu pengujian
bakteri patogen untuk setiap sampel bahan baku diperoleh dengan cara waktu
pengerjaan 5 sampel bahan baku tersebut di bagi dengan 5. Dengan demikian, maka
waktu yang dibutuhkan untuk 1 sampel bahan baku pada pengujian bakteri patogen
sebelum improvement yaitu 59,5 detik sedangkan setelah improvement yaitu 23,1
detik.
Perubahan penggunaan botol TSB pada pengujian bakteri patogen pada
sampel bahan baku memberikan perbedaan pada waktu pengujiannya. Pada
perhitungan di atas telah diperoleh waktu yang diperlukan untuk pengujian bakteri
patogen dengan kedua cara. Perbandingan waktu yang diperlukan untuk pengujian
bakteri patogen pada sampel bahan baku di laboratorium mikrobiologi quality
control PT. Kalbe Farma Tbk. dapat dilihat pada tabel 4.7. Waktu pengujian
diperoleh dengan cara mengalikan jumlah sampel bahan baku yang masuk dengan
waktu baku pengujian 1 sampel bakteri patogen yaitu 59,5 detik (sebelum
Tabel 4.10 Perbandingan Waktu Pengujian Bakteri Patogen Pada Sampel Bahan Baku
Sebelum dan Setelah Improvement
(Periode Juli 2013)
Tanggal Jumlah Sampel
Waktu Uji (detik)
Sebelum Improvement Setelah Improvement
1 20 1190 462 2 26 1547 600.6 3 28 1666 646.8 4 26 1547 600.6 5 34 2023 785.4 6 20 1190 462 7 20 1190 462 8 39 2320.5 900.9 9 42 2499 970.2 10 11 654.5 254.1 11 32 1904 739.2 12 18 1071 415.8 13 20 1190 462 14 20 1190 462 15 40 2380 924 16 16 952 369.6 17 53 3153.5 1224.3 18 24 1428 554.4 19 37 2201.5 854.7 20 20 1190 462 21 20 1190 462 22 50 2975 1155 23 43 2558.5 993.3 24 58 3451 1339.8 25 34 2023 785.4 26 15 892.5 346.5 27 20 1190 462 28 20 1190 462 29 23 1368.5 531.3 30 16 952 369.6 31 22 1309 508.2 Σ 51586.5 20027.7
Dari tabel 4.10 diperoleh data bahwa pada Bulan Juli 2013 dengan total
sampel sebanyak 867batch, total waktu pengujian bakteri patogen sebelum
improvement selama 51586 detik atau 14,33 jam sedangkan setelah improvement
adalah 20027 detik atau 5,56jam. Besarnya pengurangan waktu pengujian bakteri
patogen pada sampel bahan baku sebelum dan setelah dilakukan improvement adalah