• Tidak ada hasil yang ditemukan

TECHNOLOGIC, VOLUME 10, NOMOR 2 Politeknik Manufaktur Astra POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TECHNOLOGIC, VOLUME 10, NOMOR 2 Politeknik Manufaktur Astra POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

ISSN 2085-8507

TECHNOLOGIC

VOLUME 10 NOMOR 2 | DESEMBER 2019

POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II Jakarta Utara 14330

Telp. 021 651 9555, Fax. 021 651 9821

www.polman.astra.ac.id

(2)

2

MENINGKATKAN DEVELOPMENT COMPETENCY PROCESS

DENGAN MENDIRIKAN TEMPAT UJI KOMPETENSI (TUK)

BIDANG TEKNIK PENGELASAN DI PT UNITED TRACTORS

PANDU ENGINEERING

Eduardus Dimas Arya Sadewa

1

, Hafidh Alirianto

2

Teknik Produksi dan Proses Manufaktur, Polman Astra, Jakarta, 14330, Indonesia

E-mail : arya.sadewa@gmail.com

1

,

hafidhalirianto88@gmail.com

2

Abstrak--PT. United Tractors Pandu Engineering (PATRiA) merupakan anak perusahaan dari

PT. United Tractors Tbk yang bergerak pada bidang manufaktur dan industri alat berat. Pada proses

fabrikasi welding di PT. UTPE sedang dilakukan pengembangan serta peningkatan untuk kompetensi

welder yaitu dengan program sertifikasi kompetensi profesi. Development Center Department (DCD)

PT. UTPE saat ini belum dapat melaksanakan sertifikasi dikarenakan belum mendapat lisensi menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK) bidang teknik pengelasan. Menurut data, sebanyak 467 welder dari 533 welder belum tersertifikasi kompetensi secara nasional. DCD melaksanakan sertifikasi melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Setelah di analisis, program sertifikasi eksternal terdapat masalah terkait biaya dan efisiensi waktu. Oleh karena itu, diperlukan mendirikan TUK bidang teknik pengelasan di PT. UTPE. Metode yang digunakan untuk menganalisis yaitu Why-why analysis,

Checksheet dan PICA. Sehingga hasil akhir yang didapatkan yaitu kelengkapan fasilitas teknis TUK

(fasilitas teori dan fasilitas pengujian NDT & DT) yang mengacu pada SKKNI dan disesuaikan kebutuhan perusahaan.

Kata Kunci : Tempat Uji Kompetensi (TUK), Sertifikasi Pengelasan.

I. PENDAHULUAN

PT. UTPE merupakan anak perusahaan dari PT. United Tractors Tbk, yang bergerak di bidang alat dan transportasi darat, pertambangan, konstruksi, industri, minyak & gas, kehutanan & agro. Teknik pengelasan merupakan salah satu bagian proses yang sangat penting pada proses produksi di PT. UTPE. Jenis-jenis pengelasan yang digunakan di jalur produksi yaitu Gas Metal Arc Welding

(GMAW) dan Flux Cored Arc Welding (FCAW).

Menurut kondisi pada lini fabrikasi, sekitar 90% proses fabrikasi pengelasan di PT. UTPE dilakukan

dengan pengelasan GMAW. Menurut data

perusahaan, dapat diketahui terdapat data bahwa 467 welder dari 533 welder yang bekerja di lini produksi diketahui belum memiliki sertifikat pengelasan GMAW dengan persyaratan minimal posisi pengelasan 3G. Selain itu menurut standar perusahaan saat ini, bagi welder yang bekerja di lini produksi saat ini dan welder yang bekerja di perusahaan subcont dipersyaratkan harus memiliki minimal sertifikat pengelasan GMAW posisi 3G untuk meningkatkan kualitas kompetensi welder di lini produksi. Saat ini proses kegiatan sertifikasi

melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)

dikarenakan DCD tidak bisa menjalankan proses sertifikasi karena bukan TUK. Karena hal tsersebut

dalam proses sertifikasi perlu mengeluarkan biaya yang cukup tinggi dan sulitnya mengatur waktu kegiatan. Oleh karena itu, perlunya dilakukan

improvement salah satunya dengan mendirikan

tempat uji kompetensi (TUK) bidang teknik pengelasan yang mengacu pada BNSP dan kebutuhan perusahaan.

II. LANDASAN TEORI 2.1 Sertifikasi Kompetensi Kerja

Suatu proses untuk mendapatkan pengakuan terhadap calon tenaga kerja maupun tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan

sikap kerja sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan atau SKKNI setelah mengikuti pelatihan kerja sehingga diberikan sertifikat kompetensi (BNSP,2008).

2.2 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor (Mentenaker, 2012).

(3)

3

2.2.1 KKNI Bidang Pengelasan

Kerangka kualifikasi adalah suatu kerangka kerja (framework) dari sistem sertifikasi yang dapat menyandingkan dan mengintegrasikan sistem sertifikasi bidang industri dengan sistem pendidikan dan pelatihan dalam rangka pemberian pengakuan terhadap kompetensi tenaga kerja (BNSP,2018). 2.2.2 Pemetaan KKNI Bidang Pengelasan

Kualifikasi berjenjang dimaksudkan jika

mengajukan permohonan untuk sertifikasi

kompetensi tertentu disyaratkan harus memenuhi sertifikat tingkat sebelumnya. Sebagai contoh jika ingin mengajukan sertifikasi Welding Foreman diwajibkan telah mendapatkan sertifikat Welding

Operator dan demikian berlaku untuk sertifikasi

tingkat seterusnya.

2.3 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

Merupakan rumusan kemampuan kerja yang

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan

dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kementerian Perindustrian, 2012)

2.4 Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Lembaga independen yang dibentuk untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. BNSP melaksanakan tugas, berkedudukan dan tanggung jawab kepada presiden. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2018)

2.5 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)

LSP sebagai sertifikator yaitu yang

menyelenggarakan sertifikasi kompetensi memiliki tugas yaitu membuat materi uji kompetensi, menyediakan tenaga penguji (asesor) melakukan uji kompetensi, menyusun kualifikasi dengan mengacu kepada KKNI, menjaga kinerja asesor dan TUK, membuat materi uji kompetensi, pengembangan skema sertifikasi (LSP LMI, 2004).

2.6 Tempat Uji Kompetensi (TUK)

Sebuah tempat yang memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai tempat pelaksanaan uji kompetensi oleh LSP. TUK berdasarkan fungsi dan kegunaannya dibagi menjadi 3 jenis yaitu TUK ditempat kerja, TUK sewaktu, TUK mandiri. 2.6.1 Persyaratan TUK

Terdapat persyaratan secara non teknis/ Administrasi (Dokumen lainnya dan lainnya) dan secara teknis (Sarana dan Fasilitas Penunjang). 2.7 Pengelasan

Suatu proses penyambungan dua buah bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses fusi, sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan. Terdapat 3 fase pada prosesnya yaitu persiapan, pelaksanaan/praktek dan pengujian. Serta terdapat jabatan/level pada sertifikasi pengelasan yaitu Welding Engineer,

Welding Inspector, Welding Operator, Welding Technologist.

III.PENYAJIAN DATA

3.1 ProsesBisnis

Alur bisnis DCD merupakan bagian dari Divisi

HCESR&GA terdapat langkah proses yang melibatkan Dept. DCD dalam proses bisnis

recruitment karyawan operator welder dan

assembler.

3.1.1 Recruitment

Departement HCO menerima pengajuan surat

dari pemohon atas kebutuhan manpower yang ditujukan dan proses pencarian kandidat diperoleh dari Sekolah Corporate Social Responsebility (CSR) dan Balai Latihan Kerja (BLK).

3.1.2 Development & On Job Training (OJT) Para karyawan magang akan menjalani tahap

development yang diberikan DCD dan OJT di Plant Operation dengan keseluruhan rangkaian tahap

pelaksanaannya selalu dinilai dan selalu di

monitoring

oleh Dept. DCD

3.1.3 Uji Kompetensi Pengelasan

Uji kompetensi menurut fungsi dan kebutuhan di PT. UTPE sebagai berikut :

a. Refreshing yaitu melakukan ulang kompetensi yang telah dicapai oleh welder untuk menjaga kualitas

b. Upgrading untuk meningkatkan kualitas

kompetensi.

c. Qualification sebagai kompeteisi para welder yang akan mendapatkan penghargaan dan hadiah abgi yang terbaik.

(4)

4

Program sertifikasi welder yang dilakukan saat ini yaitu bekerja sama dengan LSP terkait untuk melakukan sertifikasi terhadap welder yang dipilih. LSP akan menentukan tempat uji kompetensi dan tempat untuk pengujian untuk pelaksanaannya. Rangkaian kegiatan serifikasi sepenuhnya dikelola oleh LSP dari proses training, uji teori, uji praktek, pengujian, evaluasi sampai dengan penerbitan sertifikat.

3.2 Analisa Kondisi Yang Ada

Menurut data diketahui sebanyak 124 welder memiliki kompetensi 3G dan sebanyak 409 welder memiliki kompetensi di bawah 3G dengan kompetensi posisi pengelasan minimal posisi 3F atau 1G seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kompetensi Posisi Pengelasan Welder Dari gambar 2 dapat dilihat dari 124 welder yang telah tersertifikasi 3G terdapat sebanyak 66 welder yang telah tersertifikasi dan 58 welder yang belum tersertifikasi.

Gambar 2. Sertifikasi Welder Grade 3G

3

.

2.1 Permasalahan

1.) Biaya tinggi untuk sertifikasi melalui LSP 2.) Terhambatnya untuk penjadwalan sertifikasi 3.) Kegiatan Uji kompetensi dan sertifikasi tidak

berkesinambungan

3

.3 Sarana & Fasilitas Welding Development

Aktivitas Welding Development adalah kegiatan yang dirancang oleh Dept. DCD. Fungsinya untuk menjaga serta meningkatkan kompetensi para

welder di lini produksi atau memberikan ilmu

pengetahuan bidang welding kepada calon welder yang sedang menjalani development & OJT. Dapat diketahui beberapa sarana & fasilitas penunjang untuk welding development yang belum memenuhi standar, seperti terlihat pada tabel 1 :

Tabel 1. Sarana & Fasilitas

IV. PENGOLAHAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Rencana Perbaikan

Tabel 2 menunjukkan analisis improvement berupa mendirikan TUK sesuai persyaratan, merancang uji kompetensi berkesinambungan serta rencana jadwal sertifikasi.

Tabel 2. Analisa Improvement

4.1.1 Persyaratan TUK

Terdapat 2 jenis persyaratan secara teknis dan non teknis. Secara pedoman persyaratan umum TUK yang ditetapkan oleh BNSP yaitu : (1) Persyaratan Non Teknis : Surat Keterangan persetujuan dari perusahaan ; Struktur Organisasi Kepengurusan ; Assesor Las Internal ; Surat Permohonan kepada LSP terkait (2) Persyaratan Teknis berdasarkan skema sertifikasi kompetensi pengelasan : Fasilitas Teori; Fasilitas Praktek; Fasilitas Pengujian

Fokus pembahasan masalah pada

penulisan ini yaitu memenuhi persyaratan teknis TUK. Untuk kelengkapan persyaratan non teknis akan di kelola Development Center Departement 4.2 Checksheet Kelengkapan Teknis TUK 39% 18% 43% Welder Tersertifikasi (3G) Depnaker 20 16 Welder Tersertifikasi (3G) BNSP 2018-2019 Welder (3G) Belum Tersertifikasi Materi Persentasi P Modul Handout P Soal P Persiapan P Praktek P Finishing P Visual P NDT P DT P Kegiatan Kompetensi Teori Praktek Pengujian Ada Tidak

Identifikasi Masalah Rencana Improvement

DCD tidak bisa mengadakan kegiatan sertifikasi karena bukan merupakan Tempat Uji Kompetesi (TUK) yang sudah terverifikasi oleh BNSP

Mendirikan TUK dengan melengkapi persyaratan yang dibutuhkan sesuai dengan acuan BNSP dan SKKNI kemudian disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan

Proses Kegiatan uji kompetensi dan sertifikasi belum berkesinambungan sehingga menyebabkan prosesnya dilaksanakan dua kali secara internal dan eksternal dengan metode yang tidak jauh berbeda

Merancang flow process uji kompetensi & sertifikasi agar saling berkesinambungan dan pelaksanaannya dilakukan dalam satu rangkaian proses

Sulitnya mengatur jadwal sertifikasi dikarenakan sibuknya LSP dalam kegiatannya dan padatnya aktivitas lini produksi yang membuat welder tidak mudah meninggalkan pekerjaanya

Membuat perencanaan jadwal sertifikasi welding menyesuaikan dengan target pelaksanaan kegiatan uji kompetensi setiap tahunnya

(5)

5

Gambar 3. Grafik Sarana & FAsilitas DCD Dari hasil data grafik checklist pada gambar 3, dapat diketahui sarana & fasilitas praktek & pengujian ada yang sudah memenuhi standar dan ada beberapa yang belum tersedia tidak memenuhi standar yang harus dilakukan kelengkapan. Pada sarana & fasilitas pembelajaran teori terdapat beberapa materi yang sudah ada tetapi belum sesuai, disebabkan materi yang ada diajarkan secara lisan tanpa modul dan bahan persentasi. persentase kelangkapan sarana & fasilitas untuk uji kompetensi

welding di DCD seperti terlihat pada gambar 4. Dari

hasil tersebut dapat diketahui bahwa sarana praktek dan pengujian memiliki 19,05% dan pada sarana pembelajaran teori memiliki 62,50% kekurangan yang harus dilengkapi.

Gambar 4. Kebutuhan Pelengkapan Syarat TUK 4.3 Problem Identification Correction Action

(PICA)

Tabel 3. PICA Sarana & Fasilitas

Tabel 3 menunjukkan PICA dari sarana dan prasarana dengan titik berat pada pengadaan DT dan NDT test, pengembangan modul training, soal dan penilaian.

4.4 Improvement

Dari tabel PICA dapat diketahui bahwa terdapat solusi atas permasalahan yang didapat, langkah selanjutnya adalah membahas correction & action yang akan dilakukan.

4.4.1 Sarana Praktek dan Pengujian

Berdasarkan corrective action, improvement yang perlu dilakukan yaitu pengadaan mesin press

hydraulic seperti pada gambar 5, pembuatan dies & punch untuk jig bending test seperti pada gambar 6

dan membuat form penilaian destructive test seperti pada gambar 7.

Gambar 5. Mesin Press Hidrolik 30 TON

Sarana & Fasilitas Praktek Pengujian

Hydrolyc Press Fracture dan Bending Peralatan & Form Uji DT

Peralatan uji DT ( alat uji kekerasan/ uji tarik/ uji lekung/ uji impact )

Laporan hasil uji kualifikasi

Sarana Pembelajaran Teori

Melaksanakan Persiapan Tempat Kerja Memperbaiki hasil Pengelasan

Membuat sambungan las kampuh (groove) sesuai WPS untuk pengelasan pelat ke pelat dan sesuai dengan proses las yang digunakan Mengoperasikan mesin las sesuai WPS Menerapkan prinsip-prinsip K3 Menerapkan prosedur mutu Mengukur dan menggunakan alat ukur Membaca gambar teknik

Menggunakan perkakas tangan (handtools) Mengelas dengan proses GMAW posisi 3G Menjelaskan tentang defect welding Soal Ujian Teori

Tidak ada Hydrolyc Press Fracture and

Bending

Tidak ada Form Penilaian Destructive Test

Tidak ada Peralatan Uji

Destructive Test

Tidak ada materi teori dalam bentuk modul

dan ppt

Materi disampaikan secara lisan oleh pengajar dengan menggunakan papan tulis beserta ATK yang

tersedia.

Identification

Pengujian destructive test dilaksanakan kepada vendor . Dan pada uji kompetensi tidak dilakukan proses destructive

test karena tidak tersedia

sarana & fasilitasnya

Problem Corrective & Action

Pengadaan Mesin press

hydraulic yang dibutuhkan

memiliki kapasitas tekanan minimal 10 Ton Pembuatan Dies & Punch Jig

Bending Test menyesuaikan

dengan standar ASME

Melakukan koordinasi dengan

Quality Control (QC) untuk

membuat form penilaian DT penggunaan metode Bending

Test

Membuat Materi yang dibuat (PPT & Modul) berdasarkan mata kompetensi skema sertiifkasi yang dibutuhkan : 1. Pengetahuan Dasar Pengelasan 2. Pengetahuan Gambar Teknik Welding 3. Sistem Mutu 4. Welding 3G 5. Welding Procedure System (WPS) 6. Persiapan Pengelasan 7. Handtools 8. Metode Inspeksi 9. Alat Ukur Pengelasan 10. Welding Defect 11. Repair Procedure 12. Prinsip K3L

Tidak ada soal ujian teori

Tidak ada peniliaian yang dilakukan pada sesi teori

Penilaian total hasil uji kompetensi belum sesuai

standar sertifikasi

Laporan penilaan hasil uji kualifikasi saat ini hanya ada

pada nilai pengujian praktek sampai tahap NDT. Perlu nya

dilengkapi dan di perbaiki sistemnya agar penilaian

terkontrol baik

Problem Identification Corrective & Action

Membuat form penilaian keseluruhan dengan mengkalkulasi nilai teori dan

praktek untuk hasil akhir sertifikasi Membuat soal sesuai mata kompetensi yang di pelajari berbasis elektronik dengan menggunakan akses web atau

aplikasi

19,05

%

(6)

6

Gambar 6. Dies & Punch Bending Test

Gambar 7. Form Penilaian Destructive Test Berdasarkan pada PICA, untuk hasil penilaian terdapat permasalahan terkait kelengkapan yang dibutuhka. Adapun penjabaran item penilaian dari 3 aspek (unjuk kerja, teori dan praktek) yang sudah ditentukan yaitu :

I.) Unjuk Kerja : Terdapat 20 hal aspek Kerja

dari persiapan sampai finishing pada proses kerja. Masing-masing item penilaian unjuk kerja diberi keterangan kompeten (K) atau belum kompeten (BK). Peserta harus ternilai berkompeten dari seluruh aspek unjuk kerja.

II.) Teori : Syarat kelulusan nilai dari ujian teori

adalah ≥ 70. Standar kkm ini didapatkan dengan asumsi pekerja mampu menguasai 75% dari setiap aspek unjuk kerja yang disajikan berbentuk soal. Oleh karena itu peserta harus mampu menjawab benar minimal 28 dari 40 soal pilihan ganda. III.) Praktek : Syarat kelulusan praktek yaitu

specimen pengelasan hasil praktek harus lulus uji visual, uji non destructive test dan uji destructive test sesuai standar yang ditetapkan.

4.4.2 Sarana Pembelajaran Teori

Terdapat sebanyak 12 materi dan 1 soal yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan fasilitas teori yang akan dibuat handbook / modul serta ppt nya. Kemudian untuk soal ujian teori terdapat 40 soal dengan 12 aspek kriteria ujuk kerja yang ujikan. 4.4.3 Kegiatan Uji Kompetensi & Sertifikasi di

PT. UTPE

Kegiatan Uji Kompetensi & Sertifikasi terdapat improvement yang awalnya uji kompetensi & sertifikasi dikelola oleh pihak yang terpisah menjadi di gabung DCD yang bekerja sama dengan LSP sebagai induk organisasi TUK. Dengan alur uji kompetensi dan sertifikasi yang berkesinambungan. Dari proses training sampai pada kegiatan uji kompetensi dikelola oleh DCD. Selanjutnya akan masuk pada tahap upgrading atau refreshment. Jika kompetensi telah mencapai grade 3G dibolehkan membuat pengajuan sertifikasi kompetensi profesi yang dilaksanakan oleh DCD bekerja sama dengan LSP terkait. Adapun penjelasan flow process sebelum dan sesudah improvement terlihat pada gambar 8.

Gambar 8. Flow Process Before-After Uji Kompetensi Dan Sertifikasi Welding 4.5 Evaluasi Hasil

Dengan adanya TUK, DCD sebagai pengelola membuat rancangan kegiatan sertifikasi welding BNSP untuk 467 welder yang akan disertifikasi

(7)

7

serifikasi ini disesuaikan dengan waktu kegiatan uji kompetensi setiap tahun. kegiatan sertifikasi direncanakan akan dilaksanakan setiap bulan dimulai dari Bulan September Tahun 2019 dengan target prioritas melakukan sertifikasi kepada welder yang telah memiliki skill kompetensi 3G seperti

terlihat pada tabel 4

.

Tabel 4. Perencanaan Jadwal Sertifikasi Welder

Kegiatan sertifikasi terdapat 94 batch

pelaksanaan dengan setiap batch dilaksanakan menyesuaikan dengan kegiatan DCD. Setiap batch memiliki kuota 5 orang. Adapun rancangan susunan kegiatan sertifikasi terlihat pada tabel 5:

Tabel 5. Susunan Kegiatan Sertifikasi

Dari improvement yang telah dilakukan, dapat dilihat juga dampak yang muncul dari segi

SQCDSMPE sebagai berikut :

1. Safety : Workshop TUK yang berada di

DCD dinilai secara Keselamatan Kesehatan

Kerja dan Lingkungan (K3L) terjamin dikarenakan sudah terverifikasi standar nasional oleh LSP

2. Quality : menjaga stabilitas kompetensi teknik pengelasan para welder

3. Cost seperti terlihat pada tabel 6:

Tabel 6. Net Quality Income

Keterangan :

a. Pelaksanaan sertifikasi 467 welder

dilakukan dengan total kegiatan selama 94

batch

b. Setiap batch memiliki kuota 5 welder

dengan menggunakan waktu teori & praktek selama 3,5 jam dan 1,5 jam untuk pengujian.

c. Biaya asesor dikeluarkan untuk melakukan

asesmen 20 welder (4 batch)

d. Dengan melakukan perbaikan untuk

peningkatan kompetensi, Net Quality

Income yang didapatkan sebesar Rp

807.606.480,00

4. Delivery : Tejadi efisiensi waktu pada proses sertifikasi.

5. Morale : Para welder amemiliki kompetensi yang terukur dan mendapat pengakuan berstandar nasional

6. Productivity : Penjadwalan proses

sertifikasi lebih mudah diatur yang

berdampak menjadi efektifnya proses sertifikasi secara continous

7. Environment : Kegiatan development welding di DCD memiliki sarana dan

fasilitas yang telah memenuhi standar TUK

dan disesuaikan dengan kebutuhan

perusahaan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bulan Tahun 58 3G 1 s/d 12 September s/d Desember 2019 27 2G 218 1G 164 3F 13 s/d 94 Waktu Jumlah

Welder Grade Batch

Disesuaikan dengan kegiatan DCD

Uraian Waktu (menit) Teori 60 Ujian Teori 30 Praktek 120 Uji Visual 30

Non Destructive Test 30

Destructive Test 30

Susunan Kegiatan Sertifikasi (Kuota 5 Orang)

Before TUK (1)

After TUK

(2) Keterangan

Jumlah Welder Belum Tersertifikasi (a) 467 467 Welder

Biaya Sertifikasi (b) Rp 3,000,000 Rp 1,000,000 b1 : SLV Metropolitan Indonesia Biaya Mengundang Asesor dari LSP (d) Rp 1,500,000 LSP LAS Total biaya mengundang Asesor dari

LSP (e ) (d) x 24 Rp 36,000,000

Mengundang LSP sebagai penguji sebanyak 24 kali pada

94 batch untuk 467 Welder

a1 x b1 Rp 1,401,000,000

(a2 x b2) + e2 Rp 503,000,000

(f1-f2) Rp 898,000,000

Biaya Mesin Press Hydraulic 30 Ton (h) Rp 40,653,800 Kawan Lama Biaya Mesin Band Saw (i) Rp 19,739,720 Kawan Lama Biaya Pembuatan Punch & Dies (j) Rp 5,000,000

Biaya Percetakan & ATK (k) Rp 2,500,000

Biaya Sertifikasi Assesor Internal (l) Rp 11,000,000 SLV Metropolitan Indonesia Biaya Konsultasi TUK (m) Rp 10,000,000 LSP LAS Biaya Verifikasi TUK oleh Assesor (n) Rp 1,500,000 LSP LAS

(h+i+j+k+l+m) Rp 90,393,520

Net Quality Income

Total NQI Rp 807,606,480

Aspek

Total biaya kegiatan sertifikasi

Biaya Saving Cost - Biaya Improvement Total Saving Cost

Total Improvement dan lain-lain

Saving Cost

Improvement

(8)

8

Tabel 7. Analisa Sebelum dan Sesudah TUK Las

Seperti terlihat pada tabel 7 dapat dijelaskan bahwa terdapat 11 aspek improvement yang dilakukan berdasarkan atas permasalahan yang ada. Pemenuhan syarat teknis untuk mendirikan TUK bidang teknik pengelasan fokus pada 3 bagian proses yaitu teori, praktek dan pengujian dengan tujuan agar kegiatan kontrol dan sertifikasi kompetensi dapat berjalan baik sesuai prosedur yaitu menjalin kerja sama dengan LSP terkait di bidang teknik pengelasan sesuai dengan aturan dan standar mutu proses asesmen/penilaian.

5.2 Saran

Pembahasan yang perlu dilanjutkan dan dilakukan pendalaman pada project TUK Las ini yaitu berupa

pelengkapan persyaratan TUK secara non teknis yang berkaitan tentang administrasi, pedoman dan dokumen kelengkapan lainnya yang ditentukan tertulis sesuai acuan BNSP. Kemudian pembahasan detail prosedur operasional pada setiap tahap prosesnya dari tahap training – uji kompetensi –

upgrading & refreshment – sertifikasi – pengelolaan

kompetensi. Dan juga pembahasan TUK ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bisnis perusahaan dengan mengadakan kegiatan sertifikasi welder dari eksternal dan juga dapat digunakan sebagai pelaksanaan training lainnya di bidang pengelasan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] BNSP.(2006-2007-2013-2014).

PERSYARATAN MENJADI TEMPAT UJI KOMPETENSI LAS. Pedoman BNSP.

[2] BNSP. (2010-2017-2018-2019). Pedoman

Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi. Peraturan BNSP.

[3] Drs. Sunarko, M. (2018). Melaksanakan

Rutinitas (Dasar) Pengelasan Dengan Proses LAS GMAW JIP.GM02.001.01.

[4] LSP INSPEKTOR INDUSTRI

MANUFAKTUR. (n.d.). Persyaratan Tempat Uji Kompetensi (TUK) LSP INSPEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR. 2 page.

[5] LSP PPT MIGAS. (22016). Skema Sertifikasi Kompetensi Juru Las 1.

[6] LSP-LMI. (2014). Skema Sertifikasi

Kompetensi Pengelasan (Welder). Skema

Sertifikasi Welder Logam dan Mesin.

[7] Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia. (2012). Sistem

Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional .

Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemenaker.

[8] MENTERI TENAGA KERJA DAN

TRANSMIGRASI. (1982). Kwalifikasi Juru Las Di Tempat Kerja. Peraturan MENTERI

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI.

[9] PT UNITED TRACTORS PANDU

ENGINEERING. (2019, JUNE 15).

PRODUCT. Retrieved from PATRIA.CO.ID:

http://www.patria.co.id/

[10] PT UNITED TRACTORS PANDU

ENGINEERING. (2011). WELDING

PROCEDURE SYSTEM (WPS). ASME

STANDARD, 2 page

NO Sebelum Berdiri TUK Sesudah Berdiri TUK

1

Sebagian besar welder memiliki kompetensi pengelasan yang tergolong secara internal

Seluruh welder memiliki kompetensi pengelasan yang tergolong diakui secara nasional

2

Sulitnya mengatur kegiatan sertifikasi eksternal dikarenakan aktivitas welder dan lsp memiliki kesibukan masing-masing

Penjadwalan kegiatan sertifikasi untuk

welder internal yang berjalan secara

berkelanjutan

3 Waktu proses sertifikasi yang tidak efisien karena dilakukan secara eksternal

Waktu proses sertifikasi yang efisien karena dilakukan secara internal

4 DCD belum dapat melaksanakan sertifikasi

DCD dapat menyelenggarakan kegiatan sertifikasi las BNSP bekerja sama dengan LSP terkait

5

Proses Kegiatan uji kompetensi dan sertifikasi merupakan proses yang berbeda tujuan serta pengembangannya

Proses Kegiatan uji kompetensi dan sertifikasi saling berkesinambungan dalam satu flow process

6

Fasilitas Teori terdapat materi dalam bentuk bahan baku yang diajarkan secara lisan

Fasilitas Teori terdapat materi dalam bentuk handout modul teori dan PPT untuk proses pengajaran yang terstandarisasi

7 Tidak terdapat pelaksanaan ujian teori

Terdapat pelaksanaan ujian teori menggunakan metode e-learning dengan web aplikasi

8

Fasilitas Praktek memadai dan dapat digunakan untuk peralatan yang kondisinya masih sesuai dan tidak rusak

Fasilitas Praktek memadai lebih lengkap terstandarisasi dan lifetime kegunaanya akan lebih lama dengan dilakukan perawatan

NO Sebelum Berdiri TUK Sesudah Berdiri TUK

9 Fasilitas Pengujian terdapat alat uji NDT

Fasilitas Pengujian terdapat alat uji NDT dan alat uji DT yang terstandarisasi 10 Biaya sertifikasi sejumlah Rp

3,000,000/welder

Biaya sertifikasi sejumlah Rp 1,000,000/welder

11

Kegiatan proses bisnis di DCD dilakukan sebatas kebutuhan internal dan kebutuhan support jika dibutuhkan

DCD dapat membuka lini bisnis eksternal perusahaan dengan melakukan kegiatan sertifikasi bagi subcont, vendor, partnership perusahaan, kegiatan sertifikasi dari LSP dan yang lainnya di TUK PT. UTPE

Gambar

Gambar  4. Kebutuhan Pelengkapan Syarat TUK  4.3  Problem  Identification  Correction  Action
Gambar  8. Flow Process Before-After Uji  Kompetensi Dan Sertifikasi Welding 4.5  Evaluasi Hasil
Tabel  4. Perencanaan Jadwal Sertifikasi Welder

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah K-Nearest Neighbor dapat memperkirakan penjualan di tahun 2015 berdasarkan data penjualan produk dari tahun 2012-2014 dengan

Pembelajaran praktikum secara daring memerlukan perangkat tambahan yaitu software VB.NET yang digunakan untuk komunikasi komputer dengan alat peraga praktikum yaitu PLC

Evaluasi Hasil No Kondisi Ideal Kondisi Sebelum Improvem ent Counter measure Action Kondisi Setelah Improvem ent 1 Databas e bisa diakses oleh pihak- pihak yang

Dari perancangan sistem otomatisasi pada rainwater system yang telah dilakukan dapat disimpulkan gedung menara astra dapat memaksimalkan penggunaan air hujan dan

Berdasarkan analisis akar permasalahan process loss pada mesin fin press menggunakan fishbone di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa akar per-masalahan dari process

Pada gambar 4 ditunjukkan respon step alami pesawat terhadap input throttle sebesar 1% untuk kondisi trim V = 130 km/jam, sedangkan pada gambar 5 ditunjukkan respon

Perencanaan system monitoring kwh dengan metode symptom management dan aplikasi IoT, seperti gambar 9, dengan nama “Utility Energi Visualization” (UEV). Obyek penelitian

Total pemakaian beban yang digunakan oleh Gedung A B C D Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta ini sebesar 629,739 kWh/tahun, dapat di akomodir oleh PLTS sebesar