USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM
KRIM KULIT PISANG KEPOK “Musa balbisiana” (KPK) SEBAGAI KRIM ANTI JERAWAT PADA WAJAH
Disusun oleh:
Ramadanti Prativi (K4316051)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SOLO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “Krim Kulit Pisang Kepok “Musa balbisiana” (KPK) sebagai Krim Anti Jerawat pada Wajah”. Shalawat serta salam tak lupa dicurahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju jalan yang terang.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Murni Ramli yang telah membimbing dalam proses pembuatan dan penyusunan proposal. Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada teman-teman Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret (UNS) 2016 yang telah membantu selama penyusunan dan pembuatan proposal. Proposal ini penulis susun sebagai tugas pengganti ulangan akhir semester (UAS) untuk mata kuliah dasar-dasar penulisan karya ilmiah (DDPKI).
Dalam penyusunan proposal penulis menyadari masih ada kekurangan di beberapa sisi. Untuk itu, penulis menyampaikan maaf. Semoga proposal ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL...iv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA...3
2.1 Jerawat... 3
2.1.1 Definisi... 3
2.1.2 Faktor Timbulnya Jerawat...3
2.1.3 Jenis-Jenis Jerawat...4
2.2 Bakteri Penyebab Jerawat...5
2.2.1. Propionilbacterium acnes (Corynebacterium acnes)...5
2.2.2 Staphylococcus epidermidis...5
2.3 Pisang... 6
2.3.1 Uraian umum Pisang...6
2.3.2 Pisang Kepok...6
2.4 Krim Wajah...7
2.4.1 Definisi Krim Wajah...7
2.4.2 Formulasi Krim Wajah...7
2.4.3 Stabilitas Krim...8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...9
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...9
3.2 Subjek Penelitian...9
3.3 Data dan Sumber Data...9
3.4. Pengumpulan Data...9
3.5 Prosedur Penelitian...9
DAFTAR TABEL
BAB I punggung karena bagian-bagian tubuh tersebut merupakan daerah folikel rambut. Walaupun jerawat bukan penyakit serius seperti kanker, namun kemunculannya cukup meresahkan sebagian orang. Perasaan resah karena timbulnya jerawat menurut Ahmed S Ahmed dalam (Kabau, 2012) berkaitan dengan kegelisahan (ansietas) dan depresi yang dipengaruhi oleh kesan dan harga diri serta emosi seseorang. Beberapa orang menganggap jerawat akan membuat mereka tampak jelek. Oleh karena itu, kesan dan harga diri seseorang turun dibandingkan ketika wajah mereka halus tanpa jerawat. Hal ini lah yang memengaruhi timbulnya kegelisahan dan depresi sehingga meresahkan penderita.
Penanganan masalah jerawat telah sering dilakukan oleh masyarakat. Ada banyak cara untuk mengatasi jerawat, salah satunya dengan pemakaian krim anti jerawat. Krim anti jerawat yang digunakan masyarakat pun beragam jenisnya. Ada masyarakat yang menggunakan krim buatan pabrik dan ada pula sebagian yang memilih menggunakan krim berbahan alami. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini semakin banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih menggunakan krim buatan pabrik dengan alasan lebih praktis, tidak perlu membuat sendiri. Padahal menurut (Farida, 2015) beberapa krim anti jerawat buatan pabrik mengandung bahan-bahan berbahaya. Bahan-bahan tersebut antara lain lemak hewani, alkaline, Sodium hidroxide, triclosan c., serta kandungan pH lebih dari tujuh. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit hingga menyebabkan kulit berminyak dan akhirnya berjerawat.
Menanggapi hal tersebut, dibutuhkan suatu inovasi produk untuk mengatasi permasalahan jerawat. Salah satunya dapat dilakukan dengan membuat krim anti jerawat berbahan baku alami. Salah satu bahan alami yang berkhasiat mengatasi jerawat adalah pisang. Pisang atau Musa paradisiaca merupakan buah dengan segudang manfaat pada setiap bagian tubuhnya. Menurut Musalam dalam (F. N. U. R. Saraswati, Kedokteran, Ilmu, & Farmasi, 2015), kulit pisang khususnya kulit pisang kepok (Musa balbisiana) memiliki beberapa kandungan senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri, khususnya bakteri penyebab jerawat. Kandungan senyawa dalam kulit pisang kepok tersebut antara lain flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid.
penjual gorengan hanya memanfaatkan buah pisangnya saja. Kulit pisang yang mereka sangka tidak bermanfaat biasanya dibuang. Padahal dalam kulit pisang terkandung berbagai macam zat yang bermanfaat bagi manusia. Untuk itulah, dalam penelitian kali ini peneliti berinisiatif membuat produk olahan krim dari kulit pisang kepok (Musa balbisiana) sebagai alternatif mengatasi masalah jerawat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah krim KPK (Kulit Pisang Kepok) dapat mengatasi masalah jerawat?
2. Berapa perbandingan ideal antara kulit pisang kepok dengan bahan lain dalam pembuatan krim KPK?
3. Perbandingan komposisi manakah yang paling ideal untuk membuat krim KPK?
4. Apakah ada efek samping yang timbul dari pemakaian krim KPK? 5. Bagaimana tanggapan masyarakat khususnya remaja terhadap produk
krim KPK?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui krim KPK mampu mengatasi masalah jerawat atau tidak. 2. Mengetahui perbandingan ideal antara kulit pisang kepok dengan
bahan lain dalam pembuatan krim KPK.
3. Mengetahui perbandingan komposisi yang paling ideal untuk membuat krim KPK.
4. Mengetahui ada tidaknya efek samping yang timbul dari pemakaian krim KPK.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
2.1.1 Definisi
Jerawat atau dalam bahasa kedokteran disebut Acne vulgaris merupakan radang kronik pada folikel rambut yang disertai penyumbatan karena penimbunan keratin saluran kelenjar. Penyumbatan ini ditandai oleh adanya papula, nodul, pustula, komedo, dan kista. Pada daerah berkembang biaknya kuman (predileksi) seperti wajah, bahu bagian atas, dada, dan punggung sering terjadi penonjolan kulit akibat penumpukan jaringan fibrosa sebagai pengganti jaringan kolagen normal atau yang disebut juga sebagai skar. (Kabau, 2012)
2.1.2 Faktor Timbulnya Jerawat
Penyebab timbulnya jerawat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor luar (eksogen) maupun faktor dalam (endogen).
a. Genetik
Hormon gonadotropin, hormon adrenokortikosteroid, dan hormon androgen memengaruhi dan merangsang aktivitas kelenjar minyak yang memperparah kondisi jerawat yang muncul. (James Fulton dalam (Kabau, 2012))
c. Makanan
Makanan yang mengandung banyak lemak seperti kacang, keju, susu, gorengan, dan lain lain memperparah kondisi jerawat yang timbul. Selain itu makanan dengan kadar kabohidrat tinggi seperti coklat dan makanan manis, makanan pedas, makanan yang banyak mengandung yodium (garam), serta alkohol juga dapat memperparah jerawat. (Siregar dalam (Kabau, 2012))
d. Kosmetika
Pemakaian kosmetik dalam jangka waktu lama dan terus menerus menyebabkan timbulnya komedo yang merupakan bentuk ringan dari jerawat. (Hartadi dalam (Kabau, 2012))
e. Trauma (Mekanika)
f. Faktor psikis
Kondisi psikis seperti stres atau gangguan emosional lainnya menyebabkan kambuhnya jerawat. (Harahap dalam (Kabau, 2012)) g. Infeksi
Bakteri seperti Propionilbacterium acnes (Corynebacterium acnes) dan Staphylococcus epidermidis menyebabkan timbulnya jerawat. Hal ini disebabkan karena hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh Staphylococcus epidermidis dan Propionilbacterium acnes (Corynebacterium acnes). Adanya asam lemak menyebabkan timbulnya komedo yang merupakan bentuk dari jerawat ringan. (Hartadi dalam (Kabau, 2012))
h. Iklim, Lingkungan/pekerjaan
Paparan oli, zat kimia tertentu, dan panas menyebabkan munculnya jerawat. Kondisi tersebut disebut sebagai “Occupational Acne”. Hal ini dikarenakan tingginya hidrasi stratum korneum di lingkungan yang panas dan lembab. (Harahap dalam (Kabau, 2012))
2.1.3 Jenis-Jenis Jerawat
a. Komedo
Komedo merupakan kondisi tersumbatnya pori-pori kulit. Ada dua jenis komedo, yaitu komedo terbuka (blackhead) dan komedo tertutup (white head). Komedo hitam (blackhead) merupakan pori-pori yang membesar dan berwarna hitam. Warna hitam disebabkan oleh perubahan wana pada pori-pori yang tersumbat dikarenakan oksidasi dengan udara. Sedangkan komedo putih (whitehead) terbentuk sebagai tonjolan putih kecil di bawah kulit. Tonjolan putih tersebut disebabkan oleh tumbuhnya kulit pada daerah atas pori-pori yang tersumbat. Berlebihnya minyak dan sel kulit mati menyebabkan munculnya jenis jerawat whiteheads. (Dewi dalam (F. N. U. R. Saraswati et al., 2015)) b. Jerawat biasa (klasik)
Jenis jerawat ini merupakan jenis yang paling sering terjadi dan mudah dikenali. Ciri-ciri jerawat biasa (klasik) sama halnya dengan jerawat yang muncul di wajah pada umumnya yaitu tonjolan kecil yang berwarna kemerahan atau pink. Jerawat ini muncul karena aktivitas bakteri yang menginfeksi pori-pori permukaan kulit. Infeksi tersebut diperparah oleh stress, iklim yang lembab, dan hormon. (Dewi dalam (F. N. U. R. Saraswati et al., 2015))
c. Cystic Acne (Jerawat Batu atau Jerawat Jagung)
2.2 Bakteri Penyebab Jerawat
2.2.1. Propionilbacterium acnes (Corynebacterium acnes)
Klasifikasi
Species : Propionilbacterium acnes (Geo Brooks dalam
(Damayanti et al., 2014))
Habitat bakteri ini adalah pada folikel minyak (sebasea), jaringan manusia, jaringan prostat, dan paru-paru. Habitat utama bakteri ini adalah pada kulit. Namun, bakteri ini juga dapat ditemukan pada saluran nafas atas, konjungtiva, saluran telinga eksternal, rongga mulut, uretra, vagina, dan usus besar. Lebar bakteri adalah 0,5 – 0,8 mikrometer, panjangnya 3-4 mikrometer, bentuk basil dengan ujung runcing atau kokoid (bulat). (Oprica Cristina dalam (Damayanti et al., 2014))
Propionilbacterium acnes akan berpoliferasi saat akumulasi sebum berlangsung pada folikel rambut sebab trigliserida pada sebum nantinya diubah oleh enzim lipase dari Propionilbacterium acnes menjadi monogliserida, digliserida, dan asam lemak bebas. Ketiga zat selanjutnya diubah sebagai gliserol untuk metabolisme Propionilbacterium acnes. Respon peradangan timbul karena folikel rambut terinfeksi Propionilbacterium acnes. (Muhammad Tahir dalam (Damayanti et al., 2014)) Selanjutnya akan timbul gambaran klinis berupa pustula, papula, kista, dan nodul. (Bassam Amro dalam (Damayanti et al., 2014))
2.2.2 Staphylococcus epidermidis
Spesies : Staphylococcus epidermis ((Madani, 2010))
Ciri-ciri morfologi :
3) Bentuk sel bola dengan diameter 0,5‐1,5 um. 4) Jenis bakteri gram positif
5) Tidak motil
6) Tidak memiliki spora 7) Kemoorganotrofik 8) Fakultatif anaerob
9) Optimum pada suhu 30-37˚C 10) Terdiri dari dua pernapasan
11) Metabolisme fermentatif (Holt et al dalam Farasandy dalam (Retno Atun Khasanah, Eko Budiyanto, n.d.))
Ada dua jenis bakteri Staphylococcus, yaitu bakteri yang merupakan anggota flora normal selaput lendir dan kulit manusia dan bakteri patogen penyebab radang yang bernanah hingga sepsis yang dapat berdampak fatal. Bakteri ini bisa menyebabkan pecahnya sel-sel darah atau yang biasa disebut hemolisis. Dengan sifat koagulasenya bakteri ini juga dapat menggumpalkan plasma. Selain itu juga dapat menghasilkan berbagai enzim yang merusak sistem imun dikarenakan kandungan racun pada bakteri bersifat merusak. Habitat bakteri ini biasanya pada daerah kulit. Bakteri Staphylococcus epidermidis sering menyebabkan infeksi nosokomial.
(Farasandy dalam (Retno Atun Khasanah, Eko Budiyanto, n.d.))
2.3 Pisang
2.3.1 Uraian umum Pisang
Pisang merupakan tanaman herba dari wilayah Asia Tenggara. Persebaran tanaman ini meluas sampai kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Tengah, dan Amerika Selatan yang kemudian merata ke seluruh dunia. (Suyanti dalam (Sufy, 2015)).
Tubuh pisang tersusun atas batang semu berupa pelepah-pelepah daun dengan bagian atas berupa tangkai beralur. Daun berhelai lebar dengan pertulangan menyirip. Bunga majemuk, terdiri dari 6 benang sari. Benang sari tersebut berupa 5 benang sari fertil dan satu staminoidal. Buah berbentuk buni (kendaga), di dalamnya terdapat biji bersalut, perisperm, dan endosperm. (Tjitrosoepomo dalam (Sufy, 2015))
2.3.2 Pisang Kepok
Pisang kepok merupakan jenis pisang dengan ukuran cukup besar dan gempal. Pisang ini mempunyai kandungan antasida alami yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan pencernaan seperti diare, sembelit, maupun magh. Pisang ini memiliki tekstur kulit agak keras dan halus dengan aroma yang khas. (I. A. P. D. Saraswati, 2015)
Kingdom : Plantae
Spesies : Musa balbisiana (berdasarkan Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (2015) dalam (Sufy, 2015))
Kandungan kimia dalam kulit pisang kepok (Musa balbisiana) antara lain flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Menurut Aisyah (2004) dalam (F. N. U. R. Saraswati et al., 2015)tanin merupakan zat antibakteri dengan mempresipitasi protein. Efek antimikroba zat tersebut melalui reaksi membran sel, destruksi, dan inaktivasi enzim. Sementara itu, alkaloid dan flavonoid berperan dalam menghambat tumbuhnya bakteri Staphylococcus sp. Sedangkan saponin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai zat antimikroba (Musalam dalam (F. N. U. R. Saraswati et al., 2015))
2.4 Krim Wajah
2.4.1 Definisi Krim Wajah
Krim adalah sediaan semisolid yang tersusun atas emulsi campuran fase air dan fase minyak. (Depkes RI, 1995 dalam (Syifa, 2014)). Kelebihan krim dibandingkan salep adalah krim lebih mudah menyebar secara rata. Selain itu, krim juga lebih mudah dibersihkan dan memiliki daya estetika lebih tinggi. (Ansel, 1989 dalam (Syifa, 2014))
2.4.2 Formulasi Krim Wajah
Berikut ini akan dijabarkan penjelasan dari beberapa formulasi krim yang digunakan dalam pembuatan krim anti jerawat dalam penelitian kali ini. a. Aquades (air murni)
Aquades merupakan air murni bebas mikroba yang didapat melalui proses penyulingan, osmosis terbalik, pertukaran ion, dan lain-lain. b. Propilenglikol
Bahan bersifat tidak toksik namun sedikit menimbulkan iritasi. Bentuk bahan adalah larutan jernih, tidak berbau, dan tidak berwarna. Bahan ini berfungsi sebagai humektan, pelarut untuk ekstrak, dan berfungsi sebagai pengawet.
c. Sorbitan monostearat (Span 60)
Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi agar diperoleh sediaan emulsi yang stabil.
e. Asam Stearat
Berbentuk bubuk putih keras, sedikit mengkilap, dan berwarna putih kekuningan. Fungsi bahan ini adalah sebagai emulsifying agent dan solubilizing agent.
f. Metil Paraben
Bahan ini digunakan sebagai bahan pengawet yang paling efektif untuk kapang dan jamur dengan efektifitas dalam rentang pH 4-8.
g. Propil Paraben
Bahan ini cenderung lebih aktif pada bakteri gram positif dibanding gram negatif. Kombinasi penggunaan paraben dapat membuat aktivitas antimikroba meningkat. (Wade&Weller, 1994 dalam (Syifa, 2014))
2.4.3 Stabilitas Krim
Stabilitas krim dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisika, aspek emulsi, dan aspek emulsi farmasi.
Dari aspek fisika, pemucatan warna, pemisahan fase, bau yang timbul, mengendapnya suspensi atau caking, pecahnya emulsi, dan perubahan fisik lainnya menandakan bahwa sediaan mengalami ketidakstabilan fisika. Sementara itu, tidak adanya creaming dan penggabungan fase dalam merupakan stabilitas yang dilihat dalam aspek emulsi.
Dalam aspek emulsi farmasi dilihat melalui dua kondisi, yaitu: a. Creaming
Pemisahan emulsi ke dalam beberapa lapis cairan yang masing-masing lapisan mengandung fase dispersi yang tidak sama. Creaming ke atas terjadi pada emulsi m/a atau a/m yang tidak stabil. Kerapatan fase terdispersi lebih kecil dibanding fase luar. Creaming ke bawah terjadi berkebalikan dengan creaming atas. (Ansel 2005 dalam (Syifa, 2014)) b. Crecking atau breaking
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian dalam pembuatan krim KPK diselenggarakan pada bulan September hingga Desember 2016.
b. Tempat Penelitian
Penelitian diselenggarakan di laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (FKIP UNS). Sedangkan untuk pengujian produk diselenggarakan di ruang kelas Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret (UNS) 2016.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam pembuatan krim KPK adalah mahasiswa FKIP Biologi UNS 2016.
3.3 Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer didapat dari respon pengguna mengenai produk krim KPK. b. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari literatur berupa jurnal-jurnal terdahulu. c. Sumber Data
a) Dokumentasi kegiatan b) Hasil wawancara c) Observasi langsung
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan secara langsung.
3.5 Prosedur Penelitian
a. Bahan
a) Kulit pisang kepok b) Daun asam
c) Aquadest/air
d) Dimetyl sulfoxide (DMSO) 10% e) Etanol 70%
f) Biakan bakteri Propionibacterium acne
i) Media FTM j) Paperdisc
k) Paperdisc tetrasiklin 30 μg l) α-tokoferol
(Fatmawaty, Aisyah, & Nisa, 2016) b. Metode Pembuatan
Metode pembuatan ekstrak pisang kepok meliputi penyiapan bahan dan pembuatan ekstrak dengan menyari daun asam dan kulit pisang kepok menggunakan pelarut aseton secara maserasi. Maserasi adalah ekstrasi sederhana dengan cara merendam serbuk kulit pisang kepok dan daun asam menggunakan pelarut aseton tanpa melalui proses pemanasan.
Tahap berikutnya adalah pengujian aktivitas antibakteri ekstrak aseton secara difusi menggunakan paperdisc diameter 6 mm pada medium FTM. Sedangkan untuk kontrol positif digunakan paperdisc tetrasiklin. Formulasi dilakukan dengan konsentrasi bahan dari ekstrak tunggal atau kombinasi yang di dalamnya terdapat aktivitas antibakteri Propionibacterium acne yang paling besar.
c. Takaran
Tabel 3. 1Takaran formula krim kulit pisang kepok
Nama Bahan Konsentrasi (%)
F1 F2 F3
Ekstrak kulit pisang kepok
5 5 5
Ekstrak daun asam 5 5 5
Aquadest 100 100 100
α-tokoferol 0,05 0,05 0,05
Metil Paraben 0,2 0,2 0,2
Propil Paraben 0,1 0,1 0,1
Asam Stearat 6 6 6
Propilenglikol 10 10 10
Setil Alkohol 3 3 3
Tween 60 dan Span 60 2 3 4
Sumber: (Fatmawaty et al., 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, M., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Islam, U., & Syarif, N. (2014). ( Allium sativum ) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Propionibacterium acnes SECARA IN VITRO.
Farida. (2015). INOVASI SABUN JERAWAT “Paradis Soap” DARI KULIT PISANG (Musa Paradisiaca) UNTUK MENGOBATI JERAWAT PADA KULIT WAJAH.
Fatmawaty, A., Aisyah, A. N., & Nisa, M. (2016). Uji Aktivitas Dan Formulasi Krim Anti Jerawat Dari Beberapa Bahan Alam, 37–42.
Kabau, S. (2012). Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian Akne Vulgaris.
Madani, A. (2010). Perbandingan Aktivitas dan Mekanisme Penghambatan Antibakteri Ekstrak Air dengan Ekstrak Etil Asetat Gambir (Uncaria gambir Roxb.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, dan Streptococcus pyogenes.
Retno Atun Khasanah, Eko Budiyanto, N. W. (n.d.). PEMANFAATAN EKSTRAK SEREH (CHYMBOPOGON NARDUS L.) SEBAGAI ALTERNATIF ANTI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS, 1–9.
Saraswati, F. N. U. R., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., & Farmasi, P. S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning ( Musa balbisiana ) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat ( Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Propionibacterium acne).
Saraswati, I. A. P. D. (2015). Eksperimen pembuatan abon kulit pisang dari jenis kulit yang berbeda dan pengaruhnya terhadap kualitas abon kulit pisang.
Sufy, Q. (2015). Pengaruh Variasi Perlakuan Bahan Baku dan Konsentrasi Asam terhadap Ekstraksi dan Karakteristik Pektin dari Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana BBB).
Syifa, D. (2014). Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Anti- Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis ( Garcinia magostana L.) dengan Metode DPPH ( 1,1 - Diphenyl-2- Picril Hydrazil ).