BAB 2
GAMBARAN UMUM DAN
KONDISI WILAYAH
2.1.
Kondisi Umum
Secara topografi wilayah Kabupaten Bangka Barat terdiri dari rawa-rawa
dengan hutan bakau, wilayah pantai landai berpasir, daratan rendah dan
bukit-bukit dengan hutan lebat. Suku dan etnis penduduk terdiri dari suku
Melayu, keturunan Tionghoa, Jawa, Arab Melayu, Palembang, Bugis dan
Batak.
Mata pencaharian penduduk tersebar di berbagai kegiatan pertambangan,
perkebunan, pertanian, perikanan, kelautan, perdagangan barang dan jasa,
serta pegawai negeri, BUMN dan swasta. PT. Timah Tbk salah satu
perusahaan BUMN yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung banyak
menampung tenaga kerja dan Kota Muntok adalah pusat peleburan biji
timah pertama dan terbesar yang ada di Indonesia.
Visi Kabupaten Bangka Barat adalah “
Terwujudnya Penyelenggaraan
Pemerintahan yang Profesional, Transparan, Bertanggung Jawab
Menuju Masyarakat yang Tertib, Aman, Maju, dan Berkembang
”
.
Ibu Kota
: Muntok
Tanggal Pembentukan
: 25 Februari 2003
Dasar Hukum Pembentukan
: UU 05/2003
2.2.
Letak Geografis
Secara geografis, Kabupaten Bangka Barat terletak pada 105
0sampai 106
0bujur timur dan 1
0sampai 2
0lintang selatan. Daerah ini terletak di bagian
barat Pulau Bangka dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
sebelah barat dengan Selat Bangka
sebelah timur dengan Kab Bangka
Kabupaten Bangka Barat merupakan daerah yang strategis ditinjau dari
sudut geografisnya. Hal ini dikarenakan posisi Kabupaten Bangka Barat
dekat dengan Pulau Sumatera sehingga menjadi pintu gerbang masuknya
barang dan penumpang dari Pulau Sumatera yang melewati laut.
Seluruh wilayah daratan Kabupaten Bangka Barat berada di Pulau Bangka
dengan total luas wilayah lebih kurang 2.883,70 Km
2atau 288.370 Ha.
Wilayah daratan terbagi dalam enam kecamatan, yaitu Kecamatan Kelapa
dengan luas wilayah 573,80 Km
2, Kecamatan Tempilang dengan luas
wilayah 461,02 Km
2, Kecamatan Muntok dengan luas wilayah 505,94 Km
2,
Kecamatan Simpang Teritip dengan luas wilayah 637,35 Km
2, Kecamatan
Jebus dengan luas wilayah 351,93 Km
2dan Kecamatan Parittiga dengan
luas wilayah 354,11 Km
2.
Kecamatan Simpang Teritip merupakan wilayah kecamatan terluas di
Kabupaten Bangka Barat dengan persentase mencapai 22,10 persen,
sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Jebus
dengan persentase sebesar 12,20 persen
2.3.
Wilayah Administratif
Wilayah administrasi pemerintah kabupaten/kota terbagi dalam wilayah
kecamatan dan kelurahan/desa. Pada tahun 2010, Kabupaten Bangka Barat
yang luasnya sekitar 2.883,70 km
2terdiri dari 6 Kecamatan, 4 kelurahan
dan 60 desa serta didukung 172 dusun/lingkungan.
Pada tahun 2010, tidak terjadi pemekaran wilayah pada tingkat
desa/kelurahan. Pada tahun 2009, jumlah desa/kelurahan sebanyak 64
desa/kelurahan, kemudian pada tahun 2010 jumlah desa/kelurahan tetap
Tabel 2.1.
Luas Wilayah Kabupaten Bangka Barat
Dirinci Menurut Kecamatan
No.
Kecamatan
Luas
(Km
2)Luas
(%)
1
Muntok
363,72
12,74
2
Simpang Teritip
781,12
27,36
3
Kelapa
611,16
21,40
4
Jebus dan Parittiga
706,19
24,73
5
Tempilang
393,14
13,77
Kabupaten Bangka Barat
2.855,33 100,00
Gambar 2.1.
Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Barat
14
12
10
4 8
6
0 2
Muntok Simpang
Teritip 7
13
Kelapa Tempilang Jebus Parittiga 14
9
11
Gambar 2.2
Peta Administratif Kabupaten Bangka Barat
2.4.
Klimatologi
Kabupaten Bangka Barat beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan
antara 137,4 hingga 471,8 mm tiap bulan untuk tahun 2010, dengan curah
hujan terendah pada bulan September.
Suhu rata-rata berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika
Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 26,0 hingga 28,0 derajat
Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 79,6 hingga 86,1
Sementara itu, intensitas penyinaran matahari pada tahun 2010 rata-rata
bervariasi antara 21,0 hingga 53,8 persen dan tekanan udara antara 1007,4
hingga 1011,0 mb.
Gambar 2.3
Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Bangka Barat
2.5.
Keadaan Tanah
Tanah di daerah Kabupaten Bangka Barat mempunyai PH rata-rata di
bawah 5, didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian
lainnya seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk
dan keadaan tanahnya adalah sebagai berikut:
4% berbukit seperti Bukit Menumbing dengan ketinggian sekitar 445
meter dan lain-lain. Jenis tanah perbukitan tersebut adalah
Komplek Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dan Litosol berasal dari
Batu Plutonik Masam.
51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi
Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek
Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam.
20% lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi
Podsolik berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit.
450 400 500
350 300 250 200 150 100 50 0
25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi
Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol Kelabu Muda
berasal dari endapan pasir dan tanah liat.
2.6.
Hidrologi
Pada umumnya, sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka Barat berhulu
di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut.
Sungai-sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka Barat adalah:
Sungai Kampak, Sungai Antan, Sungai Penyampak, Sungai Kayu Arang dan
lain-lain.
Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum
bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih
cenderung mencari ikan ke laut.
Pada dasarnya, danau alam tidak terdapat di Kabupaten Bangka Barat,
hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga
menjadikannya seperti danau buatan yang disebut
“
kolong
”.
2.7.
Fauna
Di kawasan hutan terdapat binatang liar seperti: Rusa, Beruk, Monyet,
Lutung, Babi, Tringgiling, Napuh, Musang, Murai, Tekukur, Pipit, Kalong,
Elang, Ayam Hutan, dan tidak terdapat binatang buas seperti Gajah,
Harimau dan lain-lain sebagainya.
2.8.
Flora
Tumbuhan hutan terdapat macammacam kayu seperti : Kayu Ramin,
Meranti, Kapuk, Jelutung, Pulai, Gelam, Bitanggor, Meranti Rawa,
2.9.
Jarak Dari Muntok Ke Ibu Kota Kabupaten/Kota
Lain
Jarak yang paling jauh dari ibukota Kabupaten Bangka Barat (Muntok) ke
ibukota kabupaten lain adalah Toboali (Kabupaten Bangka Selatan)
kemudian Koba (Kabupaten Bangka Tengah), Sungailiat (Kabupaten
Bangka) dan yang terdekat adalah Pangkalpinang (Ibukota Propinsi)
berjarak 138 Km.
2.10.
Demografi
Data hasil registrasi penduduk dari Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bangka Barat menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten
Bangka Barat meningkat dari 154.530 jiwa pada tahun 2009 menjadi
178.801 jiwa pada tahun 2010 atau bertambah sebanyak 24.271 jiwa.
Apabila dilihat menurut kecamatan, Kecamatan Muntok memiliki jumlah
penduduk tertinggi yaitu sebesar 46.748 jiwa.
Dari data yang tersedia pada tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 92.353 jiwa atau sekitar 51,65 persen dari seluruh penduduk
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 86.448 jiwa atau 48,35 persen
dari seluruh penduduk.
Adapun tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bangka Barat mencapai 62
orang per Km
2. Tingkat kepadatan penduduk bervariasi tiap kecamatan.
Kecamatan Muntok memiliki tingkat kepadatan tertinggi yakni sebesar 92
orang per Km
2dan Kecamatan Simpang Teritip memiliki tingkat kepadatan
terendah yakni sebesar 41 orang per Km
2.
Berdasarkan kelompok umur, penduduk di Kabupaten Bangka Barat
didominasi oleh kelompok umur muda. Secara berurutan penduduk yang
terbanyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun yakni sebanyak 19.607
kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 18.557 jiwa atau 10,59 persen dan
kelompok umur 20-24 tahun yakni 17.762 jiwa atau 10,14 persen.
Distribusi penduduk menurut umur menunjukkan bahwa 30,68 persen
penduduk Bangka Barat berusia muda (umur 0-14 tahun), 65,78 persen
berusia produktif (umur 15-64 tahun), dan hanya 3,34 persen yang
berumur 65 tahun lebih, sehingga berdasarkan angka mutlaknya diperoleh
angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Bangka Barat sebesar
51,72. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 52
orang penduduk usia tidak produktif. Semakin besar angka ketergantungan,
maka semakin besar pula beban yang ditanggung oleh penduduk usia
produktif, berarti semakin besar hambatan atas upaya perkembangan
daerah.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka
Menurut Kecamatan Tahun 2010
No
Kecamatan
Jumlah (Jiwa)
Kepadatan
(Jiwa/Km
2)
1.
Muntok
45.398
125
2.
Simpang Teritip
26.567
34
3.
Kelapa
30.556
50
4.
Jebus dan Parittiga
48.202
68
5.
Tempilang
24.387
62
Gambar 2.4
Piramida Penduduk Kabupaten Bangka Barat
Gambar 2.5.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ketas
yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis kelamin
12000 8000 4000 0 4000 8000 12000
Angkutan, pergudan gan, dan komunikasi; 1,60
Perdagangan, ruma h makan, dan jasa akomodasi; 19,38
Konstruksi; 2,62
jasa perusahaan; 0,25 estat, usaha persewaaan, dan
Lembaga keuangan, real
Industri; 2,81
Pertambangan dan Penggalian; 24,34
Jasa Kemasyarakatan, so
sial, dan perorangan; 8,64
2.11.
Profil Pendidikan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya Kabupaten Bangka Barat,
pembangunan sektor pendidikan semakin penting dengan ditetapkannya
titik berat pembangunan pada bidang ekonomi maka harus diiringi dengan
peningkatan sumber daya manusia.
Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk manusia yang berkualitas
sebagaimana
yang
dicita-citakan
yang
memiliki
kemampuan
memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembangunan ekonomi, sosial
budaya dan berbagai bidang lainnya. Dengan demikian pendidikan
merupakan cara untuk membangun manusia sebagai sumberdaya
pembangunan.
Pada tahun 2010, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Bangka Barat tercatat di Kabupaten Bangka Barat terdapat 124 jumlah
Sekolah Dasar (SD), terdiri dari SD Negeri sebanyak 121 unit dan SD
Swasta sebanyak 3 unit.
Sementara itu untuk jumlah SMP sebanyak 31 unit yang terdiri dari SMP
Negeri 23 unit dan SMP Swasta 8 unit. Sedangkan tingkat SMA sebanyak 10
unit yang terdiri dari SMA Negeri 5 unit dan SMA Swasta 5 unit, dan untuk
SMK sebanyak 7 unit yang terdiri dari SMK Negeri 3 unit dan SMK Swasta 4
unit.
Sebagai pendukung sarana dan prasarana yang telah dibangun cenderung
diimbangi dengan keberadaan guru yang jumlahnya relatif besar dan juga
sangat dibutuhkan di Kabupaten Bangka Barat. Guru-guru yang mengajar di
TK sebanyak 116 orang, SD sebanyak 1.235 orang, SMP sebanyak 557
Sementara itu jumlah murid SD sebanyak 22.517 orang (SD Negeri 21.154
orang dan SD Swasta 1.363 orang), murid SMP sebanyak 5.750 orang (SMP
Negeri 4.931 orang dan SMP Swasta 819 orang), murid SMA sebanyak
2.581 orang (SMA Negeri 1.739 orang dan SMA Swasta 842 orang), murid
SMK sebanyak 1.718 orang (SMK Negeri 1.094 orang dan SMK Swasta 624
orang).
Sementara itu, data pendidikan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Bangka Barat menunjukkan jumlah MI (Madrasah Ibtidaiyah) sebanyak 5
unit, jumlah MTs (Madrasah Tsanawiyah) negeri 8 unit dan MA (Madrasah
Aliyah) negeri 3 unit.
Gambar 2.6
Jumlah Murid, Guru dan Sekolah di Kabupaten Bangka Barat
2.12.
Profil Kesehatan
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah pembangunan dalam
upaya bangsa Indonesia mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.
25000
20000
15000
10000
5000
0
SD SEDERAJAT 129
SMP
SEDERAJAT SMA 1346
39
23054
576
20
SEKOLAH 6789
379
GURU 4545
Pembangunan kesehatan dalam rangka terciptanya kualitas sumberdaya
manusia sebagai insan harus dilakukan dalam keseluruhan proses
kehidupannya mulai dari dalam kandungan bahkan jauh sebelumnya, yaitu
dengan memperhatikan tingkat kesejahteraan para calon ibu, kemudian
sebagai bayi, balita, usia sekolah, remaja, pemuda, usia produktif, sampai
kepada usia lanjut.
Dengan demikian pembangunan kesehatan juga mempunyai peranan yang
amat penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam setiap
tahap pembangunan.
Di Kabupaten Bangka Barat pembangunan di bidang kesehatan juga tak
luput dari perhatian pemerintah maupun masyarakat.
Pada tahun 2010, jumlah penduduk yang menderita penyakit asma
sebanyak 1.895 orang, infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian
atas (SPBA) sebanyak 16.548 orang, penyakit lain pada SPBA sebanyak
4.688 orang, penyakit pada sistem otot 3.782 orang, penyakit kulit infeksi
sebanyak 1.141 orang, malaria klinis 144 orang, penyakit tekanan darah
tinggi 4.103 orang, penyakit kulit alergi 1.962 orang dan diare sebanyak
4.944 orang.
Sementara itu tahun 2010 jumlah tenaga paramedis non perawat kesehatan
yang berpendidikan AKZI 13 orang, APK 18 orang, Akademi Rontgent 3
orang dan Pendidikan SPPH 1 orang. Guna menunjang derajat kesehatan
masyarakat, ternyata partisipasi pihak swasta juga sangat besar. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya Balai Pengobatan Swasta sebanyak 9 unit,
BKIA Swasta 2 unit, Dokter yang buka praktek swasta hingga mencapai 15
orang.
Di bidang kesehatan khususnya Keluarga Berencana (KB) perhatian
pemerintah juga tak kalah pentingnya. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Hasil pendataan Keluarga
jumlah keluarga tahun 2009 ini terdiri dari Pra KS sebanyak 460 KK, KS I
sebanyak 5.296 KK, KS II sebanyak 18.682 KK, KS III sebanyak 17.722 KK
dan KS III + (plus) sebanyak 123 KK.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Bangka Barat pada tahun
2009 adalah sebanyak 33.397 PUS, dari jumlah tersebut yang
menggunakan alat kontrasepsi KB sebanyak 23.720 PUS. Dari jumlah
tersebut diantaranya sebanyak 248 PUS menggunakan IUD, 3 memakai
MOP, 316 memakai MOW, 906 PUS Implant, 11.794 PUS Suntikan, 10.030
PUS menggunakan Pil dan 525 PUS memakai Kondom.
Gambar 2.7
Jumlah lembaga Kesehatan di Kabupaten Bangka Barat
2.13.
Perhubungan
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai
dasar tujuan dan pedoman pembangunan nasional.
Sektor transportasi di Kabupaten Bangka Barat termasuk dalam sektor
strategis. Hal ini terlihat dari pertambahan sarana dan prasarana yang
cenderung meningkat dan menunjang terhadap pembangunan sektor-sektor
RUMAH SAKIT PUSKESMAS PUSTU POLINDES POSKESDES 1
8
19
21
penumpang maupun jasa termasuk informasi baik antar kecamatan
maupun antar pulau seperti Bangka-Palembang bahkan Bangka- Jakarta.
Penyelenggaraan system transportasi di Kabupaten Bangka Barat meliputi
transportasi air (laut) dan darat. Sistem transportasi ini dikembangkan
secara terpadu untuk mewujudkan sistem distribusi yang mantap dan
mampu memberikan pelayanan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kepentingan masyarakat.
2.13.1.
Perhubungan Laut
Pada tahun 2010, jumlah penumpang yang turun di Pelabuhan Tanjung
Kalian sebanyak 199.586 orang dan penumpang yang naik sebanyak
167.866 orang. Jumlah penumpang mengalami kenaikan dibandingkan
tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2009 jumlah penumpang yang turun
sebanyak 143.914 orang dan penumpang yang naik sebanyak 140.090
orang.
2.13.2.
Perhubungan Darat
Aktifitas perhubungan penduduk Kabupaten Bangka Barat sehari-harinya
cenderung menggunakan perhubungan darat melalui jalan raya. Jalan
Kabupaten yang dibawah pengawasan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Bangka Barat adalah sepanjang 782,396 Km yang terdiri dari 537,245 Km
diaspal, kerikil 219,451 Km dan dan tanah sepanjang 25,700 Km.
Berdasarkan kondisi jalan,346,504 Km dalam keadaan baik, 329,786 Km
sedang, 77,037 Km rusak dan 29,069 Km rusak berat.
Jalan yang ada tersebut dimanfaatkan antara lain oleh 51 armada angkutan
dari 14 Perusahaan Otobis (PO) yang ada. Sementara itu, jumlah unit
kendaraan yang diuji/KIR sebanyak 2.104 kendaraan yang terdiri dari 1.929
unit KIR ulang dan 175 KIR baru. Sedangkan jumlah kendaraan yang
membayar pajak kendaraan bermotor sebanyak 36.187 kendaraan yang
2.14.
Hotel dan Penginapan
Kabupaten Bangka Barat memiliki potensi wisata yang cukup menarik
seperti pantai, air panas, peninggalan sejarah dan gunung/ perbukitan.
Kabupaten Bangka Barat memiliki 7 sarana hotel dan akomodasi terdiri dari
1 hotel berbintang dan 6 hotel/penginapan Melati. Pada tahun 2010, jumlah
tenaga kerja pada hotel/penginapan sebanyak 45 orang yang umumnya
berpendidikan di bawah SMP dan SMA.
Jumlah hotel/penginapan di Kabupaten Bangka Barat sebanyak 7 hotel/
penginapan. Pada tahun 2010, jumlah tamu yang datang di hotel
berbintang sebanyak 2.598 orang dan tamu yang datang di hotel melati
sebanyak 7.550 orang. Berdasarkan Kantor Imigrasi Pangkalpinang, jumlah
wisatawan mancanegara yang masuk ke Kabupaten Bangka Barat sebanyak
24 orang.
2.15.
Listrik dan Air Minum
Di Kabupaten Bangka Barat pengadaan listrik dikelola oleh PT. PLN
(Persero) UB-SB2JL Cabang Bangka dan perusahaan/usaha listrik milik
masyarakat (swasta). Sedangkan air minum dikelola oleh Perusahaan
Daerah Air Minum Kabupaten Bangka Barat.
Pada tahun 2010, banyaknya pelanggan listrik berjumlah 16.340 pelanggan
yang terdiri dari: rumah tangga sebanyak 15.092 pelanggan, pemerintahan
sebanyak 143 pelanggan, badan sosial sebanyak 408 pelanggan, bisnis
sebanyak 677 pelanggan, industri 3 pelanggan dan untuk penerangan jalan
sebanyak 17.
Pada tahun 2010, jumlah Air minum yang telah disalurkan PDAM Kabupaten
Bangka Barat sebanyak 448.071M
3. Jumlah pelanggan air minum di
Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2010 terdiri dari sosial umum
sebanyak 28 pelanggan, sosial khusus sebanyak 28 pelanggan, rumah
2.16.
Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah rangkaian dari keseluruhan tatanan, perangkat,
kelembagaan dan kebijaksanaan penganggaran daerah yang meliputi
Pendapatan dan Belanja Daerah. Sumber-sumber pendapatan daerah
dibedakan atas penerimaan dari daerah dan penerimaan pembangunan,
dan urusan kas dan perhitungan. Anggaran Belanja Daerah terdiri atas
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.
Kebijaksanaan keuangan daerah tidak terlepas secara integral dengan
kebijaksaan fiskal dan neraca pembayaran yang secara bersama-sama
merupakan kebijakan ekonomi makro yang penting dalam upaya
mendukung tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
2.16.1.
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak
Bumi Dan Bangunan (PBB)
Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hasil rekapitulasi PAD
Kabupaten Bangka Barat yang dikelola oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat untuk tahun anggaran
2010 realisasi yang diterima sebesar 27.489.104.182,71 rupiah, meningkat
dibandingkan pada tahun anggaran 2009 sebesar 27.192.452.744,96
rupiah.
Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menurut sektor tahun anggaran
2010 sebesar 32.426.972.179 rupiah dari target yang telah ditetapkan
sebesar 27.766.672.579 rupiah atau 116,78 persen. Sedangkan pada tahun
2009, realisasi PBB sebesar 30.446.155.404 rupiah dari target yang telah
ditetapkan sebesar 19.921.874.862 rupiah atau 152,83 persen.
Jumlah wajib pajak yang ditetapkan pada tahun anggaran 2010 meningkat
sebanyak 34.273 wajib pajak dibandingkan pada tahun 2009 berjumlah
2.16.2.
Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pembangunan
Realisasi pendapatan daerah Kabupaten Bangka Barat pada tahun anggaran
2010 adalah sebesarRp.366.919.875.347,58,- dengan komposisi sebagai
berikut :
Jenis Pendapatan
Nilai (Rp)
PAD
27.489.104.182,71
Dana Perimbangan
339.430.771.164,87
Lain-lain pendapatan yang sah
-
Jumlah
366.919.875.347,58
Sementara itu, realisasi Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat tahun
anggaran 2010 sebesar Rp.408.633.899.164,60,- turun dari tahun 2009
yang sebesar Rp.431.792.494.191,30,-.
2.17.
Isu Strategis
Isu strategis Kabupaten Bangka Barat adalah:
Kedekatan lokasi dengan pelabuhan Tanjung Api-Api di Sumatera
Selatan;
Provinsi Sumatera Selatan menjadi lumbung energi nasional sehingga
memberikan
multiplier effect
terhadap Kabupaten Bangka Barat;
Memiliki potensi sumber daya alam yang cukup memadai baik yang
bersifat
renewable
maupun
nonrenewable
;
3,08
6,67
7,49
Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Memiliki potensi kelautan yang dapat menjadi unggulan basis
perekonomian di masa yang akan datang, salah satunya di Teluk
Kelabar;
Memiliki beberapa potensi pariwisata sejarah;
Terdapatnya pelabuhan Muntok dan Tanjung Kalian yang menunjang
tingkat aksesibilitas wilayah;
Adanya pe
ngembangan kawasan Muntok dan sekitarnya (“Muntok
Lama” dan “Muntok Baru”);
Adanya pengembangan KIPT di Tanjung Ular;
Adanya pengembangan PLTN Menggris;
Degradasi daya dukung lingkungan dan penggunaan lahan yang
tumpang tindih;
Belum optimalnya pemanfaatan SDA;
Belum adanya penataan bekas galian dan pemanfaatan kolong;
Masih minimnya SDM dan sarana dan prasarana wilayah; dan
Ketimpangan perkembangan antara koridor Pangkalpinang
–
Muntok
dengan wilayah lainnya.
2.18.
Tinjauan RTRW Kabupaten Bangka Barat
2.18.1.
Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Penataan Ruang
1).
Tujuan Penataan Ruang
Terwujudnya Kabupaten Bangka Barat Sebagai Kabupaten yang
Berbasis Pertanian, Kelautan, Pariwisata, Pertambangan dan Industri
dengan Azas Keseimbangan Lingkungan.
2).
Kebijakan dan strategi penataan ruang
a.
Peningkatan kualitas fungsi-fungsi pelayanan pada pusat-pusat
pelayanan.
Strategi:
Mengembangkan fasilitas dan sarana yang sesuai dengan fungsi
dan hierarki pusat-pusat pelayanan; dan
Mengembangkan fungsi atau kegiatan baru pada pusat-pusat
b.
Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat dalam wilayah yang
merata dan berhierarki, dan peningkatan akses dari luar wilayah
yang terkait.
Strategi:
Meningkatkan keterkaitan antar pusat dan keterkaitan antara
pusat dengan kawasan perdesaan; dan
Mengembangkan
pusat-pusat
baru
yang
strategis
bagi
mendukung perkembangan wilayah.
c.
Peningkatan kualitas pelayanan dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana tansportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air yang
merata di seluruh wilayah.
Strategi:
Meningkatkan jaringan prasarana transportasi dan keterpaduan
pelayanan transportasi jalan raya, tansportasi penyeberangan,
dan transportasi laut;
Meningkatkan jaringan energi listrik dengan pengembangan
pembangkit serta jaringan transmisi dan distribusi;
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan sistem jaringan
sumber daya air; dan
Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi yang dapat
menjangkau seluruh wilayah.
d.
Peningkatan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi
perlindungannya.
Strategi:
Meningkatkan kualitas kawasan hutan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung, yaitu kawasan cagar alam dan kawasan hutan
lindung; dan
Mengeluarkan secara bertahap bentuk-bentuk kegiatan yang
berada di dalam kawasan lindung yang tidak sesuai dengan fungsi
perlindungan dan/atau dapat merusak fungsi perlindungan
kawasan lindung.
e.
Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup.
Menetapkan kawasan lindung dan/atau fungsi perlindungan di
ruang darat, ruang laut, ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi; dan
Menetapkan proporsi luas kawasan lindung paling sedikit 30 %
(tiga puluh persen) dari luas wilayah.
f.
Pencegahan
dampak
negatif
kegiatan
manusia
yang
dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Strategi:
Melindungi kemampuan daya dukung lingkungan hidup dari
tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan
oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya serta untuk menyerap zat,
energi, dan/atau komponen lainnya yang dibuang ke dalamnya;
Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan; dan
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi
masa depan.
g.
Peningkatan produktifitas kawasan budidaya.
Strategi:
Memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang
berada di luar kawasan lindung menjadi kawasan budidaya sesuai
dengan sifat dan kondisi lahannya; dan
Meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan
usaha-usaha intensifikasi dan diversifikasi tanaman.
h.
Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budidaya.
Strategi:
Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan untuk mendorong
Mengembangkan kawasan budidaya pertanian pangan untuk
mendukung perwujudan ketahanan pangan nasional.
i.
Pengendalian
perkembangan
kegiatan
budidaya
agar
tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Strategi:
Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun pada
kawasan yang rawan bencana; dan
Mengembangkan
kawasan
perkotaan
dengan
bangunan
bertingkat terutama untuk kegiatan dengan fungsi komersial atau
bernilai
ekonomi
tinggi
guna
penghematan
ruang
dan
memberikan ruang terbuka pada kawasan tersebut.
2.18.2.
Rencana Struktur Ruang
1.
Sistem Perkotaan
No.
Sistem Perkotaan
Lokasi
1. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) Muntok 2. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) Kelapa 3. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) Simpang Teritip
Air Putih Jebus Tempilang Tanjung Ru
Ibul 4. PPL (Pusat Pelayanan Lokal) Air Nyatoh
Kundi Rukam
Kapit Cupat Kacung
Pusuk Kayu Arang Penyampak
Sangku
2.
Sistem Transportasi
a.
Jalan
Jaringan Jalan
Ruas Jalan
Panjang
(Km)
Jalan Kolektor Primer 1 (Jalan Nasional)
Tanjung Kalian - Muntok - Kelapa- Batas Kabupaten
82,85
(Jalan Provinsi) - Parit Tiga - Tanjung Ru 26,00 - Simpang Tempilang – Tempilang 32,00 - Sangku – Ke arah Puding 9,00 - Simpang Gong – Pantai Tungau -
Jalan Kolektor primer 3 (Jalan Kabupaten)
- Air putih – Air Limau 15,25 - Muntok – Sukal - Kundi 27,60 - Pelangas – Kundi 23,00 - Simpang Teritip – Air Nyatoh – Kampak -
Jebus
25,25
- Parit Tiga – Pelawan - Cupat 18,75 - Kapit – Cupat 11,25 - Kedondong – Rukam – Air Bulin 26,50 - Parit Tiga – Ranggi – Tbk Petar 9,25 - Simpang Bulin – Rukam 13,00 - Kelapa – Pusuk – Tuik 11,35 - Kelapa – Kayu Arang 16,80 - Berang – Rajik - Belar - - Simpang tiga – Rumpis - - Kacung – Pangkal Beras -
Jalan Khusus KIPT Muntok – Air Putih – Tanjung Ular – Airlimau 13,60 Jalan Khusus Wisata - Johar – Bembang 12,85 - Dendang – OW Air Panas 6,25 - Mayang – Rambat 12,35 - Parit Tiga – Penganak 15,00 - Dusun Sika - Tanjung Persang -
b.
Terminal Penumpang
No.
Kelas
Lokasi
1. Terminal Tipe B Muntok dan Kelapa
2. Terminal Tipe C Parit Tiga, Jebus, Tempilang, dan Simpang Teritip
c.
Angkutan Penyeberangan
No.
Pelabuhan
Penyeberangan
Cakupan Pelayanan
1. Tanjung Kalian Melayani angkutan penyeberangan dengan Kapal Feri dan Kapal Cepat ke Palembang dan/atau Tanjung Api-Api
2. Tanjung Ru Melayani penyeberangan dengan Kapal Feri ke Belinyu. Tanjung Ru dan Belinyu tersebut terletak di perairan Teluk Kelabat
d.
Transportasi Laut
No.
Hierarki Pelabuhan
Lokasi
Terpadu (KIPT) 3. Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI)
Teluk Rubiah Kelurahan Tanjung
e.
Transportasi Udara
Guna mendukung kegiatan yang berkembang di KIPT (lepas pantai)
direncanakan prasarana angkutan udara khusus, untuk melayani
penerbangan dengan pesawat amphibi.
3.
Jaringan Energi
No.
Rencana
Lokasi
1. Pengembangan PLTU Kawasan Stock Pile Batubara di Tanjung Kalian
2. Pengembangan PLTN Menggris Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok 3. Pengembangan jaringan
transmisi tenaga listrik
Kecamatan Muntok, Simpang Ibul
(Kecamatan Simpangteritip) dan kawasan permukiman di sekitar Kawasan Industri
4.
Jaringan Telekomunikasi
Pelayanan telekomunikasi melalui kabel maupun seluler yang mencapai
desa-desa.
5.
Persampahan
TPA terletak di Desa Air Belo dengan luas yaitu 20 Ha.
6.
Jaringan Limbah
Sistem individual, dengan memakai tangki septik (septic tank)
individu untuk masing-masing rumah atau bangunan untuk
pengelolaan air limbah rumah tangga.
Sistem komunal dengan menggunakan tangki septik komunal untuk
pengembangan perumahan baru, terutama yang berupa kompleks
perumahan terencana di kawasan perkotaan.
Instalasi pengolahan limbah dengan pengawasan oleh pemerintahan
2.18.3.
Rencana Pola Ruang
1.
Kawasan Lindung
No.
Fungsi Lahan Lahan
Lokasi
Luas (Ha)
1. Kawasan Cagar Alam (CA)
a. Gunung Menumbing Muntok 3.897,00 b. Jering Menduyung Desa Kundi, Kecamatan
Simpang Teritip
1.700,00 c. Gunung Maras Desa Tuik, Kecamatan Kelapa 1.345,00 d. Di Pulau-pulau Kecil Simpang Teritip, Kelapa, Jebus,
dan Tempilang 3. Kawasan yang memberi
Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Sebagian dari kawasan sekitar mata air di dalam Kawasan Lindung yaitu Hutan Lindung, Cagar Alam, dan Kawasan Budidaya yang telah ditetapkan.
4. Kawasan Perlindungan Setempat
Di pesisir yang berhadapan dengan Laut Natuna, Selat Bangka, dan Teluk Kelabat. 5. Kawasan Sempadan Sungai Di dalam Kawasan Lindung
yang telah ditetapkan yaitu Hutan Lindung dan Cagar Alam 6. Kawasan Sempadan Kolong
atau Waduk
Di dalam Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
7. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Tersebar di seluruh kecamatan 8. Kawasan Cagar Budaya dan
Ilmu Pengetahuan
Kota Muntok Lama dan sekitarnya
9. Kawasan Rawan Bencana
a. Longsor - Tersebar di hampir semua
kecamatan di Kabupaten Bangka Barat.
- Lokasi yang paling rawan
adalah di Desa Pelangas KecamatanTeritip.
b. Banjir/Genangan - Kelurahan Tanjung Kampung
Ulu Teluk Rubyah dan Kelurahan Sungai Daeng Kampung Culong, Kota Muntok
- Desa Puput dan Desa
Kelabat, Kecamatan Parittiga
- Kelurahan Kelapa,
Kecamatan Kelapa
- Desa Jebus, Kecamatan
Jebus
c. Abrasi Pantai - Desa Bakit, Kecamatan
Parittiga
- Desa Tanjung Niur dan Desa
No.
Fungsi Lahan Lahan
Lokasi
Luas (Ha)
Muntok
2.
Kawasan Budidaya
No.
Fungsi Lahan
Lokasi
Luas (Ha)
9. Industri dan PelabuhanTerpadu
Muntok 1.284,88 10. Stock Pile Batubara dan PLTU Muntok 100,93 11. Pelabuhan Penyeberangan
Tanjung Kelian
No.
Fungsi Lahan
Lokasi
Luas (Ha)
12. Wisata Muntok 63,89
2.18.4.
Kawasan Strategis
Kawasan Strategis Nasional
Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi (Rencana Pembangunan PLTN)
Kelurahan Tanjung di Kecamatan Muntok
Kawasan Strategis Provinsi
1 Ekonomi Kawasan dengan basis budidaya
perkebunan di Kecamatan Jebus, Kelapa, Simpang Teritip, dan Tempilang.
2 Konservasi Budaya Kota Muntok Lama di Kecamatan Muntok dan di luar Kota Muntok Lama meliputi Mercu Suar Tanjung Kalian, Pesanggrahan Menumbing, Pesanggrahan Muntok dan Situs Benteng Kota di Kecamatan Tempilang.
3 Daya Dukung Lingkungan Kawasan kritis di sekitar ”kolong”, yang terdapat di Kecamatan Muntok, Jebus, Tempilang, dan Simpang Teritip.
Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten Bangka Barat
1 Ekonomi Kawasan dengan basis budidaya
perkebunan di Kecamatan Jebus, Kelapa, Simpang Teritip, dan Tempilang.
a. Pusat pelayanan utama wilayah (ekonomi, sosial, pemerintahan), perdagangan dan jasa, wisata budaya, dan transportasi
Kawasan Perkotaan Muntok, yang terdiri
atas ”Muntok Lama” dan ”Muntok Baru”.
b. Kawasan Industri & Pelabuhan Terpadu (KIPT) Tanjung Ular
Kawasan kritis di sekitar ”kolong”, yang
terdapat di Kecamatan Muntok, Jebus, Tempilang, dan Simpang Teritip. c. Pelabuhan Penyeberangan,
Terminal Kawasan Wisata, dan Kawasan Stock Pile Batubara & PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
Kawasan Tanjung Kalian dan sekitarnya
d. Kawasan Industri Perikanan Teluk Klabat e. Kawasan strategis Pusat Kegiatan
Lokal promosi (PKLp)
Kecamatan Parittiga
2 Daya Dukung Lingkungan Kawasan kritis di sekitar ”kolong”, yang terdapat di Kecamatan Muntok, Jebus, Tempilang, dan Simpang Teritip.
2.18.5.
Indikasi Program
No.
Program Utama
Tahapan
Pelaksanaan
A. Pengembangan Sistem pusat pelayanan
Meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana pusat-pusat pelayanan
2011-2030 B. Perwujudan Sistem Prasarana
1. Jaringan Jalan
Peningkatan jalan kolektor primer 1 Lintas Bangka yang terletak di Kab. Bangka Barat
2011-2020 Peningkatan Jalan Kolektor primer 2 2020-2025 Peningkatan Jalan Kolektor primer 3 2011-2030 Peningkatan dan Pengembangan Jalan Lokal primer 2011-2030 Peningkatan dan Pengembangan jalan Khusus KIPT 2011-2025 Peningkatan dan Pengembangan jalan Khusus Wisata (JKW) 2011-2030 2. Terminal
Peningkatan dan pengambangan terminal angkutan umum penumpang
2011-2030 3. Angkutan Penyeberangan 2011-2025 4. Penyeberangan Lokal 2020-2030 5. Angkutan Laut 2011-2030 6. Angkutan Udara 2020-2030 7. Sistem Jaringan Prasarana Energi 2011-2030 8. Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi 2011-2030 9. Prasarana air bersih 2011-2030 10. Prasarana irigasi (sawah) 2011-2020 11. Prasarana saluran tambak 2011-2020 12. TPA untuk persampahan 2011-2025 13. Air Limbah 2011-2030 14. Drainase 2011-2030
Perwujudan Pengembangan Pola Ruang
1. Kawasan Lindung 2011-2025 2. Kawasan Budidaya 2011-2030
2.18.6.
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
1.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
No.
Klasifikasi Ruang
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
A Rencana Struktur Ruang Wilayah
1. Sistem Pusat Kota Kegiatan yang dikembangkan dan diperbolehkan:
- Kegiatan perkotaan berskala regional,
didukung sarana dan prasaran yang sesuai dengan skala pelayanan regional;
- Kegiatan perkotaan berskala kabupaten,
didukung sarana dan prasaran yang sesuai dengan skala pelayanan antar kecamatan; dan
- Kegiatan perkotaan berskala kecamatan,
didukung sarana dan prasaran yang sesuai dengan skala pelayanan kecamatan.
Pelanggaran terhadap kegiatan yang tidak sesuai dan/atau dapat menurunkan kualitas permukiman perkotaan.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan terhdapa kegiatan bukan perkotaan (pertanian dsb) yang dapat mengurangu fungsi sebagai kawasan perkotaan.
2. Pusat Khusus/Strategis Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Kegiatan pelabuhan penyebrangan dan
mendukung kawasan wisata dan stok pile batubara dan PLTU;
- Pusat pelayanan menduking KIPT TJ. Ular; - Pusat pelayanan di persimpangan wilayah;
dan
- Kegiatan penyebrangan dan wisata.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan terhadap kegiatan yang tidak sesuai dan/atau dapat menurunkan kualitas kegiatan.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan terhadap kegiatan yang dapat mengurangi fungsi utama pusat khusus/ strategis.
3. Sistem Jaringan Transportasi
a. Jalan Raya Kegiatan yang dikembangkan dan diperbolehkan
- Prasarana pergerakan yang
menghubungkan antar pusat utama (PKN-PKN, PKN-PKW) pada skala nasional dan provinsi, antar pusat dalam wilayah (PKW-PKL, PKL-PKL), antar pusat dalam wilayah (PKL-PTK, PTK-PTK, serta PTK-PAD, PAD-PAD) pada skala kabupaten, antar PTK/PAD-Desa/Dusun serta antardesa dan antardusun serta khusus bagi kegiatan IPT dan wisata; dan
- Dapat dimanfaarkan bagi pergerakan lokal
dengan tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat-pusat utama tersebut.
Kegiatan yang tidak diperbolehkan
Pelangaran alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan arteri primer, kolektor primer, lokal primer, serta jalan khusus migas.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan terhadap bangunan dengan
penetapan garis sempadan bangunan yang terletak di tepi jalan arteri primer, kolektor primer, lokal primer, jalan khusus; dan
- Pembatasan alih fungsi lahan berfungsi
budidaya di sepanjang jalan arteri primer agar tidak mengurangai fungsi pergerakan antar pusat-pusat utama.
b. Angkutan Sungai, Danau, Penyebrangan
- Prasarana pelabuhan ASDP, yang meliputi
terminal dan dermaga bagi pergerakan orang, barang dan kendaraan; dan
- Alur pelayanan yang memperhatikan
keselamatan dan keamanan pelayanan.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang
di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang dapat mengganggu kegiatan pelabuhan; dan
- Pelarangan terhadap kegiatan di ruang
udara bebas di atas perairan yang berdampak pada keberadaan alur pelayaran serta kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada keberadaan alur pelayaran.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang
di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang harus mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
- Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang
didalam dan disekitar pelabuhan yang harus memperhatikan kebutuhan ruang untuk operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan; dan
- Pembatasan terhadap pemanfaatan
perairan yang berdampak pada keberadaan alur pelayaran.
c. Angkutan Laut Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Prasarana pelabuhan umum, yang meliputi
terminal dan dermaga bagi pergerakan orang, barang dan kendaraan;
- Pemanfaatan ruang untuk kebutuhan
operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan; dan
- Alur pelayaran yang memperhatikan
keselamatan dan keamanan pelayaran.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang
di dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang dapat mengganggu kegiatan pelabuhan;
- Pelanggaran terhadap kegiatan di ruang
udara bebas di atas perairan yang berdampak pada keberadaan alur pelayaran; dan
- Pelanggaran terhadap kegiatan di bawah
perairan yang berdampak pada keberadaaan alur pelayaran.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan terhadap pemanfaatan
Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang harus mendapatkan izin sesuai denganketentuan perundang-undangan yang berlaku;
- Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang
di dalam dan di sekitar pelabuhan yang harus memperhatikan kebutuhan ruang untuk operasional dan pengembangan kawasan pelabuhan;
- Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang
pada badan air di sepanjang alur pelayaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan; dan
- Pembatasa terhadap pemanfaatan ruang
pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran agar tidak menganggu aktifitas pelayaran.
d. Angkutan Udara Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Pemanfaatan ruang untuk kebutuhan
operasional pelabuhan udara khusus amfibi; dan
- Jalur penerbangan (airways) yang
memperhatikan keselamatan dan keamanan penerbang.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang di sekitar pelabuhan udara khusus yang tidak sesuai dengan fungsi pelabuhan udara khusus amphibi.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan terhadapa pemanfaatan runag
di sekitar pelabuhan udara khusus agar sesuai dengan kebutuhan pengembangan bandar udara berdasarkan ketentuan perundangan;
- Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang
di sekitar pelabuhan udara khusus yaitu harus memperhatikan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas-batas kawasan kebisingan; dan
- Peraturan zonasi untuk ruang udara agar
penerbangan disusun dengan memperhatikan pembatasan pemanfatan ruang udara yang digunakan dalam penerbangan sehingga tidakk mengganggu sistem operasioanal penerbangan sesuai dengan perundang-undangan.
4 e. Sistem Jaringan Energi
Jaringan Pipa Migas Diperbolehkan jaringan pipa migas;
Tidak diperbolehkan pelarangan terhadap pemanfaatan runag pada jalur pipa yang tidak sesuai dengan fungsi jaringan pipa; dan
keselamatan kawasan di sekitarnya.
Pembangkit Listrik Dikembangkan dan Diperbolehkan Pembangkit tenaga listrik (PLTU); dan
Diperbolehkan bersyarat/terbatas pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit tenaga llistrik yaitu harus memperhatikan jarak aman.
Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Dikembangkan dan diperbolehkan jaringan transmisi tenaga listrik; dan
Tidak diperbolehkan pelarangan terhadap pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sebagaimana diatur dengan ketentuan peraturan perundangan.
5 Sistem Jaringan Telekomunikasi Dikembangkan dan diperbolehkan stasiun bumi danmenara pemancar telekomunikasi; dan
Diperbolehkan bersyarat/terbatas pembatasan pemanfaatan ruang untuk stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi dengan memperhitungkan aspek keamanan dan keselamaran aktivitas kawasan di sekitarnya. 6 Sistem Jaringan Sumber Daya
Alam
Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
Wilayah sungai dan sumber daya air lainnya
tetama :”kolong”.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan disekitar sumber daya air yang dapat mengganggu kualitas suber daya air.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai agar tetap dapat dijaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan.
B Rencana Pola Ruang Wilayah 1 Kawasan Lindung
a.Kawasan Cagar Alam Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
Kawasan hutan dengan fungsi cagar alam (sebagai pelindung daerah bawahannya, pantai dan sempadan pantai).
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelarangan terhadap kegiatan selain dari
penelitian, pendidikan dan wisata alam; dan
- Pelarangan pendirian bangunan bukan
untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pemanfaatan ruang hanya
untuk penelitian, pendidikan dan wisata alam; dan
- Pembatasan pendirian bangunan yaitu
hanya untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan dann wisata alam. b.Kawasan Cagar Alam Laut Kegiatan Yang Dikembangkan dan
alam laut.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelarangan terhadap kegiatan selain dari
penelitian, pendidikan dan wisata alam; dan
- Pelarangan pendirian bangunan yang
bukan untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pemanfaatan ruang hanya
untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam; dan
- Pembatasan pendirian bangunan yaitu
hanya untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata alam. c.Kawasan Taman Wisata Alam Kegiatan Yang Dikembangkan dan
Diperbolehkan
Kawasan hutan dengan fungsi sebagai taman wisata alam.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelarangan terhadap kegiatan yang
mengubah bentang alam dalam kawasan;
- Pelarangan terhadap kegiatan selain
kegiatan wisata alam; dan
- Pelarangan pendirian bangunan yang
bukan menunjang kegiatan wisata alam.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pemanfaatan ruang hanya
untuk wisata alam dengan tanpa mengubah bentang alam; dan
- Pembatasan pendirian bangunan yaitu
hanya untuk menunjang kegiatan wisata alam.
d.Kawasan Cagar Budaya Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
Ruang dan/atau bangunana atau situs dengan fungsi sebagai cagar budaya.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelarangan terhadap kegiatan yang
mengubah bentuk dan fungsi sebagai cagar budaya;
- Pelarangan terhadap kegiatan selai
kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata budaya; dan
- Pelarangan pendirian bangunan yang
bukan menunjang kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata budaya.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pemanfaatan ruang, yaitu
hanya untuk penelitian, pendidikan, dan wisata budaya tanpa mengubah bentuk asli bangunan/situs cagar budaya; dan
- Pembatasan pendirian banguna, yaitu
hanya untuk menunjang kegiatan penelitian, pndidikan dan wisata budaya. e.Kawasan Hutan Lindung Kegiatan Yang Dikembangkan dan
Kawasan hutan dengan fungsi sebagai hutan lindung yang mempunyai fungsi pokok kebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjirm mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laur, dan memelihara kesuburan tanah. Hutan lindung di Kabupaten Bangka Barat adalah Hutan Lindung Pantai (HLP).
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan terhadap kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pemanfaatan ruang, yaitu
hanya untuk wisata alam dengan tanpa mengubah bentang alam; dan
- Pembatasan pemanfaatan ruang untuk
kegiatan budidaya, yaitu hanya diisinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangu fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan.
f. Kawasan Sempadan Pantai Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Pemanfaatan ruang sempadan pantai
untuk RTH;
- Pengembangan struktur alami dan struktur
buatan untuk mencegah abrasi; dan
- Penetapan lebar sempadan pantai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelarangan terhadap semua kegiatan yang
dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan; dan
- Pelarangan pendirian bangunan yang
bukan untuk menunjang kegitan rekreasi pantai.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan pendirian bangunan yaitu hanya bangunan yang menunjang kegiatan rekreasi pantai
g.Kawasan Sempadan Sungai Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Pemanfaatan ruang sempadan sungai
untuk RTH;
- Pengembangan struktur alami dan struktur
buatan untuk mencegah abrasi dan/atau mempertahankan bentuk badan sungai dan aliran sungai; dan
- Penetapan lebar sempadan suangai sesuai
dengan ketentua peraturan perundangan.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengeloaan badan air dan. Atau pemanfaatan air sungai
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pebatasan pendirian bangunan, yaitu
atau pemanfaatan air; dan
- Bila sempadan sungai juda berfungsi
sebagai taman rekreasi, maka dapat didiriakan bangunan yang terbatas untuk menunjang fungsi rekreasi.
h.Kawasan Sempadan Mata air Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Pemanfaatan ruang sekitar mata air untuk
RTH;
- Pengembangan struktur alami dan buatan
untuk mencegah abrasi dan/atau mmemepertahankan mata air; dan
- Penetapan lebar kawasan sekitar mata air
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan pendirian bangunan selain untuk pengelolaan mata air dan/atau pemanfaatan air dari mata air tersebut.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan pendirian bangunan, yaitu hanya untuk pengelolaan mata air dan/atau pemanfaatan air dari mata air.
i. RTH Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
Pemanfaatan RTH dalam kawasan perkotaan untuk kegiatan rekreasi, estetika/landscape kawasan, dan perbaikan iklim mikro (kesejukan).
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan pendirian bangunan yang bukan untuk menunjang kegiatan rekreasi dan sarana umum lainnya yang diperbolehkan.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan pendirian bangunan yaitu hanya terbatas untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan sarana umum lainnya.
2 Kawasan Budidaya
a.Kawasan Hutan Produksi Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Kawasan hutan dengan fungsi huta
produksi (HP); dan
- Pengambilan hasil hutan bukan kayu
secara selektif, pemanfaatan jasa lingkungan (penelitian, pendidikan, wisata).
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan pendirian bangunan bangunan yang bukan untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan; dan
Diperbolehkan
Kawasan pertanian berupa perkebunan yang dikelola badan usaha dengan tanaman sejenis dan/atau tidak sejenis serta didukung oleh prasarana pendudkung, permukiman pekerja, dan bangunan yang menunjang kegiatan usaha (pabrik, gudang, dan sebagainya)
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelarangan terhadap kegiatan yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan, seperti permbuangan limbah tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu; dan
- Pelarangan alih fungsi menjadi kawasan
budidaya non-pertanian atau terbangun yang tidak berhubungan dengankegiatan perkebunan.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pengembangan kegiatan
buddaya lain, yaitu hanya untuk permukiman, saran dan prasarana yang menunjang kegiatan perkebunan dan kehiduoan pekerja dalam kawasan perkebunan besar; dan
- Pembatasan alih fungsi lahan hanya untuk
kegiatan, saran dan prasaran atersebut. c.Kawasan Perkebunan Rakyat Kegiatan Yang Dikembangkan dan
Diperbolehkan
- Kawasan pertanian berupa perkebunana
rakyat dengan tanaman sejenis atau campuran; dan
- Kegiatan pertanian lainnya selain
perkebunana dapat berada di dalam kawasan perkebunan rakyat yang sifatnya saling mendukung dengan kegiatan perkebunan rakyat.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pengembangan kegiatan
budidaya lain, yaitu hanya untuk permukiman perdesaan, fasilitas, dan prasarana yang menunjang kehidupan masyarakat; dan
- Pembatasan alih fungsi lahan hanya untuk
kegiatan, fasilitas, dan prasaran yang menunjang kehidupan masyarakat.
d.Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
Kawasan pertanian lahan basah untuk tanamana pangan (sawah) dan/atau perikanan tambak didekat pesisir
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pengembangan kegiatan
budidaya lain, yaitu hanya untuk permukiman perdesaan sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan masyarakat;
- Pembatasan alih fungsi lahan hanya untuk
menunjang kehidupan masyarakat. e.Kawasan Pertanian Lahan
Kering
Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Kawasan pertanian tanaman pangan lahan
kering (tegalan, ladan dan kebun campuran); dan
- Kegiatan pertanian lahan basah, sesuai
dengan potensi lahannya terselip dalam kawasan ini.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
- Pembatasan pengembangan kegiatan
budidaya lain, yaitu untuk permukiman perdesaan, sarana, prasaran yang menunjang kehidupan masyarakat petani; dan
- Pembatasan alih fungsi lahan hanya untuk
kkegiatan, sarana, dan prasarana yang menunjang kehidupan masyarakat.
f. Kawasan Permukiman Perkotaan
Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Kegiatan perkotaan berskala regional,
didukung daran dan prasarana yang sesuai dengan skala pelayanan regional; dan
- Pengembangan kawasan RTH minimal 30%
dari luas kawasan perkotaan.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
- Pelarangan terhadap kegiatan yang tidak
sesuai dan/atau dapat menurunkan kualitas lingkungan.
- Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/
Terbatas
- Pembatasan terhadap kegiatan budidaya
buka perkotaan (seperti pertanian dsb) yang dapat mengurangi fungsi sebagai kawasan perkotaan.
g.Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu
Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Kegiatan industri dan pelabuhan terpadu,
yang saling mendukung di antara keduanya, yang terletak dalam satu kawasan;
- Penataan peruntukan dalam kawasan
menurut jenis industri, pelabuhan uum dan pelabuhan khusus; dan
- Dukungan infrastruktur dan prassaran
lainnya: energi, telekomunikasi, pengolahan limbah dan sebagainnya.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan bentuk kegiatan yang dapat memberikan dampak merusak/menurunkan kualitas lingkungan, terutama yang berkaitan dengan limbah industri. Rinsip bahwa limbah industri harus diolah sesuai dengan standar pengolahan limbah industri yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
sebagai kawasan industri dan pelabuhan terpadau.
h.Kawasan Wisata Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
- Kegiatan wisata memanfaatkan otensi
lama dan budaya masyarakat, sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
- Pemeliharaan dan apresiasi terhadap
bangunan/ situs peninggalan budaya massa lampau.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan kegiatan dan bangunan yang mengganggu fuungsi kawasan sebagai kawasan wisata pada lokasi yang bersangkutan
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas.
Pembatasan kegiatan dan pendirian bangunan hanya untuk yang menunjang kagiatan wisata pada lokasi yang bersangkutan.
i. Kawasan Pertambangan Umum Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
Kegiatan eksploitasi bahan tambang baik secara terbuka di permukaan bumi maupun di dalam perut bumi dan di perairan lepas pantai yang didukung sarana dan prasarana di permukaan bumi/daratan.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan terhadap kegiatan di sekitarnya yang dapat saling membahayakan dengan kekgiatan pertambanngan umum.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas
Pembatasan terhadap kegiatan disekitarnya yang tidak selaras dengan kegiatan pertambangan umum.
j. Kawasan Pertambangan Golongan C
Kegiatan Yang Dikembangkan dan Diperbolehkan
Kegiatan penggalian bahan galian gol. C yang didukung oleh sarana dan prasaran untuk kegiatan penggalian.
Kegiatan Yang Tidak Diperbolehkan
Pelarangan terhadap kegiatan disekitarnya yang dapat saling menbahayakan dengan kegiatan penggalian bahan galian gol. C tersebut.
Kegiatan Yang Diperbolehkan Bersyarat/ Terbatas