• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Pengembangan Karir Terhadap Turnover Intention Karyawan PT. Bank Sumut Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Pengembangan Karir Terhadap Turnover Intention Karyawan PT. Bank Sumut Kota Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses mengorganisir dan menafsirkan pola stimulus di dalam

lingkungan (Atkinson, 2006). Chaplin (2008) memandang persepsi sebagai proses

mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses

perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu dengan proses pengamatan selektif, yang

di dalamnya mencakup pemahaman dan mengenali atau mengetahui objek-objek serta

kejadian-kejadian (Chaplin, 2008).

Robbins (1996) mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang

ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra mereka

agar memberikan makna. Proses persepsi ini meliputi pemberian perhatian di mana

perhatian menunjukkan bagaimana seorang individu memfokuskan pikiran pada

sesuatu. Perhatian tidak terlepas dari seleksi yaitu pemilihan yang dianggap berguna dan

sesuai dengan masing-masing individu. Proses penafsiran dari perhatian inilah yang

memberi makna dalam persepsi yaitu setelah terjadi rangkaian seleksi dan penyusunan,

individu akan mengidentifikasikan atau menarik kesimpulan dari stimulus yang

diterima.

Menurut Chaplin (2008), persepsi secara umum bergantung pada faktor-faktor

perangsang, cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional.

Maka, arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi

(2)

dunia oleh pribadi-pribadi yang berbeda juga akan berbeda karena setiap individu

menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung arti

khusus sekali bagi dirinya.

2.1.2 Pengertian Pengembangan Karir

Pengembangan karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu

pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan agar maksimum

(Mangkunegara 2005:77). Pengembangan karir adalah usaha yang dilakukan dilakukan

secara formal dan berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan

kemampuan seseorang pekerja (Nawawi 2008:289). Dalam pengertian ini dikatakan

bahwa pengembangan karir merupakan usaha formal untuk meningkatkan dan

menambah kemampuan, yang diharpkan berdampak pada pengembangan dan perluasan

wawasan yang membuka kesempatan mendapatkan posisi/jabatan yang memuaskan

dalam kehidupan sebagai pekerja.

2.1.3 Aspek-Aspek Pengembangan Karir

Menurut Davis dan Werther (1996) bahwa ada lima aspek dari pengembangan

karir yaitu:

a. Perlakuan yang adil dalam berkarir

Perlakuan yang adil hanya bisa terwujud jika kriteria promosi didasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang objektif, rasional dan diketahui secara langsung

di kalangan karyawan.

(3)

Para karyawan pada umumnya mendambakan keterlibatan atasan langsung

mereka dalam perencanaan karir masing-masing. Salah satu bentuk kepedulian itu

adalah memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan tugas

masing-masing, sehingga para karyawan tersebut mengetahui potensi yang perlu

dikembangkan dan kelemahan yang perlu diatasi.

c. Informasi tentang berbagai peluang informasi

Para karyawan pada umumnya mengharapkan bahwa mereka memiliki akses

informasi tentang berbagai peluang untuk dipromosikan. Alasan ini penting

terutama bila lowongan yang tersedia diisi melalui seleksi internal yang sifatnya

kompetitif.

d. Minat untuk dipromosikan

Pendekatan yang tepat digunakan dalam hal menumbuhkan minat karyawan

untuk pengembangan karir adalah pendekatan fleksibel dan proaktif. Artinya

minat untuk mengembangkan karir sifatnya sangat individualistik. Seorang

karyawan memperhitungkan berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, sifat dan

jenis pekerjaaan seseorang, pendidikan, dan pelatihan yang pernah ditempuh.

Berbagai faktor tersebut dapat berakibat terhadap besarnya minat seseorang

mengembangkan karirnya dan dapat juga membatasi keinginan mencapai jenjang

karir yang lebih tingi.

e. Kepuasan karir

Setiap orang ingin meraih kemajuan termasuk kemajuan dalam meniti karir.

Ukuran keberhasilan yang digunakan memang berbeda-beda. Perbedaaan tersebut

(4)

konteks karir tidak selalu berarti keberhasilan dari berbagai faktor pembatas yang

dihadapi seseorang, karyawan puas apabila mencapai tingkat tertentu dalam

karirnya atau seseorang bisa puas karena mengetahui bahwa apa yang dicapainya

itu sudah merupakan hasil yang maksimal.

2.1.4 Pengertian Persepsi terhadap Pengembangan Karir

Menurut Davis dan Werther (1996), persepsi pengembangan karir mengacu pada

cara seseorang memandang dan menilai karir mereka. Individu yang mempunyai

persepsi karir positif berarti memiliki penilaian yang baik atas pencapaian karir mereka

selama ini. Persepsi pengembangan karir dapat diartikan sebagai penilaian individu

yang bersifat pribadi (individual) mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan/keterampilannya yang berguna untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan tugas-tugas jabatannya sekaligus memperluas

kesempatan untuk meraih posisi atau bentuk keuntungan lainnya yang lebih baik dari

yang dimiliki saat ini.

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

pengembangan karir adalah cara seseorang memandang dan menilai karir mereka

mengenai usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan sekaligus memperluas kesempatan untuk meraih posisi yang lebih baik

(5)

2.2 Intensi Turnover 2.2.1 Pengertian Intensi

Intensi adalah komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan

untuk melakukan tingkah laku tertentu. Hal-hal yang diasumsikan dapat menangkap

faktor-faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada tingkah laku (Fishbein

dan Ajzen, 1975). Intensi (intention) adalah satu perjuangan guna mencapa satu tujuan,

ciri-ciri yang dapat dibedakan dari proses-proses psikologis, yang mencakup referensi

atau kaitannya dengan satu objek (Chaplin, 2004).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa

intensi adalah komponen dalam diri individu yang mempengaruhi seberapa besar

kemungkinan individu melakukan suatu tindakan tertentu.

2.2.2 Aspek-aspek intensi

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) intensi memiliki empat aspek, yaitu:

a. Perilaku (behavior), yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan.

b. Sasaran (target), yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku.

c. Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu

perilaku.

d. Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu,

dalam satu periode atau jangka waktu yang tidak tertentu.

2.2.3 Pengertian Turnover

Menurut Mobley (1986) Turnover adalah penghentian keangotaan dalam

(6)

Mathis dan Jakson (2003) mengemukakan definisi turnover sebagai suatu proses di

mana karyawan meninggalkan pekerjaan tersebut digantikan orang lain.

Sementara itu menurut Jewell dan Siegall (1998) menyatakan turnover adalah

ketertarikan individu untuk mencari alternative pekerjaan lain di luar organisasi.

Menurut Bluedorn (dalam Jewell & Siegall, 1998) istilah turnover dalam kepustakaan

industri dan perusahaan dibedakan secara umum dan khusus. Dalam pengertian umum

turnover mengacu pada perubahan dalam keanggotaan dari perusahaaan di mana posisi

yang ditinggalkan oleh pemegang jabatan yang keluar dari perusahaan digantikan oleh

pendatang baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka turnover adalah kondisi di mana karyawan

keluar dari perusahaaan dan posisi pekerjaan tersebut harus digatikan oleh orang lain.

2.2.4 Jenis-jenis Turnover

Price (dalam mobley 1986) menyatakan bahwa turnover karyawan dapat dibagi

ke dalam dua jenis, yaitu:

a. Voluntary Turnover

Voluntary turnover merupakan turnover yang diajukan oleh perorangan

secara sukarela. Menurut Mobley (1986) tipe dinamakan ini sebagai voluntary

separation yang berarti berhentinya seseorang.

b. Involuntary Turnover

Involuntary turnover merupakan pergerakan keluar-masuknya seorang

individu dari suatu organisasi, yang dilakukan bukan atas kehendak individu.

Menurut Mobley (1986) nama lain tipe ini adalah involuntary separation, yang

(7)

kematian, dan diperintahkan mengundurkan diri. Involuntary turnover diajukan

oleh pihak organisasi di mana karyawan bekerja. Salah satu contoh situasi di

mana seseorang diperintahkan untuk mengundurkan diri atau bukan atas

keinginan sendiri antara lain PHK (pemutusan hubungan kerja) karena

perusahaan tempat bekerja bangkrut, atau karena kinerja karyawan rendah.

2.2.5 Pengertian Intensi Turnover

Menurut Ajzen (2006) menjelaskan bahwa intensi merupakan suatu indikasi dari

kesiapan seseorang untuk menunujukkan perilaku, dan hal ini merupakan anteseden dari

perilaku. Sedangkan turnover seperti yang dikemukakan oleh Pasewark dan Strawser

(1996) menjelaskan bahwa turnover intention mengacu pada niat seseorang untuk

mencari alternatif pekerjaan lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku nyata.

Menurut Harnoto (2008:2) menyatakan bahwa turnover intentions adalah kadar

atau intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan yang

menyebabkan timbulnya turnover intentions di antaranya adalah keinginan untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik hal ini ditegaskan Harninda (2009:27) Turnover

intentions pada dasarnya adalah sama dengan keinginan berpindah karyawan dari satu

tempat kerja ke tempat kerja lainnya.

Jadi dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa intensi turnover

adalah keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan atau berpindah dari satu

tempat kerja ke tempat kerja lainnya.

(8)

Wanous (1980) menyatakan ada 2 faktor yang mempengaruhi timbulnya intensi

turnover, yaitu:

a. Individual Differences

1. Gender

Dari segi gender ditemukan bahwa wanita lebih cenderung untuk

melakukan turnover dibandingkan dengan pria.

2. Race

Parsons (dalam Mobley, 1982) menyatakan bahwa karyawan perusahaan

yang berkulit hitam lebih banyak mengalami turnover dibandingkan dengan

karyawan berkulit putih.

3. Age

Karyawan yang muda memiliki kemungkinan yang tinggi untuk

meninggalkan perusahaan. Hal ini dikarenakan karyawan yang lebih muda

mungkin mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mendapatkan

pekerjaan yang baru yang memiliki tanggung jawab kekeluargaan yang lebih

kecil, sehingga dengan demikian lebih mempermudah mobilitas pekerjaan.

4. Education

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Parsons (dalam Mobley,

1986) individu yang berpendidikan tinggi cenderung untuk melakukan

turnover dibandingkan individu yang berpendidikan rendah.

b. Organization Chararacteristics

(9)

Turnover berada pada tingkat tertinggi di dalam industri-industri yang

menggaji karyawannya lebih rendah. Armknecht dan Early (dalam Mobley,

1986) menyatakan faktor penting dalam menentukan berbagai variasi antar

industri dalam hal turnover adalah tingkat pendapatan yang ada dalam

industri tersebut.

2. Existence of training program

Dengan adanya program training maka diharapkan kemampuan yang

dimiliki oleh karyawan akan semakin meningkat dengan demikian karyawan

akan diberikan kesempatan untuk mengembangkan karirnya dalam organisasi

tersebut.

3. Length of training program

Salah satu strategi untuk mensosialisasiakn budaya perusahaan kepada

karyawan adalah melalui training. Melalui lamanya jangka waktu pengadaan

training diharapkan karyawan akan semakin memahami dan menerima

budaya dari perusahaan. Dengan kata lain karyawan akan merasa puas

terhadap keberadaan perusahaan, dan keinginan untuk meninggalkan

perusahaan pun semakin kecil.

2.2.7 Indikasi Terjadinya Intensi Turnover

Menurut Harnoto (2002) “Intensi turnover ditandai oleh berbagai hal yang

menyangkut perilaku karyawan, antara lain:

(10)

Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai

dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan

dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya.

2. Mulai malas bekerja

Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas

bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang

dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan.

3. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja

Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering

dilakukan karyawan yang akan melakukan keinginan turnover. Karyawan lebih

sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun

berbagai bentuk pelanggaran lainnya.

4. Peningkatan protes terhadap atasan

Karyawan yang berkeinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering

melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi

protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain

yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan.

5. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya

Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang memiliki karakteristik positif.

Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang

dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda

(11)

2.2.8 Aspek-aspek Intensi Turnover

Dalam model turnover Price (dalam Mobley, 1982) ada 5 kategori aspek pokok

yang mendukung timbulnya intensi turnover yaitu:

a. Pay (upah)

Armknecht & Early (dalam Mobley, 1982) menemukan bahwa faktor

terpenting dalam menentukan variasi antar industri dalam voluntary separation

adalah tingkat upah yang relatif. Namun sejumlah hubungan antara tingkat upah

dan tingkat turnover menyatakan bahwa bukan hanya upah yang menyebabkan

seseorang meninggalkan suatu perusahaan dan pindah ke perusahaan lain, oleh

karena itu faktor upah harus didukung oleh faktor lainnya dalam mendorong

terjadinya turnover.

b. Integration

Tingkat keikutsertaan atau keterlibatan karyawan dalam hubungan pokok

dalam organisasi. Individu dianggap memiliki peranan penting dalam proses

jalannya organisasi. Hal ini dapat dilihat dari penting atau tidaknya keterlibatan

karyawan dalam berjalannya program perusahaan.

c. Instrumental communication

Instrumental communication berhubungan langsung dengan peran

performance. Di mana Seybolt, Pavett & Walker (dalam Mobley, 1982)

menemukan bahwa perfomance yang bagus sedikit yang melakukan turnover.

d. Formal Communication

Formal communication berkaitan dengan penyebaran informasi di antara

(12)

mengemukakan bahwa komunikasi formal organisasi merupakan faktor penentu

turnover, yang dapat dilakukan dalam bentuk feedback terhadap tugas-tugas

karyawan yang sering dan langsung, serta adanya saluran komunikasi formal yang

terpercaya. Manajemen yang mencoba untuk meningkatkan arus komunikasi di

antara para karyawan menimbulkan konsekuensi positif pada organisasi dengan

menurunnya turnover.

e. Centralization

Centralization merupakan tingkat di mana kekuasan dipusatkan pada suatu

sistem sosial. Price (1986) menyimpulkan bahwa pengalaman organisasi yang

sangat terfokus pada pemimpin akan beresiko besar untuk terjadinya turnover.

Hubungan ini didasarkan pada hal-hal seperti faktor karyawan yang memiliki

sedikit outonomy, tanggapan organisasi.

2.3 Pengaruh Persepsi Pengembangan Karir terhadap Intensi Turnover

Siagian (2008) mengemukakan bahwa perhatian perusahaan terhadap

pengembangan karir para karyawan menumbuhkan loyalitas yang lebih tinggi dan

komitmen organisasi yang lebih besar. Sikap demikian pada umumnya mengakibatkan

keinginan pindah ke perusahaan lain menjadi rendah karena para pekerja yakin bahwa

perusahaan berusaha memelihara kepentingan dan memuaskan kebutuhan para

anggotanya.

2.3.1 Kerangka Berpikir

Dari kerangka teori dan setiap penelitian terdahulu sebelumnya maka dapat

(13)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Prospek Pengembangan Karir Terhadap Turnover Intention

Sumber: Peneliti 2016

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan dasar dalam penyusunan penelitian, yang

berguna sebagai perbandingan dan rujukan bagi penelitian selanjutnya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Nababan, Syamsu (2007)

Pengaruh Jenjang Karier

dan Kompensasi

terhadap turnover intention karyawan pada PT. Indomahkota Cabang Pekanbaru

Pengaruh secara parsial jenjang karier dan kompensasi terhadap terjadinya turnover karyawan pada PT. Indomahkota Cabang Pekanbaru, Jenjang karirlah yang paling mempengaruhi kompensasi. karir terhadap turnover intetion dan kepercayaan karyawan sebagai variabel intervening di

PT. Indomarco

Prismatama Cabang Surabaya

Result of this research show there is direct influence

which is significant

development of career to

turnover intention have

negative sign. Which mean

progressively goodness

development of career hence Turnover Intention

(Y) PENGEMBANGAN

(14)

smaller desire of employees for exit.

4. Sondang Lestari Mariana dan Laksmi Sito Dwi Irvianti (2008)

Pengaruh Kompensasi dan Pengembangan karir terhadap Turnover Intention pada PT. APL Indonesia

Varibel stres kerja, berpengaruh baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap intensi

turnover organisasi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Gomes (2009: 177) motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan-melakukan kegiatan.. tertentu guna

guna mencapai suatu tujuan tertentu Dinamika merupakan tingkah laku individu yang secara langsung mempengaruhi individu lain secara timbal balik. Dengan layanan bimbingan

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa intensi turnover adalah keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaan lamanya karena terjadi ketidakpuasan dengan

kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaan secara sukarela, sementara Abelson mendefinisikan intensi turnover sebagai suatu keinginan individu

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok

Turnover intention adalah keinginan untuk berpindah pekerjaan atau keinginan untuk keluar dari suatu organisasi dalam bentuk berhenti kerja atau pindah ke

Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingku ngan yang

Turnover intention TOI adalah pilihan terakhir seorang karyawan untuk keluar dari perusahaan, baik dengan mengundurkan diri atau diberhentikan, dan didefinisikan sebagai keinginan untuk