IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
BERDASARKAN KONSEP TRI HITA KARANA
(Studi Kasus Hotel Como Shambala Estate di Banjar Begawan Kecamatan
Payangan Kabupaten Gianyar)
1
Ni Wayan Novi Budiasni
1
Anantawikrama Tungga Atmadja,
2Nyoman Trisna Herawati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {[email protected], [email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Implementasi Corporate Social Responsibility berdasarkan konsep Tri Hita Karana merupakan implementasi tanggung jawab sosial yang tujuannya mencapai kesejahteraan dan keharmonisan melalui pawongan, palemahan, dan parahyangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan memahami implementasi CSR berdasarkan konsep Tri Hita Karana pada Hotel Como Shambala Estate. Metode kualitatif dengan pendekatan etnografi digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan utuh dari sudut pandang informan terkait.
Hasil penelitian menemukan bahwa Hotel Como Shambala Estate dalam mengimplementasikan CSR diimplementasikan melalui program Como approach. Dalam program tersebut terjadi tiga hubungan yaitu hubungan dengan masyarakat, lingkungan dan Tuhan. Biaya CSR dialokasikan ke dalam akun biaya administrasi dan umum (A&G), dan HRD
Kata kunci: CSR, Tri Hita Karana, Implementasi Abstract
The implementation of Corporate Social Responsibility based on the concept of Tri
Hita Karana was intended to achieve welfare and being in harmony through what is
referred to as pawongan, palemahan, and parahyangan. This present study was intended to identify and understand the implementation of CSR based on the concept of
Tri Hita Karana at Como Shambala Estate Hotel. Qualitative with ethnographic approach
was used to obtain intact and deeper information from the view point of the related informants.
The result of the study showed that the Como Shambala Estate Hotel implemented CSR through the approach of Como program. There were three relationships in the program; they are the relationship between the hotel and the community, the relationship between the hotel and the environment, and the relationship between the hotel and God. The CSR costs were allocated to the account of administrative and general costs (A&G), and HRD.
Keywords : CSR, Tri Hita Karana, Implementation PENDAHULUAN
Suatu perusahaan selain bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara maksimal juga dituntut untuk tetap menjaga
kelangsungan lingkungan sekitarnya.
Kepedulian sosial sebagai tanggung jawab
terhadap lingkungan sekitar menjadi
perusahaan. Dengan melakukan berbagai aktivitas kepedulian terhadap lingkungan sosial, perusahaan akan memperoleh nilai tambah di masyarakat. Program tanggung
jawab sosial yang dimaksud adalah
program CSR (Coorporate Social
Responsibility) (Rachmat, 2014).
Di Indonesia belum banyak perusahaan yang mengungkapkan aktivitas CSR ke dalam sebuah laporan. Perusahaan yang mengungkapkan CSR membuat laporan CSR tersendiri dan terpisah dari laporan
tahunan (Akuntan
Indonesia,2007:11).Dengan mengungkapkan aktivitas CSR tersebut, stakeholders akan
mengetahui bahwa perusahaan telah
melaksanakan kewajibannya untuk
bertanggungjawab atas lingkungan
sekitarnya. Menjadi suatu kewajiban dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial
lingkungan karena telah disantumkan dalam ketentuan Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007.
Program-program CSR yang akan diselenggarakan perusahaan seharusnya mampu mempertanggungjawabkan sumber
saya yang digunakan dalam proses
operasional perusahaan. Apabila program CSR yang direncanakan dapat terealisasi dengan baik keseimbangan lingkungan akan tetap terjaga. Kemajuan ekonomi tidak berarti mengabaikan kelestarian lingkungan karena lingkungan sangat berperan penting dalam keberlangsungan setiap mahkluk hidup termasuk umat manusia.
Suatu perusahaan dalam membangun
perekonomian tidak seharusnya
mengabaikan keharmonisan dan
keseimbangan lingkungan sekitarnya.
Konsep CSR yang memiliki tujuan menjaga lingkungan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dapat diaplikasikan dengan konsep Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita Karana dikenal berasal dari kebudayaan masyarakat di Bali. Tri Hita Karana (tiga hal
untuk mencapai kesejahteraan hidup)
merupakan filosofis pola keserasian dan keseimbangan hubungan yang harmonis. Konsep Tri Hita Karana mengandung nilai-nilai universal yang mengekspresikan pola-pola hubungan seimbang dan harmonis. Tampaknya konsep CSR dapat berjalan seiring dan seirama dengan unsur-unsur yang terkandung dalam Tri Hita Karana yang
berintikan unsur-unsur nilai keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan
(unsur Parahyangan), antara manusia
dengan sesama manusia (unsur Pawongan), dan antara manusia dengan lingkungannya (unsur Palemahan). Keyakinan masyarakat adat Bali terhadap alam dan lingkungan dilandaskan pada suatu keyakinan bahwa manusia dan alam semesta diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dari unsur-unsur yang sama. Pandangan ini melihat kesamaan unsur pada manusia sebagai isi alam (mikrokosmos) yang terdiri atas unsur-unsur Thi Hita Karana : jiwa (atma), tenaga (prana), badan wadah (anggasarisa). Demikian pula pada alam sebagai wadah makrokosmos yang terdiri atas unsur-unsur jiwa (paratma atma), tenaga (prana : segenap himpunan tenaga
alam) dan wujud fisik (angga-sarira).
Pandangan yang memperlihatkan kesamaan atau kesetaraan manusia dengan ciptaan- Nya tersebut menimbulkan gagasan bahwa manusia mempunyai untuk menghormati ataupun manjaga keharmonisan dengan landasan sikap dan perilaku tat twam asi dalam interaksinya. Kewajiban ini bagi
masyarakat adat Balu lebih banyak
diwujudkan dalam suatu perbuatan sebagai wujud terimakasih (Anom,2011:10).
Konsep Tri Hita Karana akan
memberikan keharmonisan, kebahagiaan, dan kesejahteraan dengan melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan efek buruk yang dirimbulkan dari pergeseran dari
berbagai aspek. Keyakinan atas
kepercayaan terhadap konsep budaya
tertuang dalam konsep Tri Hita Karana yang telah dijadikan komponen amanat seluruh masyarakat Bali.
Menurut Anom (2011:11), sumber inspirasi Tri Hita Karana berasal dari Pustaka Suci Agama Hindu yang dikenal dengan nama Bhagawad Gita. Konsep Tri Hita Karana mengandung nilai-nilai universal yang mengekspresikan pola-pola hubungan seimbang dan harmonis, sehingga dapat dikatakan konsep CSR dapat berjalan seiring dan seirama dengan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam Tri Hita Karana yang berintikan unsur-unsur nilai keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan
dengan sesama (unsur Pawongan), dan antara manusia dengan alam lingkungannya (unsur Palemahan).
Konsep CSR berjalan seirama dengan
konsep Tri Hita Karana terlihat dari
kesesuaian antara unsur-unsur Tri Hita
Karana dengan makna CSR, yaitu
(Pawongan dan Palemahan) berkaitan erat dengan kewajiban perusahaan sebagaimana yang diamanatkan oleh pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007. Konsep CSR yang berkaitan
erat dengan tanggung jawab sosial
perusahaan yang dalam Tri Hita Karana sebagai unsur pawongan, berfungsi sebagai sibsistem sosial, sebagai tempat untuk mengadakan interaksi dalam hak dan kewajiban. Kemudian konsep CSR yang bersentuhan dengan unsur palemahan, berfungsi sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan, baik terhadap kondisi lingkungan di dalam perusahaan maupun lingkungan sekitarnya.
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Hotel Como Shambala Estate terletak di lingkungan masyarakat Bali yaitu di Desa Adat Begawan Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Adapun
alasan yang memotivasi dilakukannya
penelitian di Hotel Como Shambala Estate dikarenakan dalam mengimplementasikan CSR terhadap masyarakat sekitar, Hotel
Como Shamabala Estate
mengimplementasikan CSR tersebut
berdasarkan konsep Tri Hita Karana sesuai dengan kebudayaan yang dianut masyarakat sekitar. Adanya kesamaan unsur antara CSR dengan konsep Tri Hita Karana yang juga memiliki tujuan untuk mencapai suatu keharmonisan merupakan hal yang menarik untuk diangkat dalam penelitian ini.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan melakukan penelitian terhadap pustaka dan penelitian lapangan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu
proses yang naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai orang atau obyek yang diteliti (Sugiyono, 2003). Pendekatan
penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Hotel Como Shambala Estate yang terletak di Banjar Begawan Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang berupa tanggapan informan terhadap faktor-faktor sikap dengan implementasi CSR berdasarkan konsep Tri Hita Karana.
Data kualitatif dianalisa dengan
menganalisis jawaban hasil wawancara dan dokumentasi lapangan. Data kuantitatif dianalisa dengan menganalisa laporan keuangan hotel untuk mengetahui alokasi pembiayaan CSR pada hotel.
Sumber data primer dalam data ini meliputi gambaran umum hotel Como
Shambala Estate, hasil wawancara,
observasi lapangan, dan dokumentasi. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain dan berupa hasil dari studi pustaka terkait penelitian ini.
Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif ini menggunakan istrumen berupa penelitian sendiri. Moloeng
dalam Lestari (2014:38) menyatakan,
dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Pencarian data dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan yang dijadikan lokasi penelitian.
Informan Penelitian
Informan penelitian ditunjuk secara
purposive. Informan yang diwawancarai
adalah informan yang terlibat dan terkena implikasi implementasi CSR di Hotel Como Shambala Estate, yaitu financial controller, HRD, masyarakat sekitar, dan aparat desa.
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara,observasi, dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab secara langsung dengan informan terkait implementasi CSR. Observasi yang dilakukan adalah observasi tidak terstruktur yaitu melakukan pengamatan terhadap Hotel Como Shambala Estate tanpa
menggunakan pedoman observasi.
Dokumentasi dilakukan dengan
mempelajari dokumen yang berhubungan dengan implementasi CSR hotel dan dokumen laporan keuangan yang diberikan.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data interaktif oleh Miles dan Hubberman. Teknik analisis data interaktif meliputi reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi catatan atau data yang didapatkan di lapangan. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk narasi sehingga memungkinkan simpulan data
dilakukan. Penarikan kesimpulan dan
verifikasi dilakukan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data atau penyajian data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi CSR di Hotel Como Shambala Estate
Implementasi tanggung jawab sosial
merupakan tahap aplikasi program
pertanggung- jawaban sosial yang telah direncanakan. Tahun 2005 Forum Ekonomi Dunia di Davos melalui Global Governance
Initiative, mengajak kalangan bisnis untuk
merespon dan menggagas kemiskinan melalui praktik pertanggungjawaban sosial (Nor Hadi, 2011:142).
Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Nor Hadi, Hotel Como Shambala Estate telah mengaplikasikan program CSR yang
disebut dengan Como Approach
(Pendekatan Como) yang sebelumnya telah direncanakan oleh pihak manajemen hotel. Berdasarkan hasil wawancara staf hotel Wikantari menyatakan ,
“...kita melakukan tanggung jawab sosial disamping karena owner kita yang memang sosialnya tinggi, kita juga mempertimbangkan bahwa apa yang kita lakukan toh hasilnya juga nanti kita juga yang akan
mendapatkannya, misalnya menjaga kebersihan, memberikan pendidikan
masyarakat sekitar mengenai
pentingnya membuang sampah,
otomatis itu akan kembali ke kita, kalau nanti masyarakat nanti tahu buang sampah di tempatnya hotel jadi bersih dan kalu ada hujan deras tidak ada banjir”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas Hotel Como Shambala Estate sebelum
mengaplikasikan atau
mengimplementasikan CSR yang dimiliki, hotel telah mempertimbangkan dampak positif yang akan dihasilkan.
Selain itu, tujuan hotel
mengimplementasikan CSR adalah untuk menciptakan keberterimaan masyarakat desa terhadap keberadaan hotel. Hal ini
disampaikan oleh Wikantari, financial
controller itu menyatakan,
“...kita mengadakan CSR ini kan istilahnya bukan membebani, tujuannya itu adalah keberadaan hotel
ini memberikan kontribusi untuk
masyarakat sekitar, mungkin jumlah
yang kita keluarkan dari hotel
mungkin besar, tetapi kita disini juga butuh komitmen bahwa keberadaan hotel kita itu mampu mengangkat derajat hidup orang-oramg disini baik itu dari pemahaman, segi ekonomi, tentunya tidak akan memberatkan untuk kita kan perlu juga support dari masyarakat”
Dengan demikian, Hotel Como Shambala Estate merasakan pentingnya komitmen
atau kepercayaan dari masyarakat
terutama terkait kontribusi hotel kepada masyarakat sekitar. Hal ini sesuai dengan Teori Legitimasi (legitimacy theory) yang menyatakan bahwa organisasi secara kontinu akan beroperasi sesuai dengan batas-batas dan nilai yang diterima oleh masyarakat di sekitar perusahaan dalam usaha untuk mendapatkan legitimasi. Untuk
mendapatkan legitimasi perusahaan
memiliki insentif untuk melakukan kegiatan sosial yang diharapkan oleh masyarakat di sekitar kegiatan operasional perusahaan.
Kegagalan untuk memenuhi harapan
masyarakat akan mengakibatkan hilangnya legitimasi dan kemudian akan berdampak terhadap dukungan yang diberikan oleh
masyarakat kepada perusahaan. Sehingga berdasarkan teori tersebut, Hotel Como Shambala Estate mengimplementasikan CSR untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sekitar (Suaryana, 2011:9).
Hasil wawancara lainnya menemukan istilah Como Approach (Pendekatan Como) yang digunakan Grup Como sebagai nama program sosial rancangan mereka. Dalam wawancara Wikantari menyatakan,
“...kalau di Como Shamaba Estate kita di sini itu namnya Como
approach, jadi Como approach di sini
itu ada empat area yang kita lakukan, itu ada namanya business and market
place, work place, community, and environment. Nah.. dari empat area
ini seluruh gGrup Como, Como Hotel itu bukan hanya Como Shambala, sekarang kurang lebih ada di 7 negara dan saat inikurang lebih ada 12 hotel. Semua CSR di ke-12 hotel ini namanya Como approach dan
Como approach itu ada di empat
area. Terus itu yang kita bilang CSR,
Como approach itu adalah CSR. Nah.. untuk Como Shambala sendiri
kita banyaknya berperan itu di
community dan environmet”
Berdasarkan kutipan wawancara dikatakan bahwa Como approach dilakukan di empat area yaitu Business and market places (bisnis dan tempat pemasaran), work
places (tempat kerja), community
(masyarakat), environment (lingkungan). Menurut Wikantari (2014), selaku financial
controller yang menangani masalah
pertanggungjawaban sosial di Hotel Como
Shambala Estate menyatakan fokus
pelaksanaan Como approach dipusatkan pada community dan environment.
Como Approach di Lingkungan Desa Adat Begawan
Lingkungan yang sehat secara
langsung akan memberikan pengaruh positif terhadap individu atau orang-orang yang ada di dalam lingkungan tersebut. Pemahaman tentang lingkungan tersebut dijadikan pedoman oleh Hotel Como
Shambala Estate dalam memahami
pentingnya peran sebuah lingkungan yang sehat. Menciptakan lingkungan yang sehat menjadi tujuan Hotel Como Shambala
Estate dalam menjalankan program Como
approach. Program yang
diimplementasikan yaitu, melakukan daur
ulang sampah mejadi pupuk padat,
mendaur ulang limbah cair menjadi air
bersih, melakukan gaotong royong
pembersihan bersama masyarakat sekitar,
membangun bak sampah, dan
menyumbakan tong sampah di warung-warung sekitar.
Kepedulian terhadap kebersihan
lingkungan sekitar yang dilakukan Hotel Como Shambala Estate akan menghasilkan keuntungan bagi masyarakat dan hotel. Alasan Hotel Como Shambala Estate melakukan program kebersihan lingkungan
juga untuk membantu tercapainya
suistainability. Suistainability merupakan
salah satu bagian dari prinsip social
responsibility. Suistainability berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam
melakukan aktivitas (action) tetap
memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan. Dengan demikian,
suistainability berputar pada keberpihakan
dan upaya bagaimana society
memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi masa datang (Nor Hadi, 2011:59).
Hotel Como Shambala Estate tidak hanya berfokus pada kepentingan untuk mendapatkan profit atau laba secara maksimal dengan tidak memperdulikan dampaknya. Dengan kesadarannya sendiri,
hotel memiliki komitmen memberikan
kontribusi kepada masyarakat dan hasil kontribusi yang diberikan akan kembali sebagai keuntungan. Keuntungan yang dimaksudkan bukanlah keuntungan bagi hotel saja, tetapi keuntungan tersebut juga
dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Misalnya, sekarang hotel mengeluarkan biaya untuk membantu masyarakat agar lingkungannya sehat dan bersih. Sampah-sampah plastik yang biasanya menyumbat got bisa dkurangi karena tertampung di bak sampah yang telah disediakan. Dengan demikian saluran air bisa berfungsi normal dan kemungkinan terjadinya banjir menjadi kecil. Ditetapkannya peraturan-peraturan
yang mewajibkan perusahaan
bertanggungjawab terhadap dampak
operasionalnya dianggap tidak sebagai penggerak Hotel Como Shambala Estate
melakukan program como approach yang
selama ini hotel jalankan. Hal ini
dikarenakan hotel beranggapan telah
melaksanakan program tanggungjawab
sosial lebih dari cukup dan memadai serta mampu menjaga keseimbangan lingkungan sekitar.
Como Approach terhadap Masyarakat Desa Adat Begawan
Pentingnya dukungan masyarakat
sebagai stakeholder telah diketahui oleh Hotel Como Shambala Estate. Pergeseran
perilaku shareholder oriented menjadi
stakeholder oriented telah
diimplementasikan untuk meningkatkan
legitimasi (pengakuan) masyarakat.
Manajemen hotel mempertimbangkan
faktor sosial kemasyarakatan sebab hotel
ingin mewujudkan kepedulian dan
keberpihakan masyarakat atas keberadaan hotel. Dengan adanya komitmen dari masyarakat tujuan yang diinginkan hotel
akan tercapai karena terjaganya
keseimbangan hubungan antara
masyarakat dengan hotel. Hal ini sesuai dengan Teori Kontrak Sosial (Social
Contract Theory) yang menyatakan,
keberadaan perusahaan sebagai kelompok sangat ditentukan oleh masyarakat, dimana
diantara keduanya saling
pengaruh-memperngaruhi. Untuk itu, agar tejadi keseimbangan (quality), maka perlu kontrak sosial baik secara eksplisit maupun implisit sehingga terjadi kesepakatan-kesepakatan yang saling melindungi kepentingannya
(Nor Hadi, 2011:95). Berdasarkan
pemahaman tersebut , faktanya Hotel Como Shambala Estate dalam pencapaian
keseimbangan hubungan dengan
masyarakat sekitar membentuk dan
menjalankan program sosial yang
menjadikan masyarakat sebagai sasaran program tersebut.
Program sosial yang
diimplementasikan Hotel Como Shambala
Estate guna menjalin keseimbangan
hubungan dengan masyarakat diantaranya, mendukung pendidikan TK Tirta Kumara,
memberikan sumbangan kepada
masyarakat, dan mengutamakan
penyerapan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar.
Saat ini, tuntutan kualitas SDM terkait penerimaan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja hotel menjadi hambatan impelentasi program yang mengutamakan
masyarakat sekitar dalam perekrutan
tenaga kerja. Hal ini disampaikan oleh
Darnata selaku Kelian Dinas Banjar
Begawan yang menyatakan,
“...dalam perkembangan-nya
karena kebutuhan usaha
membutuhkan kualitas SDM yang
semakin meningkat, turunlah
partisipasi dari masyarakat setempat. Ini karena kualitas tenaga kerja belum mampu sehingga kuota 40% itu
belum. Itu kendalanya, jadi
sebenarnya, kesempatan itu ada untuk orang lokal, tapi kualitas
SDM-nya yang tidak memenuhi, itu
masalahnya itu”
Berdasarkan kutipan tersebut, tuntutan kualitas SDM menjadi pertimbangan utama dalam perekrutan tenaga kerja. Selain kualitas juga dituntut kesesuaian degan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh hotel.
Masyarakat yang bekerja di hotel yang statusnya sudah menjadi staf hotel akan mendapatkan tanggungan kesehatan keluarga, yaitu suami istri dan dua orang anak. Tanggungan kesehatan di sebuah rumah sakit swasta di RS Ari Santhi yang berada di Desa Mas Kecamatan Ubud
Kabupaten Gianyar. Hasil wawancara
dengan warga atas nama Bapak Begeh yang bekerja di Hotel Como Shambala Estate selama 15 tahun menyatakan,
“...termasuk kita beruntung dikasi jaminan kesehatan dari hotel, tanggungan juga buat anak-anak yang belum bekerja. Jika sakit kita diperhatikan dan kita tinggal ke dokter saja nanti hotel yang membiayai. Dan biaya itu sudah ada porsi-porsinya sesuai bagian. Kalau misalnya rawat inap, yaa kelas berapa gitu, sesuai jabatan“
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, selain kepeduliannya yang tinggi terhadap masyarakat sekitar, Hotel Como Shambala
Estate juga sangat memperdulikan
kesehatan para karyawannya. Kondisi
kesehatan karyawan menjadi sangat
penting sebab keinginan perusahaan untuk
karyawan. Dengan demikian tanggungan
kesehatan yang diberikan bertujuan
memotivasi karyawan untuk pencapaian kinerja secra maksimal. Menurut Sagir (1985:97-99) dalam Siswanto (2011:122), kinerja (achievment) merupakan bagian dari motivasi dan dengan adanya motivasi, kinerja maksimal akan terwujud. Selain itu, dalam Teori Motivasi pada bagian Teori Kepuasan dalam Teori Hierarki Kebutuhan
menurut Abraham H. Maslow yang
menyatakan, kebutuhan fisiologis
(fisiological needs) merupakan kepuasan
seseorang tidak terletak pada nilai uang saja, namun uang sebagai alat yang dapat di pakai untuk memuaskan kebutuhan lainnya, misalnya tempat tinggal dan
kesehatan (Siswanto,
2011:122-128).Berdasarkan teori tersebut, karyawan hotel tidak meletakkan kepuasannya hanya pada besaran gaji yang diperoleh tetapi pemenuhan kebutuhan fisiologis yang diharapkan.
Como Approach Hotel Como Shambala Estate terhadap Aspek Ketuhanan di Desa Adat Begawan
Keberadaan Hotel Como Shambala Estate di Bali khususnya di Desa Adat Begawan tidak bisa terlepas dari aspek ketuhanan umat Hindu. Oleh karena itu, Hotel Como Shambala Estate mendirikan sebuah tempat suci berupa Padmasana di area hotel. Padmasana tersebut di-empon
oleh seluruh karyawan hotel yang
berkeyakinan Hindu. Seperti tempat suci lainnya, Padmasana ini juga memiliki hari khusus perayaan upacara yadnya yang jatuh pada purnamaning kasa.
Selain itu, Hotel Como Shambala Estate juga melakukan Yadnya dengan
memberikan sumbangan saat
berlangsungnya upacara agama di desa setempat. Berikut hasil wawancara yang disampaikan Wikantari yang menyatakan,
“...untuk rutin itu ada
administrasi yang 6 bulan yang ke beberapa ke pura untuk piodalan mereka itu sudah ada persebtase tertentu sebanyak 50 kg beras, kemudian 80 kg babi, 20 bungkus gula, dan 5 bungkus dupa jadi hitungannya kan yang sudah pasti”
Dengan adanya sumbangan dari hotel, secara otomatis hotel juga ikut ber-yadnya. Tujuan hotel melakukan yadnya adalah pencapaian kedamaian dan ketentraman dengan lingkungan sekitarnya. Kedamaian dan ketentraman tidak hanya bisa diperoleh dengan menjaga keharmonisan hubungan antar sesama umat manusia, tetapi semua ciptaan-Nya.
Partisipasi yang diberikan oleh hotel tidak hanya pada pemberian donasi ketika adanya piodalan, tetapi juga melingkupi
perenovasian pura dan mendukung
penyelenggaraan kupon bazzar dalam rangka pemugaran pura.
Dengan demikian, kepedulian sosial Hotel Como Shambala Estate tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan dan sosial,
tetapi juga aspek ketuhanan untuk
memperkuat hubungan dalam aspek
lingkungan dan sosial tersebut dengan tujuan terjalinnya hubungan harmonis, karena ketimpangan diantara hubungan tersebut akan menimbulkan bencana yang
memahayakan kehidupan manusia
(Partadjaja, 2009:76). Seperti yang terdapat dalam doa Puja Trisandya, mantram ke 5 mengatakan “Sarvaprani Hitangkarah” yang artinya semoga semua mahkluk sejahtera. Hal itu menunjukkan doa kita umat Hindu yang universal, tidak hanya untuk manusia
tetapi semua mahkluk ciptaan-Nya
(Partadjaja, 2009:54).Implementasi tersebut diwujudkan oleh Hotel Como Shambala Estate dengan memelihara tanaman langka yang tumbuh di areal hotel dan melarang perburuan hewan di sekitar hotel.
Penyajian Como Approach dalam Laporan Keuangan
Pengeluaran yang ditimbulkan akibat adanya implementasi Como approach harus dipertanggungjawabkan oleh bagian
keuangan hotel. Menurut Nor Hadi
(2011:52), karakter pengeluaran dan objek yang dibiayai ternyata pengeluaran tersebut masih diwarnai motif, terutama motif ekonomi. Pengeluaran sosial oleh hotel lebih mengarah pada perspektif mendukung operasional perusahaan, dan bukan karena
wujud kepedulian dan kebutuhan
stakeholder. Hal ini terlihat dari
pertimbangan-pertimbangan sebelumnya
mengharapkan dampak positif bagi kelangsungan kedepannya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan hasil wawancara dengan Wikantari yang menyatakan bahwa
hotel memerlukan komitmen dari
masyarakat untuk menjamin kelangsungan hotel kedepannya. Selain itu, strategi bisnis juga terlihat dari hasil eksistensi yang akan
didapatkan hotel jika program yang
diimplementasikan mendapatkan perhatian dari khalayak umum. Dengan demikian hasil yang diperoleh dari implementasi program yang meski mengeluarkan banyak biaya akan membantu hotel meningkatkan profit dan menghemat biaya pemasaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler dan Lee (2005) dalam Nelly Masnila (2010)
yang memiliki pernyataan mengenai
manfaat aktivitas corporate social
responsibility, salah satunya yang
disebutkan menjadi dari pelaksanaan
program sosial adalah meningkatkan
penjualan dan market share, memperkuat
brand positioning, meningkatkan image dan
pengaruh perusahaan, meningkatkan
kemampuan untuk menarik hati, motivasi, mempertahankan karyawan, menurunkan
biaya operasional, dan meningkatkan
hasrat bagi investor untuk berinvestasi. Penyajian biaya Como approach dalam laporan keuangan dialokasikan dalam biaya administrasi dan umum (A &G), dan dalam HRD. Keterangan akun yang digunakan dalam mengalokasikan
biaya Como approach adalah akun
donation. Donation tersebut dibedakan
menjadi dua jenis menjadi yang bersifat insidentil dan tetap.
Biaya yang dialokasikan ke dalam biaya A & G adalah biaya yang sifatnya tetap dan rutin misalnya, pengeluaran untuk TK dan sumbangan bulanan terhadap
masyarakat. Sedangkan biaya yang
dialokasikan pada HRD adalah biaya yag dikeluarkan untuk sumbangan saat upacara adat.
Pengalokasian tersebut haruslah
diungkapkan ke dalam sebuah laporan. Pengungkapan aktivitas sosial sebuah perusahaan belum memiliki standar yang dapat dijadikan pedoman. Hal serupa juga disampaikan oleh Claire (1991) dalam Nelly Masnila (2010) yang menyatakan bahwa
terdapat perusahaan yang berusaha
menyajikan aktivitas non keuangan atau aspek sosial perusahaan dalam laporan keuangan dan laporan tahunan, namun masih terdapat variasi lainnya dalam menyajikan aktivitas non keuangan. Variasi pengungkapan ini antara lain disebabkan belum terdapat standar khusus yang dapat dijadikan pedoman bagi keseragaman
penyajian laporan pertanggungjawaban
sosial tersebut.
Hotel Como Shambala Estate
merupakan usaha milik perorangan atas nama PT Begawan Giri Estate dan statusnya dalam perusahaan swasta PMA (penanaman modal asing). Hotel Como Shambala Estate tidak melakukan listing di Bursa Efek Indonesia sebab Hotel Como Shambala Estate atas nama PT Begawan Giri Estate belum go public. Sehingga laporan keuangan tahunan hotel tidak diikutsertakan dalam Bursa Efek Indonesia. Menurut Wikantari terkait status Hotel Como Shambala Estate menyatakan,
“...sebenarnya gini,Grup
Como dibagi dua ada public listing itu
namanya HPL (Hotel Properties
Limited) itu ada Hotel Hardrock dan
Fourseason. Sedangkan Como itu
private company perusahaan
pribadinya dia, jadi dia tidak jual, itu Como Shambala Estate dan Uma Ubud. Tentunya yang public listing itu kan memang banyak aturan harus memasukan CSR-nya apalah itu, kalau kita tidak public listing pun sudah memasukkan itu, nanti kalau kita listing ya tinggal jalan aja”
Berdasarkan kutipan diatas, Hotel Como
Shambala Estate telah memasukkan
pengungkapan aktivitas sosialnya ke dalam sebuah laporan. Hal itu dilakukan untuk
memenuhi kewajiban tanggungjawab
mengungkapkan segala aktivitas keuangan
operasional hotel dan berjaga-jaga
mempersiapkan beralih ke bagian public
company yang melakukan listing.
Informasi yang disampaikan terkait aktivitas sosial dapat kita ketahui melalui pengalokasian dan pengungkapan aktivitas operasional suatu perusahaan. Demikian juga halnya dengan Hotel Como Shambala Estate aktivitas operasionalnya khususnya aktivitas sosialnya dapat kita lihat dari
diaplikasikan dan pengungkapan-pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan perusahaan.
PENUTUP Simpulan
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang disusun berdasarkan
pertanyaan penelitian mendasar terkait implementasi CSR yang dilaksanakan oleh
Hotel Como Shambala Estate dan
pengimplementasian tersebut mengandung konsep Tri Hita Karana. Dimulai dengan
latar belakang yang ada kemudian
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
terkait implementasi CSR Hotel Como Shambala Estate yang berdasarkan konsep Tri Hita Karana maka hotel sebagai salah satu perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan dan masyarakat
sekitar akibat dampak operasional
perusahaan. Operasional perusahaan
menimbulkan dampak tertentu yang
memiliki potensi merusak lingkungan
karena operasional suatu perusahaan menghasilkan limbah yang mencemari
lingkungan.selain merusak lingkungan,
berdirinya suatu perusahaan dalam suatu lingkungan akan menimbulkan perubahan sosial mulai dari perubahan gaya hidup
masyarakat yang awalnya sederhana
menjadi lebih kompleks hingga timbulnya perbedaan pandangan dalam masyarakat yang berpotensi menimbulkan konflik. Oleh karena itu, penelitian kualitatif ini lebih menekanka pada tujuan untuk memperoleh pemahaman atas fenomena sosial atas implementasi CSR oleh Hotel Como Shambala Estate. Proses wawancara,
observasi serta studi dokumentasi
merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, berikut simpulan yang dapat menjawab
permasalahan yang diangkat dalam
penelitian, yaitu :
1. Hotel Como Shambala Estate merupakan salah satu hotel yang
mengimplementasikan CSR
sebagai wujud tanggung jawab
sosial.Meski dalam proses
implementasi CSR tersebut
terdapat kendala. Kesibukan dan
kurang sadarnya masyarakat
terhadap kebersihan lingkungan
menjadi kendala optimalisasi
program kebersihan lingkungan. Berdasarkan pengumpulan data
dan hasil penelitian secara
kualitatif Hotel Como Shambala
Estate telah menunaikan
tanggung jawab sosialnya dengan
mengimplementasikan program
sosial Como approach
(pendekatan Como) berdasarkan konsep Tri Hita Karana. Dikatakan berdasarkan konsep Tri Hita Karana karena dalam proses
pengimplementasian program
sosial tersebut, mengintegrasikan tiga unsur yang seirama dengan
konsep Tri Hita Karana.
Tanggung jawab sosial tersebut
bertujuan menjalin hubungan
yang harmonis dengan
masyarakat (pawongan),
lingkungan (palemahan), dan
dilengkapi dengan jalinan dengan aspek Ketuhanan (parahyangan).
2. Pengalokasian biaya untuk
pembiayaan Como approach
dialokasikan dalam dua akun biaya yaitu biaya administrasi dan umum (A&G), dan HRD. Biaya yang sifatnya tetap atau rutin akan dialokasikan dalam biaya A&G , sedangkan biaya yang sifatnya insidentil akan dialokasikan dalam biaya HRD.
3. Pegalokasian biaya untuk
keperluan kepedulian sosial como
approach tersebut tidak
membebani pihak Hotel Como Shambala Estate. Pihak Hotel Como Shambala Estate memiliki
komitmen untuk membantu
masyarakat secara penuh dengan
tujuan diperolehnya
keberterimaan masyarakat atas keberadaan hotel. Keberterimaan masyarakat sekitar sangat penting
bagi kelangsungan
perusahaan.jika keberterimaan
tersebut tidak diperoleh bearti
dukungan masyarakat atau
komitmen untuk saling membantu antara masyarakat dengan hotel tidak dapat diaplikasikan. Tidak
adanya dukungan masyarakat
sekitar akan melemahkan
berkembangnya hotel atau
kelangsungan hotel kedepannya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
ditemukan, adapun saran yang dapat peneliti sampaikan, yaitu untuk kedepannya hotel bisa membentuk team lingkungan
yang memotivasi dan memberikan
dorongan kepada masyarakat agar
kesadaran terhadap kebersihan lingkungan
pada masyarakat meningkat dan
implementasi program CSR hotel menjadi optimal.Dan untuk perusahaan lain pada umumnya khususnya hotel kesadaran akan tanggung jawab sosial sangatlah penting
sebagai timbal balik dari aktivitas
operasional perusahaan yang berpotensi
merusak lingkungan. Jangan sampai
eksploitasi tanpa adanya upaya pelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Akuntan Indonesia Mitra dalam Perubahan.
2007. Lingkungan Kita
Mmeprihatinkan Bagaimana Peran Akuntan ?. Edisi Ke-3. Jakarta: IAI
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social
Responsibility. Edisi Pertama.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Lestari D, Ayu Komang. 2011. Membedah
Akuntabilitas Praktik Pnegelolaan
Keuangan Desa Adat Kubutambahan
Kecamatan Kubutambahan
Kabupaten Buleleng. Provinsi Bali
(Sebuah Studi Intepretif pada
Organisasi Publik Non
Pemerintahan). Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Akuntansi
Program S1, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pendidikan
Ganesha
Masnila, Nelly. 2010. “Corporate Social
Responsibility : Sebuah Pandangan
dari Sudut Akuntansi”. Jurnal Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya
Ngurah Anom, I Gusti. 2011.
Pengembangan Tanggung Jawab
Sosial Perseroan (Corporate Social
Responsibility) Dikaitkan dengan
Konsep Tri Hita Karana (Studi di
Provinsi Bali). Tesis. Universitas
Udayana
Partadjaja, Tjok Rai.2009.Pendidikan
Agama Hindu. Singaraja : Undiksha
Rachmat, El Amin. 2014. CSR-Kuliah. PPT
Siswanto.2011. Pengantar Manajemen.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Suaryana, Agung. 2011. “Implementasi
Akuntansi Sosial dan Lingkungan di Indonesia”. Jurnal. Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana
Sugiyono.2003. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :