• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Biokimia Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Biokimia Darah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM BIOKIMIA DARAH

KELOMPOK 3.4

Nama Anggota :

1. Nanda Andhyka (41140102) 2. Gusti Mirah Sumitra Dei (411400) 3. Deviagita Pongsama (41140087) 4. Ni Kadek Priskila Septiani (41140031) 5. Julian Nathanael (41140070)

6. Graditama Wira Bianglala (41140072)

`

BAB I DASAR TEORI

(2)

Darah adalah medium untuk transportasi massal jarak jauh berbagai bahan antar sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Darah terdiri dari cairan kompleks yaitu plasma tempat unsur-unsur sel eritrosit, leukosit dan trombosit.

Darah pada umumnya dipandang sebagai cairan tubuh yang kental, berwarna merah serta berada dalam suatu ruang tertutup yang dinamai sebagai pembuluh darah. Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai bahan serta fungsi homeostasis.

Di dalam darah terdapat sel-sel darah merah yang berjuta-juta jumlahnya. Sel darah merah bentuknya bulat, pinggirnya cembung sedangkan bagian tengahnya cekung. Besarnya rata-rata berdiameter 0,007 mm, tebalnya 0.002 mm. Sel darah merah dibuat oleh sum-sum tulang belakang, limpa dan hati juga membuat sel darah merah.

Tugas pokok dari darah adalah membantu pernafasan. Darah mengambil zat asam yang dihisap oleh paru-paru waktu menarik napas. Kemudian membawa dan membagikannya ke seluruh jaringan tubuh. Warna merah pada sel darah merah ditimbulkan oleh zat yang berwarna merah. Zat inilah yang disebut hemoglobin.

Sel darah merah merupakan sel terbanyak dalam darah. Karena mengandung senyawa yang berwarna merah yaitu hemoglobin. Fungsi utamanya adalah mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Kelarutan oksigen secara fisik di dalam darah sangat dipengaruhi oleh tekanan parsial dari gas ini (PO2) serta oleh suhu.

Kedua faktor ini merupakan faktor lingkungan yang mudah berubah-ubah.

Eritorsit atau sel darah merah pada dasarnya adalah suatu kantong hemoglobin yang terbungkus membrane plasma yang mengangkut O2 dan CO2 di dalam darah.

Leukosit atau sel darah putih adalah unit-unit pertahanan sistem imun diangkut dalam darah ke tempat-tempat cedera atau mikroorganisme penyebab penyakit. Trombosit adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh yang cedera.

Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. Sifat darah diantaranya memiliki tekanan osmotik sebesar 28 mmHg, viskositas sebesar 1,7 pada suhu 37°C dan pH sebesar 7,0 sampai 7,8.

Plasma terdiri dari air, elektrolit, metabolit, nutrient, protein dan hormone. Komposisi air dan elektrolit plasma pada dasarnya sama dengan semua cairan ekstrasel lain. Uji laboratorium kadar Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO

3-, PaCO2, dan pH darah penting

dalam penatalaksanaan banyak pasien.

Protein total dalam plasma manusia memiliki konsentrasi sekitar 7,0-7,5 g/dL dan membentuk bagian terbesar dari bahan padat plasma. Protein plasma sebenarnya adalah

(3)

campuran kompleks yang mencakup tidak saja protein-protein sederhana, tetapi juga protein terkonjugasi, misalnya glikoprotein dan berbagai tipe lipoprotein. Pemakaian teknik-teknik proteomic memungkinkan kita mengisolasi dan mengetahui karakter protein plasma yang sebelumnya tidak diketahui yang sebagian terdapat dalam jumlah sedikit (mis. terdeteksi dalam cairan hemodialysis dan dalam plasma pasien kanker) sehingga proteome plasma bertambah. Ribuan antibodi terdapat dalam plasma manusia, meskipun pada keadaan normal jumlah masing-masing antibodi biasanya cukup rendah.

Untuk memisahkan masing-masing protein dari campuran kompleks sering digunakan pelarut atau elektrolit (atau keduanya) untuk mengeluarkan fraksi protein yang berbeda sesuai karakteristik kelarutannya. Hal ini adalah dasar dari sesuatu yang disebut sebagai metode salting-out, yang digunakan dalam penentuan fraksi protein di laboratorium klinik. Oleh sebab itu, kita dapat memisahkan protein plasma menjadi tiga kelompok besar-fibrinogen, albumin, dan globulin- berdasarkan pemakaian natrium atau ammonium sulfat dengan berbagai konsentrasi.

BAB II

PERSIAPAN PRAKTIKUM

(4)

Alat dan bahan  Darah sitras  Darah bebas fibrin  Larutan CaCl2 5%

 Serum darah

 Larutan ammonium sulfat  Aquades

 (NH4)2SO4 padat

 Larutan asam cuka 2%  Indicator klorfenol merah  HNO3 pekat

 Larutan AgNO3

 Larutan kalium oksalat  Gliserol  Na2CO3 padat  Reagen tauber  Hydrogen peroksida  Tabung reaksi  Stopwatch  Vortex  Waterbath 3

(5)

 

A. Koagulasi darah

Percobaan 1: Pengaruh ion Ca dan fibrin terhadap koagulasi darah

 Tabung 1:

 2 ml darah sitras + 5 tetes CaCl2 5% →campur dengan dibolak-balikan →lihat terjadinya koagulasi tiap 30 detik

 Tabung 2:

 2 ml darah bebas fibrin + 5 tetes CaCl2 5% →campur dengan dibolak-balikan

→lihat terjadinya koagulasi tiap 30 detik 

B. Protein serum

Percobaan 2: Pengendapan globulin

 5 ml serum darah + 5 ml larutan ammonium sulfat jenuh →campur/vortex →mengendap

Saring, filtrate untuk percobaan 3

 Endapan dilarutkan dengan aquadest →larut, diencerkan kembali dengan aquadest, apakah akan larut atau mengendap?

   

Percobaan 3: Pengendapan albumin

Tabung yang berisi filtrate pada percobaan 2 + (NH4)2SO4 padat berlebihan

→mengendap, saring

 Pindahkan endapan albumin dalam tabung reaksi lain + aquadest →campur →larut + aquadest → apa yang terjadi?

C. Zat-zat non-protein dalam serum darah

Percobaan 4: Menghilangkan protein serum (deproteinisasi)

 5 ml serum darah + 10 cc aquadest →campur dengan vortex, panaskan di waterbath

 Tambahkan asam asetat 2% tetes demi tetes dalam tabung yang masih dipanaskan

 Pemanasan dan penambahan asam asetat menghasilkan protein yang berwarna putih, saring

(6)

 Jadikan pH pada filtrate menjadi 5,4 dengan menambahkan indicator fenol red, sampai warna merah muda hilang

 Jadikan filtrate menjadi 4 tabung, untuk uji klorida, fosfat, kalsium, dan glukosa 

Percobaan 5: Menunjukkan adanya klorida

 Masukkan sebagian filtrate ke dalam tabung reaksi + 1 tetes HNO3 pekat + 3

tetes AgNO3

Percobaan 6: Menunjukkan adanya fosfat

 Masukkan sebagian filtrate ke dalam tabung reaksi + 1 tetes HNO3 pekat + 5

tetes ammonium molibdat, panaskan 

Percobaan 7: Menunjukkan adanya kalsium

 Masukkan sebagian filtrate ke dalam tabung reaksi + beberapa tetes larutan kalium oksalat. Sampai terjadi kekeruhan

Percobaan 8: Menunjukkan adanya glukosa

 Masukkan sebagian filtrate ke dalam tabung reaksi + 3 tetes gliserol + sedikit Kristal Na2CO3 tak berair (anhidrat) → +2tetes larutan CuSO4 2,5%, panaskan 1 menit

  

D. Pigmen darah

Percobaan 9: Pemecahan eritrosit

 1 tetes darah sitras + 10 cc aquadest →vortex, panaskan →dinginkan 

Percobaan 10: Tes Benzidine

 2 ml reagen tauber + 2 ml H2O2 3% →vortex + darah pada percobaan 9 tetes demi tetes     

(7)

               BAB III  HASIL PRAKTIKUM A. Percobaan 1

 Tidak terjadi koagulasi pada kedua tabung B. Percobaan 2

 Globulin mengendap kembali C. Percobaan 3

 Albumin tidak mengendap kembali D. Percobaan 5

 Terbentuk endapan AgCl berwarna putih E. Percobaan 6

 Terbentuk endapan berwarna kuning jeruk F. Percobaan 7

 Terjadi kekeruhan pada larutan G. Percobaan 8

 Terbentuk endapan Cu2O berwarna kuning (+2)

(8)

 Larutan berwarna kemerahan I. Percobaan 10

 Larutan berwarna hijau tosca               BAB IV  PEMBAHASAN

 Berdasarkan hasil percobaan koagulasi darah, tidak terjadi koagulasi darah pada tabung yang berisi darah sitras maupun darah bebas fibrin setelah masing-masing diberi lima tetes CaCl2 5%. Hal ini mungkin disebabkan

oleh kesalahan prosedur, yaitu pada saat darah dimasukan kedalam tabung sitrat, praktikan tidak membolak-balikan tabung, sehingga darah tidak bercampur dengan antikoagulan.

 Berdasarkan teori, akan terjadi reaksi sebagai berikut :

 Darah Sitras + 5 tetes CaCl2 5% → Terjadi

Koagulasi

 Darah Bebas Fibrin + 5 tetes CaCl2 5%

(9)

 Darah sitras merupakan darah yang telah diberi antikoagulan natrium sitrat untuk mengikat ion Ca2+

agar tidak terjadi koagulasi. Ion Ca2+ berfungsi untuk mengaktifkan protrombin

menjadi trombin yang selanjutnya berperan dalam proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin ,sehingga terjadi koagulasi darah. Penambahan natrium sitrat sebagai antikoagulan akan mengikat ion Ca2+ sehingga protrombin tetap inaktif

dan tidak terjadi koagulasi darah. Pemberian CaCl2 memperkaya ion Ca2+ dalam

darah sehingga ion ini dapat mengaktifkan protrombin yang berperan dalam koagulasi darah.

 Darah bebas fibrin, adalah darah yang fibrinnya sudah dihilangkan. Pada darah non fibrin ini tidak terjadi koagulasi karena tidak memiliki fibrinogen yang merupakan komponen koagulasi darah. Sehingga, meskipun diberi CaCl2 untuk mendapatkan ion Ca2+ yang sangat berpengaruh

dalam koagulasi darah, darah tetap tidak akan membeku.

 Pada percobaan Pengendapan Globulin menunjukkan, uji globulin dalam serum darah adalah positif (+). Pada percobaan kali ini dihasilkan warna larutan kuning keruh dan terdapat sedikit endapan yang melayang. Larutan menjadi berwarna kuning dan mengendap akibat penambahan amonium sulfat. Penambahan garam (NH4)2SO4 (amonium sulfat) ini bertujuan untuk mengikat air pada protein karena

garam bersifat hidroskopis. Amonium sulfat jenuh yang ditambahkan dengan serum menyebabkan larutan campuran tersebut tidak jenuh lagi melainkan menjadi setengah jenuh. Globulin dapat diendapkan pada larutan setengah jenuh maka terbentuk endapan globulin. Larutan globulin dapat diendapkan oleh penambahan garam amonium sulfat hingga setengah jenuh. Pada percobaan ini, protein albumin tidak ikut mengendap karena protein albumin mengendap pada larutan yang bersifat jenuh sehingga filtrat yang disaring endapannya masih mengandung protein albumin dan dapat digunakan pada percobaan pengendapan albumin. Endapan globulin yang telah disaring tadi ditambahkan aquades maka endapan protein globulin tersebut tidak larut (ditandai dengan larutan masih keruh) karena protein globulin sedikit atau tidak larut dalam air sehingga dalam larutan tersebut masih mengandung protein globulin.

 Pada percobaan pengendapan albumin, filtrat yang digunakan adalah filtrat dari percobaan globulin. Filtrat tersebut ditambahkan dengan (NH4)2SO4 padat

berlebih sehingga terdapat sedikit endapan yang melayang. Penambahan garam (NH4)2SO4 (amonium sulfat) yang berlebih ini bertujuan untuk mengikat air pada

protein karena garam bersifat hidroskopis sehingga protein albumin tersebut dapat mengendap karena protein albumin dapat mengendap pada amonium sulfat jenuh. Albumin adalah protein yang dapat larut serta dapat terkoagulasi oleh panas dan dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga jenuh. Endapan tersebut disaring dan ditambahkan aquades lalu dicampur dengan vortex tetapi dalam larutan tersebut masih terdapat sedikit endapan yang berwarna merah yang bukan merupakan

(10)

endapan dari protein albumin. Endapan dari protein albumin sendiri sudah ikut larut dalam air (ditandai dengan larutan berwarna bening) karena protein albumin dapat larut dalam air.

 Percobaan deproteinasi serum darah bertujuan untuk menghilangkan protein dalam darah karena protein dalam darah merupakan protein terkonjugasi. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan aquades kemudian dididihkan, hal ini menyebabkan fungsi dari protein tersebut hilang karena ikatan hidrogen dalam protein tersebut lepas. Larutan tersebut ditambahkan setetes demi setetes asam asetat, larutan tersebut menjadi berwarna merah kejingga-jinggaan dan terdapat endapan. Endapan disaring. Filtratnya ditetesi indikator khlorofenol merah lalu diasamkan hingga pH 5,4 (warna indikator berubah menjadi kuning), penambahan asam ini mengakibatkan penambahan H+ sehingga antara muatan positif (+) dan negatif (-) pada protein tidak seimbang sehingga terjadi perubahan struktur yang menyebabkan terjadinya endapan protein. Filtrat dididihkan dan kemudian disaring, filtrat yang dihasilkan digunakan untuk percobaan selanjutnya. Konformasi molekul protein dapat berubah karena pengaruh suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain atau ion-ion logam dan peristiwa ini sering disebut deproteinasi.

 Percobaan khlorida warna larutan berubah dari putih bening menjadi putih keruh dan terdapat endapan putih disebabkan oleh AgNO3 yang ditambahklan

mengikat Cl yang terdapat pada serum darah dan bentuk endapan yang berwarna putih. Endapan dari reaksi tersebut adalah endapan AgCl (berwarna putih). Endapan ditambahkan dengan NH4OH, maka endapan tersebut akan kembali

larut disebabkan ion Cl lebih memilih berikatan dengan NH4 karena NH4 lebih

reaktif (lebih kiri) dibandingkan dengan Ag, sehingga terjadi reaksi sebagai berikut :

 NH4OH + AgCl → NH4Cl + AgOH

 Plasma darah tersusun atas salah satunya adalah elektrolit. Klorida merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (diluar sel), berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalamtubuh. Klorida di angkut di dalam darah dan limfe akibat kerja jantung dan otot rangka.

 Uji fosfat. Percobaan uji fosfat kali ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa fosfat dalam darah. Filtrat ditambahkan beberapa tetes amonium molibdat dan 1 tetes HNO3 pekat kemudian dipanaskan, larutan berubah menjadi terdapat endapan warna kuning. Adanya endapan warna kuning ini menunjukkan bahwa dalam filtrat tersebut

(11)

terdapat senyawa fosfat dan endapan tersebut merupakan endapan ammonium fosfomolibdat. Reaksi yang terjadi pada uji kali ini adalah :

 Filtrat + HNO3 dan ammonium molibdat → endapan amonium fosfomolibdat (warna

 kuning)

 Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di dalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat, yaitu bagian dari kristal hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak dapat larut. Hidroksipatit memberi kekuatan dan kekakuan pada tulang. Fosfor di dalam tulang berada dalam perbandingan 1:2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan ekstraseluler.

 Percobaan kalsium ini setelah filtrat ditambahkan beberapa tetes larutan kalium oksalat, larutan yang awalnya berwarna kuning berubah menjadi kuning keruh. Perubahan menjadi keruh ini menunjukkan bahwa dalam larutan tersebut terdapat endapan, hal ini terjadi karena filtrat + kalium oksalat → Ca-oksalat + KCl. Reaksi tersebut terjadi karena ion Ca memiliki muatan positif (+2) lebih tinggi dibandingkan ion K (+1). Sedikit banyaknya kalsium dalam darah dapat dilihat dari tingkat kekeruhan larutan setelah ditetesi kalium oksalat. Tingkat kekeruhan tinggi maka menunjukkan kalsium dalam darah banyak, demikian juga sebaliknya. Endapan yang terbentuk tersebut merupakan endapan kalsium oksalat yang merupakan hasil reaksi dari kalium oksalat dengan kalsium yang terdapat dalam darah. Kondisi kadar kalsium darah yang optimum akan menunjang deposisi kalsium ke dalam tulang, sebaliknya, turunnya kadar ion kalsium plasma di bawah batas normal akan memacu kelenjar paratiroid untuk meningkatkan sekresi hormon paratiroid. Hormon paratiroid memulihkan konsentrasi kalsium cairan ekstrasel menjadi normal dengan bekerja langsung pada tulang dan ginjal, dan bekerja tidak langsung pada mukosa usus melalui perangsangan sistem kalsitriol.

 Percobaan glukosa ini, setelah filtrat ditambahkan gliserol, serbuk Na2CO3

bebas air dan larutan CuSO4 2,5% larutan berubah menjadi berwarna merah

muda keunguan. Penambahan larutan CuSO4 2,5% yang nantinya akan

direduksi oleh gluksa menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Fungsi dari

penambahan gliserol selain sebagai pemecah lemak juga untuk menaikkan titik didih karena gliserol merupakan senyawa non polar sehingga memiliki titik didih tinggi. Larutan tersebut dididihkan selama beberapa menit hingga warna dari larutan tersebut berubah menjadi kecoklatan dan ada endapan

(12)

putih di dasar. Hal ini membuktikan bahwa dalam filtrat tersebut mengandung glukosa.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan glukosa darah adalah kandungan serat dalam makanan, proses pencernaan, cara pemasakannya, ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan makanan sebagai zat anti nutrien, perbedaan interprandial, waktu makan dengan lambat atau cepat, pengaruhnya intoleransi glukosa dan pekat tidaknya makanan.

 Pada tes benzidine dilakukan pencampuran dari reagen touber dan hydrogen peroksida kemudian ditambahkan darah dari percobaan 9 sebanyak 2 tetes dan warna larutan berubah menjadi warna hijau tosca. Hal ini disebabkan karna adanya Hb dalam darah yang mendekomposisi H2O2 menjadi

2H2O dan O2. Oksigen yang bebas akan mengoksidasi benzin menjadi derivatnya

yang berwarna biru, jadi oksigen bisa bertindak sebagai oksidator dan benzidin bertindak sebagai reduktor.

              

(13)

 BAB V  KESIMPULAN

 Pada percobaan koagulasi darah tidak terjadi pembekuan darah yang dikarenakan darah tidak bercampur dengan antikoagulan. Yang seharusnya terjadi adalah tabung 1 yaitu drah sitras akan mengalami koagulasi.

 Pada percobaan pengendapan globulin didapatkan hasil bahwa globulin kembali mengendap setelah diencerkan.

 Pada percobaan pengendapan albumin didapatkan hasil bahwa albumin larut dalam air.

 Pada percobaan deproteinisasi, konformasi molekul protein berubah dikarenakan proses pemanasan, perubahan pH dan penambahan asam asetat.

 Pada percobaan klorida, didapatkan hasil berupa endapan putih yang menunjukkan adanya kandungan klorida dalam darah.

 Pada percobaan fosfat, didapatkan hasil berupa endapan berwarna kuning jeruk yang menunjukkan adanya kandungan fosfat dalam darah.

 Pada percobaan kalsium, didapatkan hasil berupa terjadinya kekeruhan pada larutan yang berwarna putih, hasil itu menunjukkan adanya kandungan kalsium dalam darah.

 Pada percobaan glukosa, didapatkan hasil berupa endapan berwarna kuning, yang menunjukan hasil (+2) terhadap adanya glukosa dalam darah.

 Pada tes benzidine larutan berubah menjadi hijau tosca yang mengindikasikan adanya Hb dalam darah.

         

(14)

 DAFTAR PUSTAKA

 Murray, Robert K., et al. 2014. Biokimia Harper. Ed. 29. Jakarta : EGC.  Marks,Dawn B,Dkk. 2011. Biokimia kedokteran Dasar. Jakarta:EGC.

Sloane, Ethel. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th edition. Asia: Wiley.

Campbell, Mary K & Farrel, Shawn O. (2012). Biochemistry, 7th Edition.

Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning.

Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology, Ganong’s. 23rd edition. New

York: The McGraw-Hill Companies.Inc

Referensi

Dokumen terkait

43 Bukan hanya masalah waktu, penyampaian dan penggunaan kata yang tepat tentang konsep kepemilikan sumber air bersih menjadi salah satu poin penting dalam

%enyajian struktur produk dibedakan menjadi dua yaitu metode e,plotion dan implotion. Metode e,plotion adalah penyajian struktur produk! dimana pada le6el 

Dalam masyarakat primitif, dimana kehidupan sehari-hari membutuhkan aktivitas fisik yang tinggi dan makanan hanya tersedia sesekali, kecenderungan genetik akan berperan dalam

Pada kasus tersebut adanya itikad buruk dari Elfyani dimana, Elfyani menyatakan bahwa Sertifikat yang dimilikinya berdasarkan Akta Jual Beli bukan dengan jalan hibah,

Yang dimaksud dengan kondisi yang sama adalah untuk setiap posisi player , posisi agen cerdas dan posisi node pada graph berada dalam posisi yang sama namun algoritma dari

Suatu system variasi yang digunakan untuk mengatakan pada program yang ditulis dengan bahasa java tempat lokasi yang akan digunakan.. Merupakan

27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan mengatur bahwa perseroan terbatas yang melakukan penggabungan bahwa dalam setiap rancangan penggabungan

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden