• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menghafal Juz 'amma melalui metode drill (latihan)pada santri kilat SMK PGRI 2 Ponorogo di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Menghafal Juz 'amma melalui metode drill (latihan)pada santri kilat SMK PGRI 2 Ponorogo di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan. - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

MENGHAFAL JUZ’AMMAMELALUI METODE DRILL (LATIHAN) PADA SANTRI KILAT SMK PGRI 2 DI PONDOK PESANTREN KETERAMPILAN Al-IKHLAS,

BABADAN PONOROGO

SKRIPSI

Oleh :

YANTI KURNIAWATI NIM: 210314234

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN IAIN PONOROGO

(2)

ABSTRAK

Kurniawati, Yanti. 2018. Menghafal Juz ’amma Melalui Metode Drill (latihan) Pada Santri

Kilat Smk Pgri 2 Di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Dr. Evi Muafiah, M.Ag.

Kata Kunci: Menghafal Juz’amma, Metode drill

Berangkat dari konsepsi dalam kegiatan belajar mengajar ternyata tidak semua peserta didik memiliki daya serap yang optimal, maka perlu strategi belajar mengajar yang tepat. Metode adalah salah satu jawabannya. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satu pun metode mengajar. Metode drill atau bisa disebut dengan metode latihan ini yang tepat yamg digunakan peneliti di SMK ini, metode ini merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.

Penelitian ini merumuskan masalah dan tujuan hendak mengetahui: (1) mengetahui persiapan guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz’amma, (2) mengetahui pelaksanaan metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz’amma dan (3) mengetahui evaluasi metode drill dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz ’amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al- Ikhlas, Babadan Ponorogo.

Penelitian ini berlokasidi pondok pesantren Keterampilan Al- Ikhlas, Babadan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif. Sedangkan untuk pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara.

(3)
(4)
(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Agama Islam

dari sumber utamanya kitab suci al-Qur‟an dan al-Hadits, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.1

Sedangkan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi

keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara: a) Hubungan manusia

dengan Allah SWT. b) Hubungan manusia dengan sesama manusia c)

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri d) Hubungan manusia dengan

makhluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran

Pendidikan Agama Islam meliputi 5 unsur pokok, yaitu : a) Al-Qur‟an b)

Akidah c) Syariat d) Akhlak e) Tarikh.2

Pada Tingkat Sekolah Kejuruan, khususnya santri kilat SMK PGRI

2 Ponorogo di Pondok Pesantren Al-Ikhlas, penekanan diberikan kepada

beberapa unsur pokok yaitu: keimanan, ibadah, dan al-Qur‟an.3 Dalam

penelitian kualitatif, penulis akan memfokuskan pada pembelajaran

1

Ra mayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Ja karta: Ka la m Mulia, 2005), Cet. IV, 21.

2

Ibid, 22.

3

(6)

Qur‟an untuk hafalan Juz „amma dengan metode drill. Hal tersebut

mempunyai tujuan bahwa dengan diterapkannya metode drill dalam

pembelajaran al-Qur‟an dapat meningkatkan kemampuan menghafal

al-Qur‟an, khususnya Juz „amma.

Untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran yang maksimal

diperlukan cara penyampaian yang baik, yang biasa d isebut dengan

metode mengajar. Metode mengajar dapat juga diartikan sebagai suatu

pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang

guru. Selain itu bisa juga disebut sebagai teknik penyajian yang dikuasai

guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta

didik di dalam kelas.

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara

guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan

yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam

pembelajaran agama Islam harus dijabarkan k e dalam metode

pembelajaran yang bersifat prosedural.4

Tugas utama guru salah satunya adalah mendidik dan membimbing

peserta didik untuk belajar serta mengembangkan potensi dirinya. Di

dalam melaksanakan tugasnya, guru hendaknya dapat membantu siswa

dalam memberikan pengalaman-pengalaman lain untuk membentuk

kehidupan sebagai individu yang dapat mandiri di tengah-tengah

4

(7)

masyarakat. Sehingga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya, baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah,

diantaranya yaitu memberi bekal kepada peserta didik untuk bisa

menghafal Juz‟amma dengan baik dan benar. Kemampuan menghafal

al-Qur‟an ini tidak hanya untuk di dunia saja, tetapi juga untuk bekal di

akhirat kelak.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran sangat

ditentukan oleh pemahamannya terhadap komponen-komponen mengajar

dan kemampuan menerapkan atau mengatur sejumlah komponen

pembelajaran secara efektif. Guru sebagai salah satu sumber belajar

berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang krea tif bagi kegiatan

belajar peserta didik. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah

melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan

dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Penentuan dan pemilihan

metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai

untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan

kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang kesesuaian

dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Dalam penggunaan

metode terkadang harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas.

Jumlah peserta didik mempengaruhi metode. Penggunaan metode yang

(8)

pencapaian tujuan yang telah d irumuskan.5 Penggunaan metode dapat

menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus

menyesuaikan dengan metode. Cukup banyak bahan pelajaran yang

terbuang sia-sia hanya karena penggunaan metode yang kurang tepat, yaitu

hanya menurut kehendak guru sendiri dan mengabaikan kebutuhan peserta

didik. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian

metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran.

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak

dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satu pun metode

mengajar. Metode drill atau bisa disebut dengan metode latihan

merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan

kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk memelihara

kebiasaan-kebiasaan yang baik.6

Al-Qur‟an sebagai pedoman dan tuntunan hidup umat manusia

sangat penting untuk dikaji, dipahami, dan dihayati sekaligus diamalkan

bagi umat manusia khususnya umat muslim, agar dapat terhindar dari

segala bahaya tipu muslihat syaitan. Sebagaimana hal terseb ut al-Qur‟an

juga mempunyai fungsi pokok yaitu sebagai pedoman utama dalam

5

Syaifu l Bahri Dja marah, Aswan Za in, Strategi belajar Mengajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), 19.

6

(9)

mengambil keputusan setiap masalah. Metode ini bisa berjalan efektif

apabila guru mampu menerapkan metode drill dengan memperhatikan

langkah-langkahnya. Berangkat dari konsepsi dalam kegiatan belajar

mengajar ternyata tidak semua peserta didik memiliki daya serap yang

optimal, maka perlu strategi belajar mengajar yang tepat. Metode adalah

salah satu jawabannya. Menurut Roestiyah sebagaimana dikutip Anissat ul

Mufarrokah dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, menyebutkan

bahwa kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar peserta

didik dapat belajar efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang

diharapkan. Salah satu untuk memiliki strate gi ini adalah harus menguasai

teknik-teknik penyajian atau bisa disebut metode mengajar.7

Menghafal pada prinsipnya ialah proses mengulang- ulang bacaan,

baik dengan bacaan atau dengan mendengar, sehingga bacaan tersebut

melekat pada ingatan dan dapat diulang-ulang kembali tanpa melihat.

Proses mengulang ini sebenarnya sama saja dengan materi lainnya.

Pekerjaan apapun asal sering diulang- ulang pasti akan hafal. Begitu

sebaliknya dengan menghafal beberapa surat dalam Juz „amma. Bila tekun

dan sering mengulang- ulangnya pasti akan hafal.8

7

Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta : Te ras, 2009), 82.

8

http://www.google.co.id/”definisiKonsentrasi” diakses pada hari Rabu , 28 Desember

2017.

(10)

Dengan adanya penerapan metode drill dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) pada materi al-Qur‟an di pondok pesantren

keterampilan Al-Ikhlas, Babadan diharapkan peserta didik dapat lebih

mudah menghafal Juz‟amma dengan mudah dan lancar. Dari keterangan

tersebut, terdapat beberapa fakta bahwa dalam proses pembelajaran guru

adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh, untuk mencapai tujuan

pembelajaran guru harus melaksanakan tugasnya dengan baik, dan guru

harus memiliki strategi pembelajaran yang efektif serta efisien.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan wawancara pada tanggal 29 Desember 2017 pukul

19:00 pm, inti daripada wawancara tersebut ialah lebih bisa meningkatkan

metode pembelajaran dalam hafalan juz‟amma dengan metode drill

(latihan) pada siswa. Dengan tujuan, santri lebih mudah mengingat dan

menghafal. Dengan adanya metode drill (latihan) itu sendiri bisa

dilaksanakan latihan menghafal secara bersama-sama, sehingga siswa

yang belum hafal, bisa ikut serta menirukan untuk menghafalnya.9

Peneliti memfokuskan penelitiannya pada satu masalah yang akan

diteliti yaitu penerapan metode drill (latihan) untuk menghafal juz ‟amma

pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Babadan.

9

(11)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persiapan guru dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok

Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo?

2. Bagaimana pelaksanaan metode drill dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI

2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan

Ponorogo?

3. Bagaimana evaluasi dari metode drill dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz „amma pada santri kilat SMK PGRI

2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan

Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan maka tujuan

penelitian penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Mengetahui persiapan guru dalam meningkatkan kemampuan

menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI 2 di Pondok

Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo.

2. Mengetahui pelaksanaan metode drill dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI

2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan

(12)

3. Mengetahui evaluasi metode drill dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz ‟amma pada santri kilat SMK PGRI

2 di Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan

Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan hasilnya nanti

akan membantu memberi sumbangan pemikiran kepada:

1. Guru

a. Dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan

pembelajaran tentang kemampuan menghafal juz ‟amma

terfokus pada santri kilat SMK PGRI 2 Ponorogo di Pondok

Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas Babadan.

b. Dapat memperbaiki kinerja guru dalam pembelajaran untuk

meningkatkan hafalan Juz ‟amma bagi santri kilat SMK PGRI

2 Ponorogo.

c. Dapat memotivasi guna untuk melakukan penelitian kualitatif

sebagai upaya untuk melakukan perbaikan pembelajaran.

d. Dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri bagi guru karena

mampu melakukan perbaikan pembelajaran dengan prakarsa

(13)

2. Bagi peserta didik

a. Dapat mengatasi kesulitan dalam pembelajaran menghafal Juz

‟amma.

b. Dapat meningkatkan prestasi santri kilat dalam menghafal juz

‟amma.

c. Dapat memacu santri dalam belajar agar lebih giat terutama

dalam meningkatkan hafalannya.

3. Bagi pondok pesantren

a. Dapat memberikan sumbangan perbaikan pembelajaran dan

peningkatan prestasi menghafal.

b. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitian

kualitatif sebagai upaya perbaikan pembelajara n.

c. Sebagai acuan bagi para peneliti lain yang tertarik akan

masalah pembelajaran sehingga dapat diterapkan atau

dikembangkan di pondok lain.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan

memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam proposal

ini, untuk memudahkan penyusunan proposal ini dibagi menjadi beberapa

bab yang dilengkapi dengan pembahasan-pembahasan yang dipaparkan

secara sistematis, yaitu:

Bab I: Pendahuluan yang berisi tinjauan secara global

(14)

fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat penelitian,

metode penelitian dan dalam metode penelitian berisi Pendekatan dan jenis

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi peneliti, sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan,

tahapan-tahapan penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II: Berisi landasan teoritik dan atau telaah hasil penelitian

terdahulu yang berfungsi sebagai alat penyusun Instrumen Pengumpulan

Data (IPD).

Bab III: Berisi temuan peneliti yang berisi gambaran umum

lokasi penelitian dan deskripsi data.

Bab IV: Berisi tentang pembahasan yang akan membahas upaya

meningkatkan kemampuan menghafal juz ‟amma melalui metode drill di

Pondok Pesantren Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo.

Bab V: Penutup yang mempermudah pembaca dalam

(15)

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti telah menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu:

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Umi Mahmudah dari

STAIN Ponorogo tahun 2014 dengan skripsinya berjudul “Peningkatan

Konsentrasi dan Kemampuan Menghafal Me lalui Metode Drill dan

Bernyanyi” dengan masalah kurangnya motivasi dalam menghafal,

kurangnya konsentrasi dalam menghafal dan bernyanyi menghasilkan: (1)

dengan menggunakan metode drill dan bernyanyi pada pembelajaran

menghafal Asmaul Husna di TK TKIT Al- Hikmah Pulung, konsentrasi

anak didik mengalami peningkatan secara bertahap. Pada siklus I sebanyak

13 dari 20 peserta didik dengan prosentase 16 dari 20 peserta didik dengan

80%. (2) dengan menggunakan metode drill dan bernyanyi pada

pembelajaran menghafal Asmaul Husna di TK TKIT Al-Hikmah Pulung,

konsentrasi anak didik mengalami peningkatan secara bertahap.

Pada siklus I sebanyak 14 dari 20 peserta didik dengan prosentase

70%. Pada siklus II mencapai hasil yang sangat memuaskan, yaitu

sebanyak 18 dari 20 peserta didik dengan prosentase 90%. (3) dengan

menggunakan metode drill dan bernyanyi pada pembelajaran menghafal

Asmaul Husna di TK TKIT Al-Hikmah Pulung, konsentrasi anak didik

mengalami peningkatan. Pada siklus I sebanyak 14 dari 20 peserta didik

(16)

dengan prosentase 70%. Pada siklus II mencapai hasil yang sangat

memuaskan, yaitu sebanyak 18 dari 20 peserta didik dengan prosentase

90%. Penelitian penulis memiliki persamaan dengan penelitian diatas,

sebab penelitian di atas juga menggunakan metode drill dalam

Peningkatan Konsentrasi dan Kemampuan Menghafal.

Kedua, berdasarkan penelitian Sri Anjarini dari STAIN Ponorogo

tahun 2015, dengan judul “Penerapan Strategi Reading Aloud, Drill dan

Poster untuk meningkatkan kemampuan berdoa (Penelitian Tindakan

Kelas di siswa kelompok B TK Darma Wanita II Gandu Kepuh semester

Genap Tahun pelajaran 2014/2015). Dengan adanya masalah kurangnya

motivasi untuk menghafal, kurangnya kelancaran untuk menghafal doa

menghasilkan sebagai berikut: untuk mengetahui tingkat kelancaran anak

dalam pembelajaran berdoa di kelompok B TK Darma Wanita II Gandu

Kepuh, tingkat kemampuan hafalan anak dalam mengikuti pembelajaran

berdoa di kelompok B TK Darma Wanita II Gandu Kepuh, dan untuk

menyampaikan pendapat dalam pembelajaran berdoa di kelompok B TK

Darma Wanita II Gandu Kepuh ada 4 tahap yang dilalui yaitu Planning

(Perencanaan), Tindakan, Observasi dan Refleksi. Dengan hasil

peningkatan yang diperoleh siklus I, kemampuan melafal mencapai 40%

dari jumlah 20 anak, kemampuan menghafal mencapai 60% dari jumlah 20

anak, dan pembiasaan 75% dari jumlah anak. Siklus II, tingkat

kemampuan melafal mencapai 80% dari jumlah 20 anak, kemampuan

(17)

dari jumlah anak. Kesimpulannya bahwa strategi poster coment, Reading

aloud dan Drill dapat meningkatkan kelancaran menghafal dan dapat

meningkatkan menyampaikan pendapat anak. Penelitian penulis hampir

sama dengan penelitian yang diatas, sebab untuk meningkatkan kelancaran

menghafal salah satunya menggunakan metode drill.

Berdasarkan penelitian Siti Marfu‟ah dari STAIN Ponorogo tahun

2012 dengan judul “Korelasi antara kondisi lingkungan sosial keagamaan

dengan kemampuan menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an mata pelajaran Qur‟an

Hadits siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Pacitan th. 2011/2012. 10

Hasil penelitiannya adalah kondisi lingkungan sosial keagamaan siswa

kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Pacitan sudah sesuai. Hal ini terbukti

pada hasil kategori baik mencapai 20,21 %, kategori cukup mencapai

67,02%, dan kategori kurang mencapai 12, 77 %. Hasil kemampuan

menghafal ayat-ayat al-Qur‟an siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05

Pacitan sesuai, hal ini terbukti pada hasil kategori baik mencapai 18,08%,

kategori cukup mencapai 64, 90%, dan kategori kurang mencapai 17,02%.

Terdapat korelasi antara kondisi lingkungan sosial keagamaan dengan

kemampuan menghafal ayat-ayat al-Qur‟an siswa kelas VIII MTs

Muhammadiyah 05 Pacitan tahun ajaran 2011/2012.

10Siti Marfu‟ah, skripsi:

k orelasi k orelasi antara kondisi lingk ungan sosial k eagamaan

dengan kemampuan menghafalayat-ayat Al-Qur’an mata pelajaran Qur’an Hadits siswa kelas

(18)

Peneliti mengemukakan adanya perbedaan dalam penelitian di atas,

sebab penelitian di atas terkait adanya hub ungan antara kondisi lingkungan

sosial keagamaan dengan kemampuan menghafal ayat-ayat al-Qur‟an mata

pelajaran Qur‟an Hadits. Sedangkan penelitian peneliti terkait dengan

menghafal juz‟amma dengan metode drill (latihan).

B. Kajian Teori

1. Menghafal Juz’amma

a. Pengertian menghafal Juz’amma

Menghafal pada prinsipnya ialah proses mengulang- ulang bacaan,

baik dengan bacaan atau dengan mendengar, sehingga bacaan tersebut

melekat pada ingatan dan dapat diulang-ulang kembali tanpa melihat.

Proses mengulang ini sebenarnya sama saja dengan materi lainnya.

Pekerjaan apapun asal sering diulang- ulang pasti akan hafal. 11

Menghafal al-Qur‟an adalah wajib kifayah bagi umat Islam.ini

berarti bahwa orang yang menghafal nya tidak boleh kurang dari jumlah

mutawatir sehingga tidak akan mengalami pemalsuan dan pengubahan.

Jika kewajiban ini telah dilaksanakan oleh sejumlah orang (yang mencapai

mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya, jika

belum maka berdosalah semua umat Islam. Demikian pula

mengajarkannya adalah wajib kifayah dan merupakan ibadah yang paling

utama.12

11

http://www.google.co.id/”definisiKonsentrasi” diakses pada hari Rabu , 28 Dese mber 2017.

12

(19)

Pengalaman menghafal al-Qur‟an dapat dikaji berbagai sisinya: (1)

motivasi seseorang menghafal juz‟amma dalam al-Qur‟an yang

persepsinya tentang fadhilah/ keutamaan menghafal dan orang yang

menghafalkannya; (2) metode menghafal juz‟amma yang diterapkan pada

lembaga pendidikan hafalan juz‟amma tersebut. (3) kebijakan yang

diterapkan ustadz kepada peserta didik yang mengambil program

menghafal juz‟amma; (4) cara peserta didik menghafal juz‟amma, dengan

asumsi bahwa masing- masing peserta didik mempunyai kebiasaan

tersendiri dalam usahanya menghafalkan, baik menyangkut waktu yang

efektif untuk menghafal, situasi yang mendukung penghafalan, cara

mematangkan hafalan, cara menjaga, dan cara mengulang-ulang hafalan

yang dimiliki; (5) suka duka menghafal juz‟amma; jadwal setoran hafalan

kepada ustadz; (6) cara ustadz menyimak hafalan peserta didik ; (8) dan

sebagainya. 13

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan menghafal adalah

kesehatan, kecerdasan, intelegensi, lingkungan, cara belajar, kebiasaan

menghafal, dan frekuensi belajar. Adapun teknik mengingat memori ialah

Walaupun otak kita mampu menyimpan informasi yang dapat kita terima

seumur hidup, tapi kita kemungkinan mengingat informasi ya ng berarti

dalam satu atau lain cara. Pada umumnya informasi yang menancap di

kepala atau sangat mudah diingat adalah informasi yang meliputi satu atau

lebih dari delapan unsur, berikut: Indra, Intens, emosional, lain sendiri,

13

(20)

kemampuan untuk bertahan, keutamaan pribadi, pengulangan dan pertama

serta terakhir.14

Pemahaman tanpa pengulangan tidak akan membuahkan kemajuan,

dan pengulangan tanpa pemahaman juga membuat hafalan menjadi

sekadar bacaan biasa.

b. Hukum Menghafal Al-Qur’an

Menghafal al-Qur‟an hukumnya adalah fardu kifayah, berarti

bahwa orang yang menghafal al-Qur‟an tidak boleh kurang dari jumlah

mutawatir sehingga tidak akan da kemungkinan terjadinya pemalsuan

dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci al-Qur‟an. Jika kewajiban ini

telah terpenuhi oleh sejumlah orang (yang mencapai tingkat mutawatir)

maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Sebaliknya jika

kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan menanggung

dosanya. Hal ini ditegaskan oleh Imam Abdul-Abbas pada kitabnya

As-Syafi dalam menafsirkan firman Allah:

ْرِك َّدُّم ْنِم ْلَهَف ِرْك َّذلِل َنَا ْرُقْلا اَن ْرَّسَي ْدَقَل َو

“ Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran,

maka adakah orang yang mengambil pelajaran.”(QS. AL-Qamar/

54:17).15

14

Ida Hanif dan Hanifudin Mahadun, Metode Prak tis: Menghafal Cepat Abad 21 Konstruk tivisme (Jo mbang: LRTC, 2006), 11.

15

(21)

c. Cara-Cara Menghafal Al-Qur’an

Adapun adab ataupun cara untuk menghafal al-Qur‟an dengan

baik dan benar yaitu:

a) Niat yang benar dan niat yang baik

Hendaknya niat dalam menghafal al-Qur‟an adalah

mencari karunia Allah, mengharapkan keridaan, serta mencari

posisi yang tinggi di surga kelak, bukan untuk mendapatkan

sesuatu yang termasuk dalam urusan duniawi, seperti harta,

pujian, atau ketinggian posisi di dunia.

b) Doa dan permohonan yang serius

c) Meminta ampun dan meninggalkan maksiat

An-Nawawi berkata: seharusnya sucikan hatinya dari segala

kotoran agar mudah menerima al-Qur‟an dan menghafal nya

serta menggunakannya.

d) Sabar dan tekad yang kuat

Ketika menghafal dan sabar terhadap kesulitan yang ditemui

pada awal menghafal, maka lama kelamaan akan mendapat

kemudahan dalam menghafal al-Qur‟an.

e) Meluangkan Waktu

Dalam surat Ali Imran bahwa masalah-masalah dunia yang

kamu habiskan waktu dan tenaga untuknya tidak akan

(22)

d) Wirid harian untuk menghafal wirid harian untuk me mbaca

e) Menghafal, menjaga, merutinkan bacaan, dan

mempelajarinya.16

d. Syarat-syarat me nghafal Al-Qur’an

Para penghafal al-Qur‟an terikat oleh beberapa kaidah penting

dalam menghafal yaitu dengan:

a. Ikhlas, bermakna bahwa seseorang akan meluruskan niat dan

tujuan menghafal al-Qur‟annya semata- mata untuk beribadah

dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

b. Memperbaiki ucapan dan bacaan, meskipun al-Qur‟an

menggunakan bahasa Arab akan tetapi melafadzkanya sedikit

berbeda dari penggunaan bahasa arab populer, oleh karena itu

mendengarkan terlebih dahulu dari orang yang bacaannya

benar menjadi keharusan.

c. Menentukan presentasi hafalan setiap hari. Kadar hafalan ini

sangat penting untuk ditentukan agar penghafal menemukan

ritme yang sesuai dengan kemampuannya dalam menghafal.

d. Tidak dibenarkan melampaui kurikulum harian hingga halnya

bagus dan sempurna. Tujuannya dari anjuran ini adalah agar

tercapai keseimbangan, bahwa penghafal al-Qur‟an juga

disibukkan dengan kegiatan hariannya sehingga diharapkan

16

(23)

hafalan yang benar-benar sempurna tidak akan tergantung

dengan hafalan yang baru dan kesibukan yang dihadapi.

e. Konsisten dengan satu mushaf. Alasan kuat penggunaan satu

mushaf ini adalah bahwa manusia mengingat dengan melihat

dan mendengar sehingga gambaran ayat dan juga posisinya

dalam mushaf dapat melekat kuat dalam pikiran.

f. Memperdengarkan bacaan secara rutin. Tujuannya dari

kegiatan ini adalah untuk membenarkan hafalan juga

berfungsi sebagai kontrol terus menerus terhadap pikiran dan

hafalan nya.

g. Mengulangi secara rutin. Penghafal al-Qur‟an berbeda

dengan penghafal yang lain karena cepat hilang dari pikiran.17

e. Tatacara me nghafal Al-Quran

Menghafalkan al-Qur‟an merupakan pekerjaan yang tidak mudah.

Ada beberapa cara yang harus dipenuhi dalam menghafal nya, antara lain:

a) Keinginan yang tulus dan niat yang kuat untuk menghafal

al-Qur‟an.

b) Pelajari aturan-aturan membaca al-Qur‟an di bawah bimbingan

seorang guru yang mempelajari dan mengetahui dengan baik

aturan-aturan tersebut.

17

(24)

c) Terus bertekad dan memiliki keyakinan untuk menghafal al-Qur‟an

setiap hari, yaitu dengan menjadikan hafalan sebagai wirid harian.

d) Mengulang hafalan yang telah dilakukan sebelum melanjutkan

hafalan selanjutnya disertai dengan kesinambungan.

e) Niat dalam menghafal dan mendalami selayaknya diniatkan demi

mencari keridaan Allah SWT, bukan untuk tujuan dunia.

f) Mengerjakan apa yang ada di dalam al-Qur‟an, baik urusan- urusan

kecil maupun yang besar dalam kehidupan kita.

g) Ketika Allah SWT. memberikan petunjuk kepada kita untuk

menghafal al-Qur‟an, maka kita wajib mengajarkannya kepada

orang lain.

h) Hendaknya ada penyadaran pada diri serta usaha menjadikan iman

kuat.

i) Bagi setiap orang yang mencari hakikat, cahaya dan kehidupan

bahagia di dunia dan akhirat, serta mencari keridhaan Allah SWT

maka kejarlah sekarang dengan membuka al-Qur‟an, membacanya

dengan penuh keimanan dan ketulusan, dan berlindung lah dari

setan yang terkutuk.

j) Setiap permulaan sesuatu biasanya agak sulit dan menjemukan,

namun dengan keimanan, kesabaran, dan ketabahan, niscaya

kebaikan yang besar akan melingkup kita.18

18

(25)

f. Mengenal metode tahfidz

Pada hakikatnya, tujuan pendidikan Islam adalah mencerdaskan

akal dan membentuk jiwa yang Islami, sehingga akan terwujud sosok

pribadi Muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek.

Apapun bentuk sistem pendidikannya yang mampu mewujudkan

syakhsiyah (berkepribadian) Islam dan memberikan modal

pengetahuan yang selayaknya, maka sistem itu dapat dipakai. Apabila

sistem tersebut tidak dipakai, maka tidak boleh digunakan dan dilarang

dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan.

Dengan berpijak kepada permasalahan yang ada secara umum

tentang kurikulum pendidikan nasional yang berkesan gonta-ganti. Hal

ini menggambarkan ketidak- istiqomahan kurikulum nasional dalam

mengantarkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Walaupun secara

jelas tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN, dikutip oleh

Kamrani Buseri, dalam Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah bahwa

pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan

mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Namun dalam kenyataannya masih ada kesan dan terkesan

(26)

istilahkan dan meminjam bahasa Saifuddin yaitu “biro jodoh”. Itulah

potret pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Atas dasar inilah kita

prihatin, sudah saatnya kita harus mencari format yang terbaik untuk

anak didik-siswa sebagai generasi masa depan. Jangan sampai kita

meninggalkan generasi di belakang kita generasi yang lemah. K ita pun

tidak bisa menyalahkan pemerintah sepenuhnya. Karena pendidikan

adalah tanggung jawab bersama.

Terobosan metode tahfidz dalam dunia pendidikan saat ini

mulai ramai, kemungkinan bersamaan dengan tumbuhnya pesantren

tahfidzul Qur’an ataupun dengan munculnya sekolah berbasis karakter.

Seperti SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu). Hal ini sesuai dikatakan

oleh Farid Wajdi dalam Quantum Tahfidz, bahwa sekolah-sekolah

umum unggulan berbasis Islam, seperti SDIT menggunakan tahfidz

sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core kompetensinya.

Penggunaan metode dalam menghafal haruslah sesuai dengan

tuntunan Rasulullah dan berguru pada ahlinya. Ada beberapa metode

Rasulullah dan para sahabat dalam berdakwah untuk menghafal

al-Qur‟an. Rasulullah Saw. membacakan al-qur‟an kepada umatnya

dengan cara mukst. Artinya, membacakannya kepada manusia dengan

cara pelan-pelan (tartil) dan kemudian menerangkannya, serta tidak

tergesa- gesa dalam membaca agar mudah dipahami.19

19

(27)

g. Proses tahfidz di le mbaga pendidikan

Di masa sekarang ini, kajian terhadap tahfidz al-Qur‟an

dirasakan sangat signifikan untuk dikembangkan. Banyak lembaga

pendidikan Islam di Indonesia saat ini yang menggalakkan dan

mengembangkan program tahfidz al-Qur‟an. Hal ini menunjukkan

antusiasme masyarakat muslim Indonesia yang tinggi untuk

menghafal al-Qur‟an dan menjadikan anak-anak mereka sebagai

penghafal al-Qur‟an.

Tren ini juga sebagai tanda akan kemajuan pendidikan Islam.

Meskipun sebetulnya menghafal al-Qur‟an bukanlah suatu hal yang

baru bagi umat Islam, karena menghafal al-Qur‟an sudah berjalan

sejak lama di pesantren-pesantren. Ahmad Fathoni, dalam artikelnya

“Sejarah dan Perkembangan Pengajaran Tafidz al-Qur‟an di

Indonesia” yang dikutip oleh Republika mengatakan semangat

menghafal al-Qur‟an mulai bermunculan saat sering diadakannya

Musabaqah Hifdzil Qur‟an tahun 1981. Menurutnya, perkembangan

pengajaran tahfidz al-Qur‟an di Indonesia pasca MHQ 1981 bagaikan

air bah yang tidak dapat dibendung lagi. Kalau sebelumnya hanya

eksis dan berkembang di pulau Jawa dan Sulawesi, maka sejak 1981

(28)

subur bak jamur di musim hujan dari tingkat pendidikan dasar sampai

perguruan tinggi, baik formal maupun non formal.20

Dalam lembaga pondok pesantren Al- Ikhlas ini, guru

menggunakan metode drill dalam menyampaikan kepada siswa agar

mudah dalam menghafalnya. Maka dari itu menggunakan metode drill

terdapat banyak sekali kelemahan dan kelebihannya.

h. Hikmah hafalan Al-Qur’an

Ada rahasia Allah ketika mewajibkan umat Nabi Muhammad

SAW. Untuk menghafal al-Qur‟an. Adapun umat sebelumnya tidak

diwajibkan untuk menghafal kitab-kitab mereka dan

lembaran-lembaran yang mereka miliki, karena lafadz kitab-kitab lain tidak

memiliki kemukjizatan dan Allah tidak menghendaki kitab-kitab

tersebut dihafal sesuai dengan hikmah yang hanya diketahui oleh Allah

sendiri. Berbeda halnya dengan al-Qur‟an yang dikehendaki

penghafalannya yang memiliki hikmah tinggi. Diantaranya bahwa

lafadz al-Qur‟an memiliki kemukjizatan, terlebih lagi maknanya. Oleh

karena itu, sepantasnya nash al-Qur‟an dijaga dan dipelihara dengan

cara yang dapat memberikan kepastian dan keyakinan. Caranya adalah

al-Qur‟an hendaknya dihafal sejumlah banyak orang dalam setiap

generasi dan masa yang tidak mungkin berbuat kebohongan,

kesalahan, dan kelupaan. Kenyataan itu di istilahkan dalam ilmu

riwayat dengan istilah mutawatir. Allah telah menyediakan

20

(29)

sarana bagi al-Qur‟an untuk dihapal yang tidak dimiliki oleh kitab

-kitab samawi lainnya apalagi kitab-kitab ardhi (yang merupakan

buatan manusia).

Hikmah lainnya, al-Qur‟an merupakan sumber dari segala

sumber bagi agama yang berlaku umum da n kekal selama manusia

berada di muka bumi ini, yakni agama Islam oleh karena itu, kitabnya

harus dipelihara dan dijaga demi kekekalan agama ini yang

menganggap al-Qur‟an sebagai dasarnya.

Berbeda dengan kitab Taurat dan Injil yang diperuntukkan bagi

dua agama yang mencerminkan dua fase tertentu yang terbatas oleh

waktu dan tempat, sebagaimana fase-fase yang dilalui oleh agama

samawi lainnya sehingga mencapai tahap kesempurnaannya pada

agama Islam. Nabi Saw bersabda yang artinya: setiap nabi, diutus

kepada kaumnya secara khusus, sedangkan aku diutus kepada seluruh

umat manusia. (HR. Bukhori).21

2. Metode Drill

a. Definisi metode pe mbelajaran

Definisi dari segi Etimologis (bahasa), metode berasal dari

bahasa Yunanai, yaitu “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku

kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan

hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka method memiliki arti

suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa

21

(30)

Inggris dikenal term method dan way yang diterjemahkan dengan

metode dan cara, dan dalam bahasa Arab, kata metode

diungkapkan dalam berbagai kata seperti kata al-thariqah,

al-manhaj, dan al-wasilah. Al-thariqah berarti jalan, al-manhaj

berarti sistem dan al-wasilah berarti mediator atau perantara.

Dengan demikian, kata Arab yang paling dekat dengan arti metode

adalah al-thariqah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah

“cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata

lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai

tujuan tertentu.

Bila dikaitkan dengan pembelajaran, bahwa metode

pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang

sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan

tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai

yang diharapkan.

Belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max

Darsono dkk. adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang

yang tidak dapat diwariskan secara genetis. Selanjutnya Morris

menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman

(31)

semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam

situasi-situasi tertentu.22

Di samping pengertian tersebut, bila membahas tentang

belajar setidaknya akan muncul beberapa akan muncul beberapa

dimensi dan indikator berikut:

1. Belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap,

tingkah laku dan keterampilan yang relatif tetap dalam diri

seseorang sesuai tujuan yang diharapkan;

2. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat

komulatif;

3. Belajar merupakan proses aktif konstruktif yang terjadi melalui

mental proses. Mental proses adalah proses kognitif yang

meliputi persepsi (perception), perhatian (attention), mengingat

(memori), berpikir (thinking, reasoning) memecahkan masalah

dan lain- lain.

Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan

siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah

dan dorongan oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa

yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta

didik. O leh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan

nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisa tujuan

pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama

22

(32)

yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan

untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara

(metode dan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang

ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses

pembelajaran.23

b. Landasan metode pe mbelajaran

Beberapa landasan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala

hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk

membahas tentang pembelajaran. Dalam al-Qur‟an banyak sekali

ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode

pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan wahyu

pertama) berbicara tentang keimanan dan pembelajaran, yaitu yang

artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah

menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

darah (2) Bacalah, dan Tuhanmu lah yang paling sempurna (3)

yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4) Dia

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).

Ayat ini mengandung perintah membaca, yaitu membaca

teks secara verbal dan non verbal. Juga perintah untuk menulis

23

(33)

dengan perantaraan qalam (pena). Inijelas menunjukkan perintah

untuk mengadakan pembelajaran. Karena membaca dan menulis

merupakan wahana pelestari dan pengembang ilmu pengetahuan.

Dengan membaca maka orang bisa mengenal semuanya, termasuk

mengenal dirinya sendiri. Tentu saja membaca di sini tidak hanya

pada hal- hal yang verbal (teks), tetapi juga non verbal, yaitu dunia

dan seisinya ini.

Landasan al-Qur‟an yang kedua adalah surat an-Nahl ayat 125:

(34)

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.

b) Hadits Nabi/As-Sunnah

Yang artinya “Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan,

dari A‟masy, dari Abi Wa‟il, dari Ibn Mas‟ud yang mengatakan:

“Bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu-waktu tertentu saja,

tidak dilakukan setiap hari agar tidak membosankan”.

Hadits ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu

bahwa pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat

disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan

mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.

c. Tujuan Metode Pembelajaran

Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan

dengan tujuan pembelajaran. Metode harus mendukung ke mana

kegiatan interaksi edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan

(35)

secara individu agar bisa menyelesaikan segala permasalahan yang

dihadapinya.

Dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu

pembelajaran bertujuan untuk tertentu dalam suatu pembelajaran

bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi

pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan

dalam konteks lain, metode dapat merupakan sarana untuk

pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode

bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran

sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik

mungkin.

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa pada intinya

metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah

tujuan tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang

diinginkan. Karenanya, terdapat suatu prinsip yang umum dalam

mengfungsikan metode, yaitu prinsip agar pembelajaran dapat

dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan,

penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran

menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik.

Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi

dalam menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi

pertimbangan bahwa ada materi yang berkenaan dengan dimensi

(36)

dimensi afektif, yang kesemuanya itu menghendaki pendekatan

metode yang berbeda-beda.24 Salah satu metode yang digunakan di

ponpes Al-Ikhlas ini adalah metode drill.

d. Pengertian metode drill

Seorang siswa perlu memiliki ketangkasan atau

keterampilan dalam sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik,

berenang; atau berkebun. Sebab itu di dalam proses mengajar

belajar.25 Untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran yang

maksimal diperlukan cara penyampaian yang baik, yang biasa

disebut metode mengajar. Metode mengajar bisa diartikan sebagai

suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan

oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik

penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan

bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas. Metode mengajar ini

harus dipelajari oleh setiap guru agar berhasil dalam tugasnya.26

Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan metode driil upaya

menghafal Juz ‟amma bagi santri kilat SMK PGRI 2 Ponorogo.

Penggunaan istilah drill atau latihan sering disamakan

artinya dengan istilah “ulangan”. Padahal maksudnya berbeda,

latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat

dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik. Sedangkan

24

Ibid, 10-19.

25

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), 125. 26

(37)

ulangan hanyalah untuk sekadar mengukur sejauh mana dia telah

menyerap pembelajaran tersebut.27 Metode drill atau disebut

latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau

keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya

dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat

disempurnakan dan siap-siagakan.28

Drill secara denotatif merupakan tindakan untuk

meningkatkan keterampilan dan kemahiran. Sebagai sebuah

metode, drill adalah cara membelajarkan siswa untuk

mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat

mengembangkan sikap dan kebiasaan. Latihan atau berlatih

merupakan proses belajar dari membiasakan diri agar mampu

melakukan sesuatu. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan

bakat atau inisiatif siswa untuk berpikir, hendaknya guru atau

pengajar memerhatikan tingkat kewajaran dari metode drill ini

yaitu:

1) Latihan, digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik,

seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain- lain.

2) Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan

penggunaan rumus-rumus, dan lain- lain.

27

Is mail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis P.A.I.K.E.M, (Se ma rang: Rasail Media Group, 2008), 22).

28

(38)

3) Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan

bahasa, grafik, simbol peta, dan lain- lain.

Drill merupakan strategi latihan yang disebut juga strategi

training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu. Serta sebagai sarana untuk memelihara

kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, strategi ini dapat juga

digunakan memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan

keterampilan. Sebagai suatu strategi yang diakui, banyak mempunyai

kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa strategi latihan

mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu, guru yang ingin

mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami

karakteristik metode ini.29

e. Tujuan metode drill

Tujuan penggunaan metode drill adalah diharapkan agar siswa:

a. Memiliki keterampilan moroeis/gerak, misalnya menghafal

kata-kata, menulis, mempergunakan alat, membuat suatu bentuk, atau

melaksanakan gerak dalam olahraga.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan,

membagikan, menjumlah, tanda baca, dll.

29

(39)

c. Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode drill ini, ada dua

fase;

a) Fase integratif, dimana persepsi dari arti dan proses

dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan

menurut praktik yang berarti sering melakukan hubungan

fungsional dan aktivitas penyelidikan.

b) Fase penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana

ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian

dapat dikembangkan menuntut praktik yang berulangkali. Jadi

pariasi praktik disini ditujukan untuk mendalami arti bukan

ketangkasan. Sedangkan praktik yang sering ditujukan untuk

mempertinggi efisiensi, bukan untuk mendalami arti.30

Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a) Sebelum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu

dengan pemberian pengertian dasar.

b) Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran

kecekatan-kecekatan yang bersifat rutin dan otomatis.

c) Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal

ini dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.

d)Maksud diadakannya latihan ulang harus memiliki tujuan yang

lebih luas.

30

(40)

e) Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan

dapat menimbulkan motivasi belajar anak.31

Adapun prinsip dan petunjuk menggunakan metode drill ialah:32:

1. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum

diadakan latihan tertentu.

2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis.

Jika kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan agar lebih

sempurna.

3. Latihan tidak perlu lama asalkan sering dilaksanakan.

4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal- hal yang esensial

dan berguna.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan

metode latihan siap (drill), sebagai berikut:

Pertama; harus disadari bahwa pengertian belajar bukan berarti

pengulangan yang persis sama dengan apa yang telah dipelajari

sebelumnya oleh siswa, akan tetapi terjadinya suatu proses belajar dengan

latihan siap adalah adanya situasi yang berbeda serta pengaruh latihan

pertama, maka latihan kedua, ketiga dan seterusnya akan lain sifatnya.

Kedua; situasi belajar itulah yang mula- mula harus diulangi untuk

mendapat memperoleh respons dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan

31

Armai, Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidik an Islam ,.. 175.

32

(41)

dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri siswa akan timbul alasan

untuk memberi respons, Sehingga menyebabkan dia melatih

keterampilannya. Bagaimana situasi tersebut dapat diubah-ubah

kondisinya sehingga menuntut adanya perubahan respons, maka

keterampilan siswa akan dapat lebih disempurnakan. Suatu drill juga harus

dimulai dari hal- hal yang mendasar agar siswa betul-betul mengerti apa

yang telah dan akan dilakukannya agar diperoleh keterampilan yang

diinginkan.

Pengertian yang dibutuhkan untuk keberhasilan suatu drill adalah:

a. Pengertian terhadap sifat latihan itu sendiri, dan

b. Pengertian terhadap nilai dan hubungan latihan itu denga n keseluruhan

rangka pengajaran.

Latihan siap (drill) cocok digunakan bilamana untuk memperoleh:33

a) Kecakapan motorik, seperti mengulas, menghafal, membuat alat-alat,

menggunakan alat/mesin, permainan dan atletik;

b) Kecakapan mental, seperti melakukan perkalian, menjumlah, mengenal

tanda-tanda/symbol dan sebagainya.

c) Asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf- huruf dalam ejaan,

penggunaan symbol, membaca peta, dan sebagainya.

d) Dalam mengajarkan kecakapan dengan metode latihan siap guru harus

mengetahui sifat kecakapan itu sendiri, seperti.

33

(42)

e) Kecakapan sebagai penyempurnaan dari pada suatu arti dan bukan sebagai

hasil proses mekanis semata- mata.

f) Kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila hanya menentukan suatu

hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak

menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai

dengan situasi dan kondisi.

Adapun untuk penerapan metode drill itu sendiri ialah34:

1. Siswa terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan secara teori, sesuai

dengan bahan ajaran yang akan diterapkan dengan metode pembelajaran

drill.

2. Guru memberikan contoh latihan soal sebelum diberikannya latihan

tentang materi pembelajaran yang telah diberikan.

3. Guru memberikan latihan soal-soal tentang materi yang telah diberikan,

kemudian dilakukan oleh siswa, dengan bimbingan guru.

4. Guru mengoreksi dan membetulkan kesalahan-kesalahan latihan yang

dilakukan oleh siswa.

5. Siswa diharuskan mengulang kembali latihan untuk mencapai gerakan

otomatis yang benar.

34

(43)

6. Pengulangan yang ketiga kalinya atau terakhir, guru melakukan evaluasi

hasil belajar siswa, dengan lembar tes. Evaluasi dilakukan pada saat

melakukan kegiatan yang ketiga kalinya.

Demikianlah langkah- langkah pembelajaran dengan menggunakan

metode drill (latihan).

f. Kelemahan dan kelebihan

Kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila hanya menentukan

suatu hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak

menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai

dengan situasi dan kondisi. Ada kebaikan dan kelemahan daripada metode

drill:

1) Kebaikan

a) Peserta didik akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran

dalam melakukan sesuai dengan apa yang dipelajarinya.

b)Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para peserta

didik yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu

keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari.

c) Pendidik lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan

mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan

(44)

perbuatan peserta didik di saat berlangsungnya

pengajaran.35

2) Kelemahan

Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif peserta didik selalu

disorot dan tidak diberikan keleluasaan. Peserta didik

menyelesaikan tugas secara status sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh pendidik.

Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah

peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dan dalam

memberikan stimulus peserta didik dibiasakan bertindak secara

otomatis.

Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang

bersifat menghafal dimana peserta didik dilatih untuk dapat

menguasai bahan pelajaran secara hafalan dan secara otomatis

mengingat-kanya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan

dengan hafalan tanpa suatu proses berfikir secara logis.

Dapat menghambat inisiatif peserta didik, dimana inisiatif

dan minat peserta didik yang berbeda dengan petunjuk pendidik

dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran

yang diberikannya.

35

(45)

Beberapa petunjuk untuk mengatasi kelemahan:

1. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih: hal- hal

bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik,

kesenian dan sebagainya.

2. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian

yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi

apa yang harus dikuasai.

3. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis.

Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka

pendidik mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan.

4. Latihan hendaknya mendahulukan hal- hal yang esensial dan

berguna, hal-hal yang bersifat pelengkap/sekunder.

5. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan, ingat hukum

joss 5x2 lebih baik dari 2x5 artinya 5 kali latihan dua-dua jam

lebih baik dari 2 kali tapi lima- lima jam. Peserta didik harus

mengetahui bahwa latihan itu mempunyai nilai guna dalam

kehidupannya.

6. Latihan itu harus menarik minat dan menyenangkan dan

menjauhkan hal- hal yang bersifat keterpaksaan.

7. Sifat latihan, yang pertama harus bersifat ketetapan yang

kemudian kecepatan, dan akhirnya kedua-duanya harus

memiliki peserta didik.36

36

(46)

Tidak jauh beda dengan kelebihan dan kelemahan metode

drill yang penulis peroleh dari internet, penulis juga menemukan

kelebihan dan kelemahan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan

Aswan Zain dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar

juga menyebutkan beberapa kelebihan dan kelemahan metode

latihan. Diantara kelebihannya yaitu:

a. Untuk memperoleh kecakapan motoris

b. Untuk memperoleh kecakapan mental

c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi

yang dibuat

d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah

ketepatan serta kecepatan pelaksanaan .

e. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak

memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.

f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat

gerakan-gerakan yang kompleks

Sedangkan kelemahannya yaitu:

a) Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa

lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan

jauh dari pengertian.

b) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada

(47)

c) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara

berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah

membosankan.

d) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat

otomatis.

e) Dapat menimbulkan verbalisme37

Dengan melihat kelebihan dan kekurangan metode drill di

atas menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar memang

tidak ada satu pun metode yang baik dan sempurna, untuk dapat

menggunakan metode dengan baik maka guru harus

mengombinasikan metode yang satu dengan metode yang lainnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

37

(48)

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan

pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting)

sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan

daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan

secara analis induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.38

Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus,

yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan

sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus

dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu

merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subjek tunggal, satu

kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.39

B.Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti merupakan instrumen penting dalam kualitatif.

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan

berperan serta, sebab peranan peneliti lah yang menentukan keseluruhan

skenarionya. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan

instrumen yang lain sebagai penunjang.

38

Le xy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Re ma ja Rosda Karya, 2000), 3.

39

(49)

C.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Pondok Pesantren Keterampilan

Al-Ikhlas, Babadan yang terfokus, pada santri kilat SMK PGRI 2 Ponorogo.

Dengan alasan, untuk meningkatkan hafalan Juz‟amma di pondok tersebut,

diadakan hafalan beberapa surat dalam juz‟amma. Untuk itu, metode yang

digunakan untuk meningkatkan hafalan tersebut, guru/ustadz di sana

menggunakan metode drill atau latihan. Metode latihan yang dimaksud

ialah, yang mana mereka menghafalkan beberapa surat secara

bersama-sama dengan tujuan bagi yang belum hafal bisa menirukan temannya yang

hafal.

D. Sumber Data

Data utama dalam penelitian adalah kata-kata dan tindakan

selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Sumber data

dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data

tertulis, foto dan statistik adalah sebagai sumber data tambahan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

a) Persons (orang)

Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban

tertulis melalui angket/tulisan/tindakan melalui pengamatan di

lapangan. Sumber data ini bisa diambil dari pengamatan, dari

(50)

ini diperoleh dari pengasuh, ustadz-ustadz serta beberapa santri

kilat SMK PGRI 2 Ponorogo.

g. Place (Tempat)

Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Keterampilan

Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo.

h. Sumber data tambahan, meliputi sumber data tertulis yaitu

paper/dokumen dan foto yang berkaitan dengan implementasi

contexstual teaching and learning.40 Sumber data ini diperoleh

dari pengasuh berupa profi, sejarah, bentuk kegiatan, jadwal,

kegiatan, dan hasil dari santri setelah mendapatkan pembelajaran

menghafal juz ‟amma.

Dengan demikian sumber data utama dalam penelitian ini

adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan sumber data sekunder

adalah seperti dokumen/ arsip-arsip dokumentasi yang berkaitan

dengan penelitian.

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam membicarakan metode penelitian terdapat teknik dan

instrument pengumpulan data. Teknik dan instrumen merupakan cara

dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data sebagai salah satu

bagian penting dalam penelitian. Instrument yang digunakan dalam

mengumpulkan data tidak dapat dipisahkan dengan teknik

40

(51)

pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data tidak dapat

dipisahkan dengan metode penelitian. Ketiganya saling berkaitan erat

satu sama lainnya.41

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian

kualitatif pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam.

Dalam hal ini seharusnya peneliti mempelajari teknik wawancara

agar bisa dilakukan wawancara secara mendalam. Teknik ini

menuntut peneliti untuk mampu bertanya sebanyak-banyaknya

dengan perolehan jenis data tertentu sehingga diperoleh data atau

informasi yang rinci. Hubungan antara peneliti dengan para

responden atau informan harus sudah dibuat akrab, sehingga subjek

penelitian bersikap terbuka dalam menjawab setiap pertanyaan.42

Wawancara langsung diadakan dengan orang yang menjadi

sumber data dan dilakukan tanpa perantara, baik tentang dirinya

maupun tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya

untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun wawancara

tidak langsung dilakukan terhadap seseorang yang dimintai

keterangan tentang orang lain.

Dalam penelitian ini orang-orang yang akan diwawancarai adalah

41

Mahmud, Metode Penelitian Pendidik an (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 165.

42

(52)

a) Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhlas, yaitu untuk

memperoleh informasi tentang penerapan metode drill

dalam meningkatkan kemampuan menghafal juz ‟amma di

Pondok Pesantren Keterampilan Al- Ikhlas, Babadan

Ponorogo.

b) Guru/Ustadz, untuk memperoleh informasi tentang

dampak penggunaan metode drill dalam meningkatkan

kemampuan menghafal juz ‟amma di Pondok Pesantren

Keterampilan Al-Ikhlas, Babadan Ponorogo.

c) Santri untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan

metode drill untuk meningkatkan kemampuan hafalan.

b. Observasi

Kedua, adalah teknik observasi. Dengan teknik ini

(termasuk wawancara) peneliti harus berusaha dapat diterima

sebagai warga atau orang-dalam para responden, karena teknik

ini memerlukan hilangnya kecurigaan para subjek penelitian

terhadap kehadiran peneliti.43

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak

langsung, lazimnya menggunakan teknik yang disebut dengan

observasi. Observasi merupakan teknik pengamatan dan

pencatatan sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki.

43

(53)

Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari

gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis

dan didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah

dirumuskan. 44

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang

dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang

yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari

perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati

tersebut.45

Dalam penelitian kualitatif observasi diklasifikasikan

menurut tiga cara. Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai

seorang partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat

dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga,

observasi yang menyangkut latar penelitian. Dalam penelitian

ini digunakan teknik observasi yang pertama, dimana pengamat

bertindak sebagai partisipan.

Hasil observasi dalam penelitian ini, dicatat dalam

Catatan Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat

yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam

penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan

wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu

44

Mahmud, Metode Penelitian Pendidik an,.. 168.

45

Gambar

Gambar analisis data kualitatif: 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Karakterisasi difraksi Sinar-X (XRD). Prinsip kerja pada pengujian XRD adalah ketika suatu material dikenai sinar X, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih

Dalam buku yang berjudul Pemimpin Muda Peka Zaman , (Yunita, Eva., 2006:65-68) menuliskan bahwa kaum muda harus memiliki beberapa point untuk dapat menjadi pribadi yang

Tujuan penelitian ini adalah membuat model pendingin absorbsi amonia- air dengan amonia sebagai refrijeran, mengetahui unjuk kerja dan temperatur pendinginan yang

kolaborasi dengan tim kesehatan lain, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan yang telah direncanakan, mengevaluasi asuhan dan mendokumentasikan dengan metode SOAP

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen dengan cara memanipulasi

Metode Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu metode dari model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil (teams) untuk mengerjakan

1 Burse Co wishes to calculate its weighted average cost of capital and the following information relates to the company at the current time:.. Number of ordinary shares

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terputusnya pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui di Desa Babakan Kecamatan Kalimanah