HAK MEWARIS BAGI AHLI WARIS GOLONGAN KEDUA
(STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN NOMOR
PERKARA : 127/PDT.G/2008/PN.MDN)
TESIS
Oleh
FEDY RIDHO
087011141/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HAK MEWARIS BAGI AHLI WARIS GOLONGAN KEDUA
(STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN NOMOR
PERKARA : 127/PDT.G/2008/PN.MDN)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
FEDY RIDHO
087011141/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : HAK MEWARIS BAGI AHLI WARIS
GOLONGAN KEDUA (STUDI KASUS PADA
PENGADILAN NEGERI MEDAN NOMOR
PERKARA : 127/PDt.G/2008/PN.Mdn)
Nama Mahasiswa : FEDY RIDHO
Nomor Pokok : 087011141
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. H.T. Syamsul Bahri, SH)
Pembimbing Pembimbing
(Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn) (Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 08 Maret 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. H. T. Syamsul Bahri, SH
Anggota : 1. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. Utary Maharani Barus, SH, MHum
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : FEDY RIDHO NIM : 087011141
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : HAK MEWARIS BAGI AHLI WARIS GOLONGAN KEDUA (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN NOMOR PERKARA : 127/PDt.G/2008/PN.Mdn)
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan plagiat, apabila di kemudian hari diketahui tesis saya tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama : FEDY RIDHO NIM : 087011141
i
ABSTRAK
Salah satu akibat dari kematian seorang manusia di dunia ini dalam bidang hukum adalah masalah status harta benda yang ditinggalkannya. Permasalahan yang pertama-tama timbul bila seseorang meninggal dunia adalah hukum waris yang berhubungan erat dengan hukum apa yang berlaku bagi orang yang meninggal dunia tersebut. UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maupun Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tidak ada mengatur tentang warisan/status harta benda karena kematian. Yang ada dalam Pasal 41 yaitu akibat putusnya perkawinan karena perceraian. Sehingga berdasarkan pasal 66 tetaplah terdapat pluralisme dalam hal hukum waris, maka Hukum Waris yang diatur dalam KUHPerdata tetap masih berlaku terhadap mereka yang KUHPerdata/BW diperlakukan atasnya.Masalah waris ini sering menimbulkan sengketa atau masalah bagi ahli waris, karena langsung menyangkut harta benda seseorang, karena harta oleh manusia dianggap sebagai barang yang berharga. Sehingga sering menimbulkan sengketa ataupun perselisihan karena berebut untuk menguasai harta waris tersebut.
Dalam tesis ini yang menjadi titik permasalahan adalah bagaimana kedudukan hukum ahli waris golongan II setelah terbitnya penetapan pengesahan yang dilakukan setelah pewaris meninggal dunia; bagaimana akibat hukum penetapan pengesahan perkawinan yang dilakukan setelah pewaris meninggal dunia dan bagaimana kekuatan pembuktian surat ke terangan ahli waris yang dibuatkan oleh Notaris. Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif, sifanya deskriptif dan pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Data dalam penelitian ini diperoleh melalui data sekunder yaitu data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research). Analisis data akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif karena penelitian ini akan berupaya untuk memaparkan sekaligus melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan jawaban yang jelas dan benar.
Setelah terbitnya penetapan pengesahan yang dilakukan setelah pewaris meninggal dunia ahli waris golongan II, memiliki kedudukan yang kuat sebagai ahli waris dari pewaris dikarenakan ahli waris golongan pertama tidak ada, sehingga ahli waris Golongan II dengan haknya sendiri menjadi ahli waris. Dengan adanya penetapan pengesahan sebagai ahli waris, maka kedudukan para ahli waris golongan II menjadi berkekuatan hukum. Permohonan penetapan perkawinan yang dilakukan
ii
setelah salah satu pihak suami atau isteri meninggal dunia, maka permohonan dilakukan oleh salah satu pihak yang masih hidup, dengan melampirkan surat-surat yang diperlukan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, maka permohonan penetapan pengesahan perkawinan dapat diberikan apabila perkawinan yang telah dilangsungkan tersebut telah sah secara agama. Surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh Notaris merupakan akta otentik yang tidak hanya membuktikan bahwa para pihak telah menerangkan apa yang dituliskan dalam akta tersebut, akan tetapi juga menerangkan bahwa apa yang diterangkan dalam surat keterangan ahli waris tersebut adalah benar. Dengan demikian surat keterangan ahli waris yang dibuatkan oleh Notaris mempunyai kekuatan pembuktian baik formil maupun materil serta mempunyai kekuatan yang mengikat. Disarankan agar diatur tata cara penetapan pengesahan perkawinan yang dilakukan setelah salah satu pihak suami atau isteri meninggal dunia sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penetapan pengesahan perkawinan yang dimohonkan oleh pihak-pihak yang beritikad tidak baik. Dalam hal perkawinan yang tidak dicatatkan, maka kedudukan istri sebagai ahli waris suaminya sangatlah lemah, khususnya jika istri tidak mengetahui tentang pengesahan perkawinan. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi mengenai pengesahan perkawinan kepada masyarakat karena masih banyak terjadi perkawinan yang tidak dicatatkan sehingga kedudukan isteri menjadi terlindungi demikian juga anak-anak yang lahir dalam perkawinan tersebut. Disarankan agar surat keterangan ahli waris seharusnya dibuat secara notariil sehingga surat keterangan ahli waris tersebut mempunya kekuatan hukum baik secara formil maupun materil dan juga mengikat.
iii
ABSTRACT
Legally, one of the problems resulted from the death of human being in this world is the status of the properties he has left; therefore, the first problem is related to Law of Inheritance. Law No. 1/1974 on Marriage or Government Regulation No. 9/1975 on the Implementation of Law No. 1/1974 does not regulate about inheritance/property status because of death, what is regulated in Article 41 is because of divorce. Thus, based on Article 66, in terms of law of inheritance, the pluralism remains there, so the Law of Inheritance regulated in the Indonesian Civil Codes is still applicable to those who are treated based on the Indonesian Civil Codes/Chapter of Inheritance (BW). This problem of inheritance always inflicts dispute or problem to the heirs for inheritance is directly related to somebody’s property regarded as precious thing by human beings. This dispute frequently occurs because the heirs fight to take over the inheritance.
The problems to solve in this descriptive normative juridical study with statute approach were what the legal position of the second nearest heirs was after the issuance of the determination of approval done after the testator passed away, what legal consequence of the determination of marriage approval was done after the testator passed away, and how strong the heir proving certificate made by Notary was. The data used in this study were secondary data obtained through the documenation study (library research). The data obtained were qualitatively analyzed to draw a conclusion from the correct and clear answers to the problems solved.
After the issuance of the determination of approval done after the testator passed away, the second nearest heirs have a strong position as the heirs because of the absence of the first nearest heirs that will their own rights, the second nearest heirs become the heirs. With the determination of approval as heirs, the position of the second nearest heirs becomes legally enforceable. The application for marriage approval done after one of the parties from the husband’s or wife’s side passed away, the application is filed by one of the parties who is still alive by enclosing the documents needed. In accordance with Article 2 paragraph (2) of Law No. 1/1974, the application of the determination of marriage approval can be issued if the marriage performed is legal according to the law of their religion. The certificate of heir made by Notary is an authentic deed which not only proves that the parties have certified what is written in the deed, but also certified that what is certified that what is certified in the certificate of heir is true. Thus, the certificate of heir made by Notary has a binding force. It is suggested that the procedure of the determination of
iv
marriage approval done after one of the parties of husband of wife passed away be regulated that the mistake which may occur in issuing the determination of marriage approval applied by the parties with bad intention can be avoided. In terms of the unregistered marriage, the position of wife as the heir of her husband is very weak, especially if the wife does not know about the marriage approval. Therefore, since there are still many unregistered marriages found in the society, it is imperative to socialize the marriage approval to the community members to protect the position of wife and her children born from the unregistered marriage. It is also suggested that the certificate of heir be made before and by Notary that it formally or informally has a binding legal force.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Hak Mewaris Bagi Ahli Waris Golongan KeDua (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Medan Nomor Perkara : 127/PDt.G/2008/PN.Mdn)”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Prof. H.T. Syamsul Bahri, SH., Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn., dan Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum., selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenaan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahan ujian tesis sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.
vi
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.
6. Seluruh staf/pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
8. Kedua orang tua dan mertua yang selalu memberikan doa dan dukungan pada penulis dalam menempuh kuliah di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
vii
9. Motivator terbesar dalam hidup penulis yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan dan doa bagi penulis, isteri tercinta May Susan Meliala, SH, MKn, serta anak-anakku Fyrzhira Maisa Aqeela dan Muhammad Fayyadh Syafaraz.
Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua.AminYaRabbal’Alamin.
Medan, Maret 2012 Penulis,
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI
Nama : FEDY RIDHO
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 25 April 1975 Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Alamat Rumah : Kisaran
Anak ke : 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : F. Toto Bustamy Nama Ibu : Nonny Meliala
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Medan Lulus tahun 1987 2. SMP Swasta Al-Azhar Medan Lulus tahun 1990 3. SMA Negeri Swasta Al-Azhar Medan Lulus tahun 1993 4. D-3 FMIPA USU Jurusan Komputer Lulus tahun 1997 5. S-1 Fakultas Hukum Universitas Asahan Lulus tahun 2007 6. S-2 Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Lulus tahun 2012
ix DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Permasalahan... 10 C. Tujuan Penelitian ... 11 D. Manfaat Penelitian ... 11 E. Keaslian Penelitian ... 12
F. Kerangka Teori dan Konsepsional ... 12
G. Metode Penelitian... 24
BAB II KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS GOLONGAN II SETELAH TERBITNYA PENETAPAN PENGESAHAN YANG DILAKUKAN SETELAH PEWARIS MENINGGAL DUNIA... 27
A. Pewarisan Dalam Sistem Hukum Perdata ... 27
B. Penetapan Pengesahan Ahli Waris ... 39
C. Kedudukan Hukum Ahli Waris Golongan II Setelah Terbitnya Penetapan Pengesahan yang Dilakukan Setelah Pewaris Meninggal Dunia ... 45
x
BAB III AKIBAT HUKUM PENETAPAN PENGESAHAN PERKAWINAN YANG DILAKUKAN SETELAH
PEWARIS MENINGGAL DUNIA ... 52
A. Sahnya Perkawinan ... 52
B. Pengesahan Perkawinan ... 62
C. Akibat Hukum Penetapan Pengesahan Perkawinan yang Dilakukan Setelah Pewaris Meninggal Dunia... 64
BAB IV KEKUATAN PEMBUKTIAN SURAT KETERANGAN AHLI WARIS YANG DIBUATKAN OLEH NOTARIS ... 71
A. Notaris Sebagai Pejabat Pembuat Akta... 71
B. Surat Keterangan Waris Sebelum dan Sesudah UUJN ... 83
C. Kekuatan Pembuktian Surat Keterangan Ahli Waris yang Dibuatkan Oleh Notaris... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102