IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP LAPORAN TAHUNAN PERSEROAN TERBUKA (STUDI ANNUAL REPORT 2015
PT.UNILEVER INDONESIA Tbk)
TESIS
Oleh
YOHANA APRIYANTI 157011110/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP LAPORAN TAHUNAN PERSEROAN TERBUKA (STUDI ANNUAL REPORT 2015
PT.UNILEVER INDONESIA Tbk)
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
YOHANA APRIYANTI 157011110/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
Telah diuji pada
Tanggal : 15 Agustus 2017
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof.Dr.Bismar Nasution, SH,MH
Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A,SH,CN,M.Hum 2. Dr. Mahmul Siregar,SH,M.Hum
3. Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum 4. Dr. Edy Ikhsan, SH, MA
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : YOHANA APRIYANTI
Nim : 157011110
Program Studi : Magister Kenotariatan
Judul Tesis : IMPLEMENTASI TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP LAPORAN TAHUNAN PERSEROAN TERBUKA (STUDI ANNUAL REPORT 2015 PT.UNILEVER INDONESIA Tbk) Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya berssedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya terssebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan, Agustus 2017 Yang membuat Pernyataan,
Nama : YOHANA APRIYANTI Nim : 157011110
i
Penelitian ini menunjukan bahwa faktor penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam dunia usaha saat ini merupakan suatu tuntutan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat tetap eksis dalam persaingan global.
Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan merupakan suatu komponen yang signifikan dalam mencapai sarana akuntabilitas publik. Penyajian laporan tahunan kualitas yang baik dengan mengimplementasi prinsip GCG dalam penyajian laporan tahunan dan memenuhi ketentuan regulasi dapat meningkatkan kredibilitasnya dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis, teknik pengumpulan data diperoleh berupa studi dokumen. Analisis data dilakukan secara kualitatif, yakni analisis digambarkan dalam bentuk kalimat dengan penarikan kesimpulan menggunakan metode berpikir deduktif. Dimaksud bersifat deskriptif analitis karena penelitian ini tidak hanya bertujuan mengetahui implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam prinsip-prinsip GCG yang dikeluarkan oleh OECD 2004 dan KNKG 2006 dalam laporan tahunan namun juga menganalisis berdasarkan peraturan dibidang pasar modal dan UUPT 2007.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyajian laporan tahunan 2015 yang disampaikan PT. Unilever Indonesia, Tbk telah memenuhi prinsip GCG. Prinsip transparansi (keterbukaan) yang disajikan PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Prinsip Akuntabilitas, dapat terlihat dari penyampaian dalam laporan tahunan 2015 atas kejelasan struktur organisasi berdasarkan GCG, tugas, wewenang serta tanggung jawab masing-masing organ PT. Unilever Indonesia, Tbk. Prinsip Tanggung Jawab (Responsibility) terimplementasi dengan menyajian data-data berupa laporan atas pelaksaanaan tanggung jawab sosial serta mengikuti ketentuan perundangan- undangan selama tahun 2015. Prinsip Kemandirian (Independency), perusahaan dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain terlihat jelas atas laporan yang disampaikan dalam laporan tahunan 2015. Prinsip Kewajaran (Fairness), Prinsip Kewajaran (Fairness), ketegasan akan prinsip kewajaran Perseroan terdapat dibeberapa Prinsip Bisnis Unilever Indonesia dalam perlakuan yang wajar diberikan dengan setara dan wajar sesuai manfaat dan kontribusi yang Perseroan terima, jelas terlihat dalam penyajian laporan tahunan 2015 bahwa PT. Unilever Indonesia, Tbk tidak membeda-bedakan atau mendiskriminasi golongan tertentu dalam tindakan yang sama dengan pemegang saham, merekrut karyawan, konsumen, mitra bisnis, masyarakat hal tersebut sama halnya dengan ketentuan yang berlaku pada prinsip fairness dalam pedoman OECD 2004 dan KNKG 2006.
Kata Kunci: Implementasi GCG, Laporan Tahunan, Perseroan Terbuka.
ii
Corporate Governance (GCG) in businesses today is a demand that they will always exist in the global competition. Disclosure of information in annual report is a significant component in achieving public accountability. Good annual report which implements the principle of GCG in the annual report and meet the regulations can increase its credibility; in turn, it can realize transparency and accountability in managing the company.
The research used juridical normative and descriptive analytic method, the data were gathered by documentary study and analyzed in the form of sentence, and the conclusion was drawn deductively. Descriptive analytic method was used to find out the implementation of the values embodied in the principle of GCG issued by OECD 2004 and KNKG 2006 in the annual report but also analyzed it based on the regulation on capital market and UUPT 2007.
The conclusion of the research was that the annual report of 2015 by PT Unilever Indonesia, Tbk had met the principle of GCG. The company’s principle of transparency in providing punctual, adequate, transparent, and accurate information can be compared with and accessed by stakeholders. The principle of accountability was embodied in the annual report of 2015 on the clarity of organizational structure based on GCG, assignment, authority, liability of each organ of PT Unilever Indonesia, Tbk. The principle of Responsibility was implemented by presenting the report on the implementation of social responsibility according to legal provisions in 2015. In the principle of Independency, the company was managed independently so that each organ of the company was not dominated by one another and cannot be intervened by any distinct party in the annual report of 2015. The principle of Fairness was found in some of the Business Principles of Unilever Indonesia by providing equality and appropriateness according to the benefit and contribution received by the corporation which could be seen in the Annual Report of 2015.In this case, PT Unilever Indonesia, Tbk did not distinguish or discriminate certain groups and had the same position at he shareholders in recruiting employees, consumers, business partners, and certain communities. All of them were treated equally according to the prevailing regulations in the principle of Fairness in the guidelines of OECD 2004 and KNKG 2006.
Keywords: Implementation of GCG, Annual Report, Open Corporation
iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan kasihNYA yang tak pernah berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul tesis ini adalah “Implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Terhadap Laporan Tahunan Perseroan Terbuka (Studi Annual Report Tahun 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk)”. Adapun penulisan Tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan Program Studi S2 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan waktu dan ilmu berupa saran dan masukan, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terimakasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof.Dr.Bismar Nasution, SH,MH selaku Pembimbing I, serta Ibu Dr. T. Keizerina Devi A,SH,CN,M.Hum, selaku Ketua Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan Pembimbing II penulis, dan Bapak Dr. Mahmul Siregar,SH,M.Hum selaku Pembimbing III penulis yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk ksempurnaan penulisan tesis ini.
Kemudian juga, kepada Dosen Penguji yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum dan Bapak Dr. Edy Ikhsan, SH, MA yang telah berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.
Dalam kesempatan ini penulis juga dengan tulus mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak dan Ibu Guru Besar juga Dosen Pengajar pada Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai kepada tingkat Magister Kenotariatan.
iv
5. Bapak Ir. DR. Martono Anggusti, SH, M.Hum, MM atas kebaikan dan kemurahan hatinya memberi dukungan serta bantuannya berupa buku-buku penunjang penulisan tesis penulis terkait good corporate governance.
6. Ibu Reski Damayanti selaku Corporate &Category Senior Counsel Director PT. Unilever Indonesia, Tbk, atas kebaikannya yang telah menyediakan waktu kepada penulis dalam sesi wawancara sebagai bahan tambahan data dalam penulisan tesis penulis.
7. Teman-teman Kelas Tahun Ajaran 2015 terkhususnya kelas B Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk kebersamaan dan kerja sama yang begitu luar biasa yang dapat penulis rasakan. Terlebih teman-teman seperjuangan Aida Nunut Simarmata, Carina Etha Siahaan, Desi Pranata Simamora, dan Miftahul Husna untuk kebersamaan dan dukungan doa yang teramat luar bisa kepada penulis.
Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga turut menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis sehingga dapat menyandang gelar Magister Kenotariatan yaitu Bapak Katun Sigalingging, S.Pd, M.Pd dan Mama Mannaria Sianturi S.Pd yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik dan membantu penulis sampai saat ini. Terimakasih pula penulis ucapakan kepada abang dan kakaku M. Arnold Sigalingging, ST, Sherani Anugerah, SE, Mei Rohana Uli, untuk semangat dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk yang terkasih suamiku Gomgom Gultom, ST yang tiada hentinya memberi segala dukungan, doa, kasih sayang, semangat, dan kesabaran sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik.
Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan dan rezeki yang berlimpah kepada kita.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun tidak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Medan, Agustus 2017
Penulis
Yohana Apriyanti
v I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Yohana Apriyanti Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta/ 24 April 1986
Status : Kawin
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Air Bersih Ujung Komplek D’Green Town House No.29 Kelurahan Binjai/Kecamatan Medan Denai Kota Medan Phone : 0813 4788 7907
Email : [email protected] II. PENDIDIKAN
SD : Tahun 1992-1998 SDN 03 Kampung Baru, Jakarta Timur SMP : Tahun 1998-2001 SMPN 217 Cijantung, Jakarta Timur SMA : Tahun 2001-2004 SMAN 88 Cijantung, Jakarta Timur Perguruan Tinggi (S1): Tahun 2004-2008 Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Pusat
Perguruan Tinggi (S2): Tahun 2015-2017 Fakultas Hukum Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara
III. PENGALAMAN BEKERJA
2015-2016 : Lippo Malls Indonesia for Plaza Medan Fair qq PT. Kreasi Gemilang Perkasa, sebagai Legal Officer
2013-2015 : Grand Serela Hotel Medan & Convention qq PT Grand Xumo Raya, sebagai Senior Personnel Coordinator
2011-2013 : PT Hasta Kreasimandiri, Jakarta Selatan, sebagai Legal Officer 2009-2010 : PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, sebagai Staff General
Affair
IV. PELATIHAN
Trainee at Unilever Foods Solution PT. Unilever Indonesia, Tbk, Jakarta April until June 2008
Law Application in Property Business- P. Hadisaputro, Jakarta Oktober 2012
Training Service Excellent by Core Hospitality, 2013
Training Handling Complaint by Core Hospitality 2014 & KAGUM Hotels Group 2014
vi
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Keaslian Penulisan... 11
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ... 13
1. Kerangka Teori ... 13
2. Konsepsi ... 21
G. Metode Penelitian ... 25
1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 25
2. Sumber Data ... 27
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 28
4. Analisis Data ... 29
BAB II PENGATURAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) DALAM PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA ... 31
A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) ... 31
1. Pengertian dan Unsur-Unsur GCG ... 31
2. Tujuan dan Manfaat dalam Pengelolaan Perusahaan. ... 36
3. Instrumen-instrumen dalam menerapkan GCG ... 38
4. Prinsip GCG oleh OECD ... 44
5. Prinsip GCG oleh KNKG ... 49
B. Penerapan GCG dalam Perundang-Undangan di Indonesia .... 53
1. Sejarah Perkembangan GCG. ... 53
2. Penerapan GCG oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas ... 55
vii
Terbatas Terbuka)...
64
5. Penerapan GCG dalam Perbankan. ... 74
C. Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di Indonesia. ... 77
1. Pengertian dan Jenis Pemangku Kepentingan. ... 77
2. Peran dan Tanggung Jawab “Internal Stakeholder”. ... 79
3. Peran dan Tanggungjawab “Eksternal Stakeholder” ... 87
BAB III TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PEMBUATAN LAPORAN TAHUNAN (ANNUAL REPORT) ……….. 92
A. Standar Laporan Tahunan Perusahaan ... 92
1. Pengertian dan Unsur-unsur Laporan Tahunan. ... 92
2. Tujuan dan Manfaat Laporan Tahunan. ... 93
3. Standar Laporan Tahunan Perseroan Tertutup ... 95
4. Standar Laporan Tahunan Perseroan Terbuka ... 97
B. Pihak yang Terlibat dalam Laporan Tahunan ... 100
1. Manajemen dan Direksi Perusahaan. ... 100
2. Dewan Komisaris. ... 103
3. Komite Audit ... 105
4. Satuan Pengawas Internal ... 108
5. Auditor Independent. ... 112
6. Rapat Umum Pemegang Saham. ... 117
C. Bentuk Penyimpangan Laporan Tahunan ... 118
D. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Dalam Laporan Tahunan 123
E. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Dalam Laporan Tahunan ... 130
BAB IV IMPLEMENTASI PRINSIP TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) TERHADAP LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2015
(ANNUAL REPORT) PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk…... 133
A. Profile Singkat PT. Unilever Indonesia,Tbk...………. 133
B. Implementasi Prinsip GCG dalam Laporan Tahunan 2015….. 134
1. Implementasi Prinsip Transparasi. ... 149
2. Implementasi Prinsip Akuntabilitas ... 153
3. Implementasi Prinsip Tanggung Jawab ... 158
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 171
A. Kesimpulan ... 171
B. Saran ... 175
DAFTAR PUSTAKA ... 178
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance selanjutnya disebut GCG) dalam sebuah perusahaan sangat penting sebagai salah satu proses untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang yang mengutamakan kepentingan para pemegang saham (shareholders) dan pemangku kepentingan (stakeholders). Penerapan prinsip GCG dalam dunia usaha saat ini merupakan tuntutan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat tetap eksis dalam persaingan global.
Seperti diketahui bahwa tujuan perusahaan itu pada dasarnya adalah menaikan nilai perusahaan. Jika perusahaan itu berbentuk hukum perseroan, maka nilai perusahaan salah satunya akan diukur dari harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Tingginya harga saham di pasar modal akan mencerminkan minat masyarakat terhadap saham tersebut. Hal ini merupakan refleksi dari kinerja perusahaan yang efisien. Optimasi dari pencapaian tujuan perusahaan yang mengacu pada kepentingan perusahaan. Dalam keadaan ini eksistensi GCG menjadi penting.1
GCG bukanlah istilah baru, melainkan konsep lama yang kembali popular karena adanya perkembangan sosial dan kemajuan praktik bisnis. Di Amerika GCG muncul sekitar tahun 1970-an. Istilah ini muncul ketika terbongkarnya skandal kecurangan yang melibatkan perusahaan besar seperti: Enron, Wordcom,
1 Nindyo Pramono, Hukum PT Go Public dan Pasar Modal, (Jakarta : Andi Offset, 2013), Hlm.513
Tyco,London & Comonwealth, Poly Peck, Maxwel, dan perusahaan besar lainnya.
Kasus kecurangan ini melibatkan manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena lemahnya corporate boards.2
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT 2007) merupakan produk hukum utama bagi perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) termasuk juga emiten atau perusahaan publik yang tunduk di pasar modal. Pada dasarnya, UUPT 2007 telah mengakomodasi konsep dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dibandingkan undang-undang sebelumnya3. Kewajiban untuk mengimplementasikan praktik GCG dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau biasa disebut CSR) juga mulai diterapkan dalam UUPT 2007.
The Organization for Economic Cooperation and Development (selanjutnya disebut OECD) merupakan salah satu organisasi internasional yang sangat aktif mendukung implementasi dan perbaikan corporate governance di seluruh dunia.
OECD mengembangkan prinsip-prinsip corporate governance sejak tahun 1998.
Prinsip-prinsip GCG dari OECD pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 dan menjadi acuan utama dalam penyusunan code of good corporate governance bagi negara-negara di seluruh dunia. Banyak Institusi International, seperti World Bank,
2 Thomas S. Kaihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 8 Nomor 1, Maret, Hlm. 1-9
3 Pengaturan perusahaan berbentuk PT sebelumnya diatur melalui Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 36 s/d 56 yang menjadi dasar NV (naamloze vennontschap) adalah untuk menyebut PT pada zaman Belanda yang berlaku sejak jaman kolonialisasi Belanda hingga kemudian dihapus dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT). Kemudian UUPT 1995 dihapus dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
International Monetary Fund (IMF), dan International Organization for Securities Commission (IOSCO) menjadikan prinsip corporate governance OECD sebagai benchmark bagi penilaian kondisi corporate governance di suatu negara.
Pemerintah Indonesia memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip yang dikeluarkan oleh OECD dengan menerbitkan Pedoman Nasional Good Coroprate Governance (Pedoman Nasional GCG) pertama kali pada tahun 1999 yang kemudian direvisi pada tahun 2001 dan 2006 oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (selanjutnya disebut KNKG 2006). Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh KNKG 2006 meliputi beberapa hal sebagai berikut:4
1. Penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan GCG;
2. Asas GCG;
3. Etika bisnis dan pedoman perilaku;
4. Organ perusahaan;
5. Pemegang saham;
6. Pemangku kepentingan;
7. Pernyataan tentang penerapan pedoman GCG;
8. Pedoman praktis penerapan GCG.
Asas GCG yang dikeluarkan oleh KNKG 2006 mengandung lima prinsip yaitu prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency) serta kewajaran (fairness) diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dan pencapaian kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan).
Informasi penting perusahaan yang perlu diketahui oleh publik dapat melalui laporan tahunan (annual report). Pengungkapan yang menjadi keterbukaan informasi
4 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate di Indonesia 2006, (Jakarta: KNKG, 2006), Hlm.3-27.
perusahaan dalam laporan tahunan (annual report) suatu perseroan terbatas merupakan suatu komponen yang signifikan dalam mencapai sarana akuntabilitas publik. Perusahaan diharapkan lebih transparan dan akuntabilitas dalam pengungkapan laporan tahunan (annual report) perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan tahunan (annual report) menjadi dasar utama bagi para pengambil keputusan seperti shareholder dan stakeholder. Hal ini dikarenakan laporan tahunan (annual report) perusahaan merupakan sumber informasi bagi para investor untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal. Selain itu, laporan tahunan (annual report) perusahaan menjadi laporan pertanggungjawaban pihak manajemen kepada pemegang saham atas pengelolaan sumber daya perusahaan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM) yaitu dalam meningkatkan transparansi dan menjamin perlindungan terhadap pemodal, setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui pasar modal (emiten) wajib mengungkapkan seluruh informasi material mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan terhadap masyarakat. Perusahaan dengan transparansi yang baik atas pengungkapan tersebut akan memberikan sinyal positif kepada pasar sehingga para pelaku pasar bersedia membeli saham perusahaan lebih banyak.
Perseroan mempunyai kewajiban untuk membuat laporan tahunan (annual report), dimana kewajiban tersebut dipikul oleh direksi sebagai pelaksana segala kegiatan perseroan. Kewajiban direksi membuat laporan tahunan telah diperintahkan juga oleh Pasal 66 UUPT 2007, yang dibantu oleh komisaris yang harus diajukan
kepada RUPS dalam jangka waktu 6 bulan setelah tahun buku perseroan berakhir.
Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam bentuk laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG. Pertanggungjawaban direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan GCG, secara otomatis jika pertanggungjawaban tersebut tidak didasari akan akuntabilitas orang yang disebut sangat “profesional dan capability” sehingga diberikan kepercayaan untuk menjalankan suatu amanah maka laporan tersebut tidak memenuhi prinsip GCG baik yang dikeluarkan oleh KNKG 2006 maupun OECD 2004. Dewan komisaris sebagai pengawas yang dibantu oleh komite-komite yang menjadi satu kesatuan dalam Satuan Pengawas/Pengendali Internal Perusahaan juga mempunyai peran penting agar kinerja direksi dalam operasional maupun bentuk pelaporan terhindar dari kecurangan. Penyajian laporan tahunan (annual report) kualitas yang baik dan memenuhi ketentuan regulasi dapat meningkatkan kredibilitasnya dan pada gilirannya akan dapat mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan perusahaan.
Dalam bab VII Pedoman Umum KNKG tahun 2006 mengenai pernyataan tentang penerapan pedoman GCG dalam laporan tahunannya dinyatakan bahwa:
“Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance dengan Pedoman Good Corporate Governance ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus disertai informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan good corporate governance.
Dengan demikian, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat menilai sejauh mana Pedoman Good Corporate Governance pada perusahaan tersebut telah diterapkan.”
PT. Unilever Indonesia, Tbk merupakan perusahaan multinasional yang beroperasi pada beberapa negara di dunia, yang memiliki standar kualitas operasional world class (kelas dunia) dalam memproduksi dan mendistribusikan setiap produknya.
Perusahaan menyadari bahwa sumber bahan baku yang digunakan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk rentan dengan isu nasional. Setengah dari bahan baku PT. Unilever Indonesia, Tbk berasal dari pertanian dan hutan. Keputusan yang PT. Unilever Indonesia, Tbk Perseroan mengenai kepada siapa perseroan membeli, dan bagaimana perseroan bekerja sama dengan mereka, dapat berimplikasi besar terhadap sumber daya global dan perubahan iklim. Hal ini juga memiliki dampak sosial yang lebih luas pada pengembangan manusia dan memengaruhi penghidupan banyak orang. Oleh karena itu Perusahaan melakukan pendekatan terhadap tanggung jawab sosial dan keberlanjutan diterapkan dari hulu sampai hilir dan mencakup seluruh mata rantai nilai, dimulai dari pembelian bahan baku, kegiatan manufaktur dan distribusi, hingga misi sosial brand dan keterlibatan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab social perusahaan. Pendekatan ini diwujudkan melalui Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Perseroan juga terus mendukung para pemasok untuk mengadopsi praktek pertanian yang lebih berkelanjutan. Pada akhir 2015, lebih dari 5.500 petani kedelai hitam telah mendaftar ke Unilever Sustainable Agriculture Code, yang diluncurkan pada tahun 2014, dan lebih dari 31.500 petani kedelai kuning telah mulai mempraktekkan cara bertani yang berkelanjutan melalui kemitraan dengan Kementerian Pertanian. Upaya perseroan untuk menanamkan pola pikir keberlanjutan
di seluruh rantai operasinya telah memperoleh berbagai pengakuan berskala nasional maupun internasional selama bertahun-tahun.5
Sebagai Perseroan dengan kapitalisasi pasar terbesar ke-empat di Bursa efek Indonesia, PT. Unilever Indonesia, Tbk secara konsisten menerapkan standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan disetiap aspek operasionalnya.6 Sebagai bagian dari Unilever global, PT. Unilever Indonesia, Tbk mempelajari berbagai pengalaman dan inovasi dalam menerapkan praktek bisnis terbaik, dan sebagai hasilnya, perseroan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya basis pengetahuan ini. Pada tahun 2015, Perseroan terus memantau efektivitas kerangka tata kelola perusahaan, khususnya dalam manajemen risiko dan pengendalian internal (internal control).
Perseroan yakin bahwa kedua kerangka tersebut telah memadai. Perseroan harus mampu memberikan jaminan, baik kepada pemangku kepentingan internal maupun eksternal, bahwa Perseroan menjunjung tinggi prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan kewajaran. Untuk mengakomodasi berbagai kepentingan, PT. Unilever Indonesia, Tbk telah berkomitmen untuk secara teratur meninjau praktek tata kelola Perusahaan sesuai dengan kerangka kerja dan peraturan yang berlaku, dengan tujuan memaksimalkan nilai ekonomi bagi para pemangku kepentingan. PT. Unilever Indonesia, Tbk juga menerapkan praktek- praktek terbaik dengan mengadopsi rekomendasi dari Kode Etik Nasional Tata Kelola Perusahaan yang baik dan ASEAN Corporate Scorecard. Untuk alasan ini Perseroan telah menempatkan struktur tata kelola Perusahaan yang kuat yang terdiri dari
5 PT. Unilever Indonesia Tbk , Laporan Tahunan 2015, (Jakarta : PT. Unilever Indonesia Tbk, 2016), Hlm.24
6 Ibid, Hlm.32
beberapa elemen yang saling terkait termasuk kontrol internal, kerangka kerja manajemen risiko, sistem whistleblower dan Code of Business Principles (Petunjuk mengenai Prinsip Bisnis, yang selanjutnya disebut Prinsip Bisnis.
Sepanjang tahun, Perseroan melakukan beberapa tindakan untuk memperkuat kebijakan tata kelola perusahaan salah satunya menyesuaikan praktek tata kelola perusahaan Perseroan dengan meningkatkan pengungkapan informasi berdasarkan Peraturan KEP-431/BL/2012 (Penyempurnaan Peraturan Bapepam dan LK X.K.6) 1 agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait laporan tahunan. Dengan adanya beberapa regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah yang didalamnya terdapat ketentuan tentang implementasi prinsip GCG yang wajib diterapkan oleh perseroan.
Pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris dalam penyampaian laporan tahunan atas implementasi GCG pada perseroan terbuka dipandang perlu dilakukan penelitian sehingga saya memilih laporan tahunan 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk sebagai objek dari penelitian saya dan judul dalam tesis ini: “Implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Terhadap Laporan Tahunan Perseroan Terbuka (Studi Annual Report Tahun 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan pelaksanaan GCG terhadap perseroan terbatas dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia?
2. Bagaimana pembagian tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta direksi atas pembuatan laporan tahunan (annual report) dengan memenuhi prinsip-prinsip GCG?
3. Bagaimanakah implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) terhadap laporan tahunan (annual report) PT.
Unilever Indonesia, Tbk tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian tesis ini adalah:
1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan GCG yang dilakukan terhadap perseroan terbatas.
2. Untuk menganalisis pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta direksi atas pembuatan laporan tahunan (annual report) dengan memenuhi prinsip-prinsip GCG.
3. Untuk menganalisis sejauh mana implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) terhadap laporan tahunan (annual report) PT. Unilever Indonesia, Tbk tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Dengan ditetapkannya permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka diharapkan akan membawa sejumlah manfaat yang berguna secara teoritis dan praktis, sehubungan dengan itu, penelitian ini setidaknya bermanfaat untuk:
1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan perbandingan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan tentang peraturan-peraturan terkait dengan pelaksanaan GCG di perseroan terbatas.
b. Memberikan kontribusi pemikiran bagi akademisi dalam hal terkait pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta direksi atas laporan tahunan (annual report) dengan memenuhi prinsip-prinsip GCG.
c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, terutama hukum perusahaan atau Perseroan Terbatas di Indonesia terkait kewajiban perseroan mengimplementasikan prinsip GCG dalam laporan tahunan (annual report) perseroan terbuka.
2. Secara Praktis
Memberikan tambahan materi/pengetahuan sekaligus masukan bagi para akademisi, organ perseroan, lembaga independen, masyarakat umum dan rekan mahasiswa yang sedang/akan menyelesaikan tugas akhir yang materinya berkaitan dengan materi tesis peneliti, serta menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip GCG yang diterapkan oleh perseroan terbuka (publik).
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengamatan serta penelusuran kepustakaan khususnya pada lingkungan perpustakaan Program Magister Kenotariatan dan Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yang dilakukan penelitian yang berjudul:
“Implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Terhadap Laporan Tahunan Perseroan Terbuka (Studi Annual Report Tahun 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk)”, ini belum pernah dilakukan baik dalam judul maupun permasalahan yang sama, walaupun sudah ada beberapa judul penelitian tentang Good Corporate Governance (GCG) akan tetapi jika dilihat dari rumusan masalah yang dibahas jelas tampak perbedaannya antara lain:
1. R.A. Dyna Ramadhani (0670005021/HK) dengan judul “Prinsip Keterbukaan Dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penanaman Modal Menurut Undang- Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal”, dengan permasalahan:
a. Mengapa prinsip keterbukaan perlu dalam perundang-undangan penanaman modal di Indonesia?
b. Bagaimana keterbukaan dalam laporan keuangan perusahaan penanaman modal berdasarkan ketentuan perundang-undangan penanaman modal di Indonesia?
c. Bagaimana kesiapan hukum penanaman modal di Indonesia terkait dengan penerapan prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan perusahaan penanaman modal?
2. Rumata Rosininta Sianya (067005041 / HK) dengan judul “Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan Perusahaan Publik” dengan permasalahan : a. Bagaimana kriteria untuk menentukan direksi telah melakukan pelanggaran
dalam hal penandatanganan pernyataan yang merugikan pihak di luar perseroan?
b. Bagaimana bentuk pertanggung jawaban direksi atas laporan keuangan menurut ketentuan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan?
3. Windy Sri Wahyuni (117005003/HK) dengan judul “Tanggung Jawab Akuntan Publik atas Laporan Keuangan yang Overstated di Pasar Modal”
dengan permasalahan :
a. Bagaimana independensi akuntan publik di pasar modal?
b. Bagaimana penentuan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan di pasar modal?
c. Bagaimana tanggung jawab akuntan publik atas laporan keuangan yang overstated di pasar modal?
Jika diperbandingkan dengan penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini, baik permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Dengan demikian, maka penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara secara keilmuan akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Dalam dunia ilmu hukum, teori menempati kedudukan yang penting sebagai sarana untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan menyistemasikan masalah yang dibicarakan.7
Solly Lubis memberikan pengertian kerangka teori adalah pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dapat menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis, hal mana dapat menjadi masukan eksternal bagi penulis. Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifikasi atau proses tertentu terjadi.8
Pembahasan dalam penelitian ini adalah meneliti implementasi prinsip GCG terhadap laporan tahunan (annual report) tahun 2015 oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berikut ini disajikan beberapa teori yang relevan terkait dengan praktik GCG di Indonesia dan dihubungankan pertanggungjawaban Perseroan dalam penyampaian laporan tahunan berdasarkan prinsip GCG:
a. Finance Model (Agency Theory)
Ilmu pengetahuan telah mengubah peradaban sebuah teori klasik menjadi teori manajemen modern. Kontribusi ilmu manajemen modern, menjadi babak baru lahirnya teori agency. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh
7 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), Hlm. 253
8Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Bandar Maju, 1994), Hlm.80.
Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Sifat dasar manusia terkait dengan teori keagenan yaitu manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-rationality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk-averse).9
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Dalam teori ini dijelaskan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konfilk kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).10
Asumsi teori ini menyatakan bahwa pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Pemilik perusahaan akan memberikan kewenangan pada pengelola (manajer) untuk mengurus jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan seperti mengelola dana mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik, karena adanya perbedaan kepentingan (conflict interest).
Mekanisme GCG berfungsi sebagai alat untuk mendisiplinkan pengelola agar mentaati kontrak yang telah disepakati, sehingga dengan adanya
9 Eisenhardt, Kathleem,M, Agency Theory: An Assesment and Reiew, (Academy Management Review 14: 1989), Hlm. 57-74
10 Muhamad Ujiyantho. Arief dan Pramuka, Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Studi pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur, Siposium Nasional Akutansi, Universitas Hasanusin Makasar, 2007
mekanisme tata kelola yang baik yang dilandasi prinsip-prinsip corporate governance ini diharapkan dapat mengurangi masalah keagenan dalam perusahaan yang kemudian dapat meningkatkan kinerja perusahaan.11 Teori agensi (angency theory) dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Teori agensi (angency theory) menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (agen) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Teori ini muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan pengelolaan, terutama perusahaan-perusahaan besar yang modern. 12
2) Teori ini muncul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan PT berdasarkan perjanjian berimbang. Serta dimaksudkan untuk menganalisis perusahaan nasional, multinasional atau perusahaan asing yang telah menerapkan prinsip-prinsip GCG.13
3) Dalam teori agensi (angency theory) ini juga menyatakan bahwa agen (direksi/manajemen) harus bertindak secara rasional untuk kepentingan principal-nya. Agen harus mempergunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik dan tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perusahaan.14 Dalam melaksanakan kepentingan principal, direksi dan dewan komisaris dari suatu PT juga mengemban prinsip fiduciary duty untuk menerima tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam UUPT 2007, wajib menjalankan dengan sebaik-baiknya, jujur, dengan itikad baik, dan demi kepentingan PT. Hal sesuai dengan maksud dan tujuan PT sebagaimana terdapat di dalam anggaran dasar setiap PT.
Sehubungan dengan pembuatan laporan tahunan sebagai bahan pertanggungjawaban direksi atas kepengurusannya dalam kaitannya dengan
11 Hartono, DF dan Nugrahanti Y.W, Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terehadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan, Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Volume 3, Hlm.191-205
12 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Monoritas dalam Rangka Good Corporate Governance, (Jakarta : Program Paca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002), Hlm. 27- 28.
13 Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Jakarta : Citra Aditya, 2006), Hlm.90
14 Ibid.
keadaan keuangan perseroan terwujud dalam bentuk laporan keuangan,15 dan dewan komisaris bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan wajib memenuhi prinsip fiduciary duty. Tugas dan tanggung jawab direksi sesuai Pasal 92 ayat (1) UUPT 2007 adalah menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Sedangkan, dewan komisaris bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi sesuai Pasal 108 ayat UUPT 2007.
Direksi merupakan satu-satunya organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dan merupakan wakil perseroan bagi pihak di luar perseroan.16 Dalam pengelolaan perseroan atau perusahaan, para anggota direksi dan dewan komisaris sebagai salah satu organ vital dalam perusahaan tersebut merupakan pemegang amanah (fiduciary) yang harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan.17 Prinsip ini merupakan hubungan kepercayaan antara direksi dengan perseroan di mana Direksi bertindak sebagai seorang trustee atau agen semata dari perseroan yang diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan kepengurusan perseroan demi maksud tujuan perseroan
15 Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
16 Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
17 Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan”, http://bismar.wordpress.com/2009/12/23 /, diakses tanggal 13 Februari 2017.
dengan itikad baik, loyalitas, dan penuh tanggung jawab, kejujuran serta kepedulian dan kemampuan tinggi.18
Doktrin fiduciary duty berasal dari sistem hukum Common Law yang berasal dari Inggris dan hingga kini mempengaruhi sistem hukum negara- negara bekas jajahannya dan juga dianut di Amerika Serikat. Karena hubungan hukum antara perseroan dan direksi didasarkan pada doktrin fiduciary duty, maka berdasarkan doktrin ini direksi dalam menjalankan kepengurusan mempunyai duty of care dan duty of loyalty terhadap perseroan.19 Henry Campbell Black menyatakan :
“fiduciary duty, a duty to act for someone else’s benefit, while subordinating one’s personal interest to that of the other person. It is the highest standard of duty implied by law”( suatu tindakan untuk dan atas nama orang lain, dimana seseorang mewakili kepentingan orang lain yang merupakan standar tertinggi dalam hukum).20
b. Stewardship Model (Stewardship Theory)
Teori stewardship diperkenalkan sebagai teori yang berdasarkan tingkah laku dan premis. Teori agensi mencoba untuk menjalin hubungan yang formal antara prinsipal dan agen atau pihak-pihak yang berkepentingan.
Suatu model dari perilaku dan motivasi manajerial adalah teori
18 Munir Fuady, Doktrin -Doktrin Modern Dalam Corparate Law & Eksistensinya Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), Hlm. 15.
19 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2009), Hlm.152.
20 Try Widiono, Direksi Perseroan Terbatas edisi kedua, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), Hlm.87.
stewardship. Keterbatasan teori agency kurang mempertimbangkan masalah psikologi dan sosiologi.21
Suatu model alternatif dari perilaku dan motivasi manajerial adalah teori stewardship. Pada teori agency terkadang mengabaikan kompleksitas kehidupan organisasi. Teori stewardship dipandang tepat dalam penelitian ini karena, teori stewardship menggambarkan situasi di mana para manajer tidak termotivasi pada tujuan individu tetapi lebih ditunjukan pada tujuan untuk kepentingan organisasi. Organ perseroan bertindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan, jika terjadi kegagalan perusahaan atas tindakan organ diluar dari ketentuan tersebut maka organ yakni direksi dan dewan komisaris menyalahgunakan kepercayaan serta amanah yang diberikan oleh principals. Beberapa model yang dapat dipilih oleh agent dan principal dalam pengambilan keputusan ada empat macam:22
1) Minimalisir biaya potensial;
2) Agen bertindak oportunistik;
3) Prinsipal bertindak oportunistik;
4) Memaksimalkan kinerja potensial.
c. Stakeholder Model (Stakeholder Theory)
Tanggung jawab perusahaan yang semula fokus pada indikator ekonomi (economics focused) dalam laporan keuangan, saat ini telah bergeser dan lebih memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap
21 Hirsch, Michales, Friedman, Teori Agensi Dan Teori Stewarship Dalam Perspektif Akuntansi,Fokus Ekonomi Volume Nomor 2, Hlm.37-46
22 Freeman RE, Strategic Management: A Stakeholder Approach. Boston: Pitman, 1994. The Politics Of Stakeholder Theory: Some Futurre Direction. Business Ethics Quarterly 4 (4): 409 421.
stakeholders, baik internal maupun eksternal. Untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan, sangat tergantung pada dukungan stakeholder. Makin powerful dukungan stakeholder, makin besar kemampuan perusahaan beradaptasi dengan lingkungan. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya. Corporate governance mengarahkan pengelolaan perusahaan untuk pencapaian profit dan sustainability secara seimbang.
Pencapaian keuntungan tersebut merupakan wujud pemenuhan pemegang saham (shareholder) dan tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian sustainability yang merupakan wujud pemenuhan kepentingan para pemangku kepentingan
Untuk dapat menganalisis tentang implementasi GCG pada pemyajian laporan tahunan (annual report) 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk, maka angency theory, stewardship theory, stakeholder theory perlu didukung oleh teori tentang GCG. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip GCG sebenarnya merupakan esensi yang sangat mendasar dalam rangka implementasi GCG. Agar GCG dapat diterapkan, perlu ada struktur yang dapat mendukung. Perusahaan harus memiliki organ perusahaan yang dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Di Indonesia, sebuah badan hukum perseroan
terbatas harus tunduk pada UUPT 2007, dimana disebutkan bahwa perseroan memiliki tiga organ, yaitu “direksi” yang bertanggung jawab atas pengelolaan perseroan; “dewan komisaris” yang bertanggung jawab atas pengawasan terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh direksi; serta
“Rapat Umum Pemegang Saham” (RUPS), sebagai organ yang merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting berkaitan dengan modal yang ditanamnya di perusahaan. Setiap organ memiliki peranannya masing-masing dalam rangka menerapkan GCG di sebuah perusahaan. Ketiga organ perusahaan tersebut harus ada secara bersamaan, dan tidak dapat dibentuk secara bertahap.23
Penerapan GCG perlu didukung oleh adanya lingkungan yang kondusif serta peraturan yang dapat mengakomodir GCG. Tentunya kerangka ini perlu mendapatkan dukungan penuh dari regulator. Dengan adanya kerangka hukum yang dapat menunjang pelaku usaha serta dengan adanya penerapan hukum yang konsisten, maka pelaku usaha dapat lebih mudah dalam menerapkan GCG. Tingkat penerapan awal GCG dilihat dari pemenuhan peraturan perundang-undangan, sehingga kerangka dasar penerapan GCG dapat dikembangkan dari kerangka hukum tersebut.
Secara ringkas, penerapan GCG dapat ditempuh dalam beberapa tahapan yang harus dilakukan secara berkelanjutan, antara lain:24
23 Mas Achmad Daniri, Angela Indrawati Simatupang, “Langkah Jitu Peenerapan GCG Yang Efektif”, http://madani-ri.com/web/?p=103 , diakses tanggal 27 Februari 2017.
24 Ibid.
1) Pertama, adalah membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh semua anggota direksi dan dewan komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua karyawan;
2) Kedua, perusahaan perlu melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;
3) Ketiga, setelah ketimpangan dan tindakan korektif yang diperlukan teridentifikasi, perlu disusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan;
4) Keempat, dilakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua pihak di dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan sehari-hari;
5) Kelima, melakukan penilaian independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan. Tanpa adanya penilaian atau monitoring yang berkelanjutan atas penerapan GCG, maka akan sulit untuk mengukur efektivitas dan sudah sejauh mana penerapan GCG dilakukan secara konsisten. Hasil penilaian ini tentunya perlu dilaporkan kepada pemegang saham dalam RUPS, dan dituangkan dalam laporan tahunan (untuk perusahaan publik). Hal ini diperlukan agar fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham dan juga stakeholder lainnya dalam menilai penerapan GCG perusahaan dapat berjalan dengan semestinya.
2. Konsepsi
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan tersebut diatas, maka perlu diuraikan difensi operasional untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan penelitian ini sebagai berikut:
a. Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan -pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan.25 Audit merupakan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan.26
b. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) adalah sebagai system hokum dan praktik untuk menjalankan kewenangan dan kontrol dalam kegiatan bisnis perusahaan. Kegiatan itu meliputi hubungan khusus antara pemegang saham, komisaris dan komite-komite, direksi, pejabat eksekutif, dan konstituen lainnya (seperti pegawai, masyarakat lokal, dan pelanggan dan pihak supplier).27
c. Prinsip-prinsip GCG yaitu Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Tanggung Jawab (Responsibility), Independensi (Independence), Kewajaran (Fairness).
d. Perseroan Terbatas , yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
25 Mulyadi dan Kanaka Puradireja, Auditing. Edisi Kelima, (Jakarta : Salemba Empat, 1998).
Hlm. 3
26 Ihyaul Ulum M.D, Audit Sektor Publik Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Hlm. 9
27 Sedarmayanti, Good Governance & Good Corporate Governance: Bagian Ketiga Edisi Revisi, Bandung: CV. Mandar Maju, 2012), Hlm. 63