• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Berbantu Power Point dan Star Point Card untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA bagi Siswa Kelas 5 SD Negeri Mang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Berbantu Power Point dan Star Point Card untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA bagi Siswa Kelas 5 SD Negeri Mang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang hakikat IPA, hakikat pembelajaran IPA, model

jigsaw, dan hasil belajar.

2.1.1 Hakikat IPA

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab akibatnya. IPA awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (Wisudawati, 2014). Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2011:2).

(2)

sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2011:3). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA

Model yang cocok untuk anak Indonesia terutama dalam pembelajaran IPA adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biaya yang sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri (Samatowa, 2011:5). Pembelajaran IPA dpat digambarkan sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA. Sistem pembelajaran IPA terdiri atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran, dan keluaran pembelajaran. Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan (Wisudawati, 2014).

Keterampilan proses sains didefinisikan oleh Paolo dan Marten (dalam Samatowa, 2011:5) adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Polo dan Marten juga menegaskan bahwa dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan coba lagi. Ilmu pengetahuan alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang alam ini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan.

Tujuan pembelajaran IPA dijelaskan pada Samatowa (2011:6) yaitu:

(3)

IPA merupakan dasar teknologi dan disebut sebagai tulang punggung pembangunan.

2. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

2.1.3 Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Rusman (2013:218) mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw menitik beratkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen. Teknik seperti ini guru harus memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna (Lie, 2003). Dalam pembelajaran menggunakan model tipe Jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Suatu model pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tersebut (Huda, 2013:204).

Langkah-langkah model pembelajaran tipe Jigsaw ini menurut Rusman (2013:218) sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokan dengan 4 orang.

(4)

3. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli).

4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.

5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6. Guru memberikan evaluasi.

7. Penutup.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran tipe Jigsaw menurut Stephen, Sikes and Snap ( dalam Rusman, 2013:220) sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam 1 sampai 5 anggota tim. 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. 6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi..

7. Guru memberikan evaluasi. 8. Penutup.

2.1.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Menurut Shoimin (2014:93) kelebihan model pembelajaran tipe Jigsaw

adalah sebagai berikut:

(5)

pemecahan masalah dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru menurut kehendaknya sendiri.

2. Hubungan antara guru dan siswa berjalan seimbang dan memungkinkan suasana belajar menjadi sangat akrab yang artinya guru dan siswa tidak memiliki jarak, siswa boleh mengungkapkan pendapatnya.

3. Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan pembelajaran agar pembelajaran lebih menarik dan lebih inovatif sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru.

4. Mampu memadukan berbagai pendeketan belajar, yaitu pendekatan kelas, kelompok dan individual.

2.1.3.3 Kekurangan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran tipe Jigsaw ini juga mempunyai kelemahan. Semua model pembelajaran diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran. Akan tetapi langkah-langkah model tersebut juga mempunyai kelemahan (Shoimin, 2014:94), sebagai berikut :

1. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing seperti siswa masih selalu individu dalam mengerjakan tugas dari guru yang seharusnya dikerjakan secara bersama dalam kelompok, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam berdiskusi.

2. Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah, sehingga siswa kelompok yang anggotanya kurang pasti akan iri dengan kelompok lain yang anggotanya lengkap karena menurut mereka kelompoknya tidak imbang dengan kelompok lain.

(6)

2.1.4 Pembelajaran Berbantu Power Point

Penggunaan program presentasi power point adalah program aplikasi yang dimanfaatkan untuk menjelaskan sesuatu hal kepada umum yang menarik dari segi tampilan dan dengan memanfaatkan proyektor LCD dapat menjangkau banyak orang. Pembelajaran dengan penggunaan presentasi power point antara lain dapat membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan pembelajaran dengan lebih efektif.

Power point menawarkan kemudahan-kemudahan dalam membuat presentasi atau untuk pembelajaran, dapat disisipkan komponen-komponen multimedia yang meliputi teks, gambar,suara ataupun video. Dalam menggunakan pembelajaran menggunakan power point ini akan lebih menarik dan mengesankan dengan adanya fitur-fitur yang disediakan power point seperti yang dikemukakan Triwahyuni (2004:2).

Penggunaan media power point ini dilakukan pada saat pembelajaran dimulai, peneliti akan menggunakan power point ini untuk membantu dalam proses belajar mengajar. Menjelaskan materi-materi menggunakan media power point ini siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran sehingga materi yang didapat mudah diserap oleh siswa. Media power point juga akan digunakan saat refleksi, sehingga akan membantu siswa dalam mengingat kembali pembelajaran apa yang telah di pelajari.

2.1.5 Pembelajaran Berbantu Alat Peraga Star Point Card

Star Point Card adalah kartu pertanyaan yang mempunyai poin bintang pada setiap pertanyaan yang mampu dijawab dengan benar. Penggunaan alat peraga

(7)

Alat peraga Star Point Card terdiri dari poin atau nilai yang diperoleh kelompok nantinya yang berbentuk bintang, papan skor yang terdapat nama-nama kelompok untuk meletakan poin bintang agar dapat mengetahui kelompok mana yang memperoleh poin bintang lebih banyak, kartu pertanyaan yang nantinya harus diambil oleh setiap kelompok dan harus menjawab pertanyaan yg sudah tersedia pada kartu.

Cara permainan dari Star Point Card sebagai berikut:

1. Semua siswa menyanyikan lagu yang telah disediakan untuk mengecoh agar diketahui kelompok mana yang terlebih dulu mengangkat tangan untuk mengambil kartu pertanyaan. Lagu tersebut adalah

Ayo kita bermain-main Tentang sifat cahaya

Star point card permainannya Maju depan ambil kartunya Angkat tanganmu!

Duluan, siapa! 1, 2, 3… (Menggunakan nada Helly)

2. Setiap kelompok memiliki satu orang untuk mewakili mengangkat tangannya dan maju kedepan untuk membaca pertanyaan bagi kelompoknya pada kartu yang telah diambil.

3. Jika sudah mengambil pertanyaan, kelompok tersebut harus segera menjawab pertanyaan agar mampu mendapatkan poin bintang.

4. Jika tidak bisa menjawab pertanyaan yang ada dikartu, boleh dilempar dan di jawab kelompok yang mampu menjawabnya.

(8)

2.1.6 Hasil Belajar

2.1.6.1 Pengertian Belajar

Belajar menurut pandangan Nana Sudjana (1989:28) belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Sedangkan menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan kemampuan tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah, melainkan melalui pengalaman.

Berdasarkan dari dua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang ataupun kelompok tertentu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru untuk mencapai tujuan tertentu.

2.1.6.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut pandangan Agus Suprijono (2012:7) hasil belajar adalah “perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, artinya hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan secara komprehensif”.

(9)

sehingga memberi warna dan arah dalam semua perbuatannya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis (Sudjana, 1989:39).

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.

Sudjana (1989:49) memaparkan hasil belajar memiliki 3 tipe hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut.

2.1.6.2.1 Hasil Belajar Kognitif

Aspek kognitif merupakan hasil belajar yang dinampakkan dalam perubaha perilaku yang berhubungan dengan kemampuan intelektual yang mencakup kemampuan ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi (Sudjana, 1989:49).

a. Hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali. Dari sudut respon belajar siswa, pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik.

b. Hasil belajar pemahaman (comprehention)

(10)

c. Hasil belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hokum dalam suatu persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hokum, rumus.

d. Hasil belajar analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkatan. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah sekolah menengah apalagi di Perguruan Tinggi.

e. Hasil belajar sistesis

Sintesis adalah lawan dari analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna. Sistesis tentu memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Berpikir sintesis adalah berpikir devergent sedangkan berpikir analisis adalah berpikir

konvergent.

f. Hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgement yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar yang paling tinggi. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan nilai tertentu.

2.1.6.2.2 Hasil Belajar Afektif

(11)

kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain. Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.

Ada beberapa tingkatan bidang afektif hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks (Sudjana, 1989:53).

a. Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala.

b. Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

c. Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

d. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah di milikinya.

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

2.1.6.2.3 Hasil Belajar Psikomotorik

(12)

a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, kekeharmonisan, ketepatan. e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilam sederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretatif.

2.1.7 Penelitian yang Relevan

Nursiyah, (2013), dalam penelitiannya dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Media Benda Asli untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Gaya Pada Siswa Kelas 4 SDN

Poncowarno Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe jigsaw mampu meningkatkan nilai hasil belajar IPA tentang Gaya pada siswa kelas 4 SDN Poncowarno semester II tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dpat dilihat dari hasil pembelajaran siklus I dan siklus II. Pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

berbantuan media asli dapat meningkatkan hasil persentase belajar siswa. Persentase pra siklus ke siklus I meningkat 25%, dari 6 siswa menjadi 11 siswa, sedangkan dari siklus I ke siklus II meningkat 35% dari 11 siswa menjadi 20 siswa. Rata-rata nilai siswa saat kondisi awal 64, setelah siklus I dilakukan meningkat menjadi 70. Sedangkan setelah siklus II dilakukan rata-rata meningkat menjadi 80.

Dalimin, (2013), dalam penelitiannya dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas

VI SD Negeri Tumbrep 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 2 Tahun

(13)

meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa kelas VI di SDN Tumbrep 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Ditunjukan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada prasiklus 62,5 setelah dilakukan siklus I meningkat menjadi 65,5 dan pada siklus II meningkat menjadi 73,5. Persentase ketutansan hasil belajar yaitu pada prasiklus 40%, siklus I 60% dan pada siklus II 90%. Hal ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajara IPA siswa SDN Tumbrep 02 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sofia, (2013), dalam penelitiannya dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil

Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas

V SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II

Tahun Pelajaran 2012/2013” menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan

model pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Siswa kelas V terdiri dari 41 siswa saat prasiklus yang memiliki nilai kurang dari (KKM=70) sebanyak 29 siswa atau 71% sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12 siswa dengan persentase 29%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 5 siswa atau 12%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan sebanyak 36 siswa dengan persentase 88%. Selanjutnya, pada siklus II diketahui ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 39 siswa untu dengan persentase 95%, sedangkan hasil belajar yang belum tuntas hanya 2 siswa dengan persentase 5%.

Mustapa, (2012), dalam penelitiannya dengan judul ”Pengaruh Penggunaan

Power Point Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gedangan 02 Semester

2 Tahun Pelajaran 2011/2012” menyimpulkan bahwa penggunaan media power

(14)

SDN Gedangan 02 semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Kesimpulan ini didukung oleh total rata-rata nilai tes siswa sebelum diberi perlakuan sebesar 44,66 dan total rata-rata nilai sesudah diberi perlakuan sebesar 62,33. Jadi penggunaan media power point sangat berpengaruh untuk hasil belajar IPA siswa kela V SDN Gedangan 02.

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan diambil sebagai referensi peneliti untuk melakukan penelitian yang akan dilakukan, peneliti lebih mengembangkan model pembelajaran tipe jigsaw pada mapel Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berbantuan dengan menggunakan media power point. Agar lebih adanya inovasi dalam pembelajaran, peneliti menciptakan suatu permainan untuk lebih memantapkan materi yang diperoleh saat pembelajaran, yaitu dengan menambahkan permainan yang berupa star point card. Sehingga dalam pembelajaran siswa mampu memantapkan materi yang diperoleh saat pembelajaran, mampu mengajak siswa untuk aktif, bekerja sama dalam suatu kelompok serta mengungkapkan pendapatnya. Oleh karena itu, peneliti lebih mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw

dan power point dengan menambahkan permainan yang diberi nama star point card

pada mapel Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.8 Kerangka Pikir

(15)
(16)

Bagan 2.1 Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw - Pembentukan beberapa kelompok asal.

- Mentapkan pembelajaran yang diperoleh dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan dengan kerjasama antar kelompok belajar.

Hasil Belajar Siswa Meningkat sehingga tidak terpacu dengan buku mata pelajaran saja..

Efek Bagi Siswa Model Pembelajaran Tipe Jigsaw - Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. - Menumbuhkan rasa percaya diri dalam

mengungkapkan pendapat atau saat presentasi.

Star Point Card

(17)

2.1.9 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Penerapan Model Jigsaw Berbantu Power Point dan Star Point Card Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Bagi Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 06 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 secara signifikan 10% dengan langkah-langkah yaitu siswa dikelompokan dengan 4 orang, tiap orang dalam tim diberi materi atau tugas yang berbeda, anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok ahli, kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal, tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, guru memberikan evaluasi, penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatiran terbesar saya adalah proses pelupaan tidak hanya sedang dilakukan oleh negara secara sengaja, tapi yang lebih menyedihkan justru kalau itu juga terjadi di

Produk jilbab bolak-balik sangat mudah ditemui di berbagai perusahaan busana muslim, namun belum ada yang benar-benar fokus menciptakan produk berdasarkan

Pedoman ini sebagai acuan bagi Dinas Pendidikan Provinsi dan Penyelenggara Tingkat Nasional dalam melaksanakan Kegiatan Pemberian Penghargaan terhadap Guru Pada

Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan aspek pemasaran produk adalah strategi pemasaran yang bagaimana yang akan dipilih oleh perusahaan dalam kaitannya

...adalah satu dokumen bertulis yang menjelaskan matlamat perancangan pendidikan yang dirancang untuk setiap murid berkeperluan khas dan dijadikan panduan oleh guru dalam

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya

Bote de Pintura, permite aplicar propiedades de objeto, como relleno, grosor de contorno, tamaño y efectos a un objeto de la ventana de dibujo tras haberlas seleccionado con la

yang mempengaruhi keputusan wali siswa dalam memilih SD YPPK St.. 1.4